You are on page 1of 62

KELUARGA BESAR DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK MENYAMPAIKAN TERIMA KASIH KEPADA :

Bapak dr. Farid W. Husein, Sp.B


ATAS PENGABDIAN SELAMA LIMA TAHUN MENJABAT SEBAGAI DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK PERIODE 2005 2010

Dan Kepada

Bapak dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS


KAMI MENGUCAPKAN SELAMAT DATANG UNTUK MENGEMBAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL

salamredaksi
Susunan Redaksi
Pembina Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Penanggung Jawab Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan Medik Dr. dr. Sutoto, M.Kes Pimpinan Redaksi Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas V.A. Binus Manik, SH,MH Sekretaris Redaktur Kepala Sub Bagian Humas Imin Suryaman, S.Sos Tim Redaktur 1. Kabag. Program dan Informasi 2. Kabag. Keuangan 3. Kabag. Umum & Kepegawaian 4. Kasubag TU Dit Bina Yan Medik Dasar 5. Kasubag TU Dit Bina Yan Medik Spesialistik 6. Kasubag TU Dit Bina Yan Keperawatan 7. Kasubag TU Dit Bina Yan Kesehatan Jiwa 8. Kasubag TU Dit Bina Yan Penunjang Medik 9. Kasubag Hukum Bagian Hukormas 10. Kasubag Organisasi Bagian Hukormas 11. Kasubag Perbendaharaan Bagian Keuangan 12. Kasubag Data dan Informasi Bagian Program dan Informasi 13. Kasubag Rumah Tangga Bagian Umum dan Kepegawaian Penyunting/Editor 1. Sufermi Sofyan 2. Eti Ekawati.SH.MH 3. Ani Mindo Ch.SE 4. Auliyana Zahrawani. SKM 5. Pelita Apriany, SKM 6. Desi Syetiani, S.Sos Sekretariat 1. Drs. Ahmad Haryanto 2. Denny Sugarna 3. Benny Bremer 4. Rita Desmawati
KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

Selamat Datang Dirjen Bina Pelayanan Medik, Akhirnya pada tanggal 5 Juli 2010 terjawab sudah penantian selama ini. Menteri Kesehatan RI melantik dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. Suasana pelantikan yang khidmat, saat dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS membacakan sumpah jabatan yang dituntun Menteri Kesehatan. Dengan penuh ketegasan dan keyakinan Dirjen membacakan kata demi kata kontrak sosial kepada masyarakat terlebih dengan tuhan yang maha esa. Dalam sambutan Dirjen saat pisah sambut menyatakan jabatan ini merupakan bentuk tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dalam menghadapi permasalahan serta meningkatkan pelayanan dunia perumahsakitan. Tantangan inilah yang kita akan hadapi bersama, dibantu dengan sumbang saran mantan Dirjen, dr. Farid W. Husain, Sp.B. Dengan arah dan landasan yang sama, kita yakin pak Dirjen akan meneruskan apa yang sudah dirintis mantan Dirjen, program yang baik untuk ditingkatkan dan disempurnakan untuk mendapatkan tangga-tangga keberhasilan pelayanan medik. Tangga-tangga keberhasilan dilihat dari program terencana yang telah diliput oleh kami, antara lain pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, penataan organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, peningkatan kemampuan tenaga kehumasan, konsolidasi dalam penerapan standar dan pedoman asuhan kebidanan. Redaksi berharap kepada Pembaca Setia untuk mengisi rubrik-rubrik yang akan berguna bagi pembaca lainnya. Naskah/artikel hendaknya ditulis dalam bahasa popular, padat maksimal 4 halaman. Redaksi berhak menyunting/ memperbaiki naskah/artikel yang akan dimuat tanpa mengubah isi. Naskah yang telah dikirim sepenuhnya menjadi hak redaksi. Semoga semua informasi ini dapat bermanfaat bagi Pembaca Setia. Redaksi berharap Pembaca Setia dapat memberikan saran dan informasi yang dapat membantu meningkatkan mutu materi majalah Warta Yanmed. Terima Kasih. Alamat Redaksi Bagian Hukormas Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 No. 4-9 Lt. III/R. 316 Blok B Kuningan - Jakarta Selatan 12920 Telp/Fax. 021-5277734, 021-5201590 (hunting) ext 1300 & 1302 Email. humas.yanmed@yahoo.com

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXI Tahun 2010

daftarisi

beritautama
04

Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

Menkes Melantik 20 Pejabat Eselon II

06

Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Menuju Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia

08

04
19
Dokter RSCM Membantu Pemulihan Ridho Korban Ledakan Tabung GAS

liputan
RSUP H. Adam Malik Medan Tetap Menjadi Yang Terdepan Memberi Pelayanan Kesehatan di Ujung Barat Indonesia

12

20

Pekan ASI Sedunia Tahun 2010 Sukseskan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

22

Konsolidasi Penerapan Standar dan Pedoman Asuhan Kebidanan Tahun 2010

24 26

Kemenkes Dukung Pendirian RS Pelita Rakyat

12
Workshop Penerapan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah sakit

Kementerian Kesehatan Dukung Sail Banda

27 13

Korban Elpiji Dapat Perawatan Gratis

22

Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia

15

Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

17

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

43 28
Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Di Lingkungan Ditjen BinaPelayanan Medik

Penempatan Tenaga Kesehatan Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar Sepi Peminat

44

30

Pemanfaatan Teknologi Informasi Sebuah Tuntutan dan TantanganProfesionalisme Bagi ARSIPARIS

Peningkatan Kemampuan Bendahara di Lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

48

Penanggulangan Varises Dengan Laser

32

Pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT DitJen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011

50

Usia Lanjut? Bermasalah Pada Kesehatan Jiwa?

ragam
35
Rumah Sakit Internasional Bukan Sekedar Nama

resensibuku
53
Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

36

Penyerahan DIPA Tugas Pembantuan TA. 2010 Ditjen Bina Pelayanan Medik

38

Regulasi Pemerintah vs Reformasi Rumah Sakit: Sejalankah?

40 42

Penyakit Buergers Disease

Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik

54

lensayanmed
54
Pisah Sambut Pejabat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Bersama Menteri Kesehatan

58

42

Serah Terima Jabatan Eselon II

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
KEMENKES Pelantikan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik telah berlangsung hari, Senin 5 Juli 2010 di Gedung Leimena Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH melantik dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan menggantikan dr. Farid. W. Husain, Sp.B yang telah purna bakti. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS yang sebelumnya sebagai Direktur Kesehatan TNI-AD di lingkungan Kementerian Pertahanan mengucapkan Suasana khidmad pelantikan Dirjen Bina Pelayanan Medik sumpah jabatan di depan Menteri Kesehatan, Para Eselon I dan II di lingkungan Kementerian upaya promotif dan preventif. Kesehatan. Kementerian Kesehatan merupakan salah satu Dalam Peraturan Presiden RI No. 24 Tahun 2010 proyek pilot instansi pemerintah yang melaksanakan tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Reformasi Birokrasi melalui Good Governance. Untuk Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi itu Kemenkes sedang melakukan persiapan guna Eselon I Kementerian Negara, organisasi Kemenkes mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik mengalami perubahan nomenklatur jabatan yaitu (good governance) sebagai langkah strategis untuk Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik berubah membangun profesionalisme aparatur negara agar lebih menjadi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat menjadi tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan tegas Menkes. Anak. Bergulirnya Reformasi Birokrasi dan restrukturisasi Menurut Menkes, penataan kelembagaan akan diikuti Kemenkes membawa konsekuensi logis terhadap dengan penataan SDM aparatur melalui pengisian perubahan bentuk struktur organisasi yang lebih tepat jabatan struktural. Selain itu, akan dilakukan penataan tujuan, responsif, esien dan efektif untuk mendukung ketatalaksanaan yang dinamis, pemantapan sistem program-programnya, jelas Menkes pengawasan dan akuntabilitas, peningkatan kualitas Menkes berharap, dengan struktur organisasi yang pelayanan publik serta pembangunan kultur birokrasi baru Kemenkes dapat lebih fokus dalam melaksanakan yang sesuai dengan dinamika tuntutan masyarakat. pembangunan bidang kesehatan guna mendukung Hal ini akan meningkatkan pelayanan kesehatan yang pencapaian sasaran prioritas nasional, Standar Pelayanan merata, bermutu dan berkeadilan, serta mengutamakan Minimal (SPM), serta percepatan pencapaian sasaran

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

RIWAYAT HIDUP
Millenium Development Goals (MDGs). Diakhir pelantikan Menkes berpesan kepada pejabat baru untuk tidak ragu-ragu melaksanakan reformasi dan inovasi guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, namun tetap dalam koridor hukum. Menjaga suasana kerja yang kondusif serta membangun team work yang solid. Dalam melaksanakan tugas mengacu pada tagline Kemenkes, yaitu pro rakyat, inklusif, responsif, efektif dan bersih. Di samping itu juga perlu menjalin kerja sama dan bersinergi dangan stake holders terkait dalam melaksanakan program-program bidang kesehatan. Nama Pangkat Tempat/Tanggal Lahir Status Agama : dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS : Brigadir Jenderal TNI : Pringsewu, Lampung/ 11 Agustus 1954 : Nikah, 3 Anak : Islam

Pendidikan Sekolah Dasar Xaverius Pringsewu Lampung (1966) Sekolah Menengah Pertama Xaverius Pringsewu Lampung (1969) Sekolah Menengah Atas Negeri III, Yogyakarta (1972) Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1979) Spesialis Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta (1989) Pasca Sarjana KARS Universitas Indonesia, Jakarta (1988) Peserta Program Pendidikan S 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (2010) Penghargaan Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun Satya Lencana Kesetiaan 16 tahun Satya Lencana Kesetiaan 24 tahun Satya Lencana Dwija Sista Bintang Kartika Eka Paksi Nararya

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Menkes Melantik 20 Pejabat Eselon II


disiplin, sistematis dalam bekerja, adil, transparan, bekerjakeras dalam melaksanakan tugas, penuh tanggung jawab, senantiasa berpedoman pada prosedur, standar, dan peraturan yang berlaku, sehingga hasil kerja dapat dipertanggung jawabkan dan dipertanggung gugatkan. setiap pejabat dapat menjadi agen perubahan yang memiliki semangat pionir untuk melakukan inovasi guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, Mengikrarkan diri untuk melaksanakan tugas, dan bertanggungjawab pada Pemerintah, Bangsa dan Negara. antisipatif, proaktif dan responsif serta peka KEMENKES Pada tanggal 26 Juli 2010 sebanyak 20 terhadap dinamika tuntutan masyarakat berdasarkan pejabat baru Eselon II dilantik Menteri Kesehatan dr. nilai-nilai sesuai dengan visi dan misi Kementerian Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. Mereka Kesehatan dan tetap dalam koridor hukum. terdiri dari pejabat pusat dan para direksi Rumah Sakit Selain itu, melakukan konsolidasi dengan stake Umum Pusat (UPT) Kemenkes di daerah. holders terkait, sesuai dengan tugas pokok dan Menkes mengatakan mengatakan, rumah sakit fungsi masing-masing, sehingga terjalin kemitraan merupakan salah satu ujung tombak Kemenkes dalam yang sinergis lintas program dan lintas sektor dalam memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada pelaksanaan tugas serta mampu menyiapkan kader masyarakat. Pada era globalisasi ini, Rumah Sakit harus penggantinya. mampu menyusun strategi peningkatan mutu pelayanan Menkes menyatakan pelaksanaan rotasi, mutasi, kepada masyarakat agar dapat berkompetisi dengan dan promosi jabatan merupakan bagian dari Reformasi Rumah Sakit lain secara sehat, serta mengembangkan Birokrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan rumah sakit berbasis pelayanan kesehatan kelas dunia kinerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. dengan (World Class Hospital). diangkat dan dilantik pejabat baru, diharapkan prestasi Menkes, minta para pejabat yang baru dilantik dapat dan kinerja Kementerian Kesehatan dapat meningkat menjadi panutan dalam menerapkan nilai-nilai dasar lebih baik lagi. Sehingga dapat mengikuti dinamika budaya kerja aparatur yang meliputi : komitmen yang tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan tinggi pada tugas, konsisten, berintegritas, profesional, publik yang lebih bermutu.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Ucapan Selamat Kepada Para Pejabat Eselon II

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Menuju Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia
Oleh : Anwar Santoso, Anna Ulfah Rahayu
PENDAHULUAN : Memasuki abad ke kedua puluh satu, bangsa Indonesia menghadapi banyak tantangan yang tidak dapat dielakkan yaitu pada tataran nasional meneruskan pembangunan nasional dengan segala implikasinya serta pada tataran regional dan global. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan maju kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setip orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-traningnya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan akan bertambah berat dan kompleks, terutama pelayanan kesehatan oleh Rumah Sakit. Tuntunan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan makin banyak dan meningkat juga ada sebagian masyarakat Indonesia yang mencari pelayanan kesehatan ke luar negeri sehingga menguras devisa Negara. Hal ini membawa dampak pola pelayanan yang harus lebih terbuka, ramah dan akuntabel, sejalan dengan amanat pasal 28 Ha ayat (1) UndangUndang Dasar Negara Rebuplik Indonesia tahun 1945 sudah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian pasal 34 ayat (3) dinyatakan Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak dan bermutu. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang amat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang amat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan berkembang amat pesat yang harus diikuti oleh tenag kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang berkualitas membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit. Tantangan global dibidang perumah sakitan akan semakin terasa pada era globalisasi, yang telah membuat kabur batas-batas antar negara, kemudahan komunikasi dan transportasi telah mendorong cepatnya mobilitas pasien dari satu negara ke negara lainnya. Faktor lain, yaitu mahalnya biaya berobat di negara maju seperti Amerika dan Eropah mengakibatkan warga benua dan perusahaan asuransi mencari pengobatan yang berkualitas baik serta lebih murah di negara berkembang. Kira-kira 500.000 warga Amerika yang berobat keluar negeri setiap tahunnya. Hal ini yang mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit dan mengadakan konsep World Class Hospital di Indonesia atau Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSIKD). Pemerintah tidak ingin terlalu banyak devisa negara melayang ke luar negeri, sebaliknya pemerintah berharap medical tourism justru akan berkembng dan menambah devisa negara. Pusat Jantung Nasional RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sudah tentu menyambut baik keinginan pemerintah tersebut. Dengan jam terbang selama 25 tahun sebagai pusat rujukan nasional dibidang pelayanan kesehatan Kardiovskuler tentu banyak aspek-aspek tertentu yang dimilikinya. Pendidikan-Pelatihan, Pelayanan Kesehatan dan Penelitian Kardiovskuler telah lama dikembangkan.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Pengelolaan rumah sakit dalam perspektif BLU dan korporasi telah diterapkan. Pusat Jantung Nasional merupakan satu-satunya rumah sakit yang secara legal telah menerapkan dan menjalankan sistem remunerasi dan mono loyalitas. Sudah cukup besar anggaran yang dikucurkan untuk mengembangkan sistem tersebut dan unutk pengembangan sumber daya manusia serta penelitian. Hal ini merupakan Modal Dasar yang kuat untuk kesiapan sebagai RSIKD. PENGERTIAN : Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSIKD) adalah rumah sakit dengan komponen struktur dan proses yang tersertikasi lengkap memenuhi standar kelas dunia oleh lembaga yang diakui pemerintah berwenang untuk itu serta outcome yang memberi penekanan pada keselamatan pasien mutu asuhan yang tinggi serta kepuasan pasien dan staf sesuai indikator kelas dunia atau internasional. AZAS-AZAS : 1. Rumah Sakit masa depan adalah rumah sakit yang didirikan atas : a. Azas-azas ketahanan ekonomi

c. Mengikut sertakan klinisi, staf lain, pasien dan


keluarga pada proses perancangan, agar memaksimalkan peluang meningkatkan arus kerja, keselamatan pasien dan menciptakan lingkungan yang memudahkan asuhan yang berfokus pasien. d. Rancangkan eksbilitas pada konstruksi bangunan untuk memudahkan adaptasi pada siklus perubahan yang cepat dan inovatif dalam ilmu kedokteran dan teknologi. e. Menerapkan konsep green hospital pada desain dan kontruksi RS. KRITERIA PELAYANAN EKSELEN : Ada 7 kriteria suatu RS untuk memenuhi persyaratan pelayanan ekselen diperlukan adanya : 1. Kepimpinan

2. Rencana strategik 3. Fokus pada pelanggan 4. Manajemen pengukuran,

analisis manajemen berbasis pengetahuan 5. Fokus pada tenaga kerja 6. Manajemen proses 7. Hasil dan output

dan

b. Petunjuk untuk adaptasi teknologi termasuk


teknologi informasi c. Petunjuk untuk penerapan asuhan berfokus pasien (patient centered care) dengan perioritas keselamatan pasien, kepuasaan pasien dan kepuasaan staf d. Petunjuk untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan tenaga staf (staff challenges) 2. Azas-azas sebagai petunjuk desain RS masa depan a. Penerapan azas-azas untuk meningkatkan keselamatan pasien, termasuk kamar sendiri single room, desentralisasi nursing stations dan bahan bangunan yang meredam suara b. Desain dan konstruksi RS yang memberikan prioritas tinggi misalnya pengendalian infeksi dan kesiapan mengahdapi masalah kedaruratan. STANDAR dan KRITERIA RSIKD Standar RSIKD ini mengacu pada berbagai standar dunia yaitu : PATH (Performance Assesment Tool for Quality Improvement in Hospital), JCI (Joint Commision International) atau Malcom Baldrige. Hal tersebut mengutamakan dimensi utama pelayanan kesehatan (safety, patient centeredness, clinical effectiveness, efciency, staff orientation dan responsive governance, timeliness and equity) Kemudian standar dan kriteria RSIKD terdiri dari 8 standar, yaitu : 1. Standar 1 : legalitas rumah sakit 2. Standar 2 : adanya visi, misi, tujuan dan nilai rumah sakit 3. Standar 3 : administrasi dan manajemen rumah sakit 4. Standar 4 : program rumah sakit

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

5. Standar 5 : sumber daya manusia rumah sakit 6. Standar 6 : sarana dan prasarana rumah sakit 7. Standar 7 : program monitoring dan evaluasi rumah sakit 8. Standar 8 : penilaian kinerja rumah sakit PUSAT JANTUNG NASIONAL MENUJU RSIKD : 1. Manajemen Administrasi Operasional a. Desain RS berstandar internasional, area lahan yang tidak begitu luas hanya sekitar 22.000 m2dengan arsitektur bangunan yang fungsional. b. Seluruh karyawan yang secara langsung melayani pasien diberikan secara regular kursus bahasa Inggris Karyawan mempunyai komitmen yang amat tinggi Adanya sistem reward and punishment bagi seluruh karyawan Setiap staf medis dan paramedis diberikan kesempatan untuk mendapatkan pelatihanpelatihan di luar negeri (Australia, Singapura, Jepang, Korea dan Jerman) Memiliki jejaring internasional yang luas dan aliasi dengan pusat pelayanan Kardiovaskuler tingkat dunia seperti : Cleveland Clinics, NCVC Osaka Jepang, Royal Children Hospital Melbourne dll. Memenuhi standar akreditasi manajemne internasional antara lain : - Kepimpinan - Rencana strategik - Fokus pada pelanggan - Manajemen pengukuran, analisis dan pengetahuan - Fokus tenaga kerja - Manajemen proses - Hasil (outcome) berupa : kepuasan pelangan, tampilan organisasi, tanggung jawab sosial dan aspek nansial yang baik

2. Manajemen Pelayanan Medik Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional mempunyai manajemen pelayanan medik yang terstruktur selaras dengan standar pelayanan medis kardiovaskuler tingkat dunia. Proses asuhan pasien dan standar prosedur yang terstandar serta clinical pathway yang selalu diperbarui sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Kardiovaskuler. Luaran (outcome) yang dihasilkan berfokus pada pasien serta menitik beratkan pada acuan (benchmark) yang telah ditetapkan. Pelayanannya ditujukan pada kasus-kasus dengan tingkat severitas tinggi, yang tak dapat ditangani oleh rumah sakit lainnya.

c. d. e.

a. Standar Struktur : - Tenaga spesialis yang komprehensif yaitu


dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dengan berbagai bidang sub spesialis berkualitas internasional - Keseimbangan rasio perawat dengan jumlah tempat tidur yang tersedia yaitu 2 :1 - Kelengkapan teknologi muktahir - Kelengkapan pelayanan penderita untuk mengatasi berbagai kasus penyakit kardivaskuler yang multikompleks - Adanya pusat penelitian kardivaskuler - Jumlah pasien yang dilayani tidak melampaui Bed OccpancyRate b. Standar Proses : Guna memenuhi standard dan kepuasan pasien maka proses pelayanan yang diberikan oleh Pusat Jantung Nasional hendaknya bersifat komprehensip mulai dari pendidikan kesehatan untuk pencegahan penyakit kardiovaskular kepada pasien dan keluarganya. Diagnosis dan terapi yang dilaksanakan melalui proses pemeriksaan dengan metode keilmuan dan peralatan medik paling mutakhir serta menjunjung tinggi aspek kenyamanan pelanggan. Terbentuknya jejaring nasional pelayanan jantung yang berpedoman pada sistem rujukan yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan. Perlu adanya dukungan kuat pemerintah melalui terbentuknya

f.

g.

10

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

satu kesatuan manajemen (holding company) yang terdiri dari rumah-rumah sakit tersier pendidikan milik pemerintah. Hal-hal yang perlu diperhatikan, guna terwujudnya proses tersebut adalah : - Ada holding company corporation rumah sakit vertical pemerintah - Pengelolaan rumah sakit sebagai korporasi yang menganut azas good corporate govermance, tidak birokratis. Hanya ada President Director, Medical Director dan CEO - Disusunnya rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang - MOU kerjasama dengan Cleaveland Clinic John Hopkins International, NCVC Osaka - Dilaksanakannya akreditasi JCI dengan dukungan Kementerian Kesehatan untuk Pusat Jantung Nasional dan semua rumah sakit pendidikan vertical. - Dibentuknya jaringan informasi teknologi Pusat Jantung Nasional dan semua rumah sakit pendidikan vertical atas biaya Kementerian Kesehatan. c. Standar Keluaran (outcome) : Keluaran yang diharapkan pada pelayanan Pusat Jantung Nasional ialah : - Kepusan pelanggan - Angka kematian dan kecacatan pasien menyamai Cleveland Clinic - Indikator patient safety menyamai standar USA - Tarif pelayanan setara Tahiland dan Malaysia - Pasien asing mencapai 30 % melalui program medical tourism - Angka pasien berobat untuk penyakit kardiovaskular ke luar negeri turun 70 %

- - -

- - - -

LVED, RVED, ECMO dijalankan dengan keberhasilan tinggi Transplantasi jantung, paru dan ginjal dijalankan Berkembangnya center center sub spesialistik : Neuroscience center, Cardiometabolic center, Woman center, Children center, GUCH center, Heart Failure center, Arithmic center, ardiac rehabilitation center, Vascular center Kamar operasi jantung dan pembuluh darah 15 bulan dengan open heart surgery 6.000 kasus per tahun dimana CHD mencapai 30 %. Ada 10 laboratorium katerisasi dengan aktitas 15.000 layanan pertahun, satu diantaranya Hybrid Primary PCL door to ballon < 60 menit Ada jembatan penghubung dengan RSKD Ada central laundry dan cathering untuk rumah sakit vertical pemerintah yang berlokasi di DKI dan dikelolah sebagai bisnis unit Lebih fokus pada pendidikan spesialistik dan subspesilistik

PENUTUP : Diharapkan dalam waktu 5 (lima) tahun Pusat Jantung Nasional sudah mencapai kualikasi World Class Cardiovasculer Center yang terkemuka di wilayah Asia Pasic, namun semuanya hanya bisa terjadi bila ada komitmen pemerintah, Karena banyak hal yang sifatnya lintas sektoral dan lintas internasional yang tentunya memerlukan biaya besar.

Disajikan dalam Semiloka Sistem Jejaring Pelayanan


Kegawat Daruratan Kardiovaskular di Wilayah DKI Jakarta dan Sekitarnya, di Auditorium RSJPD Harapan Kita Jakarta, 22 Juli 2010

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

11

liputan

RSUP H. Adam Malik Medan Tetap Menjadi Yang Terdepan Memberi Pelayanan Kesehatan di Ujung Barat Indonesia
MEDAN Masalah kesehatan yang kita hadapi saat ini salah boleh semakin satu bertambah yang adalah kompleks. Untuk mengatasi permasalahan diperlukan juga aspek tidak aspek dilupakan

pengembangan

pelayanan,

dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang kesehatan telah mendorong
Foto bersama jajaran kesehatan dengan Gubernur Sumatera Utara

kita sebagai tenaga kesehatan untuk terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan kita agar sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi kedokteran. Hal inilah yang disampaikan Sekretaris Ditjen Bina Yanmed, Dr. dr. Sutoto, M.Kes saat memperingati HUT RSUP H. Adam Malik ke 17 pada 21 Juli 2010. Setiap Rumah Sakit harus memiliki langkah-langkah yang inovatif serta dukungan dari berbagai pihak dengan memanfaatkan segala sumber daya secara optimal dan berkesinambungan tanpa akhir (Never Ending Proccess). Hal yang sangat penting dalam pemanfaatan teknologi kesehatan yaitu memperhatikan aspek keselamatan pasien (patient safety). Untuk itu perlu dibenahi dalam mencapai Patient Safety Goals, antara lain Identikasi dengan cermat seluruh pasien (Identify Patient Correctly); Tingkatkan komunikasi yang efektif kepada pasien (Improve Effective Communication); Tingkatkan keamanan pasien dengan sedini mungkin mengenali tanda-tanda untuk keberhasilan atau kegagalan dalam pengobatan (Improve the Safety of High Alert Medications); Hindari salah tempat, salah pasien dan salah tindakan pembedahan yang tidak sesuai dengan prosedur (Eliminate wrong site, wrong patient, wrong procedure surgery); Kurangi risiko (Reduce risk care
Sekretaris Ditjen Bina Yanmed, Dr. dr. Sutoto, M.Kes

Kurangi kerugian pada pasien yang diakibatkan oleh kesalahan petugas medis dan perawatan (Reduce the risk of patient harm resulting from false). RSUP H. Adam Malik sesuai dengan fungsinya sebagai RS Pendidikan, dihimbau kepada semua pihak terutama Sumber Daya Manusia di rumah sakit untuk bersama-sama meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan etika dan standar profesi masing-masing. Sebagai Rumah Sakit Umum Pusat yang berada di ujung Barat dari Indonesia, diharapkan RSUP H. Adam Malik dapat sebagai lter agar pasienpasien tidak keluar berobat ke negara tetangga tentunya ini akan merugikan kita. masyarakat semakin kritis dan mulai cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, lebih baik dan lebih ramah. Untuk itu, salah satu prakondisi yang harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, termasuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang menjadi prioritas utama. tegas Sesditjen. Acara peringatan HUT RSUP H. Adam Malik, Sesditjen mengajak kepada seluruh unsur pemberi pelayanan di rumah sakit ini untuk saling bekerja sama dan bahu membahu dalam memberikan pelayanan yang terbaik pada seluruh lapisan masyarakat. Selalu berada di garis terdepan dalam memberikan pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat. Selain itu saya juga turut mengucapkan selamat dan sukses atas pengembangan pelayanan Instalasi Patologi Anatomi, agar memberikan kontribusi kepada masyarakat luas dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi masyarakat di Indonesia. Imin Suryaman

infeksi the health

nosokomial of

associated

infections);

12

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Workshop Penerapan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah sakit


BandunG Penyelenggaraan Workshop Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit bertujuan untuk memperoleh masukan dan penyatuan persepsi tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit serta penerapan pedoman tersebut pada seluruh rumah sakit di Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah sakit sangat diperlukan karena: 1. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan RS, perkembangan IPTEK di bidang kesehatan dan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan RS merupakan bagian penting yang menentukan kualitas pelayanan kesehatan RS Hasil bimbingan teknis dan monitoring-evaluasi tentang implementasi Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) di 22 propinsi diperoleh gambaran bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan RS masih sangat bervariasi, belum memiliki rencana strategis bidang keperawatan, manajemen dan administrasi pelayanan keperawatan masih belum berorientasi pada mutu pelayanan serta belum kuatnya peran bidang dan komite keperawatan Sebelumnya, pedoman ini telah melalui berbagai proses yaitu penyusunan draft pedoman, ujicoba dan evaluasi pedoman di Direktur Jenderal Pelayanan Medik sedang memberikan sambutan. lima rumah sakit dan hasil ujicoba menjadi masukan dalam penyempurnaan pedoman, demikianlah laporan Direktur Bina Pelayanan Keperawatan (Suhartati, SKp, M.Kes) pada acara pembukaan Workshop di Bandung pada tanggal 26 Juli 2010. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit diwajibkan memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan efektif sesuai dengan standar dan pedoman yang berlaku. Dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang memiliki peran yang amat penting adalah pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik menyampaikan dalam pembukaan Workshop Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di

2. 3.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

13

liputan

Foto bersama peserta dengan Direktur Bina Pelayanan Medik (Dr. Supriyanto, Sp.P, MARS).

Rumah Sakit bahwa Keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Di era pasar bebas dan liberalisasi, profesionalisme merupakan suatau instrumen yang unggul untuk memenangkan kompetensi, untuk itu tenaga keperawatan harus lebih kompeten dan memiliki daya saing yang tinggi secara regional maupun global, dengan demikian maka pelayanan keperawatan yang bermutu perlu didukung dengan tersedianya kebijakan, standart dan pedoman. Prof. DR. Maarin Husein menyampaikan dengan judul Perkembangan Profesi Keperawatan Terkini dan Tantangannya bagi Pelayanan Kesehatan di RS bahwa telah terjadi pergeseran mendasar

dari keperawatan dari perawat vokasional menjadi profesional dikarenakan tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, tekanan tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan-asuhan keperawatan yang bermutu dan terjangkau, tekanan perkembangan Sistem Pemberian Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat.

Keperawatan di Indonesia dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat harus berubah karena merupakan tanggungjawab moral memberi pelayanan asuhan yang baik dan benar. Perubahan tersebut dimulai dari pendidikan keperawatan dan peran serta organisasi keperawatan guna mencapai pelayanan keperawatan yang baik dan benar. Pelayanan keperawatan di Indonesia telah mendapatkan kesejajaran mutu dalam pelayanan keperawatan dengan negaranegara ASEAN lainnya. Hal ini dapat dinyatakan dengan ditanda tanganinya Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Nursing Services Busan di Philipina pada tahun 2006. Melalui Workshop ini, diakhir sambutannya Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik mengharapkan dengan adanya pedoman ini, merupakan kunci untuk lebih meningkatkan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit . PeLita

14

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia


BOGOR Pelayanan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia saat ini sedang mendapatkan perhatian besar baik dari pemerintah maupun masyarakat luas. Berawal dari keprihatinan Bapak Presiden Republik Indonesia terhadap banyaknya pasien-pasien dari negara Indonesia yang pergi ke luar negeri (Singapura, Malaysia, Thailand, Australia, Cina) hanya untuk berobat atau memelihara kesehatan dirinya. Memperhatikan hal ini, berapa besar devisa negara yang ikut terbelanjakan ke luar negeri. Sebagai bentuk ungkapan keprihatinan ini, Bapak Presiden RI secara khusus telah meminta kepada Menteri Kesehatan, dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr.PH agar Kementerian Kesehatan segera mengupayakan dan memfasilitasi percepatan terwujudnya WORLD CLASS HOSPITAL di Indonesia. Selain itu meningkatnya tuntutan masyarakat akhirakhir ini terhadap pelayanan rumah sakit, terutama rumah sakit yang menyandang nama Internasional, Global atau yang sejenis, maka Kementerian Kesehatan RI merespon tuntutan masyarakat dengan menggulirkan kebijakan mengenai Peraturan Menteri Kesehatan dan Rancangan Pedoman Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia sebagai Petunjuk Teknisnya. Pertemuan Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSIKD) dilaksanakan pada 19 21 Juli 2010, di Bogor Jawa Barat. Pertemuan ini mensinergikan pendapat-pendapat dari pakar perumahsakitan agar dijadikan Rancangan Pedoman Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Dr. dr. Sutoto, M.Kes menyampaikan tujuan pertemuan ini guna meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan di Rumah Sakit Pendidikan agar setara dengan kualitas pelayanan Rumah Sakit Berkelas Dunia. Upaya pencapaian tujuan tersebut, telah ditetapkan

Pertemuan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P , MARS; Sesditjen, Dr. dr. Sutoto, M.Kes; Direktur RS Vertikal dan para pakar perumahsakitan

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

15

liputan
Tim Pembina RSIKD yang akan bertugas melakukan pemantauan pelaksanaan Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia sekaligus dengan instrumen pembinaan dan penilaiannya. Tim Pembina RSIKD terdiri dari para pakar perumahsakitan, akademisi dan klinisi yang mempunyai perhatian besar di bidang peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Terbentuk berdasarkan SK Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor HK.03.05/ III/2459/08 tentang Kelompok Kerja Pengembangan World Class Hospital di Indonesia. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS menyatakan apresiasi yang sangat besar kepada seluruh Tim Kelompok Kerja agar segera terwujud suatu Pedoman Rumah Sakit Kelas Dunia di Indonesia. Sehingga pedoman ini dapat dijadikan rujukan oleh Rumah Sakit dalam mengembangkan dirinya menuju Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia yang dapat dipertanggungjawabkan baik nasional maupun Internasional.. Pertemuan ini dijadikan forum untuk pengkayaan substansi Peraturan Menteri Kesehatan dan Pedoman Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia sebagai Petunjuk Teknis untuk Penetapan, Pemantauan dan Pembinaan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, tegas Dirjen. Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, khususnya untuk mendapatkan kesepakatan antara POKJA World Class Hospital dengan POKJA penyempurnaan Akreditasi Rumah Sakit dalam penyusunan pedoman RSIKD dan instrumen akreditasi dengan standar internasional. AuLiana/Desi

Pola Makan Sehat Untuk Dewasa

ola makan yang sehat ialah makan makananaik yang mengandung semua unsur gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Bahan makanannya pun dipilih sealami mungkin. Anjuran pola makan sehat : 1. Mengkonsumsi makanan yang rendah lemak dan rendah kolesterol misalnya susu kedelai, ayam yang dibuang kulitnya, konsumsi buah, sayur, ikan, daging tanpa lemak. 2. Mengurangi konsumsi makanan yang digoreng, kuning telur,

3.

4.

5.

6. 7.

usus, paru, limpa, hati dan makanan yang dimasak dengan santan kental. Mengkonsumsi buah, sayur selain tinggi serat, vitamin, mineral yang merupakan sumber antioksidan Mengkosumsi makanan yang kaya kalsium seperti yogurt, sayuran hijau, ikan laut, susu dan kacang-kacangan Hindari bahan makanan yang mengandung pengawet dan bumbu penyedap rasa secara berlebihan Kurangi garam dan gula secara berlebihan Mengkonsumsi makanan berserat seperti gandum, sayur,

buah dan kacang-kacangan. 8. Perbanyak minum air putih (kurang lebih 8 gelas sehari) 9. Hindari minuman yang berakohol, kafein yang tinggi dan minuman bersoda. 10. Teknik pengolahan makanan dianjurkan dengan cara mengukus, merebus, menumis dan memanggang.
(dari berbaGai sumber)

16

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Penataan Organisasi Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan


BandunG Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan Negara serta susunan organisasi, tugas dan fungsi eselon I Kementerian Negara, maka telah dilakukan penataan organisasi di tingkat Kementerian Kesehatan. Di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik yang didalam Perpres 24 tahun 2010 menjadi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan telah dilakukan penyesuaian tugas pokok dan fungsi dengan menyatukan semua komponen Upaya Kesehatan Perorangan baik konvensional maupun non konvesional dari Upaya Kesehatan Dasar hingga Rujukan termasuk fungsi penunjang baik medik maupun sarana dan prasarana. Usulan nal penambahan struktur organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan tinggal menunggu persetujuan tertulis dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Untuk menyambut perubahan organisasi Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik menjadi Direktorat Bina Upaya Kesehatan telah dilakukan pertemuan dalam rangka Penataan Organsasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan di Bandung pada tanggal 1 2 Juli 2010. Sosialisasi struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

sekaligus sinkronisasi program antara Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dengan pelaksanaan program sesuai dengan struktur organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan adalah merupakan tujuan terlaksananya Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan kegiatan pertemuan Humas, V.A. Binus Manik, SH, MH sedang menyampaikan laporan ketua panitia. tersebut. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan inventarisasi dan pemetaan program dan kegiatan sesuai tupoksi untuk mengetahui tugas yang telah dan belum dilakukan sehingga mengurangi tumpang tindih tugas serta memperjelas koordinasi dengan unit kerja lainnya, demikian laporan Kepala Bagian Hukum Organisasi dan Humas, V.A. Binus Manik, SH, MH saat pembukaan acara Pertemuan Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan di Bandung. Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Dr. Irwansyah, Sp.Kj yang mewakili Direktur Bina Pelayanan Medik saat membuka acara Pertemuan Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan di Bandung menyampaikan bahwa Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik dan unit utama telah berproses dalam penyusunan perubahan organisasi dan tata kerja dari Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik menjadi Direktorat Bina Upaya Kesehatan yang menjadikan beban kerja dan tupoksi

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

17

liputan

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan


Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Sekretariat Direktorat Jenderal

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknesian Medik

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa

semakin besar sementara besaran organisasi tidak boleh bertambah. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan terdiri dari: 1. Sekretariat Direktorat Jenderal 2. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar 3. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan 4. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik 5. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan 6. Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Pelaksanaan Pertemuan

Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa sedang memberikan sambutan pembukaan.

dihadiri narasumber dari Biro Hukum dan Organisasi yang mensosialisasikan Rancangan Akhir Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan secara lengkap dan Biro Perencanaan dan Anggaran Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI yang mensosialisasikan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Beliau berharap dengan terlaksananya kegiatan pertemuan ini dapat memberikan pemahaman dan pandangan terhadap tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
PeLita

Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

18

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Dokter RSCM Membantu Pemulihan Ridho Korban Ledakan Tabung GAS


JAKARTA Ridho Januar (4 tahun) korban ledakan tabung gas di Bojonegoro, Jawa Timur telah mendapatkan perawatan Unit Pelayanan Khusus Luka Bakar Prof Dr Munadjat Wiratmadja Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Menteri Kesehatan didampingi Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik segera menjenguk Ridho pada Selasa tanggal 20Juli 2010. Menkes menyampaikan seluruh tubuh Ridho Dokter Aditya Wardhana yang menangani Ridho mengatakan dokter akan memulihkan kondisi Ridho dengan metode sillicon gel. Proses pemulihan ini akan memakan waktu sekitar enam bulan. Tujuannya untuk memulihkan luka bakar supaya kembali pulih dan normal. Kemungkinan operasi plastik, akan lihat kondisi Ridho nanti, seadainya dimungkinkan operasi plastik, kemungkinan akan dilakukan, tetapi tergantung situasi, selama perawatan Ridho diwajibkan kontrol minimal

Menkes menjenguk Ridho, korban ledakan tabung gas (kanan) di RSCM Jakarta Pemulihan secara teknis terus dilakukan dokter RSCM

dipenuhi luka bakar, mulai dari wajah hingga kakinya, Dokter RSCM akan melakukan pemulihan secara teknis, bisa lewat operasi atau tidak. Tapi kami akan mengupayakan wajahnya dikembalikan seperti semula agar tidak ada beban psikis. Kalau sudah besar kan dia bisa malu seandainya bertemu teman-temannya.

satu bulan sekali agar memantaunya bisa mudah. Menkes menegaskan bahwa biaya perawatan Ridho dan korban tabung gas lainnya akan digratiskan, karena akan ditanggung Pemerintah dan Pertamina.
Eti/Dsy

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

19

liputan Pekan ASI Sedunia Tahun 2010

Sukseskan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui


JAKARTA Dewasa ini pemberian ASI ekslusif di Indonesia, masih harus terus ditingkatkan. Berdasarkan data Susenas Tahun 2004 - 2008, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan meningkat dari 58,9% tahun 2004 menjadi 62,2% tahun 2007, tetapi kemudian menetap dan sedikit menurun menjadi 56,2% tahun 2008. Menurunnya angka pemberian ASI eksklusif membawa kepedulian bersama untuk menyelenggarakan pekan ASI Sedunia yang akan dilaksanakan setiap minggu pertama bulan Agustus. Hadir dalam Perayaan Puncak Acara Pekan ASI Sedunia Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Kesra, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Sosial, Gubernur DKI Jakarta, dan beberapa pejabat tinggi lainnya. Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia dimaksudkan agar setiap Negara, secara terus menerus bersamasama melaksanakan upaya-upaya yang nyata untuk membantu ibu agar berhasil menyusui. Dengan mengangkat tema Menyusui : Sepuluh Langkah Menuju Sayang Bayi dan slogan Sayang Bayi, Beri ASI, adalah suatu komitmen nyata dari fasilitas kesehatan untuk mendukung keberhasilan menyusui, melalui pemberian perlindungan dan memberikan informasi serta dukungan kepada ibu agar dapat menyusui bayinya secara eksklusif Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih harus terus ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan yang selama ini telah dirintis akan terus ditingkatkan, yaitu 1) meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya memberikan Air Susu Ibu kepada bayinya, 2) meningkatkan jumlah motivator dan konselor menyusui,

20

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan
serta 3) mengembangkan regulasi untuk mendukung keberhasilan menyusui, inilah yang disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH pada hari Minggu 8 Agustus 2010. Melalui Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden berpesan mendukung penuh peringatan pekan ASI Sedunia, karena kegiatan ini terkait dengan masa depan generasi bangsa dan negara. Menkes mengamanatkan kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, baik Pemerintah maupun Swasta diminta menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, antara lain : 1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan talaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur 2 tahun. 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan di ruang bersalin. 5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan. Menkes berharap, dengan diterapkannya pelaksanaan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui tersebut ada peningkatan jumlah bayi usia 0 sampai 6 bulan yang disusui secara eksklusif di Indonesia, yang pada gilirannya akan mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Pada kesempatan tersebut Menkes, menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono yang telah memberikan dukungan dan komitmen yang besar pada upaya peningkatan menyusui di Indonesia.dsy

Menteri Kesehatan menyampaikan pemerintah berusaha terus menerus meningkatkan cakupan ibu yang menyusui secara eksklusif

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui 9. Tidak memberikan dot atau

Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono meminta untuk terus dilakukan pemantauan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

21

liputan

Konsolidasi Penerapan Standar dan Pedoman Asuhan Kebidanan Tahun 2010


Kementerian Kesehatan mempunyai Visi yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dengan 4 Misinya, antara lain : 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani. 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan. 4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. Pencapaian pembangunan kesehatan pada tahun 2009 berdasarkan hasil SDKI 2007, adalah : 1. Meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 68.6 tahun menjadi 70.5 tahun. 2. Menurunnya angka kematian bayi ( AKB ) dari 35 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. 3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan ( AKI ) dari 307 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup . 4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita dari 25.8 % menjadi 21,9%. Upaya dalam mencapai sasaran pembangunan kesehatan terutama AKI dan AKB sudah banyak dilakukan antara lain, Program Safe Motherhood yang berfokus pada Persalinan oleh tenaga kesehatan, Penanggulangan Komplikasi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Dalam pelaksanaan Safe Motherhood di fokuskan pada penurunan AKI dan AKB dengan strategi Making Pregnancy Saver ( MPS ) antara lain : 1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di tingkat Dasar dan Rujukan. 2. Membangun kemitraan yang efektif. 3. Mendorong pemberdayaan perempuan keluarga dan masyarakat. 4. Meningkatkan Sistem surveilans, Monitoring dan informasi KIA dan Pembiayaan. Upaya penurunan AKI dan AKB dengan Program MPS dilakukan melalui pelayanan Obstetri dan Neonatal Essensial, Pelayanan persalinan yang berkualitas dan Deteksi dini kasus risiko tinggi. Penanganan kegawatdaruratan dan komplikasi, antara lain : Pertolongan Pertama ke Gawat Daruratan Obstetri Neonatal (PPGDON) di tingkat Polindes, Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas dan Pelayanan Obstetri Emergensi Komprehensif (PONEK) di tingkat Rumah Sakit. Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di

Pembukaan acara (kiri ke kanan) Kandinkes Propinsi Kepulauan Riau dr.Achmad Budi Anto,MM ., Sesditjen Bina Yanmedik DR. dr. Sutoto, M.Kes, Direktur Bina Pelayanan Keperawatan Suhartati,S.Kp.M.Kes, Kasubdit Bina Yan Keperawatan Kebidanan Dra. Nurjasmi, M.Kes

22

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan
sebagai pelajaran dan AKB, memberikan pelayanan yang merencanakan untuk berkesinambungan dan paripurna, mengaplikasikannya berfokus pada aspek pencegahan di daerah masing- melalui pendidikan kesehatan dan masing. konseling, promosi kesehatan, Standar dan pertolongan persalinan normal Pedoman Asuhan dengan berlandaskan kemitraan Kebidanan telah dan pemberdayaan perempuan, di ujicoba dan serta melakukan deteksi dini pada diterapkan di kasus kasus rujukan. Para peserta rapat konsolidasi penerapan standard an pedoman asuhan Rumah Sakit yang Pelayanan kebidanan kebidanan tahun2010 menyelenggarakan dilaksanakan pada berbagai jenjang setiap Kabupaten/Kota dan PONEK di 16 Propinsi. tatanan pelayanan sesuai dengan menyediakan 1 Pelayanan Pembukaan acara (kiri ke sistem pelayanan kesehatan yang PONEK 24 jam di Rumah Sakit kanan) Kandinkes Propinsi ada, mulai dari tingkat primer, Kabupaten/Kota. Kepulauan Riau dr. Achmad Budi sekunder, dan tersier yang tersusun Anto,MM., Sesditjen Bina Yanmedik dalam suatu mekanisme rujukan Melalui Pengelolaan pelayanan Dr. dr. Sutoto, M.Kes, Direktur Bina timbal balik. rujukan Obstetri & Neonatal Dasar Pelayanan Keperawatan Suhartati,S. Pelayan kebidanan yang dan Konprehensif (PONED & Kp.M.Kes, Kasubdit Bina Yan bermutu memerlukan ketersediaan PONEK) Rumah Sakit dan Puskesmas Keperawatan Kebidanan Dra. bidan dalam jumlah dan kualitas diharapkan bisa menjadi lembaga Nurjasmi, M.Kes. yang memadai, terdistribusi secara dimana kasus rujukan diharapkan Pelayanan kebidanan adalah merata, serta dimanfaatkan secara dapat di atasi dengan cepat dan bagian integral dari sistem berhasil guna dan berdaya guna, tepat. pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga dapat diselenggarakan Salah satu upaya Akselerasi oleh bidan, dilakukan secara pelayanan kebidanan sesuai penurunan AKI dan AKB dalam mandiri, kolaborasi, konsultasi dengan kebutuhan seluruh tatanan mendukung program MDGs yang dan rujukan yang mencakup pelayanan kesehatan. dilakukan Direktorat Jenderal Bina pelayanan kesehatan reproduksi, Sufermi Sofyan Pelayanan Medik, melalui Direktorat remaja, pra nikah,hamil, bersalin, Bina Pelayanan Keperawatan adalah nifas, bayi baru lahir, balita sehat, menyusun standar dan pedoman pelayanan KB, psimonopause pada asuhan kebidanan . Pada tanggal kasus normal dan 23 Agustus 2010 di Batam diadakan kegawatdaruratan Rapat Konsolidasi Penerapan maternal dan Standar dan Pedoman Asuhan neonatal di semua Kebidanan yang dihadiri oleh Bidan fasilitas kesehatan. Supervisor / Koordinator Rumah Bidan sebagai Sakit Vertikal Dirjen Bina Pelayanan salah satu tenaga Medik dan Bidan Koordinator kesehatan yang Dinas Kesehatan Propinsi, untuk memiliki posisi mendengarkan pemaparan penting dan pengalaman dari Propinsi yang strategis dalam sudah menerapkan, menjadikannya penurunan AKI dan Foto bersama Sesditjen Bina Yanmedik 23

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Kemenkes Dukung Pendirian RS Pelita Rakyat


BANTEN - Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingginya. Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak boleh membeda-bedakan masyarakat atas tingkat sosial ekonominya. Penduduk yang tidak mampu atau miskin harus mempunyai kesempatan yang sama dengan penduduk yang mampu dalam mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, demikian sambutan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS pada acara pendirian Rumah Sakit Pelita Rakyat di Jl. Anyer, Serang Banten tanggal 7 Agustus 2010. Hadir dalam acara tersebut, Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo, beberapa anggota Komisi IX DPR-RI, dr. Budihardja Singgih, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, drg. Naydial Roesdal, Inspektur Jenderal, dr. Chalik Masulili, M.Sc., Staf Ahli Menkes Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat, dr. Krishnajaya, Staf Ahli Menkes Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi. Menurut Dirjen Bina Yanmed, pada dasarnya pemerintah menginginkan semua orang dapat menjangkau pelayanan kesehatan bahkan dengan pelayanan prima. Namun karena terbatasnya anggaran yang dimiliki pemerintah, masih ada masyarakat yang belum terlayani oleh Puskesmas apalagi rumah sakit. Karena itu, Kemenkes menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas upaya yang dilakukan kader-kader PDI Perjuangan yang dimotori dr. Ribka Tjiptaning, Ketua Komisi IX DPR-RI mendirikan rumah sakit Pelita Rakyat. Inisiasi dari fraksi PDI Perjuangan yang dimotori dr. Ribka Tjiptaning mendirikan rumah sakit yang ditujukan kepada orang-orang tidak mampu dan masyarakat lapisan bawah, merupakan inisiasi yang perlu dicontoh oleh kelompok masyarakat lainnya. Harapan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik bahwa fasilitas kesehatan berupa klinik, apalagi rumah sakit akan bertambah jumlahnya sehingga meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia. Pembangunan rumah sakit ini masih dalam proses, karenanya perlu ditindaklanjuti dengan pemenuhan prosedur dan persyaratan sampai rumah sakit dapat beroperasi. Rumah Sakit Pelita Rakyat pasti didukung Pemda dengan mengalokasikan anggarannya, karena secara langsung membantu pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi warganya sebagai bagian dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pelayanan rumah sakit Pelita Rakyat didesign tidak ada perbedaan kelas, setara dengan kelas 3 RS Pemerintah/peserta Jamkesmas. Konsekuensi rumah sakit yang tarifnya rendah (billing cost = biayanya dibawah yang seharusnya) pasti memerlukan subsidi. Karena itu, pengelola rumah sakit tentunya sudah memikirkan hal ini sehingga rumah sakit tetap berdiri dan dapat beroperasi secara berkesinambungan.

Peletakan batu pertama untuk pembangunan rumah sakit oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik

24

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan
SKTM. Sering terjadi diskriminasi layanan di rumah sakit karena sistem kelas yang membedakan status ekonomi pasien, kaya dan miskin. Pasien miskin atau pemegang kartu Jamkesmas/ Jamkesda/SKTM selalu menempati kelas 3, yang layanannya pun terbilang seadanya. Rumah sakit swasta pun seharusnya mempunyai peran sosial, namun telah bergeser sepenuhnya kepada prot oriented atau mengejar keuntungan saja, tegasnya. Ketua Komisi IX DPR, menyatakan masuknya neoliberalisme di bidang kesehatan, menyebabkan rumah sakit yang tadinya berorientasi sosial, kemudian beralih menjadi komersial. Bahkan sebagian besar RSUD juga sudah komersial dengan adanya kelas-kelas perawatan. Bila berorientasi kepada prot, sebaiknya Pemda membuat rumah sakit swasta, karena RSUD dibiayai oleh APBN dan APBD, maka dalam meningkatkan kelas RSUD uang rakyat jangan dikorbankan. Awalnya rumah sakit ini adalah klinik pelayanan kesehatan tetapi jalannya agak tersendat-sendat. Di daerah ini tidak ada rumah sakit sehingga perlu membangun sebuah Rumah Sakit supaya masyarakat disini jika berobat tidak usah jauh-jauh ke Cilegon. Dari semangat itulah dibangun rumah sakit tanpa kelas. Langkah pertama lebih baik dari pada seribu langkah berikutnya karena langkah pertama itu menentukan tujuan. Denny

Penggagas dan pendiri RS Pelita Rakyat dr. Ribka Tjiptaning, menjelaskan bahwa rumah sakit tanpa kelas memang sangat dibutuhkan di Indonesia. Indonesia masih membutuhkan sekitar 300 rumah sakit, mengingat masih banyaknya pasien yang ditolak berobat di rumah sakit karena alasan biaya, bahkan pemegang kartu Jamkesmas/Jamkesda maupun

Resiko Memakai Sepatu High Heels


epatu wanita memang kini menajdi pelengkap kita dalam berbusana. Tak lengkap rasanya bila pakaian yang kita kenakan tidak matching dengan sepatu yang kita pakai.Bagi wanita, sepatu ada dua jenis yang sering kita kenakan. Sepatu high heels dan sepatu at. Buat anda yang pekerja kantoran, pastinya sangat membutuhkan sepatu high heels setiap harinya. Namun, anda harus lebih berhati-hati atas dampak yang ditimbulkan bila anda keseringan menggunakan sepatu high heels. Berikut dampak positif dan negatif saat anda menganakan sepatu high heels: Dampak positif: 1. Sepatu wanita bertumit tinggi ini membuat bentuk kaki terlihat lebih elegan dan seksi; 2. Menunjang penampilan busana Anda;

3. Meningkatkan gairah seks pemakainya. Menurut tim peneliti dari Italia, perempuan yang mengenakan high heels dengan tinggi tumit sekitar 1-2 inchi lebih menyenangkan saat diranjang dibandingkan dengan mereka yang suka mengenakan at shoes; 4. Mampu mengatasi beberapa masalah yang berkaitan dengan postur tubuh;

5. Menutupi kekurangan Anda terutama dalam hal tinggi badan; 6. Dapat menghilangkan tonjolantonjolan urat lutut yang tampak menjengkelkan; 7. Dapat Memperbaiki otot panggul Dampak buruk : 1. Rentan mengalami patah tulang kaki 2. Dapat menyebabkan peradangan pada jantung kaki 3. Bengkak pada ibu jari kaki yang bisa menimbulkan peradangan 4. Nyeri lutut 5. Nyeri punggung 6. Berisiko menyebabkan patah pada tungkai kaki akibat terjatuh dari high heel yang super tinggi . (berbaGai sumber)

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

25

liputan

Kementerian Kesehatan Dukung Sail Banda


AMBON Kementerian Kesehatan mendukung Sail Banda melalui kegiatan Bakti Sosial (Baksos) yang berlangsung tanggal 12 Juli 3 Agustus 2010 di Provinsi Maluku. Baksos kesehatan Surya Baskara Jaya merupakan kerjasama TNI-AL dengan Kemenkes dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk di pulaupulau kecil, terluar dan terpencil mencakup 10 lokasi di 5 Kabupaten/Kota. Bakti Sosial Operasi Surya Baskara Jaya kegiatan utamanya adalah pelayanan dan penyuluhan kesehatan. Dalam Baksos Sail Banda juga melibatkan beberapa sector bahkan beberapa Negara tetangga di Asia Tenggara, Australia, didukung pula oleh Angkatan Laut Amerika, Singapura, Malaysia dan Australia. Tanggal 4 Juli 2010 Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH melepas keberangkatan Kapal KRI Suharso di Kolinlamil Tanjung Priok. Kapal ini membawa alat transportasi, peralatan kesehatan dan obat-obatan yang akan digunakan dalam bakti sosial kesehatan disamping bahan kontak baksos lainnya. Dukungan Kemenkes dalam kegiatan baksos Sail Banda berupa 1 unit ambulans transportasi, 3 unit Puskesmas Keliling (Pusling) Roda 4 untuk Maluku Utara, 1 unit Pusling Roda 4 untuk Maluku, 5 buah emergency set perorangan, 2 emergency set tim, 2 tim unit debrillator, 2 unit examination lamp, 5 unit minor surgery, dan 2 ventilator dari PPK Regional Makassar. Bantuan lainnya berupa asistensi gawat darurat, pengiriman dokter ahli serta perawat mahir, simulasi kegawat daruratan, sosialisasi masalah kesehatan, kegiatan survey vector dan penyuluhan pengendalian penyakit menular dan penyehatan lingkungan, pemberdayaan masyarakat (Desa Siaga), pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) di wilayah Maluku yaitu Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Aru, Seram Bagian Barat, Buru Selatan, dan lain-lain. Selain itu, Kemenkes juga memberikan bantuan 10 ton makanan pendampingan air susu ibu (MP-ASI), 1.900 kg obat pelayanan dasar, 200 obat TBC, 500 obat

malaria, 200 buah kelambu, dan 40 buah sound timer. Selain Kapal KRI Suharso sebagai tempat pelayanan kesehatan, kapal USNS Mercy dari Amerika juga mengadakan baksos di Provinsi Maluku Utara terkait dengan Pasic Partnership 2010. Pelayanan Kesehatan di daerah yang tidak dapat dilalui kedua kapal tersebut seperti Buru Selatan, Seram Barat, Aru, Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya akan dilaksanakan dengan tim mobile bantuan Pemda dan Bantuan Sosial Kemenkes Program Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) tahun 2010. Dalam baksos ini juga dilakukan penguatan pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi sarana umum, penyuluhan/pelatihan, dan bantuan sosial. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan umum dengan pola pelayanan KB, kesehatan gizi antara lain pelayanan kesehatan gizi bayi, balita dan ibu hamil, pertolongan persalinan, dan pelayanan penyakit menular. Pelayanan kesehatan spesialistik/operasi seperti operasi katarak, operasi bibir sumbing, dan sunatan massal. Acara puncak Sail Banda dilaksanakan tanggal 3 Agustus 2010 yang diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan berlanjut sampai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 55 di Pulau Kisar, pulau terluar Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Ahmad Haryanto

26

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Korban Elpiji Dapat Perawatan Gratis


JAKARTA - Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengunjungi sejumlah korban ledakan tabung gas elpiji yang dirawat di ruang Unit Luka Bakar Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan, Selasa. Tanggal 24 Agustus 2010. Menkes didampingi Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS tiba di rumah sakit pukul 08.00 WIB, dan segera meluncur ke empat pasien. Seluruh korban menjalani perawatan luka bakar di gedung F lantai 2, Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan. M e n k e s menyampaikan, seluruh korban telah menjalani operasi penanaman kulit. Kebanyakan korban mengalami luka bakar 19 persen. Maksmial 3 minggu sehat kembali. semua korban dijamin bisa dirawat di seluruh RS di seluruh Indonesia. Dalam kesempatan itu, Muhammad Harun selaku Vice Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina menjanjikan akan menanggung seluruh pengobatan dan biaya rawat jalan bagi seluruh korban. Berdasarkan data, dari pengaduan dua bulan terakhir, ada 130 kasus kebocoran gas yang menyebabkan ledakan. Meski tidak semua lokasi ada korban. Biaya rumah sakit secara gratis yang dilakukan PT Pertamina berlaku di seluruh Indonesia. sedangkan untuk mengurangi trauma, RSPP memperbantukan psikiater dalam perawatan korban tabung gas. Ini bagian dari pengobatan, diperbantukan psikiater dan psikolog. Saat ini korban akibat ledakan tabung gas yang

masih menjalani perawatan adalah Lia Agustina (1 tahun), warga Kebon Jeruk, luka bakar 17,5 persen di kaki, lengan, punggung. Leni Harlina (25 tahun), warga Kebon Jeruk, luka bakar 20 persen di kaki, lengan dan punggung. Korban lainnya Agit Ghifar Gufroni (22 tahun), warga Tambora, luka bakar 19 persen di tungkai kaki kiri kanan, dam Syamsul Hadi, 53 tahun, kayu manis 19 persen di tubuh. Berdasarkan data yang ada, sebanyak 78 kejadian ledakan tabung gas yang terjadi di Jakarta. Imin/dsy

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

27

liputan

Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Di Lingkungan Ditjen BinaPelayanan Medik


BANDUNG Sebagai pembentuk citra institusi, penyebar informasi dan menjalin hubungan yang harmonis dengan semua stakeholder, diharapkan kepada petugas kehumasan di Rumah Sakit dan UPT agar selalu berpihak kepada rakyat, bertindak cepat dan tepat serta mengutamakan kerjasama tim yang berintegrasi tinggi, transparasi dan akutabilitas, hal inilah yang disampaikan Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan Medik, Dr. dr. Sutoto, M.Kes saat pembukaan peningkatan kemampuan tenaga kehumasan pada tanggal 26 Agustus 2010 di Bandung. Tenaga Kehumasan dalam menjalankan tugas perlu selalu mengingat Visi Kementerian Kesehatan yaitu Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan bagi setiap penduduk agar terwujud suatu pelayanan kesehatan yang bermutu, esien, adil dan merata di rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik. Dengan salah satu Misi Kementerian Kesehatan Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan dan membuat rakyat sehat. Sehingga akan terpenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan mengangkat tema Profesionalisme Humas

dalam menghadapi era Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dituntut untuk kesiapan petugas humas dalam mengimplementasikan KIP. Keterbukaan Informasi Publik membawa kearah Reformasi Pelayanan Informasi Publik yang lebih transparan, akuntabel, partisipatif, efektif, dan esien serta sesuai dengan aturan hukum yang ada dan kebijakan pemerintah yang makin mudah diakses dan diawasi publik. Setiap orang baik itu Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing dapat mengakses informasi berdasarkan klarikasi informasi yang wajib diumumkan secara serta merta, informasi yang wajib

28

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Penyerahan sertifikat kepada Peserta dari Rumah Sakit Ratatotok dan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

tersedia setiap saat. Informasi yang disediakan dan diumumkan secara berkala, serta informasi yang diperoleh berdasarkan permintaan. Bahwasanya, setiap orang berhak untuk tahu dan kewajiban untuk memberitahu, sehingga implikasi keterbukaan informasi dapat berjalan dengan lancar. Keterbukaan Informasi Publik semua informasi tidak boleh lagi ditutup-tutupi. masyarakat sudah semakin cerdas. Karenanya, humas harus dapat memposisikan diri

sebagai penyambung lidah antara masyarakat dan pemerintah,mampu mengemas informasi dengan baik sehingga menimbulkan citra yang baik pula terhadap pimpinan dan instansinya. Seluruh staf kehumasan khususnya jajaran pemerintah daerah jangan hanya menjadi corong pemerintah namun staf humas harus berdiri pada posisi tengah, di mana selain menjadi juru penerang pemerintah, sekaligus menjadi juru penerang masyarakat. Posisi humas sangat strategis untuk

membentuk citra pimpinan dan instansi yang dinaunginya. Untuk membentuk citra yang positif, humas diharuskan membangun komunikasi secara sinergis terhadap berbagai lembaga dan elemen masyarakat termasuk dengan jajaran pers. Seluruh tenaga kehumasan harus memiliki kompetensi, melakukan penguatan dalam bidang kelembagaan. Selain itu juga harus pro aktif, tidak menunggu bola melainkan menjemputnya dan menguasai semua teknologi komunikasi. Sebagai implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, Rumah Sakit dan BBLK diharuskan memiliki Unit Pengaduan. Diharapkan dari pertemuan ini dapat tercipta tenaga kehumasan yang profesional, terbentuknya sistem manajemen humas dan iklim yang kondusif dan dinamis untuk kelancaran pelaksanaan tugas kehumasan. Humas

Foto Bersama: Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Dilingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

29

liputan

Peningkatan Kemampuan Bendahara di Lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik


BandunG Pada tanggal 31 Agustus s/d 2 September 2010 telah dilaksanakan Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik di Bandung. Pelatihan ini merupakan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih mampu dan terampil dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan di rumah sakit. Pengelolaan keuangan di rumah sakit dan satuan kerja saat ini menjadi ukuran keberhasilan kinerja pengelolaan keuangan di masing-masing unit kerja, demikian uraian dari Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yang saat itu diwakili oleh Direktur Keuangan RSUP Hasan Sadikin Bandung pada saat Pembukaan Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik (dr. Ahmad Soebagyo. T, MARS). Bendahara adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja. Dalam rangka mendukung terwujudnya good government dalam penyelenggaraan Negara, maka pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk terwujudnya Laporan Keuangan yang baik dan transparan serta tidak disclaimer, maka dalam pembuatan Laporan Keuangan baik SAI maupun SIMAK-BMN harus sesuai serta dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berbagai upaya mewujudkan pengelolaan keuangan salah satunya adalah melalui reformasi pengelolaan keuangan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dalam pengelolaan keuangannya dituntut lebih profesioanal mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya. Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik antara lain: 1. Kebijakan Pemerintah dalam menetapkan Rumah

30

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan
Sakit yang mandiri menuju Indonesia Sehat 2011 2. Pengawasan oleh aparat fungsional 3. Tata cara pembukuan bendahara dan penyusunan LPJ Bendahara 4. Prosedur dan Permintaan uang persediaan & tambahan uang persediaan 5. Prosedur dalam penerbitan SP2D 6. Pelaporan realisasi anggaran (SAI, Pelaporan) 7. Penyelesaian tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi. Harapan dari Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yang saat itu diwakili oleh Direktur Keuangan RSUP Hasan Sadikin Bandung pada saat Pembukaan Peningkatan

Para Peserta Peningkatan kemampuan petugas bendahara rumah sakit/satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik agar kewenangan yang diberikan dalam hal pengaturan keuangan salah satunya adalah

untuk pelaksanaan pengadaan barang dan jasa harus lebih sungguh-sungguh, bertanggung jawab serta bekerja secara profesional dan jujur.
PeLita Apriany

Penghancur Lemak Alami


meningkatkan metabolisme trigliserida (misalnya lemak yang tebal di bawah kulit) untuk diubah menjadi asam lemak. Tapi ingat, lemak di bawah kulit hanya bisa dibakar bila bentuknya sudah diubah menjadi asam lemak. Proses pembakarannya adalah dengan olahraga, kata Phaidon. Agar fungsi teh hijau sebagai fat burner lebih optimal, Phaidon menyarankan agar teh hijau diminum sebelum latihan. Kapasitas antioksidan teh hijau sangatlah kuat sehingga bisa memberi efek proteksi terhadap dinding sel otot. Selain itu, lanjut Phaidon, jika diminum sebelum menyantap makanan, teh hijau akan membantu menahan asupan lemak. Bagi Anda yang ingin praktis kini telah banyak tersedia ekstrak teh hijau yang sudah diolah secara modern dalam bentuk kapsul sehingga bisa dibawa ke mana pun dan mempermudah Anda mempersiapkan diri bila ingin berolahraga dan menggunakan ekstrak teh hijau. 31

eh hijau mengandung bahan aktif epigallocathechin gallate yang multi fungsi. Minum air jeruk saja biar lemaknya hancur, mungkin Anda sering mendengar saran tersebut untuk mengurangi rasa berdosa setelah menyantap makanan enak, tapi penuh lemak. Padahal, penghancur lemak alami yang paling baik adalah teh hijau. Menurut dr. Phaidon Toruan, dalam bukunya Fat-Loss Not Weight-Loss, ada dua keuntungan mengonsumsi teh hijau, yakni sebagai fat burner yang optimal dan kaya akan antioksidan. Teh hijau akan membantu meningkatkan pembakaran lemak, dalam arti membantu

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT DitJen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011
BANDUNG Menteri Keuangan R.I telah menetapkan besaran angka Pagu Sementara Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2011. Berdasarkan Pagu Sementara Anggaran Belanja Tahun 2011 tersebut, maka kepada masing-masing Satuan Kerja agar menyusun rencana kerja dan Anggaran Tahun 2011 dengan mengacu pada Rencana kerja Pemerintah, Rencana kerja KementerianLembaga, Peraturan Pemerintah tentang petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL serta Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Tahun 2011. Untuk itulah diadakan pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT Ditjen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011, pada 9 Juli 2010. Tahun Anggaran 2011 dihadapkan kepada perubahan paradigma baru mengenai Reformasi Anggaran; Pertama hasil restrukturisasi program dan kegiatan akan digunakan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20102014 dan Rencana strategis Kementerian/Lembaga tahun 2010-2014 serta mulai diimplementasikan dalam penyusunan Rencana

Pembukaan Penyusunan Pagu Sementara Tahun Anggaran 2011 oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik

32

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan
Kerja Pemerintah, Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RKAKL), dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran tahun 2011. Hal ini berarti bahwa alokasi anggaran Kementerian/Lembaga harus ditetapkan berdasarkan Program sesuai hasil restrukturisasi. Restrukturisasi program dan kegiatan ini terjadi pada hampir seluruh kementerian/lembaga. Kedua, perubahan Undang-undang Legislatif juga telah mengubah hubungan kelembagaan antara Pemerintah dan DPR berkaitan dengan penetapan APBN, termasuk didalamnya jadwal pembahasan APBN pada masing-masing kementerian/lembaga. Penganggaran Tahun 2011 menganut pendekatan Penganggaran Terpadu (unied budget) yaitu pendekatan penganggaran yang dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga untuk menghasilkan dokumen RKA-KL sesuai dengan dengan klasikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Pengintegrasian seluruh proses perencanaan dan penganggaran tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana untuk Kementerian/Lembaga baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional. Penganggaran 2011 juga menganut pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (performance based budgeting) yaitu pendekatan penganggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk esiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja pada dasarnya mengubah pola pengalokasian anggaran dari semula berbasis input menjadi berbasis output sehingga fokus pengukuran kinerja terhadap program/kegiatan juga akan bergeser dari semula didasarkan atas besarnya jumlah alokasi sumber daya menjadi hasil yang dicapai dari penggunaan sumber daya. Dalam pengalokasian anggaran untuk sebuah output kegiatan harus tergambar secara jelas asumsi yang digunakan baik kuantitas dan kualitas komponen input yang digunakan serta relevansi masingmasing komponen input sebagai tahapan dalam rangka pencapaian output kegiatan. Untuk mengetahui tingkat capaian kinerja sebuah Program atau Kegiatan, maka perlu dilakukan evaluasi kinerja dengan mengacu pada indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja dapat berupa indikator input, indikator output atau indikator outcome. Pendekatan lain dalam penganggaran Tahun 2011 adalah digunakannnya Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (medium term expenditure framework) yaitu suatu pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran. Penyusunan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah yang komprehensif memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi: penyusunan kerangka asumsi makro, penetapan targettarget skal, total resource envelopes, pendistribusian total pagu belanja masingmasing Kementerian/Lembaga, dan penjabaran pengeluaran Kementerian/Lembaga ke masingmasing Progran dan Kegiatan. Dalam rangka penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, maka Kementerian/ Lembaga harus memperhatikan kebutuhan anggaran untuk setiap output yang dihasilkan serta tetap menjaga keselarasan dengan target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana strategi Kementerian/ Lembaga dan budget contraint untuk setiap tahun. Disisi lain Sistem Penganggaran dan RKAKL 2011 juga mengalami perubahan sesuai dengan perubahan sistem panganggaran yang baru yang terdiri dari program, kegiatan dan keluaran (output). Output terdiri dari beberapa komponen masukan yang merupakan komponenkomponen pembentuk keluaran,

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

33

liputan
dimana ; Program : berada pada level eselon I yang merupakan nomenklatur reeksi dari tugas dan fungsi Eselon I dan mempunyai outcome dan bersifat mengikat. Kegiatan : berada pada level eselon II/Satker yang merupakan nomenklatur reeksi dari tugas dan fungsi eselon II dan mempunyai output dan bersifat mengikat. Output : berada pada level eselon II/ Satker dan merupakan output atau keluaran yang harus dicapai oleh Eselon II/Satker dan diukur dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), bersifat mengikat. Komponen Input : merupakan pembentuk output dan strukturnya tergantung pada masing-masing unit kerja, bersifat tidak mengikat. Semoga dengan berbagai perubahan paradigma tersebut tidak mengurangi semangat dalam penganggaran guna pemberian pelayanan kepada masyarakat Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS menyampaikan saat ini Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik sebagaimana disebutkan dalam Laporan Penyelenggaraan Kegiatan oleh Sesditjen Bina Yanmed adalah sebanyak 35 Unit terdiri dari 34 Satuan Kerja Badan Layanan Umum dan 1 Unit Kerja Rumah Sakit Vertikal yang baru saja bergabung dengan Ditjen Bina Yanmed sejak tanggal 01 April 2010. Beberapa hal yang harus

diingatkan kepada Satker-Satker Badan Layanan Umum, antara lain : 1. Penyusunan RKA-KL harus mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No. 44/ PMK.05/ 2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) serta Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 550/Menkes/SK/ VII/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum Rumah Sakit. 2. Rencana Bisnis Anggaran tahunan disusun dengan mengacu kepada strategi bisnis, memuat seluruh program, kegiatan, anggaran penerimaan/ pendapatan, anggaran pengeluaran/ belanja, estimasi saldo awal dan estimasi saldo akhir kas BLU; 3. Rencana Bisnis dan Anggaran juga harus disusun berdasarkan

basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya, dan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari layanannya. 4. Kepada Satker BLU yang telah mampu menyusun standar biaya menurut jenis layanannya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya maka penyusunan RBA-nya mengunakan standar biaya tersebut, sedangkan untuk satker BLU yang belum mampu menyusun standar biaya, RBA disusun berdasarkan Standar Biaya Umum (SBU); 5. Kepada Satuan Kerja Baru, Rumah Sakit Umum Ratatotok Buyat, karena Tahun Anggaran 2011 merupakan tahun awal RS ini membuat perencanaan berbasis Kinerja. Hasil yang diharapkan adalah tersusunnya Rincian Pagu Anggaran Sementara Rumah Sakit dan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Tahun Anggaran 2011, yang selanjutnya akan diusulkan ke Kementerian Keuangan c/q Direktorat Jenderal Anggaran, melalui Biro Perencanaan dan Anggaran Setjen Kementerian Kesehatan R.I untuk ditetapkan sebagai Pagu Denitif Tahun Anggaran 2011. Imin/Dsy

34

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

Rumah Sakit Internasional Bukan Sekedar Nama


KEMENKES Sejumlah Rumah Sakit di Indonesia yang menggunakan label internasional/dunia/global pada penamaan Rumah Sakit wajib melepaskan nama tersebut, dengan tenggang waktu mulai Agustus mendatang. Selain itu, Rumah Sakit wajib prioritaskan pelayanan internasional bukan nama Internasional. Hal ini ditegaskan saat jumpa pers Kementerian Kesehatan, pada 9 Juli 2010. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS menyampaikan Peraturan Menteri Nomor 659/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, pelepasan label tersebut paling lambat dalam jangka waktu satu tahun sejak peraturan ini ditetapkan. Rumah Sakit Kelas Dunia bukan sekedar penggunaan nama internasional/ global/dunia untuk label rumah sakit; pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter asing; pelayanan kesehatan yang sebagian besar pasiennya adalah orang asing; pelayanan kesehatan menggunakan teknologi canggih; pelayanan kesehatan yang diberikan secara eksklusif dengan biaya mahal. Jika hanya sekedar pengertian di atas, dikhawatirkan akan mengelabui pengertian masyarakat tentang rumah sakit yang bermutu dan akan berakibat menurunnya akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia semestinya rumah sakit yang menjalankan pelayanannya berstandar global baik dari aspek pemenuhan fasilitas yang aman dan nyaman, manajemen rumah sakit maupun manajemen kliniknya. Penerapan manajemen terbaik inilah yang diharapkan mendapatkan pengakuan dari luar yaitu suatu badan/lembaga akreditasi yang fokus dengan penjaminan mutu pelayanan di rumah sakit bertaraf internasional seperti Joint Commission Internasional, ossas, malcolm baldridge atau lainnya. Diketahui sebanyak 12 Rumah Sakit yang memakai nama internasional, antara lain RS Bintaro Internasional, RS Mitra Internasional Jatinegara, RS Surabaya Internasional, RS Yogya Internasional, RS Royal Progress Internasional, RS M.H Thamrin Internasional, RS Gleni Internasional Hospital, RS Bedah Bali Internasional Medical Center, RS Santosa Bandung Internasional, RS Omni Internasional Alam Sutra, RS Global Awal Bros, dan RS Aceh Internasional Hospital. Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Dr. Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An mengutarakan dari delapan Rumah Sakit, sudah ada lima Rumah Sakit yang melaporkan penggantian nama kepada Kementerian Kesehatan, yaitu Santosa Bandung Internasional menjadi Santosa Bandung Hospital; RS Surabaya Internasional menjadi RS Premier Surabaya; RS Internasional Bintaro menjadi RS Premier Bintaro; RS Mitra Internasional menjadi RS Premier Jatinegara; dan Global Awal Bros Hospital menjadi Rumah Sakit Awal Bros. Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar, drg. S.R. Mustikowati, M.Kes menambahkan Rumah Sakit harus tetap menjalankan fungsi sosial dengan tetap melayani pasien miskin yang masuk ke Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia. Pada akhirnya, suatu predikat Rumah Sakit Internasional bukan untuk memperjuangkan sebuah label, namun predikat tersebut untuk memperjuangkan pelayanan kesehatan secara terstandar, aman, nyaman dan memenuhi harapan masyarakat. Imin/Dsy

Suasana Jumpa Pers Kementerian Kesehatan, dihadiri sejumlah wartawan Media Cetak dan Media Elektronik

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

35

ragam

Penyerahan DIPA Tugas Pembantuan TA. 2010

Ditjen Bina Pelayanan Medik


BANDUNG Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, SpP, MARS, pada tanggal 19 Agustus 2011 lalu berkesempatan menyerahkan secara langsung Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) kepada Satuan Kerja (Satker) penerima anggaran Tugas Pembantuan (TP) Tahun Anggaran 2010 di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik. Penyerahan DIPA adalah hal yang ditunggu-tunggu oleh Satker penerima anggaran TP mengingat dengan telah terbitnya DIPA tersebut maka satker dapat mulai menggunakan anggarannya untuk kepentingan Rumah Sakit, baik untuk sik bangunan maupun untuk peralatan kesehatan. Proses panjang harus dilalui oleh para satker penerima anggaran TP sampai terbitnya DIPA ini. Diawali dari penentuan satker yang memperoleh TP TA. 2010 berdasarkan SK Menkes (bulan April 2010), pembahasan dan penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan pemeriksaan kelengkapan data dukung di Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan (bulan Mei 2010), kemudian diterbitkan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) (bulan Juni 2010), dilanjutkan dengan penerbitan konsep DIPA (bulan Juli 2010) dan terakhir pembagian DIPA kepada seluruh satker penerima anggaran TP TA. 2010 ini. Mengingat terbitnya DIPA ini sudah menjelang penghujung tahun anggaran, Bapak Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik mengingatkan kepada seluruh satker agar dapat menggunakan anggaran TP ini dengan sebaik-baiknya. Sedapat mungkin jangan mengajukan revisi DIPA mengingat waktu kegiatan sudah sangat sempit. Jika terpaksa revisi, cukup di

Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) saja sehingga dapat menghemat waktu revisi dan anggaran dapat terserap dengan baik, pesan dr. Supriyantoro, SpP, MARS. Hal lain yang tidak kalah penting disampaikan dalam arahan beliau adalah jangan sampai terjadi duplikasi sumber anggaran untuk satu kegiatan yang sama. Untuk pengadaan peralatan kesehatan, hindari celah-celah yang mengarah kepada kemungkinan mark up harga atau pun sedari awal sudah mengarah pada satu merk alat tertentu. Dalam acara pembagian DIPA TP ini, Dirjen Bina Pelayanan Medik hadir bersama Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan drg. Naydial Roesdal, MSc, FICD. Pada kesempatan ini, Inspektur Jenderal menyampaikan makalah dengan tema Kebijakan Pengawasan Nasional dan Kebijakan Pengawasan Kementerian Kesehatan RI. Dalam makalahnya, beliau menyampaikan hasil audit yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, BPKP maupun BPK di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik. Hasil pengawasan BPK menyebutkan bahwa dari 1,2 triliun anggaran yang disclaimer sebagian besar berasal dari kantor daerah. Ada 4(empat) kriteria terhadap hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPK, yaitu : 1. Wajar tanpa pengecualian 2. Wajar dengan pengecualian 3. Tidak memberikan pendapat disclaimer 4. Tidak wajar Sumber disclaimer yang cukup besar salah satunya berasal dari anggaran TP di mana yang menggunakannya adalah RSUD maupun BLK/Labkesda milik provinsi/kabupaten/kota. Khusus untuk alat

36

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

kesehatan yang dibeli dari sumber anggaran TP akan dihibahkan dari Kementerian Kesehatan menjadi aset daerah. Untuk proses hibah tersebut diperlukan laporan Barang Milik Negara (BMN) dari satker penerima anggaran TP. Seringkali proses administrasi ini tidak diperhatikan dengan baik sehingga sering menjadi temuan pemeriksa dan akhirnya menjadi disclaimer. Sumber disclaimer lainnya adalah pembelian alat-alat kesehatan yang kecil dan mobile, seperti thermometer, timbangan, tensimeter, stetoskop; dimana ketika akan dihibahkan barangnya sudah tidak ada lagi. Pemanfaatan anggaran Tugas Pembantuan dapat digunakan untuk mencapai sasaran Program Upaya Kesehatan Perorangan dengan memperhatikan menu untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat dalam rangka : 1. Peningkatan mutu pelayanan 4 spesialis dasar (Penyakit Dalam, Kandungan & Kebidanan, Bedah, Anak) dan 3 spesialis penunjang (Anestesi, Radiologi, Patologi Klinik) serta penunjang Non Medis (Kitchen, Laundry, IPAL, CSSD, dll) dalam rangka mendukung program Dokter Spesialis Berbasis Kompetensi (PDSBK) 2. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk peningkatan mutu pelayanan di kelas III RS 3. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan Gawat Darurat 4. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan PONEK termasuk pelayanan Darah dan Laboratorium 5. Akreditasi RS/Labkes 6. Pemenuhan kebutuhan dana pendamping sesuai perjanjian Pemerintah dengan negara donor. Dalam pelaksanaan anggaran Tugas Pembantuan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pembangunan hanya untuk gedung pelayanan (seperti gedung poliklinik/ rawat jalan, gedung rawat inap, gedung Unit/ Instalasi Gawat Darurat, Kamar Operasi (OK), Gedung Radiologi, gedung

ICU, dll) 2. Pengadaan peralatan non medik (meubelair, lift, AC, nurse call, dll) hanya untuk kelengkapan gedung baru 3. Biaya operasional pemeliharaan untuk gedung dan peralatan rumah sakit disesuaikan dengan status kepemilikan rumah sakit 4. Tidak diperbolehkan untuk gedung kantor, gedung asrama, rumah dokter, rumah direktur, garasi, workshop, aula, masjid, jalan lingkungan/ kompleks, parkir, pagar atau taman. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik menggarisbawahi hal penting yang sering dilupakan, yakni tentang peran Dinas Kesehatan Provinsi. Seringkali usulan/proposal kegiatan disampaikan RSUD/BLK/ Labkesda langsung kepada Kementerian Kesehatan cq. Ditjen Bina Pelayanan Medik tanpa melalui Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Ini harus diluruskan, kata Dirjen Bina Yanmed. Beliau melanjutkan, Dinas Kesehatan Provinsi adalah kepanjangan tangan dari Kementerian Kesehatan yang ada di daerah. Mereka lebih mengetahui keadaan RSUD di wilayahnya. Jadi semua usulan yang masuk baru akan kami proses ketika ada rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Ini menguntungkan bagi kami, karena cukup memonitor 33 provinsi yang ada di Indonesia, bukan 700-an satker yang ada yang pasti sangat memusingkan. Sehingga untuk sekarang dan masa yang akan datang, semua usulan yang masuk ke Kementerian Kesehatan RI harus melalui Dinas Kesehatan Provinsi dulu baru dapat diproses di Ditjen Bina Pelayanan Medik. Tentunya hal ini menjadi catatan penting dan sentilan bagi RSUD yang mengajukan usulannya langsung tanpa melalui Dinkes Provinsi setempat.
(OCkti, ProGram & Informasi Setditjen Bina Yanmed)

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

37

ragam

Regulasi Pemerintah vs Reformasi Rumah Sakit:

Sejalankah?

Catatan kecil dari Seminar dan Forum Alumni & Mahasiswa MMR Fakultas Kedokteran UGM, Juli 2010

Satu potret sebuah RSUD di Jawa, agak pelosok untuk ukuran Pulau Jawa, dengan susah payah menggeliat untuk bertahan, meskipun dengan peralatan kesehatan seadanya serta dokter spesialis yang terbatas jumlahnya. Sementara di Jakarta, rumah sakit tumbuh bak jamur di musim hujan, berkembang dan berkompetisi begitu tajam. Adu kecanggihan teknologi alat kesehatan, dokter sub spesialis yang bertebaran, serta bangunan gedung yang sedemikian menawan.

a, inilah Indonesia. Kesenjangan yang terjadi demikian besarnya. Contoh di atas baru yang terjadi di pulau Jawa, sementara kita semua tahu bahwa Indonesia adalah Sabang sampai Merauke. Dapat dibayangkan keberagaman yang ada di dalamnya serta berbagai masalah yang menyertainya. Sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi pengambil kebijakan untuk menata keadaan ini dan berusaha untuk memperkecil kesenjangan yang terjadi. Reformasi rumah sakit adalah proses perubahan yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan mengikuti kebutuhan penggunanya. Rumah sakit dituntut terus berkembang dan berevolusi layaknya makhluk hidup yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit memaksa rumah sakit untuk berubah. Tekanan perubahan yang tak kalah kuatnya muncul dari tuntutan masyarakat terhadap peningkatan mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit, di samping pengaruh politik dari dalam maupun luar negeri. Bentuk nyata dari amanat UU tentang Rumah Sakit adalah perubahan kelembagaan rumah sakit menjadi Badan Layanan Umum. Alex Prekker dan April Harding dari World Bank menggambarkan skenario hospital reform sebagai perubahan bentuk manajemen rumah

sakit dari budgetary unit ke otonomi pengelolaan. Asumsi mendasar dalam model reformasi ini adalah bahwa lingkungan bisnis rumah sakit yang sangat dinamis akan mendorong rumah sakit hidup dalam suasana pasar. Konsep manajemen yang dipergunakan harus direformasi. Rumah sakit harus memiliki metode dan strategi pemasaran yang tepat agar memiliki daya saing yang tinggi, mampu bertahan dan mampu melayani kebutuhan pasien dengan memuaskan. Demikian dinamisnya perubahan rumah sakit di kota-kota besar di Indonesia, namun masih banyak juga pasien yang pergi ke luar negeri untuk mencari pengobatan. Di sisi lain, pernahkah terbayangkan bagaimana kondisi rumah sakit di pelosok negeri ini, terpaparkan mereka dengan perubahan-perubahan ini? Bukankah seluruh manusia Indonesia berhak akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memadai? Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Negara, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, mempunyai tanggung jawab besar dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Kementerian Kesehatan dituntut dapat membuat kebijakan, regulasi maupun program-program kerja yang tepat dan membumi, yang artinya dapat diterjemahkan dan dipergunakan oleh seluruh fasilitas

38

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

kesehatan yang ada. Kementerian Kesehatan telah membuat road map rumah sakit, yakni garis-garis besar kebijakan, program dan kegiatan prioritas dalam bidang perumahsakitan yang akan menjadi landasan bersama antar institusi pemerintah dan swasta dalam mewujudkan terjaminnya pelayanan kesehatan yang lebih merata, terjangkau dan berkeadilan. Ada 7 (tujuh) road map perumahsakitan di Indonesia : 1. Rumah sakit berstandar internasional di lima kota selama lima tahun 2. Meningkatkan kemampuan dan jumlah rumah sakit dalam mengantisipasi pencapaian universal coverage, di antaranya dengan RS tanpa kelas 3. Akreditasi seluruh rumah sakit di Indonesia selama lima tahun 4. Program keselamatan pasien dilaksanakan seluruh rumah sakit di Indonesia 5. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK), program pengembangan RS bergerak dan Flying health care 6. Menghidupkan sistem rujukan nasional 7. Meningkatkan pendukung atau penunjang pelayanan kesehatan, antara lain dengan membentuk jaringan

laboratorium referensi, jaringan penunjang medik, dll Rumah sakit berstandar internasional adalah jawaban Pemerintah terhadap makin banyaknya WNI yang berobat ke luar negeri. Isu mutu pelayanan yang kurang memuaskan serta mahalnya biaya pengobatan di dalam negeri menjadi alasan utama WNI berobat ke luar negeri. Selain itu adanya perjanjian WTO tentang perdagangan jasa (GATS = General Agreement on Trade in Services) dan Liberalisasi Jasa Bidang Kesehatan di lingkungan negara-negara ASEAN membuat pelayanan kesehatan dituntut agar berstandar internasional. Reformasi rumah sakit di Indonesia menjadi wajib hukumnya agar mampu berkompetisi dengan rumah sakit di negara-negara tetangga baik dari segi kualitas pelayanan maupun biaya pengobatan. Tentunya standar internasional yang melekat pada rumah sakit harus disertai dengan kesiapan rumah sakit untuk diakreditasi oleh badan akreditasi internasional. Universal coverage adalah implementasi dari UUD 1945 pasal 28H ayat 1 dan Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Program Jamkesmas adalah salah satu program Pemerintah dalam upaya mencapai universal

coverage. Jika universal coverage tercapai, cakupan rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit pastilah meningkat secara signikan. Antisipasi Pemerintah terhadap kondisi yang akan terjadi ini adalah dengan meningkatkan jumlah tempat tidur untuk perawatan kelas III di rumah sakit, mendirikan rumah sakit tanpa kelas, memperbaiki dan meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang ada di seluruh RSUD provinsi/kabupaten/ kota. Amanat UU Rumah Sakit Tahun 2009 mengharuskan seluruh rumah sakit untuk diakreditasi. Dengan akreditasi rumah sakit maka standar pelayanan, standar keselamatan dan standar mutu rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan. Dari sisi pasien, mendapatkan pelayanan yang memenuhi standar keselamatan dan standar mutu jelas merupakan hak mereka. Hanya saja rumah sakit mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam merespon dan mengantisipasi hal ini. Untuk itulah akreditasi yang dilakukan oleh lembaga independen menjadi jawaban untuk quality control yang menilai secara berkala (minimal 3 tahun sekali) standar kelayakan sebuah rumah sakit.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

39

ragam

Penyakit Buergers Disease


Oleh : Dr. Tangkas Sibarani, Sp.OT FICS

enyakit Buerger adalah kelainan yang disebabkan oleh trombo-oklusi segmental dari arteri-arteri sedang-kecil. Biasanya mengenai ekstremitas bawah, dan pada pasien usia muda dengan riwayat merokok. Buergers Disease ini ditemukan sejak tahun 1897 oleh Felix von Winiwater, ahli bedah asal Austria. Winiwater menemukan terjadinya perubahan sel-sel intima pembuluh darah atau proliferasi yang merupakan proses awal terjadinya penyakit. Namun, 30 tahun kemudian, penyakit ini berubah nama menjadi von Winiwater- Buergers Disease setelah Leo Burger, Dokter di New York, AS menemukan proses proliferasi itu ternyata bisa mengakibatkan terjadinya gangren (pembusukan). Disimpulkan, penyakit ini menyangkut pembuluh darah arteri sedang atau kecil yang mengalami infeksi. Infeksi ini membuat pembuluh darah mengecil dan membuntu sehingga timbul trombosis (gumpalan darah). Trombosit adalah reaksi peradangan di sekitar pembuluh darah (vaskuler) yang menimbulkan penggumpalan darah. Namun, reaksi yang ditimbulkan penyakit ini berbeda dengan reaksi akibat arteriosis (penyempitan pembuluh darah karena timbunan lemak). Pembuluh darah yang membuntu itu mengakibatkan aliran darah yang membawa makanan dan oksigen tidak bisa masuk ke organ tubuh di bawahnya. Biasanya, pembuluh darah yang mengecil bermula dari organ tubuh paling distal (jauh). Seperti ujung tangan dan kaki. Sayangnya, sampai saat ini, belum ditemukan sebab

pasti Buergers Disease ini. Namun, dari bukti-bukti yang ada, biasanya penyakit mulai menyerang antara usia 3040 tahun. Dan, dari penelitian didapatkan lelaki lebih banyak mengidap penyakit ini daripada perempuan. Penyakit ini juga berkaitan erat dengan ras, keturunan, jenis pekerjaan, dn kebiasaan merokok. Selain itu, secara patologi, mereka yang mengalami panvasculitis atau peradangan pembuluh darah secara menyeluruh juga beresiko mendapatkan Buergers Disease. BUERGERS DISEASE SERANG PEROKOK MUDA Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui secara jelas, tetapi penyakit buerger banyak ditemukan pada perokok berat atau mereka yang merokok pada usia yang masih terlalu muda. Penyakit ini jarang ditemukan pada mereka yang tidak merokok KLASIFIKASI STADIUM 1, 2, 3, 4 BUERGERS DISEASE ? Buergers Disease ini dikalsikasiakn dalam empat stadium : GEJALA STADIUM PERTAMA (1) : Umumnya tidak khas. Hanya ditandai dengan seringgnya kesemutan, kram, dan rasa tidak nyaman pada kaki.

STADIUM KEDUA (2) :


Terjadi nyeri yang hilang timbul pada kaki saat jalan yang biasa disebut claudicatio intermitten. Akibatnya, kemampuan berjalan si penderita berkurang. Bila sehari-hari penderita bisa berjalan 10 km, pada stadium dua akan merasa nyeri setelah berjalan 3 km. Tapi, setelah beristirahat nyerinya akan hilang.

STADIUM TIGA (3) :


Terjadi rest pain. Yakni nyeri menetap meski penderita sudah istirahat.

40

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam
PUNCAKNYA PADA STADIUM EMPAT, (4)
Terjadi pembusukan jaringan atau gangren pada organ tubuh yang paling distal. Biasanya ditandai jarijari membiru bahkan menghitam, seperti membusuk. Untuk ini, jalan satu-satunya terpaksa diamputasi. Untuk itu, mereka yang menunjukkan tanda-tanda stadium satu (1) seharusnya memeriksakan diri ke dokter untuk mencari penyebab masalah tersebut. APA PENYEBAB BUERGERS DISEASE ? Penyebab penyakit ini belum diketahui secara jelas. Penyakit ini sering di derita pria dewasa muda hingga usia pertengahan (20-40 tahun) terutama perokok berat. Penyakit ini jarang ditemukan pada bukan perokok, oleh sebab itu merokok merupakan faktor penyebab timbulnya penyakit ini. Kira-kira 40% penderita memiliki riwayat peradangan pembuluh pena ( blebistis) yang berperan penting dalam perkembangan penyakit buerger . penyakit ini terutama terjadi pada tungkai, tetapi dapat terjadi pada lengan. Gejala awal berupa menurunnya aliran darah ( iskemia pada arteri) serta peradangan pembuluh darah supervisiar ( dibawah permukaan kulit). BAGAIMANA GEJALA BUERGERS DISEASE ? Gejala klinis penyakit bueger adalah gejala-gejala iskemia pada ekstremitas ( terutama tungkai ) , seperti : pucat, nyeri, hilangnya pulsasi, dan INFARK. Jarang ditemukan claudi clasio , dan bila ditemukan biasanya hanya terasa ditungkai. Pemeriksaan arteriogra umumnya menunjukkan pembuluh yang normal di atas poplitea. Gejala utama adalah rasa sakit pada daerah yang dipengaruhinya. Timbulnya penyakit ini secara perlahanlahan dan pertama kali timbul pada tungkai dan lengan. Peradangan terjadi pada arteri dan vena berukuran sedang dan kecil dipermukaan tubuh. Pada kasus yang lebih lanjut pembuluh darah pada bagian lain tubuh dapat juga dipengaruhi . Terjadi penurunan aliran darah secara progresif pada daerah yang dipengaruhi. Denyut nadi pada tungkai sangat lemah atau tidak teraba. Aliran darah yang sangat berkurang dapat menyebabkan gangren yaitu matinya jaringan tubuh akibat aliran darah yang sangat terbatas. Penderita mengeluh rasa dingin pada ujung-ujung lengan yang mirip dengan gejala penyakit raynaud. Pada keadaan ini, warna kulit lengan berubah warna menjadi putih, biru dan merah jika terpapar dengan udara dingin. FAKTOR RESIKO BUERGERS DISEASE Merokok diyakini meningkatkan resiko terjadinya buergers disease. Ini belum jelas bagaimana tembakau meningkatkan resiko terjadi buergers disease tetapi data klinis menunjukkan setiap terdiagnosa buergers disease perokok. Mungkin bahan kimia yang terkandung di tembakau mengiritasi indotel sehingga terjadi inamasi. Peningkatan jumlah wanita perokok menyebabkan peningkatan insiden pasien wanita di Negara-Negara Barat. DIAGNOSIS BUERGERS DISEASE Diagnosis dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis, penderita sering mengeluh mati rasa, rasa gatal, atau rasa panas pada daerah yang dipengaruhi sebelum peradangan pada pembuluh darah jelas terlihat. Pada pemeriksaan tambahan bisa dengan arteriogra TERAPI BUERGERS DISEASE Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif untuk kelainan ini. Penderita harus berhenti merokok untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan. Obatobat vasedilator yang melebarkan diamater pembuluh darah dapat diberikan pada penderita, tetapi tidak efektif.. Hindarilah daerah tubuh yang terkena terhadap paparan panas dan dingin hindarilah daerah yang dipengaruhi penyakit ini terhadap trauma dan jika terjadi infeksi harus segera diobati, tindakan operasi bisa dengan simpatectomy. PROGNOSIS BUERGERS DISEASE Penyakit ini semakin memburuk pada penderita yang tetap merokok . Daerah tubuh yang mengalami kematian jaringan ( gangren) harus segera diangkat / dibuang dengan tindakan pembedahan. PENCEGAHAN BUERGERS DISEASE Merokok merupakan satu-satunya penyebab yang diketahui dan harus dihindari.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

41

ragam

Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik


Radiotherapi saat ini melayani penyinaran berbagai macam penyakit kanker dengan menggunakan alat teknologi terbaru yaitu Linear Accelerator biasa disebut dengan Linac digunakan untuk penyinaran dari luar. Kapasitas maksimal penggunaan Linac 60 orang/hari. Untuk penyinaran dari dalam (Internal Therapy bagian Radioteraphi) dengan menggunakan alat Brachytherapi. CT Simulator suatu alat pendukung Linac yang digunakan sebelum penyinaran ( Planning Pasien yang akan di Radiotherapi )

InstaLasi Radiologi RSUP H. Adam Malik kini mengalami perubahan yang pesat baik dari segi pelayanan, sarana prasarana maupun peralatan karena telah didukung sepenuhnya dari jajaran manajemen RSUP H. Adam Malik. Saat ini telah dilakukan pembenahan di Instalasi Radiologi dari segi pelayanan dengan tujuan memberi kepuasan kepada pelanggan atau pasien. Motto Radiologi Kepuasan pelanggan adalah kebanggaan kami. Instalasi Radiologi di bagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Bagian Radiotherapi. 2. Bagian Radiodiagnostik Apa Keunggulan di bagian Radiotherapi?

Apa keunggulan di Bagian Radiodiagnostik ? Bagian Radiodiagnostik melayani jenis pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan Radiogra 2. Pemeriksaan Fluoroskopi 3. Pemeriksaan USG 3/ 4 Dimensi 4. Pemeriksaan ST Scan. 5. Pemeriksaan Mammogra (payudara) 6. Pemeriksaan Panoramik (gigi) Dengan harga yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Jenis Pasien yang dilayani : Pasien Jamkesmas, Askes Sosial, Umum, Jamsostek, Medan Sehat, Jamkesda.

Bagian Radiotherapi saat ini menjadi satu-satunya


unggulan di Sumatera Bagian Utara. Bagian

Gb. Alat CT Simaulator yang HiTech. Gb. Pasien di atur untuk disinar dengan Linac .

Gb. Alat Brachytherapi.

42

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

Penempatan Tenaga Kesehatan Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar Sepi Peminat
dapat ditempatkan selama tahun 2010 adalah 700 residen. Lokasi penugasan pada RSUD Kabupaten/ Kota di 6 Propinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Gorontolo, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Papua sedangkan penugasan PTT juga diprioritaskan untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, program ini sejak tahun 1990 sampai sekarang. Pada periode Januari April 2010, pembukaan peluang kerja bagi pegawai tidak tetap (PTT) dokter dan dokter gigi sepi dari peminat karena dari formasi 685 dokter umum yang tersedia hanya terisi 618 dokter sedangkan 444 formasi dokter gigi yang tersedia hanya 151 yang terisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat untuk bertugas di daerah DTPK sangat kecil. Fenomena ini sangat ironis karena ada disparitas yang tinggi antar daerah di Indonesia. Faktor-faktor yang menyebabkan formasi kesehatan tidak terisi penuh adalah : a. Banyaknya pelamar memilih daerah yang terpencil tapi makmur dan akses transportasi yang tidak terlalu sulit. b. Pelamar yang tidak lolos pada pilihan pertama diberi penawaran ditempatkan pada opsi kedua, ternyata banyak yang pilih mengundurkan diri, karena daerah tersebut akses sulit c. Pelamar lebih baik ikut pembukaan PTT selanjutnya karena Kemenkes membukan lowongan PTT tiga kali. d. Dokter atau Dokter Gigi banyak yang patah semangat melihat kondisi daerah dan akses transportasi yang sulit. Program DTPK akan berlanjut untuk tahun 2011 dengan penambahan target sebanyak 1.245 tenaga kesehatan dengan peningkatan jumlah Puskesmas yang akan dicakup. Pelaksanaannya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota setempat serta koordinasi dengann lintas sektor lainnya agar mendukung sarana, prasarana di lokasi penempatan.AuLiyana/PeLita/Desi 43

alam rangka mendukung upaya pemerataan akses pelayanan kesehatan melalui penyediaan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis dan kualitas tenaga yang memadai di daerah perbatasan dengan Negara lain, tertinggal dan kepuluan terluar (DTPK). Program ini menjadi prioritas sesuai dengan amanat Instruksi Presiden nomor : 1 tahun 2010 tentang Prioritas Pembangunan Nasional. Sarana pelayanan kesehatan yang menjadi prioritas di DTPK adalah sebanyak 101 Puskesmas dan RSUD di 35 Kabupaten/Kota yang memenuhi criteria DTPK di 12 Propinsi yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat. Beberapa sarana pelayanan kesehatan terpencil dan sangat terpencil lainnya merupakan prioritas untuk penempatan tenaga kesehatan. Mekanisme penempatan tenga Kesehatan di DTPK yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan adalah : 1. Pegawai Tidak Tetap (PTT) dokter, dokter gigi dan bidan di Puskesmas 2. Penugasan khusus residen senior di RSUD Kabupaten/Kota 3. Penugasan khusus tenaga kesehatan Diploma 3 antara lain perawat, sanitarian, gizi, analis kesehatan, farmasi dan kesehatan gigi Program ini dilaksanakan berupa penugasan khusus tenaga kesehatan D3 tahun 2009 pada 1-2 Puskesmas DTPK di 35 Kabupaten/Kota di 12 Propinsi prioritas dengan jumlah tenaga kesehatan yang direkrut dan ditempatkan sebanyak 135 tenaga kesehatan. Pada tahun 2010 jumlah tenaga kesehatan penugasan khusus meningkat menjadi sebanyak 303 tenaga kesehatan. Penugasan residen senior dimulai tahun 2006, jumlah penugasan khusus residen senior yang ditempatkan tahun 2009 sebanyak 83 orang untuk tahun 2010 sampai bulan April telah ditempatkan sebanyak 50 orang. Jumlah target yang diharapkan

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

Pemanfaatan Teknologi Informasi Sebuah Tuntutan dan TantanganProfesionalisme Bagi ARSIPARIS


Oleh: Susi Haryanti

A. PENDAHULUAN Dalam era globalisasi ini yang ditandai oleh iklim yang sangat kompetitif, ketersediaan informasi yang tepat waktu dan akurat sangat dibutuhkan oleh organisasi manapun dalam menunjang usahanya. Akhir-akhir ini manajemen informasi mendapat perhatian yang sangat besar, baik oleh instansi pemerintah maupun swasta. Ada dua faktor utama yang mendorong hal tersebut yakni (1) kegiatan usaha yang cenderung semakin kompleks dan (2) kemampuan komputer yang cenderung meningkat (McLeod,1995). Kompleksitas kegiatan usaha ini didorong oleh beberapa hal, diantaranya pengaruh perekonomian internasional, kompetisi yang bersifat global, teknologi yang digunakan semakin kompleks serta tuntutan masyarakat akan pelayanan yang cepat. Dapat dikatakan, di era kejagatan ini, informasi merupakan suatu kekuatan atau yang dikenal dengan istilah information si power. Perkembangan teknologi informasi bukanlah suatu mukjizat, dimana teknologi tersebut datang secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses yang panjang dan bertahap. Diawali dari revolusi industri dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak lagi dapat dihindari, maka terjadilah apa yang disebut beniger dalam Putu Laxman Pendit (1994) sebagai krisis pengendalian dan pengawasan, yang juga berdampak pada pembengkakan birokrasi yang menimbulkan masalahmasalah baru, pada saat inilah timbul dorongandorongan yang kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi kelambanan manusia dalam mengolah informasi dalam rangka pengawasan dan

pengendalian tersebut. Pada akhirnya lahirlah teknologi informasi dengan anak emasnya yaitu komputer. Perkembangan teknologi komputer saat ini sangat luar biasa, dan ini mungkin perkembangan teknologi yang paling pesat dibandingkan dengan perkembangan teknologi lainnya. Dampak perkembangan teknologi ini telah merambah semua lapisan kehidupan manusia. Hampir semua kantor baik pemerintah apalagi swasta telah memanfaatkan teknologi dalam menjalankan kegiatannya, karena tak dapat dipungkiri bahwa pengelolaan informasi berbasis teknologi akan semakin mudah dilakukan dalam jumlah besar dan dengan kecepatan yang luar biasa. Apalagi dengan adanya jaringan yang mendunia sehingga komunikasi atar manusia akan lebih mudah dibelahan dunia manapun akan semakin meningkat dan aksesibilitas informasi telah berubah menjadi diluar dugaan sebelumnya. B. DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEARSIPAN Dengan boomingnya teknologi informasi seperti yang diuraikan diatas tadi, dan pemanfaatannya dalam melakukan kegiatan organisasi bukan suatu fenomena yang baru lagi saat ini. Pemanfaatan komputer secara universal untuk berkomunikasi dan berkorespondensi yang merupakan darah kehidupan suatu organisasi tampaknya tidak lagi dapat terelakkan, demikian pula halnya dalam pengelolaan arsip secara keseluruhan, ini merupakan tantangan tersediri bagi pekerja informasi atau arsiparis.

44

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam
C. BERUBAHKAH PERAN ARSIP SEHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI ? Lundgren and Lundgren dalam Record Management in the Computer Age menjelaskan, bahwa arsip merupakan suatu bukti dari suatu kejadian atau kegiatan yang direkam yang bersifat tangible sehingga memungkinkan untuk diketemukan kembali (1989:4). Dalam arti ini, maka : 1. Arsip harus merupakan evidence (bukti) dari suatu kejadian, tetapi bukti tersebut memiliki arti sosial; 2. Arsip harus disimpan dalam bentuk yang nyata misalnya dalam media kertas, lm dan media magnetik; 3. Arsip harus dapat diketemukan kembali secara sik maupun informasinya. Pendapat lain yang disampaikan oleh Smith, yang membagi media arsip ke dalam beberapa kategori yaitu : 1. Arsip-arsip dengan media elektronik yang meliputi cakram magnet, disket, pita magnet dan cakram optik. Umumnya media elektronik digunakan untuk menyimpan informasi arsip dalam kapasitas yang besar. 2. Media mikrofotograk yang meliputi mikrolm atau microche dan bentuk miro lain yagn dihasilkan oleh komputer. Media ini digunakan untuk menyimpan informasi yang membutuhkan akses cepat atau penyimpanan yang sangat lama. 3. Arsip-arsip bermedia kertas. Arsip ini umumnya berbentuk hardcopy seperti memo, surat, kontrakkontrak dan sebagainya. Keuntungan bentuk ini adalah dapat menyediakan informasi untuk referensi jangka pendek dan sering kali digunakan untuk arsip vital. 4. Media penyimpana terakhir menurut Smith adalah video dan suara atau biasa dikenal dengan media audio visual. Media ini digunakan untuk menyimpan arsip-arsip gamber bergerak serta suara seperti kaset audio dan kaset video. Kecenderungan terakhir mengarah kepada media digital seperti laserdisc, video compact disc yang menyimpan arsip-arsip multimedia, teks, gambar, grak dan suara. Bila dikaitkan dengan pengertian arsip yang termuat dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1971, secara eksplisit mengatakan bahwa arsip juga termuat dalam berbagai media, termasuk arsip elektronik. Dengan demikian pengertian arsip tidak berubah sehubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam menunjang kegiatan organisasi. Arsip merupakan bukti adanya pelaksanaan kegiatan administrasi atau bukti berjalannya suatu fungsi organisasi. Sehingga terciptanya arsip mustahil untuk dihindarkan. Arsip sebagai sumber informasi terekam dibutuhkan dan dipertahankan oleh lembaga untuk kepentingan informasi, pembuktian dan akuntabilitas. Arsip dipertahankan karena informasi yang dikandungnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan bisnis terutama dalam prosespengambilan keputusan dan kebijakan pada level pimpinan. Arsip juga merupakan alat bukti dalam melindungi suatu organisasi dalam kasus-kasus hukum atau tuntutan lainnya yang memungkinkan untuk memberikan pembuktian bahwa organisasi tersebut telah bertindak dengan benar dan telah memenuhi kewajibannya. Untuk kepentingan tersebutlah maka arsip perlu dikeloa secara profesional. Dari pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa arsip tidak hanya endapan kegiatan organisasi tetapi arsip sebagai suatu sumber informasi merupakan aset penting sekaligus juga merupakan bahan bukti dan akuntabilitas sehingga organisasi dapat mencapai tujuannya. Pemanfaatan teknologi informasi dalam menunjang pelaksanaan kegiatan organisasi tidak merubah arti dan peranan arsip itu sendiri. Hanya saja yang berbeda adalah media dan cara pengelolaanya, umumnya arsip yang tercipta dari pemanfaatan teknologi informasi atau komputer disebut dengan arsip elektronik. Menurut ISO resources management standard pengertian arsip elektronik adalah arsip dalam media penyimpanan elektronik yang dibuat, dikomunikasikan, disimpan dan diakses menggunakan perangkat elektronik. Dalam mengelola arsip elektronik, hal yang harus dipahami dan dipertahankan adalah elemen maya (virtual) yang dimiliki arsip yang mencakup isi (content), struktur (structure), konteks (context) sekaligus maknanya (menaing).

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

45

ragam
Dari apa yang di uraikan di atas dapat diketahui bahwa tidak terjadi pergeseran makna dan peran arsip itu sendiri sebagai salah satu sumber informasi. D. APAKAH ADA PERBEDAAN ANTARA ARSIP MANUAL DAN ARSIP ELEKTRONIK ? Cara-cara penanganan arsip elektronik boleh dikatakan secara konseptual sama saja dengan penanganan arsip pada umumnya. Media komputer yang dipakai dalam penanganan arsip elektronik tidak lebih hanyalah merupakan suatu alat (tools). Kegiatan pengelolaan arsip elektronik meliputi : penciptaan; deskripsi; ling dan rujukan. Menurut Rick dan Gow (1984) ada tiga pendekatan untuk menangani manajemen arsip yaitu : internal tak terstruktur; pendekatan internal terstruktur dan pendekatan eksternal. Pendekatan internal tak berstruktur dilakukan oleh seseorang untuk menentukan arasip mana yang bernilai dan harus disimpan, dan mana arsip yang tak bernilai guna. Pendekatan internal berstruktur mempercayakan pada suatu sistem untuk mengumpul dan memaintain arsiparsipnya. Sedangkan pendekatan eksternal adalah mempercayakan pihak ketiga untuk mengelol arsip yang ada. Arsip elektronik tidak terlalu tergantung kepada ketiga pendekatan tersebut. E. PERMASALAHAN KEARSIPAN SEHUBUNGAN PAMANFAATAN TI Begitu hebatnya perkembangan teknologi informasi, sampai-sampai seringkali dilupakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam pelaksanaan kegiatan organisasi hanyalah alat penunjang pelaksanaan kegiatan. Anggapan yang ada bahwa teknologi informasi adalah segala-galanya. Anggapan ini juga berpengaruh pada arsip. Kita memang setuju bahwa tak ada yang kebal dengan perkembangan teknologi informasi ini, tapi bukan berarti teknnologi adalah segala-galanya. Ada beberapa permasalahan yang timbul dalam bidang kearsipan sehubungan dengan pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu : 1. Kecepatan perkembangan teknologi menyebabkan arsip yang tercipta dari generasi sebelumnya sulit terbaca, sehingga informasi yang terkandung dalam arsip tersebut tidak dapat dimanfaatkan; 2. Kebocoran informasi karena kemudahan akses 3. Kebebasan individu untuk memperoleh informasi antara free dan fee F. TANTANGAN BAGI ARSIPARIS Seperti yang telah di uraikan di atas, bahwa perkembangan teknologi tidak mungki dapat terelakkan. Imbasnya juga pada bidang kearsipan. Sebagai pengelola kearsipan, tentunya arsiparis harus merespon perkembangan dan kemajuan tersebut. Belum lagi dapat membuktikan apakah arsiparis pemulung atau profesional informasi, lagi-lagi mau tidak mau dan suka atau tidak suka arsiparis dihadapkan kembali dengan permasalahan baru yaitu pemanfaatan teknologi informasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dampak lain dari perkembangan teknologi informasi ini yang tidak kalah pentingnya adalah adanya jurang digital (digital divide). Jurang ini semakin kompleks bukan lagi mengenai persoalan kepemilikan dan akses ke komputer yang berbeda antara kaum berpunya dan kaum tak berpunya. Dan jurang ini semakin bertingkat sesuai dengan ekonomi, pendidikan, usia dan bahkan sampai dengan latar belakang etnik. Jurang ini juga bersifat dinais mengikuti perkembangan teknologi itu sendiri. Ini merupakan tantangan besar bagi arsiparis sebagai profesional informasi. G. PENUTUP Perkembangan teknologi dan pemanfaatannya untuk menunjang kegiatan organisasi tampaknya bukan lagi fenomena baru saat ini. Pemanfaatan teknolgi tersebut dengan segala kelebihan dan kekurangannya tentu merupakan tantangan tersendiri bagi arsiparis sebagai profesional informasi. Berbagai persoalan kearsipan yang muncul harus dicarikan jalan keluarnya. Realitas suatu arsip ternyata tidak hanya pada informasi yang terdapat dalam tiap lembaran arsip tetapi juga pada siknya. Hal ini berhubungan dengan keotentikan suatu arsip. Ini juga merupakan bagian dari masalah yang dihadapi sehubungan dengan pemanfaatan teknologi infomasi di organisasi.

46

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam
Akhir dari tulisan ini adalah seberapa mampukah arsiparis menjawab tantangan ini ? maju dengan berani atau mundur dengan segala konsekuensinya ? Mampukah kita arsiparis bangkit dari zero menjadi menjadi hero ? Ini merupakan tantangan tersebesar bagi arsiparis kita saat ini.

Daftar Pustaka : Amsyah Zulkii. 1995. Manajemen Kearsipan. PT Gramedia, Jakarta. McLeod, R. Management Information Systems, 6th edition. Prentice-Hall, New Jersey. Laxman Pendit, Putu : Seba Open di Jagat Informasi. Buletin Perpustakaan Serat Universitas Indonesia, Vol 1 No. 2, Desember 2007. Lundgren and Lundgren. 1989. Record Management in the Computer Age. Parker, Elizabeth. 1999. Managing Your Organizations Record. Library Association Publishing, London. Undang-undang No. 7 Tahun 1971 Ketentuan Pokok Kearsipan

ungguh mengejutkan, namun itulah kenyataannya. Papan ketik atau keyboard komputer Anda ternyata dapat menjadi sumber penyakit. Sebuah penelitian di Inggris belum lama ini melaporkan bahwa beberapa keyboard di sebuah perkantoran ternyata menyimpan lima kali lebih banyak jumlah kuman, dibandingkan sebuah kloset di kamar mandi Anda. Penelitian ini diungkapkan oleh seorang ahli yang disewa oleh Majalah Which?Computing untuk membersihkan lebih dari 30 keyboard pada sebuah perkantoran di London. Dari kain-kain dan sepon pembersih yang dikumpulkan berhasil ditemukan beragam jenis bakteri berbahaya seperti Escherichia coli serta bakteri coliform yang dapat menyebabkan diare atau keracunan. Para ahli juga mendeteksi staphylococcus aureus, sejenis bakteri biasa yang menyebabkan beragam infeksi mulai dari masalah kulit hingga radang paru-paru atau pneumonia. Tiga jenis kuman yang paling sering ditemukan di rumah sakit, yaitu vancomycin-resistant Enterococcus faecium (VRE), methicillinresistant Staphylococcus aureus (MRSA) and Pseudomonas Aeruginosa (PSAE). VRE dan MRSA, merupakan kuman-kuman yang telah kebal terhadap antibiotika yang umum dipakai seperti vancomycin dan methicillin. Ahli Mikrobiologi Professor Hugh Pennington mengatakan besar kemungkinan kuman Staphylococcus yang ditemukan dalam keybord tersebut adalah strain MSAA yang sensitif yang telah melumpuhkan salah satu artis lm terkenal Inggris,Leslie Ash. Riset terhadap banyak rumah sakit juga menunjukkan satu di antara limakeyboard dalam ruang perawatan pasien

Papan Ketik Jadi Sarana Kuman


terinfeksi dengan MRSA. Namun begitu, menghadapi ancaman ini Prof Penningtonmenawarkan sebuah solusi yang cukup mudah. Jemur keyboard di bawah sinar matahari. Bakteri tidak tahan radiasi ultraviolet atau kondisi kering yang akan membunuh mereka dengan sangat cepat, ungkapnya Sementara itu James Francis, ahli mikrobiologi dari Kingmoor Technical Services, yang terjun langsung dalam penelitian ini, menyatakan dirinya menemukan empat jenis bakteri berbeda. Dari temuannya, ia menyarankan agar keyboard selalu dibersihkan secara rutin supaya tidak menimbulkan risiko kesehatan. Temuan ini merupakan tindak lanjut dari sebuah survey yang dilakukan majalah Which? Computing yang menunjukkan bahwa satu dari 10 orang tidak pernah membersihkan komputer. Hanya satu dari empat orang membersihkan keyboard komputer atau laptop sekali dalam sebulan. Bakteri memang dapat dengan mudah menghuni sela-sela keyboard komputer Anda. Salah satu faktor yang mempermudah masuknya bakteri adalah kebiasaan makan di meja kerja Anda. Remah dan cipratan makanan yang menempel pada keyboard akan memicu pertumbuhan bakteri. Debu juga bisa menjadi masalah ketika terjebak dalam kelembaban. Kondisi ini akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kuman untuk berkembang biak. Untuk menghindarinya dilakukan rutinitas mencuci tangan setelah menggunakan komputer, membersihkan tombol secara berkala, melakukan pembasmian hama, serta jangan menggunakan komputer orang berpenyakit menular. (berbagai sumber)

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

47

ragam

Penanggulangan Varises Dengan Laser


Jakarta Bagi setiap orang Varises (varices) adalah suatu kelainan dinding pembuluh darah yang sifatnya melebar di permukaan kulit. Varises yang ringan bukan merupakan masalah karena tanpa keluhan dan gangguan sama sekali tetapi untuk yang stadium lanjut dapat mengakibatkan komplikasi seperti : perdarahan, luka infeksi dan gangguan sirkulasi darah balik dari paru paru ke jantung akibatnya bisa meninggal mendadak. Varises adalah pembuluh darah balik yang venanya melebar dan berkelok-kelok akibat gangguan (hambatan) aliran darah, ini terjadi akibat ketidak mampuan katub (klep) vena dalam mengatur aliran darah. Akibatnya aliran darah yang seharusnya mengalir lancar ke arah jantung mengalami hambatan dan terjadi arus balik sebagian aliran darah dalam pembuluh darah vena sehingga menjadi melebar dan berkelok-kelok dan terdapat di kaki.

Angka kejadian wanita sekitar 50 55 % sedangkan pria 40 50 %, wanita faktor resikonya lebih besar dari pada pria, hal ini disebabkan faktor hormonal dan sering terjadi pada usia produktif. Pemicunya bisa disebabkan oleh faktor kegemukan, berdiri lama (terutama pekerja yang harus berdiri lama), hamil, obat-obat kontrasepsi, keturunan dan hormonal. Pengobatan untuk varises bisa operasi atau tanpa operasi. Biasanya yang tanpa operasi adalah stadium ringan yaitu memakai krim, obat-obatan, suntikan, kaos kaki kompresi, sepatu bertumit tinggi, bebat elastik, sedangan untuk stadium lanjut bisa operasi yaitu menghilangkan bagian dengan irisan kecil atau memakai Endovenous Laser Therapy. Endovenous Laser Therapy telah ada di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, untuk itu pada tanggal 4 Oktober 2010 diadakan konprensi pers di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

48

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

Jakarta yang dibuka oleh Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, dr. Iwan Dakota MD, FIHA dengan didampingi oleh dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K) FICA dan dr. Ismoyo Sunu, MD dihadiri oleh Wartawan dan Humas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Endovenous Laser Therapy, biasanya dipergunakan untuk pengobatan varises stadium lanjut. Kelebihan dari alat ini pasien di RS hanya one day care , dibius lokal, rasa sakit dan efek samping bersifat minimal, periode pemulihan lebih cepat dan kemungkinan varises

akan muncul kembali setelah dilaser sekitar 4 %. Di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita biayanya sekitar 10 s/d 20 juta untuk general dan tergantung lebarnya varises, tetapi pembiayaan belum bisa memakai Askes, Jamkesmas dan Jamkesda.

Sedangkan varises yang ringan, lasernya seperti mesin foto kopi dengan biaya sekitar 3 s/d 5 juta dan biasanya untuk kosmetik agar kaki kelihatan indah tanpa varises.
AuLiyana & Sufermi

Tips Pencegahan Varises:

Makan makanan yang bergizi Olah raga teratur Hindari berdiri terlalu lama, sedapat mungkin relaksasi (yaitu
meluruskan kaki secara berkala dan memijit tungkai sehabis berpegian Hindari terlalu lama duduk dengan kaki menyilang Hindari memakai rok bawahan yang terlalu ketat Gunakan kaos kaki elastis untuk mencegah penekanan pada tungkai Bagi yang suka sepatu hak tinggi dapat menggunakannya agar otot sekitar varises berkontraksi dan untuk memperlancar aliran darah

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

49

ragam

Usia Lanjut?
Bermasalah Pada Kesehatan Jiwa?
Oleh : Heri Djuwanto dan Auliyana

asalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek siologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dll. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi sik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan

lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia yaitu : 1. Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi sik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology) : misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, penurunan fungsi dan potensi seksual, gangguan jantung, diabetes mellitus, vaginitis, kekurangan gizi, perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya : cemas, depresi, pikun dsb.

50

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

Para Lansia sedang membuat kerajinan tangan dan menyulam.

2. Perubahan Aspek Psikososial Umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor, sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat dan kurang cekatan. 3. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. 4. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak sik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur sehingga sering menimbulkan keterasingan/ kesepian. Para Lansia mempunyai tipe kepribadian dalam menghadapi

kehidupan dimasa tuanya : a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadangkadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi moratmarit. e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain) dan Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

51

ragam
sakit cukup berat serta lama dan kematian pasangan hidup dan lainlain. Untuk itu para lanjut usia diharapkan lebih mandiri dalam mengatasi masalah kehidupan dan membiasakan gaya hidup sehat sejak dini yaitu dengan : 1. Teratur melakukan olah raga ringan yaitu jalan kaki, senam otak, senam pernafasan, senam osteoporosis dll. 2. Mengkonsumsi makanan sehat 3. Menghindari rokok, minumam keras 4. Menjaga kesehatan serta memeriksakan kondisi kesehatan secara teratur termasuk kesehatan gigi 5. Melakukan aktitas yang menyenangkan (baca Koran, nonton TV, main game, musik, menyanyi, main tebak tebakan, mengisi TTS, berlibur) 6. Lebih rajin mendekatkan diri pada Allah sang Pencipta ( berdoa, dan lebih mengasah spiritual ) 7. Selalu berpikir positif tanpa menyalakan siapapun juga 8. Menjalin relasi soaial seluas mungkin (ikut arisan, aktif menjadi anggota organisasi, pengajian, dll) 9. Bila memungkinkan mempunyai binatang peliharaan atau rajin berkebun 10. Sering bersilahturami dengan keluarga atau sahabat. Untuk masyarakat Indonesia yang berbudaya ketimuran maka lansia yang memiliki keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, pasangan hidup yang tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodingrat Lawang Jawa Timur yang mempunyai Visi : Menjadi pusat pelayanan kesehatan jiwa yang unggul, mandiri dan terpecaya dalam rangka membuat rakyat sehat . RS ini sangat peduli dengan masalah Psikogeriatri dan menjadikannya Instalasi Psikogeriatri sebagai unggulan yaitu pelayanan kesehatan lansia terpadu. Dengan Motto Melayani dengan Terampil dan Menyentuh Hati. Beberapa pelayanan Instalasi Psikogeriatri adalah : a. Palliative care and hospice service Perawatan suportif yang mempunyai bertujuan meningkatkan kualitas hidup klien yang menglami penyakit stadium Terminal b. Pet therapy Mempergunakan kedekatan klien dengan binatang peliharaan untuk membangan emosi positif c. Multisensory stimulation Memperbaiki fungsi panca indera d. Reality orientation training Terapi yang dirancang unik untuk mempertahankan orientasi klien terhadap diri dan lingkungannya e. Reminisceence therapy Terapi yang mempergunakan berbagai benda, kisah, maupun lagu dari masa lalu klien untuk merangsang kembali memori jangka panjangnya f. Modiled occupational therapy Terapi okupasi yang disesuaikan dengan latar belakang sosial ekonomi, pendidikan dan budaya klien g. Respite care Pengasuhan sementara bagi lansia pabila pengasuh tetap atau keluarganya berhalangan mengasuh selama beberapa saat dalam menerima stimulus dari sekitar.
(Dikutip dari berbaGai sumber)

52

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

resensibuku

Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Pemrakarsa Tebal Terbit Tahun : Bagian Umum dan Kepegawaian Ditjen Bina Yan Medik : 73 Halaman : 2010

ebagai salah satu upaya untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good Governance) dengan meningkatkan efektitas dan produktitas kerja, serta tertib administrasi. Ruang lingkup administrasi umum meliputi tata naskah dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan serta tata ruang perkantoran. Dengan melaksanakan petunjuk teknis tata naskah dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik ini, diharapkan dapat tercipta esiensi dan efektitas serta kelancaran komunikasi tulis yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mendukung tertib administrasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Buku ini terdiri dari 5 bab dengan daftar isi antara lain Pendahuluan; Jenis dan format naskah dinas; tata surat dinas; penggunaan lambang negara, logo, dan cap dinas; dan penutup.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

53

lensayanmed

Pisah Sambut Pejabat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Bersama Menteri Kesehatan

dr. Farid W. Husain, Sp.B, KBD menyampaikan dengan perpisahan ini tetap terjalin hubungan emosional, terima kasih atas kerjasamanya selama ini dan mohon maaf atas kesalahan saya selama menjabat sebagai Direktur Jenderal.

54

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

lensayanmed

Saya yakin kita mampu menyelesaikan tugas kedepan untuk mendukung Menteri Kesehatan mewujudkan misi dan visi Kementerian Kesehatan, tegas dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS yang menggantikan Farid W. Husain.

Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Farid W. Husain, selama 9 bulan saya menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Pak Farid adalah salah satu orang yang sangat membantu saya diawal pekerjaan. Atas nama pribadi, saya mengucapkan terima kasih bukan hanya itu saja, Beliau sangat professional, disamping itu beliau telah menunjukkan keberhasilan dalam menjalankan tugasnya. Atas nama Kementerian Kesehatan, saya mengucapkan terima kasih dengan semua bakti terhadap waktu dan pikiran untuk Negara Indonesia Menkes berpesan kepada Bpk. Supriyantoro pengganti Bpk. Farid W. Husain sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. Bpk. Supriyantoro untuk meneruskan apa yang sudah dirintis Bpk. Farid, program yang baik untuk ditingkatkan. Kepada seluruh jajaran teknis, dimohon untuk dapat bekerjasama dengan baik, sehingga akan tercapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

55

lensayanmed

Pemberian Cenderamata

Pemberian Cenderamata diberikan juga kepada para pejabat Purna Bakti lainnya, antara lain mantan Sesditjen, mantan Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar, dan mantan Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa.

56

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

lensayanmed

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

57

lensayanmed

Serah Terima Jabatan Eselon II

Direktur Keuangan RS Jantung & Pembuluh Darah Kita di Jakarta

Penyerahan Memori Jabatan Direktur SDM & Pendidikan RSCM, Dr. dr. Melianda Zailani, MARS kepada dr. Sumariyono, Sp.PD (16/08)
58
Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

lensayanmed

Serah Terima Jabatan Direktur Umum, SDM dan Pendidikan diberikan oleh dr. Lia Gardenia Partakusuma, Sp.PK (K), MM kepada drg. Marliana Poerba, MM

Serah Terima Jabatan Direktur Utama RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan diberikan oleh dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ kepada dr. Bella Patriajaya, Sp.KJ.

Serah terima jabatan Direktur Umum dan Operasional RSAB, dari dr. Osrizal Oesman, SpA kepada dr. Embry Netty, M.Kes

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

59

PELAYANAN PSIKOGERIATRI RSJ DR.RADJIMAN WEDIODININGRAT - LAWANG

Terapi Reminiscence

Rehabilitatif

Medical Student

You might also like