Professional Documents
Culture Documents
.Prevalensi thalassemia di berbagai Negara adalah sebagai berikut : Italy : 10%, yunani : 5-
10%, cina : 2%, india : 1-5%, Negro : 1%, Asia tenggara : 5%. Jika dilukiskan dalam peta dunia, seolah olah
membentuk sebuah sabuk (thalassemia belt) dimana indonesia masuk ke dalamnya.
2) Thalasemia alfa
Sering dijumpai di asia tenggara, lebih sering sering dari thalassemia beta.
LO 5. Patogenesis
Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat
mutasi di dalam atau dekat gen globin. Pada thalassemia mutasi gen globin ini dapat menimbulkan perubahan rantai
globin dan , berupa perubahan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi rantai globin tertentu, dengan akibat
menurunnya atau tidak diproduksinya rantai globin tersebut. Perubahan ini diakibatkan oleh adanya mutasi gen
globin pada clusters gen dan berupa bentuk delesi atau non delesi. Walaupun telah lebih dari dua ratus mutasi
gen thalassemia yang telah diidentifikasi, tidak jarang pada analisis DNA thalassemia belum dapat ditemukan jenis
mutasi gennya. Hal inilah yang merupakan kendalaterapi gen pada thalassemia.
LO 6. Patofisiologi
Pada thalassemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekal pruduksi rantai globin satu atau lebih rantai
globin. Penurunan secara bermakan kecepatam sintesis salah satu jenis rantai globin (rantai atau ) menyebabkan
sintesis rantai globin yang tidak seimbang. Bila pada keadaan normal rantai globin yang disintesis seimbang antara
rantai dan rantai , yakni berupa 22, maka pada thalassemia o, idmana tidak disintesis sama sekali rantai ,
maka rantai globin yang diproduksi berupa rantai yang berlebihan (4). Sedangkan pada thalassemia o, dimana
tidak disintesis sama sekali rantai , maka rantai globin yang diproduksi berupa rantai yang berlebihan (4)
a. Patofisiologi thalassemia
Terdapat penurunan produksi rantai , terjadi produksi berlebihan rantai . Produksi rantai globin , dimana
pasca kelahiran masih tetap diproduksi rantai 2 2 (HbF), tidak mencukupi untuk mengkompenssasi defisiensi
22 (HbA). Hal ini menunjukkan bahwa produksi rantai globin dan rantai globin tidak pernah mencukupi untuk
mengikat rantai yang berlebihan. Rantai yang berlebihan ini merupakan ciri khas pada pathogenesis thalassemia.
Rantai berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai globin lainnya, akan berpresipitasi pada
precursor sel darah merah dalam sumsum tulang dan dalam sel progenitor dalam darah tepi. Presipitasi ini akan
menimbulkan gangguan pematangan precursor eritoid dan eritropoiesis yang tidak efektif( infektif),sehingga umur
eritrosit menjadi pendek. Akibatnya timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong (drive)
proliferasi eritroid yang terus menerus (intens) dalam sumsum tulang yang infektif, sehingga terjadi ekspansi
sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan deformitas skeletal dan berbagai gangguan pertumbuhan dan
metabolism. Anemia kemudian akan ditimbulkan lahi (exacerbated) danegan adanya hemodilusi akibat adanya
hubungan langsung (shunting) darah akibat sumsum tulang yang berekspansi dan juga oleh adanya
splenomegaly.pada limpa yang membesar makin banyak sel darah merah abnormal yang terjebak, untuk kemudian
akan dihancurkan oleh system fagosit. Hyperplasia sumsum tulang jemudian akan meningkatkan absprbsi dam
muatan besi. Tranfusi yang diberikan secara teratur juga menambah muatan besi. Hal ini akan menyebabkan
penimbunan besi yang progresif di jaringan berbagai organ, yang akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri dengan
kematian. Bila besi ini tidak segera dikeluarkan.
Patofisiologi thalassemia
Hal yang terjadi Akibatnya/manifestasinya
Mutasi primer terhadap produksi globin Sintesis globin yang tidak seimbang
Rantain globin yang berlebihan terhadap
metabolism dan ketahanan hidup
(survival)eritrosit
Anemia
Eritrosit abnormal terhadap fungsi organ Anemia, splenomegaly, hepatomegaly, dan
kondisi hiperkoagulabilitas
Anemia terhadap fungsi organ Produksi eritropoietin dan ekspansi sumsum
tulang, deformitas skeletal, gangguan
metabolism, dan perubahan adaptif dungsi
kardiovaskular
Metabolism besi yang abnormal Muatan besi berlebih , menyebabkan kerusakan
jaringan hati, endokrin, miokardium, kulit
Rentan terhadap infeksi spesifik
Sel seleksi Penigkatan kadar HbF, heterogenitas populasi
sel darah merah
Modifers genetic sekunder Variasi fenotip ; khususnya melalui respon HbF
Variasi metabolism bilirubin, besi dan tulang
Pengobatan Muatan besi berlebih, kelainan tulang, infeksi
yang ditularkan lewat darah, toksisitas obat
Riwayat evolusioner Variasi dari latar belakang genetic: respon
terhadap infeksi
Factor ekologi dan etnologi
b. Patofisiologi thalassemia
Patofisiologi thalassemia umumnya sama dengan yang dijumpai pada thalassemia kecuali beberapa
perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T) rantai globin tunggal (-/ atau T/) tidak berdampak pada
fenotip. Sedangkan thalassemia 2a homozigot (-/-) atau thalassemia 1a-heterozigot (/--0 memberi fenotip
seperti thalassemia carrier. Kehilangan 3 dari 4 gen globin memberikan fenotip tingkat penyakit berat menengah
(moderat), yang diakatakan sebagai JbH disease. Sedangkan thalassemia o homozigot (--/--) tidak dapat bertahan
hidup, disebut sebagai Hb Bart;s hydrops syndrome.
Kelainan dasar thalassemia sama dengan thalassemia , yakni ketidakseimbangan sintesis rantai globin.
Namun ada perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis thalassemia ini.
- Pertama, karena rantai dimiliki oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa (tidak seperti thalassemia ), maka
thalassemia bermanifestasi pada masa fetus.
- Kedua, sifat-sifat yang ditimbulkan akibat produksi secara berlebihan rantai dan yang dusebabkan oleh defek
produksi rantai globin sangat berbeda dibandingkan dengan akibat produksi berlebih rantai pada thalassemia .
Bila kelebihan rantai tersebut menyebabkan presipitasi oada precursor eritrosit, maka thalassemia menimbulakan
tetramer yang larut (soluble) yaakni 4, Hb Barts dan 4
LO 7. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari penyakit thalassemia disebabkan oleh kekurangan oksigen di dalam aliran darah. Hal ini
terjadi karena tubuh tidak cukup membuat sel-sel darah merah dan hemoglobin. Keparahan gejala tergantung pada
keparahan dari gangguan yang terjadi.
- Tidak Gejala
Alpha Thalassemia silent carrier umumnya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala. Hal ini terjadi karena
kekurangan protein globin alfa sangat kecil sehingga hemoglobin dalam darah masih dapat bekerja normal.
- Anemia ringan
Orang yang telah menderita thalassemia alfa atau beta dapat mengalami anemia ringan. Namun, banyak
orang dengan jenis talasemia tidak memiliki tanda-tanda atau gejala yang spesifik. Anemia ringan dapat membuat
penderita merasa lelah dan hal ini sering disalahartikan menjadi anemia yang kekurangan zat besi.
- Anemia ringan sampai sedang dan tanda serta gejala lainnya
Orang dengan beta talasemia intermedia dapat mengalami anemia ringan sampai sedang. Mereka juga
mungkin memiliki masalah kesehatan lainnya, seperti:
a) Memperlambat pertumbuhan dan pubertas. Anemia dapat memperlambat pertumbuhan anak dan
perkembangannya.
b) Masalah tulang, thalassemia dapat membuat sumsum tulang (materi spons dalam tulang yang membuat sel-
sel darah) tidak berkembang. Hal ini menyebabkan tulang lebih luas daripada biasanya. Tulang juga dapat
menjadi rapuh dan mudah patah.
c) Pembesaran limpa. Limpa adalah organ yang membantu tubuh melawan infeksi dan menghapus materi
yang tidak diinginkan. Ketika seseorang menderita talasemia, limpa harus bekerja sangat keras. Akibatnya,
limpa menjadi lebih besar dari biasanya. Hal ini membuat penderita mengalami anemia parah. Jika limpa
menjadi terlalu besar maka limpa tersebut harus disingkirkan.
- Anemia berat dan tanda serta gejala lainnya
Orang dengan penyakit hemoglobin H atau thalassemia beta mayor (disebut juga Cooley's anemia) akan
mengalami talasemia berat. Tanda dan gejala-gejala muncul dalam 2 tahun pertama kehidupannya. Mereka mungkin
akan mengalami anemia parah dan masalah kesehatan serius lainnya, seperti:
a) Pucat dan penampilan lesu
b) Nafsu makan menurun
c) Urin akan menjadi lebih pekat
d) Memperlambat pertumbuhan dan pubertas
e) Kulit berwarna kekuningan
f) Pembesaran limpa dan hati
g) Masalah tulang (terutama tulang di wajah)
1. Anemia berat menjadi nyata pada usia 3-6bulan setelah kelahiran ketika seharusnya terjadi pergantian dari
produksi rantai ke rantai
2. Pembesaran hati dan Limpa terjadi akibat destruksi eritrosit yang berlebihan , hemopoeisis extramedula,
dan lebih lanjut akibat penimbunan besi. Limpa yang besar , meningkatkan kebutuhan darah dengan
meningkatkan volume plasma dan meningkatkan destruksi eritrosit dan cadangan eritrosit
3. Pelebaran tulang yang hebat menyebabkan fasies thalasemia dan penipisan korteks di banyak tulang,
dengan suatu kecenderungan terjadinya fraktur dan penonjolan tengkorak dengan suatu gambaran rambut
berdiri pada rontegen
4. Usia pasien dapat di perpanjang dengan pemberian transfuse darah tetapi penimbunan besi yang disebabkan
oleh transfuse berulang tidak terhindarkan kecuali bila diberikan terapi khelasi. Tiap 500 l darah transfuse
mengandung sekitar 250 mg besi. Yang lebih memperburuk, absorpsi besi dari makanan meningkat pada
thalasemia , kemungkinan akibat eritropoesisi yang inefektif. Besi erusak organ endokrin (dengan
kegagalan pertumbuhan, pubertas yang terlambat , atau tidak terjadi diabetes mellitus, hipotiroidisme,
hipoparatiroidise ) dan miokardium. Tanpa khalesi yang besi yang intensif, kematian terjadi pada decade
kedua atau ketiga, biasanya akibat gagal jantung kohesif atau aritmia jantung.
5. Infeksi dapat terjadi karena berbagai alas an. Pada masa bayi tanpa transfuse yang mencukupi, anak yang
menderita anemia rentan terhadap infeksi bakteri ( infeksi pneukokus, haemophilus dan meningokokus
mungkin terjadi jika telah dilakukan splenektomi dan tidak diberikan profilaksis penisilin).
Yersinia enterocolitica terutama di temuakan pada paasien kelebihan besi yang sedang menjalani
pengobatan desferioksamin.
Transfuse virus elalui transfusi darah dapt terjadi , penyakit hati pada thalaseia paling sering disebabkan
hepatitis C, bias juga hepatitis B kalau penyakit itu endemic, HIV
6. Osteoporosis dapat terjadi pada pasien yang mendapat transfuse baik biasanya terjadi pada pasien diabetes.
LO 8. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Thalassemia dapat di ketahui dengan cara melakukan tes darah yang terdiri dari termasuk menghitung kelengkapan
darah (CBC) dan tes hemoglobin khusus.
- CBC memberikan informasi tentang jumlah hemoglobin dan berbagai jenis sel darah, seperti sel darah
merah, dalam sampel darah. Penderita thalassemia memiliki lebih sel-sel darah merah sehat lebih sedikit
dan kurang hemoglobin dalam keadaan normal. Penderita alfa thalassemia atau beta thalassemia mungkin
memiliki sel darah marah lebih kecil daripada sel darah merah normal.
- Tes hemoglobin mengukur jenis hemoglobin dalam sampel darah. Penderita thalassemia memiliki masalah
dengan alpha atau rantai protein beta globin hemoglobin.
Umumnya orang yang menderita thalassemia didiagnosis pada saat usia dini. Hal ini karena tanda-tanda
dan gejala dari penyakit ini telah muncul dalam 2 tahun pertama mereka hidup.
Orang yang memiliki bentuk yang lebih ringan thalassemia dapat didiagnosis setelah tes darah rutin
menunjukkan mereka telah anemia. Dokter mencurigai seseorang menderita thalassemia jika seseorang itu
menunjukkan bahwa dia anemia dan merupakan anggota dari sebuah kelompok yang memiliki resiko tinggi untuk
terkena thalassemia.
Diagnosis dapat juga dilakukan dengan melakukan tes pada jumlah zat besi dalam darah untuk mengetahui
apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau thalassemia. Kekurangan zat besi - anemia terjadi saat
tubuh tidak memiliki cukup besi untuk membuat hemoglobin. Jika anemia pada talasemia terjadi karena masalah
dengan salah satu rantai globin alpha atau rantai beta globin hemoglobin, bukan karena kekurangan zat besi.
Thalassemia merupakan penyakit keturunan yang diteruskan dari orang tua kepada anak-anak, studi genetik
keluarga juga dapat membantu mendiagnosis gangguan ini. Ini melibatkan mengambil riwayat kesehatan keluarga
dan melakukan tes darah pada anggota keluarga untuk menunjukkan apakah ada gen hemoglobin yang telah hilang
atau diubah.
Diagnosis Banding
LO 9. Pemeriksaan Penujang
1) Anamnesis
a. Anemia sejak masa bayi, biasanya tampak setelah umur 6 bulan. Pertumbuhan kurang, perut buncit,
aktifitas fisik kurang.
b. Dari anamaesis keluarga sering terungkap adanya anggota keluarga dengan gambaran penyakit
serupa.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Anak tampak anemia (konjungtiva pucat), fragil dengan ekstrimitas kecil-kecil, perut membuncit.
b. Facies mongoloid, hipertelorismus, rodent like appearance.
c. Splenomegali, mungkin juga hepatomegali.
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah tepi
- Hb rendah dapat mencapai 2-3 gr %
- Gambaran morfologi eritrosit: mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan
makrovaloositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-jolly,
poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.
- Normoblas di daerah tepi terutama jenis asidofil (perhatikan normoblas adalah sel darah
merah yang masih berinti sehingga ikut terhitung pada perhitungan lukosit dengan bilik
hitung adalah AL lebih tinggi dari pada sebenarnya).
- Retikulosit meninggi
b) Susunan Tulang (tidak menentukan diagnosis)
- Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.
- Granula Fe (dengan pengecatan Prussian Blue) meningkat.
c) Pemeriksaan Khusus
- HbF meninggi: 20-90% Hb total (alkali denaturasi).
- Elektroforesis Hb untuk menunjukkan hemoglobinopati yang lain maupun mengukur kadar
HbF.
- Pemeriksaan pedigree untuk memastikan diagnosis: kedua orang tua pasien thalassemia
mayor merupakan trait (carier) dengan HbA
2
meninggi (> 3,5 dari Hb total).
d) Pemeriksaan Lain
Fragilitas eritrosit terhadap larutan NaCl menurun.
b. Pemeriksaan Molekuler
Terdapat ketidakseimbangan produksi rantai polipeptida globin (fenotif).
c. Pemeriksaan Rntgen
- Foto R tulang kepala menunjukkan gambaran hair on end kortex menipis, diploe melebar
dengan traberkula tegak lurus pada korteks.
- Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang menunjukkan perluasan sumsum tulang trabekula
tampak jelas.
LO 10. Penatalaksanaan
Pengobatan thalassemia bergantung pada jenis dan tingkat keparahan dari gangguan. Seseorang pembawa
atau yang memiliki sifat alfa atau beta talasemia cenderung ringan atau tanpa gejala dan hanya membutuhkan sedikit
atau tanpa pengobatan. Terdapat 3 (standar) perawatan umum untuk thalassemia tingkat menengah atau berat, yaitu
transfusi darah, terapi besi dan chelation, serta mmenggunakan suplemen asam folat. Selain itu, terdapat perawatan
lainnya adalah dengan transplantasi sum-sum tulang belakang, pendonoran darah tali pusat, dan HLA (Human
Leukocyte Antigens).
a. Transfusi darah
Transfusi darah yang teratur perlu dilakukan untuk mempertahankan hemoglobin diatas 10 g/dl setiap saat.
Darah segar, yang telah di saring untuk memisahkan leukosit, menghasilkan eritrosit dengan ketahanan
yang terbaik dan reaksi paling sedikit. Pasien harus diperiksa genotipnya pada permulaan program
transfuse untuk mengantisipasi bila timbul antibody eritrosit terhadap eritrosit yang di trnasfusikan
b. Suplemen asam folat
Asam folat diberikan secara teratur (missal 5 mg /hari ) jika asupan diet buruk
c. Terapi Khelesi
Riwayat penyakit
(ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)
Pemeriksaan fisik
(pucat, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal, pigmentasi
Laboratorium darah dan sediaan hapus
(hemoglobin, MCH,MCV, retikulosit, jumlah eritrosit, gambaran darah tepi/termasuk bagian inklusi dalam eritrosit darah tepi atau sumsum
tulang, dan presipitasi HbH
Elektrofosresis hemoglobin
(Adanya Hb abnormal, termasuk analisis pada pH 6-7 untuk HbH dan Hb Barts)
Penentuan HbA2 dan HbF
(untuk memastikan thalassemia beta
Distribusi HbF intraselular Sintesis rantai globin
analisis struktural Hb varian (misal : Hb ;
Lepore)
Terapi khalesi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi. Sayangnya desferioksamin dapt
diberikan melalui kantung infus terpisah sebnyak 1-2 g untuk tiap unit darah yang di transfusikan dan
melalui infus subkutan 20-40 mg /kg dalam 8-12 jam, 5-7 hari seminggu. Hal ini dilakukan pada bayi
setelah pemberian transfuse 10-15 unit darah . besi yang terkhelasi oleh dekferioksamin terutama di
ekskresi dalam urine, tetapi hingga sepertiganya juga di ekskresikan dalam tinja. Jika pasien patuh dengan
regimen khelasi besi yang intensif, harapan hidup penderita thalassemia mayor yang mendapat transfuse
darah yang teratur. Pada beberapa khasus, khelasi terus menerus yang intensif dengan desferioksamin
intravena dapat memperbaiki kerusakan jantung yang sebabkan oleh penimbunan besi.
Walaupun demikian, pasien sering kali tidak patuh dan obat tersebut mahal. Lagi pula
desferioksamin memiliki efeksamping, khususnya pada anak yang kadar ferritin serumnya relative rendah,
berupa tuli nada tinggi, kerusakan retina, kelainan tulang, dan reterdasi pertumbuhan.
Desferinpron adalah suatu khelator besi yang efektif secara oral ( 75 mg / kg / hari )sekarang
sudah diizinkan di eropa dan india, dan digunakan secara tersendiri mau pun kombinasi dengan
desferioksamin. Kedua obat ini mempunyai efek aditif atau bahakan sinergis pada eksresi besi. Desferipron
sendiri kuarng efektif bila dibandingkan negan desferioksamin. Pada pasien biasanya lebih patuh dalam
menjalani pengpbatan ini. Efeksamping meliputi arthopati, agranulositoisis atau neutropenia berat ,
gangguan gastrointestinal dan defisiensi seng.
Desferal , disarankan pada pasien anak kurang dari 3 tahun dapat dilakukan pemantauan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tulang. Dosisnya 20 40 mg/ kg (anak anak) = 50-60 mg/kg
(dewasa)
d. Vitamin c
Vitamin c ( 200 mg perhari ) meningkatkan ekresi besi di sebabkan oleh desferioksamin.
e. Transplantasi Sumsum tulang
Transplantasi sumsun tulang alorgenik memberi prospek kesembuhan yang permanen. Tingkat
kesuksesannya (ketahanan hidup bebas thalassemia mayor jangka panjang) adalah lebih dari 80 % pada
pasien muda yang mendapat khelasi secara baik tanpa disertai adanya fibrosis hati ataupun splenimegali.
Saudara kandung dengan antigen leukosit manusia ( human leucocyte antigen, HLA) yang sesuai (atau
kadang kadang, anggota keluarga lainnya atau donor sesuai yang tak memiliki hubungan) bertindak sebagai
donor. Kegagalan utama adalah akibat kambuhnya thalsemia , kematian ( misalnya akibat infeksi ) atau
penyakit graft versus host ( cangkok versus pejamu) kronik yang berat
LO 11. Pencegahan
a. Konseling Genetika
Istilah konseling genetika pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Sheldon Redd (1947) dari Dight
Institute for Human Genetics, University of Minnesota. Konseling genetika dapat diartikan sebagai
memberi informasi atau pengertian kepada masyarakat tentang masalah genetik yang ada dalam
keluarganya.
Pada prinsipnya sebelum dilakukan konseling genetika dibutuhkan seorang konselor. Konselor ini
tidak harus seorang dokter, tetapi dapat juga berupa perawat, bidan, psikolog, bahkan pekerja sosial (Simon
and Pardes, 1977). Yang terpenting seorang konselor sudah terlatih dan sangat menguasai tentang
thalassemia. Seorang konselor harus dapat menyampaikan informasi seputar thalassemia. Informasi itu
menyangkut 3 hal pokok, yaitu:
1. Tentang penyakit thalassemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan masalah-masalah yang akan
dihadapi oleh seorang penderita thalassemia major.
2. Memberi jalan keluar cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh klien dan membiarkan mereka
membuat keputusan sendiri sehubungan dengan tindakan yang dilakukan.
3. Membantu mereka agar keputusan yang telah diambil dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
Secara umum sasaran dari seorang konselor genetika adalah pasangan pranikah, terutama yang
berasal dari populasi atau etnik yang berpotensial tinggi menderita thalassemia. Kepada pasangan tersebut
perlu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan hematologis (full blood count) terlebih dahulu sebelum
menikah. Hal tersebut untuk memastikan apakah mereka mengemban cacat genetik thalassemia.
Apabila hanya salah satu yang mengemban risk factor dari thalassemia relatif rendah. Namun,
apabila keduanya carrier, perlu dikonfirmasikan apabila mereka tetap menutuskan untuk melangsungkan
pernikahan, maka persentase keturunan yang akan menderita thalassemia major adalah sebesar 25%.
Keputusan yang diambil sangat bergantung kedua pasangan tersebut.
Konseling genetik secara khusus juga ditujukan untuk pasangan yang beresiko tinggi, baik yang
terjaring pada pemeriksaan premarital maupun pasangan yang telah memiliki anak dengan kasus thalassemia
sebelumnya. Kepada mereka perlu diberitahukan bahwa telah ada teknologi yang dapat membantu
mengetahui apakah janin yang dikandung menderita thalassemia ataupun tidak, yang dikenal dengan nama
diagnosis prenatal.
Perlu diinformasikan pula mengenai prosedur diagnosis, tingkat kesalahan diagnosis, biaya serta
kemungkinan abortus akibat pengambilan sample. Dengan demikian, klien dapat mempertimbangkan
untung-ruginya sebelum mengambil keputusan. (Blumberg et.al, 1975)
Kesuksesan konseling genetik sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sosial budaya kedua
pasangan. Berdasarkan pengalaman negara yang meniliki prevalensi tinggi kasus thalassemia, seperti Sisilia,
Cyprus, dan Italia, program konseling genetik dan diagnosis prenatal dapat menurunkan insedensi dari kasus
Thalassemia hingga mencapai 80% dalam 10 tahun terakhir. (Cao dan Rosatelli, 1988)
Mayoritas pasangan yang beresiko tinggi untuk melahirkan anak dengan kasus thalassemia,
biasanya tetap memutuskan untuk menikah. Namun, mereka lebih memilih untuk tidak memiliki keturunan.
Hal tersebut tentunya berlawanan dengan masyarakat kita. Hal tersebut dikarenakan paradigma masyarakat
yang cenderung mencap menikah adalah untuk memperoleh keturunan.
(Ganie, 2005)