Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
OLEH :
( 3121131003 )
DOSEN PENGAMPU
Dra.Asnidar,Mpd
2013
1|
pembanding
BAB I PENDAHULUAN
Sebuah peta tanpa nama-nama geografis atau lebih dikenal dengan toponim (toponym), hanya merupakan secarik kertas yang tidak berharga. Sebuah peta, dengan nama-nama geografis yang ditulis tidak konsisten, bisa mengurangi kejelasan peta, dan selamanya merupakan peta yang dikatakan ceroboh. Peta-peta Indonesia yang dahulu menjadi sumber acuan, seperti peta rupabumi (topografi), peta hidrografi yang berskala besar, adalah hasil karya orang asing. Meskipun dari segi teknis pembuatan peta-peta tersebut baik, malahan kadang-kadang sangat baik, harus pula diakui, bahwa unsur budaya yang tertuang ke dalam peta-peta tersebut, tidak jarang merupakan hal yang asing bagi masyarakat Indonesia umumnya, atau masyarakat setempat khususnya. Misalnya Fort de Kock adalah nama asing yang diberikan oleh orang asing pada sebuah permukiman yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai Bukittinggi. Demikian juga dengan Buitenzorg (Bogor); Padangbai (Padang Baai), yang sebenarnya berarti Teluk Padang di Bali; Pulobai di Bengkulu sebenarnya Pulau Baai, kini sudah menjadi nama sebuah permukiman, yang berasal dari lidah asing, tetapi sulit untuk diganti. Contoh lain adalah Teluk Lada di ujung barat Jawa Barat bukanlah nama asli dari teluk yang bersangkutan, melainkan terjemahan langsung dari kata asing Peper Baai. Orang yang tidak mengerti asal-usul nama Kepala Burung, yaitu suatu tempat yang terdapat di Papua, akan heran membaca atau mendengarnya. Pada wilayah ini terletak kotakota Manokwari, Fakfak, yang oleh orang Belanda dilihat bentuknya seperti bentuk kepala seekor burung, dan kemudian disebut sebagai Vogelkop, yang berarti Kepala Burung dalam bahasa Belanda. Kalau orang-orang Jakarta ingin udara segar pada akhir pekan, mereka yang mampu akan pergi ke Puncak Pas. Pas, adalah istilah Belanda, yang berarti tempat untuk melintas di antara deretan perbukitan. Istilah yang artinya serupa dalam bahasa Indonesia saat ini belum ada. Sebagaimana banyak disebutkan, Indonesia terdiri lebih dari 17.000 pulau, tetapi hanya sebagian kecil saja yang sudah mempunyai nama. Secara politis nama untuk setiap pulau perlu, karena seandainya pada suatu saat ada sengketa mengenai sebuah pulau, bagaimana bisa membicarakan sebuah pulau yang tidak diketahui namanya? Masalah kemudian timbul, instansi mana yang berwenang menetapkan nama-nama unsur geografis, seperti pulau, gunung, pegunungan, teluk, tanjung dan lainnya?
2|
pembanding
BAB II PEMBAHASAN
1. Nama-Nama geografis Peta (Toponomi) adalah bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologinya. Bagian pertama kata tersebut berasal dari bahasa Yunani tpos () yang berarti tempat dan diikuti oleh noma () yang berarti nama. Toponimi merupakan bagian dari onomastika, pembahasan tentang berbagai nama. Suatu toponimi adalah nama dari tempat, wilayah, atau suatu bagian lain dari permukaan bumi, termasuk yang bersifat alami (seperti sungai) dan yang buatan (seperti kota).
3|
pembanding
geografi ini adalah pekerjaan yang besar dan perlu dilaksanakan dengan cermat serta penuh kebijakan. Dalam penulisan nama-nama geografis peta harus mudah dibaca, oleh sebab itu harus dipenuhi persyratan bagi seleksi hurufnya yaitu: a. Nama-Nama dalam suatu lebar kertas harus teratur susunannya, sejajar dengan tepi bawah peta (untuk peta skala besar) atau sejajar dengan garis perelel/meridian (untuk peta skala kecil), kecuali untuk nama-nama khusus seprti sungai, pegunungan dan lainlain. b. Nama-nama dapat diberi keterangan dari unsure berbentuk titik dan luasan. untuk unsure titik misalnya: kota, bangunan, gunung, dan sebagainya dan diletakkan disamping kanan agak keatas dari unsure tersebut. untuk unsure yang memanjang misalnya: sungai, pantai, dan batas diletakkan
didalam unsure tersebut. untuk unsure luasan wilayah misalnya: Negara, danau, pegunungan, diletakkan memanjang sehingga menempati 2/3 wilayah. c. Nama-nama harus terletak bebas satu dan yang lain, dan tidak menggangu symbolsimbol lain. d. Nama-nama tidak boleh saling berpotongan, kecuali jika ada huruf mempunyai jarak spasi yang jelas. e. Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung bentuk dari lengkungan harus teratur dan tidak boleh terlalu tajam lengkungannya. f. Banyak nama-nama yang terpusat disuatu daerah harus diatur sedemikian rupa sehingga terlihat distribusi nama-nama itu tidak terlalu padat paa daerah di peta tersebut. g. Angka ketinggian dari garis kontur ditempatkan dicela-cela tiap kontur, dan
penempatannya terbaca pada arah mendaki lereng. h. pemilihan jenis huruf tergantung pada perencanaan kartograf sendiri. Akan tetpai ada aturan tentang pemakaian jenis huruf yaitu: huruf tegak lurus untuk unsure buatan manusia(sungai, danau, pegunungan dan lain-lain)
4|
pembanding
Salah satu contoh aturan penulisan peta:
Marginal Information (Informasi tepi peta) Merupakan informasi pokok yang terdapat di muka peta, sehingga dari informasi tersebut pengguna peta akan lebih mudah dalam menggunakan peta.
5|
pembanding
a) Judul Peta Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum membaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang dibacanya. Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta. b) Skala Peta Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama. Skala ini sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan. Bila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala besar, misalnya 1 : 5000, Semakin besar skala suatu peta, maka akan semakin banyak detil informasi yang dapat ditampilkan. Skala pada peta dibagi menjadi tiga yaitu: skala garis, skala verbal dan skala nominal. c) Tanda Arah atau Tanda Orientasi Tanda arah atau tanda orientasi penting artinya pada suatu peta. Gunanya untuk menunjukkan arah Utara, Selatan, Timur dan Barat. Tanda orientasi perlu dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Tanda arah pada peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakan peta. d) Legenda atau keterangan Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Legenda itu harus dipahami oleh si pembaca peta, agar tujuan pembuatan peta itu mencapai sasaran. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan. e) Inset peta Inset peta menunjukan lokasi daerah yang dipetakan terhadap daerah di sekitarnya yang lebih luas. Kegunaan inset adalah untuk menjelaskan salah satu bagian dari peta dan untuk menjukan lokasi yang penting tetapi kurang jelas dalam peta. f) Koordinat (Grid & Graticule) Posisi absolut berdasarkan lintang dan bujur g) Garis tepi Garis tepi biasanya dibuat rangkap, yang berfungsi membatasi peta dengan komponen-komponennya di dalam bingkai (garis tepi peta) serta membantu daerah yang dipetakan tepat pada posisi di tengah-tengah.
6|
pembanding
h) Sumber Peta sumber data pada peta harus dicantumkan untuk memberikan penjelasan kepada pengguna peta tentang data yang ditampilkan. i) Pembuat Peta Untuk menunjukkan siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan peta, ditulis nama penyusunnya, dan tahun penggambarannya. j) Informasi lain yang dianggap penting lokasi disesuaikan pada kondisi peta. Penempatan informasi tersebut pada lembar peta sebagai informasi peta, disamping sebagai muka dari peta tersebut (tema dan daerah yang digambar pada daerah tertentu) membentuk suatu susunan tata letak peta yang disebut komposisi peta (lay out peta).
I.
Komposisi Peta-Peta Seri Komposisi pada pete resmi misalnya, peta topografi, peta geologi, masing-masing telah mempunyai aturan standart yang berlaku karena peta tersebut dibuat secara seri. Dari gambar dibawah ini pada hakekatnya komposisi peta untuk menentukan adanya keseimbangan antara berbagai unsure peta. Dengan kata lain harus kaya dengan informasi yang dapt dielevasi dan dapat dengan mudah digunakan untuk mencapai tujuan pada peta. Secara umum beberapa penampilan komposisi peta untuk peta-peta resmi seri tersebut.
Keterangan:
7|
pembanding
Komposisi A (Peta topografi lama) 1. Daerah yang dicakup 2. Nomor lembar peta seri 3. Pulau induk 4. Petunjuk letak peta 5. Petunjuk orientasi utara 6. Skala angka dan grafis 7. Pengarang/penerbit 8. Pembagian daerah administrasi 9. Keterangan proyeksi peta 10. Petunjuk pembacaan grid peta 11. Legenda/keterangan 12. Penjelasan sumber 13. Grid lintang 14. Grid bujur Komposisi B (Peta topografi baru) 1. Judul peta 2. Skala angka 3. Nomor lembar peta seri 4. Daerah yang dicakup 5. Edisi (tahun), petunjuk letak peta 6. Keterangan proyeksi peta 7. Pengarang/penerbit 8. Petunjuk orientasi utara 9. Skala grafis 10. Pembagian daerah administrasi 11. Petunjuk pembacaan koordinat geografis 12. Grid lintang 13. Grid bujur
8|
pembanding
II. Komposisi Peta Peta Tematik Pada peta lainnya, seperti peta tematik sangat memperhatikan keseimbangan stata letak, dan keserasian dalam hal ukuran dan tipe huruf. Pada umumnya peta tematik menggambarkan derah yang berbentuk pulau misalnya menggambarkan satu kecamatan, satu kabupaten, satu propinsi, dan pulau. Informasi yang penting lagi yaitu mencakup: judul daerah yang dicakup skala peta legenda keterangan orientasi grid lintang bujur indeks(petunjuk letak peta)
Keterangan A dan B: 1. Judul peta tematik 2. Daerah yang dicakup 3. Skala angka dan grafis 4. Orientasi utara 5. Legenda/keterangan 6. Penyusun/penerbit 7. Sumber data
9|
pembanding
8. Grid lintang dan bujur
Keterangan A dan B: 1. Judul peta tematik 2. Daerah yang dicakup 3. Skala angka dan grafis 4. Orientasi utara 5. Legenda/keterangan 6. Peta inset/peta lokasi 7. Pengarang/penerbit 8. Sumber data 9. Grid lintang dan bujur
Berdasarkan contoh komposisi peta pada gambar, kita bisa membayangkan dan mendesain peta tematik yang akan kita buat. Komposisi peta yang dirancang dengan tepat akan menambah kejelasan bagi pembaca peta. Tidak hanya itu, bahkan dengan komposisi peta yang baik dan tepat akan memberikan kesan suatu peta yang indah. Di sinilah letak seni pada ilmu kartografi yang menyatakan bahwa kartografi adalah ilmu dan seni
pembanding
BAB III
PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Nama-Nama geografis Peta (Toponomi) adalah bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologinya. Bagian pertama kata tersebut berasal dari bahasa Yunani tpos () yang berarti tempat dan diikuti oleh noma () yang berarti nama. Dalam penulisan nama-nama geografis peta harus mudah dibaca, oleh sebab itu harus dipenuhi persyratan bagi seleksi hurufnya yaitu: a. Nama-Nama dalam suatu lebar kertas harus teratur susunannya, sejajar dengan tepi bawah peta (untuk peta skala besar) atau sejajar dengan garis perelel/meridian (untuk peta skala kecil), kecuali untuk nama-nama khusus seprti sungai, pegunungan dan lainlain. b. c. Nama-nama dapat diberi keterangan dari unsure berbentuk titik dan luasan. Nama-nama harus terletak bebas satu dan yang lain, dan tidak menggangu symbolsimbol lain. d. Nama-nama tidak boleh saling berpotongan, kecuali jika ada huruf mempunyai jarak spasi yang jelas e. Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung bentuk dari lengkungan harus teratur dan tidak boleh terlalu tajam lengkungannya. f. Banyak nama-nama yang terpusat disuatu daerah harus diatur sedemikian rupa sehingga terlihat distribusi nama-nama itu tidak terlalu padat paa daerah di peta tersebut. g. Angka ketinggian dari garis kontur ditempatkan dicela-cela tiap kontur, dan
penempatannya terbaca pada arah mendaki lereng. h. pemilihan jenis huruf tergantung pada perencanaan kartograf sendiri. Akan tetpai ada aturan tentang pemakaian jenis huruf yaitu: huruf tegak lurus untuk unsure buatan manusia(sungai, danau, pegunungan dan lain-lain)
pembanding
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/belanda-mempengaruhi-nama-namageografi-indonesia-laporan-seasc( diakses pada tanggal 30 mei 2012) http://pondokbahasa.wordpress.com/2008/08/03/nama-nama-geografis-pada-peta-petaindonesia-perlu-dibenahi/ ( diakses pada tanggal 30 mei 2012) http://contohlaporankartografi.blogspot.com/2011/04/desain-nama-nama-geografi-dantata.html ( diakses pada tanggal 30 mei 2012)
http://geografi-geografi.blogspot.com