You are on page 1of 2

SBY: Ahmadiyah Tidak Dilarang

Oleh Laela Zahra | Inilah Rab, 15 Feb 2012

Konten Terkait

Lihat Foto SBY: Ahmadiyah Tidak Dilarang

INILAH.COM, Jakarta - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan situasi dan perkembangan isu kepada seluruh duta besar di Indonesia. Di hadapan 128 perwakilan negara tersebut, SBY membahas berbagai isu, termasuk agama. SBY mengungkapkan keanekaragaman budaya, agama, dan etnis, menjadi ciri bangsa ini. Pemeliharaan kerukunan rakyat antaretnis dan budaya dalam beragama juga menjadi perhatian pemerintah, meski kerap kali terjadi konflik. Namun SBY menegaskan pemerintah mengakomodir kebebasan rakyat untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya. Termasuk bagi rakyat Indonesia penganut Ahmadiyah, pemerintah berjanji akan memfasilitasinya. "Ahmadiyah, negara tidak melarang tetapi negara mengatur," ujar SBY di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (15/2/2012). Ketika ajaran agama masuk ke Tanah Air dan diyakini oleh sekelompok masyarakat, kata SBY, maka tugas negara mengakomodir dan menjamin hak-hak tiap warga negara untuk menjalankan ajaran keyakinan yang dianutnya. "Ketika ada ajaran yang berbeda, itu harus mendapatkan keyakinan dan itu tugas negara menata dan mengaturnya agar tidak terjadi benturan. Jadi saya mengatakan we do regulate, semua untuk kebaikan," kata SBY. Kendala Ahmadiyah dan pengikut keyakinan-keyakinan yang kurang menonjol, menurut SBY, karena permasalahan perizinan sarana ibadah dan distorsi pemahaman dengan masyarakat sekitar. "Ini sebetulnya masalah perizinan, masalah dengan masyarakat lokal. Kami terus mengelola dengan pendekatan hukum dan sosial," kata SBY. [bar]

Sebut Baju Koko Gaya Basi, Jokowi-Ahok Didesak Minta Maaf


Tribunnews.com - Kamis, 19 April 2012 18:10 WIB TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) H Tatang Hidayat meminta kandidat calon pasangan gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi)Basuki Tjahja Purnama (Ahok) meminta maaf. Keduanya diminta mengklarifikasi pernyataan bahwa baju koko plus kopiah yang digunakan kandidat lainnya adalah dalam rangka kandidat tersebut mencari simpati publik, agar terkesan religius dan taat beragama. Dia menegaskan pernyataan Jokowi-Ahok tersebut menciderai budaya Indonesia, hal itu juga tidak patut diucapkan seorang calon gubernur. Seolah-olah dia tidak tahu baju koko itu sudah menjadi kearifan lokal budaya Betawi, dan sudah sejak lama menjadi sebuah identitas nasional seperti halnya baju adat istiadat daerah lain," kata Tatang dalam rilisnya kepada Tribun, Jakarta, Kamis (19/4/2012). Tatang mengatakan, Jokowi adalah pejabat di daerah serta sedang mencalonkan diri dalam pilgub DKI, seharusnya menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika, yang tercermin dengan cara saling menghormati perbedaan keragaman budaya di Indonesia. "Jakarta ini miniatur segala suku di Indonesia jadi mereka (Jokowi-Ahok) tidak bisa seenaknya tidak menghargai budaya yang ada terutama budaya lokal," jelas Tatang. Lebih lanjut Tatang mengatakan pemimpin yang baik seharusnya tidak sembarangan dalam mengucapkan sesuatu apalagi hal itu bisa menciderai budaya kelompok atau etnis tertentu. "Mereka harusnya banyak instropeksi diri sebelum mengucapkan sesuatu. Kan ada istilah mulutmu harimaumu dan apalagi diagama manapun juga diajarkan sebagai pemimpin yang baik tidak asal bicara yang bisa menimbulkan keresahan warganya,"lanjut tatang. Seperti diketahui dalam kunjungannya ke salah satu media di Jakarta, pasangan Jokowi-Ahok menyebutkan penggunaan baju koko dan peci itu merupakan pencitraan gaya lama, basi dan membosankan. Ya bosanlah. Semua yang maju ke pilkada selalu pakai baju koko dan kopiah, biar kelihatan religius kata Jokowi.

You might also like