Professional Documents
Culture Documents
HUBUNGAN INTERDEPENDENSI
Pada perkembanagan lebih lanjut saat Kongres X, pola hubungan PMII dengan
NU menjadi interdependen, dimana PMII tetap mempunyai perhatian khusus terhadap
NU karena kesamaan kultur dan wawasan keagamaan yang memperjuangkan Islam
Ahlussunnah Wal Jamaah. Beberapa kemungkinan hubungan PMII–NU menjadi
interdependen:
1. Kesamaan kultur dan pemahaman keagamaan sebagai ciri perjuangan.
2. Adanya rekayasa politik untuk mengembangkan kekuatan baru.
3. Menghilangkan rasa saling curiga antar tokoh sehingga kader-kader PMII akan lebih
mudah memasuki NU setelah tidak aktif di PMII.
Kendatipun demikian PMII memberikan catatan khusus independensinya yaitu bahwa
hubungan tersebut tetap memegang prinsip kedaulatan organisasi secara penuh dan tidak
saling intervensi baik secara struktural maupun kelembagaan. PMII memanfaatkan
hubungan interdependen ini untuk kerjasama dalam pelaksanaan program-program nyata
secara kualitatif fungsional dan mempersiapkan sumber daya manusia.
Pada tahun 70-an hingga 90-an, dalam perkembangannya, dunia kemahasiswaan
berada dalam kondisi yang tidak kondusif, situasi back to campus lebih riil terjadi.
Kebijakan Orde Baru telah memandulkan posisi strategis mahasiswa dan lebih
didominasi oleh kekuatan militer dan Golkar. PMII hanya sebatas mampu melakukan
pengkaderan secara periodik sesuai dengan progran kerja yang ditetapkan.
Lagu mars PMII bukanlah sebuah lagu yang hanya diciptakan untuk seremonial
dan artifisial belaka, akan tetapi penciptaan tersebut merupakan konsep yang berisi
sebuah gerakan. Gerakan yang dibangun oleh pendahulu atau faonding father kita tidak
terlepas dari visi, misi, dan cita-cita yang terkandung dalam lagu mars PMII tersebut.
Selama ini kita sebagai kader PMII melantunkan lagu mars PMII hanya sebatas untuk
kebutuhan seremonial ataupun untuk menyenangkan diri pribadi (hura-hura) belaka. Kita
tidak pernah menjadikan lagu mars PMII sebagai landasan perjuangan bagi kita dalam
kancah pergerakan.
Lagu mars PMII memanifestasikan beberapa pesan gerakan yang musti dilakukan
oleh kader PMII. Pertama, PMII mesti mengesksiskan diri pada panggung Indonesia. Hal
ini termaktub dari bait ke-1 dari lagu mars yang berbunyi Inilah kami wahai Indonesia,
Satu barisan dan satu cita, Pembela bangsa penegak agama, Tangan terkepal dan maju
kemuka. Ini menandakan bahwa kader PMII harus mampu mewarnai Indonesia baik
dalam ranah Politik, Ekosob, dan Agama, demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan
bangsa Indonesia. Dalam ranah politik PMII merupakan lembaga organisasi ekstra
parlementer yang turut mengontrol dan selalu aktif mengkritisi kebijakan pemerintah
serta memberikan wacana yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah. Ruang gerak
yang dibangun PMII harus mampu memperjuangkan demokratisasi hingga ke level
bawah sehingga mampu memberikan pencerahan terhadap masyarakat (kalangan grass
root).
PMII merupakan organisasi yang sangat dekat dengan dengan masyarakat akar
rumput karena hegemoni pemerintah telah membelenggu dan memanfaatkan masyarakat
bawah untuk kelanggengan kekuasaanya, tidak heran warga pergerakan lebih senang
berdialektika dengan kalangan akar rumput ketimbang menjadi underbau politik.
Paradigma yang berkembang di PMII yaitu paradigma kritis transformatif yang
menopang keberadaan kader PMII dalam menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol
kebijakan pemerintah. PMII juga terkenal dengan aksi jalanan, hal ini terlihat ketika PMII
turun kejalanan mampu membuat ketar-ketir pihak lawan.
Kedua, PMII harus mencurahkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk
membebaskan social-politik yang hegemonik menuju masyarakat yang bebas, merdeka,
adil, dan makmur. Hal ini termaktub dari bait ke-2 dan ke-3 dari lagu mars yang berbunyi
Habislah sudah masa yang suram, Selesai sudah derita yang lama, Bangsa yang jaya
Islam yang benar, Bangun tersentak dari bumiku subur dan Denganmu PMII
pergerakanku, Ilmu dan bakti kuberikan, Adil dan makmur kuperjuangkan, Untukmu satu
tanah airku dan Untukmu satu keyakinanku. Syair ini menandakan akan pembelaan PMII
terhadap kaum mustadh’afien yang selama ini dirong-rong oleh penguasa.
PMII merupakan wadah yang mengakomodir kadernya dari elemen mahasiswa.
Sebagai ormas kemahasiswaan dengan basis massa terbesar di Indonesia, PMII
menanggung beban yang cukup berat untuk mengantarkan warganya sebagai manusia
yang tercerahkan. Tugas PMII adalah memberikan kapasistas-kapasitas standar bagi
warganya agar menjadi mahasiswa yang tidak hanya intens pada dunia akdemik saja
melainkan memiliki muatan moral intelektual, kemampuan professional dan yang paling
penting sensitivitas social yang tinggi. PMII diharapkan tidak hanya sekedar kader yang
militan dan tunduk kepada doktrin dan kepentingan organisasi, tetapi lebih menekankan
pada proses penciptaan tatanan sosial yang egaliter dan humanis, yang menempatkan
kemerdekaan dan martabat kemanusiaan di atas segalanya.
Tugas yang amat berat yang diemban warga pergerakan yakni mewujudkan
tatanan masyarakat yang adil, makmur serta tercerahkan. Dengan bekal keilmuan dan
keimanan yang matang merupakan modal dasar bagi kader PMII untuk mewujudkan
tatanan masyarakat yang bebas dan tercerahkan sehingga cita-cita yang dinginkan mampu
terwujud. PMII harus mencurahkan seluruh keilmuan dan potensi yang dimiliki untuk
membantu masyarakat akar rumput yang tertias oleh ulah perintah, melalui pembinaan
dan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang bebas dan tercerahkan.
Kemerdekaan yang diusung oleh PMII merupakan kemerdekaan yang hakiki bagi
masyarakat Indonesia, baik merdeka dari penjajahan maupun penindasan yang dilakukan
oleh pemerintah maupun bangsa luar.
Ketiga, membangun pilar-pilar agama Islam. Hal ini termaktub dari syair mars
PMII dari bait ke-1 sampai ke-3. Tidak dapat dipungkiri bahwa PMII secara histories
merupakan warga Nahdliyin (NU) yang memiliki ranah gerak religius atau agamis. Kader
PMII diharapkan mampu membangun citra Islam yang sesuai dengan tradisi ke-NU-an.
Yakni Islam yang bercirikhas ke-Indonesiaan. Dimana nilai-nilai ke-Islaman yang
dibangun bercirikhas ke-Indonesiaan, dimana Islam yang dipahami warga nahdliyin
keislaman yang telah mengalami akulturasi dengan adat-istiadat bangsa Indonesia. Hal
ini juga memudahkan kader PMII dikarenakan mayoritas kader PMII berbasic pesantren.
Dalam membangun moral politik bangsa warga pergerakan diharapkan mampu
membangun moralnya terlebih dahulu dengan intens mengkaji, memahami dan
mengaplikasikan ilmu ke-Islamannya. Kita sudah tahu bahwa PMII sangat berperan
active dalam membangun moral bangsa dari mulai berdirinya PMII hingga saat ini.
Sehingga nilai-nilai agama yang diterapkan di PMII dapat termanifestasikan dalam pola
gerak dan pola pikir kader dan bangsa Indonesia secara umum.
PMII merupakan organisasi mahasiswa yang menginginkan kemerdekaan segala
bidang. Agar hal tersebut dapat terwujud maka, PMII harus mampu yang mencetak kader
yang memiliki jiwa militansi yang tinggi, keilmuan yang bermanfaat bagi kemaslahatan
ummat, bertanggungjawab terhadap amanah yang dicita-citakan oleh organisasi, serta
memiliki jiwa sensitivitas (kepekaan) social yang tinggi sehingga mampu melakukan
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang tercerahkan, bebas,
merdeka, adil, dan makmur.
Demikianlah, PMII sebagai ideologi telah mampu memotivasi kader-kadernya
melalui Mars PMII yang sakral itu. Semoga kita, yang mengaku warga PMII mampu
mengejawantahkan kandungan nilai ideal-moral mars ini ke wilayah yang konkrit.
NILAI-NILAI DASAR PERGERAKAN MAHASISWA
ISLAM INDONESIA
A. Pengertian
• Nilai-nilai dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah basis filosofis dari
setiap aktifitas berpikir, berucap dan bertindak, yang mencerminkan tujuan bersama yang
hendak dicapai.
B. Kedudukan
C. Fungsi
• Dialektika antara konsep dan realita yang selalu terbuka untuk dikontekstualkan
sesuai dinamika perubahan dan lokalitas.
• Pola pikir, pola sikap, pola hubungan, dan pola integrasi dalam perspektif
gerakan.
2. Rumusan Nilai-Nilai Dasar PMII
Mukaddimah
Tauhid (keyakinan transendental) merupakan sumber nilai yang mencakup pola
hubungan antara manusia dengan Allah (hablun min Allah), hubungan manusia dengan
sesama manusia (hablun min al-nas), dan hubungan manusia dengan alam (hablun min
al-‘alam). Pergerakan meyakini dengan penuh sadar bahwa menyeimbangkan ketiga pola
hubungan itu merupakan totalitas keIslaman yang landasannya adalah wahyu Tuhan
dalam al-quran dan hadits Nabi. Dalam memahami dan mewujudkan keyakinan itu PMII
telah memilih Ahlussunnah wal jama’ah (aswaja) sebagai manhajul fikr dan manhaj al-
taghayyur al-ijtima’i.
Selain itu sebagai bagian sah dari bangsa Indonesia, PMII menyadari bahwa Pancasila
adalah falsafah hidup bangsa, yang penghayatan dan pengamalannya seiring dengan
implementasi dari nilai-nilai aswaja: tawassuth, tasamuh, tawazun, dan ta’adul. Karena
itu, dengan menyadari watak intelektual dan kesadaran akan tanggung jawab masa depan
bersama, dan dengan memohon rahmat dan ridla Allah SWT., maka disusunlah rumusan
Nilai-nilai Dasar PMII sebagai berikut :
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia dalam sebaik-baik
bentuk dan memberikan kedudukan terhormat kepadanya di hadapan ciptaan-Nya
yang lain. Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya cipta, rasa, dan
karsa. Potensi inilah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai
hamba (‘abd) dan wakil Tuhan di muka bumi (khalifatullah fil ardl).
Sebagai hamba, manusia memiliki tugas utama mengabdi dan menyembah Tuhan
(Q.S. al-Dzariat: 56), mengesakan Tuhan dan hanya bergantung kepada-Nya, tidak
menyekutukan dan menyerupakannya dengan makhluk yang memiliki anak dan orang
tua (Q.S. al-Ikhlash: 1-4). Sebagai hamba manusia juga harus mengikhlaskan semua
ibadah dan amalnya hanya untuk Allah (Q.S. Shad: 82-83).
Pada hakikatnya manusia itu sama dan setara di hadapan Tuhan, tidak ada
perbedaan dan keutamaan di antara satu dengan lainnya. Begitu pula tidak dibenarkan
adanya anggapan bahwa laki-laki lebih mulia dari perempuan, karena yang
membedakan hanya tingkat ketaqwaan (Q.S. al-Hujurat: 13) keimanan, dan
keilmuawannya (Q.S. al-Mujadalah: 11).
Manusia hidup di dunia ini juga tidak sendirian tetapi dalam sebuah komunitas
bernama masyarakat dan negara. Dalam hidup yang demikian, kesadaran keimanan
memegang peranan penting untuk menentukan cara kita memandang hidup dan
memberi makna padanya. Maka yang diperlukan pertama kali adalah bagaimana kita
membina kerukunan dengan sesama Umat Islam (ukhuwah Islamiyyah) untuk
membangun persaudaraan yang kekal hingga hari akhir nanti (Q.S. al-Hujurat: 11)
Namun kita hidup dalam sebuah negara yang plural dan beraneka ragam. Di
Indonesia ini kita hidup bersama umat Kristen, Hindu, Budha, aliran kepercayaan,
dan kelompok keyakinan lainnya. Belum lagi bahwa kita pun berbeda-beda suku,
bahasa, adat istiadat, dan ras. Maka juga diperlukan kesadaran kebangsaan yang
mempersatukan kita bersama dalam sebuah kesatuan cita-cita menuju kemanusiaan
yang adil dan beradab (ukhuwah wathaniyah). Keadilan inilah yang harus kita
perjuangkan (Q.S. al-Maidah: 8). Dan untuk mengatur itu semua dibutuhkan sistem
pemerintahan yang representatif dan mampu melaksanakan kehendak dan
kepentingan rakyat dengan jujur dan amanah. Pemimpin yang sesuai dengan nilai ini,
peraturannya harus kita taati selama tidak bertentangan dengan perintah agama (Q.S.
al-Nisa: 58) Dan untuk pelaksanaannya kita harus selalu menjunjung tinggi nilai
musyawarah yang merupakan elemen terpenting demokrasi (Q.S. Ali Imran: 199).
Namun itu saja belum cukup. Kita hidup di dunia ini berdampingan dan selalu
berhubungan dengan negara-negara tetangga. Maka kita juga harus memperhatikan
adanya nilai-nilai humanisme universal (ukhuwah bAsy’ariyah), yang mengikat
seluruh umat manusia dalam satu ikatan kokoh bernama keadilan. Meskipun kita
berbeda keyakinan dan bangsa, tidak dibenarkan kita bertindak sewenang-wenang
dan menyakiti sesama. Biarkan mereka dengan keyakinan mereka selama mereka
tidak mengganggu keyakinan kita (Q.S. al-Kafirun: 1-6). Persaudaraan kekal inilah
sebagai perwujudan dari posisi manusia sebagai khalifah yang wajib
memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bumi manusia ini.
Manusia yang diberi anugerah cipta, rasa, dan karsa, yang merupakan syarat
sahnya sebagai khalifah diberi wewenang dan hak untuk memanfaatkan alam bagi
kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan ini tidak boleh berlebih-lebihan apalagi
merusak ekosistem. Hak ini dinamakan sebagai hak isti’mar, yaitu hak untuk
mengolah sumber daya alam untuk kemakmuran makhluk hidup tetapi pengelolaan
itu harus didasarkan pada rasa tanggung jawab: tanggung jawab kepada kemanusiaan,
karena rusaknya alam akan berakibat bencana dan malapetaka bagi kahidupan kita
semua, begitu pula tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan hak dan
tanggung jawab itu. (Q.S. Hud: 61)
Selain sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup, alam atau ekologi juga
merupakan ayat Tuhan yang harus dipahami sebagaimana kita memahami al-quran.
Dari pemahaman itulah akan terwujud keimanan yang mantap kepada Tuhan dan
kemantapan diri sebagai manusia yang harus menyebarkan c kedamaian di muka
bumi. Dari pemahaman inilah akan terbentuk suatu gambaran menyeluruh terhadap
alam, bahwa Tuhan menciptakan alam ini dengan maksud-maksud tertentu yang
harus kita cari dan teliti. Pencarian makna alam inilah yang melandasi setiap kegiatan
penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. Maka tidak ada dikotomi dan
pertentangan antara ilmu daan wahyu, antara IPTEK dan agama, karena pada
hakikatnya keduanya akan mengantarkan kita kepada keyakinan akan keagungan
Tuhan (Q.S. 190-191).
Tauhid
Maka dengan menyeimbangkan ketiga pola hubungan di atas kita akan mencapai
totalitas penghambaan (tauhid) kepada Allah. Totalitas yang akan menjadi semangat
dan ruh bagi kita dalam mewarnai hidup ini, tidak semata-mata dengan pertimbangan
Ketuhanan belaka, tetapi dengan pertimbangan kemanusiaan dan kelestarian
lingkungan hidup. Bahwa tauhid yang kita maksudkan bukan sekadar teisme
transcendental an-sich, tetapi antrophomorfisme transendental, Nilai-nilai ketuhanan
yang bersatu dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ilmu pengetahuan.
Totalitas tauhid inilah yang akan memandu jalan kita dalam mencapai tujuan gerakan
membangun kehidupan manusia yang berkeadilan.
Khatimah
Rumusan Nilai-Nilai Dasar PMII perlu selalu dikaji secara kritis, dipahami secara
mendalam dan dihayati secara teguh serta diwujudkan secara bijaksana. Dengan NDP
ini hendak diwujudkan pribadi muslim yang bertakwa-berilmu-beramal, yaitu pribadi
yang sadar akan kedudukan dan perannya sebagai intelektual muslim berhaluan
Ahlussunnah wal jama’ah di negara Indonesia yang maju, manusiawi, adil, penuh
rahmat dan berketuhanan serta merdeka sepenuhnya.
Zodiak : Cancer
Organisasi :
Email : fhaymaniz@yahoo.co.id