You are on page 1of 27

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik maupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam- macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pellet, briket, granul. Pemilihan bentuk ini bergantung pada penggunaan, biaya, aspek aspek pemasaran lainnya.

2.2.Klasifikasi Pupuk Pupuk dalam arti luas diklasifikasikan sebagai berikut : a. Berdasarkan asalnya : 1) Pupuk alam, yakni pupuk yang terdapat didalam alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Misalnya, pupuk kompos, pupuk kandang, guano, dan pupuk hijau. 2) Pupuk buatan, yakni pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya, tsp, urea, rustika, NPK, dan nitroposka. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika ataupun kimia. b. Berdasarkan senyawanya : 1) Pupuk organik yakni pupuk yang berupa senyawa organic. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organik. Misalnya, pupuk kandang, dan kompos. 2) Pupuk anorganik atau mineral, yakni pupuk dari senyawa anorganik. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik. c. Berdasarkan fasanya : 1) Pupuk padat, yakni pupuk yang umumnya mempunyai kelarutan beragam mulai yang mudah larut dalam air sampai yang sukar larut air.

2) Pupuk cair, yakni pupuk berupa cairan yang cara penggunaanya dilarutkan terlebih dahulu dengan air. d. Berdasarkan cara penggunaannya : 1) Pupuk daun, yakni pupuk yang cara pemupukannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudian disemprotkan pada permukaan daun. 2) Pupuk akar atau pupuk tanah, yakni pupuk yang diberikan kedalam tanah disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman. e. Berdasarkan reaksi fisiologisnya : 1) Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam, yakni pupuk yang bila diberikan kedalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih macam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya ZA dan urea. 2) Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basa, yakni pupuk yang bila diberikan ketanah menyebabkan pH tanah cenderung naik. Misalnya, pupuk chili saltpeter dan kalsium sianida. f. Berdasarkan macam hara tanaman : 1) Pupuk makro, yakni pupuk yang mengandung hara makro saja, misalnya NPK, nitroposka, dan gandsalin. 2) Pupuk mikro, yakni pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja, misalnya mikrovet, mikroplek, dan metalik. 3) Campuran makro dan mikro, misalnya pupuk gandsalin, bayfolan, dan rustika. Dalam penggunaanya, kedua jenis pupuk ini sering dicampur dan ditambahkan dengan zat pengatur tubuh (hormone tubuh). (Rosmarkam, 2002)

2.3. Pengertian Pupuk Organik Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi, bentuk dan kandungan unsur haranya. (Hadisuwito,2012) Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat. Pupuk cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih

pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman yang mudah larut. Kelebihan pupuk cair adalah mampu memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. (Hadisuwito,2012) Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral dan telah diubah melalui proses produksi dipabrik sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman. Sementara itu, pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur mikro. Jika dilihat dari bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk organik padat dan cair. (Hadisuwito,2012) a. Pupuk Organik padat Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang berbentuk padat. Dari bahan asalnya, pupuk organik padat dibedakan lagi menjadi pupuk kandang, humus, kompos dan pupuk hijau. 1. Pupuk Kandang Pupuk kandang adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari kotoran ternak, baik kotoran padat maupun campuran sisa makanan dan air seni ternak. Hampir semua kotoran hewan dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kandang. Kotoran hewan seperti kambing, domba, sapi, ayam merupakan kotoran yang paling sering digunakan untuk dijadikan pupuk kandang. (Hadisuwito,2012) Pupuk kandang tidak hanya membantu pertumbuhan, tetapi juga dapat membantu menetralkan racun logam berat didalam tanah. Selain itu, pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah, membantu penyerapan unsur hara dan mempertahankan suhu tanah. Pupuk kandang yang telah siap digunakan memiliki cirri dingin, remah, wujud aslinya sudah tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki cirri-ciri tersebut, pupuk kandang belum bisa digunakan. Para

petani biasanya menggunakan pupuk kandang dengan cara disebar dan dibenamkan. Namun, penggunaan yang paling baik adalah cara dibenamkan. Pasalnya, penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam tanah dapat dikurangi. (Hadisuwito,2012) 2. Pupuk Hijau Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman tertentu yang masih segar, lalu dibenamkan ke dalam tanah. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk pupuk hijau adalah daun, tangkai dan batang yang masih muda. Umumnya, semua jenis tanaman bisa dijadikan sebagai pupuk hijau. Namun, jenis tanaman yang paling bagus untuk pupuk hijau adalah jenis tanaman yang akarnya bersimbiosis dengan mikroorganisme pengikat nitrogen. Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan bahan organik tanah dan unsur hara, khususnya nitrogen. (Hadisuwito,2012) 3. Kompos Kompos berasal dari sisa bahan organik, baik dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami dekomposisi atau fermentasi. Pada dasarnya, pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan bagian dari kompos. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos diantaranya adalah jerami, sekam padi, pelepah pisang, gulma, sayuran busuk, sisa tanaman jagung dan sabuk kelapa. Sementara itu, bahan dari hewan ternak yang sering digunakan untuk kompos diantaranya kotoran ternak, urin, pakan ternak yang terbuang dan cairan biogas. (Hadisuwito,2012) 4. Humus Humus merupakan hasil dekomposisi tumbuhan berupa daun, akar, cabang, ranting dan bahan secara alami. Proses dekomposisi ini dipengaruhi oleh cuaca diatas permukaan tanah dan dibantu oleh mikroorganisme tanah. Antara humus dengan pupuk hijau sebenarnya memiliki kemiripan. Perbedaannya hanya terletak pada prosesnya. Humus terbentuk secara alami dan sebagian besar terjadi dihutan. Sementara itu, pupuk hijau terbentuk dengan bantuan campuran tangan manusia. (Hadisuwito,2012)

b. Pupuk Organik Cair Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur . Kelebihan dari pupuk organik ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. (Hadisuwito,2012)

2.4. Klasifikasi Pupuk Organik Cair 1. Pupuk Kandang Cair Pupuk kandang dapat pula digunakan dalam bentuk cair. Pupuk kandang cair dapat dibuat dengan mencampur kotoran hewan dengan air lalu diaduk.Setelah larutan tercampur rata simpanlah di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung dengan memberi penutup/pelindung. Biarkan agar terjadi proses fermentasi seblum digunakan. Penyimpanan pupuk kandang cair dilakukan dalam kondisi tertutup agar udara tidak dapat masuk. Hal ini dilakukan untuk menekan kehilangan nitrogen dalam bentuk gas amoniak yang menguap. Dengan menyimpannya terlebih dahulu sebelum digunakan akan meningkatkan kandungan fosfat dan membuat kandungan hara menjadi seimbang. Penggunaan pupuk kandang cair juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman. (Hadisuwito,2012) Dalam penggunaan pupuk kandang perlu diwaspadai dalam pengggunaan langsung dalam tanaman adalah kemungkinanadanya kandungan gulma, organisme penyebab penyakit yang terkandung dalam pupuk kandang/kotoran hewan. Penggunaan secara langsung kemungkinan besar akan terjadi panas karena proses penguraian. (Hadisuwito,2012) Pupuk kandang merupakan pupuk organik dapat berperanan sebagai bahan pembenah tanah.Pupuk kandang dapat mencegah erosi, pergerakan tanah dan

10

retakan tanah. Pupuk kandang dan pupuk organik lainnya meningkatkan kemampuan tanah mengikat kelembaban, memperbaiki struktur tanah dan pengatusan tanah.Pupuk kandang memacu pertumbuhan dan perkembang bakteri dan mahluk tanah lainnya. Pupuk kandangan mempunyai kandungan unsur N, P, K rendah, tetapi banyak mengandung unsur mikro. Kandungan unsur nitrogen dalam pupuk kandang akan dilepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian pemberian pupuk kandang yang berkelanjutan akan membantu dalam membangun kesuburan tanah dalam jangka panjang. (Hadisuwito,2012) Nilai dari pupuk kandang tidak hanya didasarkan pada pasokan jumlahnya tetapi jumlah nitrogen dan zat yang terkandung. Nitrogen yang dilepaskan dengan adanya aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Berbagai contoh di atas memperlihatkan bahwa banyak sekali bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk. Memang dalam penggunaannya pupuk organik ini memiliki kelemahan dibandingkan dengan pupuk kimia. Meskipun begitu pupuk organik memiliki banyak kelebihan yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia. Selain itu penggunaan pupuk organik dapat melepaskan ketergantungan petani dari dunia luar dalam hal ini pabrik pupuk. Dengan membiasakan kembali penggunaan pupukorganik akan menjadikan petani tidak menjadi tidak terombangambingkan oleh perusahaan-perusahaan pupuk baik kimia maupun pabrik pupuk organik. (Hadisuwito,2012) a. Pupuk Organik Cair Dari Urine Sapi Pupuk organik Cair (POC) yang salah satu bentuknya berupa kompos cair dapat dibuat secara sederhana. Pembuatan pupuk cair untuk diolah menjadi produk lain yang lebih berguna masih sangat jarang dilakukan, padahal produksi urin sapi dari seekor sapi dewasa mencapai kurang lebih delapan liter per hari. Urin sapi mempunyai prospek yang cerah untuk diolah menjadi pupuk cair karena mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap. Unsur-unsur tersebut adalah nitrogen, phosphor, dan potassium dalam jumlah yang sedikit, serta trace element, yaitu seng, besi, mangan, tembaga, dan lain-lain. Unsur lain yang lebih penting adalah EDTA, unsur ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan protein sel tunggal di dalam media cairan (Maspary, 2011).

11

Prinsip pembuatan pupuk cair dengan menggunakan urin sapi adalah menambahkan bakteri pengurai untuk menguraikan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam urin tersebut sehingga bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Urin sapi yang digunakan untuk diolah menjadi pupuk cair yang paling baik adalah urin sapi murni segar, urin sapi ini belum tercampur dengan cemaran lain yang ada dalam kandang seperti feses, sisa pakan, dan sisa air minum. Penggunaan urin sapi segar ini lebih baik kurang dari 24 jam setelah urin dihasilkan oleh sapi. Urin sapi segar dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri pengurai. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4 ataupun botani dan molasses sebagai energi yang digunakan oleh bakteri. EM4 merupakan Effective MicroorganismE 4 yang berguna untuk memeprcepat proses pengomposan ataupun pada pembuatan pupuk cair. EM4 mengandung sekitar 80 macam genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima golongan yang paling pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL), Streptomyces sp, ragi (yeast), dan Actinomycetes. Proses pembuatan pupuk cair dari urin sapi dapat berlangsung secara cepat dengan bantuan EM4 ini, yaitu sekitar empat sampai tujuh hari. Proses pengolahan yang baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas, tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit, serta tidak membahayakan pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Maspary, 2011) Proses pengolahan pupuk cair dengan urin sapi sangatlah sederhana, yaitu dengan mencampurkan urin segar, bakteri pengurai dan molasses pada drum yang terbuka kemudian didiamkan selama satu minggu. Aerator diperlukan agar proses fermentasi selalu berjalan secara aerob. Kemasakan urin fermentasi dapat diidentifikasi dari hilangnya bau pada pupuk cair yang diolah. Pupuk cair juga dihasilkan dalam pembuatan gas bio. Pengolahan pupuk cair dari urin sapi dan pengolahan pupuk cair dari keluaran gas bio berbeda. Pupuk cair yang berasal dari keluaran unit gas bio belum dapat digunakan untuk pemupukan karena belum banyak mengandung oksigen, sehingga kalau dialirkan ke sungai akan mematikan ikan. Pupuk padat perlu ditampung di dalam kolam oksidasi dengan lama berkisar kurang lebih dua minggu untuk memasukkan

12

oksigen ke dalam calon pupuk cair yang telah dipisahkan. Kecepatan teroksidasinya pupuk cair tergantung pada luas dan kedalaman dari kolam tersebut juga kecepatan aliran di dalam kolam. Kolam oksidasi sebaiknya dibuat dangkal dan diberi sekat-sekat, sehingga aliran calon pupuk cair menjadi lebih lambat. Kelambatan aliran calon pupuk cair memungkinkan oksigen dapat masuk ke dalamnya (Maspary, 2011). Mikroba di dalam pupuk cair setelah teroksidasi akan semakin berkembang. Mikroba di dalam pupuk cair memanfaatkan zat-zat yang tersedia, sehingga kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) menurun. Penurunan kadar BOD dan COD tersebut memungkinkan

berkembangnya algae (ganggang). Pertumbuhan algae akan mempercepat proses oksidasi dan fotosintesis di dalam kolam oksidasi. Pupuk cair yang telah teroksidasi siap dimanfaatkan untuk menambah unsur hara di sawah, pot bunga, ladang, dan lain-lain dengan dialirkan atau disemprotkan (Maspary, 2011). Penggunaan pupuk cair ini dengan cara mencampurkan dengan air. Perbandingan air dengan banyaknya pupuk cair yang digunakan tergantung dari kandungan pupuk cair yang digunakan. Telur sering ditambahkan dalam pencampuran yang berfungsi untuk melekatkan urin fermentasi pada daun sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal. Pupuk cair mempunyai fungsi untuk mencegah kelayuan daun, memberi nutrisi pada daun, merangsang pertumbuhan tunas, dan meningkatkan produksi pertanian secara umum. b. Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing Pertanian organik sedang berkembang dan memerlukan peningkatan pasok pupuk organik. Di antaranya yang berpotensi dikembangkan di Indonesia ialah pupuk cair dari kotoran/feses (biokultur) dan dari urine (biourine) kambing. Mutu kedua jenis pupuk cair tersebut dari ternak kambing cukup bagus untuk diaplikasikan pada tanaman semusim maupun tanaman perkebunan. I Made Londra dari BPPT Bali yang menguraikan cara pembuatan pupuk cair dari limbah kambing mengutarakan perlakuan fermentasi yang dilakukan pada pembuatan pupuk cair mampu meningkatkan kandungan unsur-unsur hara. Pada pembuatan pupuk cair dari kotoran kambing (biokultur), kandungan unsur K dan C-organik serta N

13

meningkat secara drastis dibanding tanpa perlakuan. Yakni 962 ppm dibanding 422 ppm untuk K, 3.414 ppm dibanding 2.811 ppm untuk C-organik, dan 1,22% dibanding 0,27% untuk N. Sedangkan unsur P naik menjadi 84 ppm dibanding 69 ppm. Pada pembuatan biourine kambing, kandungan unsur K melonjak menjadi 1.770 ppm dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi 3.773 ppm dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi unsur P turun menjadi 89 ppm dibanding 94 ppm. Penurunan unsur P pada biourine disebabkan inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Sehingga perlu dicarikan mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam proses fermentasi biourine. (Ricobain, 2011) 2. Biogas Gabungan dari fermentasi bahan organik cair dengan bahan organik padat dikenal dengan istilah biogas. Bahan baku pembuatannya berasal dari manusia, hewan,dan tumbuhan. Pada dasarnya penggunaan biogas memiliki keuntungan ganda, yaitu gas metana yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai bahan bakar. Selain itu, limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan sebagai residu bisa digunakan sebagai pupuk. (Hadisuwito,2012) 3. Pupuk Cair Limbah Organik Pada dasarnya, limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Sama seperti limbah padat organik, limbah cair banyak mengandung unsur hara, khususnya NPK dan bahan organik lainnya. Penggunaan pupuk dari limbah ini dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah. (Hadisuwito,2012) 4. Pupuk cair Limbah Manusia Pupuk cair dari kotoran manusia sebenarnya merupakan campuran antara kotoran manusia dan cairan yang keluar bersamaan dengan kotoran manusia. Kotoran manusia merupakan komponen utama dari limbah cair organik rumah tangga. Kandungan haranya berbeda-berbeda tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsinya. (Hadisuwito,2012)

14

2.5. Pemanfaatan Pupuk Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, secara lebih terperinci manfaat pupuk ini dapat dibagi dalam dua macam yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah. 1. Manfaaat pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika Tanah Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisik tanah, yaitu : Memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur Mengurangi erosi pada permukaan tanah Sebagai penutup tanah dan dapat memperbaiki struktur tanah dibagian permukaan. 2. Manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah Ada beberapa manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah. Manfaat pupuk yang paling banyak dirasakan penggunaannnya adalah : Menyediakan unsur hara yang diperlukan bagian tanaman. Membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Memperbaiki keasaman tanah. (Marsono, 2001)

2.5.1. Keunggulan Pupuk Organik Dan Standar Kualitas Pupuk Organik Pupuk organik memiliki keunggulan, yaitu : Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit Dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur Memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi Beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap serangan hama. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan. Memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya.

(Hadisuwito,2012)

15

Tabel 2.1. Standar kualitas pupuk organik menurut Kementrian Pertanian No. Parameter Satuan Syarat Mutu Teknis Granul****) 1. 2 3 C-Organik C/N rasio % % >12 15-25 10-20*) 12-25 Cair

Bahan ikutan (krikil, % beling, pasir)

4 5

Kadar air Kadar logam berat Pb Cd Hg As

Ppm

10-20 % 50 10 1 10 4-8 < 6** < 6*** < 6*** <102 12,5 2,5 0,25 2,5 4-8

ppm ppm ppm ppm

6 7

Ph Kadar total -N -P2O5 - K2O % % % Cfu/g; Cfu/mL

<2 <2 <2 <102

Mikroba pathogen (E. coli, Salmonella sp.)

Kadar Unsur Mikro Fe total Mn Cu Zn B Co Mo ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm min 0,maks 8000 min 0,maks 800

min 0,maks 5000 min 0,maks 1000 min 0,maks 5000 min 0,maks 1000 min 0,maks 5000 min 0,maks 1000 min 0,maks 2500 min 0,maks 1000 min 0,maks 20 min 0,maks 10 min 0,maks 5 min 0,maks 1

Keterangan :
*

) kadar air berdasarkan bobot asal

16

**

) N-total = N organik + N-NH4 + N-NO3; Nkjeldahl = N-organik + N-NH4;C/N, N=N- total )Bahan-bahan tertentu yang berasal dari bahan organik alami diperbolehkan mengandung kadar P2O5 dan K2O > 6 % (dibuktikan dengan hasil laboratorium)

***

****

) Diperkaya mikroba

Sumber : Soekirman (2005), Direktorat Jendral Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian (Simamora, 2004)

2.6. Efektive Microorganisme 4 (EM4) Efektive mikroorganisme 4 (EM4) merupakan campuran dari

mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 jenis. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada 5 golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik, lactobacillus sp, streptomices sp, ragi, (yeast), dan

actinomicetes.(Panggabean Henny, 2008). Efek EM4 bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Penggunaan EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang berupa pupuk organik ke dalam tanah. EM4 akan mempercepat fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang terkandung akan terserap dan tersedia bagi tanaman. Selain bermanfaat bagi peningkatan kesuburan tanah dan tanaman, EM4 juga sangat efektif digunakan sebagai pestisida hayati yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tanaman, EM4 juga bermanfaat untuk sector perikanan dan peternakan. (Hadisuwito,2012) Kelebihan dari EM4 ini adalah bahan yang mampu mempercepat proses pembentukan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM4 mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. (Hadisuwito, 2012) Kegiatan atau manfaat masing- masing mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 didalam tanah adalah sebagai berikut: a. Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas sp)

17

Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang mensintetis senyaa nitrogen, gula dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolik yang diproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan. Sistem serap langsung energi organi inilah yang disebut dengan istilah penguraian bahan organik secara singkat, dalam bahasa ilmiah disebut organik material recycling pahwey. b. Bakteri asam laktat (lactobacillus) Bakteri ini tergolong dari jenis gram positif yang tidak membentuk spora.Bentuk batang dan hanya dapat tumbuh pada suasanan anaerob. Bakteri ini termasuk family Lactobacillaceae yang anggotanya dapat menghasilkan asam laktat sebagai produksi utama fermentasi. Asam laktat yang dihasilkan bakteri ini bermanfaat untuk menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan serta mampu meningkatkan penguraian bahan organik. c. Streptomycetes sp Streptomycetes sp mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan. d. Actinomicetes Distribusi Actinomicetes dialam sangat luas dalam tanah dan beberapa diantaranya pathogen bagi manusia. Actinomicetes juga dapat menciptakan radiasi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lain. e. Ragi/ Yeast Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan ragi berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangbiakan atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan seperti Actinomicetes dan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat juga mempunyai kegiatan untuk mempercepat penguraian bahan organik dan dapat menghasilkan alkohol, ester maupun zat mikroba. Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik, EM4 juga mempunyai manfaat lain seperti :

18

1. Membasmi dan mencegah jamur secara biologis 2. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah 3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanah 4. Menekan aktivitas hama dan penyakit pada tanaman 5. Meningkatkan hasil produksi Bahan bahan organik masuk kedalam tanah dan difermentasikan oleh efektive mikroorganisme, reaksi fermentasi tersebut akan berperan dalam : Menghasilkan senyawa- senyawa organik, hormon tanaman (auxin, Giberelin, Sitokinin), vitamin, antibiotik, dan polisakarida yang memacu pertumbuhan tanaman. Penyediaan senyawa- senyawa organik sederhana yang dapat diserap langsung oleh tanaman. Komposisi dari EM4 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.2. Komposisi Aktivator EM4 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama bakteri Lactobacillus Bakteri pelarut fosfat Yeast/ragi Actinomycetes Bakteri fotosintetik Calcium (Ca) Magnesium (Mg) Besi (Fe) Aluminium (Al) Zinc (Zn) Tembaga (Pb) Mangan (Mn) Sodium (Na) Boron (B) Nitrogen (N) Komposisi 8,7 x 105 7,5 x 106 8,5 x 106 + + 1.675 ppm 597 ppm 5.54 ppm 0,1 ppm 1.90 ppm 0.01 ppm 3.29 ppm 363 ppm 20 ppm 0.07 ppm

19

16 17 18

Nikel (Ni) Kalium (K) Clorida (Cl)

0.92 ppm 7.675 ppm 414.35 ppm

(Lab. MIPA IPB Bogor, 2006)

2.7.Unsur Hara Makro Unsur hara merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Bila unsur tidak terdapat dalam jumlah yang cukup dalam tanah, tanaman tidak akan tumbuh normal. Unsur tersebut adalah unsur hara macro dan unsur hara mikro. Pengelompokkan ini berdasarkan jumlah yang diperlukan bagi tumbuhan tanaman dan bukan didasarkan pada tingkat kepentingannya. (Charisma, 2008) Bergantung pada bahan baku yang digunakan untuk membuat pupuk cair, kandungan zat hara dalam pupuk cair adalah sebagai berikut: Tabel 2.3. Kandungan hara makro kotoran padat dan cair beberapa jenis ternak Jenis Ternak Kuda Jenis Pupuk Padat Cair Kerbau Padat Cair Padat Cair Padat Cair Padat Cair Kandungan Hara Makro (%) Nitrogen 0,56 1,24 0,26 0,62 0,65 1,43 0,33 0,52 0,57 0,31 Fosfor 0,13 0,004 0,08 0,22 0,01 0,11 0,01 0,17 0,05 Kalium 0,23 1,26 0,14 1,34 0,14 0,55 0,13 0,56 0,38 0,81 Kalsium 0,12 0,32 0,33 0,33 0,11 0,26 0,007 0,06 -

Kambing

Sapi

Babi

Sumber : Agromedia Pustaka, 2004

20

Berdasarkan unsur hara yang diperlukan tanaman dan fungsinya, unsur hara tersebut digolongkan kedalam unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro terdiri dari C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg. unsur hara N, P, K merupakan unsur hara utama yang diperlukan dalam jumlah yang sedang, tetapi memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan tanaman. Unsur hara mikro diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, contohnya : Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, dan Cl. a. Nitrogen (N) Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3- ) dan ammonium (NH4+). Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada didalam larutan tanah dan mudah terserap oleh akar. Karena selalu berada didalam larutan tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran tanah. Sebaliknya, ion ammonium bermuatan positif sehingga terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses pertukaran kation. Karena bermuatan positif ion ammonium tidak mudah hilang oleh proses pencucian. Nitrogen dapat kembali ketanah melalui pelapukan sisa makhluk hidup (bahan organik). Nitrogen yang berasal dari bahan organik ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui tiga tahap reaksi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Tahap reaksi tersebut sebagai berikut : 1) Penguraian protein yang terdapat pada bahan organik menjadi asam amino. Tahap ini disebut aminisasi. 2) Perubahan asam-asam amino menjadi senyawa-senyawa ammonia (NH3) dan ammonium (NH4). Tahap ini disebut reaksi amonifikasi. 3) Perubahan senyawa ammonia menjadi nitrat yang disebabkan oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococus. Tahap ini disebut reaksi nitrifikasi. (Novizan, 2002) - Amoniak Dapat dikatakan bahwa amoniak berada dimana-mana, dari kadar beberapa mg/l pada air permukaan dan air tanah, sampai kira-kira 30 mg/l lebih, pada air buangan. Air tanah hanya mengandung sedikit NH3, karena NH3 dapat menempel pada butir-

21

butir tanah liat selama infiltrasi air kedalam tanah, dan sulit terlepas dan butir-butir tanah liat tersebut. Pada air buangan, NH3 dapat diolah secara mikrobiologis melalui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit NO2- dan nitrat NO3, sesuai reaksi dibawah ini :
2 NH 4 3O2
as Nitrosomon
us Nitrosococ

2NO2- + 4H+ + 2H2O + energy 2NO3- + energy

2NO2- + O2
Nitrat (NO3-)

Adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesa protein, tumbuhtumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas. (Alaerts, G., Santiko,S.S, 1987). b. Fosfor Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, dan PO42-akan tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor didalam tanah mineral cukup banyak tanaman masih bisa mengalami kekurangan fosfor. Pasalnya, sebagian besar fosfor terikat secara kimia oleh unsure lain menjadi senyawa yang sukar larut didalam air. Mungkin hanya 1% fosfor yang dapat dimanfaatkan tanaman. Jika terjadi kekurangan fosfor tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan sebagai berikut: 1. Lambat dan kerdil 2. Perkembangan akar terhambat 3. Gejala pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna hijau tua mengkilap yang tidak normal. 4. Pematangan buah terhambat 5. Perkembangan warna dan bentuk buah buruk 6. Biji berkembang tidak normal (Agustina, L. 1990)

22

c. Kalium Seperti unsure hara lainnya, kalium bukanlah komponen dari protein, karbohidrat atau beberapa substansi lainnya didalam tumbuhan. Kalium dengan mudah diserap oleh akar tanaman. Dan sebagian besar ion kalium (K+) disimpan didalam sel tumbuh-tumbuhan. (Simpson, K., 1986) Ion-ion K+ didalam air tanah dan ion-ion K+ yang diadsorpsi, dapat langsung diserap. Disamping itu tanah mengandung juga persediaan mineral tertentu dalam bentuk berbagai macam silikat, dimana kalium membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim. (Rinsema, W.J., 1993) Persediaan kalium didalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah. Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur hara lain kecuali nitrogen. Beberapa jenis tanaman khususnya rumput-rumputan dan kacangkacangan akan terus menyerap kalium diatas kebutuhan normal. Kejadian ini disebut luxury consumption.S ering terjadi pada pemupukan kalium dengan dosis tinggi. (Agustina, L., 1990)

2.8. Unsur Hara Mikro Unsur hara mikro merupakan unsur- unsur kimia alam yang juga berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Unsur ini memang hanya diperlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit, tetapi kekurangan unsur ini tidak bisa digantikan oleh unsur lainnya. Unsur hara mikro diantaranya klor (Cl). Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Selain itu, terdapat unsur besi atau ferum yang berperan dalam proses fisiologis tanaman, seperti proses pernafasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil). Unsur mikro lain yang diperlukan tanaman diantaranya mangan, boron, kobal, iodium, seng, selenium, flour dan tembaga.

23

2.9. Kegunaan Unsur Hara Makro A. Kegunaan Unsur Hara Nitrogen 1. Meningkatkan pertumbuhan tanaman 2. Menyehatkan pertumbuhan daun 3. Meningkatkan kadar protein didalam tubuh tanaman 4. Meningkatkan perkembangan mikroorganisme didalam tanah yang penting bagi proses pelapukan bahan organis. 5. Diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan vegetative seperti daun, batang dan akar. (Foth, H.D. 1994) B. Kegunaan Unsur Hara Posfor 1. Berperan penting didalam transfer energy didalam sel tanaman, misalnya ADP, dan ATP. 2. Berperan didalam pembentukan membrane sel, misalnya : lemak posfat. 3. Berpengaruh pada struktur K+, Ca+, Mg+, dan Mn+ terutama terhadap fungsi unsure-unsur tersebut yang mempunyai kontribusi terhadap stabilitas struktur dan konformasi makromolekul, misalnya : gula fosfat, nukleotida dan koenzim. 4. Meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan N. (Agustina, L. 1990) C. Kegunaan Unsur Hara Kalium 1. Mendorong produksi hidrat arang. Kekurangan unsure ini dapat mengakibatkan berkumpulnya gula pada daun. 2. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan dan membantu pengisipan air oleh akar tanaman, dan mencegah menguapnya air keluar dari tanaman. 3. Memperbaiki beberapa sifat kuantitatif seperti rasa, warna, bau, dan daya tahan dari buah. 4. Memperluas pertumbuhan akar 5. Efisisensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan) 6. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.

24

7. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak gampang rontok

2.10. Metode Kjeldahl Metode Kjeldahl didasarkan pada destruksi sampel yakni dengan memanaskan sampel dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis dimana penentuannya terbagi atas 3 tahapan. Cara Kjehdahl umumnya dapat dibedakan atas 2 cara yaitu makro dan cara semimikro. Cara makro dipergunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan berukuran besar. Sedangkan cara semimikro dirancang untuk sampel yang berukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Tahapan dalam metode Kjeldahl yaitu : 1. Tahap destruksi Pada tahap ini sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O sedangkan nitrogennya berubah menjadi ammonium sulfat. Proses destruksi selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna. Agar analisa lebih tepat dilakukan perlakuan blanko. Tahap destruksi dapat dilihat pada reaksi berikut : (C, H, O, N)Organik + H2SO4 2. Tahap destilasi Pada tahap ini ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan penambahan NaOH sampai alkalis lalu dipanaskan. Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan standar asam. Asam standar yang digunakan adalah asam klorida atau asam borat dalam jumlah yang berlebih. Agar kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui jika asam dalam kondisi berlebih maka diberikan indikator (metil merah + metil biru). Destilat diakhiri bila semua ammonia terdestilasi sempurna yang ditandai dengan destilat tidak bereaksi basa. Tahap destilasi dapat dilihat pada reaksi berikut : (NH4)2SO4(aq) + SO2(g) + CO2(g) +H2O(g)

25

(NH4)2SO4(aq) + 2NaOH(aq) NH3(g) + H3BO3(aq) 3. Tahap titrasi

2NH3(g) + 2H2O(aq) +Na2SO4(aq) NH4H2BO3(aq)

Banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Selisih jumlah sampel dan blanko merupakan jumlah equivalen nitrogen. Tahap titrasi dapat dilihat pada reaksi berikut : NH4H2BO3(aq) + H2SO4(aq) H3BO3(aq) + NH4HSO4(aq)

%N

mLHCL( sampel blanko) x14,008 x100% beratsampel ( g ) x1000

2.11. Metode Spektrofotometri Cara kerja alat Spektrofotometer UV-Visible ini adalah dimana sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator kemudian cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui blangko dan sampel dengan sebuah cermin berotasi. Kedua cahaya lalu bergantian berubah arah karena pemantulan dari cermin yang berotasi secara kontinyu. Detektor menerima cahaya dari blangko dan sampel secara bergantian secara berulang-ulang. Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah kedigital dan dibandingkan antara sampel dan blangko. 2.11.1. Warna Komplementer Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan bewarna maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap secara selektif dan radiasi sinar lainnya akan diteruskan. Absorbansi maksimum dari larutan bewarna terjadi pada daerah warna yang berlawanan dengan warna yang diamati, misalnya larutan bewarna merah akan menyerap radiasi maksimum pada daerah warna hijau. Dengan kata lain, warna yang diserap adalah warna komplementer dari warna yang diamati (Suharta, 2005)

26

Tabel 2.4. Daftar Panjang Gelombang dan Warna Komplementer Panjang Gelombang (nm) 410 430 480 500 530 560 580 610 680 720 Violet Biru violet Biru Hijau kebiruan Hijau Kuning kehijauan Kuning Jingga Merah Merah purple Kuning kehijauan Kuning Jingga Merah Merah purple Violet Biru violet Biru Hijau kebiruan Hijau Warna yang diserap Warna yang diamati

(R.A Day dan Underwood, 1994)

2.12. Spektroskopi Serapan Atom (Atomic Absorption Spectroscopy/ AAS) 2.12.1. Pengertian Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Sebenarnya, selain dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi. fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm. Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperatur nyala akanmengganggu proses eksitasi

27

sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya. Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari Hukum Lambert : bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi. Dan hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut. Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan :

A log
Dimana : Io = intensitas sumber sinar

IO bc It

It = intensitas sinar yang diteruskan

= absortivitas molar
b = panjang medium c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar A = absorbansi Dengan : A log T = transmitan Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom. (Sastrohamidjojo, 1991) 2.12.2. Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Spektrofotometri Serapan Atom merupakan suatu metode analisis didasarkan pada proses penyerapan energi oleh atom-atom yang berbeda pada tingkat tenaga dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan
IO log T It

tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat tenaga yang lebih tinggi (exited

28

state). Pengurangan intensitas radiasi yang diberikan sebanding dengan jumlah atom pada tingkat tenaga dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (transmisi) atau mengukur intensitas radiasi yang diserap (serapan), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan. (Sastrohamidjojo, 1991) Cara kerja alat ini berdasar pada penguapan larutan sampel, kemudian logam yang dikandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang mengandung unsur yang ditentukan. Banyaknya radiasi yang diserap kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu sesuai jenis logamnya. Alat SSA model flame SSA sangat sensitive untuk mendeteksi logam dalam konsentrasi yang sangat kecil dalam sampel, dengan cuplikan dalam bentuk logam. Biasanya larutan yang diperlukan hanya 1-100 L dan dengan temperature pembakaran dapat mencapai 3000C (pembakaran secara elektrik). Proses atomisasi dengan temperature yang tinggi tersebut dapat menyempurnakan proses. Pengatoman oleh suatu larutan sampel yang dapat dideteksi dengan alat ini adalah Cd, Cu, Co, Zn, Pb, Mn. (Sastrohamidjojo, 1991) 2.12.3. Atomisasi Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Suhu harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasi sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila suhu terlalu tinggi.bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan dalam kamar pencampur kemudian dilewatkan melalui buffle menuju ke pembakar. Nyala akan dihasilkan oleh sampel yang dihisap masuk dalam kamar pencampur. Diusahakan tetesan sampel sekecil mungkin agar melalui buffle. Hal ini tidak selalu sempurna, dikarenakan kadang kala nyala tersedot balik ke dalam kamar pencampuran sehingga menghasilkan ledakan. Untuk itu lebih disukai dengan lubang yang sempit dan aliran gas pembakar serta oksidator dikendalikan dengan seksama. Dengan gas etilen dan oksidator udara tekan, gas akan terbakar dengan suhi maksimum mencapai 1200 oC. (Sastrohamidjojo, 1991)

29

2.12.4. Metode Analisis Untuk penentuan kadar unsur dalam larutan dapat digunakan beberapa metode, yaitu : 1. Metode standart Tunggal Satu buah larutan standart dan larutan sampel diukur absorbansinya kemudian konsentrasi larutan sampel dapat dihitung berdasarkan rumus : Dimana : As = absorbansi standar Ax = absorbansi sampel Cs = konsentrasi larutan standar Cx = konsentrasi larutan sampel 2. Metode kurva standar Satu deret larutan standar dan larutan sampel diukur absorbansinya dari data As dan Cs dibuat kurva Cs lawan As. 3. Metode Adisi Standar Satu deret larutan standar yang telah ditambah dengan larutan sampel diukur absorbansinya dan diplot kurva At lawan Cs. didasarkan rumus

As C s Ax C x

At A Cx x , Cs Cx

akan didapat - CS = Cx dan karena Cs berharga negative, maka Cx berharga positif. (Sastrohamidjojo, 1991)

2.13. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisisi elektron, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital

30

keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbs cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh fotonfoton memungkinkan elektron- elektron itu mengatasi kekangan inti dan pindah keluar ke orbital baru yang lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena molekul tersebut mengandung elektron, yang dapat diseksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. (Sastrohamidjojo, 1991) Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi dan lebar pada daerah panjang gelombang. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat subtingkat rotasi dan vibrasi.Transisi elektronik dapat terjadi dari subtingkat keadaan dasar ke subtingkat keadaan eksitasi. Karena pelbagai transisi ini berbeda energinya maka panjang gelombang absorbsinya juga berbeda dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam spectrum itu. Disamping pita-pita spektrum visible disebabkan terjadinya tumpang tindih energi elektronik dengan energi lainnya (translasi, rotasi dan vibrasi) juga disebabkan oleh faktor lain sebagai faktor lingkungan kimia yang diberikan oleh pelarut yang dipakai. Pelarut akan sangat berpengaruh mengurangi kebebasan transisi elektronik pada molekul yang dikenakan radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu, spectrum zat dalam keadaan uap akan memberikan pita spektrum yang sempit. Panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorban maksimum disebut sebagai panjang gelombang maksimum (maks). Panjang gelombang maksimum dapat dipakai untuk identifikasi molekul yang bersifat karakteristik-karakteristik sebagai data sekunder. Dengan demikian spektrum visible dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif dan kuantitatif. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang menyerap energi lebih sedikit akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih besar. Analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis hanya bisa dipakai untuk data sekunder. Pada analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis yang dapat ditentukan ada 2 yaitu :

31

1. Pemeriksaan kemurnian spektrum UV-Vis 2. Penentuan panjang gelombang maksimum. (Sastrohamidjojo, 1991) 2.13.1. Prinsip Dasar Spektrofotometer UV-Vis Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200-400 nm) atau daerah sinar tampak (400-800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi larutan sampel yang diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu :

A log T log
Dimana :

It .b.C Io

A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur T = Transmitansi I0 = Intensitas sinar masuk It = Intensitas sinar yang dikeluarkan

= Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan C = Konsentrasi dari sampel (Sastrohamidjojo, 1991)

You might also like