You are on page 1of 2

Penggunaan Analogi dalam Pelajaran Kimia untuk Membentuk Karakter yang Baik

Untuk Perhatian
Tulisan yang telah berumur lebih dari 2 tahun pada blog ini, kotak komentar secara otomatis ditutup. Pranala (link) ke luar blog ini bisa jadi tidak valid seiring jalannya waktu, mohon informasi jika dijumpai pranala yang tidak aktif lagi. Terima kasih Pelajaran kimia cukup dominan dalam hal imajinasi, memikirkan prilaku partikel dalam atom atau interaksi dengan partikel lainnya selalu ada saja padanan atau analoginya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ajaran akhlak dan mental bangsa (cie) pun tidak luput untuk bisa diangkat dari berbagai pokok bahasan kimia yang sedang berlangsung. Ini akan menjadi mudah ketika lebih sering untuk merenungkan keterkaitan dan kesepadanan prilaku mikroskopis dengan prilaku kehidupan masyarakat. Misalnya, ketika ada sesuatu yang ideal maka yang lain akan mengikuti untuk mencapai keidealan itu. Dengan berbagai cara yang penting bisa mencapai keidealan itu, yang akibatnya mungkin tak terpikirkan dan bisa dimanfaatkan untuk suatu hal. Kehebatan manusia untuk mencari, menelisik hubungan antar hal dalam pencapaian idealisme. Sungguh canggih ciptaan Tuhan itu. Dalam ajaran agama Islam, sifat Nabi Muhammad SAW yang dipandang ideal sebagai suri tauladan bagi umatnya, maka semua umat beliau bercita-cita ingin memiliki sifat yang dimiliki junjungannya itu, apapun caranya demi capaian itu. Permisalan di atas bisa kita tarik ke dalam pelajaran kimia tentang sifat gas mulai, satu golongan unsur dalam sistem periodik dengan jumlah elektron valensi dua atau delapan. Dengan 2 atau 8 elektron dikulit terluar itu unsur tersebut menjadi stabil. Unsur selain golongan gas mulai ini memiliki elektron valensi bervariasi mulai dari 1 elektron valensi hingga 7 elektron di kulit terluarnya. Semua unsur yang berada pada keadaan seperti itu tentu secara alami tidak bisa dikatakan stabil, buktinya kita sulit menjumpai unsur-unsur tersebut dalam keadaan murni, tetapi selalu berikatan membentuk senyawaan. Berbagai upaya dilakukan dan memang terjadi untuk mencapai sifat stabil seperti gas mulai, yaitu dengan melepaskan elektron dan atau menangkap elektron (yang dikenal dalam pembentukan ikatan ion), juga menggunakan beberapa elektron valensi untuk digunakan secara bersama-sama (yang dikenal dalam pembentukan ikatan kovalen). Dari situlah kemudian kita bisa menjumpai berbagai zat-zat yang tak terkira jumlahnya, zat-zat dengan kestabilan setelah mencapai kondisi ideal layaknya gas mulia. Suatu hal yang menegaskan bahwa untuk mencapai kemulaiaan itu kita, manusia, tidak bisa berdiri sendiri. Kita hidup dalam masyarakat saling membutuhkan, ada perlu berbagi dengan sesama ada tradisi memberi dan menerima. Semua dilakukan untuk mencapai keharmonisan hidup. Menjadi hukum alam bahwa di dunia ini selalu berpasangan, antara miskin (kekurangan

elektron) dan kaya (kelebihan elektron), yang kekurangan akan tenang ketika mendapat tambahan elektron dari yang kelebihan elektron. Jika kestabilan ini tidak tercapai dan berlangsung terus menerus maka dimungkinkan disintegrasi hingga tercapai keseimbangan, sebuah kestabilan. Dalam konsep termodinamika bahwa entropi alam ini selalu membesar, artinya kerusakan alam akan terjadi terus menurus hingga nanti (kelak) benar-benar hancur (kiamat). Suatu analasis manusia tentang ke-alam-an yang fana ini. Siapkan diri semoga kita tidak termasuk golongan orang yang merugi. Contoh lain dalam pokok bahasan kesetimbangan kimia, tentang pengaruh konsentrasi, pengaruh tekanan, dan pengaruh temperatur. Ini adalah analogi yang sangat-sangat dekat dengan pembentukan karakter siswa. Hal yang bisa diajarkan dalam pokok bahasan ini antara lain sifat, kemanusiaan dan kelaziman dalam hidup. Pada keadaan setimbang ketika reaksi eksoterm dimana faktor lain dianggap konstan maka kita tidak perlu lagi untuk menambahkan panas (kalor/energi) untuk menghasilkan produk reaksi lebih banyak, sebab para reaksi itu sudah menghasilkan kalor dengan sendirinya. Kalau sudah kaya tidak perlu diberi bantuan, ini pendidikan yang bisa ditekankan kepada siswa. Namun ketika reaksi bersifat endoterm (memerlukan panas) maka tambahkanlah panas (meningkatkan temperaturnya) sehingga reaksi itu bisa terjadi. Pelajaran karakter yang bisa diambil adalah ketika orang lain membutuhkan karena kekurangan (tidak mampu miskin) maka berilah (bantulah) agar mereka bisa lebih hidup. Dari hukum-hukum dalam sains pendidikan karakter bisa diterapkan secara masif melalui analogi-analogi, meskipun yang dinamakan mendidik karakter itu tidak harus tertulis dalam setiap detil perencanaan pengajaran yang seperti selama ini didengungkan. Kadang dari detildetil yang rinci malahan sering tidak terajarkan dengan baik, sekedar menjadi pemenuhan tuntutan kurikulum saja. Mari mengajarkan prilaku bagi anak didik kita melalui analogi, semoga pribadi siswa dan diri kita juga mengikuti karakter hukum-hukum positif sains. Wasaalam,

You might also like