Professional Documents
Culture Documents
KASUS :
Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical
dilemma). Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan
dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau
salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan dilema
etik banyak diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses
keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson,
1985).
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat
cukup beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi
masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan
pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun
upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya
manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian
dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila
alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara
petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
DISKUSI :
KEPUSTAKAAN :
• Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J, (2004), Fundamentals of
Nursing Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson
Education Line
• Taylor C., Lilies C., & Lemone P. (1997), Fundamentals of Nursing,
Philadelphia : Lippincott
http://bondanmanajemen.blogspot.com/2006/10/pemecahan-dilema-etik-dalam-
kasus.html
Tourniquet lupa dilepas
Alinea1
Nn Dona, mengenakan jilbab, umur 23 tahun, datang ke rumah sakit
dalam keadaan sadar, karena mengalami open fracture di tibia kanan
pada pukul 9.00 pagi. Setelah dilakukan pemeriksaan di UGD dan di
foto roentgen, Nn. Dona segera dipersiapkan untuk operasi. Dokter
Pujo yang menangani kasus Nn Dona memberikan pengertian bahwa
apa yang dialami Nn Dona termasuk kasus kegawatan, dan harus
segera dioperasi dalam tempo 6 jam dari kejadian. Setelah
memahami betul apa yang menimpa dan tindakan apa yang akan
dilakukan terhadapnya, Nn Dona menyetujui dilakukan operasi.
Operasi dijadwalkan jam 12.00 siang, kebetulan Nn. Dona sudah
tidak makan sejak pukul 6.00 pagi tadi.
Alinea 2
“Ini keadaan darurat Dona. Kalo Anda tidak mau memakai baju
operasi yang ada, atau menunggu baju operasi yang sesuai standar
Anda, akan memakan waktu. Infeksi segera menyebar ke seluruh
tubuh. Dan tulang yang patah itu tidak akan mau menyatu.” Kata
dokter Pujo.
………………………….
Alinea 5
…………………………
Alinea 6
………………………
Alinea 7
“Tapi dokter, ini nyerinya seluruh kaki, tidak di bagian yang dioperasi
saja, bahkan mulai ada rasa kesemutannya” sergah Dona yang
menyeringai menahan rasa sakit.
“Nanti dikasih obat anti nyeri, insya Allah bisa mengurangi” kata
dokter Pujo.
Alinea 9
Malam itu tiga kali Dona mendapatkan injeksi Novalgin per bolus,
untuk mengatasi rasa nyerinya.
………………………………..
Alinea10
“tourniquet saat operasi tidak diambil?” kata Dona dan ibunya yang
menunggui.
………………………………
Alinea12
………………………………….
Alinea14
Non Maleficence
http://yusufalamromadhon.blogspot.com/2007/11/tourniquet-lupa-dilepas.html
Sebelum kita mengenal lebih jauh mengenai etika kedokteran mari kita simak cermati kasus
berikut :
• dr. T seorang ahli bedah yang berpengalaman, baru saja akan menyelesaikan tugas
jaga malamnya di sebuah rumah sakit sedang. Seorang wanita muda dibawa ke RS
oleh ibunya, yang langsung pergi setelah berbicara dengan suster jaga bahwa dia
harus menjaga anak-anaknya yang lain. Si pasien mengalami perdarahan vaginal dan
sangat kesakitan. dr. P melakukan pemeriksaan dan menduga bahwa kemungkinan
pasien mengalami keguguran atau mencoba melakukan aborsi. dr. T segera
melakukan dilatasi dan curettage dan mengatakan kepada suster untuk menanyakan
kepada pasien apakah dia bersedia opname di rumah sakit sampai keadaaanya benar-
benar baik. dr. Y datang menggantikan dr. T, yang pulang tanpa berbicara langsung
kepada pasien.
Dari kasus tersebut mengandung refleksi etis. Kasus tersebut menimbulkan pertanyaan
mengenai pembuatan keputusan dan tindakan dokter bukan dari segi ilmiah ataupun teknis,
namun pertanyaan yang muncul adalah mengenai nilai, hak-hak, dan tanggung jawab. Dokter
akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini sesering dia menghadapi pertanyaan ilmiah
maupun teknis.
Jadi apakah sebenarnya etika itu dan bagaimanakah etika dapat menolong dokter berhadapan
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu?
Secara sederhana etika merupakan ilmu/kajian mengenai moralitas - refleksi terhadap moral
secara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku baik pada
masa lampau, sekarang atau masa mendatang. Moralitas merupakan dimensi nilai dari
keputusan dan tindakan yang dilakukan manusia. Bahasa moralitas termasuk kata-kata
seperti ’hak’, ’tanggung jawab’, dan ’kebaikan’ dan sifat seperti ’baik’ dan ’buruk’ (atau
’jahat’), ’benar’ dan ’salah’, ’sesuai’ dan ’tidak sesuai’. Menurut dimensi ini, etika terutama
adalah bagaimana mengetahuinya (knowing), sedangkan moralitas adalah bagaimana
melakukannya (doing). Hubungan keduanya adalah bahwa etika mencoba memberikan kriteria
rasional bagi orang untuk menentukan keputusan atau bertindak dengan suatu cara diantara
pilihan cara yang lain. Dari definisi dan penjelasan tersebut maka dapat kita ketahui bahwa
etika kedokteran merupakan salah satu cabang dari etika yang berhubungan dengan masalah-
masalah moral yang timbul dalam praktek kedokteran. Etika kedokteran berfokus terutama
dengan masalah yang muncul dalam praktik pengobatan sedangkan bioetika merupakan
subjek yang sangat luas yang berhubungan dengan masalah-maslah moral yang muncul
karena perkembangan dalam ilmu pengetahuan biologis yang lebih umum. Bioetika juga
berbeda dengan etika kedokteran karena tidak memerlukan penerimaan dari nilai tradisional
tertentu dimana hal tersebut merupakan hal yang mendasar dalam etika kedokteran. Sebagai
seseorang yang profesinya bergelut dibidang medis, tentu dengan memahami etika
kedokteran kita akan siap menghadapi berbagai kasus yang mengandung refleksi etis tersebut
dengan jawaban, sikap, dan tindakan yang tepat.
Ada empat kaidah dasar bioetik yang digunakan dalam etika kedokteran yaitu beneficience,
non-maleficence, autonomy, dan justice.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai masing-masih kaidah dasar bioetik tersebut :
1. beneficience
2. non-maleficence
4. justice
Dalam pelaksanaannya sehari-hari beberapa kaidah dasar tersebut bisa saling bertentangan
satu dengan yang lainnya. Tentu hal itu sangat wajar karena masing-masing kaidah tersebut
mempunyai kekhasan nilai masing-masing. Namun kita harus dapat memilih yang mana lebih
prioritas. Contoh kecil saja yaitu ketika seorang dokter lebih mendahulukan pasien baru, yang
datang dalam keadaan gawat darurat daripada pasien-pasien yang telah antri lama di tempat
praktiknya. Hal itu menunjukkan adanya pertentangan antara kaidah justice dan non-
maleficence. Namun tindakan dokter tersebut dapat dibenarkan karena dalam kasus ini yang
menjadi prioritas adalah kaidah non-malefincence. Dari uraian yang sangat singkat ini maka
diharapkan kita akan lebih berusaha untuk memahami etika kedokteran, karena pada seorang
dokter tidak hanya dibutuhkan ketereampilan teknis dan teori semata tetapi juga
kemampuannya dalam menghadapi kasus-kasus yang berhubungan dengan etik.
Semoga bermanfaat…….
Referensi
1. Anonymous. 2009. Medical Ethics. Diakses dari Wikipedia tanggal 18 Juni 2009
2. Husairi, A. 2008. Materi Kuliah Kaidah Dasar Bioetik dan Pemecahan Masalah/Dilema
Etik Menggunakan Prima Facie. Banjarmasin : Bagian EHK FK Unlam
3. William, JR. 2006. Medical Ethics Manual(Panduan Etika Medis Disertai dengan Studi
Kasus Etika Pelayanan Medis Sehari-hari). Yogyakarta : Pusat Studi Kedokteran Islam
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
« humaniora 1
kehidupan kuliah »
HUMANIORA 2
1.Etika Gawat-Darurat
Dalam KODEKI terdapat butir-butir yang berkaitan dengan kasus-kasus gawat darrat
yang kalau ditempatkan menurut urutan yang relevan lebih dahulu,susunannya
menjadi sebagai berikut :
Etika Kedokteran
Etik berasal dari kata Yunani yang berarti ”yang baik” atau ”yang layak”. Ini
merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu
dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Yang dimaksud pekerjaan
profesi (profesio berarti pengakuan) antara lain adalah pekerjaan dokter, apoteker, dll.
Menurut kamus kedokteran : ketentuan-ketentuan atau prinsip-prinsip yang
mengatur perilaku profesionalisme dokter.
Etik profesi yang tertua adalah etik kedokteran yang merupakan prinsip-prinsip
moral atau asas akhlak yang harus diterapkan oleh dokter dalam hubungan dengan
pasien, teman sejawatnya dan masyarakat umumnya.
1. Sumpah Hipokrates
2. Deklarasi Geneva
3. International Codes of Medical Ethics
4. Lafal Sumpah Dokter Indonesia
5. Kode Etik Kedokteran Indonesia
6. Deklarasi Ikatan Dokter Sedunia
Code of behaviour : tata prilaku kelompok professional para pelaku dibidang medis
/ dokter .
Hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu
mungkin saja terjadi perselisihan antara dokter-pasien. Sehingga perlu dibina
hubungan dokter dan pasien. Pada prinsipnya hubungan dokter dan pasien dapat
dibina bila masing-masing antar dokter dan pasien menjalankan hak dan kewajiban
antara mereka sendiri. Landasannya terdapat pada UU Kedokteran.
• Etika Gawat-Darurat
Gawat Darurat yang sebenarnya adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan
pelayanan medik yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau.
Dalam pelayanan medik itulah para petugas kesehatan dituntut untuk benar-benar
menghayati dan mengamalkan etik profesinya karena dalam kondisigawat darurat
aspek psiko-emosional memegang peranan penting baik bagi penerima pelayanan
medik maupun bagi petugas kesehatan terkait.
Kaidah dasar bioetik adalah landasan pertimbangan dalam mengambil keputusan oleh
dokter dalam bekerja. Kaidah dasar dasar bioetik juga merupakan kaidah dasar yang
harus dimiliki dokter sebelum melakukan tindakan medis.
Ciri-cirinya:
B.Autonomy (Kemandirian)
Adalah menghormati hak pasien terutama dalam memperoleh informasi dan hak
membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya serta
menghormati martabat manusia.
Ciri-cirinya :
b.Berterus terang
d.Menjaga rahasia
Ciri-cirinya:
a. Altruisme terjaga (rela berkorban)
d. bersikap ramah
Beneficence
D. Justice (Keadilan)
Ciri-cirinya:
E. Primafacie yaitu memilih antar satu dari keempat kaidah dasar bioetik diatas
apabila ada dua kondisi atau lebih.
Dalam hal ini dilihat pada saat dokter berada dalam kasus yang menyangkut dua
kaidah dasar atau lebih sehingga dokter harus melakukan prima-facie.
Beneficence :
Autonomy :
Justice :
- Memahami dan mengerti agar mampu menerapkan Kaidah Dasar Bioetik sehingga
dapat membela diri dalam masalah hukum karena telah sesuai prosedur
Contoh pelanggaran non-maleficence yang terdapat pada kasus ini adalah bahwa
dokter yang menangani pasien gawat darurat dating terlambat hingga tiga jam .
Hal ini membahayakan pasien . Contoh lainnya antara lain ;mencaci maki pasien ,
melakukan euthanasia ,atau melakukan kelalaian yang visa membahayakan
pasien.
Contoh pelanggaran justice antara lain ; membeda – bedakan pasien atas dasar
SARA , atau memberi pelayanan yang berbeda pada pasien dengan kasus yang
sama.
Dalam kasus 2 ”Dokter yang Lamban Menangani Pasien”, terjadi kaitan antara
etika kedokteran, hubungan dokter-pasien dan gawat-darurat. Penanganan dokter
dan kesehatan yang terkesan biasa-biasa saja.
Lamban dan tidak mengacuhkan, menjelaskan bahwa dokter tidak memiliki dan
mengamalkan etika kedokteran sesuai dengan landasan-landasannya. Dokter pun
tidak membina hubungan yang baik dengan pasien (dalam hal ini keluarga
pasien , karena pasien dalam kondisi kurang kompeten untuk menerima
informasi), sehingga tidak terjadi penyelesaian masalah dalam kasus ini dan
pasien pun tidak mendapat perlakuan baik, sebagai akibatnya pasien mengalami
kematian. Seharusnya dalam keadaan darurat pasien harus menerima pertolongan
secara cepat, tepat, bermutu dan terjangkau sesuai dengan kaidah bioetik
nonmaleficence.
•menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari kelurga
sejawat dokter dan dokter gigi
2.Pelanggaran Etikolegal
•membukan rahasia
•abortus provakatus
•pelecehan seksual
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter yang baik (good doctor), yaitu :
1.Good doctors make the care of their patients their first concern. Dokter yang
baik menjadikan perawatan terhadap pasiennya itu yang utama (patient’s
first).
2.Good doctors are competent. Dokter yang baik itu benar-benar ahli dan
menguasai bidangnya.
3.Good doctors keep their knowledge and skills up to date. Dokter yang baik
menjaga pengetahuan dan keahliannya agar selalu up to date, dan selalu
belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keahliannya itu agar dapat
mengikuti perkembangan yang terjadi.
4.Good doctors establish and maintain good relationships with patients and
colleagues. Dokter yang baik itu membuat dan mempertahankan hubungan
yang baik terhadap pasien dan teman sejawatnya.
5.Good doctors are honest and trustworthy.Dokter yang baik adalah dokter yang
jujur dan dapat dipercaya.
6.Good doctors act with integrity.Dokter yang baik itu melakukan sesuatu dengan
integritas (dengan ketulusan hati ).
Sumber : www.gmc-uk.org
7.Pelanggaran kasus 2:
Namun, dalam kasus ini dokter dan pihak rumah sakit melanggar kaidah dasar bioetik
nonmaleficence, karena sesuai dengan contoh kasus pada buku Etika Kedokteran dan
Hukum Kesehatan karangan M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir yaitu Rumah sakit
dan atau seorang dokter yang menunda-nunda rawat inap penderita gawat darurat atau
menunda-nunda tindakan medik terhadap penderitanya atas alasan belum membayar
uang muka, berarti telah melanggar etik dan hukum sehingga dapat digugat di
pengadilan.
-Pihak rumah sakit harus mempunyai SOP. SOP (Standar Operasional Prosedur)
adalah tata cara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja
tertentu yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi
tertentu sehingga suatu kegiatan secara efektif dan efisien (Depkes RI, 1995).
-Dan mengetahui sanksi apa saja yang didapat apabila melanggar Kaidah Dasar
Bioetik, danHukum. Sehingga dokter dapat lebih hati-hati dalam bekerja.
Apabila kasus seperti ini terjadi maka pihak korban dapat melaporkan dokter dan
rumah sakit kepada yang berwenang. Jika dokter adalah dokter tetap dan dirumah
sakit ada SOP maka dokter berhubungan dengan MKEK. Jika tidak ada SOP
maka rumah sakit melanggar hukum. Dan jika dokter tidak tetap, maka dokter
tidak melanggar peraturan hanya rumah sakit yang dituntut.
C. Daftar Pustaka :