Professional Documents
Culture Documents
Wirit Saloka Jati digelar sebagai upaya para leluhur bangsa kita untuk
menjabarkan keadaan jati diri kita. Sebagaimana kebiasaan leluhur nenek
moyang kita, dengan tujuan agar supaya “kawruh lan ngelmu” lebih mudah
dipahami para generasi penerus bangsa maka digunakanlah sanepa,
saloka, kiasan, perumpamaan, dan perlambang. Dalam acara ritual atau
upacara tradisi; perlambang, saloka, dan sanepa ini diwujudkan ke dalam
ubo rampe atau syarat-syarat yang terdapat dalam sesaji.
Serat ini menggelar arti dari kalimat kiasan (saloka), yakni perumpamaan
mengenai suatu makna yang dimanifestasikan dalam bentuk peribahasa.
Mulai dari eksistensi yang dicipta-Yang mencipta, eksistensi jiwa, sukma,
hingga eksistensi akal budi. Yang akan meneguhkan keyakinan kepada
Gusti Pengeran (Tuhan Yang Mahamulia). Peribahasa dalam terminologi
Jawa sebagai “pasemon” atau kiasan. Kiasan diciptakan sebagai pisau
analisa, di samping memberi kemudahan pemahaman akan suatu makna
yang sangat dalam, rumit dicerna dan sulit dibayangkan dengan imajinasi
akal-budi. Berikut ini saloka yang paling sering digunakan dalam berbagai
wacana falsafah Kejawen.
Semua yang disebut; besar, luas, tinggi, panjang, lebih, ialah bahasa
yang digunakan untuk mengumpamakan keadaan Tuhan. Sebaliknya,
semua yang disebut kecil, sempit, rendah, pendek, kurang, dan seterusnya
ialah bahasa yang dugunakan untuk menggambarkan “sifat” yakni wujudnya
kawula (manusia).
Bothok : sejenis pepesan untuk lauk, terdiri dari parutan kelapa, bumbu-
bumbu, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus. Bothok berbeda dengan
pepes atau pelas, cirikhasnya ada rasa pedas. Campurannya menentukan
nama bothok, misalnya campur ikan teri, menjadi bothok teri. Lamtoro,
menjadi bothok lamtoro. Udang, menjadi bothok udang. Adonan bothok lalu
dibungkus dengan daun pisang. Dan digunakan potongan lidi sebagai
pengunci lipatan daun pembungkus.
Nah, dalam pribahasa ini bahan untuk membuat bothok adalah hewan
banteng. Sehingga namanya menjadi bothok banteng. Dibungkus dengan
daun asem jawa, yang sangat kecil/sempit. Sedangkan tusuk penguncinya
menggunakan alu semacam lingga terbuat dari kayu sebagai alat tumbuk
padi. Alu itu panjang dan lurus, namun alu di sini bengkok. Jadi mana
mungkin digunakan sebagai bothok.