You are on page 1of 3

Minggu II : 16-20 Septermber 2013 Topik : Perceraian sebagai salah satu faktor predisposisi gangguan jiwa Minggu ketiga

praktik klinik keperawatan jiwa cukup membuat saya beradaptasi dengan keadaan di ruangan termasuk dengan pasien kelolaan dan pasien di Tim I. Saran dari koordinator M.A bahwa mahasiswa lebih baik pulang lambat daripada harus membawa pulang dokumentasi berusaha untuk diikuti, sambil mengisi waktu dan mendalami riwayat perjalanan penyakit pasien khususnya seluruh pasien di Tim I akhirnya satu persatu status pasien bisa dibaca secara seksama, karena waktu setelah operan dinas pagi ke dinas sore menurut hemat saya merupakan waktu yang sangat kondusif untuk dapat membaca status pasien tanpa tergesa-gesa, menambahkan dokumentasi pasien kelolaan dan juga melakukan interaksi dengan pasien. Dari hasil observasi status pasien, 50% dari pasien kelolaan pada minggu kedua, diperoleh data bahwa awal mula perjalanan penyakit dimulai dari pengalaman traumatis yakni perceraian sehingga berdampak pada kondisi psikis dan mengantarkan pasien tersebut menjalani perawatan di RSMM hingga saat ini. Proses perceraian merupakan peristiwa stres dan bahkan traumatis bagi sebagian orang. Masa tersulit bagi mereka yang menghadapi perceraian adalah pada saat mereka harus memutuskan untuk bercerai. Setelah bercerai menurut Goode (1991, dalam Aryani, 2012) mengidentifikasi beberapa perubahan yang akan terjadi dan memerlukan penyesuaian kembali ketika seseorang mengalami perceraian, yaitu penghentian kepuasan sesksual, hilangnya persahabatan, kasih sayang atau rasa aman, hilangnya model peran dewasa untuk diikuti oleh anak-anak, penambahan dalam beban rumah tangga bagi pasangan yang ditinggalkan terutama dalam menangani anak-anak, penambahan dalam persoalan ekonomi dan pembagian kembali tugas-tugas rumah tangga dan tanggung jawabnya. Papalia, Stern, Feldman & Camp (2007) memaparkan penyesuaian yang harus dilakukan oleh seseorang yang mengalami perceraian diantaranya adalah penyesuaian bahwa ia tidak lagi menjadi istri seseorang, perselisihan dengan mantan suami, kesulitan ekonomi, tidak adanya dukungan emosional dan juga

harus keluar dari rumahnya. Selain itu perceraian dapat memunculkan perasaan gagal, bersalah, permusuhan, menyalahkan diri sendiri, mengakibatkan depresi, sakit bahkan kematian. Perceraian juga memberikan dampak yang lebih berkepanjangan terutama pada orang-orang yang tidak mempunyai inisiatif untuk bercerai atau yang tidak menikah kembali. Perempuan dinilai mengalami dampak lebih berat dibandingkan laki-laki, baik secara psikis maupun materi. Berdasarkan kajian ringkas tersebut dikaitkan dengan kejadian yang dialami oleh pasien, menurut konsep stress adaptasi (Stuart & Laraia, 2005) yang diadopsi dalam assesment keperawatan jiwa, perceraian merupakan salah satu faktor predisposisi atau faktor presipitasi dari aspek sosial dan psikologis sehingga menjadi stressor pada pasien gangguan jiwa. Stressor tersebut memberikan makna, intensitas dan kepentingannya sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik dan signifikan oleh seseorang yang beresiko, respon terhadap stressor tersebut dikelompokkan dalam lima aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Setelah itu untuk menilai apakah seseorang memiliki koping yang adaptif atau maladaptif terhadap stressor maka perlu ditambahkan data mengenai sumber koping yang dimiliki diantaranya aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, tehnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Hubungan antara individu, kelompok dan masyarakat sangat penting pada tahapan dari model ini. Sumber koping yang lain adalah kesehatan dan energi, dukungan spiritual, keyakinan positif, kemampuan menyelesaikan masalah.

REFERENSI Aryani, Y., Sugiarti, Sari, Y.R. (2012). Rancangan Intervensi Support Group dalam Penyesuaian Pasca Perceraian pada Perempuan Madura. Tesis Fakultas Psikologi. Diakses dari www.ui.ac.id tanggal 19 September 2013 Papalia, D.E., Stern, H.L., Feldman, R.D. & Camp, J. (2007). Adult Develeopment and Aging, 3thEd. Newyork : McGraw-Hill Companies. Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8thEd. St. Louis : Mosby.

................ (2013). Draft Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengisian Pengkajian Keperawatan Jiwa. Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Jiwa FIKUI

You might also like