You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN Istilah Geriatri barasal dari bahasa Yunani Geras yang berarti usia lanjut, dan iatros

yang berarti dokter. Dengan demikian Geriatri berarti terapi medis atau penyembuhan untuk lanjut usia. Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah abang ilmu kedokteran yang memperhatikan pen egahan, diagnosis, dan terapi gangguan !isik dan psikologik atau psikiatri pada lanjut usia. "aat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu abang psikiatri, analog dengan psikiatri anak. #sia lanjut bukanlah sebuah penyakit melainkan sebuah !ase dalam siklus kehidupan yang memiliki karakter tersendiri pada setiap !ase perkembangan. #sia lanjut terkait dengan matangnya pemikiran yang bijak yang bisa di$ariskan kepada generasi berikutnya, salah satu tugas pada usia lanjut yang dikemukakan oleh %rik %rikson tentang usia lanjut yang sehat yaitu integritas dan bukan putus asa. &eberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. 'enurut Dep&es (I pada tahun )**+ tentang umur harapan hidup pada perempuan ,-,) tahun dan pada laki.laki ,/,0 tahun. 1arapan hidup orang Indonesia pada tahun )*2+ sampai )*)* men apai 3* tahun atau lebih. 4umlah penduduk lanjut usia men apai )/ juta ji$a bahkan lebih atau sekitar 5,33 6 dari total penduduk. Data pre7alensi untuk gangguan mental pada pasien lanjut usia ber7ariasi, namun se ara konser7ati! diperkirakan sebanyak )+ persen memiliki gejala psikiatri yang signi!ikan. 8ngka morbiditas gangguan psikiatri pada pasien lanjut usia diperkirakan meningkat hingga )* juta pada pertengahan abad )* nanti. Pemeriksaan psikiatri pada pasien lanjut usia sama dengan yang berlaku pada de$asa muda. 9amun dokter harus lebih teliti agar dapat memastikan pasien mengerti si!at dan tujuan pemeriksaan dikarenakan tingginya pre7alensi gangguan kogniti! pada pasien lanjut usia. Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan pengetahuan khusus, karena kemungkinan perbedaan dalam mani!estasi klinis, patogenesis dan pato!isiologi gangguan mental antara patogenesis de$asa muda dan lanjut usia. :aktor penyulit pada pasien lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara

lain sering adanya penyakit dan ke a atan medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat ;poli!armasi< dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan kogniti!. (e!erat ini membahas se ara singkat mengenai ma am.ma am gangguan psikiatri yang mungkin terjadi pada pasien lanjut usia, berhubungan dengan proses penuaan yang terjadi. Pemeriksaan psikiatri yang baik diperlukan untuk dapat mendiagnosis gangguan psikiatri pada pasien lanjut usia dan pengetahuan akan proses penuaan berpengaruh terhadap penatalaksaan yang akan diren anakan.

BAB II PROSES PENUAAN PADA LANJUT USIA II. 1 BATASAN LANJUT USIA =1> ;25-5< telah men apai konsensus bah$a yang dimaksud dengan lanjut usia ;elderly< adalah seseorang yang berumur ,* tahun atau lebih. 'enurut Departemen &esehatan (I, batasan lanjut usia adalah seseorang dengan usia ,*.,5 tahun. "edangkan usia lebih dari 3* tahun dan lanjut usia berumur ,* tahun atau lebih dengan masalah kesehatan seperti ke a atan akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi. &eberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. 'enurut Dep&es (I pada tahun )**+ tentang umur harapan hidup pada perempuan ,-,) tahun dan pada laki.laki ,/,0 tahun. 1arapan hidup orang Indonesia pada tahun )*2+ sampai )*)* men apai 3* tahun atau lebih. 4umlah penduduk lanjut usia men apai )/ juta ji$a bahkan lebih atau sekitar 5,33 6 dari total penduduk. Diperkirakan pada akhir tahun )*0*, populasi penduduk lanjut usia keseluruhan men apai jumlah 3* juta dan pada tahun )*+* men apai -) juta. II. 2. PROSES PENUAAN[1],[2] Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian dunia medis terhadap proses penuaan dan permasalahan yang timbul pada orang usia lanjut meningkat. ?anyak penelitian dilakukan untuk lebih memahami proses penuaan baik dari segi !isiologis, psikologis, dan sosiologis. Para peneliti menyadari pentingnya membedakan proses penuaan yang !isiologis dan penuaan yang bersi!at patologis. %!ek proses penuaan yang !isiologis penting untuk dipahami sebagai dasar respons terhadap pengobatan atau terapi serta komplikasi yang timbul. @ariabel.7ariabel !isiologis seperti kardio7askuler, sistem imun, endokrin, ginjal, dan paru, menunjukan penurunan !ungsi dan perubahan seiring dengan meningkatnya usia. 9amun, perubahan pada salah satu organ akibat usia tidak menjadikannya sebagai prediktor atau tolak ukur bah$a akan terjadi perubahan.perubahan pada organ yang lainnya. "ebagai ontoh, seseorang yang tampak sehat pada usianya yang ke.,* ternyata

ditemukan urah jantungnya menurun. 1asil pemeriksaan tersebut tidak bernilai dalam memprediksikan kapan ginjal, kelenjar tiroid, sistem sara! simpatis, atau organ lain orang tersebut mengalami perubahan. Perubahan !isiologis dengan tidak disertainya suatu penyakit yang terjadi pada indi7idu yang lebih tua merupakan hal yang tidak berbahaya dan bukan merupakan suatu !aktor risiko yang signi!ikan. Perubahan !isiologis pada usia normal yang tidak disertai dengan penyakit, sangat ber7ariasi. 8kan tetapi dipengaruhi oleh !aktor.!aktor intrinsik seperti gaya hidup, diet, akti7itas, nutrisi, paparan lingkungan, dan komposisi tubuh memegang peran yang penting. Perjalanan dari perubahan !isiologis atau psikologis dengan bertambahnya usia pada masing.masing indi7idu dipengaruhi proses penuaan intrinsik dan berma am !aktor ekstrinsik, ontohnya genetik, pengaruh lingkungan, gaya hidup, diet, !aktor psikososial. 8da perubahan yang terjadi seiring dengan peningkatan usia tampak menyerupai gejala klinis yang sesungguhnya berbeda, hal ini menyebabkan sulitnya mendiagnosis se ara tepat pada orang usia lanjut. Proses penuaan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses normal yang harus dimengerti dengan jelas untuk mendiagnosis se ara tepat kemudian memberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga beban yang dirasakan akibat penyakit dapat berkurang. 9amun, perubahan !ungsi beberapa organ patut diperhitungkan dalam pemberian terapi !armasi agar tepat sasaran dan tidak membahayakan.

BAB III PEMERIKSAAN PSIKIATRIK PADA PASIEN LANJUT USIA :ormat pemeriksaan psikiatri pada pasien lanjut usia sama dengan yang berlaku pada de$asa muda. 9amun dokter harus lebih teliti agar dapat memastikan pasien mengerti si!at dan tujuan pemeriksaan dikarenakan tingginya pre7alensi gangguan kogniti! pada pasien lanjut usia. 4ika pasien mengalami gangguan kogniti!, ri$ayat tersendiri harus didapatkan dari anggota keluarga atau pengasuhnya.A2B,A0B. 9amun, penderita juga tetap harus diperiksa tersendiri ;$alaupun terlihat adanya gangguan yang jelas< untuk mempertahankan pri7asi hubungan dokter dan penderita dan untuk menggali adakah pikiran bunuh diri atau gagasan paranoid dari penderita yang mungkin tidak diungkapkan dengan kehadiran sanak saudara atau seorang pera$at. III.1. PEMERIKSAAN FISIK DAN LABORATORIUM[1],[4],[5] Pemeriksaan !isik yang lengkap harus dilakukan mengingat banyaknya perubahan !isiologis yang terjadi pada proses penuaan. Pemeriksaan laboratorium dan pen itraan dapat membantu menegakkan diagnosis dan mendeteksi kondisi yang dapat diobati. Comogra!i komputer, pen itraan resonansi magnetik, atau pemeriksaan penunjang lainnya dapat diindikasikan bilamana ditemukan perubahan status mental yang belum jelas. Cermasuk medikasi yang saat ini sedang digunakan untuk mengatasi penyakit !isiknya, untuk mengetahui apakah ada e!ek samping psikiatriknya. III.2. RIWAYAT PSIKIATRI[1],[4],[5] ?isa didapatkan dari alo. atau auto. anamnesis. (i$ayat psikiatrik lengkap termasuk identi!ikasi a$al ;nama, usia, jenis kelamin, status perka$inan<, keluhan utama, ri$ayat penyakit sekarang, ri$ayat penyakit dahulu ;termasuk gangguan !isik yang pernah diderita <, ri$ayat pribadi dan ri$ayat keluarga. Pemakainan obat ;termasuk obat yang dibeli bebas<, yang sedang atau pernah digunakan penderita juga penting untuk diketahui. Pasien yang berusia di atas ,+ tahun sering memiliki keluhan subjekti!

adanya gangguan daya ingat yang ringan, seperti tidak mengingat nama orang atau keliru meletakkan benda. 'asalah kogniti! ringan juga dapat terjadi karena ke emasan dalam situasi $a$an ara. :enomena ini dapat dijelaskan dalam istilah kelupaan lanjut usia yang ringan ;benign sensecent forgetfulness). (i$ayat medis termasuk ri$ayat penyalahgunaan Dat harus di atat sebagai kemungkinan penyebab de!isit yang terjadi sekarang. ?egitu juga dengan ri$ayat masa kanak dan remaja untuk mengetahui organisasi kepribadian pasien dan mekanisme pertahanan yang dia gunakan. (i$ayat keluarga harus termasuk penjelasan tentang sikap orang tua penderita dan adaptasi terhadap ketuaan mereka. 4ika mungkin in!ormasi tentang kematian orang tua, ri$ayat gangguan ji$a dalam keluarga. Penting juga untuk dokter mengetahui ri$ayat pekerjaan pasien dan hubungan sosial pasien. ?erhubungan dengan masalah pensiun dan ren ana masa depan serta apakah ada ketakutan ataupun harapan pasien. "ituasi sosial pasien sekarang harus dinilai yaitu siapa yang mera$at pasien sekarang, bagaimana keadaan keluarga ataupun anak.anak pasien. "emua ini menjadi bekal pertimbangan dokter dalam membuat anjuran terapi yang realistik. (i$ayat perka$inan dan ri$ayat seksual pasien juga perlu ditanyakan. &arena masalah yang sering dihadapi pada usia lanjut adalah kematian pasangan dan peristi$a tersebut dapat berdampak pada de!isit yang terjadi saat ini. III.3.PEMERIKSAAN STATUS MENTAL[1],[4],[5] Pada pasien lanjut usia, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan status mental berulang.ulang karena adanya perubahan yang ber!luktuasi dalam status mental pasien. (i$ayat longitudinal dari pasien atau keluarga penting nilainya. Pemeriksaan status mental meliputi bagaimana penderita ber!ikir ;proses pikir<, merasakan dan bertingkah laku selama pemeriksaan. &eadaan umum penderita adalah termasuk penampilan, akti7itas psikomotorik, sikap terhadap pemeriksaan dan akti7itas bi ara. DESKRIPSI UMUM

Cermasuk di dalam bagian ini adalah penampilan pasien, akti7itas psikomotorik, sikap terhadap pemeriksa dan akti7itas bi ara. Gangguan motorik seperti gaya berjalan yang menyeret, postur bungkuk, gerakan jari memilin pil, tremor harus di atat. Gerakan in7olunter pada mulut atau lidah mungkin merupakan e!ek samping !enotiaDine. =ajah seperti topeng pada penyakit Parkinson. 8ir mata atau menangis dapat ditemukan pada gangguan depresi! dan gangguan kogniti!, terutama jika pasien merasa !rustasi tidak bisa menja$ab pertanyaan pemeriksa. PENILAIAN FUNGSI Canyakan mengenai kemampuan mereka mempertahankan kemandirian dan melakukan akti7itas dalam kehidupan sehari.hari yaitu toilet, menyiapkan makanan, berpakaian, berdandan. Derajat kemampuan !ungsional dari perilaku sehari.hari adalah suatu pertimbangan penting dalam menyusun ren ana terapi selanjutnya. ALAM PERASAAN Gangguan pada keadaan mood, terutama adalah depresi dan ke emasan dapat mengganggu !ungsi daya ingat. Canyakan mengenai pikiran bunuh diri, apakah pasien merasa tidak lagi berharga, merasa lebih baik mati dan jika mati, tidak membebani orang lain lagi. "uatu mood yang meluas atau eu!orik mungkin menyatakan suatu episode manik atau mungkin merupakan bagian dari gangguan demensia. 8!ek yang datar, tumpul, terbatas, dangkal atau tidak sesuai, dapat merujuk ke gangguan depresi!, skiDo!renia atau dis!ungsi otak. GANGGUAN PERSEPSI 1alusinasi dan ilusi pada lanjut usia mungkin merupakan !enomena transien yang disebabkan oleh penurunan ketajaman sensorik. Pemeriksa harus men atat dengan teliti kelainan yang terjadi apakah berhubungan dengan suatu kondisi organik. 1alusinasi dapat disebabkan oleh tumor otak dan patologi lokal. KEMAMPUAN BERBAHASA

'en akup a!asia, yang merupakan gangguan pengeluaran bahasa yang berhubungan dengan lesi organik otak. Pada a!asia ?ro a, pengertian pasien tetap utuh tetapi kemampuan untuk berbi ara terganggu, salah diu apkan. Pada a!asia =erni ke, pasien diminta menunjukkan beberapa benda sederhana yang umum ;kun i, pensil, tombol lampu<. Pasien mungkin tidak dapat menunjukkan kegunaan benda sederhana tersebut ;apraksia ideomotorik<. FUNGSI ISUOSPASIAL "uatu penurunan kapasitas !ungsi 7isuospasial adalah normal dengan bertambahnya usia. 'eminta penderita untuk men otoh gambar atau menggambar mungkin membantu dalam penilaian. Pemeriksaan neuropsikologi harus dilakukan jika !ungsi 7isuospasial sangat terganggu. ALAM PIKIRAN 1ilangnya kemampuan untuk berpikir abstrak merupakan tanda a$al dari demensia. Isi pikiran harus diperiksa mengenai !obia, obsesi, preokupasi somatik dan kompulsi. Gagasan bunuh diri pun harus diperiksa dengan teliti. Pemeriksaan harus menentukan apakah terdapat $aham dan bagaimana $aham tersebut mempengaruhi kehidupan penderita. =aham mungkin merupakan alasan untuk dira$at. SENSORIUM DAN KOGNISI "ensorium mempermasalahkan !ungsi dari indera tertentu dan kognisi mempermasalah proses in!ormasi dan intelektual. Gangguan orientasi terhadap $aktu, tempat dan orang berhubungan dengan gangguan kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kogniti!, gangguan ke emasan, gangguan buatan, gangguan kon7ersi dan gangguan kepribadian, terutama selama periode stres !isik atau lingkungan yang tidak mendukung.

PERTIMBANGAN

8dalah kapasitas umtuk bertindak sesuai dalam berbagai situasi. "ebagai ontoh, apakah yang akan pasien lakukan bila menemukan sebuah amplop di jalan dengan perangko dan alamat sudah tertulisE 8pa yang akan dilakukan bila men ium bau asap di dalam bioskopE Dapatkah pasien membedakanE III.4. PEMERIKSAAN NEUROPSIKOLOGI[1],[4],[5] 'ini 'ental "tate %Famination ;''"%< adalah tes !ungsi kogniti! yang paling sering digunakan. 'enilai orientasi, atensi, berhitung, daya ingat segera dan jangka pendek, bahasa dan kemampuan untuk mengikuti perintah sederhana. ''"% digunakan untuk mendeteksi gangguan sederhana, perjalanan penyakit dan untuk monitor respon pasien terhadap terapi. Ces ini tidak digunakan untuk membuat suatu diagnosis resmi. =es hler 8dult Intelligen e " ale G (e7ised ;=8I".(< dapat memeriksa kemampuan intelektual yang memberikan skor 7erbal, skor intelegensia ;IH< dan kinerja. ?agian kinerja dari =8I".( adalah indikator yang lebih peka dari kerusakan otak dibandingkan bagian 7erbalnya. Geriatri Depression " ale adalah instrumen penyaring yang berguna untuk memeriksaan depresi pada pasien lanjut usia, $alaupun tanpa adanya demensia, sering mengganggu kinerja psikomotorik.

BAB I

EPIDEMIOLOGI GANGGUAN MENTAL PADA PASIEN LANJUT USIA Data pre7alensi untuk gangguan mental pada pasien lanjut usia ber7ariasi, namun se ara konser7ati! diperkirakan sebanyak )+ persen memiliki gejala psikiatri yang signi!ikan. 8ngka morbiditas gangguan psikiatri pada pasien lanjut usia diperkirakan meningkat hingga )* juta pada pertengahan abad )* nanti. Pre7alensi nasional Gangguan 'ental %mosional Pada Penduduk #mur lebih dari sama dengan 2+ tahun adalah 22,,6 ;berdasarkan Self Reported Questionnarie<. "ebanyak 2/ pro7insi mempunyai pre7alensi Gangguan 'ental %mosional Pada Penduduk #mur I 2+ Cahun diatas pre7alensi nasional, yaitu 9anggroe 8 eh Darussalam, "umatera ?arat, (iau, ?angka ?elitung, D&I 4akarta, 4a$a ?arat, 4a$a Cengah, 4a$a Cimur, 9usa Cenggara ?arat, 9usa Cenggara Cimur, "ula$esi Cengah, "ula$esi "elatan, Gorontalo, dan Papua ?arat. Pre7alensi gangguan ji$a berat di Indonesia adalah sebesar /,,J. Pre7alensi tertinggi terdapat di Pro7insi D&I 4akarta ;)*,0J< yang kemudian se ara berturut turut diikuti oleh Pro7insi 9anggroe 8 eh Darussalam ;2-,+J<, "umatera ?arat ;2,,3J<, 9usa Cenggara ?arat ;5,5J<, "umatera "elatan ;5,)J<. Pre7alensi terendah terdapat di 'aluku ;*,5J<. Pre7alensi gangguan mental emosional meningkat sejalan dengan pertambahan usia. ?erdasarkan umur, tertinggi pada kelompok umur 3+ tahun ke atas ;00,36<. &elompok yang rentan mengalami gangguan mental emosional adalah kelompok dengan jenis kelamin perempuan ;2/,*6<, kelompok yang memiliki pendidikan rendah ;paling tinggi pada kelompok tidak sekolah, yaitu )2,,6<, kelompok yang tidak bekerja ;25,,6<, tinggal di pedesaan ;2),06<, serta pada kelompok tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita terendah.

2*

22

BAB GANGGUAN MENTAL PADA LANJUT USIA Program %pidemiologi al Kat hment 8rea ;%K8< dari 9ational Institude o! 'ental 1ealth telah menemukan bah$a gangguan mental yang paling sering pada lanjut usia adalah gangguan depresi!, gangguan kogniti!, !obia dan gangguan pemakaian alkohol. Lanjut usia juga memiliki resiko tinggi untuk bunuh diri dan gejala psikiatrik akibat obat. ?anyak gangguan mental pada lanjut usia dapat di egah, dihilangkan atau bahkan dipulihkan. 4ika tidak didiagnosis dengan akurat dan diobati tepat $aktu, kondisi tersebut dapat berkembang menjadi keadaan ire7ersibel yang membutuhkan institusionalisasi pasien.A/B,A+B "ejumlah !aktor resiko psikososial juga mempredisposisikan lanjut usia pada gangguan mental. :aktor resiko tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi, keterbatasan !inansial dan penurunan !ungsi kogniti!.A+B . 1. GANGGUAN DEMENSIA[!],["] Demensia, suatu gangguan intelektual yang umumnya progresi! dan ire7ersibel, meningkat pre7alensinya dengan bertambahnya usia. Dari orang 8merika yang berusia lebih dari ,+ tahun, kira.kira + persen mengalami demensia parah, dan 2+ persen mengalami demensia ringan. Dari orang 8merika yang berusia lebih dari -* tahun, kira. kira )* persennya menderita demensia parah. ?erbeda dengan retardasi mental, gangguan intelektual pada demensia terjadi dengan berjalannya $aktu yaitu !ungsi mental yang sebelumnya telah ter apai se ara bertahap akan hilang. Perubahan karakteristik dari demensia melibatkan !ungsi kognisi, daya ingat, bahasa dan !ungsi 7isuospasial, tetapi gangguan perilaku adalah sering. Gangguan perilaku adalah berupa agitasi, kegelisahan, berkelana, penyerangan, kekerasan, berteriak, disinhibisi so ial dan seksual, impulsi7itas, gangguan tidur dan $aham. =aham dan demensia terjadi selama perjalanan demensia pada hampir 3+ persen dari semua pasien. =alaupun demensia yang berhubungan dengan lanjut usia biasanya disebabkan

2)

oleh penyakit degenerati7e primer sistem sara! pusat dan penyakit 7as ular, banyak !aktor berperan dalam gangguan kogniti!, pada lanjut usia, penyebab ampuran dari demensia sering ditemukan. Demensia telah diklasi!ikasikan sebagai kortikal dan subkortikal, tergantung pada letak lesi serebral. "uatu demensia subkortikal adalah ditemukan pada penyakit 1untington, penyakit Parkinson, hidrose!alus tekanan normal, demensia multi.in!ark, dan penyakit =ilson. Demensia subkortikal adalah disertai dengan gangguan pergerakan, apraksia gaya berjalan, retardasi psikomotor, apati dan mutisme akinetik yang dapat dika aukan dengan katatonia. Demensia kortikal adalah ditemukan pada demensia tipe 8lDheimer dan penyakit Pi k, yang sering menunjukkan a!asia, agnosia, dan apraksia. Dalam praktek klinis, dua jenis demensia ini tumpang tindih, dan diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan otopsi. DEMENSIA TIPE AL#HEIMER[!],["] Dari semua pasien dengan demensia, +* sampai ,* persen nya memiliki demensia tipe 8lDheimer, yang merupakan tipe demensia tersering. Pre7alensi demensia tipe 8lDheimer adalah lebih tinggi pada $anita dibandingkan pria. Demensia tipe 8lDheimer ditandai oleh penurunan !ungsi kogniti! dengan onset yang bertahap dan progresi!. Daya ingat mengalami gangguan dan sekurangnya ditemukan satu seperti a!asia, apraksia, agnosia dan gangguan !ungsi eksekuti!. #rutan umum de!isit adalah daya ingat, bahasa dan !ungsi 7isuospasial. 8$alnya pasien mungkin memiliki suatu ketidakmampuan mempelajari dan mengingat in!ormasi baru, selanjutnya gangguan penamaan, selanjutnya ketidakmampuan untuk men ontoh gambar. Penyebab penyakit 8lDheimer adalah tidak diketahui, $alaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimia$i postmortem telah menemukan kehilangan selekti! neuron kolinergik. Cemuan anatomik makroskopis adalah penurunan 7olume girus pada lobus !rontalis dan temporalis, dengan relati! terjaganya korteks motorik dan sensorik primer. Demensia tipe 8lDheimer tidak memiliki pen egahan atau penyembuhan yang tidak diketahui. Cerapi adalah paliati!, terdiri dari nutrisi yang tepat, latihan dan penga$asan akti!itas sehari.hari. 'edikasi mungkin berguna dalam menangani agitasi dan gangguan perilaku. Propanolol, pindolol, buspirone dan 7alproate semuanya telah

20

dilaporkan membantu menurunkan agitasi dan agresi. 1aloperidol berguna untuk mengendalikan gangguan perilaku akut. DEMENSIA ASKULAR[!],["] Demensia 7askular adalah tipe demensia kedua yang tersering. Demensia ini ditandai oleh de!isit kogniti! yang sama seperti demensia tipe 8lDheimer ,tetapi demensia ini memiliki tanda gejala neurologis !okal, seperti meningkatnya re!leks tendon dalam, respon plantar ekstensor, palsi pseudobulbar, kelainan gaya berjalan, dan kelemahan pada anggota gerak. Dibandingkan dengan demensia tipe 8lDheimer, demensia 7askular memiliki onset yang tiba.tiba dan merupakan penyebab pemburukan yang bertahap. Demensia 7askular mungkin dapat di egah dengan menurunkan !a tor resiko yang diketahui, seperti hipertensi, diabetes, merokok, dan aritmia. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pen itraan resonansi magnetik ;'(I< dan pemeriksaan aliran darah serebral. . 2. GANGGUAN DEPRESIF[$],[%] Gejala depresi! ditemukan pada kira.kira )+ persen dari semua penduduk komunitas lanjut usia dan pasien rumah pera$atan. Canda dan gejala yang sering dari gangguan depresi! adalah penurunan energi dan konsentrasi, gangguan tidur ;terutama terbangun dini hari dan sering terbangun di malam hari<, penurunan na!su makan, penurunan berat badan, dan keluhan somatik. Gejala yang tampak mungkin berbeda dibandingkan dengan pasien de$asa muda, pada pasien lanjut usia terdapat peningkatan pada keluhan somatik. Lanjut usia rentan terhadap episode depresi! berat dengan iri melankolik, ditandai oleh depresi, hipokondriasis, harga diri yang rendah, perasaan tidak berharga, dan ke enderungan menyalahkan diri sendiri, dengan ide paranoid dan bunuh diri. 1ampir 3+ persen dari semua korban bunuh diri menderita depresi dan penyalahgunaan alkohol. (esiko bunuh diri yang tinggi bila diapatkan perasaan kesepian, tidak berguna, tidak berdaya, putus asa terutama bila hidup sendirian, kematian pasangan yang belum lama terjadi dan nyeri somatik. Pada pasien lanjut usia yang mengalami depresi, kadang terdapat gangguan kogniti! yang dinamakan sindroma pseudodemensia. "indrom ini harus dibedakan dengan

2/

demensia yang sebenarnya. Pada pseudodemensia, ada de!isit konsentrasi dan atensi dan jarang disertai dengan gangguan berbahasa. Depresi juga kemungkinan berhubungan dengan penyakit !isik yang dialami dan medikasi yang digunakan untuk mengobati penyakit tersebut. . 3. GANGGUAN BIPOLAR I[$] Gangguan bipolar I biasanya dimulai pada masa de$asa pertengahan, $alaupun pre7alensi seumur hidup sebesar 2 persen adalah stabil sepanjang hidup. &erentanan akan rekurensi tetap, sehingga pasien dengan ri$ayat gangguan bipolar I mungkin datang dengan periode manik di kemudian hari. Canda dan gejala mania pada lanjut usia adalah serupa dengan tanda dan gejala pada orang de$asa yang lebih muda dan berupa mood yang meninggi, ekspansi!, atau mudah tersinggungM penurunan kebutuhan akan tidurM distraktibilitasM impulsi7itasM dan, sering kali, asupan alkohol yang berlebihan. Perilaku bermusuhan atau paranoid biasanya ditemukan. 8danya gangguan kogniti!, disorientasi, atau tingkat kesadaran yang ber!luktuasi harus menyebabkan klinisi uriga akan penyebab organik. Lithium tetap merupakan terapi terpilih untuk maniaM tetapi, pemakaiannya pada pasien lanjut usia harus dimonitor dengan ermat, karena penurunan klirens pada lanjut usia menyebabkan toksisitas lithium adalah resiko yang bermakna. %!ek neurotoksik juga lebih sering pada lanjut usia dibandingkan pada de$asa yang lebih muda. . 4. SKI#OFRENIA[1&] "kiDo!renia biasanya mulai pada masa remaja akhir atau masa de$asa muda dan menetap seumur hidup. =anita lebih sering menderita skiDo!renia onset lambat dibandingkan laki.laki. Pre7alensi skiDo!renia paranoid tinggi pada tipe onset lambat. &ira.kira )* persen orang skiDo!renia tidak menunjukkan gejala akti! pada usia ,+ tahun, -* persen menunjukkan gangguan dengan berbagai tingkatan. Psikopatologi menjadi kurang jelas saat pasien bertambah tua. "kiDo!renia tipe residual terjadi pada kira.kira 0* persen. Pasien yang tidak mampu mera$at dirinya sendiri, dianjurkan dira$at di rumah sakit dalam $aktu jangka panjang. >rang lanjut usia dengan skiDo!renik adalah berespon baik terhadap obat

2+

antipsikotik. 'edikasi harus diberikan dengan hati.hati. Dosis yang lebih rendah dari biasanya sering e!ekti! pada lanjut usia. . 5. GANGGUAN DELUSIONAL[1],[2],[4],[1&] #sia onset gangguan delusional biasanya antara usia /* dan ++ tahunM tetapi, gangguan ini dapat terjadi kapan saja dalam periode geriatrik. Gangguan delusional terjadi diba$ah stress !isik dan psikologis pada orang yang rentan dan mungkin di etuskan oleh kematian pasangan, kehilangan pekerjaan, pensiun, isolasi sosial, keadaan !inansial yang tidak baik, penyakit medis atau pembedahan yang menimbulkan ke a atan, gangguan penglihatan, dan ketulian. =aham yang tersering adalah $aham kejar dan gangguan delusional dengan onset lambat yang ditandai dengan $aham kejar, disebut para!renia. Gangguan ini timbul selama beberapa tahun dan tidak disertai dengan demensia. Pasien dengan ri$ayat keluarga skiDo!renia menunjukkan peningkatan para!renia. Cidak jarang, $aham somatik juga dapat ditemukan. "indroma delusional mungkin juga diakibatkan oleh medikasi atau merupakan tanda a$al tumor otak. Prognosis ukup baik pada sebagian besar kasus, dengan hasil terbaik di apai melalui kombinasi psikoterapi dan !armakoterapi. . !. GANGGUAN KE'EMASAN[2],[5] Gangguan ke emasan berupa gangguan pani , !obia, gangguan obsesi! kompulsi!, gangguan ke emasan umum, gangguan stres akut, dan gangguan stress pas atraumatik. 'enurut %K8, gangguan paling sering adalah !obia sebanyak / persen dan gangguan panik sebanyak 2 persen. >nset a$al gangguan panik adalah jarang tetapi dapat terjadi. >rang lanjut usia telah harus menyiapkan diri menghadapi kematian dan ke emasan dapat timbul akibat pikiran mengenai kematian, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas menurut %rik %rikson. Canda dan gejala !obia pada lanjut usia kurang parah dibandingkan pada orang yang lebih muda tetapi e!eknya sama. Gangguan pas atraumatik sering lebih parah pada lanjut usia dibandingkan pada orang muda karena adanya ke a atan !isik yang menyertai pada lanjut usia.

2,

. ". GANGGUAN SOMATOFORM[2],[4],[5] Gangguan somato!orm, ditandai oleh gejala !isik yang menyerupai penyakit medis, adalah rele7an dengan psikiatri geriatrik karena keluhan somati sering ditemukan pada lanjut usia. 1ipokondriasis sering ditemukan pada pasien berusia diatas ,* tahun, $alaupun insiden pun ak adalah pada kelompok usia /* sampai +* tahun. Gangguan biasanya kronis dan pemeriksaan !isik ulang berguna untuk menentramkan pasien bah$a mereka tidak memiliki penyakit yang mematikan. Cetapi prosedur in7asi! yang memiliki resiko tinggi, harus dihindari. . $. GANGGUAN TIDUR[3],[5] :enomena yang berhubungan dengan tidur yang lebih sering pada orang usia lanjut adalah gangguan tidur, mengantuk di siang hari, tidur sejenak di siang hari dan pemakaian obat hipnotik. Disamping perubahan !isiologis dan sistem regulasi, penyebab gangguan tidur pada lanjut usia adalah gangguan tidur primer, gangguan mental lain, kondisi medis umum, dan !aktor sosial dan lingkungan. Di antara gangguan tidur primer, disomnia adalah yang paling sering, terutama insomnia primer, mioklonus no turnal, sindroma kaki gelisah ;restless leg syndrome) dan apnea tidur. &ondisi yang sering menggangu tidur pada lanjut usia adalah nyeri, nokturia, sesak na!as, dan nyeri perut. 8lkohol dengan jumlah yang ke il sekalipun dapat mengganggu kualitas tidur, yang menyebabkan !ragmentasi tidur dan terbangun di dini hari. 8lkohol juga dapat men etuskan atau memperberat apnea tidur obstrukti!. ?anyak pasien lanjut usia menggunakan alkohol, hipnotik, dan depresan sistem sara! pusat lain unutk membantu mereka tertidur. Cetapi, data menunjukkan bah$a sebagian besar pasien lanjut usia lebih banyak mengalami terbangun dini hari dibandingkan gangguan dalam tertidur. Perubahan dalam struktur tidur di lanjut usia adalah tidur gerakan mata epat ;rapid aye movement, REM) sepanjang malam, peningkatan jumlah episode (%', penurunan lama episode, penurunan tidur (%' total. Perubahan tidur gerakan mata lambat ;non rapid eye movement, NREM< yaitu penurunan amplitude gelombang delta. Di samping pada lanjut usia juga mengalami bertambahnya terjaga setelah onset tidur.

23

. %. GANGGUAN PENGGUNAAN ALKOHOL DAN #AT LAIN Pasien lanjut usia dengan ketergantungan alkohol biasanya memberikan ri$ayat minum berlebihan yang mulai pada masa remaja atau de$asa pertengahan. 'ereka biasanya memiliki penyakit medis, terutama dengan penyakit hati, dan mereka adalah ber erai, duda, atau laki.laki yang tidak pernah menikah. "ejumlah besar menderita penyakit demensia yang kronis, seperti ense!alopati =erni ke dan sindrom &orsako!!. "e ara keseluruhan, gangguan penggunaan alkohol dan Dat lain adalah berjumlah 2*6 dari semua masalah emosional pada lanjut usia, dan ketergantungan pada Dat tertentu seperti hipnotik, ansiolitik, dan narkotik adalah lebih sering pada lanjut usia. Pasien lanjut mungkin menyalahgunakan ansiolitik untuk mengatasi ke emasan kronis atau untuk mempermudah tidur. >nset delirium yang tiba.tiba pada orang lanjut usia yang dira$at untuk penyakit medis paling sering disebabkan oleh putus alkohol.

BAB I PENATALAKSANAAN GANGGUAN PSIKIATRI PADA PASIEN LANJUT USIA

2-

I.1. TERAPI PSIKOFARMAKOLOGIS[4],[5] Cujuan utama terapi !armakologis pada lanjut usia adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, mempertahankan mereka dalam komunitas dan menunda atau menghindari penempatan mereka di rumah pera$atan. Prinsip dasar psiko!armakologi geriatri adalah indi7idualisasi dosis, karena berhubungan dengan perubahan !isiologis pada proses penuaan. Penurunan klirens obat dapat terjadi pada gangguan ginjal, gangguan kardio7askular dan penurunan urah jantung. Penyakit hati menyebabkan penurunan kemampuan metabolisme obat. Penyakit gastrointestinal dan penurunan sekresi asam lambung mempengaruhi absorpsi obat. 'assa tubuh yang tidak berlemak ;lean body mass) menurun pada lanjut usia dan lemak tubuh meningkat mempengaruhi distribusi obat. Pada lanjut usia, pedoman tertentu tentang pemakaian semua obat harus diikut. Pemeriksaan medis praterapi adalah penting, termasuk elektrokardiogram ;%&G<. "eluruh obat.obatan yang sedang diminum penting untuk die7aluasi e!ek sampingnya dan e!ek interaksi dengan obat psikotropika yang akan diberikan. "ebagian besar obat psikotropika harus diberikan dalam dosis terbagi yang sama tiga atau empat kali selama periode )/ jam. Pasien lanjut usia mungkin tidak mampu mentoleransi peningkatan kadar obat dalam darah yang tiba.tiba yang disebabkan dari dosis sekali sehari yang besar. &linisi harus sering memeriksa kembali semua pasien untuk menentukan perlunya medikasi pemeliharaan, perubahan dalam dosis dan perkembangan e!ek samping. 4ika pasien sedang menggunakan obat psikotropika saat pemeriksaan, klinisi harus mengentikan medikasi tersebut jika dimungkinan dan setelah periode pembersihan ;washout period), periksa ulang pasien selama keadaan dasar yang bebas dari obat.

I.2

PSIKOTERAPI[4] Inter7ensi psikoterapi standar seperti psikoterapi berorientasi tilikan, psikoterapi

suporti!, terapi kogniti!, terapi kelompok dan terapi keluarga harus tersedia bagi pasien

25

lanjut usia. 'enurut :reud, orang berusia lebih dari +* tahun tidak psikoanalisi karena tidak adanya elastisitas pada proses mental mereka.

o ok untuk

'asalah dalam terapi yang berkaitan dengan usia dan yang sering adalah kebutuhan untuk beradaptasi terhadap kehilangan pasangan hidup, perlunya menerima peran baru ;pensiun, lepas dari peran yang sebelumnya< dan kebutuhan untuk menerima kematian diri sendiri. Psikoterapi membantu lanjut usia menghadapi masalah tersebut, meningkatkan hubungan interpersonal, psikoterapi meningkatkan harga diri dan keyakinan diri, menurunkan perasaan ketidakberdayaan dan kemarahan dan memperbaiki kualitas hidup. ?entuk psikoterapi yang dilakukan adalah trans!erensi, terapi kelompok, terapi keluarga dan terapi singkat.

BAB II KESIMPULAN

)*

&eberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. 'enurut Dep&es (I pada tahun )**+ tentang umur harapan hidup pada perempuan ,-,) tahun dan pada laki.laki ,/,0 tahun. 1arapan hidup orang Indonesia pada tahun )*2+ sampai )*)* men apai 3* tahun atau lebih. 4umlah penduduk lanjut usia men apai )/ juta ji$a bahkan lebih atau sekitar 5,33 6 dari total penduduk. 8ngka morbiditas gangguan psikiatri pada pasien lanjut usia diperkirakan meningkat hingga )* juta pada pertengahan abad )* nanti. Pre7alensi gangguan mental emosional meningkat sejalan dengan pertambahan usia. ?erdasarkan umur, tertinggi pada kelompok umur 3+ tahun ke atas ;00,36<. 'aka dari itu, diperlukan pemeriksaan psikiatri yang rin i pada pasien lanjut usia agar dapat memastikan pasien mengerti si!at dan tujuan pemeriksaan dikarenakan tingginya pre7alensi gangguan kogniti! pada pasien lanjut usia. &arena proses penuaan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses normal yang harus dimengerti dengan jelas untuk mendiagnosis se ara tepat kemudian memberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga beban yang dirasakan akibat penyakit dapat berkurang. "eluruh stressor pada pasien lanjut usia baik yang bersi!at !isik dan psikososial harus dapat dinilai agar penatalaksanaan yang holistik dapat ter apai dengan tujuan utama untuk meningkatkan kualitas hidup, mempertahankan mereka dalam komunitas dan menunda atau menghindari penempatan mereka di rumah pera$atan. >leh karena itu kesiapan !isik serta mental maupun kerasnya ikhtiar diperlukan untuk dapat bersama. sama me$ujudkan keinginan melihat generasi tua kita dapat menjalani hari tua yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA 2. &aplan 1I, "ado k ?4 and Grebb 48. &aplan."ado k. "inopsis Psikiatri. 4ilid 2.

)2

8lih bahasa N =ijaya &usuma. 4akarta N ?ina (upa 8ksara. )*2*. 1al -,3.-52. ). ?usse %= and ?laDer DG. CeFtbook o! Geriatry Psy hology. %disi kedua. =ashington N Che 8meri an Psy hiatri Press. 2553. 1al 2++.),0. 0. "ado k ?4, "ado k @8. Kon ise CeFtbook o! Klini al Psy hiatry. %disi kedua. Philadelphia N Che =illiam.=ilkins. )**/. 1al +55.,*). /. "ado k ?4, "ado k @8. "ynopsis o! Psy hiatry. %disi kesepuluh. Philadelphia N Che =illiam.=ilkins. )**3. 1al 20/-.20+-. +. &aplan 1I, "ado k ?4 and Grebb 48. &aplan."ado k "inopsis Psikiatri jilid 2. 8lih bahasa N =ijaya &usuma. 4akarta N ?ina (upa 8ksara. )*2*. 1al 22,.20/. ,. =eb'D. 8lDheimerOs Disease and >ther :orms o! Dementia. Diunduh dari N httpNPP$$$.$ebmd. omPalDheimersPguidePalDheimers.dementia. Diakses tanggal 02 'ei )*22. 3. 8lDheimerOs "o iety. =hat is 7as ular dementiaE Diunduh dari N httpNPPalDheimers.org.ukPsitePs riptsPdo umentsQin!o.phpE ategoryIDR)**203Sdo umentIDR2,2Spage9umberR2. Diakses tanggal 02 'ei )*22. -. 1elpguide.org. Depression in >lder 8dults and %lderly. Diunduh dari N httpNPPhelpguide.orgPmentalPdepressionQelderly. Diakses tanggal 02 'ei )*22. 5. Ko7ino, 4enni!er. Depression in Geriatri Patients. Diunduh dari N httpNPP$$$.meds ape. omP7ie$arti leP+)*+0/. Diakses tanggal 02 'ei )*22. 2*. 'oran ', La$lor ?M Late.li!e " hiDophreniaM P"YK1I8C(Y /N22M )**+ Che 'edi ine Publishing Kompany Ltd, )**+ ;ebook<.

))

You might also like