You are on page 1of 44

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB I PENDAHULUAN Hernia merupakan penyakit yang mulai berkembang dan semakin dikenal di masyarakat, baik pada Negara maju maupun berkembang. Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria. Hernia adalah pembukaan atau kelemahan dalam struktur otot dinding perut. Penyakit ini menyebabkan penonjolan dari dinding perut. Hal ini lebih terlihat ketika otot-otot perut dikencangkan, sehingga meningkatkan tekanan dalam perut. Setiap kegiatan yang meningkatkan tekanan intra-abdomen dapat memperburuk penyakit hernia; contoh kegiatan tersebut mengangkat, batuk, atau bahkan berusaha untuk buang air besar. Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anakanak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa adanya faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batukbatuk kronik, asites, riwayat keluarga, dan lain-lain.Lokasi yang paling umum untuk penyakit hernia adalah lipat paha (inguinal) sehingga ada jenis penyakit hernia yang disebut dengan hernia inguinal. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan operatif. Peengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyanggah atau penunjang untuk memepertahankan isi hernia yang telah direposisi. Sedangkan prinsip dasar operasi hernia pada anak adalah herniotomi. 1.3 MANFAAT 1. Manfaat Keilmuan Diharapkan makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang difteri pada An. R antara lain etiologi, patofisiologi, gejala dan tanda, komplikasi, prognosis, serta penanganannya.

2. Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan tambahan literatur dalam menghadapi hernia pada An. R. Sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek kedokteran keluarga dalam penanganan hernia.

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB II
IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Pendidikan Agama Suku Tanggal Periksa : An.R : 5 tahun : Laki-laki : Jl. Tirto rahayu ::: Islam : Jawa : 27 - 01 - 2014

Nomor Rekam Medis : 16-29-07 Orang Tua Nama Ayah Umur Ayah : Tn.H : 34 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan Ayah Nama Ibu Umur Ibu : Swata : Ny.S : 34 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan Ibu Suku Agama Alamat : swasta : Jawa : Islam : Jl. Tirto rahayu

Penghasilan perbulan : Rp. 3.000.000 4.000.000 Anak ke-/jumlah saudara : 1/1

ANAMNESIS (Alloanamnesa) 1. Keluhan utama : benjolan di daerah selangkangan kanan

Keluhan Tambahan : terasa nyeri


6

Harapan Kekhawatiran

: Segera sembuh dan tidak kambuh : Sakit bertambah parah

2.

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien An.R datang ke rumah sakit diantar orang tuanya dengan keluhan benjolan di daerah selangkangan sebelah kanan,terasa sangat nyeri,benjolan mulai muncul sejak umur 2 th tetapi tidak nyeri dan hilang jika di tekan,namun sejak 1 hari yang lalu setelah bermain, benjolan mulai keluar dan terasa sangat nyeri,semenjak sakit pasien juga mengalami gangguan saat BAK.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat mondok Riwayat hipertensi Riwayat DM Riwayat gout Riwayat penyakit jantung ::::: Riwayat demam kejang Riwayat morbili Riwayat difteri Riwayat pertusis Riwayat parotitis Riwayat varicela Riwayat tetanus Riwayat malaria Riwayat asma :::::::::-

Riwayat alergi obat/makanan : Riwayat dengue fever :-

Riwayat radang tenggorokan : Riwayat demam tifoid :-

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Tidak ada Riwayat Hipertensi Riwayat DM : (-) : (-)

5. Riwayat Kehamilan Ibu Keluhan Usia ibu hamil Kontrol : Ibu tidak pernah mengalami gangguan saat hamil. : 28 tahun : Rajin kontrol ke puskesmas

Kelainan kehamilan : disangkal 6. Riwayat Kelahiran Persalinan : sectio caesarea

Usia kehamilan : 9 bulan

BB PB lahir

: 3300 gram 50 cm

Kondisi lahir : cacat (-), anus (+), ketuban jernih, Menangis Kelainan kelahiran: disangkal 7. Riwayat Imunisasi Ibu Anak tahun BCG (+) Campak (+) Hepatitis B (+) Polio (+) jumlah: 1 kali jumlah: 1 kali jumlah: 3 kali jumlah: 5 kali 6 tahun 8. Riwayat Gizi ASI: An. R mengkonsumsi ASI sampai usia 2 tahun. Makanan sehari-hari: nafsu makan sangat baik sebelum An. R sakit,anak R biasa makan masakan yang dimasakan ibunya, makan 3 kali sehari, nafsu makan baik, suka konsumsi buah, sayur dan susu. Tetapi An.R suka makanan atau jajanan luar rumahnya. 9. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Pertumbuhan: Normal Tumbuh gigi mulai usia 6 bulan Pertumbuhan BB Usia 3 tahun 4 tahun 5 tahun BB 15 kg 17 kg 18 kg usia: 2 bulan usia: 9 bulan usia: 0, 1, 6 bulan usia: 0, 2, 4, 6 bulan, 2 dan : TT (+) : DPT (+) jumlah: 4 kali usia: 2, 4, 6 bulan dan 2

Perkembangan: Motorik Kasar Tengkurap (7 bulan), Merangkak (9 bulan), Berjalan (14 bulan) Motorik Halus Menggambar bentuk (2 tahun), Menulis (4 tahun) Bahasa Bicara lancar tidak cadel ( 2 tahun) Sosial

Bermain bersama (2 tahun) Perkembangan normal 10. Riwayat Kebiasaan Pasien dan Keluarga: Riwayat Merokok Riwayat Minum Alkohol Riwayat Olahraga Riwayat Pengisisan Waktu Luang Kebiasaan Lain rumahnya. 11. Riwayat Sosial Ekonomi : An.R setiap hari bertemu kedua orang tuanya. Setiap waktu libur, An.R dan orang tuanya menyempatkan untuk jalan-jalan. Review of Sistem 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kulit Kepala Mata Hidung Telinga Mulut : kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-) : sakit kepala (-), rambut rontok (-), luka (-), benjolan (-) : konjunctiva hiperemi (-/-) : tersumbat (-/-), mimisan (-/-), sekret/rhinorrea (-/-) : cairan (-/-), nyeri (-/-) :, mulut hiperemis (-), mukosa bibir pucat (-), sianosis bibir (-) : (-) : (-) : (-) : An.R bermain diluar rumah : An. R suka jajan di warung sekitar

Tenggorokan: Sakit menelan (-), serak (-), Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-) Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), BAB (+) normal 11. Genitourinaria 12. Neurologic : Gangguan BAK (+) : Kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-)

13. Muskuluskeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-) 14. Ekstremitas : a. Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), hangat (+), pucat (-), luka (-) b. Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), hangat (+), pucat (-), luka (-)

c. Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), hangat (+), pucat (-), luka (-) d. Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), hangat (+), pucat (-), luka (-)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum : tampak kesakitan, kesadaran composmentis (GCS E4V5M6) 2. Atropometri: BB TB : 17 kg : 110 cm

Status gizi kesan: cukup 3. Tanda Vital TD Nadi : 100/80 mmHg : 100 x/menit

Suhu : 36,5 C RR : 20x/menit : distribusi pertumbuhan rambut rata dan lebat, warna rambut hitam

4. Rambut

5. Kepala dan wajah : wajah simetris, luka (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-), warna kulit cokelat, turgor baik, sianosis (-), pucat (-), papul (-), nodul (-), makula (-), pustul (-) 6. Mata : conjungtiva hiperemi (+), eksoftalmus (-), strabismus (-), mata cowong (-) 7. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret/rhinorrhea (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-) 8. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir kering (-/-), tepi lidah hiperemis (-), karies dentis (-) 9. Telinga : otorrhea (-/-), kedua cuping telinga normal

10. Tenggorokan : tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-), pseudmembran (-) 11. Leher 12. Thorax : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-) : normochest, simetris : ictus cordis tidak tampak

Cor : Inspeksi Palpasi Perkusi

: ictus cordis kuat angkat : batas kiri atas Batas kanan atas Batas kiri bawah : ICS II PARA STERNA LINE SINISTRA : SIC II PARA STERNA LINE DEXTRA : ICS V 1 cm lateral MID CLAVICULAR LINE SINISTRA Batas kanan bawah : SIC IV PARA STERNA LINE DEXTRA

10

Batas jantung kesan tidak melebar Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri Palpasi : fremitus taktil kiri sama dengan kanan Perkusi : sonor di seluruh lapang paru Auskultasi : + + wheezing - ronkhi basah - -

suara dasar vesikuler + + + 13. Abdomen : Inspeksi Palpasi Perkusi : sejajar dinding dada : supel, nyeri tekan (-)

: timpani di seluruh lapangan abdomen

Auskultasi : bising usus (+) normal 14. Sistem Collumna Vertebralis : Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

15. Ekstremitas : palmar eritem (-) Akral hangat + + + + Oedem -

16. Pemeriksaan neurologik : Kesadaran : GCS 456 composmentis

17. Pemeriksaan neurologik : Kesadaran Fungsi sensorik : GCS 456 composmentis N N Fungsi motorik N N

11

5 5

5 5

N N

N N

N N

N N

Kekuatan

Tonus

Ref.Fisiologis

Ref.Patologis

13. Status lokalis Regio inguinalis Inspeksi : Tampak adanya benjolan di regio inguinal kanan, ukuran sekitar

sebesar kelereng, bentuk agak lonjong, warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang. Palpasi : teraba massa di di regio inguinal kanan, konsistensi lunak,

permukaan rata, mobile, nyeri tekan.

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Tabel 1. Pemeriksaan Darah Lengkap (tanggal 27 januari 2014)
Pemeriksaan Hematologi Hb HCT Leukosit Trombosit Eritrosit PDW MPV PCT Index MCV MCH MCHC Differential Basofil Eosinofil Limfosit Monosit Netrofil Large Imm cell Atyp. Limfosit Jumlah total sel Limfosit Basofil Hasil 27 Januari 13,2 +40,4 10,64 239 4,70 +14,8 11,8 0,2 86,1 28,1 32,6 0,2 2,8 +53,1 +8,6 -33,4 2,9 0,2 5,65 0,02 Unit g/dl % Ribu/ul Ribu/ul Juta/ul fL fL % Fl Pg % % % % % % % % Ribu/ul Ribu/ul Nilai Normal 11,5-13,5 34-40 5,0-14,5 150-440 4,11-5,95 9-13 7,2-11,1

75-87 24-30 31-37 0-1 1-6 30-45 2-8 50-70

12

Monosit Eosinofil Neutrofil Large Imm cell Atyp. Limfosit

0,91 0,50 3,55 0,30 1,97

Ribu/ul Ribu/ul Ribu/ul Ribu/uL Ribu/uL

Keterangan: darah lengkap (DL)

Tabel 2. Faal hemostasis-spesimen : darah (tanggal 27 Januai 2014)


Pemeriksaan Waktu perdarahan Waktu pembekuan Hasil 1 Nilai Normal 1-3 menit

9-15 meni

Tabel 3. Kimia darah biosystems spesimen : darah A15 (tanggal 27 Januai 2014)
Pemeriksaan GDS Ureum Creatinin Hasil 120 30 0,7 Nilai Normal < 105 15-39 < 1,3

2.5 RESUME a) Anamnesis : benjolan di daerah selangkangan sebelah kanan Keluhan lain: nyeri yang sangat An.R setiap hari bertemu orang tuanya dan keluarga pasien menyempatkan untuk jalan-jalan bila hari libur. b) Pemeriksaan Fisik : Pasien tampak lemas, T :100/80 mmHg, N : 100 x/menit, S: 36,5C, RR : 20 x/menit,benjolan di region inguinalis dextra. Regio inguinalis

13

Inspeksi : Tampak adanya benjolan di regio inguinal kanan, ukuran sekitar sebesar kelereng, warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang.

Palpasi : teraba massa di di regio inguinal kanan, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, nyeri tekan.

c) Pemeriksaan Penunjang : Darah Lengkap ,netrofil 2.6. DIAGNOSA HOLISTIK 1. Diagnosis dari segi biologis : Working diagnostic : Hernia Inguinalis lateralis dextra : 25 jan 2014 : HCT , PDW ,Limfosit monosit

Differential diagnostic: Hernia Inguinalis Medialis dextra 2. Diagnosis dari segi psikologis Hubungan An.R dengan anggota keluarga sangat baik, dapat bertemu keluarga setiap hari. Bila ada waktu libur, keluarga menyempatkan untuk jalan-jalan. 3. Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi : Hubungan dengan tetangga dan teman-teman An.R berjalan lancar karena jaraknya yang dekat. Dalam mengisi waktu luang, An.R lebih sering bermain dengan temannya di sekitar rumahnya. Dalam segi ekonomi, keluarga An.R tergolong cukup.

2.7 PENATALAKSANAAN HOLISTIK Non Farmakoterapi: KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi): o Menjaga agar An. R tidak banyak bergerak dan beraktivitas o Menjaga agar makanan dan asupan cairan dan nutrisi yang sehat dan cukup. o Memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua An.R, mengenai hernia ( pengenalan tanda dan gejala klinis, penanganan dini atau rujukan, dan komplikasi). o Istirahat dan perawatan yang intensif untuk mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi.

14

Farmakoterapi: R/ IVFD Ringer Laktat 20tpm Isi : Na+ = 50, Cl- = 50, K+ = 20, Laktat- = 20, Dekstrosa = 27 gr/L Indikasi: Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas Kontraindikasi: hipernatremi, hyperkalemi Sediaan: 500 ml. Rumus dosis maintenance cairan: Berat badan anak dibagi menjadi tiga bagian : 10 Kg I = 100 10 Kg II = 50 10 Kg III (Sisa KgBB) = 20 Terapi An.R: 10 x 100 = 1000 cc 7 x 50 = 350 cc Total Kebutuhan Cairan = 1350 cc (1350 cc x 20 tetes) / 1440 menit = 19 tetes/menit

R/ Inj Cefotaxime 3x300 mg.iv Indikasi: Infeksi ber$at yang disebabkan oleh patogen-patogen yang sensitif terhadap Cefotaxime seperti : - Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan tenggorokan. - Infeksi pada telinga. - Infeksi kulit dan jaringan lunak. - Infeksi tulang dan sendi. - Infeksi genitalia, termasuk gonore non-komplikata. - Infeksi abdominal. Kontraindikasi: Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap antibiotik cephalosporin. Penderita ginjal yang berat. Dosis :

15

Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 gram setiap 12 jam. Pada infeksi berat : 2 kali

2 gram/hari biasanya cukup. Jika diperlukan dosis yang lebih besar, interval pemberian obat dapat diperpendek menjadi setiap 6 - 8 jam. Bayi dan anak-anak : 50 - 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 - 4 dosis yang setara. Pada infeksi yang mengancam jiwa dapat digunakan dosis sampai 200 mg/kg BB/hari. Karena pada bayi prematur, klirens renal belum berkembang sempurna, dosis perhari tidak boleh melampaui 50 mg/kg BB. Untuk profilaksis perioperatif, dosis awal diberikan 30 - 60 menit sebelum pembedahan dimulai. Tergantung dari resiko infeksi, dosis serupa dapat diulang. Sediaan : Cefotaxime 1 gram injeksi ( 1box berisi 2 vial serbuk injeksi @ 10 mL), No. Reg. : GKL0208505944B1. Cefotaxime 500 mg injeksi ( 1box berisi 2 vial serbuk injeksi @ 10 mL), No. Reg. : GKL0208505944A1. R/ Inj ondansetron.iv Indikasi : Untuk untuk menangani mual dan muntah yang diinduksi oleh obat kemoterapi dan radioterapi sitotoksik. Pencegahan mual dan muntah pasca operasi. Narfoz sebaiknya tidak digunakan pada keadaan mual atau muntah karena sebab lain. Kontraindikasi : jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap Ondansetron. Dosis : Ondansetron : Narfoz 4 mg tablet, dus,2 strip @ 6 tablet. Ondansetron : Narfoz 8 mg tablet, dus,1 strip @ 12 tablet. Ondansetron :Narfoz sirup, 5 mg/5 ml, 1 botol @ 60 ml. Ondansetron : Narfoz 4 mg injeksi, dus, 5 ampul @ 2 ml. R/ Inj Antrain.iv Indikasi : menghilangkan nyeri kolik terutama setelah operasi Kontraindikasi : Gangguan jiwa berat, perdarahan, porfiria, hipersensitif terhadap derivat pirazolon
16

Dosis : Dewasa 500 mg IM/IV ,maks : 3X sehari Sediaan : Ampul 1 gram/2 ml x 5 R/ inj Farmadol. iv Isi : Tramadol Hidroklorida 50 mg Indikasi : diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat, seperti tersebut di bawah ini: - Nyeri akut dan kronik yang berat. - Nyeri pasca bedah Kontrandikasi : - Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya. - Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO). - Penderita yang hipersensitif terhadap tramadol. Dosis : Seperti halnya obat-obat analgesik, dosis harus diatur sesuai dengan beratnya rasa sakit dan respon klinis dari penderita. Dosis untuk dewasa dan anak berumur di atas 14 tahun: Dosis tunggal: 1 kapsul. Dosis perhari: hingga 8 kapsul. Apabila sakit masih terasa, dapat ditambahkan dosis tunggal kedua 1 kapsul TRAMADOL lagi, setalah selang waktu 30 - 60 menit. Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, perlu dilakukan penyesuaian dosis. R/ Cefadroxil 2x250 mg. po Indikasi : Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti: - Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media. - Infeksi kulit dan jaringan lunak. - Infeksi saluran kemih dan kelamin. - Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia. Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.

17

Dosis : Dewasa: -Infeksi saluran kemih: Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 2 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi. Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi. -Infeksi saluran pernafasan: Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Infeksi sedang sampai berat, 1 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.

Anak-anak: -Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 50 mg/kg BB sehari dalam dua dosis terbagi. Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari. Sediaan : Kotak 5 strip @ 10 kapsul R/ Pamol 3x1/2 tablet.po Indkasi : Meredakan demam dan nyeri pada bayi dan anak Kontraindikasi : Dosis : Dewasa : 1-2 tablet Anak 7-12 tahun : - 1 tablet Anak 1-6 tahun : - tablet. Semua dosis diberikan 3-4 kali sehari. Sediaan : Tablet 500 mg x 5 x 4 FOLLOW UP DAN FLOW SHEET Nama Diagnosis : An.R : Hernia inguinalis lateralis dextra

18

No Tanggal S
1. 27/1/2014 Ibu pasien datang ke UGD dengan keluhan benjolan di selangkangan kanan An. R,terasa nyeri,

O
KU pasien sakit sedang, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup Vital sign: TD: 100/80 mmHg, RR: 20 x/menit, Nadi: 100 x/menit T: 36,5oC Status generalis: DBN Status lokalis: inguinalis Regio

A
Working

Planning terapi: diagnostic: Hernia R/ Infus RL iv 20 tetes/menit inguinalis R/ inj. cefotaxim lateralis dextra 3x300 mg iv
Differential diagnostic: Hernia inguinalis medialis dextra

Pro op hernioplasti pukul 19.00 WIB

Inspeksi : Tampak adanya benjolan di regio inguinal kanan, ukuran sekitar sebesar kelereng, bentuk agak lonjong warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang. Palpasi : teraba massa di di regio inguinal kanan, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, nyeri tekan. DL : HCT , PDW , limfosit , monosit , neutrofil ,

Bronchitis Tonsilitis Dengue fever

2.

28/1/2014

Sudah dilakukan operasi pada An. R, tetapi An. R masih rewel dan ingin terus meminta pulang,An. A juga masih kesulitan BAK.

KU cukup, compos mentis GCS 456 Vital sign: N: 100 x/menit S : 36,5C TD: 110/80 mmHg RR: 20x/menit

Wdx :
Hernia inguinalis lateralis dextra Post op hernioplasti

Status generalis: DBN Status lokalis: region inguinalis Ins: sudah tidak tampak masa. Tampak bekas jahitan Pal: sudah tidak teraba masa 3. 29/1/2014 Luka sudah mulai KU cukup, compos mentis Wdx :

Planning terapi: Infus : R/ Infus D5 NS 15 tetes/menit R/ inj. antrain 3 x 400 mg iv R/ inj. farmadol 3x400 mg iv R/ inj. cefotaxim 3x300 mg iv R/ Inj. Ondansetron 2 mg iv Diet: bebas TKTP Planning pemeriksaaan penunjang : DL

Planning terapi:

19

membaik, An. A juga sudah bias BAK, pasien diperbolehkan pulang

GCS 456 Vital sign: N : 100 x/menit T: 36,5 oC RR: 20x/menit TD: 110/70 mmHg Status generalis: DBN

Post op hernioplasti Hernia inguinalis lateralis dextra

R/ cefadroxil 250 mg 3x1 R/ pamol 250 mg 3x1 Pasien boleh pulang. Kontrol tanggal 3 feb 2014

20

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB III PEMBAHASAN ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA


3.1 IDENTIFIKASI KELUARGA 3.1.1 Profil Keluarga A. Karakteristik Demografi Keluarga Tanggal kunjungan pertama kali Nama kepala keluarga Alamat Bentuk Keluarga Struktur Komposisi Keluarga : Tabel 6. Daftar anggota keluarga No Nama 1 2 4 Tn.H Ny.S An.R Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Kepala keluarga Ibu Anak ke-1 L P L 34 th 34 th 5 th SMa SMA Wiraswasta Wiraswasta Pasien Ket. klinik Tidak Tidak Ya : 27 januari 2014 : Tn.H : Jl. Tirto rahayu, Malang : nuclear family

Kesimpulan : Keluarga An.R adalah nuclear family yang terdiri atas 3 orang dan tinggal dalam satu rumah. Terdapat satu orang yang sakit yaitu An.R usia 5 tahun dengan diagnosa hernia inguinalis lateralis dextra.

21

B. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Lingkungan tempat tinggal Tabel 7. Lingkungan tempat tinggal
Status kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri Daerah perumahan : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah Karakteristik Rumah dan Lingkungan Luas tanah : 70 m , luas bangunan: 10 x 7 m Jumlah penghuni dalam satu rumah : 3 orang Jarak antar rumah : 5m (depan), 1m (belakang) Rumah 1 lantai Lantai rumah: keramik Dinding rumah: tembok bata, dicat Jamban keluarga : ada 1 Kamar mandi : ada 1 Dapur : ada 1, di bagian belakang Penerangan listrik : lampu @ 20 watt x 7buah lampu = 160 watt Pencahayaan : cukup (terdapat 1 jendela di setiap ruangan, dan 2 jendela di ruang tamu) Ketersediaan air bersih : PDAM Kondisi umum rumah : kondisi rumah terkesan sederhana dan bersih dengan halaman yang sedang, terdapat tanaman di teras berupa bunga di pot. Tempat pembuangan sampah : di halaman belakang, dan setiap pagi dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA)
2 2

Kesimpulan Keadaan rumah An.R tergolong baik dan sehat. Memiliki halaman yang cukup dan pencahayaan serta ventilasi yang memadai.

Denah rumah keluarga An.R :

22

Keterangan Keterangan: = tempat pembuangan sampah = pintu = jendela

Kamar mandi berdekatan dengan dapur. Kepemilikan barang-barang berharga : - 2 sepeda motor - 2 handphone - 2 set meja kursi tamu C. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga Jenis tempat berobat : RSI Unisma Asuransi / jaminan kesehatan : BPJS Jarak layanan kesehatan tempat berobat : cukup dekat 1. Sarana Pelayanan Kesehatan Tabel 8. Pelayanan kesehatan
Faktor Cara mencapai pusat pelayanan kesehatan Keterangan Kesimpulan Jalan kaki An.R dibawa ke RS Angkot menggunakan sepeda motor pribadi Kendaraan pribadi Tarif pelayanan kesehatan Sangat mahal Tarif pelayanan kesehatan Mahal dan biaya rawat inap gratis Terjangkau karena ter cover BPJS Murah Gratis Kualitas pelayanan kesehatan Sangat Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan Tidak memuaskan

2. Pola Konsumsi Makanan Keluarga a. Kebiasaan makan: Keluarga An.R rutin makan 2-3 kali sehari dan makanan dimasak oleh ibunya ( Ny.Y)

23

b. Penerapan pola gizi seimbang: Ny.S selalu menyempatkan untuk memasak, dan sesekali menyediakan buah dirumah 3. Pola Dukungan Keluarga a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga: An.R dan keluarga selalu menyempatkan diri untuk berkumpul. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga: Tidak ada faktor penghambat 3.1.2 Identifikasi Fungsi-Fungsi dalam Keluarga A. 1. Fungsi Holistik Fungsi biologis Keluarga ini terdiri dari 3 orang anggota keluarga dan semuanya tinggal dalam satu rumah. An.R sebagai anak Tn.H dan Ny.S. 2. Fungsi Psikologis Psikologis An.R dan keluarga tergolong baik. An.R dan anggota keluarga yang lain sering berkumpul bersama dan bercerita 3. Fungsi Sosial dan Ekonomi Aspek sosial dan ekonomi keluarga Tn.H dalam kondisi yang cukup. Keluarga Tn.H cukup bersosialisasi dengan tetangganya. Ekonomi termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. B. Fungsi Fisiologis dengan APGAR Score Adaptation : kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain. Partnership : menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut Growth : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut Affection : menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga

24

Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Penilaian : o Hampir selalu o Kadang kadang o Hampir tak pernah : 2 poin : 1 poin : 0 poin

Penyimpulan : o Nilai rata-rata < 5 o Nilai rata-rata 6-7 o Nilai rata-rata 8-10 : kurang : cukup/sedang : baik

APGAR score Tn.H (34ahun)


APGAR Tn.H terhadap keluarga A P G A R Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah 2 1 0

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn.E APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Adaptation : Tn.H puas terhadap dukungan dan saran yang diberikan keluarganya jika menghadapi masalah 2. Partnership : komunikasi Tn.H dengan keluarganya berjalan baik, terkadang meluangkan waktu untuk saling berbagi dan bertukar pikiran antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami. 3. Growth : keluarga Tn.H, tidak terlalu memberi batasan terhadap segala aktifitas

Tn.H baik pekerjaan atau kegiatan-kegiatan, dan saling bekerjasama . 4. Affection : Tn.H keluarganya 5. Resolve Tn.H merasa puas dengan waktu luang yang diberikan anggota puas dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan

keluarganya untuk bisa berkumpul dan berbagi waktu bersama Total APGAR score Tn.H = 10
25

APGAR score Ny.S (34 tahun)


APGAR Ny.S terhadap keluarga A P G A R Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah 2 1 0

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Ny.S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Adaptation : Ny.S cukup merasa puas terhadap dukungan dan saran yang diberikan keluarganya jika menghadapi masalah 2. Partnership : komunikasi Ny.S dengan keluarganya berjalan baik, selalu meluangkan waktu untuk saling berbagi dan bertukar pikiran antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami. 3. Growth : keluarga Ny.S , tidak terlalu memberi batasan terhadap segala aktifitas

Ny.S baik aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang lain. 4. Affection : Ny.S puas dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan keluarganya 5. Resolve : Ny.S merasa puas dengan waktu luang yang diberikan anggota

keluarganya untuk bisa berkumpul dan berbagi waktu bersama C. Fungsi Patologis dengan Alat SCREEM Score Fungsi patologis keluarga Tn.H dinilai menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut: Tabel. SCREEM keluarga An.R
Sumber Social Culture Hubungan dengan tetangga dan teman-teman An.R baik, keluarga sangat senang bersosialisasi dengan siapapun. Menggunakan adat-istiadat Jawa, bahasa Jawa, serta bahasa Indonesia secara sopan dengan sesama anggota keluarga dan orang lain dikehidupan sehari-hari. Anggota keluarga juga telah mengikuti perubahan zaman dan tergolong modern. Fungsi agama keluarga An. R sangat bagus. Tidak terlalu percaya dengan sesajen Patologis -

Religious

26

Economic Educational Medical

Penghasilan keluarga yang relatif cukup. Tingkat pendidikan keluarga sampai SMA, keluarga belum begitu mengerti tentang penyakit yang diderita An.R Cukup dekat dengan pelayanan kesehatan, keluarga An.R dan jika sakit pergi ke dokter.

+ +

Kesimpulan : terdapat fungsi patologis pada educational dan medical. Keluarga An.R cukup mengerti tentang penyakit yang diderita oleh anaknya. Untuk fungsi social, culture, dan religious sudah bagus.

Genogram

An. R

Keterangan : : meninggal dunia : laki-laki : perempuan : tinggall dalam satu rumah

: pasien

27

E.Pola Interaksi Keluarga Tn. H

Ny. S

An. R

Keterangan : memiliki hubungan baik. : laki-laki : Perempuan

3.2 IDENTIFIKASI KESEHATAN

FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

3.2.1 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 3.2.1.1 Faktor Perilaku Keluarga a. Pengetahuan Tingkat pengetahuan keluarga tentang kondisi kesehatan An.R sudah cukup mengerti. Namun keluarga selalu memberi kasih sayang kepada An.R b. Sikap Sikap keluarga terhadap kondisi An.R cukup baik. Keluarga sangat memperhatikan keluhan yang dirasakan An.R dan melakukan tindakan awal untuk meringankan keluhan. c. Tindakan Keluarga tidak melakukan tindakan apa-apa kepada An.R, karena belum pernah ada keluhan seperti ini sebelumnya, tapi karena An. R rewel dan merasa sangat kesakitan akhirnya An. R dibawa ke RS. 3.2.1.2 Faktor Non Perilaku a. Lingkungan Keadaan rumah dan lingkungan rumah An.R terkesan sederhana dan bersih, berjarak dekat dengan rumah tetangganya.

28

b.

Pelayanan kesehatan Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An.R di bawa ke RS. Keluarga

An.R termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup, tetapi pembiayaan RS keluarga An. R menggunakan BPJS. c. Keturunan dan Jenis Kelamin An.R tidak memiliki keluhan sakit yang lain dari faktor keturunan. 3.2.2 Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Pengetahuan: Tingkat pengetahuan keluarga tentang kondisi kesehatan An.R masih kurang. Namun keluarga selalu memberi kasih sayang kepada An.R

An.R dan Keluarga

Lingkungan: Keadaan rumah dan lingkungan rumah An.R terkesan sederhana dan bersih, berjarak dekat dengan rumah tetangganya.

Sikap :Sikap keluarga terhadap kondisi An.R cukup baik. Keluarga sangat memperhatikan keluhan yang dirasakan An.R dan melakukan tindakan awal untuk meringankan keluhan meskipun awalnya hanya di bawa ke dukun pijit dan diberi obat sendiri.

Pelayanan kesehatan: Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An.R di bawa ke RS. Keluarga An.R termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup, tetapi pembiayaan RS keluarga An. R menggunakan BPJS.

Tindakan: Keluarga tidak melakukan tindakan apa-apa kepada An.R, karena belum pernah ada keluhan seperti ini sebelumnya, tapi karena An. R rewel dan merasa sangat kesakitan akhirnya An. R dibawa ke RS.

Keturunan, Jenis kelamin: An.R tidak memiliki keluhan sakit yang lain dari faktor keturunan ,

3.3 DAFTAR MASALAH 3.3.1 Masalah Medis 1. Hernia inguinalis lateralis dextra 3.3.2 Masalah Non Medis 1. An. R memiliki tingkat aktivitas yang berlebih ii. Diagram Permasalahan Keluarga

An.R (5tahun) dengan Hernia inguinalis lateralis

Aktivitas An.R yang berlebih

29

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA


4.1 Hernia Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. 4.2 Anatomi Dinding Perut Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari : 1. Kutis 2. lemak subkutis 3. fasia skarpa 4. muskulus obligus eksterna 5. muskulus obligus abdominis interna 6. muskulus abdominis tranversal 7. fasia transversalis 8. lemak peritoneal 9. peritoneum.

Gambar. Anatomi abdomen


30

b. Regio inguinalis b.1. Kanalis inguinalis Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. Obligus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.

Gambar. Kanalis inguinalis

b.2. Kanalis femoralis Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis

31

keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

Gambar 1. Bagian-bagian Hernia2 1. Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis; 2. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus; 3. Locus Minoris Resistence (LMR); 4. Cincin hernia: Merupakan bagian

32

locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia; 5. Leher hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

4.2 Klasifikasi Hernia Berdasarkan Arah Herniasi Klasifikasi Hernia Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi: 1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika. 2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen. 3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat. 4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. 5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi. 6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi. Hernia Eksterna Penonjolannya dapat dilihat dari luar : a. Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralis b. Hernia Femoralis c. Hernia Umbilicus d. Hernia Epigastrica e. Hernia Lumbalis f. Hernia Obturatoria g. Hernia Semilunaris h. Hernia Perinealis

33

i. Hernia Ischiadica Hernia Interna Bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum thorax, cavum abdomen : a. Hernia Epiploici Winslowi : Herniasi viscera abdomen melalui foramen omentale b. Hernia Bursa Omentalis c. Hernia Mesenterica d. Hernia Retroperitonealis e. Hernia Diafragmatica

Gambar 2. Beberapa Contoh Hernia Eksterna

Hernia Inguinalis Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi: hernia inguinalis indirek (lateralis), di mana isi hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence (annulus inguinalis internus) dan hernia inguinalis direk (medialis), di mana isi hernia masuk melalui titik yang lemah pada dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, sementara hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut
34

karena usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara lain: 1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, 2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat, 3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, 4. Kelemahan otot dinding perut karena usia, 5. Defisiensi otot, 6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik. Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangka pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.

35

Gambar 3. Hernia Inguinalis Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan berat badan, sering mengangkat benda berat, atau mengedan. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum maka disebut hernia skrotalis. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya. Gambaran Klinis dan Diagnosis Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial bawah. Kantong
36

hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium. Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

Gambar 4. Hernia scrotalis yang berasal dari hernia inguinalis indirek Jenis hernia yang lain-lain 1. Hernia umbilikalis Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekusor umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan

37

omentum umum terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik kronik, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus peritoneal secara darurat. Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka ditangani dengan protesis. 2. Hernia paraumbilikalis. Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi. 3. Hernia ventralis Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan abnormal. Cacat ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya direkomendasikan.. Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang , maka tindakan ini relatf jelas dan memuaskan tetapi apabila hernia ventralsinya besar dan fasianya jelek, merupakan prognosa yang jelek pada hernia ventralis. Pada umumnya tindakan yang dilakukan adalah operasi dengan memobilisasi jaringan denga cermat dan untuk mencapai penutupan langsung primer jika mungkin. Kadang-kadang penggunaan kasa protesis seperti kasa marlex atau fasia lata diindikasikan. 4. Hernia epigastrika Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum. 5. Hernia lumbalis Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas m. Obligus internus

38

abdominis, sedangkan tutupnya m. Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m. Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan tutupnya adalah fasia superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma, abses dingin atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan hernioplasti. Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan defek. 6. Hernia Littre Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus. 7. Hernia Speighel Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui fasia Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70 tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi dikanan dan jarang bilateral. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di sebelah Mc burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi. Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus abdominis dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat membutuhkan suatu protesis. 8. Hernia obturatoria Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum masuk ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial, sering secara Richter atau total. Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuktusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada n. Obturatorius (tanda howship Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan

39

tanda (Hoeship Romberg). Pengelolaan bedah dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal. 9. Hernia perinealis Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanpak dan teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau kombinasi abdomino dan perineal. 10. Hernia pantalon Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah dilakukan operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis, herniotomi dan hernioplasti. 4.3 Pemeriksaan Hernia Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba. Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.

40

Pemeriksaan Hernia Inguinalis Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan. Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terusmenerus pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri. Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek. Transluminasi Massa Skrotum Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau spermatokel.

41

4.4 Komplikasi Komplikasi hernia tergatung kepada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan kecuali ada benjolan. Dapat pula isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan hernia strangulata. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem akan menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus maka akan terjadi perforasi yang akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika ada hubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis pada hernia inkaserata yang mengandung usus yang dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basah. Bila terjadi strangulasi akan menyebabkan gangguan vaskularisasi dan akan terjadilah ganggern. Hernia strangulata adalah keadaan emergensi yang perlu tindakan operatif secepatnya. 3.5 Penatalaksanaan 1. Konservatif Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. 2. Operatif Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. a. Herniotomi Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. b. Hernioplasti

42

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek. 1.5 Pencegahan Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen: Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan,

konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang sesuai. Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan

gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi. Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari

mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat, biasakan untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan bertumpu pada pinggang. Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-penyakit

serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat menyebabkan hernia inguinalis.

43

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Dasar Penegakan Diagnosis Kasus 5.1.1 Anamnesis Pasien An.R datang ke rumah sakit dengan benjolan di daerah selangkangan sebelah kanan,terasa sangat nyeri,benjolan mulai muncul sejak umur 2 th tetapi tidak nyeri dan hilang jika di tekan,namun sejak 1 hari yang lalu setelah bermain benjolan mulai keluar dan terasa sangat nyeri,semenjak sakit pasien juga mengalami gangguan saat BAK.

5.1.2 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik An.R didapatkan benjolan di region inguinalis dextra

5.1.3 Pemeriksaan Penunjang Hanya dilakukan pemeriksaan darah lengkap . 5.1.3 Diagnosis Banding Beberapa kemungkinan yang perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding, antara lain:
1. 2. Hernia inguinalis lateralis dextra Hernia inguinalis medialis dextra

5.2 Penatalaksanaan Dilakukan hernioplasti 5.3 Komplikasi Terjadi odem organ atau struktur didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem akan menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus maka akan

44

terjadi perforasi yang akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika ada hubungan dengan rongga perut.

5.4 Dasar Penegakan Diagnosa Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus. 5.6 Dasar Rencana Penatalaksanaan Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. a. Herniotomi Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. b. Hernioplasti Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

45

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN HOLISTIK 1. Diagnosis dari segi biologis Working diagnosis: Hernia inguinalis lateralis dextra Differential diagnosis: Hernia inguinalis medialis dextra

2. Diagnosis dari segi psikososial Hubungan An. R perhatian 3. Diagnosa dari segi sosial Kedua orang tua pasien bekerja sebagai pegawai swasta di malang. Penghasilan rata-rata orang tua pasien Rp 3.000.000 per bulan. pasien tergolong dari keluarga menengah dilihat dari tempat tinggal pasien dan penghasilan bulanan orang tua pasien. Di lingkungan tempat tinggalnya pasien merupakan anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di masyarakat. 6.2 SARAN KOMPREHENSIF 1 Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien mengenai sakit yang dialami pasien (definisi, etiologi, gejala dan tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak semakin berat). 2 Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu pemulihan keadaan pasien. dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan

46

DAFTAR PUSTAKA 1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC, 2004. pp. 519-37 2. Anonim. Hernia. www.burrill.demon.co.uk . Diakses tanggal 23 September 2007 3. Mulyana S. Hernia inguinalis. http://medlinux.blogspot.com . Diakses tanggal 21 September 2007 4. Anonim. Hernia. http://hernia.tripod.com . Diakses tanggal 23 September 2007 5. Anonim. Inguinal hernia. http://en.wikipedia.org . Diakses tanggal 23 September 2007 6. Anonim. Inguinal hernia. http://www.mayoclinic.com . Diakses tanggal 22 September 2007 7. Anonim. What is an inguinal hernia. http://health.yahoo.com . Diakses tanggal 23 September 2007 8. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany R.F, Tambajong J. Jakarta : EGC, 1995. pp. 276-8

47

You might also like