You are on page 1of 3

KRISIS KETELADANAN, PENYEBAB KENAKALAN REMAJA

(Oleh: Soni Syarifuddin, S.Pd. dirangkum dari berbagai sumber)

Para ahli pendidikan sependapat bahwa yang dimaksud dengan remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi (perpindahan). Tidak dapat dipungkiri bahwa remaja pada masa transisi biasanya telah memiliki keyakinan tersendiri terhadap suatu hal sehingga mereka sulit untuk diatur, mudah marah dan membantah. Walaupun demikian hal tersebut memiliki segi positif yaitu mereka belajar untuk mencari jati diri mereka yang sebenarnya. Namun, di sinilah letak pentingnya adanya perhatian khusus dari orang tua karena jika mereka tidak diarahkan mereka akan menjadi pribadi yang bertentangan dengan norma masyarakat pada umumnya. Akibatnya timbul yang disebut dengan kenakalan remaja. Kartono (1988), seorang ilmuwan psikologi menyatakan bahwa Kenakalan Remaja dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Juvenile Delinquency yang merupakan

gejala patologis sosial (gejala penyakit sosial) pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Secara umum, terdapat tiga macam bentuk kenakalan remaja antara lain penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dan tawuran antar pelajar. Sementara itu Santrock (1999) menegaskan bahwa kenakalan

menyakiti orang lain, melanggar norma masyarakat serta berperilaku nonnormatif lainnya yang dianggap salah oleh masyarakat pada umumnya. Salah satu penyebab utama munculnya kenakalan remaja adalah kegagalan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Mengapa demikian? Karakter anak dibentuk pertama kali di lingkungan keluarga melalui orang tua mereka karena pendidikan karakter anak yang paling utama adalah di keluarga mereka sendiri. Dilihat dari faktor internal remaja bahwa perilaku nakal remaja dapat disebabkan karena Krisis Identitas dan Kontrol Diri yang Lemah. Krisis identitas adalah perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja yang memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi (tekad yang besar untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan kehendaknya) dalam kehidupannya. Bentuk integrasi kedua adalah tercapainya identitas peran. Artinya remaja masih mencari jati diri mereka yang sebenarnya. Biasanya kenakalan

remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal. Artinya bentuk kenakalan remaja tidak hanya tiga macam di atas. Perilaku menyimpang lainnya yang dapat dikatakan sebagai kenakalan remaja adalah perilaku seperti

ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua ini. Remaja yang tidak dapat mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal maka remaja demikian memiliki kontrol diri yang lemah. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak dapat mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri dapat dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan, terutama peran orang tua sebagai teladan bagi anak-anak mereka. Tidak hanya keteladanan dari kedua orang tua mereka, remaja harus dapat mendapatkan sebanyak mungkin figur orangorang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Jika para orang tua dan orang-orang dewasa lainnya menunjukkan perilaku yang baik, tentu saja anak-anak mereka akan mencontoh perilaku mereka sehingga mucul apa yang disebut dengan penanaman karakter. Dari sinilah nanti perilaku akan menjadi kebiasaan dan akhirnya lama-kelamaan kebiasaan itu menjadi watak atau karakter yang telah ada pada diri remaja.

Yang sangat disayangkan, kita sedang mengalami Krisis Keteladanan. Misalnya di lingkungan keluarga sering karena kesibukan orang tua, secara langsung maupun tidak langsung pendidikan karakter anak sering diabaikan. Orang tua menganggap bahwa memberikan materi dalam bentuk uang, pakaian, dan makanan kepada anak dianggap sudah cukup. Sering kita lihat orang tua yang memarahi anak-anaknya karena perilaku anakanaknya yang tidak sesuai dengan norma

sementara kedua orang tuanya tidak berusaha untuk tidak merokok? Sadar ataupun tidak, keteladanan dari orang tua adalah hal yang bersifat fundamental dan harus diterapkan bagaimanapun juga. Krisis keteladanan di keluarga menyebabkan hal yang sama pula di lingkungan masyarakat. Tidak adanya orang dewasa di lingkungan masyarakat yang menjadi suritauladan bagi remaja semakin memperparah keadaan. Dimanakah para orangorang dewasa yang dianggap tokoh masyarakat? Maraknya kenakalan remaja menunjukkan bahwa para tokoh masyarakat tidak dapat menjadi panutan bagi para remaja. Tokoh masyarakat seharusnya mampu memberikan sumbangsih berupa perilaku nyata bagi lingkungannya, tidak hanya melalui kekayaan materi maupun kelihaian lidah dalam berucap, tapi juga melalui penunjukan perilaku-perilaku yang pantas untuk ditiru oleh para generasi muda yaitu remaja. Kebanyakan para orang tua yang tinggal di kota-kota besar berharap sekolah dapat berperan membentuk karakter anak, selain tentunya berfungsi sebagai tempat untuk menimba ilmu. Namun, hal itulah yang menjadi kekeliruan yang nyata. Apa yang diajarkan di sekolah adalah aplikasi serta

masyarakat. Padahal jika kita lihat para remaja itu tidak sepenuhnya salah. Justru yang layak dipertanyakan dimanakah peran orang tua sebagai pendidik anak-anaknya? Bagaimana mungkin seorang anak diminta untuk shalat jika kedua orang tuanya tidak shalat? Bagaimana mungkin anak diminta membaca buku sementara kedua orang tuanya melihat tayangan sinetron televisi? Bagaimana mungkin anak diminta tidak merokok

pengembangan dari setiap pengetahuan dasar yang diperoleh dari rumah. Pembentukan karakter dan moral serta etika, sebaiknya sudah dilakukan sebelum si anak berangkat ke sekolah. Memang selain membekali para siswanya dengan ilmu, tentunya sekolah juga harus membentuk siswa menjadi bagian dari masyarakat yang baik. Terlepas dari penting dan besarnya peranan sekolah sebagai pencetak langsung sumber daya manusia (SDM), namun fondasi utama pendidikan adalah tetap keluarga. Sekolah hanya berfungsi sebagai 'kontraktor' pendidikan dari rumah. Lantas apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja? Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, antara

lain: (1) kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan seperti hal yang dikemukakan di atas. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orangorang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini; (2) adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. Artinya semua pihak harus bekerjasama dalam mendidika para remaja. Ada kemauan dan komitmen yang besar dari semua pihak baik dari keluarga, guru, serta para tokoh masyarakat. Tentunya tidak hanya berupa ucapan namun juga berupa tindakan nyata; (3) kemauan orangtua untuk membenahi

kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Segala kelebihan dan kekurangan dari suatu keluarga lebih diketahui oleh keluarga itu sendiri. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan, keluarga terutama orang tua harus membenahi diri keluarganya; (4) remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik maka dari itu orangtua harus memberikan arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul; dan yang (5) perlu dibentuknya ketahanan diri pada remaja agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

You might also like