You are on page 1of 13

Laporan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

HIPERTENSI

Disusun Oleh: dr. Duhita Ganes P.

Pendamping: dr. Ign. Adhi Puji Astowo

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN BREBES 2013

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN F. 1 PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN HIPERTENSI

Brebes, Oktober 2013

Peserta Program Internsip Dokter Indonesia

Pendamping Program Internsip Dokter Indonesia

dr. Duhita Ganes Prabaningswasti

dr. Ign. Adhi Pujo Astowo NIP: 19720229 200212 1 002

BAB I LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama baik di negara maju maupun di negara berkembang. Meski banyak kemajuan yang dicapai dalam pengobatan penyakit hipertensi, namun morbilitas dan mortalitasnya tetap meningkat. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi; 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari faktor risiko. Sebanyak 70% menderita hipertensi ringan, sehingga banyak diabaikan/terabaikan dan menjadi hipertensi maligna (Gunawan, 2001). Berdasarkan profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2012, penyakit jantung dan pembuluh darah memiliki angka kejadian tertinggi pada kelompok penyakit tidak menular yaitu sebanyak 66,51% (806.208 dari 1.212.167 kasus). Kasus tertinggi pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit Hipertensi Esensial, yaitu sebanyak 554.771 kasus (67,57%) lebih rendah dibanding tahun 2011 (634.860 kasus/72,13 %). Perubahan gaya hidup merupakan lini pertama upaya pencegahan hipertensi. Penggunaan obat anti hipertensi tentunya akan lebih efektif jika disertai pola hidup yang lebih sehat. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui pola hidup sehat untuk mencegah dan mengobati hipertensi

BAB II PERMASALAHAN

Berdasarkan

profil

Puskesmas

Tanjung

tahun

2012,

hipertensi

menempati urutan ke 9 dalam kelompok penderita rawat jalan umur 5-64 tahun. Sedangkan pada kelompok umur > 65 tahun, hipertensi menempati urutan ke 4. Jumlah penderita hipertensi tahun 2012 sebanyak 1690 kasus pada kelompok umur 5-64 tahun dan 440 pada kelompok umur > 65 tahun, sehingga jumlah keseluruhan kasus hipertensi tahun 2012 pada semua kelompok umur adalah 2130. Pada tahun 2011, terdapat 1936 pasien hipertensi pada kelompok umur 564 tahun, 204 pasien pada kelompok umur > 65 tahun, dan total 2140 pasien. Jika dibandingkan, pada kelompok umur 5-64 tahun terdapat penurunan jumlah penderita hipertensi, tetapi pada kelompok umur > 65 tahun terdapat peningkatan yang sangat signifikan. Jumlah keseluruhan penderita hipertensi pada tahun 2012 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011. Angka-angka tersebut menunjukkan tingginya angka kejadian hipertensi di Puskesmas Tanjung. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menurunkan angka kejadian tersebut. Upaya untuk menurunkan angka kejadian hipertensi tidak hanya dengan upaya kuratif dengan medika mentosa, tetapi juga diperlukan upaya preventif dan promotif. Masyarakat pada umumnya terbiasa menjalani pola hidup yang kurang sehat, misalnya kurang olahraga, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi makanan instan atau makanan yang diawetkan. Masyarakat di wilayah Puskesmas Tanjung sebagian besar terbiasa mengkonsumsi gorengan, makanan instan, minum teh manis atau kopi pagi dan sore hari, merokok, dan kurang olahraga. Pola hidup yang kurang sehat inilah yang menjadi masalah dalam mencegah dan mengobati hipertensi.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg. Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

B. Etiologi Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder. Sebanyak 90 % hipertensi esensial dan hanya 10 % yang penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan hormonal (Soenarta, 2005). Hipertensi primer didefinisikan jika penyebab hipertensi tidak dapat diidentifikasi. Ketika tidak ada penyebab yang dapat di identifikasi, sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks antara genetic dan interaksi lingkungan. Biasanya hipertensi esensial terjadi pada usia antara 25-55 tahun dan jarang pada usia di bawah 20 tahun (Cowley, 2006).

C. Klasifikasi Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi (Chobanian et al, 2003)

Pada tabel 1 merupakan klasifikasi hipertensi pada usia 18 tahun atau lebih. Penggunaan klasifikasi ini ini didasarkan dengan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih (Chobanian et al, 2003).

D. Faktor Risiko Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang reversible dan irreversibel. Faktor risiko yang reversibel adalah usia, ras Afrika-Amerika, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolic (Thomas et al, 2008).

E. Manifestasi Klinis Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hypertensi yang meningkat dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen, bingung, gangguan penglihatan, mual dan muntah (Kasper et al, 2008). Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria, dan nocturia karena hypokalemia. Hipertensi kronik sering menyebabkan pembesaran jatung kiri, yang dapat menimbulkan gejala sesak napas yang berhubungan dengan aktivitas dan paroxysmal nocturnal dyspnea (Kasper et al, 2008).

F. Diagnosis Gambar 1. Algoritma Diagnosis Hipertensi (ICSI, 2008)

G. Pengobatan Umum 1. Perubahan Gaya Hidup Gaya hidup yang sehat merupakan prevensi terhadap peningkatan tekanan darah dan termasuk dalam pengobatan hipertensi. Perubahan gaya hidup dapat menurunkan atau menunda insiden dari hipertensi, dan meningkatkan efek dari obat antihipertensi, dan penurunan risiko kardiovaskular (Chobanian et al, 2003). Tabel 2. Perubahan Gaya Hidup untuk Mencegah dan Pengobatan hipertensi (Chobanian et al, 2003).

2. Obat-obat Antihipertensi

Penanggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan gaya hidup tekanan darah belum mencapai target (>140/90 mmHg) atau > 130/80 mmHg pada diabetes atau penyakit ginjal kronik. Pemilihan berdasarkan ada/tidaknya indikasi khusus. Bila tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga tergantung pada derajat hipertensi (Chobanian et al, 2003). Sesudah pemakaian obat antihipertensi, pasien harus melakukan follow-up dan pengaturan dosis obat setiap bulannya atau sesudah target tekanan darah tercapai. Serum kalium dan kreatinin harus di monitor setidaknya satu sampai dua kali per tahun. Sesudah target tekanan darah tercapai, follow-up dapat 3-6 bulan sekali (Chobanian et al, 2003). Tabel 3. Pilihan obat pada Indikasi Khusus (Chobanian et al, 2003) Diuretik B ACEI ARB CCB Antialdosteron Indikasi Blocker Khusus Gagal + + + + + Jantung Pasca MCI + + + Risiko tinggi + + + PJK Diabetes + + + + + Mellitus Penyakit + + + ginjal kronik Cegah stoke + + berulang

BAB IV INTERVENSI

Metode yang digunakan berupa penyuluhan mengenai polah hidup sehat dan pengelolaan hipertensi. Penyuluhan dilakukan di Puskesmas Tanjung. Sasaran penyuluhan adalah masyarakat umum baik pasien maupun pengantar pasien. Pelaksanaan Kegiatan Hari/Tanggal Tempat Jumlah Peserta : Rabu, 25 September 2013 : Puskesmas Tanjung : 25 orang

Hal yang dilakukan saat penyuluhan antara lain: a. Perkenalan dan penyampaian tujuan penyuluhan b. Penyampaian materi c. Tanya jawab d. Dokumentasi

BAB V PEMECAHAN MASALAH

Saat pelaksanaan penyuluhan, sebagian peserta penyuluhan sudah pernah mendengar tentang penyakit hipertensi. Sebagian peserta juga mengetahui tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Sebagian besar masyarakat di Tanjung terbiasa mengkonsumsi gorengan setiap hari. Sebagian rumah tangga juga menggunakan minyak jelantah untuk menggoreng sehingga kandungan kolesterol tentunya ikut meningkat. Oleh karena itu, saat penyuluhan peserta disarankan untuk mengurangi konsumsi gorengan dan tidak menggunakan minyak jelantah. Sebagai alternatif, menu gorengan dapat diubah menjadi semur, bacem, atau tumis. Penggunaan garam dalam masakan juga disarankan untuk dikurangi karena konsumsi garam yang berlebih akan meningkatkan tekanan darah. Konsumsi ikan asin sebaiknya dihindari karena memiliki kandungan garam yang tinggi. Dalam penyuluhan juga disampaikan supaya masyarakat menghindari konsumsi mi instan dan memperbanyak konsumsi sayur dan buah terutama yang bermanfaat untuk menjaga tekanan darah seperti seledri dan timun. Selain perubahan pola makan, olah raga rutin juga diperlukan untuk mencegah hipertensi. Kebanyakan masyarakat saat ini larut dengan kesibukan di tempat kerja maupun di rumah sehingga merasa tidak punya waktu atau terlalu lelah untuk berolah raga. Padahal olah raga rutin seperti jalan cepat selama 30 menit dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 4-9 mmHg.

BAB VI KESIMPULAN

Pola hidup sehat merupakan faktor penting dalam mencegah dan mengobati hipertensi. Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk

menyampaikan kepada masyarakat tentang pola hidup yang sehat. Penyuluhan pola hidup sehat perlu dilakukan secara rutin untuk mendorong masyarakat pada umumnya untuk mencegah hipertensi. Sedangkan pada penderita hipertensi diperlukan konseling lebih lanjut supaya hasil pengobatan lebih maksimal. Pola hidup sehat yang dapat disarankan kepada masyarakat antara lain kurangi konsumsi gorengan dan hindari penggunaan minyak jelantah, kurangi konsumsi garam dan ikan asin, perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan dan biasakan untuk berolahraga.

DAFTAR PUSTAKA

Chobanian AV et al. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. 289(19):256072. Cowley AW Jr. 2006. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet. (11):82940. Dinas Kesehatan Provinsi. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Gunawan. 2001. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). 2008. Hypertension Diagnosis and Treatment. Bloomington (MN): Institue for Clinical Systems Improvement (ICSI) Kasper, Braunwald, Fauci, et al. 2008. Harrisons principles of internal medicine 17th edition. New York: McGrawHill Soenarta A. A. 2005. Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi)

You might also like