You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tikus adalah makhluk yang sangat merugikan manusia.

Selain merugikan perekonomian karena menghabiskan atau merusak makanan, tanam-tanaman, barang-barang dan lain-lain harta benda, tikus dapat pula menyebarkan berbagai jenis penyakit (Manual KKP,Dit.Epid. dan Karantina, Ditjen P3M Depkes RI). Tikus dapat dikatakan sebagai hewan yang paling dekat dengan manusia, karena mereka tinggal disekitar bahkan serumah dengan manusia, makan makanan yang dimakan oleh manusia bahkan berbagi penyakit dengan manusia. Oleh karena itu, tikus perlu diberantas supaya tidak menimbulkan penyakit dan kerugian material. Adapu cara pemberantasa tikus itu sendiri perlu diadakan survey dan identifikasi tikus.

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka adapun tujuan dari praktikum identifikasi tikus ini adalah bagaimana cara mengetahui identifikasi dan jenis tikus

C. TUJUAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian identifikasi tikus ini adalah untuk mengetahui cara identifikasi dan jenis tikus

BAB II DASAR TEORI Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia. Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering

menimbulkan gangguan bagi manusia dibidang : kesehatan; pertanian; peternakan; rumah tangga. Klasisifikasi Tikus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tingkatan Takson Dunia Phyllum (Filum) Sub filum Kelas Sub kelas Infra Kelas Ordo Sub ordo Famili Sub family Genus Golongan Animalia Chordata Vertebrata (Craniata) Mammalia Theria Eutheria Rodentia Myomorpha Muridae Murinae Bandicota

Ordo Rodentia merupakan ordo dari kelas Mammalia yang terbesar karena memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 2.000 spesies (40 %) dari 5.000 spesies untuk seluruh kelas Mammalia. Dari 2.000 spesies Rodentia, hanya kurang lebih 150 spesies tikus yang ada di Indonesia dan hanya 8 spesies yang paling berperan

sebagai host (vektor) dari agent patogen terhadap manusia dan hama pertanian. Delapan spesies tsb : Rattus diardii (tikus norvegicus (tikus rumah/atap), Mus

riol/got/selokan/kota), Rattus-rattus

musculus (mencit rumah), Rattus exulans (tikus ladang), Bandicota indica (tikus wirok), Rattus tiomanicus(tikus pohon), Rattus argentiventer (tikus

sawah), Muscaroli (mencit ladang)


No 1. Morfologi Tekstur rambut Tikus roil Kasar dan panjang agak Tikus atap Agak kasar Mencit rumah Lembut dan halus Tikus ladang Lembut dan halus

2. 3.

Bentuk hidung Bentuk badan

Kerucut terpotong Silindris, membesar kebelakang Coklat kelabu Coklat (pucat) hitam

Kerucut Silindris

Kerucut Silindris

Kerucut Silindris

4.

Warna badan bagian punggung Warna badan bagian perut Warna ekor bagian atas Habitat

Coklat hitam kelabu Coklat hitam kelabu Cokelat hitam Rumah, gudang 60-300 100-210 120-250 19-23 30-37 3 5 (2+3) =10

Coklat hitam kelabu

Coklat kelabu

5. 6. 7.

kelabu

Coklat hitam kelabu Cokelat hitam Rumah gudang

Putih kelabu Cokelat hitam Sawah, ladang

Cokelat hitam Gudang, rumah 150-600 150-250 160-210 18-24 (berambut) 40-47 3.5 6 (3+3) =12 selokan,

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Bobot tubuh (gr) Pjg kepala + badan (mm) Panjang ekor (mm) Lebar daun telinga (mm) Pjg tlpk kaki blkg (mm) Lebar gigi pengerat (mm) Jlh puting (pasang) susu

8-30 55-100 70-110 9-12 12-18 1.5 5 (3+2) =10

30-85 80-150 110-180 16-20 22-28 2 4 (2+2)=8

R.norvegicus, R.rattus dan M.musculus mempunyai distribusi geografi yg menyebar diseluruh dunia sehingga disebut sebagai hewan kosmopolit. Sisanya

hanya sekitar Asia dan Asia Tenggara saja.

Tikus wirok, tikus riul, tikus

sawah dan mencit ladang termasuk hewan terestrial yg dicirikan dengan ekor relatif pendek thdp kepala dan badan serta tonjolan pada telapak kaki yg relatif kecil dan halus. Tikus pohon, tikus rumah (atap), tikus ladang dan mencit rumah termsuk hewan arboreal yg dicirikan dgn ekor yg panjang serta btonjolan pd telapak kai yg besar dan kasar. Salah satu ciri terpenting dari Ordo Rodentia (hewan pengerat) adalah kemampuannya untuk mengerat benda-benda yg keras. Maksud mengerat untuk mengurangi pertumbuhan gigi serinya terus menerus. Pertumbuhan gigi seri yg terus menerus disebabkan oleh tidak adanya penyempitan pada bagian pangkalnya sehingga terdapat celah yg disebut diastema. Diastema berfungsi untuk membuang kotoran yg ikut terbawa dgn pakannya masuk kedalam mulut. Rodentia tidak mempunyai gigi taring, sehingga ada cekah antara geraham dan gigi seri (diastema).

BAB III METODOLOGI

A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Hari / Tanggal Waktu Lokasi praktikum : rabu, 11 Februari 2014 : 13.00-13.30 (WIB) : Rumah

B. CARA KERJA I. Alat Timbangan Jangka Penggaris Pipet Balep Kantong plastik Timer

II. Bahan Clorofom Kertas putih Alat tulis menulis Kapas

III. CARA KERJA Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Amati warna bulu, jenis bulu, dan mata tikus yang akan diperiksa. Lakukan pembiusan pada tikus dengan cara masukkan tikus kedalam kantong plastik/toples lalu pipet 2-3 ml clorofom kedalam kantong plastik/toples tersebut, setelah itu diamkan sekitar 5-10 menit. Amati tikus yang ada dalam kantong plastik/toples selama pembiusan berlangsung jangan sampai tikus kaku (susah pengukurannya). Keluarkan tikus dari kantong plastik/toples dan timbang. Catat hasil pengukuran. Sisir bulu tikus (untuk mengetahui ada atau tidaknya pinjal). Letakkan tikus diatas kertas putih yang telah disiapkan. Amati jenis kelamin dan jumlah tetek tikus yang diperiksa. Catat Ukur berapa panjang seluruhnya (total length) dari ujung moncong sampai panjang ekor disingkat TL. Ukur panjang kepala dan badan (head & body) dari ujung moncong sampai ke anus yang disingkat HB. Ukur panjang ekor (tail) dari pangkal ekor/anus sampai ujung ekor yang disingkat T. Ukur panjang telapak kaki belakang (hind foot) dari tumit sampai ujung kuku/cakar yang disingkat HF. Ukur panjang telinga (ear) dari lekukan dibelakang telinga sampai ujung daun telinga yang disingkat E.

Ukur tengkorak (skull) dari ujung tulang hidung sampai tonjolan dibelakang kepala yang disingkat Sk.

BAB IV KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum, maka diperoleh hasil sebagai beriku : 1. Warna bulu punggung : coklat, hitam, kelabu. 2. Warna bulu dada 3. Bentuk badan 4. Warna bulu ekor 5. Bentuk moncong 6. Panjang badan + kepala ( H&B) 7. Panjang Ekor 8. Panjang keseluruhan (TL) 9. Tengkorak (SK) 10. Panjang telinga (E) 11. Bentuk mata 12. Panjang Telapak Kaki (HF) 13. Jenis Bulu 14. Habitat : coklat pucat : silindris membersar kebelakang : coklat kehitaman : tumpul / krucut terpotong : 225(mm) : 180 (mm) : 400 (mm) : 45 (mm) : 20 (mm) : Sipit : 43 (mm) : agak kasar dan panjang : roil, dan rumah. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa jenis tikus yang diamati adalah termasuk ke dalam spesies rattus-rattus nokrvegicus (tikus roil/got). Hal ini dapat dilihat dari ciri yang mencolok yaitu: bentuk badan yang silindris membesar, yang merupakan ciri utama tikus ini, selain itu juga dapat

dilihat dari bentuk hidung yang tumpul (kerucut terpotong), dan proporsi tubuh (berat badan, panjang A&B, TL, SK, HF, dan E) yang lebih besar . Selain ciri morfologi tersebut, penentuan jenis juga didasarkan pada habitat tempat tinggalnya yaitu pada saluran air (got), sehingga dengan ini kami menjadi sangat yakin untuk menentukan spesies tikus ini sebagai rattus-rattus norvegicus.

DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmad, Hamsir.Dkk. 2011. Pengendalian Vector dan Binatang Pengganggu B. politeknik kesehatan kementrian kesehatan Makassar jurusan kesehatan ingkungan. 2. Serdi.Efektifitas Peangkap Tikus Dengan Variasi Umpan Dalam Pngendalian Tikus Selokan (Rattus Norvegicus) Di Pelabuhan Laut Makassar.Jurusan Kesehatan Lingkungan Makassar.2000. 3. Sayid Sudarna, 2010, Pengendalian Hama Tikus, http://sayidsudarna.blogspot.com/2010/02/pengendalianhama-tikus.html, Diakses 28 mei 2012.

10

You might also like