You are on page 1of 16

vinyet kota

vinyet kota

semacam ZINE | edisi #01 |November 2013

vinyet kota

Tentang GEROBAG PROJECT


Gerobag Project adalah kegiatan seni rupa publik yang di inisiasi oleh Abdulrahman Saleh. Proyek ini akan melakukan bedah gerobag di lima wilayah di jakarta. Dalam aktivitasnya, diciptakan seorang tokoh fiktif bernama Mr. Gro. Ia adalah karakter yg diciptakan sebagai narator workshop gerobag project yang merupakan bagian dari gelaran seni rupa publik untuk JKT biennale 2013. Hasil yang diharapkan dari workshop ini adalah gerobag pemulung akan menjadi mural bergerak yang terlihat menarik, berwarna, penuh dengan gambar dan teks. Jadi. kalau nanti anda temui gerobag pemulung barang bekas berwarnawarni sliweran di jalanan jakarta. bisa jadi itu adalah hasil workshop kami :D

Penanggung jawab: Abdulrahman Saleh | Tim Riset: Barjow, Agus.S.W.A | Visualiser Gerobag: Fia, Fillo, Sanusi, Ijul, Ellen, Mural: Kompeni | Produksi Video: Ganda, Koh Ricky Link blog: manusiagerobag.tumblr.com Akun Youtube: ngepoTV

vinyet kota

Bertemu Mbak Yati


Catatan mencari gerobak #01 22 September 2013
kemudian bergerak menuju Jakarta barat. Tentu saja menemui Mbak Yati. Santo janjian dengan Mbak Yati ketemu di pasar kedoya, karena si embak lagi nyapu disana. Singkat cerita, kami akhrnya bertemu dengan Mbak Yati dan seorang temannya yang biasa dipanggil Ibu Mamah. Berawal dari Santo kawan saya, yang tiba-tiba saja ingat wilayah dampingannya tahun 2002 saat masih aktif sebagai pegiat HAM untuk buruh Kedoya kadohan ora? (Kedoya kejauhan enggak?) tanya Santo ke saya. Dalam hati sebenarnya ingin bilang kejauhan, tetapi karena ini proses awal mencari lapak tempat gerobak pemulung yang sedianya akan saya jadikan kanvas dengan menggambarinya, ya, saya bilang oke saja. Bertiga, saya Santo dan Barjo Ternyata dua orang ini dulunya warga Cengkareng yang wilayahnya tergusur. Saat melakukan perlawanan itulah mereka didampingi LSM yang didalamnya ada si Santo. Setelah basa-basi sejenak, kami kemudian ke lapak dimana Mbak Yati dan Ibu Mamah tinggal. Lapak seluas dua hektar itu didalamnya ada rumah-rumah petakan yang disewakan seharga duaratus ribu rupiah perbulan. Di blok mbak yati ada sekitar 30 petakan. Yang bertanggung jawab terhadap blok mbak Yati, dari urusan bayar sewa sampai pomba air dan listrik

vinyet kota
Akhirnya saya memutuskan, hanya akan membedah gerobak milik perseorangan saja. Karena jumlahnya juga lumayan banyak. Sebentar saja sudah nemu 6gerobag. Lalu kami janjian akan kembali lagi di bulan oktober untuk workshop menggambar gerobag, yangg satu diantaranya akan kami pinjam untuk di pajang di Venue Utama pameran seni rupa Biennale Jakarta di bulan November. Bersyukur ternyata di bolehin salah satu gerobag kami pinjam selama satu bulan. Misi hari ini selesai. Satu lokasi aman.. Bungkus.
@seblat

adalah Pakde Marno. Tentu saja kami harus permisi kepada Pakde marno, yang secara baik menyambut kami, bahkan mempersilahkan gerobaknya untuk diobrak-abrik. Yang justru bermasalah adalah bos bedeng dengan gerobak-gerobak yang memang sepenuhnya menjadi miliknya. Intinya si bos bedeng meminta uang sewa. Di lapak tersebut, ada penarik gerobak yang ngindung dengan bos bedeng, tetapi ada yang merdeka, tidak ngindung dan bisamenjual barang bekas kemana saja. Tidak terikat dengan satu bos bedeng. Di area lapak seluas 2 hektaritu memang ada beberapa os bedeng, tidak dikuasai satu orang saja.

vinyet kota

Oase itu Bernama Saung Manggar


Hari minggu, 29 September 2013 saya diundang untuk memberikan workshop komik kepada anak-anak yang tergabung di Komunitas Taman bacaan Saung Manggar yang terletak di pojokan taman. ya, di sebuah taman yang berada di dalam perumahan Kavling DKI, Kalimalang Jakarta Timur. Anak-anak yang bergabung di Saung Manggar kebanyakan bukan warga perumahan yang notabene adalah kelas menengah yang sudah tidak butuh lagi perpustakaan umum. Bisa dipastikan pasti punya perpustakaan di rumah. Mereka berasal dari kampung yang berada mepet di tembok perumahan, yang rata-rata orang tuanya berprofesi sebagai pemulung. Peserta workshop pagi itu 12 anak, laki-laki dan perempuan. Rata-rata dari mereka belum pernah membuat komik. Jadi saya harus berulang kali menekankan elemen-elemen sederhana membuat komik, misalnya membuat panel, balon kata dan penokohan. Juga memberi contoh sesederhana mungkin terkait teknik menggambar yang membuat mereka nyaman dan tidak takut untuk menggoreskan alat gambarnya. Hasilnya lumayan. Di pojok taman yang asri itu, anak-anak asik menggambar komik. Di sebuah bangunan yang merupakan swadaya masyarakat perumahan itu mereka menemukan tempat menggambar komik yang nyaman. Juga belajar dari bukubuku yang tersedia. Rata-rata selesai membuat komik sesuai tema yang ditentukan oleh mereka sendiri. Ada yang menggambar pengalaman di marahi guru. Telat masuk sekolah lalu dihukum, Menggambar perasaan suka terhadap lawan jenis, dan hal-hal keseharian lainnya. Yang membuat saya senang, selain workshop komik, hari itu saya juga mendapat informasi soal gerobaggerobag pemulung yang bisa saya respon terkait gerobag project yang sedang saya siapkan dalam rangka keikutsertaan di pameran seni rupa Biennale Jakarta dimana saya akan menampilkan karya diatas gerobag pemulung. Lalu saya janjian untuk bertemu dengan orang tua anak-anak itu besok tanggal 19 oktober, dilanjutkan membedah gerobag mereka menjadi lebih enak dilihat dengan ditoreh gambar-gambar nyemangat, juga teksteks berisi curhatan nasib para tukang gerobag itu. Para penarik gerobag itu sendiri yang akan menentukan tema apa yang akan digambar, juga teks dan narasi sesuai perasaan mereka.
@seblat

vinyet kota

Dari gerobag curhat, menjadi gerobag protes! Lalu gerobag ruwat


Seri kedua workshop bedah gerobag yang merupakan rangkaian pameran seni rupa luar ruang, Biennale seni rupa Jakarta semakin seru dengan cerita-cerita yang muncul saat proses workshop. Interaksi dengan para penarik gerobag, pemilik lapak, juga masyarakat yang menyaksikan menyisakan cerita yang sayang kalau tidak di catat. Di kedoya, karena jalan masuk kami adalah warga yang sudah menjadi aktifis, yaitu mbak Yati, kami tidak kesulitan menjelaskan apa yang akan kami perbuat. Mbak Yati adalah korban gusuran dari wilayah Cengkareng yang terdampar di lapak Kedoya. Lewat mbak Yati pula kami mendapatkan gerobag-gerobag yang siap lukis, bahkan menemukan bakatbakat terpendam yang ternyata ada di dalam lapak. Salah satunya sebut aja Si mamang, adik dari Ibu Mamah, kawan karib mbak Yati dari sejak di Cengkareng. Mereka juga seperjuangan saat melawan penggusuran, bahkan sempat tinggal hampir setahun di Komnas HAM. Si Mamang awalnya terlihat malu saat kami menggambar gerobag di taman Kedoya. Karena gerobagnya termasuk yang ikut di gambari, akhirnya si Mamang turun tangan juga. Apalagi melihat kami kewalahan menaklukkan empat gerobag yang kami keroyok berempat. Si mamang lalu beraksi. Figur yang suka digambarnya ternyata adalah tokoh kartun. Yang disukainya adalah Donald bebek. Ahayy.. dengan mencontoh sebuah sepanduk warung mie ayam yang emmajang kartun Donald, si Mamang bergerak cepat. Tangannya menari membenuk figur Donald dengan cepat lalu mewarnainya. Saya sendiri di sampingnyamendapat

vinyet kota
orderan dari Bang Aji, pemilik gerobag untuk menggambar ondelondel. Lagi-lagi kena ondel-ondel saya. Sebelumnya di saung manggar juga ada yang minta ondel-ondel. Tetapi, lama-lama Bang Aji mulai berani rikues. Beliau minta gerobagnya bertuliskan protes. Jakarta Keras coy! demikian awal permintaannya. Lalu di susul kalimat panjang yang harus saya catat, biar tidak salah. Saya minta Santo untuk mencatat. Aye anak betawi. Aye korban gusuran. Daripada nganggur lebih baik mulung. Jakarta keras Coy! Demikian rikues kalimat dari Bang Aji yang kan dituliskan di badan gerobagnya.

Lalu Kalimat protes lainnya meluncur. Terutama di hari kedua workshop gerobag di Duri Kepa. Ada satu gerobag yang menitip tulisam Hukum Mati Koruptor! Warga negara Bukan Angka2! Gerobag curhat kemudian menjadi gerobag protes. Meski ada juga yang pesan kalimat penyemangat semisal Kerja Keras Siang malam Yang beda adalah pesanan Mas Pur, salah satu pemilik lapak. Karena baru saja mengalami kecelakaan, Mas Pur pesan dibuatkan gambar wayang. Skalian di ruwat, katanya. Walah, ini lagi ada gerobag ruwatan. Semua coba dipenuhi. Untung di saat kami kewalahan karena tenaga ilustrator terbatas, ada tenaga bantuan menggambar datang. Si mamang muncul membantu kami. Dibantu David dan Rizki, bahkan bu Mamah dan Mbak yati ikut rame-rame menggambar. Keterlibatan warga untuk ikut menggambar itulah yang kami harapkan. Kalau bisa sih semua digambar oleh warga sendiri. Kami tinggal semacam supervisi, sambil membenarkan sana-sini agar terlihat tetap apik dan warna-warni.
@seblat

vinyet kota
Dongeng Parasu

Dongeng Parasu
Awalnya tidak sengaja. Saat iseng mengumpulkan gambar wayang untuk stok saat workshop bedah gerobag, kalau nanti ada yang pesan gambar wayang lagi. Maka saya mulai mencoret-coret gambar wayang yang sudah diunduh di dalam buku notes yang selalu aku bawa kemana saja. Yang di pilih tentunya yang menarik figurnya, tanpa tahu maknanya. Tahu-tahu saja saya tertarik dengan sesosok wayang bernama Rama Parasu. Sosoknya hitam dengan rambut mohawk bersenjata kampak. Setelah selesai digambar, lalu di scan dan diposting di laman FB. Biasa, sahre ke teman, siapa tahu ada komentar bermanfaat. Sambil mengomentari tampilan si Parasu yang eksentrik. Banyak komentar balik yang menarik. Mas Uzie mengomentari pilihan stilasi dalam wayang dikaitkan dengan syariat Sunan Kalijogo. Kami saling berbalas komentar. Seperti biasa, ada yang sekedar acung jempol. Lalu ada komentar masuk dari Tika.

Tika, teman istri saya yang merupakan anak seorang dalang itumenjelaskan siapa Parasu. Menurut cerita Tika, Ramaparasu itu manusia yg menjadi dewa. Dia anak seorang begawan. Suka menyepi di hutan, bertapa hingga saktinya. Hidupnya jujur dan sederhana, bocah rimba gitu deh. Suatu hari dia dipanggil bapaknya dan ditanya... Parasu Parasu. Kamu manusia yg adil dan bijaksana, yg bisa memutuskan suatu perkara yg rumit, jawablah anakku, jika ada istri yg berselingkuh berkali kali dg tidak menghormati keluarganya, apa hukumnya.

vinyet kota

Parasu menjawab, Perempuan itu tidak bisa menjaga kehormatannya sendiri, lebih baik dia mati. Bapaknya bertanya, maukah kamu membunuh wanita itu? Parasu menjawab, jika bapak bisa mengabulkan 1 permintaanku, akan kubunuh perempuan itu. Bapaknya bersabda, asal bukan bulan dan bintang yang kau minta... Tika menghentuikan ceritanya, lalu bertanya. mau tau klanjutannya gak Mas. Mauuu!! saya menjawab penuh semangat. Parasu ini bocah yang nggak mau tunduk dg aturan istana atau masyarakat yg hipokrit, rebelion gitu deh ceritanya. Kulanjutin ya Kata Tika. Lalu bapak begawan ini berkata. Perempuan itu adalah IBUMU, Parasu.... dan bumipun gelap dimata Parasu. Hancur hatinya. kamu harus liat pagelaran wayangnya ni mas, pasti nangis..... Baik bapak, seperti janjiku, akan kubunuh ibuku sendiri, tapi ingatlah bapak, akan sabdamu... Lalu Parasu menemui ibunya. Menangislah Parasu dipangkuan ibundanya.

Dikatakan sejujurnya niatan mendatangi ibunya. Sang ibu berkata... Anakku, benar itu semua, ayahmu tidak dapat mengadiliku, lebih baik aku mati ditangan anakku sendiri, tapi nak... Maafkan aku ibumu ini, yg sungguh berdosa, bunuhlah aku dan sucikanlah aku di mata air nirwana... YA IBU... Setelah dibunuh ibunya digendong berlari sambil menangis. Parasu membawa jasad ibunya berkeliling negri. Se sampainya di ayahanda,.. Parasu berkata, bapak, seperti pintamu, kubunuh ibuku, sekarang kutagih janjimu, kau hidupkan ibuku dan peristri dia lagi, dan cintailah dia sepenuh hatimu.... Ayahanda menjawab... oh Parasu, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu meskipun aku begawan sakti. Tika berhenti sejenak. Lalu melanjutkan cerita, Parasu ini kontroversial banget, beberapa dalang memilih untuk tidak melakonkannya, atau mengganti alur cerita kalau parasu tidak membunuh ibunya. Karena wayang itu kan ada unsur mengajar penonton, ada pesan yg mndalam. Jadi masak anak membunuh ibunya sndiri... oya itu ceritane blm kelar lho mas.

10

vinyet kota

Aku barusan gugling Tik, nemu versi cerita yang tidak dibunuh. Yang asli dibunuh Mas. Tapi karena terlalu KERAS ceritanya jadi dilunakkan. Oke, cerita versiku berlanjut... Kkarena kecewa sang begawan tidak bisa menghidupkan Ibundanya, Parasu membunuh semua kesatria di istana tempat raja Arjuna Sasrabahu berada, termasuk sang Raja yg merupakan titisan Dewa wisnu itupun dikalahkannya. Tepat saat senjata Parasu mengenai Sasrabahu, sang Wisnu oncat, keluar dari tubuhnya... Parasu mengejar, mengembara smpai jaman Ramayana, dan bertemu Rama wijaya. Parasu menantang semua kestria yg dia temui. Beberapa versi mengatakan dia terbunuh oleh Hanoman. Beberapa versi oleh Rama atau Krisna, tidak ada yg tau pasti. Tapi ada cukilan cerita di India yg mengatakan dia menjadi dewa, saksi perjalanan manusia, dia tidak bisa mati dan harus mengembara sampai dunia ini berakhir. Bersama kesedihannya. Tika memungkasi ceritanya. Aku tercenung. Luar biasa cerita ini. Berkah kepo mencari bahan untuk workshop gerobag curhat yang menjadi bagian dari kerja seni luar ruang helatan Biennale Jakarta 20013, dimana saya menjadi salah satu seniman yang diundang. Saya jadi belajar banyak. Belajar saat di lapangan workshop, dan berinteraksi dengan orang-orang dan tim kecil yang kubentuk. Juga saat mencari materi visual. Yang pasti, saya jatuh cinta dengan sosok Parasu, versi dongengan Tika tentu saja.

vinyet kota

11

12

vinyet kota

BERHENTI MELUKAI BUMI!

vinyet kota

13

14

vinyet kota

vinyet kota

15

16

vinyet kota

You might also like