You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan penggunaan obat tradisional lain karena bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya murah. Delapan puluh persen penduduk Indonesia hidup di pedesaan, di antaranya sukar dijangkau oleh obat modern dan tenaga medis karena masalah

distribusi, komunikasi dan transportasi,sehingga untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang tanaman obat yang bisa ditemukan dan dipakai.dalam Karya Tulis Ilmiah ini akan dibahas mengenai tanaman obat untuk batu ginjal.

Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit dimana terdapatnya endapan yang mengeras (membatu) didalam ginjal. Disebut juga penyakit kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau calculus urinaria.Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di ginjaldapat turun ke saluran dibawahnya, yaitu uriter, kandung kemih (buli-buli) dansaluran kencing terluar (urethra) dan dapat juga terjadi langsung di kandung kemih.Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah perasaan nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya.tanaman obat untuk batu ginjal adalah untuk menghindari operasi dan merupakan pengobatan yang rendah efek sampingnya.

1.2Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui jenis-jenis tanaman obat alami yang digunakan sebagai obat tradisional dan mengetahui serta mengetahui manfaatnya. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui jenis-jenis obat alami obat alami yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit batu ginjal 2. Mengetahui kandungan obat yang terdapat pada tumbuhan obat tersebut. 3. Mengetahui cara pengolahan obat batu ginjal 4. Mengetahui manfaat tanaman obat batu ginjal

1.3Manfaat Penulisan 1.3.1 bagi universitas


1. Sebagai sumber informasi, khasanah wacana bacaan kepustakaan serta dapat di gunakan sebagai referensi bagi penelitian. 2. Untuk menambah pengetahuan mengenai obat-obatan selain obat kimia 3.

1.3.2 bagi masyarakat


1. Meningkatkan pengetahuan tentang pengobatan tradisional 2. Mengetahui jenis-jenis tanaman obat 3. Alternative pengobatan selain pengobatan dari dokter.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat tradisional
2.1.1 Pengertian obat Tradisional Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental. Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan. Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet. Di jaman modern ini, penggunaan obat tradisional memang lebih ramah terhadap kantong dan juga lebih alami karena bahan bakunya berasal dari alam. Kekayaan hayati Indonesia yang luar biasa besar memang mengandung banyak manfaat.

2.1.2 Jenis Obat tradisional Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam

peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mam,u membuat jamu dalam bentuk ekstrak, namun sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak (Herbal), dan fitofarmaka. 1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Gambar 1. Logo Jamu Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari bebagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.

2. Bahan Ekstrak Alami (Scientific based herbal medicine / Herbal)

Gambar 2. Logo OHT Obat Herbal Terstandar Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alami yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang dibuat dari bahan alami seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu, obat herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral atau gabungan antara ketiganya (Dalimartha, 1999). Sebanyak 150,000 daripada 250,000 spesis tumbuhan yang diketahui di dunia adalah berasal dari kawasan tropika.

Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih kurang data-data laboratorium tentang khasiat serta manfaat tanaman-tanaman tersebut. Oleh sebab itu, di kalangan ahli dokter moderan menganggap pengobatan alternatif ini kurang ilmiah karena tidak didukung dengan data klinis yang valid. Para ahli pengobatan tradisional ini pada dasarnya melihat kesehatan sebagai satu pendekatan holistik di mana jika adanya berlaku gangguan pada salah satu organ tubuh maka ini akan menyebabkan ketidakseimbangan pada organ tubuh yang lainnya.

Tujuan

utama

pengobatan

ini

dilakukan

lebih

kepada

penyembuhan

dengan

menyeimbangkan kondisi organ-organ ini dan bukan hanya untuk menghilangkan gejala saja.

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Gambar 3. Logo Fotofarmaka Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi modern.

2.1.3 Sumber Perolehan Obat Tradisional

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang memproduksi obat tradisional, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Obat tradisional buatan sendiri Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga. Cara ini kemudian terus dikembangkan oleh pemerintah dalam bentuk program TOGA. Dengan adanya program TOGA diharapkan masyarakat mampu menyediakan baik bahan maupun sediaan jamu yang dapat dimanfaatkan dalam upaya menunjang kesehatan keluarga. Program

TOGA lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penaganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga. Program TOGA bertujuan untuk menyediakan obat dalam rangka penaganan kesehatan sendiri. Dengan kemampuan pengetahuan serta pendidikan masyarakat yang bervariasi, program ini mengajarkan pengetahuan peracikan jamu serta penggunannya secara sederhana tetapi aman untuk dikonsumsi. Sumber tanaman diharapkan disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional yang banyak menjual jamu yang pada umumnya juga merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia. Pelaksanaan program TOGA diharapkan melibatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat yang dapat terwakili oleh ibu rumah tangga, dibimbing dan dibina oleh puskesmas setempat.

2. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu / Herbalist Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya cukup banyak. Salah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satunya penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Selain jamu gendong yang umum dijual seperti kunir asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang dan gebyokan. Mereka juga mampu menyediakan jamu khusus sesuai pesanan. Misalnya jamu habis bersalin, jamu untuk mengobati keputihan, dll. Akhirakhir ini, dengan adanya jamu-jamu industri seringkali kita jumpai penjual jamu gendong menyediakan jamu serbuk buatan industri untuk dikonsumsi bersamaan dengan jamu gendong yang mereka sediakan. Pada umumnya, selain pemberian ramuan, para pengobat juga mengkombinasikannya dengan tehnik lain seperti metoda spiritual/agama atau supranatural (Pengobatan alternatif).

3. Obat tradisional buatan industri.

Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI, industri obat tradisional dapat dikelompokan menjadi industri kecil dan industri besar berdasarkan modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Sedangkan industri jamu lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk modern (tablet, kapsul, syrup dll.) dan bahkan fitofarmaka

2.2 Penyakit Batu Ginjal


2.2.1 Definisi Penyakit Ginjal Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh rakyat Indonesia , yaitu suatu penyakit dimana terdapatnya endapan yang mengeras (membatu) didalam ginjal. Disebut juga penyakit kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau calculus urinaria.Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di ginjaldapat turun ke saluran dibawahnya, yaitu uriter, kandung kemih (buli-buli) dansaluran kencing terluar (urethra) dan dapat juga terjadi langsung di kandung kemih.Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah perasaan nyeridi daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa nyeri ini mulaidari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari besar kecilnya batu yangterbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah pengeluaran urine tidak lancar,urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah karena luka-luka yangditimbulkan oleh gesekan antara batu dan dinding saluran kencing.

2.2.2. Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan dua buah organ berbentuk kacang polong yang terletak dibelakang selaput rongga perut (retro peritoneal) pada kedua belah sisi tulang belakang agak disebelah Atas pinggang. Kedua organ ini dipertahankan posisinya oleh jaringanyang mengikat pada bagunan disekitarnya. Masing-masing ginjal mempunyai panjang kurang lebih 11-13 cm, lebar 5-7,5 cm, tebal 2,5 cm dan berat antara 115-170 gram.Dalam proses pembentukan air seni, ginjal mengekskresikan produk limbah metabolisme dari dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan serta elektrolik dan keseimbangan asam basa, dan mengendalikan tingkat konsentrasi berbagai konstituen padat dalam cairan tubuh. Fungsi homestatik ginjal dimungkinkan lewat berbagai mekanisme yang terlibat dalam proses produksi air seni yang berlangsung di sepanjang nefron, yaitu proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), sekresi dan pengasaman (asidifikasi).

Gambar 4. Tampak Permukaan ginjal dari luar.

Gambar 5. Tampak ginjal dalam.

Ginjal berfungsi mempertahankan keadaan internal tubuh (yaitu homeostatis cairan tubuh dan pengaturan keseimbangan asam basa) terutama oleh ginjal. 2.2.3. Penyebab penyakit Batu Ginjal (Etiologi) 1. Pengeluaran yang relatif berlebihan dari bahan tak terlarut kedalam urine. a. Tingginya kadar kalsium dalam urine (hipercalsinuria). b. Tingginya kadar oksalat dalam urine (hiteroxaluria). c. Tingginya kadar asam urat dalam urine. d. Tingginya kadar sistin dalam urine (hipersistinurial). 2. Perobahan-perobahan yang terjadi pada urine. a. Peninggian konsentrasi senyawa yang terdapat dalam urine. b. Pengaruh PH, keasaman urine normal sekitar PH 5,5-6,0, ini dapat berobah menjadi asam atau basa karena pengaruh makanan atau kelainan-kelainan yang terjadi pada ginjal. c. Zat-zat koloidal dalam urine dapat menahan garam-garam pada keadaan lewat jenuh (supersaturasi) sehingga memperbesar kemungkinan pembentukan batu.

Menurut komposisinya, batu ginjal dapat dikategorikan sebagai berikut : (1)Kalsium oksalat, (2) kalsium oksalat yang bercampur dengan kalsium frosfat dalam bentuk hidroksiapatit, (3) kalsium fosfat monohidrat, (4) magnesium ammonium fosfat, (5) asam urat, (6) sistin, dan (7) batu dengan komposisi lain (misalnya santin dan silikat).Walaupun batu

kalsium fosfat monohidrat sangat jarang ditemukan, batu batu lain yang mengandung kalsium merupakan penyebab (66%) dari keseluruhankasus batu ginjal. Batu berikutnya yang sering dijumpai adalah batu yang tersusun dari magnesium amonium fosfat (15%), selanjutnya batu asam urat serta batu sistin(10%) dan akhirnya batu yang digolongkan lain-lain (9%).Sedangkan bentuk batu ginjal ada yang licin, kasar, bulat dan ada yang bercabang-cabang sepeti tanduk rusa. Permukaannya ada yang tajam sehingga dapat menimbulkan luka pada dinding saluran kencing.

2.2.4. Patogenesis penyakit Batu Ginjal Batu ginjal terjadi disebabkan oleh adanya peningkatan pada bakteri dan saluran kandung kemih yang terinfeksi bakteri pemecah urea dan urine yang kemudian membentuk batu pada kandung kemih. Jika tubuh kekurangan cairan atau kurang minum air putih, akan terjadi kepekatan urine yang semakin meningkat yang mempermudah pembentukan batu ginjal. Batu ginjal memiliki komponen penyusun batu ginjal melalui proses pembentukan batu ginjal yang terdiri dari 80% batu kalsium, kalsium okalat dan kalsium fosfat. Gambar 6. Patogenasis batu ginjal.

Proses perjalanan pembentukan batu ginjal terdiri dari beberapa teori (Prof.dr.arjatmo tjokronegoro,Phd. Dkk 1999) : 1. Teori Antimatriks Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kritalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu. 2. Teori supersanturasi Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin,santin,asam urat,kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu. 3. Teori presipitasi-kristalisasi Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urin yang bersifat suatu asam akan mengendap sistin,santin dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam garam fosfat 4. Teori berkurangny factor penghambat Berkurangnya faktor penghambat seperti peptin fosfat, pirofosfat ,polifosfat,

sitrat,magnesium,asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknyabatu saluran kencing.

Gambar 7. batu ginjal yang terdapat dalam organ ginjal dan menutup jalannya saluran kandung kemih (ureter). Berikut paparan secara jelas proses pembentukan batu ginjal dalam tubuh manusia : 1. Batu oksalat/kalsium oksalat - Asam oksalat yang terbentuk di dalam tubuh manusia berasal dari metabolisme asam amino dan asam askorbat yakni vitamin C. Asam askorbat merupakan penyumbang terbesar dari prekursor okalat hingga 30 %. - Kalsium oksalat terbentuk hingga 50 % yang dikeluarkan oksalat urine. Manusia tidak mampu melakukan metabolisme oksalat, sehingga harus dikeluarkan melalui ginjal. Jika fungsi kerja organ ginjal mengandung asupan oksalat berlebih akan mengakibatkan peningkatan oksalat yang mendorong terbentuknya batu oksalat di ginjal / kandung kemih. 2. Batu struvit Batu struvit tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalisum karbonat. Batu struvit terbentuk di pelvis dan kalik ginjal apabila produksi ammonia meningkat dan pH urine semakin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal tersebut terjadi akibat adanya infeksi bakteri pemecah urea yang banyak berasal dari spesies proteus dan providencia, peudomonas eratia, dan semua spesies klebsiella, hemophilus, staphylococus dan coryne bacterium pada saluran urine. 3. Batu urat Batu urat umumnya terjadi pada penderita gout atau sejenis penyakit rematik, pengguna urikosurik misalnya probenesid atau aspirin dan penderita diare kronis karena kehilangan cairan dan peningkatan konsentarsi urine serta asidosis yakni pH urine menjadi asam sehingga terjadi penimbunan yang membentuk asam urat.

4. Batu sistina Sistin merupakan bagian dari asam amino yang memiliki tingkat kelarutan paling kecil. Kelarutan semakin kecl apabila pH urine menurun atau menjadi asam. Bila kadar sistin ini tidak dapat larut dan kemudian mengendap serta membentuk kristal yang kemudian tumbuh di dalam sel ginjal atau saluran kandung kemih akan membentuk batu ginjal. 5. Batu kalium fosfat Batu kalium fosfat umumnya terjadi pada penderita hiperkalsiurik yakni kadar kalsium dalam urine yang tinggi atau berlebihnya asupan kalsium di dalam tubuh yang berasal dari konsumsi susu dan keju.

2.2.5. Gejala dan Tanda Penyakit Batu Ginjal


Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik). Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu : a. Rasa Nyeri Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.

b. Demam

Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.

c. Infeksi BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

d. Hematuria dan kristaluria Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.

e. Mual dan muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual dan muntah.

2.2.6. Pemeriksaan 1.Pemeriksaan Fisik. Permeriksaan fisik yang lengkap merupakan komponen yang penting dalam mengevaluasi beberapa pasien yang diduga menderita batu urin. Secara klasik pasien datang dengan keluhan kolik ginjal khasnya dengan nyeri yang hebat dan menggeliat kesakitan, sering dengan usaha macam- macam untuk mengurangi rasa sakit. Fakta ini membantu membedakan dengan pasien iritasi peritoneum dimana untuk mengurangi rasa sakit pasien tidak berani bergerak. Hasil pemeriksaan fisik lain dapat berupa : Komponen lain dari kolik ginjal : takikardia, keringatan, mual Demam : Tak selalu, jika ada mungkin hidronefrosis dengan infeksi, Pionefrosis atau abses perinefrik.

Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah kelembutan didaerah pinggul (flank tenderness) ini disebabkan oleh hidronefrosis diakibatkan obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih. Pemeriksaan abdomen dan genetalia biasanya meragukan (harus hati-hati). Bila pasien merasakan nyeri didaerah terebut, tapi tanda-tanda kelainan tidak ada dijumpai, maka kemungkinan nyeri berasal dari batu ginjal.

2.Pemeriksaan Laboratorium

Pada urin rutin biasanya dijumpai hematuria, piria, dan kadang-kadang kristaluria. Hematuri bisanya terlihat secara mikroskopis, dan derajad hematuria bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak dijumpai hematuria secara mikroskopis pada urinalisis tidaklah menyingkirkan adanya suatu batu saluran kemih, dan lebih kurang 10% penderita batu urin dijumpai darah didalam urinnya.Bakteriuria biasanya tidak dijumpai kecuali bila pasien secara bersamaan menderita ISK Meskipun ISK bukan secara langsung merupakan konsekuensi dari batu, tapi ISK dapat terjadi setelah instrumentasi atau pemakaian alat seperti kateter pada bedah traktus urinarius ataupun dalam pengobtan batu ginjal.Pemeriksaan pH urin <5 menyokong suatu batu asam urat, sedang bila terjadi peningkatan pH (7 atau lebih tinggi) menyokong adanya organisme pemecah urea seperti Proteus sp. Klebsiella sp. dan Pseudomonas sp dan batu struvit.Pemeriksaan biokimia yang perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya batu dan juga kemungkinan-kemungkinan penyakit yang menyertainya antara lain, a. darah puasa : 1. Kalsium : hiperparatiroid primer, idiopatik 2. Penurunan Fosfat : hiperparatiroid primer, idipatik 3. Asam Urat : Batu asam urat dan Alkali fosfatase 4. Penurunan Bikarbonat : menyokong adanya Renal tubular asidosis, berhubungan dengan pembentukan batu Kalsium. b. Koleksi urin 24 jam

1. Kalsium oksalat saturasi : idiopatik, hiperparatiroid primer, hiperoksaluria congenital dan Hiperoksaluria enteric 2. Kalsium fosfat saturasi : Hiperparatiroid primer, Renal tubular asidosis,infeksi 3. Magnesium ammonium fosfat : infeksi 4. Saturasi asam urat : batu asam urat 5. Saturasi Sistim : Batu Sistin

3.Pemeriksaan Radiologik Untuk diagnosa pasti adanya batu adalah dengan IVP dan foto polos abdomen atau BNO. Namun pada keadaan tertentu misalnya wanita hamil, ada riwayat tak tahan dengan zat kontras, ditentukan dengan pemeriksaan USG. Dikatakan USG lebih sensitive untuk mendeteksi batu ureteral vesical junction dibandingkan dengan IVP, namun juga dikatakan bahwa USG tidak dapat mendeteksi batuureter tengah dan distal. Pemeriksaan Radiologik lain bisa berupa 1. Pielografi retrograd dilakukan bila 2. IVP tidak informative Alergi zat kontras IVP tidak mungkin dilakukan

CT-Scan Nuclear scintigraphy; untuk menilai fungsi ginjal

2.2.7. Klasifikasi penyakit batu ginjal

Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut lokasi beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya. 1.Menurut tempat terbentuknya a. Batu ginjal b. Batu kandung kemih 2.Menurut lokasi keberadaannya : a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal) b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)

3.Menurut Keadaan Klinik : a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu bertambahbesar atau kencing batu. b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik) d. Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila menyebabkan obstruksi, infeksi, kolik, hematuria. 4.Menurut susunan kimiawi Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit (magnesium ammonium fosfat) dan batu sistin a. Batu Kalsium Oksalat : Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 85% dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata terjadi pada usia decade ketiga. Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium fosfat )biasanya hidroxy apatite).Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium dihidrat biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive dengan menggunakan gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah salah satu diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen. b. Batu Struvit : Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal (6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.(646) Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten. c. Batu asam urat : Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat

dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif lebih mudah keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air mata. d). Batu Sistin : (1-2%) Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum), berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut dalam air.(6) Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur. e). Batu Xantin : Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.

2.2.8. Diagnosis banding 1. Pielonefritis akut, beri gejala sama. 2. Tumor ginjal, beri gejala kolik bila ada sumbatan bekuan darah diureter 3.TBC ginjal, gejala menyerupai batu ginjal. 4. Appendisitis akut 5. Kehamilan ektopik 6. Kista ovarian yang terpuntir 7. Penyakit divertikula 8. Bowel obstruction 9. Batu empedu dengan atau tanpa obstruksi

10. Peptic ulcer disease 11. Emboli arteri renal akut 12.Aneurysma aorta abdominal

2.2.9. Penatalaksanaan Penyakit batu ginjal


Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk : 1. menghilangkan batu 2. menentukan jenis batu 3. mencegah kerusakan nefron

4. mengendalikan infeksi 5. mengurangi obstruksi yang terjadi.

Batu dapat dikeluarkan dengan cara : medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka. 1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran kecil yaitu dengan diametaer kurang dari 5 mm,karena diharapkan batu dapat keluar tanpa indikasi medis Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran yang lebih ada.setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas sehari. 2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmenfragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. . ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lamanya rawat inap di rumah sakit. 3. Endourologi Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang

dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah : a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi peruretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini. d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.

4. Tindakan Operasi Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu : a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinearia d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra

2.2.10. Pencegahan penyakit batu ginjal

Minum banyak air putih sehingga produksi urin dapat me jadi 2-2,5 liter per hari 1. Diet rendah protein, nitrogen, dan garam 2. Hindari vitamin C berlebih, terutama yang berasal dari suplemen 3. Hindari mengonsumsi kalsium secara berlebihan 4. Konsumsi obat seperti thiazides, potasium sitrat, magnesium sitrat, dan allopurinol tergantung dari jenis batunya.

You might also like