Professional Documents
Culture Documents
Tujuan Pembelajaran
A.Sejarah ECT B.Mekanisme kerja ECT C.Indikasi D.Fisiologi, Efek dan Kontra Indikasi ECT E. Macam ECT 1. ECT konvensional
2. ECT Premedikasi
F. Managemen ECT
SEJARAH ECT
1500-Paracelcus induksi kejang dengan pemberian camphor peroral 1785-Laporan pertama penggunaan camphor untuk induksi kejang penderita mania
1934-Ladislaus Meduan menggunakan camphora injeksi i.m. Untuk skizofrenia kataton, kemudian diganti dengan phentylenetetrazol. 1938-Lucio Carletti, Ugo Bini menggunakan induksi listrik secara seri menimbulkan kejang pada pasien katatonia dan memberi hasil terapi yang memuaskan. Sebelumnya ada terapi induksi kejang dengan insulin
SEJARAH ECT
1960-Randomized clinical trial efektivitas ECT dibanding obatobat pasien depresi hasil ECT lebih efektif secara signifikan ECT dibanding neuroleptik pada kasus psikotik akut neuroleptik lebih unggul, namun jangka panjang ECT mungkin lebih menguntungkan. 1970-Dikembangkan metode elektrode unilateral 2008-ECT unilateral kanan menunjukkan adanya hubungan ekivalen efikasi antara ECT unilateral kanan dan bilateral
Neuroplastisiti
INDIKASI ECT
Indikasi Diagnosis
Utama: Depresi mayor melankoli, suicide
Indikasi Klinis
Riwayat kurang responsif thd obat, respon lbh baik dg ECT Pasien lebih memilih ECT Intoleransi obat Resistensi obat
Respiratory
Sistem saraf pusat
Gigi
Muskuloskeletal Neuro-kognitif
Cardiovaskuler:
peningkatan tekanan darah Sinus bradikardi atau takikardi atrial flutter atrial vibrilasi
ventrikuler takikardi
ventrikuler fibrilasi ASISTOL
Respiratory:
Efek lebih banyak diakibatkan oleh obat anestesi dibandingkan dengan efek ECT sendiri Pasien dengan penyakit paru --> Asma dan PPOK --> peningkatan sekresi dan aspirasi Terjadi laringospasme
Aman untuk pasien dengan epilepsi, tumor otak kecil (asal tidak terdapat kenaikan Tekanan Intra Kranial), pasien dengan riwayat trauma kepala, kraniotomi bila defek tidak ada
Gigi:
Patah --> hati-hati --> obstruksi nafas
Muskuloskeletal:
Pasien yang mendapat muscle relaxant relatif tidak mengalami komplikasi Pada ECT konvensional: patah tulang, nyeri otot
Neuro-kognitif
Sesaat setelah ECT dilakukan: Disorientasi Pengurangan kecepatan berfikir Penurunan ingatan anterograde dan retrograde Gangguan fungsi visuospasial
MACAM ECT
ECT Konvensional
Lama Risiko: fraktur, nyeri musculoskeletal Pasien merasa tidak nyaman dengan kejangnya Trauma psikis
ECT Premedikasi
Baru Anestesi umum dan pelemas otot Risiko akibat obat anestesi
MANAJEMEN ECT
Persiapan ECT
Pasien:
Berikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur Inform consent Pemeriksaan tanda vital Pemeriksaan funduskopi, EKG, X foto thorax, darah rutin, endokrin, elektrolit Pemeriksaan gigi, bila ada gigi palsu --> dilepas Puasakan pasien 6 jam Vesika urinaria dan rektum dikosongkan Pakaian longgar, perhiasan dilepas, make up (-)
Tidak dianjurkan minum obat-obatan: Benzodiazepine (anti kejang) Lithium (delirium dan lama kejang >>)
Persiapan Alat:
Pesawat ECT termasuk elektroda, dan gel, bantalan kasa, alkohol, elektroda ensefalogram dan kertas grafik
Persiapan Obat
Obat yang digunakan untuk premedikasi, sulfas atropin Obat anestesi Pentothal, Diprivan Dormicum
Pemasangan elektrode dilakukan setelah premedikasi dengan sulfas atropin sebelum pemberian pentotal. Elektrode di pasang di pelipis 3 cm diatas garis yg menghubungkan sudut mata dan liang telinga. Kemudian dipasang elektroode untuk monitor EEG di kepala dan
elektrode EKG
Frekuensi ECT
Biasanya diberikan 2-3 kali seminggu, rata-rata