You are on page 1of 21

1

Judul: PESAWAT SEDERHANA

I. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pesawat Sederhana Kita memerlukan gaya untuk melakukan berbagai pekerjaan. Gaya itu dilakukan oleh otot. Kekuatan otot manusia terbatas. Tentu kita pernah menemui kesulitan dalam melakukan suatu pekerjaan. Misalnya membuka tutup botol, memanjat pohon, menimba air, dan memindahkan barang yang berat. Oleh karena itu, kita memerlukan alat untuk mempermudah pekerjaan tersebut. Kita dapat menggunakan pesawat. Pesawat dapat memperkecil gaya yang kamu keluarkan. Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana. ( Heri Sulityanto : 2009 ). Pesawat sederhana adalah alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia ( Choiril Azmiyawati : 2009 )

B. Jenis-Jenis Pesawat Sederhana Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos.) 1. Pengungkit Pengungkit sering juga disebut tuas. Pengungkit atau tuas adalah alat sederhana yang digunakan untuk mengungkit yang terbuat dari batang besi, kayu dan bahan-

bahan lainnya. Pengungkit memiliki bagian-bagian khusus seperti kuasa, titik tumpu dan beban. Dilihat dari posisi kuasa, titik tumpu, dan beban, pengungkit dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pengungkit jenis pertama, kedua, dan ketiga. ( Teguh Purwantari : 2009 ). a. Pengungkit jenis pertama Pengungkit atau tuas jenis ini memiliki posisi kuasa, titik tumpu, dan beban atau posisi sebaliknya, yaitu beban, titik tumpu, dan beban. Dengan demikian posisi titik tumpu selalu berada di antara beban dan kuasa. Contoh pengungkit jenis pertama antara lain jungkat-jungkit, penggunaan tang, linggis, dan gunting ( Teguh Purwantari : 2009 ). b. Pengungkit jenis kedua Posisi tuas jenis kedua adalah titik tumpu, beban dan kuasa. Juga sebaliknya kuasa, beban, dan titik tumpu. Tuas jenis kedua memiliki posisi beban di antara titik tumput dan kuasa. Contoh: pembuka tutup botol, gerobag ( Teguh Purwantari : 2009). c. Pengungkit jenis ketiga Pengungkit jenis ketiga ini memiliki posisi beban, kuasa, dan titik tumpu. Dapat juga berposisi titik tumpu, kuasa, dan beban. Pada jenis ini kuasa berada di antara beban dan titik tumpu. Misalnya posisi orang memancing, orang menyekop pasir, orang menjepit kue dengan penjepit kue dan sebagainya ( Teguh Purwantari : 2009 ).

2. Bidang Miring Bidang miring juga termasuk pesawat sederhana. Bidang miring sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bidang miring adalah suatu bidang yang permukaannya miring, di mana sisi yang satu lebih tinggi dari sisi yang lainnya ( Teguh Purwantari : 2009 ). Fungsinya adalah untuk mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaan. Kegunaan yang lain adalah untuk menjaga keselamatan manusia dan memperkecil gaya. Beberapa contoh kegunaan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: a. Jalan berkelok-kelok di pegunungan Jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok demi tujuan tertentu. Jalan yang dibuat demikian menyebabkan kecuraman menjadi kecil. Sebuah mobil akan merasa susah mencapai ketinggian suatu tempat di gunung. Hal ini terjadi bila jalan di pegunungan dibuat lurus. Gaya yang dibutuhkan menjadi sangat besar. Keadaan akan berbeda bila jalan dibuat berkelok-kelok. Meskipun jarak tempuh jauh, namun mobil dapat sampai dengan gaya yang lebih kecil. Keselamatan penumpang mobil juga akan lebih terjamin. b. Tangga Contoh yang lain adalah pada penggunaan tangga. Orang memperbaiki kabel listrik membutuhkan tangga. Tangga membantu seseorang untuk dapat naik ke tempat yang lebih tinggi.

c. Papan miring Usaha yang dilakukan manusia menjadi lebih kecil karena alat tersebut. Barang yang berat dapat dipindahkan dengan lebih ringan. Misalnya ketika memasukkan drum berat ke dalam truk, menggunakan papan yang dibuat miring. Papan tersebut dipakai untuk menggelindingkan beban ke atas truk.

3. Katrol Katrol juga termasuk pesawat sederhana. Katrol adalah suatu alat yang digunakan untuk mengangkat benda. Bentuk katrol terdiri dari roda kecil dengan aluran tertentu dan tali ( Teguh Purwantari : 2009 ) Katrol yang dikaitkan dengan tali bergerak memutar menarik beban. Bila tali ditarik, maka roda akan memuatar menarik beban. Gaya yang dipakai akan sedikit dibandingkan dengan menarik beban secara langsung. Katrol dibedakan menjadi 5 macam, yaitu : a. Katrol tetap Posisi katrol tetap selalu tetap dan tidak berpindah tempat. Prinsip kerja katrol tetap dapat diterapkan pada sumur air pada kehidupan kita. Beban yang tidak terikat langsung akan ditarik dengan melewati roda. Benda yang terangkat membutuhkan gaya yang lebih kecil. Bayangkan seseorang mengambil air secara langsung dengan timba. Tentunya ia akan merasa berat dibanding dengan mengambil menggunakan katrol tetap. Jadi katrol tetap adalah sebuah alat yang dipakai mengangkat benda

dengan roda yang tidak berpindah-pindah dan berputar pada porosnya. ( Teguh Purwantari : 2009 ) b. Katrol bebas Katrol bebas adalah katrol yang memiliki posisi berubah-ubah (bebas) ( Teguh Purwantari : 2009 )Gerakan katrol bebas memutar pada tali yang dilewatinya. Beban biasanya diletakkan pada katrol yang terletak di atas tali. Ujung tali akan dikaitkan pada tempat yang tetap. Sedangkan ujung lain digunakan sebagai penarik. Jika dibandingkan dengan katrol tetap maka katrol bebas memerlukan gaya yang lebih kecil untuk mengangkat beban. c. Katrol majemuk Katrol mejemuk memiliki bentuk yang lebih kompleks dan rumit. Katrol majemuk merupakan gabungan dari katrol tetap dan bebas. Setiap roda berjalan memutar pada tali-tali yang dililitkan. Katrol majemuk digunakan untuk mengangkat beban. Gaya yang dibutuhkan lebih kecil dari katrol tetap dan katrol bebas. Semakin banyak katrol yang digunakan, maka semakin kecil pula gaya yang dibutuhkan.

4. Roda Berporos Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama. Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda.

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Praktikum 1 : Pengungkit 1. Alat a. b. c. d. e. f. g. h. 2. Tiang neraca Dudukan neraca beralur Lengan neraca beralur Penggantungan piring neraca Piringan neraca Neraca pegas Kubus aluminium Kotak KIT IPA Bahan 3. a. b. c. d. e. Langkah Kerja Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan. Meletakkan tiang neraca tegak lurus (berdiri) di atas meja. Memasukkan lengan neraca beralur kedalam dudukan nerca beralur. Meletakkan dudukan neraca diatas tiang nerca pada kedudukan yang seimbang. Meletakkan piring neraca pada ujung kiri lengan neraca beralur dengan menggunakan penggantung piring neraca. f. Mengkaitkan neraca pegas pada ujung lengan kanan neraca beralur.

g. h.

Meletakkan kubus aluminium di atas piring neraca. Menarik neraca pegas agar terjadi keseimbangan antara lengan kanan dan lengan kiri. Kemudian mencatat panjang renggangan pegas.

i.

Mengulangi kegiatan di atas dengan memindahkan titik tumpu neraca yakni yang pertama bergeser dua lubang ke kanan dan yang kedua bergeser dua lubang ke kiri. Kemudian mencatat panjang regangan pegas masing-masing.

j.

Menjawab pertanyaan yang ada di bagian bawah langkah kerja sesuai hasil pengamatan.

k.

Membuat kesimpulan dari percobaan tersebut.

B. Praktikum 2 : Bidang Miring 1. a. b. c. d. e. f. Alat Tutup kotak resonansi Neraca pegas Kubus kayu Kubus kayu dan kubus aluminium Kotak KIT IPA Papan Tripleks

2. Langkah Kerja a. b. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan. Mengangkat kotak resonansi dengan cara mengaitkan pengait pada neraca pegas pada kaitan pada kotak resonansi. Menghitung panjang regangan pegas.

c.

Membuat bidang miring dengan cara memiringkan papan tripleks dan meletakkan kotak resonansi yang telah dikaitkan di atas bidang miring tersebut. Menarik kotak resonansi dari bawah ke atas dan menghitung panjang regangan pegas.

d.

Melandaikan kemiringan papan triplek dan tariklah kotak resonansi dari bawah ke atas. Menghitung panjang regangan pegas.

e.

Meninggikan kemiringan papan tripleks dari kondisi awal dan tariklah kotak resonansi dari bawah ke atas. Menghitung panjang regangan pegas.

f.

Membuat tabel hasil pengamatan sesuai kreativitas kemudian mengisi tabel tersebut sesuai hasil pengamatan.

g.

Membandingkan panjang regangan pegas pada langkah 1,2 dan 3, 4 dan 5 kemudian membuat kesimpulan.

C. Praktikum 3 : Katrol 1. a. b. c. d. e. f. g. Alat Piring neraca Katrol tunggal 2 buah Penggantung piring Kartu plastik Kubus kayu Gantungan hampa udara Kubus aluminium

h. i. 2.

Mur baut dudukan Tali Bahan -

3. a. b.

Langkah Kerja Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan. Menggantung piring neraca pada neraca pegas dan isilah piring neraca dengan kubus kayu dan aluminium, kemudian menghitung panjang regangan neraca pegas tersebut.

c.

Memasangkan gantungan hampa udara pada dinding yang permukaannya halus, kemudian menggantung neraca pegas yang telah dibebani piring neraca pada gantungan hampa udara yang telah dikaitkan dengan katrol. Meletakkan kubus kayu di atas piring neraca. Menghitung panjang regangan neraca pegas tersebut.

d.

Melakukan langkah kerja nomor 2 dan mengaitkan. Hitunglah panjang regangan neraca pegas tersebut.

e.

Mencari selisih antara langkah 1, 2 dan 3, kemudian membuat kesimpulan pada percobaan ini.

10

D. Praktikum 4 : Roda 1. Alat

a. Kereta beroda empat b. Kotak resonansi c. Neraca pegas 2. Bahan 3. Langkah Kerja

a. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan. b. Mengaitkan neraca pegas dengan kotak resonansi, kemudian menghitung regangan pegas apabila kotak tersebut ditarik di atas papan tripleks. c. Pasangkanlah kereta roda empat sebagai alat pengangkut kotak. Kemudian meletakkan kotak resonansi di atas roda dan ukurlah regangan pegas setelah kotak resonansi ditarik di atas papan. d. Menghitung selisih panjang regangan pegasnya berdasarkan hasil percobaan pada langkah 1 dan 2 e. Membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.

11

III. HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM

A. Hasil Pengamatan Praktikum 1. Hasil Pengamatan Praktikum 1 : Pengungkit

12

2. Hasil Pengamatan Praktikum 2 : Bidang Miring

13

3. Hasil Pengamatan Praktikum 3 : Katrol

14

4. Hasil Pengamatan Praktikum 3 : Roda

15

IV. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum

A. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum 1 : Pengungkit Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan berupa tiang neraca, dudukan neraca beralur, lengang neraca beralur, penggantungan piring neraca, piringan neraca, nerca pegas, dan kubus aluminium. Selanjutnya meletakkan tiang neraca tegak lurus (berdiri) di atas meja. Kemudian memasukkan lengan neraca beralur kedalam dudukan nerca beralur. Setelah itu dudukan neraca diletakkan diatas tiang neraca pada kedudukan yang seimbang. Piring neraca diletakkan pada ujung kiri lengan neraca beralur dengan

menggunakan penggantung piring neraca. Kemudian neraca pegas diletakkan pada ujung lengan kanan neraca beralur. Selanjutnya kubus aluminium diletakkan di atas piring neraca. Kemudian neraca pegas ditarik agar terjadi keseimbangan antara

lengan kanan dan lengan kiri. kegiatan tersebut diulangi dengan memindahkan titik tumpu neraca yakni yang pertama bergeser dua lubang ke kanan dan yang kedua bergeser dua lubang ke kiri. Kemudian mencatat panjang regangan pegas masingmasing. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diperoleh bahwa panjang regangan pegas saat neraca dalam keadaan seimbang adalah 0,3 N. Sedangkan panjang regangan pegas ketika neraca dalam kedudukan digeser 2 kali ke kanan adalah 0,6 N serta panjang regangan pegas ketika neraca dalam kedudukan digeser 2 kali ke kiri adalah 0,3 N.

16

B. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum 2 : Bidang Miring Alat dan bahan yang dibutuhkan berupa tutup kotak resonansi, neraca pegas, kubus kayu, kubus aluminium, dan papan triplek. Pertama kotak resonansi diangkat dengan cara mengaitkan pengait pada neraca pegas pada kaitan pada kotak resonansi. Kemudian panjang regangan pegasnya dihitung. Setelah itu bidang miring dibuat dengan cara memiringkan papan tripleks dan meletakkan kotak resonansi yang telah dikaitkan di atas bidang miring tersebut. Selanjutnya kotak resonansi ditarik dari bawah ke atas dan menghitung panjang regangan pegas. Langkah selanjutnya adalah kemiringan papan triplek dilandaikan dan kotak resonansi ditarik dari bawah ke atas kemudian panjang regangan pegasnya dihitung. Selanjutnya kemiringan papan tripleks ditinggikan dari kondisi awal dan kotak resonansi dirtarik dari bawah ke atas setalah itu panjang regangan pegasnya kembali dihitung . kemudian panjang regangan pegas pada langkah-langkah tersebut dibandingkan. Berdasarkan pengamtan yang dilakukan diperoleh bahwa panjang regangan pegas saat kotak resonansi ditarik adalah 0,8 N, panjang regangan pegas saat papan dimiringkan adalah 0,5 N. Pada saat papan triplek dilandaikan panjang regangang pegas adalah 0,3 sedangkan pada saat papan triplek ditinggikan panjang regangan pegas adalah 0,6 N.

17

C. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum 3 : Katrol Alat dan bahan yang dibutuhkan berupa piring neraca, katrol tunggal 2 buah, penggantung piring, kartu plastic, kubus kayu, gantungan hampa udara, kubus aluminium, mur baut dudukan, dan tali. Pertama piring neraca pada neraca pegas digantung dan piring neraca diisi dengan kubus kayu dan aluminium, kemudian menghitung panjang regangan neraca pegas tersebut. Langkah selanjutnya denagan memasang gantungan hampa udara pada dinding yang permukaannya halus, kemudian menggantung neraca pegas yang telah dibebani piring neraca pada gantungan hampa udara yang telah dikaitkan dengan katrol. Langkah selanjutnya kubus kayu diletakkan di atas piring neraca. Setelah

panjang regangan neraca pegas tersebut dihitung. Selanjutnya melakukan langkah kerja nomor 2 dan mengaitkan katrol kedua lalu meletakkan kubus aluminium dan kubus kayu di atas pring neraca. Setalah itu menghitung panjang regangan neraca pegas tersebut.Berdasarkan pengamatan yang dilakukakan diperoleh bahwa panjang regangan pada saat kubus kayu dan aluminium dikaitkan di neraca pegas adalah 0,3 N, pada katrol tetap panjang regangannya adalah 0,4 N, sedangkan pada katrol bebas panjang regangannya adalah 0,6 N.

18

D. Analisis Hasil Pengamatan Praktikum 4 : Roda Alat dan bahan yang disediakan berupa kereta roda empat, kotak resonansi, dan neraca pegas. Pertama neraca pegas dikaitkan dengan kotak resonansi, kemudian regangan pegas dihitung apabila kotak tersebut ditarik di atas papan tripleks.

Selanjutnya kereta roda empat dipasang sebagai alat pengangkut kotak. Kemudian kotak resonansi diletakkan di atas roda dan regangan pegas diukur setelah kotak resonansi ditarik di atas papan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh bahwa saat kotak resonansi ditarik tanpa menggunakan roda panjang regangannya sebesar 10 N, sedangkan pada saat kotak resonansi dipasangkan roda panjang regangannya saat ditarik sebesar 0,3 N.

19

V.

KESIMPULAN

A. Kesimpulan Praktikum 1: Pengungkit Dari hasil pengamatan praktikum pertama tentang pengungkit diperoleh bahwa panjang regangan pegas saat neraca dalam keadaan seimbang adalah 0,3 N. Sedangkan panjang regangan pegas ketika neraca dalam kedudukan digeser 2 kali ke kanan adalah 0,6 N serta panjang regangan pegas ketika neraca dalam kedudukan digeser 2 kali ke kiri adalah 0,3 N. sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin dekat beban dengan tumpuan maka semakin besar gaya yang dihasilkan.

B. Kesimpulan Praktikum 2: Bidang Miring Pada praktikum tentang bidang miring diperoleh bahwa panjang regangan pegas saat kotak resonansi ditarik adalah 0,8 N, panjang regangan pegas saat papan dimiringkan adalah 0,5 N. Pada saat papan triplek dilandaikan panjang regangang pegas adalah 0,3 sedangkan pada saat papan triplek ditinggikan panjang regangan pegas adalah 0,6 N. berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi permukaan bidang miring maka gaya yang dihasilkan semakin besar.

C. Kesimpulan Praktikum 3: Katrol Pada praktikum ketiga tentang katrol diperoleh bahwa panjang regangan pada saat kubus kayu dan aluminium dikaitkan di neraca pegas adalah 0,3 N, pada katrol

20

tetap panjang regangannya

adalah 0,4 N, sedangkan pada katrol bebas panjang

regangannya adalah 0,6 N. sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya yang dihasilkan

D. Kesimpulan Praktikum 4: Roda Pada praktikum tentang roda diperoleh bahwa saat kotak resonansi ditarik tanpa menggunakan roda panjang regangannya sebesar 10 N, sedangkan pada saat kotak resonansi dipasangkan roda panjang regangannya saat ditarik sebesar 0,3 N. sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang regangan yang dihasilkan lebih kecil apabila menggunakan roda daripada tidak menggunkan roda

21

DAFTAR PUSTAKA

Azmiyawati Choiril. 2009. IPA 5 Salingtemas. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Purwantari Teguh. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam V. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Sulistyanto Heri. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam V. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

You might also like