You are on page 1of 32

LAPORAN KASUS RETENSI URIN

CHAIYATHULLAH ASMONIE I11108027

ANATOMI

ANATOMI

RETENSI URIN
Ketidakmampuan mengeluarkan urin yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui. Tersering dijumpai penderita Etiologi
Kelemahan otot detrusor Hambatan / obstruksi uretra Inkoordinasi antara Detrusor-Uretra :

MANIFESTASI KLINIS
Tidak bisa kencing atau kencing menetes /sedikit-sedikit Nyeri dan benjolan/massa pada perut bagian bawah Riwayat trauma: "straddle", perut bagian bawah/panggul, ruas tulang belakang. Pada kasus kronis, keluhan uremia

PEMERIKSAAN
Foto polos abdomen dan genitalia
terlihat bayangan buli-buli yang penuh dan membesar. adanya batu (opaque) di uretra atau orifisium internum.

Uretrografi untuk melihat adanya striktura, kerobekan uretra, tumor uretra. Ultrasonografi untuk melihat volume buli-buli, adanya batu, adanya pembesaran kelenjar prostat.

Tata laksana
Kateterisasi Kateterisasi suprapubik
Sistostomi trokar Sistostomi terbuka

Sistostomi trokar

Sistostomi terbuka
Dilakukan jika terdapat:
kontraindikasi pada sistostomi trokar jaringan sikatriks/bekas operasi di daerah suprasimfisis trauma di daerah panggul yang mencederai uretra atau buli-buli bekuan darah pada buli-buli

Dilakukan dalam anestesi umum.

BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA

BPH
Teori Stem Cell, oleh sebab tertentu seperti usia, gangguan keseimbangan hormon, atau faktor pencetus lainnya sel yang tumbuh lebih banyak daripada sel yang mati Teori Reawakening, jaringan periuretral kembali berkembang seperti pada tingkat embriologik tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya. Teori yang dikemukakan McConnel menyatakan bahwa hiperplasi kelenjar periuretral disebabkan oleh ketidakseimbangan testosteron dengan estrogen.

Patofisiologi
BPH akan terjadi peningkatan resistensi di daerah prostat dan leher vesika Kemudian otot detrusor akan berkontraksi lebih kuat sebagai kompensasinya penebalan dan penonjolan serat detrusor ke dalam buli-buli yang disebut pula trabekulasi. Mukosa vesika menerobos antara serat detrusor sakula divertikel. Detrusor yang terus-menerus mengkompensasi fase dekompensasi detrusor tidak mampu berkontraksi retesi urin total.

Obstruktif Menunggu pada permulaan miksi (hesitancy) Miksi terputus (intermittency)

Iritatif Peningkatan frekuensi miksi (frequency) Peningkatan frekuensi miksi malam hari (nocturia)

Urin menetes pada akhir miksi (terminal dribbling) Pancaran miksi lemah Rasa tidak puas setelah miksi (tidak lampias)

Miksi sulit ditahan (urgency)

Nyeri pada waktu miksi (dysuria)

PENYAJIAN KASUS

IDENTITAS
Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 73 tahun Alamat : Batu Layang Agama : Islam Suku : Melayu Status : Kawin Pekerjaan : Nomor RM : 806121 Tanggal Masuk RS : 19 Oktober 2013

RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama
Tidak bisa buang air kecil sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Soedarso karena tidak bisa buang air kecil sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelum itu pasien sudah sering mengeluhkan masalah buang air kecil. Sejak sekitar 1,5 tahun yang lalu pasien merasakan sulit buang air kecil.

RIWAYAT PENYAKIT
Pasien harus menunggu cukup lama ketika keinginan buang air kecil datang sampai pasien dapat mengeluarkan air seninya, pasien juga harus mengedan. Pancaran kencing melemah, tersendat-sendat, jumlah sedikit dan disertai nyeri. Adanya perasaan tidak lampias setelah buang air kecil. Keluhan semakin hari semakin berat. Keinginan buang air kecil menjadi lebih sering.

RIWAYAT PENYAKIT
Beberapa bulan terakhir jika mulai sulit buang air kecil, pasien memasang selang kencing ke layanan kesehatan terdekat selama beberapa hari kemudian dilepas. Terakhir kalinya 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan kencing berwarna merah setelah pemakaian selang kencing 4 hari yang lalu. Rasa nyeri pinggang, riwayat benturan di perut, demam semuanya disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-), HT (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang mengalami penyakit serupa

PEMERIKSAAN
Tanda Vital TD : 130/80 mmHg Nadi : 72 kali/menit, regular, isi cukup Suhu: 36,8oC Nafas : 16 kali/menit Pemeriksaan Fisik Dalam batas normal Pemeriksaan Hematologi dalam batas normal

PEMERIKSAAN
Status Urologi : nyeri ketok CVA (-) buli kesan penuh, terdapat hematom Testis kiri dan kanan tidak ada kelainan. Colok dubur: tonus sfingter ani baik, ampula rekti longgar, permukaan mukosa licin, nyeri tidak ada, prostat teraba membesar, pole atas prostat tidak teraba, konsistensi kenyal prostat kiri dan kanan, tidak ada nodul, tidak ada nyeri tekan. Produk sarung tangan fecal berwarna kuning. USG Prostat Hipertrofi

RESUME
Pasien Laki-laki 73 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat karena tidak bisa buang air kecil sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Sejak sekitar 1,5 tahun yang lalu pasien merasakan sulit buang air kecil. Pasien harus menunggu cukup lama ketika keinginan buang air kecil datang sampai pasien dapat mengeluarkan air seninya, pasien juga harus mengedan. Pancaran kencing melemah, tersendat-sendat, jumlah sedikit dan disertai nyeri.

RESUME
Adanya perasaan tidak lampias setelah buang air kecil. Keinginan buang air kecil menjadi lebih sering. Beberapa bulan terakhir jika mulai sulit buang air kecil, pasien memasang selang kencing ke layanan kesehatan terdekat selama beberapa hari kemudian dilepas. Terakhir kalinya 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan kencing berwarna merah setelah pemakaian selang kencing 4 hari yang lalu.

RESUME
Berdasarkan pemeriksaaan fisik didapatkan tanda-tanda vital, tekanan dara 130/80 mmHg, nadi 72x/menit, nafas 16x/menit dan suhu 36,8oC. Palpasi suprasimfisis buli kesan penuh, terdapat hematom.

RESUME
Pemeriksaan colok dubur menunjukkan tonus sfingter ani baik, ampula rekti longgar, permukaan mukosa licin, nyeri tidak ada, prostat teraba membesar, pole atas prostat tidak teraba, konsistensi kenyal prostat kiri dan kanan, tidak ada nodul, tidak ada nyeri tekan. Produk sarung tangan fecal berwarna kuning. Pemeriksaan ditunjang dengan pemeriksaan ultrasonografi, menunjukkan hasil tampak adanya hipertrofi kelenjar prostat.

DIAGNOSIS
Retensi Urin e.c. Benign Prostat Hyperplasia

TATALAKSANA
Kegawatdaruratan Kateterisasi Non Medikamentosa
Kurangi minum pada malam hari Hindari minum kopi, alkohol Hindari merokok

Medikamentosa : Anti Nyeri Antibiotik Penghambat adrenoreseptor alfa (Tamsulosin) Terapi Kausal Trans Urethral Resection Prostat (TURP)

PROGNOSIS
Ad vitam : bonam Ad functionam : dubia ad bonam Ad sanactionam : dubia ad bonam

PEMBAHASAN
Retensi urin yang terjadi obstruksi BPH Kencing merah trauma pada uretra

KESIMPULAN
Pasien laki-laki berusia 73 tahun datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil, didiagnosis Retensi urin dengan kausa Pembesaran Prostat Jinak. Pada pasien direncanakan tindakan Trans Urethral Resection Prostate (TURP), Prognosis pasien bonam pada quo ad vitam, sanationam, dan functionam

Syukron

You might also like