You are on page 1of 14

PLUS-MINUS VAKSIN KOMBINASI Vaksin kombinasi sebenarnya bukan hal baru bagi kita.

Kita mengenal ada vaksin DPT untuk menangkal penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Baru-baru ini, telah muncul vaksin kombinasi lain bernama Infanrix/HiB. Apakah vaksin kombinasi itu, dan sejauh mana plusminusnya dijelaskan dalam tanya jawab dengan Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K)., dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta berikut ini. Beliau adalah Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Apa itu vaksin kombinasi? Vaksin kombinasi merupakan beberapa vaksin (antigen) yang digabung menjadi satu. Negara mana saja yang sudah menerapkan vaksin kombinasi? Di dunia penggunaan vaksin kombinasi sudah menjadi tren global yang tak bisa dicegah lagi kehadirannya. Persentasi penggunaan vaksin kombinasi yang paling banyak yaitu di Eropa dan Amerika. Di Asia, seperti Malaysia juga sudah lama diterapkan. Sedangkan Singapura telah menggunakan beberapa vaksin kombinasi seperti vaksin kombinasi DPaT/HiB, DpaT/Hepatitis B/Polio. Sedangkan di Indonesia sendiri, penggunaan vaksin kombinasi baru kira-kira 25 persen. Mengapa vaksin-vaksin yang ada perlu dikombinasi? Ketimbang 40 tahun ke belakang, pada era globalisasi ini, jumlah penyakit makin bertambah banyak sehingga kebutuhan akan vaksinasi pun semakin meningkat. Mau tak mau, jadwal suntikan dalam program imunisasi jadi lebih banyak. Di Indonesia, pemberian imunisasi wajib adalah BCG 1 kali, DPT-Polio 3 kali, campak 1 kali, dan hepatitis B 3 kali. Sedangkan vaksin anjuran antara lain MMR, tifus, cacar air, hepatitis A dan HiB. Berarti bayi hingga usia satu tahun perlu disuntik sebanyak 11 kali. Nah, untuk mempermudah atau menyederhanakan pemberian vaksin maka diciptakanlah vaksin kombinasi. Apa saja vaksin kombinasi yang sudah tersedia? Setelah ada vaksin DPT atau DPaT, MMR, DPT/Hepatitis B, vaksin kombinasi terbaru adalah gabungan antara vaksinasi DPaT dengan HiB yang disebut Infanrix/HiB. Vaksin kombinasi ini dapat memberikan perlindungan terhadap 4 jenis penyakit berbahaya pada bayi, yaitu difteri, pertusis, tetanus, dan penyakit-penyakit akibat HiB. Vaksin Infanrix/HiB ini merupakan vaksin kombinasi yang sudah mendapatkan izin dari BPPOM sejak Februari tahun 2004 dan telah ada di pasaran sejak April 2004. Pemberian vaksinnya pun sesuai dengan jadwal imunisasi yang telah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Apa beda DPT dan DPaT? Sebenarnya penyakit yang ditangkal sama yaitu difteri, pertusis dan tetanus. Hanya saja, vaksinasi DPT seringkali menimbulkan efek samping demam pada anak. Sedangkan vaksinasi DPaT, berkat kecanggihan teknologi kesehatan, dapat meminimalisasi risiko demam tersebut. Sampai sekarang, vaksin DPT tetap beredar di pasaran dan masih digunakan di sekolah, puskesmas, posyandu dan klinik praktik dokter. Sementara vaksin DPaT merupakan alternatif bagi bayi atau anak yang pernah menderita kejang demam, atau yang mempunyai penyakit saraf lainnya. Mengapa vaksin DPaT harus berkombinasi dengan HiB dan bukan vaksin lainnya? Karena vaksin DPaT mempunyai jadwal imunisasi primer yang hampir sama dengan jadwal imunisasi primer HiB. Vaksinasi DPaT pertama dilakukan pada bayi usia 2-4 bulan. Suntikan ke-2 di usia 3-5 bulan dan ketiga saat 4-6 bulan. Sedangkan jadwal imunisasi primer pertama untuk vaksin HiB adalah saat usia bayi 2 bulan, yang kedua di usia 3-4 bulan dan suntikan ketiga pada 4-6 bulan. Yang dimaksud vaksinasi primer adalah vaksinasi yang dilakukan di saat usia bayi kurang dari 12 bulan. Bagaimana keamanan vaksin kombinasi? Suatu vaksin dikatakan aman setelah melalui proses penelitian yang panjang. Begitu juga dengan vaksin kombinasi DPaT dan HiB. Penelitian tentang keamanan vaksin kombinasi sudah melalui proses selama 30 tahun lebih dan sudah terbukti aman diberikan kepada anak. Apakah vaksin kombinasi mengandung thimerosal yang dicurigai sebagai penyebab autisme? Vaksin Infanrix/HiB tidak mengandung thimerosal tapi mengandung zat pengawet 2-phenoksietanol agar tak terkontaminasi kuman. Sementara masa kedaluwarsa vaksin adalah dua tahun. Thimerosal sendiri merupakan suatu zat dari bahan merkuri yang dalam vaksin berfungsi mencegah pencemaran. Zat ini tak perlu ada pada vaksin yang dikemas untuk sekali pakai, dan juga tidak digunakan untuk jenis vaksin hidup karena cukup tahan lama. Kalau toh thimerosal digunakan pada suatu vaksin, kandungannya pun sangat kecil. Jadi risiko merkurinya pada manusia sangat jauh lebih kecil ketimbang pada makanan misalnya ikan laut yang tercemar. Walaupun demikian produsen vaksin tetap berupaya meniadakan thimerosal dalam vaksin atau menggantikan dengan zat lain, sesuai anjuran WHO. Apa saja keuntungan bila menggunakan vaksin kombinasi? 1. Mengurangi jumlah suntikan. Suntikan vaksin DPaT dan HiB yang terpisah memerlukan 6 kali suntikan untuk imunisasi primer, nah dengan Infanrix/HiB hanya perlu 3 kali. Suntikan pertama saat usia bayi 2 bulan, suntikan kedua waktu usia 3-4 bulan, dan suntikan ketiga pada umur 4-6 bulan. Ini berarti mengurangi trauma kesakitan pada bayi.

2. Hemat waktu. Tiap kali anak diimunisasi orang tua tentu perlu meluangkan waktu untuk membawa anak ke dokter. Adanya vaksin kombinasi dapat menghemat waktu dan juga tenaga untuk datang ke dokter. 3. Hemat biaya. Harga vaksin kombinasi yang sekitar 285.000 rupiah ini mungkin terkesan lebih mahal ketimbang vaksin-vaksin tunggal. Namun kalau dihitung-hitung total biaya yang dikeluarkan untuk vaksin kombinasi akan lebih sedikit ketimbang vaksin DPaT dan vaksin HiB secara terpisah. Bukankah setiap kali datang untuk imunisasi ada biaya-biaya lain yang dikeluarkan. Misalnya, biaya transportasi, administrasi, dokter, dan biaya vaksin itu sendiri. 4. Efek samping lebih kecil. Perlu digarisbawahi penggunaan vaksin kombinasi DPaT-HiB tidak menjamin seratus persen bahwa anak tak akan mengalami demam. Namun kalaupun ada efek samping demam, persentasenya sedikit sekali. Demikian pula halnya dengan reaksi lokal yang terjadi seperti bengkak, kemerahan dan rasa nyeri pada bekas suntikan. Jadi secara umum, vaksin kombinasi DPaT-HiB memiliki efek samping yang jauh lebih rendah dibandingkan vaksin DPT dan HiB secara terpisah. 5. Risiko tertular penyakit berkurang. Pemberian imunisasi yang satu-satu akan mempersering membawa anak berkunjung ke rumah sakit atau dokter. Padahal di sana terdapat pasien dengan berbagai penyakit yang membuat anak berisiko tertular. Nah, dengan adanya vaksin kombinasi, kemungkinan itu jadi lebih kecil. Andaikata saat usia 2 bulan seorang bayi sudah diimunisasi DPT, lalu di usia selanjutnya orang tua ingin mengimunisasi anaknya dengan vaksin kombinasi, apakah ini bisa dilakukan? Boleh saja tak masalah. Begitupun sebaliknya. Tentunya orang tua sudah tahu mana yang lebih menguntungkan. Namun komunikasikan hal tersebut terlebih dulu dengan dokter yang ada.

Bagaimana efektivitas vaksin kombinasi? Penelitian membuktikan, vaksin kombinasi DPaT-HiB menciptakan proteksi optimal terhadap difteri, pertusis, tetanus dan berbagai penyakit akibat bakteri HiB, yang sama baiknya dibandingkan vaksin DPaT dan HiB yang diberikan secara terpisah. Memang, tingkat kekebalan vaksin kombinasi DPaT/HiB lebih rendah daripada vaksin DpaT dan HiB terpisah. Toh, bukan berarti tingkat kekebalan vaksin kombinasi tidak bagus. Vaksin kombinasi tetap memberikan kekebalan atau antibodi pada tubuh dalam ambang garis kekebalan tubuh yang sudah ditentukan. Jadi, vaksinasi kombinasi DPaT dan HiB cukup untuk mempertahankan kekebalan tubuh dan melindungi tubuh sampai 5 tahun.

4 PENYAKIT YANG DAPAT DITANGKAL VAKSIN KOMBINASI DPaT/HiB Difteria Merupakan penyakit akibat infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Kuman tersebut masuk lewat hidung ke tenggorokan dan membuat semacam selaput yang makin lama melebar sehingga menyumbat jalan napas. Bahayanya, bakteri ini juga memproduksi racun (toksin) yang dapat menyebar ke seluruh organ tubuh seperti jantung dan sistem saraf. Pada kasus berat, kuman ini dapat menyumbat jalan napas. Difteria sangat menular dan menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Penularannya terjadi melalui percikan ludah dari udara pernapasan penderita. Pertusis atau Batuk Rejan Disebut juga batuk seratus hari atau whooping cough. Penyebabnya adalah bakteri Bordetella pertussis. Bakteri ini menghasilkan racun (toksin) pada selaput lendir saluran napas yang merangsang pembentukan dahak yang banyak dan kental. Bayi sangat sulit mengeluarkan lendir ini sehingga berisiko meninggal karena tak bisa bernapas. Gejalanya, bayi kecil tampak biru dan kejang. Pertusis dapat ditemukan pada semua usia. Separuhnya pada anak di bawah usia 2 tahun dan terutama pada bayi-bayi di bawah 6 bulan. Ditularkannya melalui percikan air liur atau udara pernapasan penderita. Pada banyak kasus, pertusis anak ditularkan oleh orang tuanya yang ternyata seorang pengidap (karier). Tetanus Penyebabnya bakteri Clostridium tetani yang ada di alam bebas terutama di tanah dan kotoran binatang. Tetanus sangat berbahaya jika mengenai bayi baru lahir. Biasanya terjadi saat pemotongan tali pusat dengan alat dan cara yang tidak steril. Gejala tetanus adalah kejang-kejang dan kesulitan menelan. Pada bayi baru lahir tampak mulutnya yang mencucu, tidak dapat menetek, sehingga dapat mengakibatkan kematian. Untuk menekan angka penderita tetanus, ibu hamil perlu diberi vaksinasi suntikan TT dan para ibu juga perlu diajarkan bagaimana merawat tali pusat bayinya yang baru lahir dengan baik. Meningitis Penyebabnya adalah bakteri Haemophilus Influenzae tipe B yang sangat menular. Penularannya terjadi melalui udara dan kontak langsung dengan penderita. Gejalanya tidak spesifik. Penyakitnya hanya dapat diketahui setelah terjadi kerusakan pada selaput saluran pernapasan. Kerusakan tersebut ditandai dengan timbulnya demam, rinitis (peradangan selaput lendir hidung), sakit tenggorokan, batuk, lelah, nyeri otot dan kepala, muntah serta diare.

Anak balita terutama bayi paling berisiko tertular penyakit ini. Meski pasien bisa disembuhkan, kemungkinan besar ia akan mengalami gangguan pendengaran, gangguan mental bahkan gangguan otak http://dr-anak.com/plus-minus-vaksin-kombinasi.html tgl 09/04/2012 jm 10:08 Lazimnya, seorang anak akan mendapatkan imunisasi sebanyak 13 kali dengan jadwal terpisah, sebelum usianya menginjak 5 tahun. Tapi belakangan ada alternative pemberian beberapa jenis vaksin digabung jadi satu suntikan. Imunisasi alternative ini dikenal dengan vaksin kombinasi atau vaksin kombo. Vaksin kombo adalah gabungan beberapa jenis virus atau bakteri menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda. Praktisnya, pemberian vaksin ini cukup dilakukan dalam satu suntikan saja. Vaksin ini telah mendapat persetujuan dari pemerintah masing-masing Negara. Jenis Vaksin Kombo

Vaksin kombinasi yang tertua adalah DPT. Dari penggabungan vaksin DPT yang terbukti aman ini, kemudian timbul ide menggabungkan beberapa vaksin lainnya. Maka jadilah penggabungan vaksin DPT dengan vaksin lainnya. Misalnya, DPT + Hepatitis B, DPT + Hib (Haemophilus Influenzae tipe B) dan sebagainya.

Kelebihannya :

Praktis, lebih menghemat frekuensi kunjungan ke fasilitas kesehatan Ekonomis, biaya berobat untuk sekali kunjungan saja Mengurangi stress dan rasa sakit akibat tusukan jarum karena si kecil hanya sekali disuntik Lebih banyak jenis penyakit yang dicegah Bisa mengejar imunisasi yang terlambat diberikan Hanya perlu waktu yang singkat bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan program imunisasi

Kekurangannya :

Bisa terjadi ketidakserasian kimiawi akibat bercampurnya beberapa jenis vaksin. Tapi jangan khawatir, hal ini tetap aman bagi anak. Bisa saja membingungkan petugas kesehatan dalam menyusun jadwal imunisasi, khususnya kalau anak pindah-pindah dokter. Itu sebabnya minta dokter untuk menuliskan namanya, tanggal imunisasi dan nomor batch (nomor vaksin), serta tanda tangannya dalam buku riwayat kesehatannya. Dengan demikian, dokter yang melanjutkan vaksinasi tidak kebingungan menentukan vaksinasi selanjutnya. 5

http://duniabalita.com/?p=4987112 tgl 09/04/2012 jm 10:18

IMUNISASI/VAKSINASI PADA ANAK oleh FergioShop pada 1 Januari 2012 pukul 18:07 Apa yang dimaksud dengan imunisasi dan apa bedanya dengan vaksinasi ? Imunisasi= berasal dar kata "immune" artinya kebal, jadi imunisasi berarti mengebalkan,memberi kekebalan pasif (diberi antibodi yang sudah jadi seperti Hepatitis B imunoglobulin pada bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B), vaksinasi = berasal dari kata "vaccine" yaitu zat yang dapat merangsang timbulnya kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DTP, Hepatitis B dllImunisasi arti sesungguhnya adalah pemindahan atau transfer antibodi (imunoglobulin) secara pasif. Sementara vaksinasi adalah pemberian vaksin atau antigen (kuman atau bagian kuman yang dilemahkan) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) di dalam tubuh. Vaksinasi diartikan juga sebagai imunisasi aktif. Tapi untuk kepentingan praktis sehari-hari dipakai istilah imunisasi untuk ke 2 hal tersebut tadi. - Kebanyakan vaksin diberikan dalam bentuk suntikan, yang diminum adalah vaksin polio tetesan per oral (2 tetes), vaksin demam tifoid oral, dan rotavirus (Rotarix atau Rotateq) sebanyak 2 cc tiap dosis. Kenapa anak harus diimunisasi ? Anak harus dimunisasi karena imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seorang anak, menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat dan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.. Keberhasilan imunisasi mampu menekan angka kejadian penyakit yang berbahaya (fatal) dan banyak mengenai anak seperti Difteri, Tetanus, Hepatisis B, Polio, Campak dsb. Boleh dikata sekarang ini semakin jarang kita mendengar anak dengan penyakit-penyakit tersebut. Salah satu keberhasilan besar imunisasi di dunia adalah mampu mengenyahkan penyakit cacar dari muka bumi.

Ada berapa jenis vaksin yang sering dipakai ? Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi wajib atau yang dianjurkan dibagi atas 4 golongan vaksin : vaksin hidup (live attenuated), vaksin yang tidak aktif (inactivated), vaksin toxoid dan vaksin rekombinan. 6

Vaksin hidup : berisi virus atau bakteri yang dilemahkan, dibuat di lab dengan memodifikasi kuman penyebab penyakit. Kuman yang dilemahkan tersebut masih bisa berkembang (bereplikasi) dan menimbulkan kekebalan tapi tidak membuat sakit seseorang. Contoh vaksin yang berisi virus hidup adalah vaksin polio, rotavirus, campak, dan MMR. Vaksin yang berisi bakteri hidup contohnya vaksin BCG, campak dan vaksin tifoid oral (vivotif). Vaksin yang tidak aktif (inactivated) berisikan virus atau bakteri yang dibuat tidak aktif, dapat terdiri dari seluruh komponen kuman atau sebagian komponen kuman. Contoh vaksin yang mengandung virus mati : vaksin influenza, rabies, hepatitis A, hepatitis B. Sementara vaksin yang mengandung bakteri mati ; vaksin pertusis (batuk rejan), HiB, kolera dan meningokokus. Vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari racun (toksin) kuman yang dilemahkan, contohnya adalah vaksin untuk tetanus dan difteri. Kemajuan iptek kedokteran memungkinkan vaksin dari hasil rekayasa genetika yang dikenal sebagai vaksin rekombinan seperti vaksin hepatitis B (isinya adalah HBsAg - permukaan virus yang tidak infektif), tifoid dan rotavirus. Selain pembagian golongan vaksin berdasarkan isi vaksin tadi, vaksin yang ada juga bisa dibagi atas vaksin tunggal dan vaksin kombinasi. Vaksin tunggal berisi hanya 1 antigen/kuman yang dilemahkan, misal vaksin hepatitis B, vaksin campak dsb. Sementara vaksin kombinasi (combo vaccine) berisi beberapa antigen/kuman yang dilemahkan, misal DPT yang dapat mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus. Bahkan belakangan ada kecenderungan untuk membuat vaksin kombinasi yang lebih banyak sampai 4 atau 5 antigen/kuman sehingga dengan 1 kali pemberian vaksin dapat mencegah 4 atau 5 penyakit sekaligus, contoh vaksin kombinasi seperti ini : vaksin DPT yang digabung dengan hepatitis B atau HiB. Di Puskesmas sudah dikenalkan vaksin kombo yaitu vaksin DPT yang digabung dengan hepatitis B.

Apa saja yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi ? Ada 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi : status imun anak, faktor genetik anak dan kualitas maupun kuantitas vaksin. Yang terkait dengan status imun anak : adanya antibodi yang diperoleh oleh ibu, adanya IgA pada kolustrum ASI yang mempengaruhi keefektifan vaksin polio (hari-hari pertama menyusui), kematangan sistim imun neonatus (bayi < 30 hari) dan anak dengan penyakit keganasan, penyakit defisiensi imun atau anak yang mendapat obat imunosupresan (obat penekan sistem kekebalan tubuh). Pada keaadaan terakhir, semuanya mengakibatkan tubuh tidak mampu membentuk antibodi yang dikehendaki, malah pemberian vaksin bisa memperberat penyakitnya. Yang terkait dengan faktor genetik adalah kenyataan adanya respon seseorang yang baik, cukup atau rendah terhadap imunisasi yang diberikan.

Kualitas dan kuantitas vaksin terkait dengan cara pemberian vaksin, dosis, frekuensi, ajuvan (bahan tambahan) vaksin dan jenis vaksin itu sendiri (vaksin hidup umumnya lebih baik). Pada jadwal imunisasi 2011, BGG yang awalnya diberikan 0-2 bulan, dimundurkan menjadi 2-3 bulan karena dari penelitian: lebih efektif diberi pada umur 2-3 bulan.

Bagaimana cara pemberian vaksin pada anak ? Pemberian vaksin pada anak umumnya dengan penyuntikan dalam otot atau intramuskular ( spt pada DPT, TT, hepatitis), penyuntikan bawah kulit atau subkutan (spt campak, MMR), penyuntikan dalam kulit atau intrakutan seperti BCG, dengan diteteskan langsung ke mulut seperti vaksin polio oral dan terakhir ada vaksin yang ditelan seperti vaksin tifoid oral. Tempat suntikan adalah pada bagian atas paha depan sebelah luar (anterolateral) untuk anak dibawah 12 bulan, tapi pada yang lebih besar dapat diberikan di daerah lengan atas (daerah deltoid). Khusus vaksin BCG disuntikkan di daerah lengan atas pd bayi 2-3 bulan.

Apa ada kontra indikasi imunisasi pada anak ? Imunisasi merupakan kontra indikasi pada keadaan sebagai berikut : adanya reaksi anafilaksis (reaksi alergi yang berlebihan) karena vaksin atau bahan tambahannya, anak yang sakit sedang maupun berat dengan atau tanpa demam, anak dengan HIV positif dan penyakit penurunan kekebalan lainnya. Imunisasi juga kontra indikasi pada anak dengan gangguan imunologik, dalam pengobatan kortikosteroid atau mendapat obat imunosupresan. Jadi pada anak yang hanya batuk pilek ringan dan anak tidak demam serta tidak rewel dapat saja diberikan imunisasi. Vaksin hidup BCG, campak, polio oral, MMR sangat dipertimbangkan untuk tidak diberikan pada anak dengan imunitas menurun baik karena penyakitnya (defisiensi imun kongenital/sejak lahir - didapat misalnya karena sakit berat/sepsis dll) atau karena anak mendapat obat yang menurunkan sistem imun misal anak sindroma nefrotik mendapat prednison, pasien leukemia mendapat sitostatika dan steroid

Ada anak yang habis dimunisasi lalu demam, apakah ini efek samping vaksin ? Untuk berbagai keadaan yang terjadi setelah anak diberi vaksin digunakan isitilah KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Jadi yang paling sering adalah reaksi lokal pada bekas tempat suntikan seperti bengkak atau kemerahan, anak yang rewel dan demam. Apa yang terjadi itu merupakan evaluasi untuk vaksinasi berikutnya. Selain itu orang tua diberikan penerangan yang secukupnya tentang keadaan tersebut, misal pada anak yang demam sehabis diimunisasi maka anak harus segera diberikan penurun demam (anti piretik). Pada imunisasi 8

berikutnya, jangan menunggu demam, anak langsung diberi penurun demam sehabis divaksin. Bila demamnya membuat anak sampai kejang deman, maka untuk berikutnya diberikan sediaan vaksin lain yang tidak menimbulkan demam pasca imunisasi.

Apa semua vaksin membuat anak demam ? Tidak semua vaksin membuat anak demam. Vaskin yang sering membuat demam adalah vaksin DPT terutama karena komponen P atau pertusisnya. Vaksin yang lain jarang menimbulkan demam atau kalaupun ada demamnya ringan-ringan saja. Vaksin campak agak lucu karena demamnya dapat timbul justru setelah 2 atau 3 hari penyuntikan. Untuk antispasi mencegah anak rewel karena demam dan meredakan kepanikan orang tua, dokter menganjurkan pemberian obat penurun panas segera sesudah anak disuntik. Jangan menunda pemberian obat penurun panas menunggu anak demam. Karena umumnya demam sampai 2 hari, maka obat panas diberikan paling tidak sampai 2 hari. Kembali pada vaksin DPT yang sering menimbulkan demam, bila orang tua menghendaki anaknya tidak demam sehabis disuntik, maka tersedia pilihan vaksin DPT impor yang tidak atau jarang sekali menimbulkan demam (di Indonesia yang beredar Infanrix dan Tripacel). Sayang harganya realtif mahal karena vaksin tersebut belum dapat diproduksi di dalam negeri, jadi harus diimpor.

Mengapa ada vaksin yang cukup diberikan 1 kali, tapi ada juga yang berkali-kali ? Ada yang diberikan sejak usia kurang 1 bulan, tapi ada juga yang setelah usia 9 bulan bahkan ada yang setelah usia 2 tahun, apa penjelasannya ? Vaksin yang ada memang demikian. Jadi berdasar penelitian para ahli : ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah cukup memberikan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapa kali baru memberikan perlindungan yang memadai. Pada anak dibawah 1 tahun akan sering mendapat imunisasi hampir tiap bulannya, diantara vaksin tersebut ada yang diberikan lebih dari 1 kali seperti hepatitis B, DPT dan polio. Hal ini karena untuk penyakit tersebut, vaksinasi 1 atau 2 kali saja tidak cukup antibodi yang terbentuk untuk memberikan perlindungan. Imunisasi pada anak usia < 1 tahun merupakan imunisasi dasar, jadi harus lengkap terpenuhi. Bahkan pada imunisasi DPT, masih memerlukan tambahan atau booster (penguat) pada usia diatas 1 tahun, usia 6 tahun dan usia sekitar 12 tahun. Lagi lagi dasarnya adalah penelitian para ahli yang mendapatkan kadar antibodi mulai berkurang pada usia-usia tersebut. Memang cukup merepotkan bagi ibu-ibu muda yang baru mempunyai bayi, karena harus bersiap berulangkali membawa si kecil ke dokter, BKIA atau posyandu. Pada saat sekarang dan 9

ke depan, kerepotan itu nampaknya akan berkurang dengan adanya vaksin kombinasi (vaksin kombo, combined vaccine) karena sekali suntik dapat untuk pencegahan 4 sampai 5 penyakit. Mengenai jadwal vaksin yang tidak sama dapat dijelaskan sebagai berikut : pada vaksin seperti hepatitis B dan polio diberikan sejak usia kurang dari 1 bulan, dikarenakan untuk vaksin tersebut bayi sudah mampu membentuk antibodinya. Tapi ada vaksin yang baru dapat menghasilkan antibodi yang cukup setelah usia yang lebih tua. Selain itu pertimbangan masih adanya antibodi dari ibu seperti pada campak, sehingga vaksin campak diberikan mulai usia 9 bulan karena kadar antibodi dari ibu sudah mulai berkurang. Hal lain dengan mempertimbangkan angka kejadian penyakit tersering pada kelompok umur anak. Anak usia diatas 2 tahun sudah mengenal jajan dan beresiko tinggi terkena demam tiphoid (tifus), maka pemberian vaksin tifoid mulai diberikan setelah usia anak 2 tahun. Mengenai jadwal vaksin dapat dilihat pada postingan lainnya dimana termuat jadwal Imunisasi terbaru tahun 2011 beserta penjelasannya, sesuai dengan rekomendasi terbaru Satgas Imunisasi PP IDAI.

Apa masih ada vaksin yang diwajibkan dan,yang dianjurkan ? Sudah tidak ada lagi ! Satgas Imunisasi IDAI pada tahun 2011 sudah tidak lagi menggunakan istilah tersebut. Semua imunisasi adalah penting. Hanya saja vaksin yang ada di Indonesia tidak semuanya mendapat bantuan (subsidi) dari pemerintah, vaksin2 yang mendapat bantuan (subsidi) bisa diperoleh di pelayanan kesehatan masyarakat secara gratis atau dapat juga di tempat praktek dokter dengan harga yang ekonomis. Vaksin yang dibantu pembiayaan produksinya oleh pemerintah sementara ini adalah vaksin2 untuk mencegah penyakit berat tertentu pada anak yang sering terjadi. Di Indonesia vaksin tsb itu antara lain : BCG, DPT/DT/TT, Polio, Hepatitis B dan Campak. Program pengembangan imunisasi di Indonesia menitik beratkan pada imunisasi tersebut yang diharapkan menjangkau seluruh anak di wilayah Indonesia, karenanya peran Puskesmas dan Posyandu yang tersebar di seluruh Indonesia sangat penting. Imunisasi lainnya yang sampai sekarang masih dibaiayai secara mandiri oleh keluarga pasien antara lain : Rotavirus, HiB, MMR (measles, mumps, rubella), Hepatitis A, Tiphoid, Cacar air (varisela), Influenza, Pneumokokus dan HPV dan vaksin Rotavirus. Umumnya vaksin yang dianjurkan semuanya produk impor atau lisensi produsen vaksin di luar negeri., karenanya vaksin-vaksin tersebut mempunyai merek dagang yang bermacam-macam. Untuk MMR nama dagangnya Trimovax dan MMR MSD, nama dagang HiB : Act Hib danHiberix, vaksin hepatistis A nama dagangnya Avaxim dan Havrix, nama dagang vaksin tiphoid : Typhi-Vi ,Typheri dan Typhim, nama dagang vaksin cacar air adalah Varilrix atau Okavax, vaksin influenza namanyaVaxigrip dan nama dagang vaksin pneumokokus adalah Prevenar. Belakangan sdh ada vaksin kombinasi 4 sampai 5 macam vaksin dalam suntikan, yg gabungan DPaT dan HiB nama dagangnya Infanrix HiB, yg gabungan DPaT dengan HiB dan Polio, nama dagangnya Pediacel. Vaksin terbaru yang sudah direkomendaasikan olh satgas imunisasi IDAI adalah vaksin HPV ( Human Papiloma Virus) untuk mencegah kanker leher rahim, nama dagangnya Cevarix. Karena 10

semuanya produk impor harganya menjadi 'relatif' mahal. Belakangan baru saja diedarkan vaksin Rotavirus untuk mencegah diare yg berat akibat infeksi rotavirus pada bayi (terutama dibawah 6 bulan) dengan nama dagang Rotarix dan Rotateq , vaksin yg terkahir ini sudah masuk dalam jadwal Imunisasi terbaru IDAI thn 2011.

Bagaimana mengenai "isyu" halal-haram vaksin ? Ini memamg masih menjadi hal yg sering dipertanyakan pada sebagian kecil kalangan tapi cukup vokal dlm mengkampanyekan gerakan anti imunisasi.Yang harus difahami adalah substansi yg dikategorikan haram itu adalah enzymnya (tripsin dari babi) yang dipakai dlm awal rangkaian proses produksi untuk menginativasi virus rota dan pada produk akhir tdk ada kandungan substansi tsb lagi, jg sdh tdk bersentuhan dgn susbstansi tsb. Waktu Kongres Ilmu Kesehatan Anak Juli 2011 di Manado, Prof DR Dr Burhan Hidayat dari Surabaya menyatakan dlm kehidupan sehari hari kitapun terpaksa mengkonsumsi sesuatu yg blm seratus persen terbebas dari bahan yang haram, katakanlah dmkn. Beliau memberi contoh penggunaan air PAM di kota besar, sumber airnya adalah sungai yg mengalir di kota tsb yg sdh tercemar berbagai polutan dan kotoran, tdk tertutup kemungkinan ada najis/bahan haram tsb. Tetapi PAM memproses air sedemikian rupa shg air tsb jadi layak kita konsumsi. Apakah ada jaminan air yang kita minum terbebas dari proses yg bersentuhan dgn benda najis/haram?

Kutipan fatwa MUI: MUI sdh memberikan fatwa masalah ini thn 2002 dan 2005. Fatwa tsb dikeluarkan dgn memperhatikan kaidah agama: 1. Tdk dibolehkan membahayakan diri sendiri dan membahayakan org lain (La dharara wala 2. Kaidah fiqhiyah : bahaya hrs dihilangkan (Adh dharar yuzal). 3. Kaidah fiqyah : bahaya harus dicegah sedapat mungkin (Adh-Dharar yudfa'u biqadril 4. Kaidah fiqyah : dimana sj terdapat kemaslahatan disana trdpt hukum Allah SWT (Ainama wujudat al mashlahah fatsamma hukmullah), 5. Kaidah fiqyah : keperluan dapat menduduki posisi darurat (al hajh qad tanzilhu manzilah

dhirara).

imkan).

adh dharurah).

Isi keputusan fatwa MUI tsb : 1. Pemberian vaksin IVP (vaksin polio suntik) kepada anak2 yg sedang menderita immunokopromais (gangguan sistim imun tubuh) pada saat ini dibolehkan, sepanjang belum ada IPV jenis lain yang suci dan halal.

11

2. Imunisasi dgn pemberian vaksin OPV (vaksin polio oral) kepada seluruh balita pada saat inidibolehkan sepanjang belum ada OPV jenis lain yg diproduksi dgn menggunakan media dan proses yang sesuai dgn syariat Islam. Dari fatwa ini jg direkomendasikan agar pemerintah bersama WHO dan negara2 Islam atau berpenduduk muslim mengupayakan secara maksimal utk memproduksi vaksin yg sesuai dengan syariat Islam (yang halal secara syariat).

Sekarang semuanya sdh jelas, agamawan sdh menyatakan dmkn, kita sbg umat sdh diberikan panduan yg jelas. Kedepan kita berharap dpt solusi yg terbaik dalam menghadapi masalah ini. Semoga para ilmuwan, khususnya ilmuwan muslim memperoleh kemajuan dlm riset pembuatan vaksin yg terbebas dari bahan yg dikategorikan haram

Terakhir, hal-hal lain apa yang sebaiknya orang tua tahu tentang imunisasi ? Beberapa hal yang sebaiknya diketahui para orang tua.

Jadwal vaksin bisa berubah-ubah sesuai rujukan masing-masing negara serta pertimbangan epidemiologi penyakit. Imunisasi yang didapat sewaktu balita, harus diperkuat dengan imunisasi pada usia anak sekolah (terkenal dengan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau BIAS ). Bayi atau anak yang sedang batuk-pilek boleh diimunisasi asal gejalanya ringan, anak tidak rewel dan tidak demam. Anak yang mendapat pengobatan prednison, imunisasi ditunda setelah 1 bulan pengobatan. Imunisasi bayi prematur ditunda sampai berat badannya mencapai 2 kg. Pada anak yang diberi vaksin tetes polio, bisa langsung diberi ASI kecuali pada bayi usia kurang 1minggu. ASI diberikan 2 jam sebelum atau sesudahnya. Anak yang sudah divaksinasi masih bisa mendapat penyakit tetapi gejalanya lebih ringan dan tanpa komplikasi. Bayi yang memuntahkan vaksin polio tetes, berikan lagi kalau muntah sebelum 10 menit. Tidak ada imunisasi yang hangus, kalau anak tidak teratur jadwal imunisasinya, maka segera harus dilengkapi tanpa perlu mengulang dari awal. Anak dapat diberikan beberapa jenis vaksin sekaligus, asal dilakukan di tempat yang berbeda. Anak yang alergi telur jangan diberikan vaksin influenza, karena pada vaksin tsb ada komponen telur di dalam isi vaksin sebgai ajuvan. Sampai saat sekarang belum ada bukti bahwa imunisasi (khususnya MMR) menyebabkan autisme. Jika melihat jadwal imunisasi 2011, nyata bahwa pada umur 6 bulan misalnya anak mendapat vaksin sekaligus: Hepatitis B, DTP, HIB, Polio Pneumokokus dan mulai diberi Influenza. Wow...dok..kok banyak sekali vaksinnya...apa boleh sekaligus? atau selang waktu? Jawabnya: tidak berbahaya jika memberikan dalam sekali pemberian karena epitop (reseptor antigen dalam sel limfosit) berbeda-beda untuk 12

tiap vaksin. Jadi boleh sekaligus, boleh selang waktu (misal seminggu), dan tak mengganggu respon imun. ASAL diberi saat anak sedang sehat. Vaksin MMR tidak mengandung thimerosal. Efek thimerosal akan muncul bila seseorang mendapat dosis thimerosal yang tinggi, misalnya melalui suntikan berkali-kali sehingga terjadi akumulasi.Anggapan bahwa MMR memicu terjadinya autism sangatlah tidak rasional. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa MMR ada hubungan dengan autisme. Alasan lain mengapa MMR dihubungkan dengan kejadian autisme adalah saat pemberian MMR pada usia 15 bulan yang pada saat tersebut mulai belajar bicara. Jadi kalau anak terlambat atau tidak dapat bicara karena autisme, yang disalahkan adalah vaksin MMR. Anak yang menderita autisme sudah punya bakat kelainan dalam susunan sarafnya sejak dalam kandungan. Jauh lebih banyak anak yang mendapat suntikan MMR tanpa menderita autisme dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat MMR tapi menderita autisme. \ Tidak ada vaksin yang efektif 100 % . Efektivitas vaksin bergantung pada beberapa faktor, antara lain dari anak yang menerima vaksin maupun vaksinnya sendiri. Vaksin dari pabrik bagus, tapi penyimpanannya kurang baik akan rusak atau berkurang efektivitasnya. Atau mungkin vaksinnya bagus , tapi daya tahan anak sedang tidak baik untuk dirangsang kekebalannya, maka efektivitasnya juga akan kurang. Oleh karena itu, penyimpanan vaksin harus baik, anak dalam keadaan sehat waktu diimunisasi, perhatikan tanggal kadaluwarsa vaksin untuk menjamin hasil imunisasi yang baik. Tubuh kita dibekali Tuhan sistem kekebalan yang sangat hebat/sempurna yaitu kekebalan nonspesifik dan spesifik. Kekebalan non spesifik sudah siap pakai, artinya menangkal segala zat asing termasuk kuman penyebab infeksi ke dalam tubuh kita.Tapi tidak selamanya hal ini berhasil, tergantung keganasan (virulensi) kuman atau kekebalan tubuh sendiri (misalnya usia dini atau sudah tua). Bila kekebalan ini gagal, maka akan diambil alih oleh kekebalan yang spesifik. Kekebalan spesifik ini tidak siap pakai, harus belajar/kenal dulu dengan kuman tersebut, dengan kata lain harus sakit dulu. Seseorang yang sakit bisa kebal atau malah meninggal. Apakah kita mau untuk belajar ini harus sakit dulu?Supaya kita kebal tanpa sakit tentunya harus belajar kenal dengan kuman yang dilemahkan alias imunisasi. Seperti juga dalam proses belajar sehari-hari, tentunya harus ada jadual yang tepat yang harus diikuti yang berdasarkan dari banyak penelitian mengenai efektivitas jadual pemberian vaksin.

http://www.facebook.com/note.php?note_id=350519598295432 tgl 09/04/2012 jm 10:34

13

Vaksin Combo Posted on January 24, 2007 in anakku, imunisasi cegah sakit | 0 Comments dan 0 Reactions

Vaksin kombo adalah gabungan beberapa vaksin dalam satu sediaan. Gabungan vaksin ini dikemas oleh pabrik. The Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) dan the American Academy of Pediatrics(AAP) merekomendasikan bahwa penggunaan vaksin kombo yang telah dikemas oleh pabrik lebih baik daripada memberikan 2 jenis vaksin yang diberikan secara terpisah pada saat yang bersamaan.

Pemberian vaksin kombo ini memiliki keuntungan karena lebih praktis, mengurangi jumlah suntikan, mengurangi jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan, dan mengurangi biaya pengobatan sehingga mampu meningkatkan kepatuhan terhadap imunisasi. Secara tidak langsung pemberian vaksin kombo dapat meningkatkan cakupan imunisasi. Vaksin kombo yang tersedia saat ini adalah DPwT-Hep B, DPwT-Hib, DPwT-IPV, adalah DPaTHep B, DPaT-Hib, DPaT-IPV-Hib. Vaksin kombo memiliki efektifitas, efikasi, daya proteksi yang sama dengan apabila komponen vaksin itu diberikan secara terpisah. Watemberg dkk dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa respon antibodi yang timbul antara yang diberikan DPwT-Hib dengan yang mendapat DPT terpisah ternyata tidak berbeda bermakna. Penelitian di Thailand terhadap vaksin DPTHepB terbukti memberikan imunogenitas yang sama terhadap semua antigen. Pemberian vaksin kombo aman bagi bayi,. Meskipun dalam satu sediaan mengandung lebih banyak vaksin akan tetapi penelitian yang ada membuktikan bahwa pemberian vaksin kombo tidak meningkatkan terjadinya efek samping pada bayi bila dibandingkan bila vaksin diberikan secara terpisah. Referensi: 1. Hadinegoro SRS. Vaksin kombinasi. Dalam: Ranuh IGN, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, penyunting. Buku pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Satgas imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005.h. 190-200.

14

You might also like