You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS (DM) DI RUANG 27 RSU DR.

SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh : SANDI FANIYANTO

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI 2013-2014

LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Diabetes Militus (DM) Di Ruang 27 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Telah diterima dan disetujui :

Mahasiswa

(.)

Pembimbing Institusi

Pembimbing Klinik

(.....................................)

(.....................................)

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

1. Definisi Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. (Mansjoer dkk,1999) Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. Francis dan John (2000) Diabetes mellitus adalah kelainan bersifat kronik yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang diikuti komplikasi mikrovaskuler (pembuluh darah kecil) dan makrovaskuler (pembuluh darah besar) (Sukmono, 2009 : 132).

2. Etiologi a) Pola makan Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus. b) Obesitas (kegemukan) Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus. c) Faktor genetis Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil. d) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. e) Penyakit dan infeksi pada pankreas Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus. f) Pola hidup Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas.

3. Tanda dan Gejala Menurut Ramaiah (2006 : 6) ada tiga gejala utama Diabetes, yaitu : a) Meningkatnya rasa haus b) Meningkatnya rasa lapar c) Meningkatnya frekuensi buang air kecil Di bawah ini gejala yang terdapat pada penderita Diabetes mellitus. a) Meningkatnya frekuensi buang air kecil, termasuk pada malam hari. b) Rasa haus yang berlebihan. c) Rasa lapar yang berlebihan. d) Merasa lelah dan lemah hampir di sepanjang waktu. e) Menurunnya berat badan. f) Luka dan cedera yang sulit sembuh. g) Rasa kebas dan kesemutan pada kaki. h) Infeksi kulit. i) Penglihatan yang kabur.

j) Kulit yang kering atau gatal.

4. Patofisiologi Diabetes mellitus Diabetes tipe I, pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat menurunnya simpanan kalori. Pada penderita defisiensi insulin pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh bila jumlahnya berlebihan. Diabetes tipe II, pada tipe Diabetes ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas Diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu Ketoasidosis Diabetik tidak terjadi pada Diabetes tipe II. Diabetes gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita Diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Oleh karena itu, semua wanita yang menderita Diabetes gestasional harus mendapatkan konseling guna mempertahankan berat badan idealnya dan melakukan latihan secara teratur sebagai upaya untuk menghindari awitan Diabetes tipe II.

5. Manifestasi Klinis Pendapat Smeltzer, S.C dan Bare (2000 : 1220) manifestasi klinik dari Diabetes Mellitus antara lain : Glukosuria : Poliuri : adanya kadar glukosa dalam urin. sering kencing dan diuresis osmotik. banyak minum akibat dari pengeluaran cairan dan elektrolit

Polidipsi : yang berlebih. Polifagi :

banyak makan akibat menurunnya simpanan kalori.

Penurunan berat badan secara drastis karena defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak.

Berdasarkan Tjokroprawiro (1998 : 1) menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain : Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan. Kadar glukosa darah pada > 120 mg/dl. Kadar glukosa 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin) Mudah lelalh, kesemutan, kulit terasa panas. Rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk. Mata kabur, gigi mudah goyah, dan mudah lepas. Kemampuan sexual menurun, impoten.

6. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang pada DM menurut Donges dkk (2001 : 728) antara lain : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih. Aseton plasma (keton) : positif secara metabolik. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt

Elektrolit Natrium Kalium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler selanjutnya

akan menurut). Haemoglobin glikosilat : kadarnya melipat 2-4 dari dari normal. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. Trombosit darah, hematokrit mungkin meningkat atau (dehidrasi / leukositosis, hema konsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi). Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau penurunan fungsi ginjal). Amilase darah : mungkin meningkat yang mengidentifikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA (Diabetik Keto Asidosis). Insulin darah mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan infusiensi insulin atau gangguan dalam penggunaannya (endogen atau eksogen).

Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. Urin : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

7. Penatalaksanaan Medis Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1226) ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu : Diit Latihan jasmani Pemantauan Terapi (jika diperlukan) Pendidikan

Berdasarkan Engram, B (1998 : 535) penatalaksanaan DM yaitu : Untuk DM tipe I Insulin (karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan). Untuk DM tipe II Modifikasi diit, latihan dan agen hipoglikemia. Menurut Long B.C (1996 : 81) pencegahan DM yaitu : Pencegahan primer Menghindari obesitas (jika perlu) Pengurangan BB dengan supervisi medik merupakan fokus utama dalam pencegahan DM tidak tergantung insulin. Pencegahan sekunder yaitu dengan deteksi DM.

TINJAUAN TEORITIS KASUS KEPERAWATAN


1. Pengkajian Sesuai Data Fokus Fokus pengkajian pada penyakit DM menurut Doenges, dkk (2000 : 726) a) Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? b) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. c) Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. d) Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah. e) Integritas Ego Stress, ansietas. f) Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare. g) Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. h) Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan. i) Nyeri / Kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat). j) Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak). k) Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2. Diagnosa Keperawatan a) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang. b) Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan dieresis osmotic c) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah. d) Resiko terjadi gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas. e) Gangguan pemenuhan mobilitas berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

3. Intervensi Keperawatan a) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang. Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria hasil : Berat badan dan tinggi badan ideal. Pasien mematuhi dietnya. Kadar gula darah dalam batas normal. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Intervensi: a. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat. b. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan. Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia / hiperglikemia. c. Timbang berat badan setiap seminggu sekali. Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ). d. Identifikasi perubahan pola makan. Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik. Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi. b) Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan dieresis osmotic. Tujuan : kebutuhan cairan dapat terpenuhui. kriteria hasil : Nadi perifer dapat diraba turgor kulit dan pengisian kapiler baik kadar elektrolitdalam batas normal

Intervensi : a. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine. Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan. b. Ukur berat badan setiap hari. Rasional : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. c. Pertahankan untuk memberikan cairanpaling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan. Rasional : mempertahankan dehodrasi/volume sirkulasi.

c) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah. Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal. Kriteria Hasil : Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis Kulit sekitar luka teraba hangat. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

Sensorik dan motorik membaik

intevensi: a. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

b. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya. Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema. c. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ). Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

d) Resiko terjadi Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas. Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka. Kriteria hasil : Berkurangnya oedema sekitar luka. PUS dan jaringan berkurang Adanya jaringan granulasi. Bau busuk luka berkurang.

Intervensi: a. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan. Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya. b. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.

Rasional

: merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.

c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik. Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.

e) Gangguan pemenuhan mobilitas berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki. Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal. Kriteria Hasil : Pergerakan paien bertambah luas Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ). Rasa nyeri berkurang. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan. Intervensi : a. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien. Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

b. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal. Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan. c. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan. Rasional : Untuk melatih otot otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.

d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi. Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih, Jakarta : EGC, 1999. 2. 3. Marelli T.M, Buku Saku Dokumentasi Keperawatan edisi 3, Jakarta : EGC, 2007 Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

& Suddarth, Edisi 8 Vol 2, Jakarta : EGC, 2002.

You might also like