You are on page 1of 15

DAFTAR ISI

Daftar Isi Bab I : Dasar Teori Bab II : Hasil Percobaan dan Jawaban Pertanyaan Bab III : Pembahasan Bab IV : Kesimpulan Daftar Pustaka

......................................................................... .........................................................................

1 2

......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... .........................................................................

7 10 14 15

BAB I LANDASAN TEORI

A. Definisi Oklusi Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system, Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi. Sistem mastikasi berfungsi antara lain dalam menyelenggarakan oklusi dan artikulasi agar gigi-gigi dapat melakukan proses pemotongan, pengunyahan dan proses menelan oleh karena kerja yang terkoordinasi antara sistem saraf, otot-otot kunyah rahang atas dan bawah, jaringan lunak rongga mujlut dan bibir serta gigi-gigi. Oklusi antara gigi-gigi rahang atas dan bawah dapat terjadi oleh karena aktifitas otot-otot kunyah. Semua otot-otot mastikasi atau kunyah berfungsi pada semua pergerakan mandibula, baik untuk fase kontraksi maupun relaksasi. Adapun otot-otot yang berperan di dalam proses mastikasi adalah : M. Temporalis (elevator), M. Masseter (elevator), M. Disgastric (ant.Belly) (depressor), M. Pterygoideus Eksternus (depressor), M Pterygoedeus Internus (elevator), M. Mylohyoideus (depressor), M. Geniohyoid (depressor).

Adanya otot-otot mastikasi tersebut yang di dalam kerjanya yang kompleks akan menyebabkan timbulnya daya tarikan pada rahang atas maupun bawah, sehingga pada kasus-kasus trauma yang menyebebkan terjadinya fraktur di daerah sepertiga wajah maupun mandibula, maka dengan segera akan terjadi tarikan pada fragmen-fragmenyang mengalami fraktur, sehingga maloklusi dapat terjadi. Beberapa otot yang dalam kerjanya dapat menimbulkan daya tarikan pada mandibula dan maksila adalah : M. Maseter, M. Temporalis, M Pterygoideus eksternus, M. Pterygoideus internus, M. Genioglossus, M. Geneiohyoid, M. Mylohioid dan M. Digastricus.

Beberapa jenis otot yang dalam kerjanya akan menyebabkan tarikan-tarikan di beberapa daerah di rahang adalah : M. Stylopharyngeus, M Constrictor Pharyngis Superior, Ligamentum Stylohyoid, M. Glassopharyngeus, M. Hyoglossus, M. Genioglossus, M. Longitudinal inferior dan M. Geniohyoid. Beberapa jenis otot yang dalam bekerjanya akan menyebabkan tarikan di beberapa daerah rahang : M. Pterygoedeus eksternus, M. Masseter, M. Pterygoedeus Internus, M. Mylohyoid dan M. Geniohyoid.

B. Konsep Dasar Oklusi Oklusi Seimbang (Balanced Occlusion). Oklusi dikatakan seimbang bila tarikan otot-otot pengunyahan antara kanan dan kiri seimbang. Pada pembuatan gigi tiruan, bila tarikan otot tidak seimbang maka gigi tiruan sulit stabil di dalam mulut Oklusi morfologis (Morfologic Occlusion). Dinilai dari segi morfologis, ada rumus baku untuk menilai idealnya gigi yang berkontak dalam keadaan diam. Oklusi dinamis (Dinamic/Indifidual/Functional Occlusion). Nah ini gabungan, selain dari gigi, juga peran serta otot, saraf dan sendi rahang ikut menciptakan pengunyahan yang sempurna.

C. Oklusi Gigi-Geligi Oklusi ideal merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia. Oklusi fungsional adalah gerakan fungsional dari mandibula sehingga menyebabkan kontak antar gigi geligi. Oklusi sentrik (normal) adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan secara seimbang, apabila gigi geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea. Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis: 1. Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. 2. Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah samping (lateral) ataupun kedepan (antero-posterior). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side. Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Intercupal Contact Position (ICP) adalah kontak maksimal antara gigi-geligi dengan antagonisnya. 2. Retruded Contract Position (RCP) adalah kontak maksimal gigi-geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral. 3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior. 4

4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakan ke lateral. Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Bilateral balanced occlusion bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangn, keduanya dalam keadaan kontak. 2. Unilateral balanced occlusion bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak. 3. Mutually protected occlusion dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior tidak kontak. 4. Tidak dapat ditetapkan bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas (Hamzah, Zahreni; dkk).
Relasi sentrik adalah sinonim dan relasi retrusi mandibula terhadap maksila. Di sini, mandibula telah terdorong ke belakang dan karena itu tidak ada alasan untuk menyebut mandibula berada pada posisi sentral. Kerancuan istilah ni makin bertambah dengan diperkenalkannya kata sifat tegang dan tidak tegang dan tak seorang pun yakin istilah yang mana yang cocok. Bagi beberapa orang, gerak terdorong ke belakang dapat memicu timbulnya rasa tegang pada otot sedangkan bagi orang lain dorongan ini tidak mungkin dilakukan karena lelahnya atau kakunya otot. Untuk mendapatkannya otot harus sehat dan hubungan tersebut sangat bermanfaat karena dengan adanya otot yang sehat, gerakan ni dapat direproduksi. Relasi sentrik juga disebut sebagai posisi kondilus mandibula yang paling belakang, paling tengah dan paling atas, yang menggambarkan relasi retrusi dan kondilus terhadap fosa glenoid, walaupun menambah kerancuan terhadap istilah sentrik yang telab salah kaprah. Sentrik sering digunakan sebagai kata benda bila lebih berkonotasi harapan dan pada kepastian bahwa posisi mandibula yang akurat akan dapat dicapai. Oleh karena tu, istilah interkuspa (antar-tonjol) dan retrusi lebih disukai.

Dimensi vertikal Merupakan relasi rahang bawah terhadap rahang atas dalam arah vertikal.

Ada 3 macam ukuran vertikal hubungan rahang: Tinggi vertikal (vertical height) adalah hubungan/jarak vertikal antara rahang bawah terhadap rahang atas pada waktu oklusi sentrik. Jarak Inter-Oklusal (physiological rest position) adalah hubungan/jarak vertikal antara rahang bawah terhadap rahang atas pada waktu otot-otot dalam keadaan istirahat (rest). Ruang bebas (free way spacer inter occlusal distance) adalah jarak antara bidang oklusal gigi rahang bawah terhadap bidang oklusal gigi rahang atas. Menurut penelitian jarak tersebut yaitu 3-5mm.

BAB II HASIL PERCOBAAN DAN JAWABAN PERTANYAAN Hasil Percobaan Data orang ke-1 Nama : Affian Hudatama Putra Jenis kelamin : Pria Data orang ke-2 Nama : Miftah Dewi Masyitoh Jenis kelamin : Wanita 1.3.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi Geligi 1.3.1.1 Pemeriksaan Oklusi Statik Jenis kelamin orang coba Posisi oklusi Cusp to marginal ridge Cusp to fossa Cusp to marginal ridge Cusp to fossa 1.3.1.2 pemeriksaan oklusi sentrik Jenis kelamin orang coba 17/46, 27/37 Hubungan gigi geligi posterior Sisi kanan 14/44, 15/45, 16/46, 17/47 16/46, 17/47 16/46, 17/47 14/44 Sisi kiri 24/34, 25/35, 26/36, 27/37 26/36, 27/37 26/36, 24/34 23/33, 24/34, 25/35, 26/36, 27/37

17/46, 27/37

1.3.1.3 pemeriksaan overbite dan overjet Jenis kelamin orang coba 4 mm 2 mm Overbite 4 mm 3 mm Overjet

1.3.1.4 pemeriksaan oklusi ideal Gerakan Oklusi sentrik Relasi sentris ke oklusi sentris Pergerakan mandibula ke anterior Orang coba Normal 23/33 Hambatan

Jenis Kelamin Orang Coba

Gerakan Oklusi ICP RCP PCP

Gigi Geligi yang Mengalami Kontak Prematur (Ditandai Spot yang tebal) 23/33 mengalami kontak prematur

1.3.2 Pemeriksaan Hubungan Mandibula terhadap Maksila 1.3.2.1 Pemeriksaan Relasi Sentrik Jenis Kelamin Orang Coba Jarak Gigit saat Oklusi Sentris 4 mm 2 mm Jarak Gigi saat Relasi Sentris 6 mm 5 mm

Jenis Kelamin Orang Coba

Jarak Pergeseran dari Posisi ICP ke RCP (mm)

2 mm 3 mm 1.3.2.2 Pemeriksaan Physiological Rest Position Jenis Kelamin Orang Coba 2 mm 2 mm 1.3.2.3 Pemeriksaan Oklusi Dinamik/Artikulasi Jenis Kelamin Orang Coba Oklusi Geligi pada Sisi Kerja Kontak Kontak Kontak Kontak Oklusi Gigi pada Sisi Keseimbangan Free Way Space (mm)

Jenis Kelamin Orang Coba

Pada Oklusi (BBO/UOB/MPO/tidak dapat diklasifikasikan Bilateral Balanced Occlussion Bilateral Balanced Occlussion

PERTANYAAN 1. Apakah setelah RCP rahang masih dapat digerakan ke posisi lebih posterior? 2. Pada keadaan normal tanda ada pergerakan rahang oklusi umumnya terjadi kontak gigi geligi RA dan RB yang bagaimana? 3. Hubungan terbanyak antara gigi RA dan RB adalah kontak yang bagaimana? (ICP, RCP atau PCP). 4. Pada orang normal pada oklusi terbanyak adalah UBO, BBO atau MPO? 5. Berapa besar free way space normal? 6. Gigi posterior manakah yang mengalami cusp to margin? 7. Gigi posterior manakah yang mengalami cusp to fossa? 8. Untuk mencapai posisi working side, dimana posisi cusp gigi posterior RB? JAWABAN 1. Masih bisa, namun dapat menimbulkan rasa nyeri. 2. Pada keadaan normal, terjadi kontak dengan tekanan yang seimbang antara sebelah kanan dan kiri diantara rahang atas dan rahang bawah. 3. ICP (Intercuspal Contact Position), karena dalam keadaan normal semua gigi dapat berkontak scara langsung dengan posisi cusp berkontak maksimal dengan gigi antagonisnya. 4. BBO (Bilateral Balanced Oclussion), karena pada umumnya sisi kerja dan sisi keseimbangan berkontak saat oklusi agar makanan dapat hancur secara optimal. 5. Free way space normalnya berjarak 2-4 mm. 6. Gigi yang mengalami cusp to margin adalah semua gigi posterior (premolar 1,2 dan molar 1,2,3). 7. Gigi yang mengalami cusp to fossa adalah gigi molar 1,2 dan 3. 8. Untuk mencapai working side, rahang harus digerakan ke arah lateral dan posisi cusp rahang atas harus berkontak dengan cusp rahang bawah.

BAB III PEMBAHASAN

1.3.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi-geligi 1.3.1.1. Pemeriksaan Oklusi Statik Pada percobaan pemeriksaan oklusi statik awalnya orang coba dalam posisi duduk tenang dengan bidang oklusal sejajar dengan lantai kemudian instruksikan untuk membuak mulut dan dilanjutkan dengan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh. Lihat lubang gigi geligi anterior dan posteriornya. Kemudian letakkan articulating paper di atas permukaan oklusal gigi posterior dan intruksikan orang coba untuk menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh. Gerakan dilakukan selama 3 5 kali. Kemudian perhatikan hubungan gigi geligi posterior (cusp fungsional) untuk menetukan relasi gigi posterior cusp to margina ridge dan relasi gigi posterior cusp to fossa. Catat pada gigi yang mana (RA atau RB) dijumpai teraan cusp to marginal ridge yitu poada saat cusp fungsional gigi rahang atas dan bawah saling bersandar pada marginal ridge posterior lawannya. Serta catat gigi yang dijumpai cusp to fossa dan cusp fungsional gigi RA dan RB saling bersandar pada fossa posterior lawannya Pada pemeriksaan oklusi statik, orang coba memposisikan giginya seperti dalam keadaan saat dia diam (tidak ada pergerakan antara RA dan RB).Pada orang coba berjenis kelamin laki-laki diketahui bahwa di sisi kanan posisi oklusi cusp to marginal ridge adalah gigi premolar 1, premolar 2, molar 1, dan molar 2. Di sisi kiri, posisi oklusi cusp to marginal ridge adalah premolar 1, premolar 2, molar 1, dan molar 2. Gigi molar 1, molar 2 baik di sisi kiri maupun kanan menunjukkan posisi oklusi cusp to fossa. Pada orang coba berjenis kelamin perempuan diketahui bahwa di sisi kanan posisi oklusi cusp to marginal ridge adalah gigi molar 1 dan molar 2. Di sisi kiri, posisi oklusi cusp to marginal ridge adalah premolar 1 dan molar 1. Sedangkan posisi oklusi cusp to marginal ridge adalah premolar 1 baik di sisi kiri maupun kanan dan caninus, premolar 2, molar 1 dan molar 2 di sisi kiri.

10

1.3.1.2. Pemeriksaan Oklusi Sentrik Pada pemeriksaan oklusi sentrik, orang coba disipakan dalam posisi duduk dengan tenang, dengan posisi bidang oklusi sejajar lantai. Lalu diinstruksikan untuk membuka mulut, dianjurkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang saling menyentuh (ICP). Keadaan seperti ini dipertahankan. Lalu, orang coba dimintai untuk menggerakkan RB ke posisi kontak maksimal se-posterior mungkin (sentrik/RCP), namun RB masih mampu bergerak ke lateral dan tanpa disertai rasa nyeri. Posisi kontak maksimal dari gigi-geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik harus diperhatikan. Lalu dicatat hubungan gigi geligi posterior rahang atas terhadap gigi lawannya. Pemeriksaan oklusi sentrik pada sampel didapatkan informasi bahwa, gigi -geligi dalam keadaan oklusi sentrik dan terjadi kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya (ICP). Hal ini menunjukkan orang coba dalam kondisi oklusi normal, dimana kontak gigi geligi RA dan RB dalam posisi seimbang, dan keadaan over jet serta over bite gigi anterior dalam keadaan normal dan terjadi kontak antara cusp molar 1 dan molar 2.

1.3.1.3 Pemeriksaan Overbite dan Overjet Overjet adalah jarak horizontal antara gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi diukur pada ujung insisivus atas. Nilai rata-rata overjet pada oklusi normal kurang lebih 1mm sampai 3mm. Overjat tergantung pada inklinasi dari gigi-gigi insisivus dan hubungan antero-posterior dari lengkung gigi. Pada sebagian besar individu, ada overjetpositif, misalnya sewaktu insisivus atas terletak di depan insivus bawah pada keadaan oklusi, namun overjet juga bisa kebalikan, atau edge to-edge Overbite adalah jarak vertical antara ujung gigi insisivus atas dan bawah. Dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertikal dari segmendento-alveolar anterior. Idealnya, gigi insisivus bawah harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari insisivus atas atau 2-3 mm,pada keadaan oklusi. Namun bisa juga terjadi suatu keadaan di mana jarak menutupnya bagian insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 1/3 (deep bite). Bisa juga terjadi keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik (openbite). Bisa juga terjadi edge to edge atau permukaan insisal insisivus rahang atas berkontak dengan insisivus rahang bawah.
11

Overjet dan overbite pada laki-laki dan perempuan mengalami perbedaan, tetapi perbedaan ini tidak bermakna secara signifikan. Besar kecilnya overjet dan overbite bisa disebabkan oleh faktor skeletal, dental atau kombinasi keduanya. Berdasarkan hasil percobaan, overjet ndan overbite orang laki-laki yaitu 4 mm, sedangakan pada perempuan yaitu overjet 3 mm dan overbite 2 mm. dari hasil tersebut dapat dkatakan bahwa overjet dan overbite orang coba normal.

1.3.1.4 Pemeriksaan Oklusi Ideal Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Pada percobaan yang dilakukan oleh orang coba, didapatkan pemeriksaan gerakan oklusi sentrik dalam keadaan normal, gerakan relasi sentries ke oklusi sentris dalam keadaan normal, namun pergerakan mandibula ke anterior terdapat hambatan yaitu pada caninus kiri. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak.

1.3.2 Pemeriksaan Hubungan Mandila Terhadap Maksila 1.3.2.1 Pemeriksaan Relasi Sentrik Pada percobaan yang dilakukan oleh orang coba laki-laki, gerakan oklusi Intercupal Contact Position (ICP) yaitu kontak maksimal antara gigi-geligi dengan antagonisnya, tidak mengalami kontak premature. Gerakan oklusi Retruded Contract Position (RCP), yaitu kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun rahang bawah masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral, juga tidak mengalami kontak premature. Sedangkan gerakan oklusi Protrusif Contact Position (PCP), yaitu kontak gigi geligi anterior pada saat rahang bawah digerakkan ke anterior, yang mengalami kontak premature adalah gigi geligi caninus kiri. Dari praktikum yang telah kami lakukan yaitu pemeriksaan relasi sentrik pada orang coba yang berjenis kelamin perempuan didapatkan jarak gigit saat oklusi sentries adalah 2 mm, dan jarak gigi saat relasi sentries sebesar 5 mm. Jarak pergeseran dari posisi ICP ke RCP yaitu 3 mm. Pada orang coba laki-laki jarak gigit oklusi sentries yaitu 4 mm dan jarak gigi
12

saat relasi sentries yaitu 6 mm. Jarak pergeseran dari posisi ICP ke RCP yaitu 2 mm. Pemeriksaan kali ini juga untuk melihat sentris atau tidaknya posisi mandibula, yang sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama kontak.

1.3.2.2 Pemeriksaan Physiological Rest Position Dari praktikum yang telah kami lakukan yaitu pemeriksaan physiological rest position pada orang coba yang berjenis kelamin perempuan didapatkan free way space 2 mm dan pada laki-laki yaitu 2 mm. Free way space sendiri adalah celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertikal istirahat dan relasi vertikal oklusi hal ini dapat dikatakan normal, free way space yang normal yaitu 2-4mm. Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar jarak in-terocclusal pasien pada saat posisi istirahat. Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan pada perawatan nanti.

1.3.3.3 Pemeriksaan Oklusi Dinamik / Artikulasi Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun ke depan (antero-posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal rahang atas dan cusp molar rahang bawah; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side. Pada pemeriksaan oklusi dinamik atau artikulasi kali ini, digunakan dua orang coba yang berbeda jenis kelamin. Pada orang coba laki-laki diperoleh data bahwa oklusi gigi geligi pada sisi kerja terjadi kontak dan oklusi gigi pada sisi keseimbangannya terjadi kontak. Begitu pula pada orang coba perempuan, oklusi gigi geligi pada sisi kerja terjadi kontak dan oklusi geligi pada sisi keseimbangan juga terjadi kontak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa orang cobabaik laki-laki maupun perempuan pola oklusinya adalah BBO (Bilateral Balanced Occlusion) dimana gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak.
13

BAB IV KESIMPULAN

Oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung dalam suatu hubungan-hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognasi terhadapa permukaan gigi-geligi yang berkontok dalam keadaan berfungsi. Oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antar sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskuler, sendi temporomandibular (STM) dan gigi-geligi. Oklusi dikatakan baik/benar apabila hubungan kontak antara gigi-geligi pada rahang bawah dan rahang atas memberikan tekanan yang seimbang pada kedua sisi rahang, baik dalam keadaan sentrik maupun eksentrik. Oklusi yang ideal dapat diperoleh apabila bentuk cusp, ridge, dan groove gigi geligi ideal, tetapi hal ini akan sulit dicapai sebab dalam proses pemakainnya seringkali gigi-geligi tersebut mengalami perubahan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Archer W H. 1975. Text Book of Oral and Maxillofacial Surgery 5th Ed. W.B. America: Saunders Co Peterson L.G. 1998. Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery 3th ed. America: Mosby Bishara S.E. 2001. Text Bookof Orthodontics. America: WB.Saunders Co Proffit W.R. White R.P., Sarver D.M. 2003. Contemporary Treatment of Dentofacial Deformity. America: Mosby. Thomson, Hamist. 1994. Oklusi ed.2. Jakarta: EGC

15

You might also like