Professional Documents
Culture Documents
Jenis Rencana Usaha dan/Kegiatan Bidang Multisektor Yang Wajib Dilengkapi dengan Amdal - REKLAMASI (Peraturan MENLH No. 05/2012)
Jika Skala/Besaran Reklamasi lebih kecil dari Skala/Besaran tersebut, Maka Rencana Reklamasi Tersebut menjadi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib UKL-UPL
Rencana Reklamasi dan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Lain serta Jenis Dokumen Lingkungan Hidup yang harus disusun
No Skala/Besaran Rencana Kegiatan Reklamasi Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Lainnya di Lahan Reklamasi Jenis Dokumen dan Pendekatan yang digunakan
AMDAL Terpadu
AMDAL Terpadu Amdal Terpadu UKL-UPL
3. Skala/Besaran Wajib UKL- Skala/Besaran Wajib UPL Amdal 4. Skala/Besaran Wajib UKL- Skala/Besaran Wajib UPL UKL-UPL
Dampak Lingkungan Reklamasi: Interaksi antara Kegiatan Reklamasi dan Lingkungan/Ekosistem Pesisir-Laut
lokasi sumber material reklamasi 1. Dampak rencana usaha dan/atau kegiatan (Proyek) terhadap lingkungan 2. Dampak lingkungan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan (Proyek) i.e. Perubahan iklim
Lokasi Reklamasi
Rencana Kegiatan Reklamasi & Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Lainnyy di Lahan Reklamasi
Dampak
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Deskripsi rencana kegiatan ; Rencana lokasi kegiatan i.e. luas perarian yang akan direklamasi; Deskripsi proses utama, termasuk perkiraan besarannya Sumber daya yang digunakan dan perkiraan besarnya; Limbah yang akan dihasilkan, jenis, dan perkiraan besarnya; Rencana mitigasi dampak yang sudah direncanakan dari awal (terintegrasi dalam desain rencana kegiatan).
Dampak Reklamasi
Degradasi kawasan lindung
Perusakan dan penghilangan kawasan lindung terus terjadi, sedangkan usaha pemeliharaan tetap kurang memadai. Sementara infrastruktur pelindung buatan dibuat secara tidak terpadu, bahkan tidak memadai di berbagai tempat
Issue Lingkungan
1)
2) 3) 4)
5)
6) 7) 8)
9)
10)
Penyesuaian penggunaan tanah Penyediaan dan pengangkutan bahan reklamasi Perubahan dinamika kelautan (abrasi & sedimentasi) Perubahan tata air permukaan (banjir) Penyediaan air bersih Perubahan pola tata ruang permukiman lama Perubahan kawasan lindung (obyek cagar budaya) Perubahan insidensi penyakit Perubahan kualitas udara, air permukaan & air laut Perubahan pranata sosial & budaya masyarakat
Dampak lingkungan
1. Konflik pemanfaatan antara jaringan kabel bawah laut.
2. Limpasan sedimen akan membahayakan ekosistem terumbu karang 3. Limpasan sedimen akan mempengaruhi wilayah penangkapan ikan nelayan. 4. Dampak backwater akan mempengaruhi paras muka air sungai (banjir) yang bermuara di wilayah reklamasi. 5. Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan muara sungai dan mempengaruhi perendaman air tawar 6. Penurunan kualitas air secara umum akan terjadi di sepanjang garis pantai dan perairan kawasan reklamasi. 7. Konflik daerah penentuan batas lahan hasil reklamasi
tujuh (7) pulau reklamasi yang terletak di bagian barat Teluk Jakarta. Luas wilayah yang dikelola oleh PT. TIC untuk ketiga pulau tersebut adalah: 1.290 ha. untuk pengembangan kawasan bisnis, budaya, wisata, olahraga dan hiburan/rekreasi
ekosistem terumbu karang di sekitar pulau-pulau alami yang ada. Limpasan sedimen akan mempengaruhi daerah penangkapan ikan nelayan. Dampak backwater akan mempengaruhi paras muka air sungai (banjir) yang bermuara di wilayah reklamasi. Sedimentasi juga mempengaruhi sentra kegiatan perikanan di barat Teluk Jakarta. Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan muara sungai serta mempengaruhi perendaman air tawar dan sungai-sungai yang bermuara secara langsung di kawasan pembangunan tersebut. Penurunan kualitas air secara umum akan terjadi di sepanjang garis pantai dan perairan kawasan reklamasi. Konflik antara upaya pengawetan dan perlindungan hutan dan kehidupan liar di Suaka Margasatwa Muara Angke dan pembangunan di kawasan timur.
tiga (3) pulau reklamasi yang mencakup luas sebagai berikut: 242 ha; 279 ha; dan 277 ha. Ketiga pulau tersebut diperuntukan sebagai kawasan hunian dan infrastruktur publik
satu pulau reklamasi yang mencakup area seluas 245 ha dan diperuntukan bagi pengembangan real estate, taman rekreasi, dan area komersial
Dampak Rencana Reklamasi PT. Muara Wisesa Samudera & PT. Bhakti Bangun Eramulia DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN UTAMA
Limpasan sedimen akan mempengaruhi pipa intake pembangkit listrik.
Limpasan sedimen akan mempengaruhi estetika lingkungan perairan di sekitar wilayah pemukiman. Dampak resirkulasi thermal terhadap pipa intake pembangkit listrik Sedimentasi berdampak terhadap pembangkit listrik Konflik lahan antara jaringan kabel bawah laut dengan rencana tapak reklamasi Ketidakselarasan pemanfaatan lahan antara industri yang ada dengan rencana pengembangan reklamasi Dampak backwater akan mempengaruhi paras muka air sungai (banjir) yang bermuara di wilayah reklamasi. Sedimentasi berdampak terhadap sentra kegiatan perikanan Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan muara sungai serta mempengaruhi perendaman air tawar dan sungai-sungai yang bermuara secara langsung (banjir) di sekitar reklamasi Penurunan kualitas air secara umum antara perairan pesisir dengan kawasan reklamasi.
satu pulau reklamasi yang mencakup luas 206 ha dan diperuntukan sebagai real estate dan apartemen.
satu (1) pulau reklamasi di kawasan timur Teluk Jakarta. seluas 524 ha diperuntukan sebagai kawasan industry dan kompleks pergudangan
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
9.
10. Suaka Marga Satwa Muara Angke 11. Hutan Lindung Angke Kapuk
12. Hutan Wisata Kamal. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudra Sunda Kelapa 13. Beberapa bangunan dan obyek peninggalan sejarah (Museum Fatahillah, rumah si Pitung Kawasan Berikat Nusantara Marunda dll).
14
15
TIMUR LAUT
BARAT LAUT
Terjadinya pendangkalan kanal intake akibat sedimentasi yang akan menurunkan kehandalan unit pembangkit. Reklamasi menyebabkan perubahan keseluruhan desain mesin pembangkit
16
Perairan Bangka
Cikalong Kulon
Hasil Kajian Perubahan Tata Air Permukaan Yang Potensial Menimbulkan Penambahan Daerah Genangan Banjir Dan Rawan Banjir
Jakarta pada dasarnya kota banjir DAS dari 5 sungai = 1.100 km2 ; kurang lebih 650 km2 berada di DKI Jakarta
19
Volume kebutuhan air bersih sangat besar. Sumber air tawar yang ada diperkirakan tidak mencukupi kebutuhan ini.
Pengelolaan Dampak Pembangunan instalasi pengolah air bersih dengan sumber air baku dari air payau, air hujan, limbah cair dan desalinasi air laut
Mungkinkah ? Belum ada studi pendukung tentang alternatif penyediaan air bersih & kelayakan teknis ekonomisnya.
Tanjung Priok
Bandara Soekarno-Hatta
Summary Operation
Key Strategic Issues
Impacts on water levels and upstream flooding
Significant threat associated with all developments with the exception of Tanjung Priok Port and the eastern component of the PT Maggala Krida Yudha development Lower flooding risk in the west maybe real or could be an artefact of data availability and choice of storm scenario -> SEA should assess eastern and western sector Impact to water levels and thus upstream flooding may be fully mitigated by pre-emptive dredging of the drainage outlets and reclamation boundary channels any requires optimisation and assessment of the secondary impact vectors in SEA
Summary Operation
Key Strategic Issues
Impacts on shoreline morphology Most significant: sedimentation east of the PT Dwi Marunda Makmur development in the proximity of the existing power station intake and proposed Tarumanegara Port Conflicts between the PT Dwi Marunda Makmur development , existing power station and proposed Tarumanegara Port require significant re-configuration of the PT Dwi Marunda Makmur development in DHIs opinion Increased suspended sediment concentrations in fisheries areas Sedimentation in the separation channels between the reclamation and existing shoreline. Sedimentation will require regular maintenance in order to prevent sediment build up which will have secondary consequences on retention time and backwater levels in the various rivers, drains and canals Consider in economic models of the various reclamations Impacts on water quality due to reduced flushing combined with increased loading from the residential, commercial and industrial operations on the reclaimed land. Reduced flushing (especially in central development area) has numerous secondary consequences (recirculation, declining water quality and associated decrease in economic value of developments, risk to human health and fisheries) Water quality and eutrophication impact of the development plan (including intermediate stages) must be a key focus of the SEA leading to overall optimisation of channel dimensions especially investigating options with land joined sectors to strategically block and channel hinterland pollution sources (not in line with presidential decree) Impacts on remnant mangroves (conservation area) owing to changes in water quality, hydrological conditions and sedimentation Even with provision for a 200m wide separation channel, significant changes in retention time are expected which may result in habitat decline This is most prominent in relation to the protected forest at Muara Angke adjacent reclamations (PT Kapuk Naga Indah and PT Jakarta Propertindo) Design optimisation is required for these two developments, plus a detailed assessment of habitat impacts as part of the SEA
Summary Operation
Key Strategic Issues
Impacts on fishermen (loss of fishing grounds, access to fish landing areas, long-term turbidity impacts)
Long term impacts to fishermen are expected
Direct landuse conflicts in the eastern developments of PT Dwi Marunda Makmur and PT Kawasa Berikat Nusantara and the eastern most of the PT Tangerang International City developments directly impact known fisheries areas (lift net and mussel culture) Interference with navigation to existing fish landing sites and turbidity impacts due to current amplification around the outer face of the reclamation profiles (PT Dwi Marunda Makmur and PT Tangerang International City).
PR.. Reklamasi
Penyediaan dan pengangkutan bahan-bahan reklamasi yang sustainable dan aman Pengelolaan perubahan mendasar dinamika kelautan yang potensial menimbulkan perubahan pola abrasi dan sedimentasi Pengelolaan tata air permukaan yang mendasar dan menyeluruh dari hulu sampai hilir Penyelesaian masalah sosial masyarakat yang akan termarjinalkan Perbaikan dan penambahan kawasan lindung Penyelesaian konflik daerah dalam perubahan batas lahan reklamasi
PERMASALAHAN
RTRW DKI Jakarta 2010-2030, Pasal 104 ayat (1), Pengembangan kawasan Pantura harus diawali perencanaan reklamasi yang disusun secara cermat dan terpadu sekurang-kurangnya mencakup: Analisis dampak lingkungan; Dalam RTRW DKI Pasal 97, ayaT (2), Pelaksanaan reklamasi harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan pelabuhan, kepentingan kawasan pantai berhutan bakau, kepentingan nelayan, dan fungsi lain yang ada di kawasan pantura
Perencanaan reklamasi yang dibuat parsial tidak akan menjawab tergangunya kepentingan/fungsi lain di kawasan Pantura baik kegiatan sektoral, masyarakat maupun pemerintah daerah
PERMASALAHAN
Belum adanya sinkronisasi perencanaan dan kegiatan eksisting sektoral (energy Migas, pipa migas, jaringan kabel bawah laut) maupun kegiatan pemanfaatan di area Teluk Jakarta, Ketidakselarasan pemanfaatan lahan antara industri yang ada dengan rencana pengembangan reklamasi Perencanaan reklamasi yang dilakukan parsial tidak akan menjawab Dampak kumulatif dari perencanaan reklamasi antar pengembang (Konflik pengembang terkait rencana batas lahan reklamasi, Isu di daratan (banjir, intrusi air laut, air rob), Terganggunya sirkulasi muara sungai di Teluk Jakarta, Terganggunya akosistem terumbu karang dan mangrove, dan Hilangnya fishing ground yang merupakan andalan bagi mata pencarian nelayan Berbagai konflik yang akan timbul dari kegiatan reklamasi akan menimbulkan dampak luar biasa kepada masyarakat dan lingkungan dan mempengaruhi sustainability pengembangan Teluk Jakarta Kegiatan reklamasi yang menggunakan hutan lindung Angke Kapuk (seperti rencana pembangunan reklamasi Kapuk naga Indah)
PERMASALAHAN
Rencana pemerintah Pusat terkait rencana pembangunan tanggul laut dan penanggulangan banjir Kajian Amdal yang telah dilakukan parsial pada tiap pengembang (PT Kapuk Naga Indah, PT Tanggerang City, PT Muara Wisesa Samudra (Pantai Hijau), PT Bhakti Bangun Era Mulia (Pantai Mas), PT Taman Harapan Indah (Pantai Mutiara), PT Pembangunan Jaya Ancol PT Mangala Krida Yuda Kajian Amdal Parsial tidak mengkaji rencana pembuatan tanggul dan dampak kumulatif, sehingga apabila rencana kegiatan akan dilaksanakan dokumen Amdal yang ada sudah tidak sesuai
Siapa yang berperan!! !.... untuk mengendalikan dampak lingkungan akibat rencana reklamasi PEMERINTAH
Koordinasi
Lintas Sektor
Pengembang
Penutup: Penataan Ruang Kunci Pengkajian dan Pengelolaan Dampak Lingkungan Kegiatan Reklamasi (1)
RTRW/ RDTR Penataan Ruang Wilayah Pesisir
Rencana Zonasi Rencana reklamasi bukan hanya sekedar plotting di Rencana Tata Ruang, tetapi juga harus sudah dihitung daya dukung dan daya tampung LH-nya, dampak kumulatif termasuk tambahan resources yang dibutuhkan dan pengaturannya dengan berbagai kegiatan disekitar terutama obyek-obyek vital; Tidak terpisahkan dengan penataan ruang di wilayah daratan. Izin PPLH Pelaksanaan Reklamasi & Implmentasi Izin Lingkungan Pengawasan Lingkungan Hidup
Pemrakarsa dapat melaksanakan izin lingkungan dan PPLH dapat mengawasi Izin Lingkungan serta izin lingkungan dapat ditegakan
Rencana Reklamasi
Izin Lingkungan
Izin Reklamasi
Penaatan terhadap Baku Mutu Lingkungan (BML) & Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan (KBKL)
Amdal atau UKL-UPL meninci dampak-dampak yang sudah dikaji dalam penyusunan rencana tata ruang untuk reklamasi (Amdal/UKL-UPL bisa lebih efektif, efisien dan fokus); Dampak yang dikaji tidak hanya dampak reklamsi terhadap LH tetapi juga dampak LH terhadap reklamasi RKL-RPL dan Izin Lingkungan bisa lebih operasional dan enforceable.
Penutup: Penataan Ruang Kunci Pengkajian dan Pengelolaan Dampak Lingkungan Kegiatan Reklamasi (2)
RTRW/ RDTR
Penataan Ruang Wilayah Pesisir Rencana Zonasi
Pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan reklamasi merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk PEMERINTAH dan pemrakarsa; Dokumen rencana tata ruang dapat menetapkan tanggung jawab dari pemerintah dan semua pihak terhadap pengendalian dampak LH sejak dini.
Rencana Reklamasi
Izin lingkungan hanya menetapkan tanggung jawab pihak pemrakarsa (pemegang izin lingkungan); Jika kajian dampak lingkungan hanya tergantung pada Amdal atau UKL-UPL, maka tanggung jawab yang lebih luas dari berbagai pihak lain, termasuk pemerintah tidak terdefinisi dengan jelas.
Terima kasih
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
Jl. D.I. Panjaitan Kab. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur 13410 Gedung A lanta 6, Telp/Fax: 021-85904925 http://www.menlh.go.id/
Dampak Rencana Reklamasi PT. Muara Wisesa Samudera & PT. Bhakti Bangun Eramulia DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN UTAMA
Limpasan sedimen akan mempengaruhi pipa intake pembangkit listrik.
Limpasan sedimen akan mempengaruhi estetika lingkungan perairan di sekitar wilayah pemukiman. Dampak resirkulasi thermal terhadap pipa intake pembangkit listrik Sedimentasi berdampak terhadap pembangkit listrik Konflik lahan antara jaringan kabel bawah laut dengan rencana tapak reklamasi Ketidakselarasan pemanfaatan lahan antara industri yang ada dengan rencana pengembangan reklamasi Dampak backwater akan mempengaruhi paras muka air sungai (banjir) yang bermuara di wilayah reklamasi. Sedimentasi berdampak terhadap sentra kegiatan perikanan Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan muara sungai serta mempengaruhi perendaman air tawar dan sungai-sungai yang bermuara secara langsung (banjir) di sekitar reklamasi Penurunan kualitas air secara umum antara perairan pesisir dengan kawasan reklamasi.
satu pulau reklamasi yang mencakup luas 206 ha dan diperuntukan sebagai real estate dan apartemen.
satu pulau reklamasi yang menurut BAPPEDA DKI Jakarta mencakup area seluas 154 ha dan diperuntukan sebagai bangunan publik
tiga (3) pulau reklamasi yang menurut mencakup kawasan seluas 726 ha yang diperuntukkan sebagai bangunan publik dan ruang terbuka hijau.
dua pulau reklamasi dengan area seluas 351 ha dan 481 ha yang diperuntukkan sebagai bangunan publik
Menurut BAPPEDA DKI Jakarta kawasan yang diberikan pada PT. Pelindo II mencakup luas 368 ha
Menurut BAPPEDA DKI Jakarta area yang diberikan pada PT. KBN mencakup luas 513 ha yang diperuntukkan sebagai kawasan industri dan kompleks pergudangan
satu (1) pulau reklamasi di kawasan timur Teluk Jakarta. seluas 524 ha diperuntukan sebagai kawasan industry dan kompleks pergudangan
Summary Operation
Key Strategic Issues
Impacts on water levels and upstream flooding
Significant threat associated with all developments with the exception of Tanjung Priok Port and the eastern component of the PT Maggala Krida Yudha development Lower flooding risk in the west maybe real or could be an artefact of data availability and choice of storm scenario -> SEA should assess eastern and western sector Impact to water levels and thus upstream flooding may be fully mitigated by pre-emptive dredging of the drainage outlets and reclamation boundary channels any requires optimisation and assessment of the secondary impact vectors in SEA
Summary Operation
Key Strategic Issues
Impacts on shoreline morphology Most significant: sedimentation east of the PT Dwi Marunda Makmur development in the proximity of the existing power station intake and proposed Tarumanegara Port Conflicts between the PT Dwi Marunda Makmur development , existing power station and proposed Tarumanegara Port require significant re-configuration of the PT Dwi Marunda Makmur development in DHIs opinion Increased suspended sediment concentrations in fisheries areas Sedimentation in the separation channels between the reclamation and existing shoreline. Sedimentation will require regular maintenance in order to prevent sediment build up which will have secondary consequences on retention time and backwater levels in the various rivers, drains and canals Consider in economic models of the various reclamations Impacts on water quality due to reduced flushing combined with increased loading from the residential, commercial and industrial operations on the reclaimed land. Reduced flushing (especially in central development area) has numerous secondary consequences (recirculation, declining water quality and associated decrease in economic value of developments, risk to human health and fisheries) Water quality and eutrophication impact of the development plan (including intermediate stages) must be a key focus of the SEA leading to overall optimisation of channel dimensions especially investigating options with land joined sectors to strategically block and channel hinterland pollution sources (not in line with presidential decree) Impacts on remnant mangroves (conservation area) owing to changes in water quality, hydrological conditions and sedimentation Even with provision for a 200m wide separation channel, significant changes in retention time are expected which may result in habitat decline This is most prominent in relation to the protected forest at Muara Angke adjacent reclamations (PT Kapuk Naga Indah and PT Jakarta Propertindo) Design optimisation is required for these two developments, plus a detailed assessment of habitat impacts as part of the SEA
Summary Operation
Key Strategic Issues
Impacts on fishermen (loss of fishing grounds, access to fish landing areas, long-term turbidity impacts)
Long term impacts to fishermen are expected
Direct landuse conflicts in the eastern developments of PT Dwi Marunda Makmur and PT Kawasa Berikat Nusantara and the eastern most of the PT Tangerang International City developments directly impact known fisheries areas (lift net and mussel culture) Interference with navigation to existing fish landing sites and turbidity impacts due to current amplification around the outer face of the reclamation profiles (PT Dwi Marunda Makmur and PT Tangerang International City).