You are on page 1of 7

ETIKA KEBIDANAN KASUS 2

Disusun Oleh: Denok Tri Hardiningsih (R1113016) Devi Wahyu Utami (R1113018) Diah Siti Nuryani (R1113022) Dian Oktavia (R1113024) Esti Warini (R1113026) Febrina Artha W (R1113028)

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2013

Kasus 2 Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang bidan yaitu bidan A dan bidan B yang sama sama memiliki BPS dan ada persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan melahirkan di BPS bidan B yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan A. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum lengkap dan bidan B menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk bersaing dengan bidan A.Sedangkan bidan A mengetahui hal tersebut. Jika bidan B tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan A akan melaporkan bidan B untuk menjatuhkan bidan B karena di anggap melanggar wewenang profesi bidan. A. KONFLIK : 1. Persaingan tidak sehat antara bidan A dan bidan B dalam hal mendapatkan pasien. 2. Pelanggaran wewenang profesi bidan jika bidan B tetap melakukan pertolongan pada ibu hamil dengan bayi letak sungsang. 3. Penyalahgunaan pemberian informasi yang akan dilakukan bidan A untuk menjatuhkan bidan B karena dianggap telah melanggar wewenang profesi bidan. B. ISSU MORAL: Konflik moral antara bidan A dan bidan B adalah suatu proses ketika 2 pihak atau lebih berusaha memaksakan tujuannya dengan cara mengusahakan untuk menggagalkan tujuan yang ingin dicapai pihak lain (Setiawan, 1994) Seorang bidan hanya boleh melakukan pertolongan persalinan normal. Bila ada suatu kasus abnormal seperti persalinan dengan letak sungsang, maka seharusnya bidan tersebut melakukan system rujukan ke rumah sakit atau puskesmas poned, sehingga terjai pertolongan persalinan secara kolaborasi

C. ISSU ETIK & LEGAL: Bebagai disiplin ilmu telah mengalami perkembangan pesat, membuat

perkembangan atau tren maupun kebutuhan masyarakat juga berubah.Pengaruh perkembangan era globalisasi, juga akan mempengaruhi meningkatnya kritis masyarakat terhadap pelayanan kebidanan. Berbagai permasalahan yang muncul seputar praktik profesi bidan terkait etika dan hukum adalah akibat dari perkembangan era globalisasi. Etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya dikarenakan bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab moral terhadap keputusan yang diambil. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan yang baik tidak hanya dibutuhkan pengetahuan klinik yang baik, serta pengetahuan yang terbaru, tetapi juga bidan harus mempunyai pemahaman issu etik dalam pelayanan kebidanan. Issu etik yang terjadi antar bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan. Seorang bidan dikatakan professional bila mempunyai kekhususan sesuai peran dan fungsinya yang bertanggung jawab menolong persalinan. Dengan demikian

penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. Issu etik yang terjadi dalam kasus 2 tersebut adalah bidan B yang merencanakan melakukan tindakan diluar wewenangnya dengan menolong persalinan sungsang. Hal ini dipacu dengan keinginan mendapatkan lebih banyak pasien karena adanya persaingan dengan bidan A yang juga membuka BPS yang lokasinya berdekatan dengan bidan B. Dengan kata lain terjadi penyimpangan etik pada bidan B yang seharusnya hanya melakukan pertolongan persalinan normal dan melakukan rujukan pada persalinan patologi namun bidan B tersebut lebih memilih menolong demi mendapatkan pasien. Hal tersebut melanggar Kode etik Bidan Bagian II tentang Kewajiban Terhadap Tugas,

yang poin keduanya berisi, setiap bidan berhak memberi pertolo ngan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan. Sedangkan bidan A yang telah mengetahui bahwa bidan B mendapatkan pasien inpartu letak sungsang berniat melaporkan bidan B bila bidan B benar -benar menolong persalinan sungsang tersebut. Bidan A memang tidak melakukan suatu penyimpangan/pelanggaran etik dengan klien namun bidan A telah melanggar kode etik bidan Bagian III tentang Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya, yang berisi: 1. Tiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman sejawatnya untuk menciptakan susunan kerja yang serasi 2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya. Sebagai sesama teman sejawat yang berprofesi sebagai bidan, seharusnya bidan A memberitahukan secara bersahabat mengenai pelanggaran kewenangan yang akan dilakukan bidan B bila ia tetap melakukan pertolongan persalinan sungsang. Dan bidan A maupun bidan B bersaing secara sehat sebagai sesama pemberi pelayanan kesehatan. Sehingga yang perlu dilakukan oleh bidan A dan bidan B adalah komunikasi sesama teman sejawat, selain itu komunikasi kepada pasien juga perlu dilakukan. Dalam kasus inpartu letak sungsang ini bidan B perlu berkomunikasi dengan baik pada klien/pasien sehingga pasien mengerti bahwa bukan kewenangan bidan menolong persalinan sungsang. Sehingga pasien tersebut tidak merasa kecewa dan akan memeriksakan dirinya pada bidan sesuai kewenangan bidan. Komunikasi merupakan faktor pendukung pelayanan kebidanan professional yang dilaksanakan oleh bidan dalam mengekspresikan peran dan fungsinya. Dengan memiliki keterampilan dalam berkomunikasi efektif, bidan diharapkan akan lebih mudah dalam menjalin hubungan saling percaya dengan klien maupun teman sejawat sehingga lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan kebidanan yang diterapkan, sehingga memberikan kepuasan professional dalam pelayanan kebidanan.

Aspek legal yang terkait dengan kasus ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1464/MENKES/PER/X/2013 tentang Izin

Penyelenggaraan Praktik Bidan dalam BAB III penyelenggaran praktek ayat (1) dan ayat (2), yaitu: (1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf (a) diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara 2 kehamilan. (2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a) b) c) d) e) f) Pelayanan kesehatan pada masa pra hamil Pelayanan antenatal pada kehamilan normal pelayanan persalinan normal pelayanan ibu nifas normal pelayanan ibu menyusui pelayanan konseling pada masa antara 2 kehamilan

Dari ayat (1) dan ayat (2) dalam pasal 9 tersebut terlihat jelas bahwa kasus 2 diatas bukanlah wewenang seorang bidan, karena persalinan sungsang bukanlah termasuk dalam persalinan normal. Sehingga bila bidan B melakukan pertolongan persalinan sungsang secara disengaja demi mendapatkan pasien maka bidan B tersebut telah melanggar aspek legal. D. DILEMA: Jika bidan B tetap melakukan pertolongan persalinan pada pasien dengan letak sungsang tersebut, maka bidan A akan melaporkan bidan B ke lembaga yang berwenang karena melanggar wewenang profesi bidan dan mendapat sanksi atau bahkan hukuman

Apabila bidan B tidak melakukan pertolongan persalinan dengan letak sungsang tersebut, maka kemungkinan bidan B akan kehilangan kepercayaan dari keluarga pasien karena dianggap tidak berkompeten dalam melakukan pertolongan persalinan. Otomatis bidan B akan mengalami kerugian secara materi karena kehilangan satu pasien

E. INFORMED CHOICE: Dari kasus diatas, bidan ingin melakukan pertolongan persalinan sungsang di BPS nya. Jika dilihat dari segi informed choice, maka: Bidan B tidak memberikan informed choice kepada pasien sehingga pasien tidak mengetahui wewenang bidan sampai batas mana Wewenang seorang bidan dalam melakukan pertolongan persalinan hanya boleh menolong kasus persalinan normal. Apabila ada sebuah kasus persalinan patologi seperti kasus sungsang diatas, maka segera dilakukan perujukan sehingga pertolongan persalinan dapat dilakukan suatu kolaborasi dengan tim medis yang lain di puskesmas poned atau rumah sakit

Daftar Pustaka

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1464/MENKES/PER/X/2013 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta. Rahmayanti, Agrainy Musfida. 2012. Diunduh tgl 31/10/2013 di http://www.artikelkebidanan.com/etika-profesi-kebidanan/maslah-etikmoral-d.html postingan tgl 26/04/2012 Rahmayanti, Agrainy Musfida. 2012. Diunduh tgl 31/10/2013 di http://www.artikelkebidanan.com/etika-profesi-kebidanan/hukumkesehatan-dalam kebidanan.html postingnya tgl 24/8/2012 Rambe L, anwar D, Soepardan S. 2011. Diunduh tgl 31/10/2013 di http://jurnalpendidikanbidan.com/arsip/35-januari-2013/83-hubungankomunikasi -verbal-dan-nonverbal-oleh-bidan-dengan-tingkat-kepauasanpasien-di-ruang-nifas-rs-khusus-ibu-dan-anak-kota-bandung-tahun-2011-.html Rosmala R, Koiriyah N, Sutisna M. 2013. Diunduh tgl 31/10/2013 di http://www.jurnalpendidikanbidan.com/arsip/36-februari-2013/94-faktorfaktor-yang-memengaruhi-keberhasilan-kemitraan-bidan-paraji-dalambidang-persalinan-oleh-tenaga -kesehatan-di-kecamatan-cihampelas.html postingan tgl 06/02/2013

You might also like