You are on page 1of 2

Penanggulangan sampah di kelurahan titi rantai mengalami kendala karena kurangnya sarana pengangangkutan.

Secara realita sarana pengangkutan sampah yang diberikan oleh dinas kebersihan kepada petugas lapangan hanya dapat mengangkut sampah sekali dalam seminggu. Banyaknya sampah rumah tangga di Kelurahan Titi Rantai tidak dapat menampung di tempat penampungan sementara. Oleh karena itu Kepala Lingkungan yang kami wawancarai mengatakan perlu ditambah armada pengangkutan sampah. Armada yang dimaksud bertujuan untuk mengomtimalkan pengangkutan sampah ke TPA (di Namo Bintang). Pelimpahan fungsi dinas kebersihan terhadap street level birokrasinya dalam hal pengangkutan sampah masyarakat, sering sekali dilaksanakan dengan tidak optimal. Tahapantahapan yang dilakukan sebagai tugas yang dipertanggungjawabkan berjalan dengan kurangnya kontrol dari dinas kebersihan itu sendiri. Sehingga dalam beberapa waktu, para birokrat pengangkutan melakukan korup terhadap waktu yang dijadwalkan sebagai ketentuan dan kesepakatan kerjanya. Dikatakan demikian, karena realisasi tugas tersebut menjadi tidak efisien terhadap tujuan pembersihan yang harus dicapai. Sebagai contoh, para birokrat pengangkutan sampah sudah ditugaskan untuk ke lapangan dalam sekali seminggu setiap kelurahan. Terkhususnya kejadian di kelurahan Titi Rantai, para birokrat sangat tidak jarang mengulur waktu pengangkutan dengan tempo yang lama dari waktu pengangkutan yang dijadwalkan. Sehingga sarana-sarana tempat sampah yang telah disediakan dibeberapa titik di kelurahan ini menumpuk hingga melewati kapasitasnya. Dan kondisi ini bisa mengakibatkan keresahan warga dan penilaian negatif yang akan berdampak pada jadwal pengumpulan administratif sampah. Namun komplain yang dirasakan masyarakat di kelurahan ini tidak ditunjukkan secara perkataan, namun berimbas pada nilai partisipatif ketika dilakukannya pengumpulan tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa kepling hanya berhubungan dengan dinsa kebersihan hanya sebagai pemantau dari aksi (pelaksanaan tugas) yang dilakukan oleh pihak dinas kebersihan, tidak seperti tahun tahun sebelumnya yangmana keplinglah yang memungut biaya kebersihan karena kepling yang lebih tau dan dekat dengan kondisi masyarakatnya sendiri. Namun akibat frekuensi kedatangan pihak kebersihan tidak konsisten mengakibatkan kepling mengundurkan diri sebagai orang yang memungut uang kebersihan dan mengembalikan pemungutan kontribusi kebersihan kepada dinas kebersihan.

Wawancara dengan pihak dinas kebersihan Biaya pemungutan yang diterapkan adalah Rp.5000,- per rumah tanpa membedakan antara kos-kosan dan rumah sendiri. Mereka dipaksa untuk mengumpulkan uang setoran sebanyak Rp.5.000.000,- per bulannya, yangmana jika uang tersebut tidak terpenuhi dari masyarakat maka sang pemungut uang retribusilah yang harus menggenapkannya sampai Rp.5.000.000,- itu. Pernyataan yang sama dengan kepling sering dialami oleh pemungut kontribusi yang sering mendapat ceramah yang sama dari masyarakat yang menyatakan bahwa uang kontribusi saja yang dipungut secara frekuentatif namun pengambilan sampah tidak seperti pemungut uang retribusi yang selalu tepat waktu.

Namun direncanakan bahwa pada tahun 2013 ini bahwasannya pemungutan uang kebersihan akan dikembalikan kepada pihak lingkungan dalam hal ini adalah kepala lingkungan. Tempat pembungan akhir dari kelurahan ini adalah Namo Bintang, tapi terkadang jika musim hujan maka pembungannya dialihkan ke TPA briyan.

You might also like