You are on page 1of 3

Syarifa Nadhrah Mustamin Q11113030 / PSIKOLOGI A TUGAS REVIEW ANTROPOLOGI

AZAZ-AZAZ DAN RUANG LINGKUP ILMU ANTROPOLOGI (Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antopologi. Penerbit Rineka Cipta)

1. FASE-FASE PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI Fase Pertama (Sebelum abad ke-18). Pada fase ini, orang Eropa Barat mulai mendatangi suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia, dan Amerika. Dari sini, mulai terkumpul suatu himpunan besar seperti buku-buku yang didalamnya terdapat penjelasan berupa deskripsi mengenai adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciriciri fisik yang beraneka ragam dari suku-suku bangsa jajahan tersebut, yang mana bukubuku tersebut dijadikan sebagai buah tangan oleh para musafir, pelaut, pemuka agama, serta pegawai pemerintah jajahan. Isi dari buku tersebut yang amat menarik perhatian dari orang Eropa dikarenakan deskripsi-deskripsi yang sangat berbeda dengan apa yang ada disana. Sebab itulah bangsa Eropa juga menyebutnya aneh, namun justru karena itu sehingga kalangan terpelajar di Eropa Barat tertarik untuk mendalaminya. Lalu setelah itu timbullah tiga macam sikap yang bertentangan dari mereka terhadap bangsa jajajahan tersebut, seperti sikap positif, negatif, sampai karena ketertarikan tersebut mereka kemudian membuat museum-museum tentang kebudayaan bangsa-bangsa diluar Eropa dari hasil pengumpulan benda-benda kebudayaannya. Fase Kedua (pertengahan abad ke-19). Disini, mulai muncul karangan-karangan yang menyusun bahan etnografi yang sebelumnya sudah ada berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Dengan kata lain pada fase ini, ilmu antropologi sudah berupa suatu ilmu yang akademikal. Fase Ketiga (awal abad ke-20). Para penjajah Eropa mulai berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya pada daerah jajahan masing-masing. Maka dari itu untuk keperluan pemerintah jajahan karena mereka mulai berhadapan langsung dengan bangsabangsa tersebut, ilmu antropologi kemudian menjadi ilmu yang penting sebab ilmu ini mempelajari bangsa-bangsa jajahan tersebut, sehingga mereka dapat mendapatkan pengetahuan, seperti mendapat pengertian tentang masyarakat jajahan tersebut secara kompleks. Fase Keempat (setelah tahun 1930). Ilmu ini mencapai masa pengembangan paling luas pada fase ini, sebab bahan pengetahuan yang diteliti semakin bertambah serta metodemetode ilmiah yang digunakan juga semakin tajam. Perang dunia II mengambil peran

penting disini, karena setelah kejadian tersebut, kolonialisme mulai berkurang dan masyarakat primitif mulai mengkilang. Situasi tersebut mau tidak mau mendorong ilmu ini untuk mengembangkan lapangan-lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan yang baru. Ilmu ini tidak lagi hanya meneliti suku-suku bangsa di benua-benua di luar Eropa, melainkan juga masyarakat pedesaan di Eropa sendiri juga kota-kota kecil di Amerika Serikat. Dalam fase keempat ini, ilmu antropologi baru ini tidak hanya memiliki tujuan akademikal melainkan juga sudah memiliki tujuan praktis, yakni mempelajari manusia dalam suku bangsa tersebut guna membangun suku bangsa itu sendiri. 2. ANTROPOLOGI MASA KINI Sekarang ini, Antropologi sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat jika dibandingkan ketika awal mula berdirinya ilmu ini. Di Amerika misalnya, perkembangan ilmu ini sangat-sangat berkembang disana. Maka dari itu tidak heran jika negara-negara Eropa sendiri, seperti Eropa Utara, Eropa Tengah juga Inggris, metode-metode Antropologi yang telah dikembangkan di Amerika justru sangat berpengaruh dan lebih banyak dipergunakan. Bahkan di negara tertutup seperti Uni Soviet pun telah besar-besaran mengembangkan ilmu ini, seperti dengan membuat sebuah buku terkait kebudayaan sukusuku bangsa penduduk pribumi di benua-benua lain di muka bumi. Adapun pada negara bekas jajahan seperti India, mereka juga tidak ketinggalan mengembangkan ilmu ini serta memadukannya dengan ilmu Sosiologi. Untuk di Indonesia sendiri yang justru masih dalam tahap penjajakan untuk pengembangan ilmu Antropologi yang khusus atau pas untuk Indonesia. Kerena belum terikat oleh suatu tradisi, maka rakyat Indonesia masih merdeka dalam menentukan aliran Antropologi apa yang akan digunakan disana. Tapi alangkah baiknya jika Indonesia bisa membuat aliran Antropologi sendiri daripada harus mengikut pada aliran yang sudah ada. Misalnya dengan memadukan beberapa aliran yang sudah diterapkan di negara-negara lain seperti Amerika, India, Uni Soviet, Meksiko dan lainnya, dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang cocok diterapkan dan kurang cocok untuk kepribadian penduduk Indonesia. Meskipun hal itu sepertinya cukup sulit, namun jika memang itu baik rasanya tidak akan ada istilah sulit untuk itu. 3. ILMU-ILMU BAGIAN DARI ANTROPOLOGI Dalam ilmu Antropologi dikenal juga beberapa ilmu-ilmu bagian, seperti: Paleo-antropologi yang meneliti mengenai asal usul atau hal mengenai evolusi makhluk manusia dengan menggunakan fosil-fosil manusia dari zaman dahulu sebagai bahan dari penelitian. Antropologi fisik yang merupakan cabang ilmu yang mencoba untuk mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya keanekaragaman makhluk, seperti manusia dipandang dari sudut ciri-ciri fisik atau tubuhnya, baik yang dapat dilihat (fenotipik) maupun tidak dapat dilihat (genotipik).

Etnolinguistik merupakan cabang ilmu yang penelitiannya berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri, dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini. Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi ini pada zaman sebelum manusia mengenal huruf. Etnologi merupakan ilmu yang bertujuan mencapai pengertian mengenai azas-azas manusia, dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat yang berasal dari suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi sebanyak mungkin.

Selain ilmu-ilmu bagian diatas, Antropologi juga memiliki beberapa spesialisasi ilmu terkait masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Ilmu-ilmu tersebut yaitu: o o o o o o o Antropologi Ekonomi (Economics Anthropology) Antropologi Pembangunan (Development Anthropology) Antropologi Pendidikan (Educational Anthropology) Antropologi Kesehatan (Medical Anthropology) Antropologi Penduduk (Population Anthropology) Antropologi Politik (Political Anthropology) Antropologi Psikiatri (Anthropology in Mental Health)

4. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN Selain ilmu Antropologi cakupannya yang sangat luas, ternyata ilmu ini juga mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan tersebut bersifat timbal balik alias saling membutuhkan. Ilmu-ilmu tersebut, yaitu ilmu psikologi, geologi, geografi, paleontologi, arkeologi, sejarah, ekonomi, kesehatan masyarakat, psikiatri, anatomi, linguistik, administrasi, hukum adat, serta ilmu politik. Kesimpulannya, buku karya Koentjaraningrat ini merupakan buku yang isinya membahas dengan lengkap dan sistematis mengenai ruang lingkup dari ilmu Antropologi. Meskipun bahasanya sedikit berat dikarenakan buku lama, namun isinya masih tetap mudah dimengerti. Buku ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai pengantar dalam mempelajari ilmu Antropologi.

You might also like