You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya milik Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul TETANUS yang disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepanitraan di bagian Ilmu penyakit neurologi di S!" #A$!%AT&N $&#ASI. %enulis u'apkan banyak terima kasih kepada dr. $ardan, Sp.S dan dr Ijun (udasah, Sp.S yang telah membimbing dan memberikan ilmunya pada saya, teman-teman satu stase atas kerjasamanya, dan teteh aliyah sebagai staf poli neurologi atas dukungannya. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya. %enulis menyadari bah)a referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga penyusunan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan. Akhir kata dengan mengu'apkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu meridhoi kita semua dan referat ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

(akarta, *ei +,--

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA +.+.+ +.. +./ +.0 +.2 +.3 +.4 +.5 +.-, +.-"efinisi Tetanus &pidemiologi Tetanus %atofisiologi Tetanus #lasifikasi Tetanus 1ejala #linis Tetanus "iagnosis Tetanus "iagnosis banding Tetanus %enatalaksanaan Tetanus #omplikasi Tetanus %rognosis Tetanus %en'egahan Tetanus 5 5 6 8 9 10 10 12 14 15 15 16 17 1 2 3

BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dengan gangguan neuromuskuler akut berupa trismus, kekakuan dan kejang otot. %enyebab tetanus adalah karena toksin yang dimiliki oleh kuman anaerob 6lostridium tetani yang disebut eksotoksin. 1ejala klinis dari tetanus ditandai dengan adanya kekakuan pada otot maseter yang mengakibatkan gangguan membuka mulut 7trismus8, kemudian adanya opistotonus yang disebabkan oleh kaku kuduk, kaku leher, dan kaku punggung lalu sardonikus karena kaku otot )ajah dan ekstermitas. %enderita juga merasakan nyeri saat menelan. 6lostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku 7rigid8. #itasato merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena tetanus dan juga melaporkan bah)a toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi yang spesifik. #ata tetanus diambil dari bahasa 9unani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. %enyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus 7lo'kja)8, spasme otot umum, melengkungnya punggung 7opistotonus8,s p a s m e glotal, kejang, dan p a r a l i s i s p e r n a p a s a n . S p o r a 6 l o s t r i d i u m t e t a n i b i a s a n y a m a s u k kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat 7Tetanus Neonatorum 8.

1ambar : Spasme otot akibat masuknya toksin dari kuman 6lostridium Tetani
3

%rinsip pengobatan tetanus terdiri dari tiga upaya, yaitu mengatasi akibat eksotoksin yang sudah terikat pada susunan saraf pusat, menetralisasi toksin yang masih beredar di dalam darah, dan menghilangkan kuman penyebab. %ada penatalaksanaan tetanus yang perlu diketahui adalah derajat keparahan penyakit. Tujuan dari penyusunan refrat ini adalah memberikan gambaran tentang tetanus baik itu berupa definisi, klasifikasi, etiologi, insiden, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan dan penatalaksanaannya. "iharapkan dengan refrat ini dapat menjadi informasi tetang pen'egahan dan penatalaksanaan agar dapat mengurangi pre;alensinya di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21

D!"#$#%# T!&'$(% Tetanus adalah penyakit sistim saraf yang berlangsung akut dengan karakteristik spasme tonik persisten dan eksaserbasi singkat. "itandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh 6lostridium tetani.

22

E)#*!+#,-,.# T!&'$(% Tetanus terjadi se'ara sporadis dan hampir selalu menimpa indi;idu non imun, indi;idu dengan imunitas penuh yang kemudian gagal mempertahankan imunitas se'ara adekuat dengan ;aksinasi ulangan. Walaupun tetanus dapat di'egah da beriklim tropis dan dengan imunisasi,tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama di negara-negara sedang berkembang. %enyakit ini umumnya terjadi di daerah pertanian, di daerah pedesaan, pada daerah yang iklim hangat, selama musim panas. %ada negara-negara tanpa program imunisasi yang komprehensif, tetanus terjadi terutama pada neonates dan anak-anak. "i Amerika Serikat sebagian besar kasus tetanus terjadi akibat trauma akut, seperti luka tusuk, laserasi atau abrasi. Trauma yang menyebabkan tetanus bisa berupa luka besar tapi dapat juga berupa luka ke'il, sehingga pasien tidak men'ari pertolongan medis, bahkan pada beberapa kasus tidak dapat diidentifikasi adanya trauma. Tetanus dapat merupakan komplikasi penyakit kronis, seperti ulkus, abses dan ganggren. Tetanus dapat pula berkaitan dengan luka baka, infeksi telinga tengah, pembedahan, aborsi dan persalinan. esiko terjadinya tetanus paling tinggi pada populasi usia tua. Sur;ey serologis skala luas terhadap antibodi tetanus dan difteri yang dilakukan antara tahun -544--55/ menunjukkan bah)a se'ara keseluruhan, 3+< penduduk Amerika Serikat berusia di atas
5

2 tahun terlindungi terhadap tetanus. Sedangkan pada anak antara 2--- tahun sebesar 5-<, persentase ini menurun dengan bertambahnya usia= hanya .,< indi;idu berusia di atas 3, tahun 7pria /0<, )anita +-<8 yang mempunyai tingkat antibodi yang adekuat. 23 P'&,"#%#,-,.# T!&'$(% Tetanus disebabkan neurotoksik 7tetanospasmin8 dari bakteri gram positif anaerob 6lostridium tetani, dengan mula-mula - hingga + minggu setelah inokulasi bentuk spora ke dalam tubuh yang mengalami 'edera>luka 7masa inkubasi8. %enyakit ini merupakan dari / penyakit penting yang gejala klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin 7tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme8. Tempat masuknya kumanpenyakiti n i b i s a b e r u p a lukayang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, le'et yang dangkal dan ke'il atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril. %ada keadaan anaerobik , spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel ;egetatif bila dalam lingkungan yang anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah. Selanjutnya,toksin akan diproduksi dan menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah dan system limpa. Toksin tersebut akan berakti;itas pada tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk otak. 1ejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromus'ular jun'tion serta syaraf autonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor end plate dan setelah masuk le)at ganglioside dijalarkan se'ara intraa?onal ke dalam sel saraf tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang. Akhirnya menyebar ke SS%. 1ejala klinis yang ditimbulakan dari eksotoksin terhadap susunan saraf tepi dan pusat tersebut adalah dengan memblok pelepasan dari neurotransmitter s e h i n g g a t e r j a d i k o n t r a k s i o t o t y a n g t i d a k terkontrol > eksitasi terus menerus dan spasme. Neuron ini menjadi tidak mampu untuk melepaskan neurotransmitter. Neuron, yang melepaskan gamma aminobutyri' a'id 71A$A8 dan glisin, neurotransmitter inhibitor utama, sangat sensitif
6

terhadap

tetanospasmin,

menyebabkan

kegagalan penghambatan refleks respon motorik terhadap rangsangan sensoris. #ekakuan mulai p a d a t e m p a t m a s u k n y a k u m a n a t a u p a d a o t o t m a s s e t e r 7 t r i s m u s 8 , p a d a s a a t t o ? i n m a s u k k e sumsum tulang belakang terjadi kekakuan yang berat, pada ekstremitas, otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulai timbul kejang. $ilamana toksin men'apai korteks serebri, menderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan. #arakteristik dari spasme tetani ialah menyebabkan kontraksi umum kejang otot agonis dan antagonis. a'un atau neurotoksin ini pertama kali menyerang saraf tepi terpendek yang berasal dari system saraf kranial, dengan gejala a)al distorsi )ajah dan punggung serta kekakuan dari otot leher. Tetanospasmin pada system saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi gangguan pernapasan, metabolism, hemodinamika, hormonal, saluran 'erna, saluran kemih dan neuromus'ular. Spasme laryn?, hipertensi, gangguan irama jantung, hiperfleksi, hyperhidrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf ototnom, yang dulu jarang karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul. "engan penggunaan dia@epam dosis tinggi dan pernapasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus dikenali dan dikelola dengan teliti. Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bekerja p a d a b e b e r a p a l e ; e l d a r i susunan saraf pusat, dengan 'ara : AToksin menghalangi neuromus'ular transmission dengan 'ara menghambat pelepasan a'ethyl-'holine dari terminal ner;us di otot. A#arakteristik spasme dari tetanus terjadi karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal 'ord. A#ejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh 'erebralganglioside

24

K-'%#"#/'%# T!&'$(% Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal se'ara klinis, yakni 1 T!&'&(% L,/'- 0-,/'-#&!* T!&'$(%1 %ada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi 7agonis, antagonis, dan fi?ator8. Bal inilah merupakan tanda dari tetanus l o k a l . # o n t r a k s i o t o t t e r s e b u t b i a s a n y a r i n g a n , b i s a b e r t a h a n d a l a m b e b e r a p a b u l a n t a n p a progressif dan biasanya menghilang se'ara bertahap. Cokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generali@ed tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. $isa juga lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai se'ara terpisah. Bal ini terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis antitoksin. 2 23!)'-#4 T!&'$(% 6ephali' tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. *asa inkubasi berkisar - D+hari, yang berasal dari otitis media kronik 7seperti dilaporkan di India 8, luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung. Tetanus 'ephali' di'irikan oleh lumpuhnya saraf kranial EII paling sering terlibat. Tetanus Fphthalmoplegi' ialah tetanus yang berkembang setelah menembus luka mata dan luka dalam dengan kelumpuhan dari safar 'ranial III dan adanya ptosis. Selain itu bisa juga kelumpuhan dari N. IE, IG, G, GI, dapat sendiri-sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan-bulan. Tetanus 'hepali' dapat berkembang menjadi tetanus umum. %ada umumnya prognosanya jelek. 3 G!$!5'-#6!* T!&'$(% $entuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan k o m p l i k a s i y a n g t i d a k dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala timbul se'ara diam-diam. Trismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai 7 0, <8, yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter,bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan. 1ejala
8

lain berupa

isus Sardoni'us 7Sardoni' grin8 yakni spasme otot-otot muka,

opistotonus 7kekakuan otot punggung8, kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia. $isa terjadi disuria dan retensi urine, kompressi fraktur dan pendarahan didalam otot. #enaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi begitupun bisa men'apai /, 6. $ila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita biasanya meninggal. "iagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis.

25

G!7'-' K-#$#% T!&'$(% *asa inkubasi 0--/ hari, tetapi bisa lebih pendek 7- hari atau l e b i h l a m a . a t a u b e b e r a p a minggu8. *akin pendek masa inkubasi makin jelek prognosisnya. Terdapat hubungan antara jarak tempat in;asi 6lostridium tetani dengan susunan saraf pusat dan inter;al antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat in;asi maka masa inkubasi makin panjang. #arakteristik dari tetanus : A #ejang bertambah berat selama . hari pertama, dan menetap selama 0 -3 hari. A Setelah -, hari kejang mulai berkurang frekuensinya A Setelah + minggu kejang mulai hilang. A $iasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher. #emudian timbul kesukaran membuka mulut 7 trismus, lo'kja) 8 karena spasme Ftot masetter. A #ejang otot berlanjut ke kuduk kaku 7 opistotonus , nu'hal rigidity 8 A isus sardoni'us karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke ba)ah, bibir tertekan kuat . A 1ambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. A #arena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur 'ollumna ;ertebralis 7 pada anak 8.

26

D#'.$,%#% T!&'$(% "iagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien se)aktu istirahat, berupa: -.1ejala klinik - #ejang tetani', trismus, dysphagia, risus sardoni'us 7 sardoni' smile 8 +. Adanya luka yang mendahuluinya. Cuka adakalanya sudah dilupakan. .. #ultur: 6. tetani 7H8 /. Cab : S1FT, 6%# meninggi serta dijumpai myoglobinuria.

27

D#'.$,%#% 8'$*#$. T!&'$(% !ntuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, tidak akan sukar s e k a l i d i j u m p a i d a r i pemeriksaan fisik, laboratorium test 7dimana 'airan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah r u t i n n o r m a l a t a u s e d i k i t m e n i n g g i , s e d a n g k a n S 1 F T , 6 % # d a n S & ! * a l d o l a s e s e d i k i t meninggi karena kekakuan otototot tubuh8, serta ri)ayat imunisasi yang lengkap atau tidak lengkap, kekakuan otot-otot tubuh8, risus sardini'us dan kesadaran yang tetap normal. -. *eningitis ba'terial pada penyakit ini trismus tidak ada dan kesadaran penderita biasanya menurun. "iagnosis ditegakkan dengan melakukan lumbal pungsi, dimana adanya kelainan 'airan serebrospinal yaitu jumlah sel meningkat, kadar protein meningkat dan glukosa menurun. +. %oliomyelitis "idapatkan adanya paralisis flaksid dengan tidak dijumpai adanya trismus. %emeriksaan 'airan serebrospinalis menunjukan lekositosis. Eirus polio diisolasi dari tinja dan pemeriksaan serologis, titer antibody meningkat. .. abies Sebelumnya ada ri)ayat gigitan anjing atau he)an lain. Trismus jarang d i t e m u k a n , kejang bersifat klonik. /. #era'unan stry'hnine%ada keadaan ini trismus jarang, gejala berupa kejang tonik umum 0. Tetani

10

Timbul karena hipokalsemia dan hipofosfatemia dimana kadar kalsium dan fosfat dalams e r u m r e n d a h . 9 a n g k h a s b e n t u k s p a s m e o t o t i a l a h k a r p o p e d a l s p a s m e d a n b i a s a n y a diikuti dengan laringospasme, jarang dijumpai trismus. 2. etropharyngeal abses Trismus selalu ada pada penyaikit ini, tetapi kejang umum tidak ada. 3. Tonsillitis berat %ada penderita panas tinggi, kejang tidak ada tapi trismus ada. 4. &fek samping fenotiasinAdanya ri)ayat minum obat fenotiasin. #elainan berupa sindrom ektrapiramidal. Adanya reaksi distonik akut, torsi'olis dan kekakuan otot. 5. #aku kuduk juga dapat terjadi pada mastoiditis, pneumonia lobaris atas, miositis leher dan spondilitis leher. $erikut ini Tabel . yang memperlihatkan differential diagnosis Tetanus :

11

28

P!$'&'-'/%'$''$ T!&'$(% %enatalaksanaan A U+(+ Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin, men'egah spasme otot dan memberikan bantuan pernapasan sampai pulih. "an tujuan tersebut dapat diperin'i sbb : -. *era)at dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: *embersihkan luka, irigasi luka, debridement luka 7eksisi jaringan nekrotik8, membuangb e n d a asing dalam luka serta kompres d e n g a n B + , + , d a l a m h a l i n i p e n a t a l a k s a n a a n , terhadap luka tersebut dilakukan - -+ jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS. +. "iet 'ukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut danmenelan. $ila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral. .. /. 0. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita Fksigen, pernafasan buatan dan tra'h'ostomi bila perlu. *engatur keseimbangan 'airan dan elektrolit.

B 98'&: ,8'&'$A$&#8#,&#/' ; "iberikan parenteral %eni'iline -,+ juta unit > hari selama -, hari, I*. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan %eni'ilin dosis 0,.,,, !nit>#g$$> -+ jam se'ara I* diberikan selama 3--, hari. $ila sensitif terhadap peni'ilin, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis .,-/, mg>kg$$> +/ jam, tetapi dosis tidak melebihi + gram dan diberikan dalam dosis terbagi 7 / dosis 8. $ila tersedia %eni'ilin intra;ena, dapat d i g u n a k a n d e n g a n d o s i s +,,.,,, unit >kg$$> +/ jam, dibagi 2 dosis selama -, hari.

12

Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk ;egetatif dari 6.tetani, bukan untuk t o k s i n yang dihasilkannya. $ila dijumpai adanya k o m p l i k a s i p e m b e r i a n a n t i b i o t i k a b r o a d spektrum dapat dilakukan. Tetrasiklin, &ritromisin dan *etronida@ole. "iberikan terutama bila penderita alergi penisilin. Tertasiklin : .,-0, mg>kgbb>hari dalam / dosis &ritromisin : 0, mg>kgbb>hari dalam / dosis, selama -, hari. *etronida@ole loading dose -0 mg>#g$$>jam selanjutnya 3,0 mg>#g$$ tiap 2 jam A$&# &!&'$(% &,/%#$ Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam + bentuk: - Toksin bebas dalam darah - Toksin bergabung dengan jaringan saraf 9ang dapat dinertalisir adalah toksin yang bebas dalam darah. Sedangkan yang telah b e r g a b u n g d e n g a n j a r i n g a n s a r a f t i d a k d a p a t d i n e t r a l i s i r o l e h a n t i o k s i d a n . S e b e l u m pemberian antitoksin harus dilakukan : anamnesa apakah ada ri)ayat alergi, tes kulit dan m a t a , d a n h a r u s s e d i a a d r e n a l i n - : - , , , . I n i d i l a k u k a n k a r e n a a n t i t o k s i n b e r a s a l d a r i serum kuda, yang bersifat heterolog sehingga mungkin terjadi syok anafilaktik. "osis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat. $ e r h r m a n n 7 - 5 4 3 8 d a n 1 r o s s m a n 7-5438 menganjurkan dosis 0,.,,,-,,.,,, u yang diberikan setengah le)at i.;. dan s e t e n g a h n y a pemberian le)at i.;.diberikan selama --+ jam. " i I # ! I , A T S diberikan dengan dosis +,.,,, u selama + hari. "i *anado, ATS diberikan dengan dosis i.m, sekali pemberian. Antitoksin lainnya Antitoksin dapat digunakan Buman Tetanus Immunoglobulin 7 TI18 dengan dosis .,,,2,,, !, satu kali pemberian saja, se'ara I* tidak boleh diberikan se'ara intra;ena karena TI1 mengandung Janti 'omplementary aggregates of globulin J, yang mana ini dapat men'etuskan reaksi alergi yang serius. i.m.

13

T!&'$(% &,/%,#* %emberian Tetanus Toksoid 7TT8 yang pertama, dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. %emberian dilakukanse'ara I.*. %emberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai A$&#/,$<(-%'$ Fbat yang la@im digunakan ialah : - "ia@epam. $ila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis , , 0 mg>kgbb>kali i.;. perlahan-lahan dengan dosis optimum -,mg>kali diulang setiap kali k e j a n g . #emudian diikuti pemberian dia@epam peroral - 7 s o n d e l a m b u n g 8 d e n g a n dosis ,,0>kgbb>kali sehari diberikan 2 kali. - "osis maksimal dia@epam +/,mg>hari. $ila masih kejang 7tetanus yang sangat berat8, harus dilanjutkan dengan bantuan ;entilasi mekanik, dosis dia@epam dapat ditingkatkan sampai /4,mg>hari dengan bantuan otonom. - Ienobarbital. "osis a)al : - tahun 0, mg i.m.= - tahun 30 mg i.m. "ilanjutkan dengandosis oral 0-5 mg>kgbb>hari dibagi dalam . dosis. - Carga'til. "osis yang dianjurkan / mg>kgbb>hari dibagi dalam 2 dosis. ;entilasi mekanik, dengan atau tenpa kurarisasi. "apat pula d i p e r t i m b a n g k a n p e n g g u n a a n m a g n e s i u m s u l f a t , b i l a a d a gangguan saraf

29

K,+)-#/'%# T!&'$(% #omplikasi tetanus dapat terjadi akibat penyakitnya, seperti laringospasme, atau sebagai konsekuensi dari terapi sederhana, seperti sedasi yang mengarah pada koma, aspirasi atau apneu atau konsekuensi dari pera)atan intensif, seperti pneumonia berkaitan dengan ;entilator.

14

2 10

P5,.$,%#% T!&'$(% "ipengaruhi oleh beberapa fa'tor : -. *asa inkubasi*akin panjang masa inkubasinya makin ringan p e n y a k i t n y a , s e b a l i k n y a m a k i n pendek masa inkubasi penyakit makin berat. %ada umumnya bila inkubasi K 3 haritergolong berat + . ! m u r *akin muda umur penderita seperti pada neonatus maka prognosanya makin jelek. .. %eriod of onset adalah )aktu antara timbulnya gejala tetanus, m i s a l n y a t r i s m u s sampai terjadinya kejang umum. #urang dari /4 jam, prognosanya jelek. / . % a n a s pada tetanus tidak selalu ada febris. Adanya hiperpireksia prognosanya jelek. 0 . % e n g o b a t a n %engobatan yang terlambat prognosanya jelek. 2. Ada tidaknya komplikasi 3. Irekusensi kejangSemakin sering prognosanya makin jelek.

2 11

P!$4!.'3'$ T!&'$(% Namun sampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan satu-satunya'ara dalam pen'egahan terjadinya tetanus. %en'egahan denganpemberian imunisasi telah dapatd i m u l a i s e j a k a n a k b e r u s i a + bulan, dengan 'ara pemberian imunisasi aktif 7 "%T atau "T 8. *en'egah tetanus melalui ;aksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya. %ada anak-anak, ;aksin tetanus diberikan sebagai bagian dari;aksin"%T 7difteri, pertusis, tetanus8 $agiyang sudah de)asa sebaiknya menerima booster . Selain itu pera)atan luka yang benar dan antitetanus serum untuk profilaksis

15

BAB III KESIMPULAN

Angka kejadian penyakit tetanus sudah mulai berkurang di Negara maju, namun berbedadengan yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian akibat tetanus masih 'ukup tinggi, hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang, mudah terjadi kontaminasi, pera)atan luka yang kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus. Tetanus adalah penyakit yang gejalanya adalah kekakuan dari otot, terutama otot )ajah dan leher. Bal ini disebabkan oleh masuknya spora dari kuman 6lostridium tetani yang masuk melalui luka pada tubuh )alaupun luka itu ke'il. $erat ringannya penyakit ini tergantung darim a s a i n k u b a s i , p e r i o d o f o n s e t , k e j a n g l o k a l a t a u u m u m d a n a d a a t a u t i d a k n y a g a n g g u a n autonomik karena hal ini yang menyebabkan kematian pada tetanus. Fleh karena itu tetanus masih menjadi masalah kesehatan, terutama penyebab kematian neonatal tersering oleh karena tetanus neonatorum. Akhir-akhir ini dengan adanya p e n y e b a r l u a s a n p r o g r a m i m u n i s a s i d i s e l u r u h dunia, maka angka kesakitan dan kematian menurun se'ara drastis.

16

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo,Aru W dkk. llmu %enyakit "alam. (ilid III. $alai %enerbit I# !I. (akarta: +,,2. Bal -333--340 *ardjono, mahar. Neurologi #linis "asar. "ian akyat, edisi -.. (akarta:+,,4. .+.-.+/. .Sjamsuhidajat, )im de jong. $uku Ajar Ilmu $edah. &disi +. &16. (akarta : +,,0. http:>>emedi'ine.meds'ape.'om>arti'le>342/-/-o;er;ie)http:>>))).pediatrik.'om>isi,..phpL pageMhtmlNhkategoriMpdtNdirektoriMpdtNfilepdfM,NpdfMNhtmlM,3--,-prmh+35.htm

17

You might also like