You are on page 1of 5

KADAR AIR Keadaan air yang terkandung dalam tanah perlu diketahui terutama pada kedalaman dari permukaan

air tanah baik secara musim ataupun bulanan. Tentang kedalaman permukaan air tanah bias ditentukan melalui sumber-sumber air setempat, juga melalui lubang-lubang pengeboran air (Kartasapoetra, 1987). Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut dalam tanah. Air dapat menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, karena air higroskopik dan air kapiler (Hardjowigeno, 2003). Kadar air merupakan komponen utama tanaman hijau yang merupakan 70% - 90% dari berat segar. Kebanyakan sepsis tanaman tak berkayu, sebagian besar air kandungan dalam isi sel (85% - 90%) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia. Tetapi air mempunyai beberapa peranan lain dalam fisiologi tanaman dan keadaannya unik yang cocok dengan sifat kimia dan fisikanya yang diperankan (Fitter-Hay, 1991). Dalam menentukan jumlah air yang tersedia bagi tanaman, maka keadaan air dapat dibedakan atas kadar air pada kapasitas di mana keadaan ini dapat menunjukkan jumlah air yang dapat menyerap air hingga layu. Pengaruh hubungan tegangan dan kelembaban pada sejumlah air yang tersedia di dalam tanah. Kapasitas lapang, koefisien titik layu permanen, tekstur, struktur, dan kandungan bahan organiknya. Semuanya itu mempengaruhi air lebih banyak, meskipun pada tekstur lempung jelas mempunyai kapasitas yang lebih kecil dari pada tekstur berdebu. Perbandingan kapasitas perubahan air yang dinyatakan dalam tinggi air pada tiap kaki tinggi tanah (Buckman dan Brady, 1982).

Air merupakan dua sifat yang penting pada kelakuan air di dalam tanah, yaitu massa dan polaritas. Oleh karena massanya, air senantiasa ditarik ke bawah oleh gaya gravitas polaritas disebabkan oleh susunan molekul air (Pairunan, 1997). Kadar air tanah Alfisol merupakan perubahan regim kelembaban manusia atau bahkan frekuensi yang tidak begitu sering akan mendorong periode jenuh yang silih berganti mendekati desikasi sedemikian rupa sehingga bahan-bahan yang dapat larut dalam air bergerak ke daerah jenuh dan mengendap di bagian yang kering yang tergantung pada tekstur solumnya. Air merupakan unsur utama dalam proses-proses kimia dalam hubungannya dalam jumlah produk pelapukan fenomena translokasi. Peranan air dan duhu dalam hidrasi atau (dehidrasi) dalam karbonasi dan hidrolisis cukup sulit untuk dimengerti sebagai hasil disolusi mineral, keragaman produk ion tidak hanya mengambarkan komposisi spesis ion yang terlarut (Lopulisa, 2004). 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Air Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air karenanya berhubungan dengan struktur dan tekstur. Tanahtanah dengan tekstur halus mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air tersedia yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang. Penelitian menunjukkan bahwa air tersedia pada beberapa tanah berhubungan erat dengan kandungan debu dan pasir yang sangat halus (Foth, 1995). Tanah bertekstur halus menahan air lebih banyak pada seluruh selang energi dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Hal ini dimungkinkan karena tanah bertekstur halus mempunyai bahan koloidal, ruang pori dan permukaan adsortif yang lebih banyak (Nurhayati,1986). Hardjowigeno (1993) menambahkan bahwa tanah yang bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air yang kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena

itu tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanahtanah bertekstur lempung atau liat. Selain sifat tanah, faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi jumlah air yang dapat diabsorsikan tumbuhan tanah, faktor-faktor tumbuhan antara lain, bentuk perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat dan stadia pertumbuhan. Faktor iklim antara lain, temperatur, kelembaban dan kecepatan angin. Diantara sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia adalah daya hisap (matrik dan osmotik), kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Nurhayati, 1986). Adapun pengaruhnya bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga bagi pertumbuhan tanaman adalah sebagai emulgator (memperbaiki struktur tanah), sumber hara N, P, S, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara dan sumber energi bagi mikroorganisme (Hardjowigeno, 1993). Bila semua faktor sama, tanah bersolum dalam mempunyai air tersedia lebih banyak dibandingkan dengan tanah dangkal. Hal ini penting untuk tumbuhan berakar dalam. Pelapisan tanah berpengaruh terhadap jumlah air tersedia dan pergerakannya dalam tanah. Lapisan keras tidak tembus air memperlambat pergerakan air dan mempengaruhi daya tembus dan perkembangan akar, yang secara erfektif mengecilkan kedalaman tanah dari mana air diperoleh. Lapisan berpasir juga menghalangi pergerakan air dari lapisan yang bertekstur halus (Nurhayati, 1986). Hardjowigeno (1993) menyimpulkan bahwa kadar air dalam tanah tergantung pada banyaknya curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, kandungan bahan organik dan tingginya muka air tanah. 2.3 Kapasitas Lapang

Kapasitas lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini terjadi 2 - 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus oleh air, tekstur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini berada di antara 5 - 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile. Akar-akar akan membentuk cabangcabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya. Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya. Tergantung dari tekstur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 - 3 inches (Hardjowigeno, 1993). 2.3 Titik Layu Permanen Titik layu permanen terjadi dimana kandungan lengas tanah yang menyebabkan tanaman yang tumbuh di atasnya mengalami layu tetap (tidak bisa segar kembali meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali meskipun tanaman ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air) Karena plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan terjadi, tanaman akan tetap mati. Pada tingkat kelembaban titik layu ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam

tanah. Jumlah air yang tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting untuk menentukan nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan(Nurhayati, 1986).

Bilamana tanaman ditanam pada keadaan air yang cukup maka tanaman itu akan mengambil air kapiler dari dalam tanah tersebut. Bila sampai batas maksimum, air kapiler dapat diambil dan mendekati habis maka tanaman akan menjadi layu. Meskipun pada titik layu ini tanah menunjukkan tekanan osmose yang sangat nyata tetapi tetap tidak mampu menunjukkan tekanan osmose yang sangat nyata tetapi tetap tidak mampu menunjukkan suatu kemampuan tanaman tersebut terhadap absorbsi airnya. Kehilangan turgescensi ini pada tanaman-tanaman yang lemah terjadi pada daun-daun yang telah tua kemudian diikuti oleh daun-daun muda (Nurhayati, 1986).

You might also like