You are on page 1of 165

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr.

Budiman 1

Penelitian Kesehatan
Penulis: Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes






















BAGIAN-1
FILSAFAT DAN PROSES PENELITIAN KESEHATAN

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 2


TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar filsafat
dan proses penelitian kesehatan

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan teori umum filsafat penelitian kesehatan mencakup definisi filsafat, dasar-
dasar pengetahuan, konsep kebenaran dalam penelitian kesehatan
b. Menjelaskan proses penelitian kesehatan mencakup definisi penelitian kesehatan, tujuan
dan kegunaan penelitian kesehatan, ruang lingkup dan cakupan penelitian kesehatan
c. Menyebutkan proses penelitian kesehatan
d. Mengaplikasikan proses penelitian kesehatan

1. Teori Umum Filsafat Penelitian
Manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan diantaranya mempunyai akal untuk
berpikir dalam menemukan pemenuhan kebutuhannya. Hakekat manusia selalu mencari dan
ingin tahu berbagai kejadian disekitarnya. Rasa ingin tahu merupakan dorongan dari dalam
dirinya sehingga menemukan sesuatu yang baru. Penemuan baru sering dianggap sebagai
pengetahuan. Kesahihan pengetahuan menjadi sebuah ilmu harus dilandasi filsafat sehingga
kebenaran yang ditemukan sebagai ilmu pengetahuan dapat dipertanggaungjawabkan secara
universal.


Munculnya ilmu pengetahuan dimulai dengan cara seseorang berfilsafat yaitu
melakukan cara perenungan terhadap fenomena alam yang terjadi sampai pada titik akhir
perenungan manusia. Misalnya seseorang ingin mencari kebenaran apakah ada hubungan yang
bermakna kebiasaan ibu hamil yang merokok dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).
Maka seseorang tersebut harus melakukan perenungan secara mendalam sampai pada titik akhir
pemikiran. Pada akhirnya hasil perenungan menghasilkan suatu kesimpulan yang pasti bahwa

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 3

ibu yang merokok pada saat hamil pasti melahirkan bayi BBLR. Jawaban tersebut tentunya harus
diperoleh melalui proses ilmiah dalam bentuk penelitian.

a. Definisi Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Philo artinya cinta, dan Sophia
artinya kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, philosophia berarti mencintai kebijaksanaan atau
kebenaran. Pemakaian pertama kali istilah filsafat adalah Pythagoras. Seorang filsuf adalah
pencari kebijaksanaan, ia adalah pencinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Teori filsafat sebagai induk dari segala pengetahuan mengalami perkembangan dari masa
kemasa. Para ahli mengajukan aneka terminologi sesuai dengan sudut pandang yang digunakan
diantaranya:
Plato, filsuf besar Yunani mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan
Tuhan.

Aristoteles, murid Plato, mengatakan bahwa filsafat adalahilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, social budaya, dan estetika

Al-Farabi, filsuf besar muslim yang digelar sebagai Aristoteles Kedua,
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang yang ada menurut
hakikat yang sebenarnya

Immanuel Kant, filsuf Barat yang digelar sebagai raksasa pemikir Eropa
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan.


Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Atmadilaga, D., mengatakan bahwa filsafat adalah suatu proses berpikir yang
menggugah suatu pemahaman untuk mendapatkan makna yang melandasi
pertimbangan seksama bagi kelayakan tindakan dari segi normatif, etika, dan
estetika.


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 4

Suriasumantri, J.S, mengatakan bahwa filsafat adalah sebagai suatu cara berfikir
yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya.

Dari definisi tersebut, penulis berpendapat bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
untuk mengetahui secara hakiki kebenaran melalui proses berpikir secara radik (dasar). Manusia
dengan berbagai macam-macam kemampuannya, pikirannya, pancaindera, intuisi maupun
pengalamannya mampu menangkap apa yang terdapat dalam alam sekitarnya. Hasil tangkapan
tersebut diabstraksikan di dirinya berupa pengetahuan. Jika dilakukan dengan cara penyelidikan
ilmiah maka dapat berupa ilmu pengetahuan
Sebagai contoh munculnya keperawatan sebagai sebuah ilmu bermula dari seorang
Florence Nightingale dari Inggris yang menemukan Ilmu Keperawatan Modern dan ia dikenal
sebagai Lady with the Lamp, yang merawat para korban terluka di dalam Perang Krim tahun
1854. Seorang Florence Nightingale berfilsafat dengan cara melakukan perenungan dan
pemikiran secara radik yang ingin mengubah citra perawat yang pada zamannya mempunyai
reputasi yang buruk, mereka dianggap sebagai sampah masyarakat, pecandu minuman keras, dan
prostitusi sehingga karena perawatan yang buruk kondisi rumah sakit pada waktu itu kotor dan
amburadul. Florence Nigthtingale mengubah semua itu setelah merenung dan berpikir secara
radik ia melakukan penelitian-penelitian awal, ia menghadapi para pimpinan angkatan perang
dan pejabat pemerintah yang melawan reformasinya. Selama lima puluh tahun, ia bekerja tiada
hentinya baik untuk perawat maupun untuk kelompok masyarakat yang menderita lainnya.
Ketika ia meninggal dunia pada tahun 1910, ia telah memperoleh perubahan itu. Rumah-rumah
sakit merupakan tempat yang bersih dan tempat untuk menyelamatkan jiwa manusia serta
keperawatan telah menjadi profesi keahlian yang dihormati sampai sekarang. Hal ini
menunjukan ditemukannya keperawatan sebagai ilmu berasal dari induk pengetahuan yaitu
filsafat yang dilakukan dengan cara penelitian.
Hakikat ilmu secara filsafat harus mempunyai tiga landasan yaitu:
1) Landasan Ontologis adalah objek apa yang dikaji oleh ilmu tersebut
2) Landasan Epistemiologis adalah bagaimana cara mengkaji dan menelah ilmu tersebut
3) Landasan Aksiologis adalah nilai kegunaan ilmu tersebut

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 5

Maka bila kita ambil contoh misalnya mengapa Kebidanan dikatakan sebagai ilmu karena
secara filsafat telah memenuhi 3 unsur landasan yaiitu 1) telah memenuhi landasan ontologis
dimana objek yang dikaji adalah kesehatan ibu dan anak (prenatal, natal, dan post natal), 2) telah
memenuhi landasan epistemiologi dimana cara mengkajinya adalah melakukan asuhan
kebidanan, dan 3) telah memenuhi landasan aksiologi dimana kegunaannya adalah untuk
mencegah kematian ibu dan anak sebagai salah satu parameter derajat kesehatan masyarakat.

b. Dasar-dasar Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge; ing) adalah pengenalan akan sesuatu, atau apa yang akan
dipelajari. Ahli lain menyatakan pengetahuan adalah akumulasi pengalaman indrawi yang
dicatat dalam otak masing-masing diberi nama setempat dan dikomunikasikan seperlunya secara
abstrak tanpa menunjukan benda yang bersangkutan secara fisik (Atmadilaga, 1993). Dasar-
dasar pengetahuan mencakup 4 aspek diantaranya:
1) Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan (Suriasumantri, 1999). Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan
dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Karena berpikir merupakan suatu
kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.


Ciri-ciri penalaran mencakup:
a) Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika
Ciri penalaran tersebut menunjukan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai pola
berpikir tersendiri. Misalnya orang yang merokok dapat terserang penyakit kanker paru-
paru tentunya mempunyai logika tersendiri bila dibandingkan dengan orang yang terkena
penyakit TBC karena myobacterium tuberculosis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kegiatan penalaran merupakan suatu berpikir logis menurut pola dan logika tertentu.
b) Adanya sifat analitik dari proses berpikir
Selain hal tersebut diatas, penalaran ternyata merupakan suatu kegiatan berpikir
yang meyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 6

untuk analisis. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah. Sebagai contoh Hipocrates (460-377 SM) ahli
epidemiologi pertama di dunia melakukan penalaran dengan mengajukan konsep analisis
kejadian penyakit secara rasional dalam bukunya yang berjudul Epidemic I, Epidemic II,
and On, Airs, Waters and Places. Hipocrates melakukan analisis konsep yang
menyatakan adanya hubungan kejadian penyakit dengan faktor tempat (geografi),
penyediaan air, iklim, kebiasaan makan, dan perumahan.
2) Logika
Logika adalah suatu teori mengenai syarat-syarat penalaran yang syah atau studi
tentang aturan-aturan mengenai penalaran yang tepat dengan bentuk dan pola fikiran yang
masuk akal dan syah. Secara luas logika sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Logika diperlukan untuk menemukan pengetahuan yang diperoleh melalui penalaran.
Sehingga perlu adanya kesimpulan. Cara menarik kesimpulan inilah disebut logika. Cara
penarikan kesimpulan ada dua jenis yaitu:
a) Logika Induktif-Deduktif
Logika induktif-deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran secara induktif-
deduktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan bersifat umum. Misalnya Organ ginjal perlu darah, organ hati perlu darah,
sistem neuron perlu darah, sehingga dapat disimpulkan organ tubuh manusia perlu darah.
b) Logika Deduktif-Induktif
Logika deduktif-induktif merupakan kegiatan berpikir sebaliknya. Deduktif
adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif-induktif biasanya menggunakan
silogisme. Silogisme adalah metode berpikir untuk mencapai kebenaran atau kesimpulan
baru berdasarkan dua keputusan yang ada. Silogisme dapat terdiri dari dua buah
pernyataan disebut premis. Premis adalah pernyataan tentang esensi penelitian dari pakar
terdahulu yang telah teruji kebenaran ilmiahnya dan belum dibantah oleh piihak lain, dan
sebuah kesimpulan. Misalnya:

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 7

Semua makhluk hidup perlu air (premis mayor)
Si Lalang adalah seorang makhluk hidup (premis minor)
jadi Si Lalang perlu air (kesimpulan)

3) Sumber Pengetahuan
a) Sumber Pengetahuan melalui Penalaran
(1) Berdasarkan Rasio
Secara umum rasio diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan abstraksi,
memahami, menghubungkan, merefleksikan, memperhatikan kesamaan-kesamaan,
perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Orang yang mengembangkan pemahaman rasio
disebut kaum rasionalisme. Kaum rasionalisme selalu berpikir mulai dari suatu
pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem
pemikirannya diturunkan dari idea yang menurut anggapannya jelas, tegas, dan pasti
dalam pikiran manusia. Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam
menyusun pengetahuannya.
Misalnya semua makhluk hidup di dunia akan mati, penyebab kematian
diantaranya karena penyakit yang disebabkan oleh virus. Tipe virus penyebab penyakit
beraneka ragam tipe dan sub tipenya. Maka dari contoh tersebut pemikiran
berdasarkan rasio akan menemukan terjadinya fenomena kehidupan.
(2) Berdasarkan Empiris
Empiris disebut juga pengalaman. Pengalaman diartikan sebagai mengalami
peristiwa, perasaan, emosi, penderitaan, kejadian, keadaan kesadaran. Orang yang
mengembangkan pemahaman empiris disebut empirisme. Berbeda dengan kaum
rasionalisme pengetahuan manusia itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional
yang bersifat abstrak, namun lewat pengalaman konkrit. Kaum empirisme
mempergunakan metode induktif dalam menyusun pengetahuannya.
Misalnya seseorang melihat temannya terkena penyakit AIDS yang disebabkan
oleh virus HIV, dan dia tahu bagaimana temannya hidup dengan penyakit yang
diderita. Selain itu, dia mengetahui penyebab temannya mengidap penyakit HIV
karena gaya hidup seks bebas, pengguna narkoba, dan lainnya. Maka seseorang
tersebut akan memperoleh pengetahuan berdasarkan empiriS dari temanya.
b) Sumber Pengetahuan bukan melalui Penalaran:

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 8

(1) Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah
tiba-tiba saja dia sudah menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan
sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya
pernyataan yang ditemukan.
(2) Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada
manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat Para Nabi yang di utus sesuai zamannya.
Agama merupakan sumber pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang
yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah transdental
seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.
c) Kriteria Kebenaran
Filsafat berkembang berdasarkan anggapan bahwa ada kebenaran yang harus
ditemukan. Teori pokok yang berhubungan dengan kriteria kebenaran ilmiah adalah:
(1) Teori Koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
Misalnya Si A terkena penyakit flu burung karena virus H5N1, Si B terkena penyakit
flu burung karena virus H5N1, dan Si C juga terkena penyakit flu burung karena virus
H5N1. Kesimpulannya ternyata benar menurut teori koherensi bahwa penyebab
terjadinya penyakit flu burung karena virus H5N1.
(2) Teori korespondensi
Suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung
pernyataan tersebut berhubungan dengan objek yang dituju pernyataan tersebut.
Misalnya jantung berfungsi memompa darah keselurh tubuh, telinga berfungi utama
untuk pendengaran, mata berfungsi utama untuk penglihatan pernyataan tersebut
termasuk kriteria kebenaran jenis teori korespondensi karena faktualnya demikian.
Jadi bila ada seseorang yang menyatakan bahwa jantung berfungsi untuk mendengar,

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 9

telinga untuk melihat, dan mata untuk memompa darah pernyataan tersebut tidak
benar.
(3) Teori Pragmatis
Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut atau konsekuensi
dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Misalnya
secara teori seseorang yang mengalami peningkatan suhu tubuh (demam) akan terjadi
proses evaporasi apabila dilakukan pemberian rangsangan melalui zat panas. Lalu
dikembangkan teknik pada pasien yang mengalami suhu tubuh panas dilakukan
kompres hangat maka akan membantu menurunkan suhu tubuh. Maka keadaan
tersebut termasuk teori pragmatis.

2. Konsep Kebenaran dalam Penelitian Kesehatan
Menurut bebarapa ahli mengatakan sangat sulit menjelaskan arti atau konsep kebenaran
karena tergantung sudut aspek pandangan (kriteria kebenaran). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002), definisi kebenaran adalah sesuatu yang secara mayoritas menyatakan
persetujuan. Dalam kamus Inggris Kebenaran itu sama dengan true yang artinya benar.
Berdasarkan hal tersebut, menurut Prasetyo (2005) kebenaran terdiri dari 3 jenis yaitu:

a. Kebenaran Absolut
Kebenaran absolut adalah kebenaran yang ditetapkan oleh Tuhan. Jenis kebenaran ini
mempunyai makna kebenaran 100% karena berasal dari Maha Pencipta. Ciri kebenaran
absolut meliputi:
1) Given (sudah begitu saja adanya kebenaran)
Makna kebenaran absolut berhubungan dengan kepercayaan dan keimanan seseorang
tentang kebenaran yang diyakininya. Kebenaran ini sudah begitu saja adanya, misalnya
kebenaran tentang bahwa akan ada kehidupan di akhirat setelah kematian didunia.
Kebenaran tersebut sudah digariskan oleh Tuhan bahwa kebenaran itu pasti ada. Bila tidak
percaya akan kebenaran tersebut maka termasuk orang yang ingkar akan kepercayaan dan
keyakinannya. Maka dalam logika penelitian tidak diarahkan pada lingkup pencarian
kebenaran absolut.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 10

2) Unverified (tidak perlu diverifikasi kebenarannya)
Kebenaran absolut tidak perlu diverifikasi kebenarannya mengandung makna bahwa
kebenaran ini mempunyai nilai kepercayaan yang tinggi (sempurna). Bila dikuantifikasikan
kebenaran absolut ini mengandung derajat kepercayaan 100%.
3) Undebatable (tidak perlu diperdebatkan benar atau salah)
Kebenaran absolut tidak perlu diperdebatkan benar salahnya karena sudah
mempunyai tingkat kebenaran yang absolut. Bila kebenaran ini diperdebatkan justru akan
mengarah pada keingkaran seseorang akan keyakinannya. Misalnya kebenaran tentang
bahwa setiap manusia akan mati dan akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maka
kebenaran ini tidak perlu diperdebatkan benar atau salahnya.

b. Kebenaran Temporer
Kebenaran temporer adalah kebenaran yang keabsahannya tergantung kondisi dan
waktu atau otoritas dan kelompok tertentu. Kebenaran temporer mempunyai tingkat
ketidakpastian yang tinggi. Ciri kebenaran temporer meliputi:
1) Given (sudah begitu saja adanya kebenaran)
Kebenaran ini bila ditelusuri sangat sulit dimana asalnya kebenaran tersebut dan
tidak diketahui asal mulanya. Misalnya Apakah betul ada hubungan bila seorang gadis
duduk ditengah pintu akan berakibat telatnya mendapatkan jodoh. Kebenaran ini sangat
sulit dibuktikan dan tentunya sangat sulit untuk ditelusuri (diselidiki) berasal dari mana
kebenaran tersebut.
2) Unverified (tidak perlu diverifikasi kebenarannya)
Kebenaran temporer tidak perlu diverifikasi karena mempunyai tingkat
subyektifitas yang tinggi. Misalnya kebenaran yang dianut oleh penduduk pantai yang
setiap tahun melaksanakan perayaan sesajen dengan mengirim kepala kerbau untuk
penguasa laut agar diberkahi rejeki yang banyak. Kebenaran ini oleh kelompok penduduk
pantai diakui kebenarannya tetapi oleh kelompok penduduk yang lain mungkin saja tidak
diakui kebenarannya.
3) Undebatable( tidak perlu diperdebatkan benar atau salah)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 11

Kebenaran temporer tidak perlu diperdebatkan karenan kebenaran ini mempunyai
tingkat kenisbian yang tinggi. Artinya kebenaran temporer ini bisa mempunyai makna
kebenaran yang sempurna atau sebaliknya mempunyai makna kebenaran yang tidak
sempurna. Misalnya kebenaran tentang rajin menambung pangkal kaya. Kebenaran ini
mempunyai makna kebenaran sempurna.



C. Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditemukan melalui suatu proses atau
metode penalaran atau logika penelitian. Ciri kebenaran ilmiah meliputi:
1) Ungiven (tidak begitu saja adanya kebenaran)
Kebenaran ilmiah tidak begitu saja adanya tetapi diperoleh melalui suatu proses
penelitian (penyelidikan) dalam menjawab suatu pertanyaan problem (masalah) yang
terjadi dalam dunia realita. Penemuan kebenaran dilakukan secara sistematis menggunakan
logika (prosedur) penelitian. Misalnya Newton menemukan gaya gravitasi bumi dilakukan
melalui suatu proses penyelidikan yang sistematis dengan mengumpulkan data empiric
yang terjadi. Dalam lingkup kesehatan masyarakat H.L Blum (1974) menemukan teori
bahwa yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat terdiri dari 4 (empat( faktor yaitu:
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetic.
2) Verified (dapat diverifikasi kebenarannya)
Kebenaran ilmiah dapat diverifikasi kebenarannya karena berhubungan dengan
cara atau metode kebenaran itu diperoleh. Selain itu derajat kebenaran ilmiah tidak
mencapai 100% selalu adanya peluang kesalahan baik dalam penentuan standar atau
peluang kesalahan hasil penyelidikan Misalnya penelitian tentang intervensi penyuluhan
kesehatan tentang 3M terhadap perubahan perilaku pencegahan kesehatan pada penyakit
DBD dengan menerapkan tingkat kepercayaan 95% dan tidak memperhitungkan variabel
pengaruh lainnya.
Maka, hasil penelitian tersebut terbuka lebar untuk diverifikasi kebenaranya baik
dari segi perlakuan (intervensi), tingkat kepercayaan ataupun dari segi variabel penelitian

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 12

lainnya. Bahkan dimungkinkan bisa diverifikasi secara komprehensif tentang prosedur
penelitiannya.
3) Debatable(dapat diperdebatkan benar atau salah)
Kebenaran ilmiah dapat diperdebatkan benar atau salahnya. Sehingga kebenaran
ilmiah harus mempunyai tingkat keajegan yang konsisten artinya siapapun yang
melaksanakan penelitian maka hasilnya akan sama. Untuk itu kebenaran ilmiah harus siap
diperdebatkan bahkan dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian yang dilakukan pada dasarnya adalah
mencari kebenaran ilmiah bukan mencari kebenaran absolut ataupun kebenaran temporer.
Penelitian ilmiah yang menghasilkan kebenaran ilmiah akan berbentuk ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu dan teknologi pengetahuan merupakan bentuk konkrit penemuan ilmiah
yang telah dirasakan oleh seluruh umat manusia.
Proses penelitian seperti yang diuraikan sebelumnya dapat dilakukan secara bertahap,
misalnya bagi para mahasiswa yang akan menyelesaikan tugas akhir pendidikan diakhir dengan
pelaksanaan penelitian sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Secara harfiah proses tersebut
merupakan pembelajaran awal dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan dalam bentuk mencari
kebenaran ilmiah.
Pencarian kebenaran ilmiah yang pada hakekatnya adalah melakukan penelitian maka,
para calon peneliti dalam hal ini mahasiswa akan masuk pada 3 karakteristik kebenaran. Artinya
hasil penelitian harus bisa diverifikasi dan diperdebatkan. Bagi para calon peneliti atau peneliti
pemula apalagi bagi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir pendidikan (KTI, LTA,
Skripsi, Thesis, dan Disertasi) jangan dijadikan suatu ketakutan atau kecemasan bila dalam
sidang ujian terjadi verifikasi atau diperdebatkan oleh Tim Penguji, kondisi tersebut normal dan
alami. Kondisi inilah yang disebut dengan nuansa ilmiah pendidikan.
Nuansa ilmiah pendidikan merupakan cerminan dan potret sumber ilmu dilembaga
pendidikan. Interaksi peneliti senior dan peneliti pemula memberikan umpan balik yang sinergis
dalam menemukan ilmu pengetahuan baru. Sumber ilmu dan pelaksana pencari ilmu
pengetahuan direpresentatifkan dalam lembaga pendidikan. Kebebasan berpikir akademik dan
ilmiah akan menemukan suatu sumber ilmu yang mempunyai tingkat kebaruan/novelty yang
tinggi.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 13























3. Proses Penelitian Kesehatan
a. Definisi Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 14

Secara epistemiologis penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Ada
juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata
re, yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian, arti
sebenarnya dari research atau riset adalah mencari kembali. Orang yang melakukan riset
disebut researcher atau peneliti.
Secara harfiah banyak para ahli yang mengungkapan definisi penelitian menurut
cara pandangnya yaitu:
Kamus Websters New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-
hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang
amat cerdik untuk menetapkan sesuatu

Woody (1927), penelitian adalah sebuah metode untuk menemukan kebenaran
yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis.

Parsons (1946), penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara
sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-
masalah yang dipecahkan.

Hillway (1956), penelitian adalah tidak lain dari suatu metode studi yang
dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap
suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah
tersebut.

Whitney (1960), penelitian adalah suatu metode untuk menemukan kebenaran,
sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.

Nazir (2003), penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi.

Azwar (2003), penelitian adalah upaya pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan
analisis data yang dilakukan secara sistematis, teliti, dan mendalam untuk
mencarikan jalan keluar dan ataupun jawaban terhadap suatu masalah penelitian.



Beberapa definisi penelitian tersebut diatas dan berdasarkan empirik penulis dalam
melakukan penelitian, penulis mendefinisikan penelitian adalah suatu proses yang sistematis dan
terencana dalam menemukan jawaban untuk solusi masalah empirik yang ditemukan. Definisi
penelitian bila dikaji mengandung tiga (3) esensi dasar diantaranya:
1) Sistematis

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 15

Penelitian merupakan suatu proses artinya ada tahapan yang harus dilalui secara urut
dan benar. Bila tidak dilakukan maka esensi dasar penelitian tidak ada (hilang)
2) Menemukan kebenaran
Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan kebenaran yang akan digunakan
untuk kesejahteraan umat manusia. Bila tidak menemukan kebenaran maka esensi dasar
penelitian tidak terwujud.
3) Empirik problem
Penelitian merupakan pengungkapan masalah realita yang terjadi didasarkan pada
empirik. Empirik yang terjadi harus didasarkan pada fakta yang sebenarnya sehingga
menghasilkan data sebagai fokus problem penelitian.
Penelitian saat ini mengalami perkembangan dalam berbagai dimensi bidang ilmu
pengetahuan termasuk penelitian di bidang kesehatan. Menurut WHO (1960) menyatakan
kesehatan adalah keadaan sempurna fisik, mental, dan social, tidak hanya terbebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan. Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 di
uraikan kesehatan itu adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Merujuk pengertian tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa penelitian kesehatan
adalah suatu proses penyelidikan yang sistematis untuk menemukan keseimbangan badan, jiwa,
dan sosial dari kelainan berbagai fungsi. Pengertian tersebut didasarkan pada asumsi bahwa
penelitian itu merupakan proses yang sistematis untuk menemukan kebenaran sedangkan
kesehatan merupakan keadaan sempurna baik badan, jiwa, dan sosial yang setiap saat ada fungsi
yang terganggu. Sehingga melalui penelitian kesehatan akan ditemukan suatu solusi pada saat
ada gangguan kesehatan. Ahli lain menyatakan bahwa penelitian kesehatan adalah suatu upaya
untuk memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang kesehatan, baik
kuratif/klinis maupun preventif/kesehatan masyarakat, serta masalah-masalah kesehatan yang
berkaitan dengannya; dengan mencari bukti yang muncul, dan dilakukan melalui langkah-
langkah tertentu yang bersifat ilmiah, sistematis, dan logis (Notoatmodjo, 2005).
Perkembangan penelitian kesehatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan
status derajat kesehatan masyarakat. Penelitian kesehatan memfokuskan kegiatan-kegiatannya
pada masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan. Misalnya penelitian pencegahan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 16

penyakit, penelitian pengobatan penyakit, ataupun penelitian sistem pelayanan kesehatan.
Penelitian kesehatan selain berorientasi pada individu sebagai manusia seutuhnya yang terdiri
dari organ dan fungsi tubuhnya juga beorientasi pada public (masyarakat) yang terdiri dari fungsi
dan struktur yang dapat berpotensi sebagai penyebab timbulnya masalah kesehatan.

b. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Kesehatan
Penelitian kesehatan selalu mempunyai tujuan tertentu, baik tujuan dimensi proses
maupun tujuan dimensi akhir. Tujuan penelitian kesehatan dalam dimensi proses adalah
menganalisis data kesehatan yang diperoleh guna membuktikan suatu kejadian masalah
kesehatan baik yang sudah, sedang, atau yang berpotensi. Sedangkan tujuan penelitan
kesehatan dimensi akhir adalah memperoleh jawaban yang lengkap tentang masalah kesehatan
yang terjadi di suatu wilayah yang menyerang sekelompok penduduk baik dalam dimensi
individu, keluarga, kelompok khusus ataupun masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2005) tujuan
penelitian kesehatan secara garis besar adalah:
1) Untuk menemukan teori, konsep, dalil, atau generalisasi baru tentang kesehatan
atau kedokteran
2) Untuk memperbaiki atau modifikasi teori, sistem, atau program pelayanan
kesehatan/kedokteran
3) Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem, atau generalisasi yang sudah ada

Hasil penelitian kesehatan yang dilakukan dapat digunakan untuk:
1) Mengevaluasi pelaksanaan program kesehatan yang telah dilakukan
2) Merencanakan program pelayanan kesehatan
3) Menggambarkan status derajat kesehatan masyarakat
4) Mengidentifikasi, mencegah, mendiagnosis, mengobati, membatasi, dan
merehabilitasi penyakit pada individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat
5) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

C. Ruang Lingkup dan Cakupan Penelitian Kesehatan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 17

Penelitian kesehatan secara keilmuan telah berkembang sesuai bidang kajian ilmu
masing-masing yang berrumpun pada bidang imu kesehatan. Tentunya ini berdampak kepada
ruang lingkup penelitian kesehatan. Secara garis besar ruang lingkup penelitian kesehatan adalah
sebagai berikut:
1) Bidang Ilmu Kedokteran
Cakupan: kedokteran dasar, kedokteran klinis, dan kedokteran komunitas
2) Bidang Ilmu Kedokteran Gigi
Cakupan: kedokteran gigi dasar, kedokteran gigi klinik, dan kedokteran gigi
komunitas
3) Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
Cakupan: kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan, epidemiologi, administrasi
kebijakan kesehatan, manajemen pelayanan kesehatan, kesehatan dan
keselamatan kerja, kesehatan reproduksi, ekonomi dan asuransi
kesehatan, dan gizi kesehatan masyarakat
4) Bidang Ilmu Keperawatan
Cakupan: keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan medikal bedah,
keperawatan gawat darurat, keperawatan jiwa, keperawatan kritis,
keperawatan komunitas, dan manajemen keperawatan

5) Bidang Ilmu Kebidanan
Cakupan: bayi baru lahir, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, pelayanan keluarga
berencana, kebidanan komunitas, dan manajemen kebidanan
6) Bidang Ilmu Analis Kesehatan
Cakupan: bakteriologi, parasitologi, kimia, kimia klinik, serologi, dan hematologi
7) Bidang Ilmu Gizi
Cakupan: gizi dasar, gizi klnik, dan gizi komunitas
8) Bidang Ilmu Farmasi
Cakupan: farmasi klnik, farmasi industri modern,farmasi industry tradisional, dan
farmasi laboratorium
9) Bidang Teknik Elektormedik

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 18

Cakupan: pemeliharaan, perbaikan, perawatan, pemasangan, kalibrasi peralatan
kedokteran, manajemen dan standarisasi peralatan rumah sakit
10) Bidang Teknik Rontgen
Cakupan: pelayanan kesehatan bidang radiologi, teknologi radiologi, industry
radiologi, dan keselamatan kerja radiologi
11) Bidang Fisioterapi
Cakupan: asuhan fisioterafi mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative
untuk kondisi/penyakit pediatric, geriatric, ginekologi, musculoskeletal,
neuromuskuler, kardiorespirasi, olah raga dan kesehatan kerja
12) Bidang Kesehatan Gigi dan Mulut
Cakupan: pelaksanaan asuhan kesehatan gigi yang mencakup preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitative





4. Prosedur Penelitian Kesehatan
Prosedur penelitian kesehatan adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara
bertahap mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian yang
merupakan replica dari logika penelitian. Menurut Prasetya (2005) proses penelitian meliputi 5
(lima) tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Merumuskan permasalahan penelitian
b. Merumuskan kerangka teori
c. Menentukan metodologi
d. Melakukan analisa data
e. Melakukan Penarikan kesimpulan
Langkah-langkah proses penelitian kesehatan secara umum ditentukan oleh pihak
penyelenggara/stakeholder penelitian. Kadang kala setiap penyelenggaran/stakeholder beraneka

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 19

ragam menerjemahkan proses penelitian. Peneliti yang baik tentunya adalah mengikuti prosedur
atau proses penelitian kesehatan yang ditetapkan oleh penyelenggara/stakeholder penelitian.
Menurut penulis, proses penelitian secara operasional mulai dari tahapan awal sampai
pada tahap akhir penelitian ada 23 (dua puluh) langkah proses penelitian yaitu sebagai berikut:
1) Membuat latar belakang masalah penelitian
2) Membuat perumusan masalah
3) Membuat tujuan penelitian
4) Membuat manfaat penelitian
5) Membuat tinjauan pustaka
6) Membuat paradigma penelitian
7) Membuat kerangaka pemikiran
8) Membuat rancangan penelitian
9) Membuat hipotesis penelitian
10) Menyusun variabel penelitian
11) Menentukan populasi penelitian
12) Menentukan sampel penelitian
13) Menentukan pengumpulan data
14) Menyusun prosedur penelitian
15) Melakukan pengolahan data
16) Melakukan analisis data
17) Menyusun etika penelitian
18) Menyusun waktu dan tempat penelitian
19) Membuat hasil penelitian
20) Menyusun pembahasan
21) Membuat kesimpulan dan saran
22) Membuat daftar pustaka
23) Menyusun abstrak

5. Aplikasi Proses Penelitian Kesehatan dalam Konteks Tugas Akhir
Pendidikan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 20

Aplikasi proses penelitian untuk kepentingan tugas akhir pendidikan baik untuk
Pendidikan Program Diploma-III, D-IV, S-1, S-2, dan S-3 berikut ini:
a. Pendidikan Program Diploma-III, D-IV, dan S-1
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Konsep Variabel Dipengaruhi
B. Konsep Variabel Mempengaruhi
C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi
BAB III Metode Penelitian
A. Metode Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Pengumpulan Data
D. Pengolahan Data
E. Analisis Data
F. Etika Penelitian
G. Waktu dan Tempat Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
B. Saran

b. Pendidikan Program Magister (S-2)
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 21

B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Konsep Variabel Dipengaruhi
B. Konsep Variabel Mempengaruhi
C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi
D. Hasil Penelitian (Jurnal Ilmiah yang di Publikasikan)
BAB III Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Pengumpulan Data
D. Pengolahan Data
E. Analisis Data
F. Etika Penelitian
G. Waktu dan Tempat Penelitian


BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V Simpulan dan Saran
A. Simpulan
B. Saran

c. Pendidikan Program Doktor (S-3)
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 22

B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Novelty (Kebaruan) Penelitian
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Konsep Variabel Dipengaruhi
B. Konsep Variabel Mempengaruhi
C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi
D. Hasil Publikasi Penelitian (Nasioan dan Internasional)
BAB III Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Pengumpulan Data, Pengolahan, dan Analisis Dara
D. Etika Penelitian
E. Waktu dan Tempat Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian Sub Tujuan-1
A. Pendahuluan
B. Rancangan Penelitian
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
D. Simpulan dan Rekomendasi


BAB V Hasil Penelitian Sub Tujuan-2
A. Pendahuluan
B. Rancangan Penelitian
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
D. Simpulan dan Rekomendasi
BAB VI Hasil Penelitian Sub Tujuan-3
A. Pendahuluan
B. Rancangan Penelitian

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 23

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
D. Simpulan dan Rekomendasi
BAB VII Hasil Penelitian Sub Tujuan-4
A. Pendahuluan
B. Rancangan Penelitian
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
D. Simpulan dan Rekomendasi
BAB VIII Hasil Penelitian dan Pembahasan (1-4)
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB IX Simpulan dan Rekomendasi
A. Simpulan
B. Rekomendasi
Proses penelitian secara aplikasi pada tingkatan pendidikan sebenarnya sama, yang
membedakannya pada substansi kedalaman penelitian. Seperti uraian berikut ini:
1) Pendidikan Diploma-III lebih ditekankan pada pengalaman penelitian dalam
menggambarkan variabel penelitian bisa satu variabel, dua variabel ataupun multi variabel.
2) Pendidikan Diploma-IV dan Sarjana tidak hanya menggambarkan variabel penelitian saja
tetapi dituntut harus mempunyai pengalaman melakukan penelitian dengan melihat dua
variabel yang saling berhubungan atau adanya proses analitik berpikir.
3) Pendidikan Magister tidak hanya menghubungkan dua variabel tetapi dituntut pengalaman
penelitian sampai pada tingkatan multivariat dan adanya justifikasi teori dalam berasumsi.
4) Pendidikan Doktor tidak hanyak menggunakan analisis multivariat tetapi dituntut untuk
membuat pengembangan program dan yang terpenting untuk penelitian Pendidikan Doktor
ada yang disebut novelty (kebaruan) dalam penelitiannya.
Pada bagian selanjutnya, pembahasan proses penelitian kesehatan akan di integrasikan
dengan penyusunan dan pelaksanaan penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah (KTI), Laporan Tugas
Akhir (LTA), dan Skripsi. Jika diperlukan untuk menambah wawawasan dan pengetahuan
penyusunan Tesis maupun Disertasi.


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 24





















EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan pengertian filsafat menurut Plato?
2. Sebutkan dan jelaskan tiga landasan hakekat ilmu?
3. Jelaskan logika deduktif-induktif dan berikan contohnya?
4. Sebutkan dua sumber pengetahuan berdasarkan penalaran?
5. Sebutkan tiga ciri kebenaran ilmiah?
6. Jelaskan pengertian penelitian menurut Nazir (2003)?
7. Jelaskan pengertian penelitian kesehatan?
8. Jelaskan tujuan penelitian kesehatan?
9. Jelaskan kegunaan penelitian kesehatan?

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 25

10. Sebutkan tahapan penelitian?
























BAGIAN-2
LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN DAN
MANFAAT PENELITIAN

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 26




TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:
a. Membuat latar belakang penelitian mencakup pengertian latar belakang penelitian, lima
pokok yang harus diperhatikan, studi pendahuluan, dan membuat judul penelitian.
b. Membuat rumusan masalah penelitian mencakup pengertian dan cara membuat rumusan
masalah.
c. Membuat tujuan penelitian kesehatan mencakup konsep dasar dan jenis tujuan penelitian
kesehatan.
d. Membuat manfaat penelitian kesehatan mencakup pengertian, jenis, dan cara membuat
manfaat penelitian

1. Konsep Dasar Latar Belakang Penelitian
Latar belakang penelitian adalah suatu alasan mendasar yang digunakan oleh peneliti
untuk melaksanakan penelitian. Alasan mendasar muncul didasarkan pada fakta lapangan yang
menunjukan adanya ketidakseimbangan antara harapan dengan kenyataan atau antara teori
dengan realita. Latar belakang penelitian dapat diperoleh dengan rasa ingin tahu peneliti terhadap
fenomena (gejala) lingkungan sekitar.



Latar belakang penelitian dapat berorientasi pada 2 (dua) aspek yaitu:
a. Berorientasi pada masalah

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 27

Latar belakang penelitian yang berorientasi pada masalah memuat berbagai kajian
yang mendukung pentingnya suatu permasalahan untuk diteliti dan dipelajari pemecahannya.
Dalam latar belakang yang berorientasi masalah harus diuraikan apakah permasalahan yang
akan diteliti memiliki derajat kepentingan mendesak (urgent), sangat penting (very
important), penting (important), biasa (ordinary), atau tidak penting (not important).
Uraian tentang derajat pentingnya permasalahan harus didukung oleh data-data
penelitian sebelumnya, pengetahuan empiris, dan kajian kepustakaan yang mutakhir (up to
date). Secara dominan latar belakang penelitian yang dilakukan saat ini berorientasi pada
masalah sehingga ada kecendrungan si peneliti awalnya adalah mencari masalah penelitian.
Realitanya pemikiran seseorang akan lebih berkembang dan lebih kreatif mencari pada saat
masalah penelitian sudah menjadi perhatiannya.
Misalnya data dilapangan angka kejadian penyalahgunaan nafza setiap tahun
meningkat pada kelompok remaja. Padahal program pemerintah untuk mengurangi pemakai
nafza terus menerus dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat. Namun
kenyataannya peredaran nafza semakin meluas yang berdampak kejadian HIV/AIDS terus
bertambah. Maka apabila peneliti tertarik melakukan penelitian fenomena masalah ini harus
mampu mengungkapkan data, fakta, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang up to date.
b. Berorientasi pada tujuan
Latar belakang penelitian yang berorientasi tujuan memuat berbagai kajian yang
mendasari pentingnya sistem diteliti. Dalam latar belakang penelitian ini permasalahan akan
teridentifikasi sebagai bagian dari hasil penelitian. Serupa dengan tipe penelitian sebelumnya,
derajat pentingnya suatu sistem yang akan diteliti dinilai berdasarkan data-data penelitian
sebelumnya, pengetahuan empiris, dan kajian kepustakaan yang mutakhir (up to date)


Latar belakang yang berorientasi pada tujuan tidak harus menemukan masalah awal
karena penelitian ini digunakan untuk kajian mendalam dan menemukan kebaruan dari tema
penelitian yang dipilih. Latar belakang penelitian selaku subjudul mempunyai kerangka,
namun komponen-komponennya tidak ditampilkan sebagai sub-subjudul, melainkan masing-
masing sebagai alinea tersendiri yang mengandung komponen yang bersangkutan.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 28

Misalnya peneliti ingin mengetahui bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien
tahanan yang mengalami perawatan di Rumah Sakit. Maka dalam penelitian tersebut, peneliti
dapat membuat latar belakang tidak berorientasi pada masalah tapi dapat berorientasi pada
tujuan dengan cara melakukan kajian mendalam dukungan keluarga baik dukungan
emosional, sosial, maupun spiritual.
Menurut Atmadilaga (1989) Ada 4 (empat) komponen dalam latar belakang penelitian
yaitu:
1) Tema sentral masalah
2) Mekanisme proses timbulnya masalah
3) Motivasi yang menggugah penelitian
4) Yang diharapkan dari penelitian

2. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Membuat Latar Belakang

Ada 5 (lima) komponen yang perlu diperhatikan dalam latar belakang penelitian adalah:
a. Tingkat kebaruan topik yang diteliti
Secara ideal yang dimaksud tingkat kebaruan topik yang diteliti adalah tema
penelitian mempunyai tingkat novelty (kebaruan) yang tinggi dengan kata lain belum ada
yang melakukan penelitian tema yang dipilih. Namun tentunya pemilihan novelty bagi tema
penelitian hanya ditekankan pada pendidikan Program Doktor atau hibah penelitian bersaing.


Untuk pendidikan tingkat di bawahnya novelty tidak menjadi suatu keharusan.
Pemilihan kebaruan topik dalam suatu penelitian yang terpenting tidak terjadinya flagiatisme
dalam pelaksanaan penyusunan latar belakang penelitian Tingkat kebaruan topik penelitian
bisa diperoleh melalui berbagai cara diantaranya:
1) Melakukan telaah artikel atau jurnal ilmiah secara detail
2) Membaca teksbook sesuai bidang kajian ilmu
3) Membaca hasil-hasil penelitian (KTI, LTA, Skripsi, Thesis, ataupun Disertasi)
4) Mengumpulkan dan menginterpretasi data-data kesehatan dari Puskesmas, Dinas
Kesehatan, Intansi Khusus, dan Intansi Kesehatan lainnya

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 29

Misalnya: Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mengeliminasi penyakit
Filariasis. Kabupaten Bandung menjalankan program dengan membagikan obat anti Filariasis
secara massal yang tujuannya mampu mengeliminasi penyakit Filariasis. Dampak dari
program tersebut adanya penduduk yang meninggal karena di duga akibat minum obat anti
Filariasis.
Maka dengan cara tersebut di atas akan menemukan tingkat kebaruan topik
penelitian diantaranya:
1) Efektivitas pemberian obat anti filariasis dalam program eliminasi penyakit
2) Survei pengetahuan masyarakat tentang obat anti filariasis
3) Faktor-faktor yang berpengaruh terjadinya penyakit filariasis
4) Faktor dominan terjadinya efek komplikasi pemberian obat anti filariasis
5) Perilaku Penduduk dan Perilaku vector penyebab terjadinya penyakit filariasis
6) Studi Kasus: perawatan mandiri pada Pasien dengan Penyakit Filariasis
7) Faktor pembeda kelompok penyakit filariasi berdasarkan kajian lingkungan
8) Dan sebagainya
b. Ke spesifikan topik yang akan diteliti
Dalam latar belakang penelitian pemilihan topik penelitian harus spesifik untuk
memberikan batasan penelitian dan memfokuskan kajian penelitian. Misalnya, peneliti ingin
mengetahui tentang: Status Kesehatan Masyarakat. Topik penelitian ini belum spesifik karena
masih terdiri dari sub-sub topik diantaranya:
- Status Kesehatan Masyarakat
- Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kesehatan, Genetik
- Pelayanan Media, Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Keperawatan
- Keperawatan Anak, Maternitas, Komunitas, Medikal Bedah, Gawat Darurat, Kritikal
Care, Jiwa, Manajemen
- Keluarga, Gerontik, Kelompok Khusus
- Struktur dan Fungsional
- Struktur Komunikasi, Kekuatan, Peran, Nilai dan Norma
- Komunikasi Disfungsional, Komunikasi Fungsional

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 30

Pemilihan topik penelitian tersebut diatas diperuntukan untuk penelitian
keperawatan. Akan menjadi lain lagi bila diperuntukan untuk disiplin ilmu yang lain.
Topik yang spesifik dalam latar belakang penelitian akan memudahkan dalam
mengidentifikasi variabel-variabel penelitian.
c. Kekuatan data yang mendukung
Membangun ilmu pengetahuan itu memerlukan suatu fakta-fakta yang nyata baik
yang sudah tersedia maupun yang harus dikumpulkan melalui penelitian. Misalnya data
berupa data empiris yang terjangkau oleh pengalaman inderawi. Jadi bukan berupa hal-hal
yang nyata ada dalam pikiran, dalam bayangan atau menurut cerita orang. Berarti pula
bahwa data empiris yang dikumpulkan itu dapat dipahami, dapat diukur dan dapat
dianalisis lebih lanjut.
Latar belakang penelitian yang akuntabel adalah yang dilengkapi dengan kekuatan
data yang mendukung karena data yang berasal dari fakta merupakan bagian dari
karakteristik metode ilmiah. Sumber data yang digunakan di latar belakang penelitian bisa
data primer, sekunder, ataupun tersier yang terpenting data tersebut merupakan data ilmiah
yang berasal dari fakta empiris lapangan.


Data yang digunakan sebagai pengungkapan fenomena/gejala permasalahan
penelitian akan memenuhi unsur obyektifitas metode ilmiah. Maka data merupakan entry
point dalam latar belakang penelitian yang digunakan sebagai dasar melaksanakan
penelitian.
d. Kelugasan bahasa
Kelugasan bahasa adalah tata cara menulis ilmiah yang dapat dipahami oleh orang
lain pada saat membaca latar belakang penelitian. Kelugasan bahasa sangat diperlukan oleh
peneliti dalam mengungkapkan fenomena latar belakang penelitian. Bahasa yang
digunakan tentunya adalah bahasa formal yang mengandung kaidah keilmuan ilmiah.
Kelugasan bahasa dalam latar belakang penelitian penulisannya harus terus dilatih
dalam tulisan nyata tidak hanya dalam pemikiran. Kadang kala dipikiran banyak ide yang

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 31

menjadi inspirasi latar belakang penelitian tetapi selalu menghadapi kesulitan pada saat
harus diungkapkan dalam tulisan nyata di atas kertas.
Kelugasan bahasa dalam latar belakang penelitian dapat dilakukan dengan berbagai
upaya latihan diantaranya:
1) Kumpulkan semua bahan, materi, referensi yang berhubungan dengan topik latar
belakang penelitian
2) Bacalah buku pedoman atau tata cara penelitian
3) Petakan pikiran menjadi beberapa wilayah target penulisan
4) Selalu menyiapkan ballpoint dan kertas yang siap digunakan atau bila perlu komputer
5) Tuliskan apa saja yang ada sesuai dengan kemampuan
6) Pilihlah tulisan-tulisan yang sesuai dengan pikiran, hati, dan rasa estetika
Menurut penulis dalam membuat latar belakang penelitian secara sederhana ada 5
(lima) aspek yang perlu diperhatikan diantaranya:
1) Berpikirlah secara deduktif-induktif atau induktif-deduktif
Berpikir secara deduktif-induktif adalah berpikir dari pernyataan umum ke
pernyataan khusus, sedangkan berpikir induktif-deduktif adalah berpikir dari
pernyataan khusus ke pernyataan umum. Dalam menulis latar belakang penelitian
sebagian besar para peneliti lebih tertarik pada deduktif-induktif (dari umum ke
khusus) karena dapat mempermudah pola penulisan latar belakang penelitian.
Contoh:
Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1 telah menjadi issue
global sejak pertama kali muncul di Hongkong tahun 1997, yang melaporkan
adanya penularan H5N1 melalui unggas ke manusia. Pada tahun 2003-2006
penyakit flu burung tertinggi adalah Negara Vietnam yaitu 93 kasus positif
dan kedua adalah Negara Indonesia yaitu 28 kasus.

Perkembangan penyakit flu burung pada masa itu terus meningkat, bahkan
Negara Indonesia periode tahun 2007-2008 menduduki peringkat pertama
menggeser Vietnam yaitu 100 kasus positif flu burung. Penyebaran penyakit
flu burung di Indonesia terus meluas ke berbagai propinsi.

Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi yang tertinggi adanya penyakit flu
burung dengan jumlah kasus positif adalah 29 orang dengan jumlah kematian
23 orang. Jawa Barat sebagai propinsi yang terpadat jumlah penduduknya
mencapai 40 juta jiwa sangat berisiko terinfeksi virus H5N1.
Umum

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 32


Kabupaten Garut merupakan kabupaten dengan jumlah kasus postif flu
burung paling tinggi dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya. Jumlah
kasus positif flu burung adalah 5 orang yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Cikelet Garut. Wilayah kerja Puskesmas Cikelet Garut sangat
rawan dan berrisiko tinggi terinfeksi H5NI. Hal ini erat kaitannya dengan
perilaku kesehatan penduduk dalam memandang konsep sehat-sakit.

Contoh diatas, memperlihatkan bahwa si peneliti berpikir dari kondisi umum
ke kondisi khusus, sumbernya adalah dikutif dari bagian Disertasi, Budiman (2009).
2) Adanya data dan fakta yang mendukung latar belakang penelitian
Karakteristik penelitian ilmiah adalah adanya data dan fakta, begitu pula pada
saat membuat latar belakang penelitian pengungkapan data dan fakta menjadi
keharusan. Penulisan data dan fakta di latar belakang penelitian searah dengan pola
pemikiran deduktif-induktif ataupun induktif-deduktif. Seperti pada contoh di atas.

3) Adanya teori yang mendukung latar belakang penelitian
Pada saat membuat latar belakang penelitian harus adanya teori yang
mendukung. Teori merupakan dalil yang sudah terbukti kebenaran ilmiahnya secara
general. Teori merupakan asumsi dasar penulis membuat latar belakang penelitian.
Pastikan tema sentral penelitian dalam latar belakang di dukung oleh sumber teori
yang banyak. Kurangi pemilihan tema sentral penelitian yang teorinya secara umum
belum ada bahkan secara logika sangat sulit dibuktikan kebenaran ilmiahnya.
Secara umum penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada kecendrungan
menguji teori yang ada bukan menemukan teori yang baru. Apalagi penelitian-
penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan pendidikan di tingkat akhir. Jika
penelitian yang dihasilkan merupakan teori baru, maka dalam konteks tersebut
dikategorikan sebagai penelitian revolusioner. Misalnya membantah teori H.L Bloom
tentang empat faktor yang berhubungan dengan status derajat kesehatan masyarakat
dan menemukan teori baru.
4) Adanya hasil penelitian orang lain sebagai support system problem research
Hasil penelitian orang lain merupakan evidence based dalam membuat latar
belakang penelitian. Perkembangan saat ini hasil penelitian orang lain sebagai
Khusus

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 33

pendukung sistem masalah penelitian, artinya bila tidak ada hasil penelitian orang lain
maka sistem masalah penelitian tidak akan terbentuk.
Hasil penelitian orang lain yang digunakan untuk mendukung masalah
penelitian dilatar belakang harus berbentuk jurnal ilmiah baik dalam skala nasional
ataupun skala internasional. Dalam penelitian tugas akhir mahasiswa sekarang
menjadi salah satu syarat yang harus dilengkapi sebagai jaminan kualitas penelitian.
Hasil penelitian orang lain bisa dijadikaan dasar permulaan terkontruksinya
latar belakang penelitian. Penulisan hasil penelitian posisinya di latar belakang
penelitian diawal pengungkapan fenomena penelitian ataupun setelah disajikannya
data dan fakta penelitian di latar belakang masalah penelitian.
Contoh:
Munculnya penyakit flu burung pada manusia merupakan Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang melibatkan golongan unggas dan manusia. Dalam
perspektif lingkungan, penularan virus H5N1 dimediasi oleh komponen
lingkungan sekitar. Hasil penelitian Hayat, Liang, dan Low (2006) diperoleh
lingkungan terbuka dapat menjadi hotbed, untuk pembiakan virus H5N1 dan
menyebabkan lompatan dari unggas ke manusia.

Seekor unggas yang terinfeksi virus H5N1 akan menularkan dalam waktu
singkat. Setiap individu mempunyai risiko yang sama terinfeksi H5N1
terutama yang berinteraksi dengan unggas. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh WHO tahun 2005 menunjukan bahwa risiko penularan langsung dari
unggas ke manusia terutama terjadi pada mereka yang telah bersentuhan
dengan unggas ternak yang sudah terinfeksi atau dengan permukaan benda-
benda yang tercemar kotoran unggas.

Sumber: di kutif dari bagian Disertasi Budiman (2009)

5) Adanya justifikasi penulis dalam pengungkapan fenomena awal (studi
pendahuluan)

Pengertian Justifikasi penulis adalah pernyataan penulis yang didasarkan
pada teori, data, hasil penelitian, dan empirik lapangan dalam memfokuskan tema
sentral penelitian. Pada saat menulis latar belakang penelitian ada kalanya penulis
mempunyai kesulitan dalam memfokuskan alasan dasar penelitian. Bila kondisi ini
dihadapi, maka peneliti bisa melakukan studi pendahuluan.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 34

Pengertian Studi pendahuluan adalah kegiatan awal penelitian yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengungkapkan fenomena empirik lapangan dalam
mempertegas tema sentral masalah penelitian. Menurut Notoatmodjo (2005) studi
pendahuluan pada hakekatnya adalah untuk memperoleh informasi-informasi atau
pengetahuan sehubungan dengan bidang yang akan ditelitinya, guna memperkuat atau
menyokong secara ilmiah terhadap penelitian tersebut.
Tujuan studi pendahuluan adalah memperoleh informasi awal tentang
masalah penelitian sehingga peneliti mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
masalah yang akan ditelitinya. Untuk memulai suatu penelitian diperlukan
pengetahuan yang luas baik pengetahuan teoritis maupun praktis tentang bidang yang
akan ditelitinya.
Metode studi pendahuluan berdasarkan sumber informasi ada 2 (dua)
cara yaitu sebagai berikut:
a) Metode studi pendahuluan direct (langsung)
Metode studi pendahuluan langsung adalah suatu studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari sumber informasi langsung pada
objek penelitian (responden). Dalam konteks ini peneliti langsung mendatangi
objek penelitian dan mencari informasi awal penelitian sesuai bidang yang akan
dikajinya.
Langkah-langkah studi pendahuluan langsung adalah:
(1) Peneliti menyiapkan alat pengumpulan data berupa kuesioner, chek list,
ataupun alat pengumpulan data lainnya yang sudah dilengkapi dengan
pertanyaan sesuai dengan tema yang akan diteliti
(2) Peneliti menyiapkan lapangan (tempat) studi pendahuluan bisa melalui izin
formal atau izin informal
(3) Peneliti menetapkan jumlah responden yang akan dilakukan studi
pendahuluan langsung. Jumlahnya bisa sekitar antara 10-20 responden
(4) Hasil studi pendahuluan dituangkan dalam latar belakang penelitian sebagai
pelengkap dalam mendukung tema sentral masalah penelitian
Contoh studi pendahuluan direct (langsung):

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 35

Judul penelitian ini adalah Hubungan Tipe dan Tugas Perkembangan
Keluarga dengan Struktur Kekuasaan Keluarga pada Keluarga Prasejahtera.

Dari hasil studi pendahuluan terhadap 10 keluarga prasejahtera terdapat 6
tipe keluarga besar, 3 tipe keluarga inti, 1 tipe keluarga single parent,
sedangkan tahapan perkembangan keluarga diperoleh 5 keluarga dengan
tahapan perkembangan keluarga anak sekolah, 3 tahapan keluarga remaja,
dan 2 tahapan keluarga usila. Hasil wawancara terhadap 10 keluarga dalam
pengambilan keputusan tentang masalah kesehatan semuanya menyerahkan
pada suami, anggota keluarga dalam memutuskan mencari pengobatan
menunggu keputusan suami, dalam perawatan yang sakit anggota keluarga
dilakukan oleh istri. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Johnson, 1975
dalam Friedman, 1998 dimana ia melakukan wawancara dengan 104 orang
istri Jepang-Amerika di Honolulu didapatkan bahwa teryata istri mempunyai
pengaruh lebih besar dari suami dalam hal tangggung jawab pengambilan
keputusan masalah kesehatan.
Sumber: sebagian dikutif dari Skripsi Budiman (2006)

b) Metode studi pendahuluan I ndirect (tidak Langsung)
Metode studi pendahuluan tidak langsung adalah suatu studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari sumber informasi
tidak langsung pada objek penelitian (responden). Dalam konteks ini peneliti
mendatangi objek penelitian dan mencari informasi awal penelitian melalui
sumber data sekunder, ataupun sumber data tersier.
Sumber data sekunder dalam studi pendahuluan dapat berupa sumber
kepustakaan, sumber data institusi, sumber data perorangan, atau sumber
infromasi dari orang yang memilki kewenangan. Sedangkan sumber data tersier
dalam studi pendahuluan dapat berupa hasil tulisan ilmiah misalnya jurnal ilmiah
yang selanjutnya dilakukan meta analisis penelitian.
Langkah-langkah studi pendahuluan tidak langsung adalah:
(1) Peneliti menyiapkan lapangan (tempat) studi pendahuluan bisa melalui izin
formal atau izin informal
(2) Peneliti melakukan telaahan laporan data baik yang berasal dari institusi
ataupun dari hasil jurnal ilmiah sesuai dengan bidang permalahan penelitian
yang akan di kaji

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 36

(3) Peneliti bisa memperoleh keterangan dari orang yang mempunyai
kewenangan. Misalnya akan melakukan penelitian di Rumah Sakit tentang
Kinerja Perawat, maka peneliti bisa memperoleh informasi awal melalui
wawancara dengan Ka. Perawatan Rumah Sakit tersebut. Tentunya
pengumpulan data melalui wawancara disiapkan sesuai metode ilmiah.
(4) Hasil studi pendahuluan dituangkan dalam latar belakang penelitian sebagai
pelengkap dalam mendukung tema sentral masalah penelitian
Latar belakang masalah penelitian merupakan intisari pelaksanaan penelitian. Tuntutan
pengungkapan fenomena masalah penelitian di latarbelakang sangat menentukan kualitas
penelitian. Maka dalam menentukan permasalahan penelitian harus didasarkan pada kriteria
permasalahan penelitian berikut ini:
1) Permasalahan penelitian hanya dan harus berhubungan dengan kebenaran ilmiah
2) Permasalahan penelitian mempunyai kaitan yang jelas dengan hasil penelitian sebelumnya
3) Permasalahan penelitian yang baik harus memiliki kadar orsinilitas yang tinggi
4) Permasalahan penelitian harus diformulasikan secara jelas
5) Permasalahan penelitian harus realitas dan layak (feasible) dilaksanakan dalam jangakau
waktu, dana, dan kompetensi yang dimilki oleh peneliti

3. Membuat Judul Penelitian
Pengertian judul penelitian adalah entitas proses penelitian yang dilakukan dalam mencari
jawaban dari permasalahan penelitian. Judul penelitian merupakan pencerminan dari tujuan
penelitian, artinya dengan judul penelitian sebenarnya sudah tergambar tujuan penelitian karena
tujuan penelitian berasal dari permasalahan penelitian.
Keterkaitan tersebut diatas, menunjukan bahwa judul penelitian diawali oleh tema/topik
penelitian sebagai sentral pelaksanaan penelitian. Judul penelitian secara format bisa berubah
sesuai proses pelaksanaan penelitian yang tidak bisa rubah itu adalah tema/topik penelitian.
Maka judul penelitian merupakan cerminan dari permasalahan penelitian.
Secara ideal syarat membuat judul penelitian harus mengandung unsur 4W + I H, yaitu:
a) What; Apa yang akan diteliti topiknya?

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 37

What, ini menunjukan variabel penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah
kelihatan substansi/materi penelitian
b) Who; Siapa yang akan ditelitinya?
Who, ini menunjukan responden penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah
jelas responden penelitian
c) Where; Dimana akan ditelitinya?
Where, ini menunjukan tempat penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah
kelihatan area penelitian
d) When; Kapan ditelitinya?
When, ini menunjukan waktu pelaksanaan penelitian sehingga dari awal sudah kelihatan
batasan waktu penelitian
e) How; Bagaimana ditelitinya?
How, ini menunjukan disain penelitian yang akan dilakukan sehingga dari awal sudah
kelihatan rancangan penelitian yang akan digunakan

Contoh membuat judul penelitian:
Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Babatan
Kota Bandung Tahun 2008
Penjelasan:
What; apa yang akan diteliti? Gaya Hidup
Who; siapa yang akan diteliti? Penderita Hipertensi
Where; dimana akan ditelitinya? di Wilayah Kerja Puskesmas Babatan Kota Bandung
When; kapan ditelitinya? tahun 2008
How; bagaimana ditelitinya? disain deskriptif

Studi Perbandingan Pengetahuan tentang Seks di Luar Nikah pada Siswa/I antara SMU
YAPI Al-Husaeni dan SMK Wirakarya Ciparay Bandung Tahun 2008
Penjelasan:
What; apa yang akan diteliti? Pengetahuan tentang Seks di Luar Nikah
Who; siapa yang akan diteliti? Siswa dan Siswi

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 38

Where; dimana akan ditelitinya? di SMU YAPI AL-Husaeni dan SMK Ciparay Bandung
When; kapan ditelitinya? tahun 2008
How; bagaimana ditelitinya? Disain Komparatif

Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi Pertama dengan Perubahan Body Image pada
Siswi di MTS Sukaresmi Rongga Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008
Penjelasan:
What; apa yang akan diteliti? Pengetahuan tentang Menstruasi Pertama dengan
Perubahan Body Image
Who; siapa yang akan diteliti? Siswi
Where; dimana akan ditelitinya? di MTS Sukaresmi Rongga Kabupaten Bandung Barat
When; kapan ditelitinya? tahun 2008
How; bagaimana ditelitinya? disain deskriptif analitik (cross sectional)

Analisis Faktor Pembeda Kelompok Status Gizi Kurang pada Balita di Puskesmas
Cimahi Selatan Tahun 2009
Penjelasan:
What; apa yang akan diteliti? Faktor Pembeda dengan Status Gizi Kurang
Who; siapa yang akan diteliti? Balita
Where; dimana akan ditelitinya? di Puskesmas Cimahi Selatan
When; kapan ditelitinya? tahun 2009
How; bagaimana ditelitinya? disain kasus kontrol








Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 39

4. Konsep Dasar Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah bagian dari pendahuluan yang memuat uraian secara lebih
tegas dan spesifik tentang permasalahan yang dipecahkan/dikaji dalam penelitian. Perumusan
masalah secara tidak langsung juga merupakan uraian yang membatasi lingkup penelitian yang
dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa permasalahan yang ada dalam khasanah topik yang
dipilih sangat luas, dan tentunya tidak seluruh permasalahan yang ada dikaji dalam penelitian.
a. Sumber Masalah Penelitian
Sebenarnya banyak sekali masalah yang perlu dipecahkan berada di sekeliling peneliti.
Untuk memperoleh masalah yang menjadi kendala adalah kesanggupan peneliti menggali dan
mengidentifikasi masalah serta mengetahui sumber-sumber dimana masalah penelitian
diperoleh dengan mudah. Sumber-sumber di mana masalah dapat diperoleh antara lain
sebagai berikut:
1) Pengamatan terhadap kegiatan manusia
2) Bacaan
3) Analisis bidang pengetahuan
4) Review serta perluasan penelitian
5) Cabang studi yang dikerjakan
6) Pengalaman dan catatan pribadi
7) Praktik serta keinginan masyarakat
8) Bidang spesialisasi
9) Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti
10) Pengamatan terhadap alam sekeliling
11) Diskusi-diskusi ilmiah
Menurut Nazir (2005) perumusan masalah penelitian menjadi fokus pelaksanaan
penelitian karena bertujuan untuk:
1) Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang
2) Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal baru
3) Meletakan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya ataupun
dasar untuk penelitian selanjutnya
4) Memenuhi keinginan sosial

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 40

5) Menyediakan sesuatu yang bermanfaat
b. Cara Membuat Rumusan Masalah
Dalam membuat rumusan masalah ada 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan
diantaranya:
1) Konsistensi dengan latar belakang masalah
2) Kejelasan ruang lingkup masalah penelitian
3) Kejelasan konsep atau variabel yang akan diteliti
Oleh karena itu masalah spesifik yang menjadi objek penelitian perlu dirumuskan
secara cermat dan seksama. Menurut Nazir (2005) umumnya rumusan masalah harus
dilakukan dengan kondisi berikut ini:
1) Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan (research question)
2) Rumusan masalah hendaklah jelas dan padat
3) Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
4) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
5) Masalah harus menjadi dasar dalam memformulasikan judul penelitian
Namun demikian ada beberapa pendapat lain, seperti yang diungkapkan oleh
Notoatmodjo (2005) bahwa dalam membuat rumusan masalah tidak harus dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan penelitian saja tetapi dapat juga dinyatakan dalam bentuk pernyataan
penelitian (research statement) atau keduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat DP2M Dirjen
Dikti (2006) dinyatakan bahwa dalam membuat perumusan masalah tidak harus dalam
bentuk tanya. Membuat rumusan masalah bisa kedua-duanya.
Maka secara umum dalam menulis perumusan masalah adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi fokus topik penelitian di latar belakang
2) Menguraikan teori/standar/harapan dari masalah penelitian
3) Mengidentifikasi kondisi, data, dan fakta dalam bentuk empirik dari masalah penelitian
4) Menganalisis tingkat ketidaksesuaian/ketidakseimbangan/gap antara harapan dan kenyataan
5) Menarik perumusan masalah dengan cara pernyataan atau pertanyaan penelitian, bahkan
dapat membuat diagram alir rumusan masalah penelitian.

Contoh (dikutif dari Notoatmodjo, 2005):

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 41

Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor sudah merata hamper di tiap RW telah
mempunyai Posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan baik
di Posyandu-Posyandu. Namun angka droup out imunisasi polio masih tinggi, sekitar
75%. Hal ini berarti kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten
Bogor tersebut rendah. Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan
dengan pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1) Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor
rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi)?
2) Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidakseimbangan
imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor?
Menurut penulis, membuat rumusan masalah ada 2 (dua) cara yaitu:
1) Cara sederhana
Cara sederhana dalam membuat rumusan masalah langsung pada kejelasan
masalah yang akan diteliti sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah disusun.
Cara sederhana tidak mengesampingkan kualitas pemilihan masalah penelitian justru
mempertegas spesifikasi masalah penelitian. Asumsinya pernyataan alasan penelitian
sudah diterkandung dalam latar belakang penelitian. Cara sederhana membuat rumusan
masalah langsung menggunakan pertanyaan penelitian.
Contoh rumusan masalah penelitian dengan cara sederhana adalah:
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti membuat rumusan
masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara tipe dan tugas perkembangan
keluarga dengan struktur kekuasaan keluarga pada keluarga prasejahtera di Desa Jelegong
Kec. Rancaekek Kab. Bandung tahun 2008?
Sumber: dikutif dari bagian skripsi Budiman (2008)
2) Cara luas
Cara luas dalam membuat rumusan masalah tidak hanya merujuk pada latar
belakang penelitian saja tetapi memuat strategi-straetegi umum dalam memcahkan
masalah penelitian. Uraian strategi ini digunakan untuk memberikan arah peneliti dalam
merumuskan hipotesis. Bahkan strategi kerangka pendekatan tersebut digambarkan dalam
Bagan Alir Permasalahan Penelitian.
Perumusan masalah yang disusun secara luas memberikan penjelasan masalah
yang lebih spesifik dimana masalah itu mulai muncul. Selain itu memberikan deskripsi
alur pemikiran yang jelas dalam membatasi dan mengidentifikasi masalah penelitian.
Cara luas dalam membuat rumusan masalah melalui pernyataan, pertanyaan, dan diagram
alur perumusan masalah penelitian.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 42

Contoh rumusan masalah penelitian dengan cara luas adalah:
Menjelang milenium ketiga, umat manusia dihadapkan pada berbagai perubahan
lingkungan global yang langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan.
Seringkali perubahan lingkungan yang tadinya berskala lokal dapat meluas menjadi
regional bahkan global, karena sifat perubahan tersebut menjadikan negara-negara di
muka bumi ini tidak mengenal batas lagi. Permasalahan lingkungan di suatu negara akan
berdampak meluas ke negara lainnya yang berada di belahan dunia ini.
Harus disadari secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia bernafas memerlukan udara sekitarnya setiap detik. Makanan manusia diambil
dari sekitarnya, demikian pula minuman, pakaian, dan lain sebagainya. Bergantung taraf
budayanya, manusia dapat sangat erat atau erat hubungannya dengan lingkungan
hidupnya. Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler.
Perubahan pada lingkungan itu pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan manusia
termasuk masalah kesehatan manusia. Teori Gordon, dalam Anies (2006) menyatakan
ketidakseimbangan terjadi akibat pergeseran faktor lingkungan akan mempengaruhi bibit
penyakit (agent) menjadikannya lebih ganas atau lebih mudah masuk ke dalam tubuh
manusia.
Menurut Bloom (1974) dalam Suliha et al (2002) faktor yang paling dominan
mempengaruhi derajat kesehatan manusia adalah faktor lingkungan (45%), faktor
perilaku (30%), pelayanan kesehatan (20%), dan keturunan (5%). Penyakit-penyakit yang
timbul saat ini baik penyakit degeneratif, penyakit tidak menular maupun penyakit
menular tidak terlepas dari faktor lingkungan sebagai faktor risiko penyebab terjadinya
penyakit termasuk mewabahnya penyakit flu burung di berbagai belahan dunia.
Penyakit flu burung dalam waktu singkat sejak tahun 1997 pertama kali muncul
di Hongkong menginfeksi manusia sebanyak 18 orang dengan jumlah kematian 6 orang
(Siegel, 2006). Fakta yang melegakan bahwa setiap pasien ini menjadi terinfeksi akibat
kontak langsung dengan unggas terinfeksi, bukan dengan orang yang terinfeksi.
Munculnya penyakit flu burung tidak terlepas dari peranan masalah lingkungan sebagai
faktor risiko terjadinya kasus kesakitan dan kematian yang meningkat secara progresif.
Komponen lingkungan yang terlibat sebagai faktor risiko terjadinya penyakit flu
burung mencakup lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosial ekonomi. Menurut Azwar
(1999) lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia
mencakup cuaca, musim, keadaan geografis, dan struktur geologi. Lingkungan fisik
terdiri atas benda-benda yang tidak hidup termasuk golongan udara, sinar matahari, tanah,
air, perumahan, sampah, dan sebagainya (Entjang 1993).
Lingkungan fisik rumah yang memenuhi syarat kesehatan menurut Winslow
dalam Entjang (1993) diantaranya 1) harus memenuhi kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan
psikologis, 3) dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan, dan 4) dapat menghindarkan
terjadinya penyakit. Lingkungan fisik rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
flu burung dilihat dari aspek-aspek tempat tinggal rumah, jarak rumah dengan kandang
ternak, jarak rumah ke pasar unggas, jarak rumah ke tempat peternakan, dan posisi
tempat tinggal. Lingkungan fisik lainnya sebagai faktor risiko penyakit flu burung adalah
lingkungan air mencakup sumber air rumah tangga, saluran limbah rumah tangga, dan
saluran air limbah kotoran unggas. Virus H5N1 dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 22C dan lebih dari 30 hari pada 0C (Depkes, 2004). Selain itu faktor

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 43

lingkungan fisik lainnya adalah kebersihan kandang ternak dan kebersihan rumah yang
dapat saja berhubungan dengan timbulnya penyakit flu burung.
Lingkungan biologi terdiri atas organisme-organisme hidup yang berada di
sekitar manusia baik yang merugikan maupun menguntungkan manusia. Lingkungan
biologi bentuk mikroorganisme yang merugikan manusia adalah bibit penyakit golongan
virus influenza A subtipe H5N1 yang beradaptasi pada unggas sebagai penyebab penyakit
flu burung pada manusia. Keberadaaan virus H5N1 di lingkungan biologi yang
merupakan faktor risiko mencakup keberadaan unggas liar, keberadaan kucing, dan
burung peliharaan. Sedangkan lingkungan kimia sebagai faktor risiko timbulnya penyakit
flu burung adalah penggunaan jenis pupuk yang dipakai.
Faktor risiko lingkungan lainnya yang berhubungan dengan terjadinya penyakit
flu burung pada manusia adalah lingkungan sosial ekonomi mencakup pendidikan,
pekerjaan, jenis pekerjaan, tempat pekerjaan yang dicerminkan juga jabatan dalam
pekerjaan, pekerjaan anggota keluarga, aktivitas kontak, jenis kontak, jumlah kontak,
kontak erat, tempat kontak erat, kontak erat dengan unggas, aktivitas ke pantai.
Lingkungan sosial ekonomi masyarakat tersebut berperan sebagai faktor risiko terhadap
kejadian penyakit flu burung pada manusia. Kasus pertama kali ditemukan infeksi flu
burung H5N1 pada manusia pada bulan Juli 2005 di Tangerang, yang berakhir pada
kematian, dimana kasus ini unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas
(Siegel, 2006).
Berdasarkan hal tersebut diatas hampir semua lapisan masyarakat merupakan
populasi yang berisiko tertular penyakit flu burung. Terjadinya penyakit pada manusia
ditentukan pula oleh faktor manusia itu sendiri artinya bahwa dalam diri manusia terdapat
faktor penyebab timbulnya penyakit. Pada penyakit flu burung yang menjadi faktor risiko
dalam diri manusia mencakup umur, jenis kelamin, kebiasaan memasak daging unggas,
kebiasaan memasak telur unggas, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah
memasak, riwayat kesehatan, tingkat stres dan status gizi.
Manusia yang terserang penyakit flu burung akan melewati masa inkubasi 1-3
hari, masa infeksi 1 hari sebelum 3-5 hari sesudah timbul gejala sedangkan padan anak-
anak sampai 21 hari (Depkes, 2004). Gejala klinik yang timbul pada manusia mencakup
demam (suhu badan di atas 38C, batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran
pernafasan, pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Apabila tidak dilakukan tatalaksana
dengan baik dapat menyebabkan kematian. Terbukti bahwa angka kematian akibat
penyakit flu burung pada manusia di Indonesia cukup tinggi terutama pada kasus
konfirmasi mencapai 81,7%. Hal ini menandakan bahwa perjalanan riwayat alamiah
penyakit hampir sebagian pada tahap akhir dengan kematian.
Jumlah kematian penyakit flu burung pada manusia cukup tinggi
mengindikasikan bahwa di tahap pre-patogenesis faktor risiko lingkungan saat terjadi
interaksi dengan manusia dan bibit penyakit tidak terkendalikan. Dampaknya penyakit flu
burung pada manusia ditemukan sudah masuk pada tahap patogenesis (tahap klinik) dan
sudah melewati masa inkubasi sehingga penemuan kasus terlambat yang akhirnya angka
kematian menjadi dominan.
Tingginya tahap kematian perjalanan riwayat alamiah penyakit flu burung
melibatkan berbagai komponen lingkungan sebagai faktor risiko dominan. Pelibatan
banyaknya faktor risiko lingkungan meningkatkan kerentanan manusia terhadap virulensi

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 44

bibit penyakit (H5N1) sehingga identifikasi faktor risiko lingkungan dominan perlu
dilakukan. Apalagi penyakit flu burung ini termasuk penyakit zoonosis.
Penyakit zoonosis adalah suatu penyakit pada hewan (unggas) yang dapat
menular kepada manusia. Pola penularan dari sumber utamanya (unggas) adalah kontak
langsung dan lingkungan udara atau peralatan yang tercemar AI (Depkes RI, 2004).
Penyakit ini sudah masuk pada tahap kewaspadaan pandemik. Pengendaliannya pun tentu
saja melibatkan berbagai kelembagaan diantaranya Departemen Pertanian dan
Departemen Kesehatan mulai dari tingkat Pusat sampai pada Unit Pelaksana Teknis
terbawah (Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota, dan sebagainya).
Kelembagaan yang ada untuk melaksanakan pengendalian penyakit flu burung
semuanya berfokus kepada sumber dan kasus yang sudah terjadi. Sistem pengamatan
yang terus menerus (surveillans) tidak terintegrasi diantara surveilans pada unggas dan
surveilans pada manusia. Padahal di masing-masing Departemen sudah membentuk Pusat
Informasi Khusus. Departemen Kesehatan dengan nama Posko Flu Burung Nasional dan
Departemen Pertanian dengan nama Crisis Center Avian Influenza. Bahkan begitu
seriusnya pemerintah juga membentuk Komite Pandemi Influenza Nasional (KPIN) yang
melibatkan berbagai kelembagaan mulai dari Presiden sampai pada KPIN tingkat Desa.
Berbagai kelembagaan yang ada tentunya diharapkan mampu mengendalikan
penyakit flu burung. Realitanya tetap saja kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit
flu burung pada manusia di Indonesia tetap terjadi. Harus disadari terjadinya penyakit flu
burung melibatkan multifaktor lingkungan sebagai faktor risiko. Orientasi pengendalian
penyakit flu burung mestinya ada perubahan yaitu di mulai pada faktor risiko lingkungan
dominan dengan pendekatan pencegahan penyakit.
Fokus yang dilakukan diantaranya mencakup upaya intervensi pencegahan
sesuai tingkatan primer, sekunder, dan tersier. Penekanan upaya intevensi pencegahan
adalah pada paradigma sehat tidak pada paradigma sakit. Saat ini paradigma berpikir
masyarakat masih ke arah yang bersifat kuratif (pengobatan) artinya masyarakat
terdogmatis mempunyai pikiran kalau sakit mudah tinggal datang saja berobat ke dokter
atau ke tempat pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lainnya). Secara
bertahap harus sudah mulai dibangun berpikir masyarakat ke arah yang bersifat preventif
(pencegahan) artinya masyarakat sudah berpikir secara internal dalam dirinya supaya
tidak terserang penyakit. Tujuan akhirnya segala upaya yang berhubungan dengan
tindakan pencegahan penyakit (penyakit flu burung) dilaksanakan. Bertitik tolak dari
fenomena tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Bagaimana gambaran lingkungan (lingkungan fisik, biologi, kimia, dan sosial
ekonomi) sebagai faktor risiko terjadinya penyakit flu burung pada manusia
kelompok kasus dan kelompok kontrol?
b) Bagaimana gambaran profil manusia (umur, jenis kelamin, kebiasaan hidup,
riwayat kesehatan, dan tingkat stress) yang terinfeksi penyakit flu burung pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol?
c) Bagaimana pola perjalanan riwayat alamiah penyakit flu burung pada manusia
mulai dari tahap peka, pragejala, klinik, dan tahap terminal pada kelompok kasus?
d) Bagaimana pengaruh interaksi faktor risiko lingkungan dominan (lingkungan
fisik, biologi, kimia, sosial ekonomi) dengan kejadian penyakit flu burung pada
manusia kelompok kasus dan kelompok kontrol?

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 45

e) Bagaimana kajian kelembagaan pencegahan penyakit flu burung pada manusia?
f) Bagaimana model intervensi pencegahan berbasis interaksi faktor risiko
lingkungan dalam menurunkan angka insidens penyakit flu burung pada
manusia?, selanjutnya dibuat Bagan Alir Perumusan Masalah

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 46


Flu Burung

Manusia
Reservoir
(Ungga ternak)
Unggas Ternak
Lingkungan
Lingkungan Fisik
Umur
Jenis Kelamin
Kebiasaan
Memasak
daging
unggas
Kebiasaan
memasaktelur
unggas
1. Musim
2. Tempat
3. Jarak rumah ke
pasar unggas
4. Jarak rumah ke
tempat
peternakan
5. Jarak kandang
ternak
6. Sumber air RT
7. Saluran limbah
RaT
8. Saluran air
limbah kotoran
unggas
9. Posisi tempat
tinggal
10. Kebersihan
rumah dan
kandang ternak
Unggas air liar
Kejadian Luar Biasa
Kebiasan
Mencuci
tangan
Faktor Risiko Lingkungan
(dominan)
Lingkungan
Biologi
Lingkungan
Kimia
Model Intervensi Pencegahan Penyakit Flu Burung
11. Memelihara
kucing
12. Adanya
unggas
domestik
13. Burung
peliharaan
14.Jenis
pupuk
Multifaktor
Riwayat alamiah
penyakit
Riwayat
kesehatan
Tingkat Stress
Status Gizi
Lingkungan
Sosek
15. Pekerjaan
16. Pendidikan
17. Jenis
pekerjaan
18. Tempat
pekerjaan
19. Pekerjaan
anggota
keluarga
20. aktivitas
kontak tinggi
21. Jenis kontak
22. Jumlah kontak
23. Kontak erat
24. Tempat
kontak erat
25. Kontak erat
ayam aduan
26. Aktivitas ke
pantai


Kajian Kelembagaan
Gambar 1. Bagan Alir Perumusan Masalah
Sumber: Bagian dari Disertasi Budiman (2009)


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 47

5. Konsep Dasar Tujuan Penelitian
a. Definisi Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan atau statement tentang apa yang ingin
dicari atau yang ingin ditemukan (Nazir, 2005). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005)
tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana, atau data (informasi) apa yang akan
dicari melalui penelitian. Menurut penulis tujuan penelitian adalah arah dan panduan yang
akan dicapai dalam proses pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu tujuan penelitian
merupakan operasionalisasi pelaksanaan peneliti dalam menemukan sesuatu yang baru.
b. Arah Tujuan Penelitian
Penelitian ilmiah dilaksanakan adalah untuk menemukan kebenaran ilmiah sesuai
pertanyaan ataupun pernyataan penelitian. Tujuan penelitian tidak terlepas keterkaitannya
dengan perumusan masalah. Maka tujuan penelitian ada 5 (lima) arah yaitu:
1) Mengekplorasi suatu objek
2) Menjelaskan keadaan suatu objek
3) Mengevaluasi suatu objek
4) Memvalidasi suatu teori
5) Membuat suatu model atau membuat suatu prototype

6. Jenis Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi uraian tentang tujuan penelitian secara umum maupun secara
spesifik. Maka ada beberapa pendapat yang berasumsi bahwa tujuan penelitian ada 2 (dua)
bagian yaitu:
a. Tujuan umum penelitian
Tujuan umum penelitian adalah arah dan panduan umum yang harus dicapai dalam
proses pelaksanaan penelitian. Karakteristik tujuan umum penelitian adalah:
1) Bersifat general
2) Masih dalam tataran abstrak
3) Belum bisa diukur inidikatornya

Contoh:

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 48

Judul Penelitian: Hubungan Tipe dan Tugas Perkembangan Keluarga dengan Struktur
Kekuasaan Keluarga pada Keluarga Prasejahtera di Kabupaten Bandung
Tahun 2008
Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui hubungan tipe dan tugas perkembangan keluarga dengan struktur
kekuasan keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008

Jika diperhatikan contoh tersebut diatas, sebenarnya dalam membuat tujuan umum
penelitian tinggal di tambahkan kata Untuk mengetahui yang selanjutnya judul penelitian
masuk.

b. Tujuan khusus penelitian
Tujuan khusus penelitian adalah arah dan panduan yang spesifik untuk dicapai
dalam proses pelaksanaan penelitian. Karakteristik tujuan khusus penelitian adalah:
a) Bersifat operasional
b) Bersifat konkrit
c) Terperinci variabel penelitiannya

Contoh:
Tujuan Khusus Penelitian
(1) Untuk mengidentifikasi tipe keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten
Bandung tahun 2008
(2) Untuk mengidentifikasi tugas perkembangan keluarga pada keluarga parsejahtera di
Kabupaten Bandung tahun 2008
(3) Untuk mengetahui hubungan tipe keluarga dengan struktur kekuasan keluarga pada
keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008
(4) Untuk mengetahui hubungan tugas perkembangan keluarga dengan struktur kekuasan
keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008
Jika diperhatikan dalam membuat tujuan khusus sebenarnya tinggal menurunkan secara
operasional dari tujuan umum penelitian. Perhatikan tujuan khusus nomor 1 dibuat sama seperti

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 49

judul tinggal menghilangkan dan tugas perkembangan keluarga dengan struktur kekuasaan
keluarga seterusnya sama dengan judul. Begitu pula pada tujuan khusus nomor 2 mengilangkan
tipe dengan struktur kekuasaan keluarga, dan seterusnya.
Dalam membuat tujuan penelitian tidak harus selalu adanya tujuan umum dan tujuan
khusus penelitian. Jika tujuan penelitian sudah menunjukan konkrit dan terperinci cukup tujuan
penelitian saja, atau jika tujuan umum penelitian sudah specifik tidak diperlukan lagi adanya
tujuan khusus penelitian.
Tujuan penelitian setiap peneliti kadang kala mempunyai karakteristik masing-masing.
Maka menurut penulis cara mudah menetapkan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1) Bacalah judul penelitian
2) Identifikasi judul penelitian pada perumusan masalah
3) Tambahkan kata untuk mengetahui pada judul penelitian
4) Jika ada tujuan khusus maka masing-masing variabel penelitian tambahkan kata
Mengetahui/Mengidentifikasi, yang bivariabel tambahkan kata mengetahui hubungan,
dan yang multivariabel menemukan faktor dominan.

Beberapa contoh membuat tujuan penelitian:
Judul: Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI Ekslusif Berdasarkan
Karakteristik Ibu di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi Tahun 2009.
1. Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI ekslusif
berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009.
2. Tujuan Khusus Penelitian
a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif di
Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009
b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif
berdasarkan umur di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009
c. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif
berdasarkan status pekerjaan di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 50

d. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif
berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009
e. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif
berdasarka paritas di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009

Judul: Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia Sekolah di MI Asih
Putera Kota Cimahi Tahun 2009
1. Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia
sekolah di MI Asih Putera Kota Cimahi tahun 2009
2. Tujuan Khusus Penelitian
a. Untuk mengidentifikasi jenis pola asuh orang tua pada anak usia sekolah di MI Asih Putera
Kota Cimahi tahun 2009
b. Untuk mengidentifikasi tingkat kemandirian anak pada anak usia sekolah di MI Asih
Putera Kota Cimahi tahun 2009
c. Untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua pada anak usia sekolah di MI Asih Putera
Kota Cimahi tahun 2009

Judul: Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit kusta pada pasien kusta di RS. Kusta
Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
1. Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit kusta pada
pasien kusta di RS. Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

2. Tujuan Khusus Penelitian
a. Mengetahui gambaran usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, dan
hygiene sanitasi pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
b. Mengetahui usia sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS
Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 51

c. Mengetahui jenis kelamin sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta
di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
d. Mengetahui pendidikan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di
RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
e. Mengetahui sosial ekonomi sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien
kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
f. Mengetahui pengetahuan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta
di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
g. Mengetahui hygiene sanitasi sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien
kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
h. Mengetahui faktor risiko dominan terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta
Sitanala Kota Tangerang tahun 2009


















Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 52

7. Konsep Dasar Manfaat Penelitian
a. Pengertian Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan baik
bersifat internal maupun eksternal. Bersifat internal kegunaannya berhubungan dengan
peneliti sendiri sedangkan kegunaan eksternal kegunaannya lebih pada pengembangan
ilmu pengetahuan dan pengembangan program. Manfaat penelitian dapat juga disebut
sebagai kontribusi penelitian dalam memecahkan atau menjawab permasalahan penelitian.
Setiap penelitian yang dilaksanakan akan membawa makna bagi realita kehidupan maupun
bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Manfaat penelitian yang diperoleh, merupakan suatu kebenaran ilmiah yang dapat
digunakan untuk kemakmuran atau kesejahteraan manusia. Pada hakekatnya manfaat
penelitian harus mampu memberikan manfaat pada semua orang termasuk lingkungan
sekitar. Manfaat penelitian dapat menjadi dasar penelitian itu dilakukan.
Secara umum manfaat penelitian bersifat tentatif artinya sesuai kebutuhan. Setiap
penelitian yang dilakukan kegunaannya berbeda-beda sesuai alasan peneliti melakukan
penelitian. Misalnya bagi yang sedang melaksanakan tugas akhir pendidikan melakukan
penelitian (KTI, LTA, Skripsi, Tesis, dan Disertasi) adalah untuk menyelesaikan
pendidikannya dalam rangka mendapatkan gelar akademik. Hal ini akan lain jika seorang
dosen melakukan penelitian maka manfaatnya adalah untuk kenaikan jabatan akademik
dosen disamping mendapatkan manfaat penelitian lainnya bisa dalam bentuk
pengembangan ilmu atau untuk mendapatkan dana hibah penelitian. Namun lain lagi jika
para pekerja peneliti dalam suatu insitusi manfaatnya adalah untuk perbaikan program,
pengembangan program, dan evaluasi program.
Manfaat penelitian kesehatan secara umum adalah untuk:
1) Perbaikan program kesehatan baik yang sedang, ataupun yang akan datang
2) Menentukan status kesehatan masyarakat
3) Mengevaluasi program kesehatan yang sudah ataupun yang sedang dilakukan
4) Memperbaikan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat
5) Memprediksi atau meramalkan secara ilmiah masalah kesehatan di masa mendatang

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 53

6) Mengembangkan dan menemukan intervensi pelayanan kesehatan baik bersifat
preventif, promotif, kuratif, disabilitatif, dan rehabilitatif berdasarkan masalah
kesehatan yang ditemukan
b. Jenis Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah manfaat penelitian yang kegunaannya untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan Seni (IPTEKS). Manfaat teoritis ini
lebih menekankan pada perluasan IPTEKS, penambahan IPTEKS, penemuan IPTEKS,
dan pembuktian atau pengujian IPTEKS. Namun penelitian-penelitian yang ada saat ini
lebih dominan kepada pembuktian atau pengujian IPTEKS yang telah ada.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan tugas
akhir pendidikan (KTI, LTA, Skripsi, Tesis, dan Disertasi) lebih kepada pembuktian
atau pengujian IPTEK yang ada. Bagi para pekerja peneliti atau profesional peneliti
(reseacher) dan dosen peneliti lebih kepada pengembangan IPTEKS dan penemuan
IPTEKS.
IPTEKS berkembang saat ini merupakan manfaat yang diperoleh dari hasil
penelitian. Bahkan perkembangan disiplin ilmu lebih bervariasi dan berkembang dari
masa ke masa. Misalnya perkembangan IPTEKS epidemiologi pada abad ke-18
lingkupnya pada masalah penyakit menular, abad ke-19 IPTEKS epidemiologi tidak
hanya lingkup masalah penyakit menular telah meluas ke masalah penyakit tidak
menular, dan pada abad ke-20 IPTEKS epidemiologi tidak hanya pada masalah penyakit
tetapi berkembangan ke epidemiologi sistem pelayanan kesehatan.

Manfaat penelitian merupakan hal yang harus diperhatikan dalam menyusun
proposal penelitian. Pada kondisi tertentu manfaat penelitian menjadi point krusial
dalam menyusun proposal penelitian. Misalnya penelitian untuk mendapatkan hibah
kompetitif biasanya manfaat penelitian dijadikan parameter proposal penelitian di biaya
atau tidak.
Manfaat penelitian bisa dibuat dengan mengacu kepada tema sentral masalah
penelitian yang dikembangkan sesuai bidang ilmu yang dikaji. Manfaat penelitian di

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 54

bidang kesehatan tentunya dapat digunakan untuk pengembangan IPTEK Kesehatan
yang terus berkembang sesuai fenomena kehidupan.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat penelitian yang kegunaannya untuk kepentingan
saat ini, dan atau masa yang akan datang namun bersifat pragmatis. Manfaat praktis
penelitian erat kaitannya dengan latar belakang peneliti melakukan penelitian. Manfaat
praktis penelitian dilihat berdasarkan jenis manfaatnya terdiri dari:
a) Untuk Tempat Penelitian
Manfaat penelitian praktis untuk tempat penelitian, digunakan untuk perbaikan
program dan menjadi dasar dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di institusinya.
Misalnya: ada penelitian yang berjudul: Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan
Kejadian Penyakit TBC di Puskesmas X Tahun 2009
Manfaat penelitian praktisnya adalah:
(1) Hasil penelitian ini bagi Puskesmas X dapat digunakan sebagai evidence based
data penyakit TBC di wilayah kerjanya untuk bahan perencanaan pembuatan
program penanggulangan TBC
(2) Hasil penelitian ini bagi Puskesmas X dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan penanggulangan penyakit TBC dengan memperhatikan status sosial
ekonomi penderita TBC



b) Untuk Peneliti
Manfaat penelitian praktis untuk peneliti, digunakan untuk kepentingan peneliti
baik dalam pengembangan kemampuan penelitiannya maupun untuk kepentingan diri
sendiri untuk mendapatkan pengalaman meneliti
c) Untuk Penelitian lebih lanjut
Manfaat penelitian lebih lanjut, digunakan oleh peneliti bagi penelitian lanjutan
yang merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.
c. Cara Membuat Manfaat Penelitian

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 55

Cara membuat manfaat penelitian adalah:
1) Bacalah pedoman penyelenggara (institusi) penelitian yang diharapkannya
2) Identifikasi bidang ilmu (topik penelitian) yang diteliti untuk membuat manfaat teoritis
3) Identifikasi tempat penelitian yang disesuaikan dengan topik penelitian untuk membuat
manfaat praktis

Misalnya ada judul penelitian tentang Hubungan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Drop
Out Pengobatan Penyakit TBC di Wilayah Kerja Puskesmas X Tahun 2010, maka manfaat
penelitiannya adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan
masyarakat khususnya ilmu epidemiologi penyakit menular dalam lingkup
pengendalian penyakit menular TBC
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu epidemiologi
dalam menentukan besar risiko tinggi drop out yang berhubungan dengan
Pengawas Minum Obat
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Kesehatan Y. sebagai data dasar melakukan evaluasi pelaksanaan
program pengendalian penyakit menular khususnya Penyakit TBC di daerah
binaannya
b. Bagi Puskesmas X dapat digunakan untuk meningkatkan peran Pengawas Minum
Obat dalam rangka pemantauan drop out bagi yang melaksanakan pengobatan
penyakit TBC








Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 56























EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan dua orientasi membuat latar belakang penelitian?
2. Sebutkan lima hal pokok yang perlu diperhatikan dalam membuat latar belakang?
3. Jelaskan pengertian studi pendahuluan?
4. Buatlah judul penelitian yang mengandung unsur 4W+1H?
5. Sebutkan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rumusan masalah?
6. Buatlah rumusan masalah sesuai dengan judul yang saudara buat?
7. Sebutkan lima arah membuat tujuan penelitian?

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 57

8. Buatlah tujuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang saudara buat?
9. Jelaskan pengertian manfaat penelitian?
10.Buatlah manfaat penelitian sesuai tujuan penelitian yang telah ditetapkan?
























Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 58







TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami variabel, paradigma,
kerangka konsep, dan hipotesis penelitian

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan definisi variabel penelitian
b. Menyebutkan skala pengukuran variabel penelitian
c. Menentukan jenis variabel penelitian
d. Menjelaskan paradigma penelitian mencakup pengertian, tujuan, dan cara membuat
paradigma penelitian
e. Menjelaskan kerangka konsep penelitian mencakup pengertian, tujuan, cara membuat
kerangka konsep penelitian dan aplikasinya
f. Menjelaskan hipotesis penelitian mencakup sejarah, pengertian, dan langkah-langkah
hipotesis penelitian

1. Definisi Variabel Penelitian
Dalam melakukan penelitian maka identifikasi variabel penelitian merupakan suatu
kegiatan yang harus dilakukan. Variabel penelitian merupakan objek yang akan diteliti sehingga
kita sudah bisa pastikan bahwa variabel penelitian yang kita pilih sudah memenuhi syarat untuk
diteliti. Identifikasi variabel penelitian harus didasarkan pada teori yang ada, apalagi jika
penelitiannya bivariat bahkan sampai pada multivariat. Tidak dibenarkan jika pemilihan variabel
penelitian hanya didasarkan pada asumsi tanpa adanya dukungan teori, atau hasil penelitian
sebelumnya.
BAGIAN-4
VARIABEL, PARADIGMA, KERANGKA KONSEP, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 59

Menurut Hatch dan Farhady (1981) variabel adalah sebagai attribute seseorang dengan
yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel
adalah kontruk atau sifat yang akan dipelajari. Sedangkan Kidder (1981) menyatakan variabel
adalah sesuatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sugiono
(2003) menyatakan variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Maka secara sederhana pengertian variabel penelitian adalah sesuatu objek yang akan
diteliti dan mempunyai variasi nilai. Objek itu bisa makhluk hidup ataupun benda mati yang
terpenting mempunyai variasi nilai. Variasi nilai adalah ciri objektif variabel berdasarkan data
dan fakta yang diperoleh dari hasil menghitung atau mengukur. Misalnya tingkat pendidikan
merupakan variabel penelitian karena mempunyai variasi nilai yaitu Tidak Sekolah, SD, SMP,
SMU dan PT. atau contoh yang lain cemas merupakan variabel penelitian karena mempunyai
variasi nilai yaitu cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, dan panik.
Dalam suatu peneliti definisi variabel penelitian ada dua jenis yaitu:
a. Definisi Konseptual Variabel Penelitian
Definisi konseptual adalah konsep atau teori suatu variabel penelitian yang
secara universal sudah diakui kebenaran ilmiahnya. Misalnya variabel penelitian
Sikap Remaja. Maka definisi konseptual sikap adalah reaksi atau respon seseorang
yang tertutup terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).
b. Definisi Operasional Variabel Penelitian.
Definisi operasional adalah penjelasan secara operasional variabel peneliti
yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada definisi konseptual.Misalnya variabel
penelitian Sikap Remaja. Maka peneliti menjelaskan secara operasional yang
dimaksud dengan Sikap Remaja dalam penelitiannya. Peneliti dapat membuat
definisi operasional sikap remaja adalah respon remaja terhadap bahaya Nafza baik
bagi kesehatan, sosial, maupun ekonomi.

2. Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 60

Pengukuran dalam penelitian ilmiah adalah observasi fenomena dengan maksud agar
dapat dilakukan analisis menurut aturan tertentu. Hasil analisis tersebut memberikan informasi
baru tentang objek yang diukur. Konsep pengukuran serta alat ukur dalam penelitian mempunyai
makna yang luas, buka hanya berarti pengukuran sehari-hari yang biasanya berkonotasi
kuantitatif, misalnya pengukuran tekanan darah, tinggi badan, frekuensi respirasi, dan lain-lain
termasuk pengukuran kualitatif.
Skala pengukuran variabel penelitian sering disebut dengan NOIR (Nominal, Ordinal,
Interval, dan Ratio). Peran NOIR sangat menentukan hasil penelitian karena NOIR merupakan
salah satu kriteria dalam memilih uji statistik yang tepat dan benar. NOIR merupakan skala
pengukuran variabel penelitian dalam mengidentifikasi variasi nilai menjadi hasil pengukuran.
Maka uraian NOIR adalah sebagai berikut:
a. Nominal; cirinya adalah dapat dibedakan saja.
Misalnya Jenis Kelamin yang hanya dapat dibedakan saja yaitu laki-laki dan perempuan,
Golongan darah hanya dapat dibedakan saja yaitu A, B, O, dan AB.
b. Ordinal; cirinya adalah selain dapat dibedakan ada tingkatan.
Misalnya Pengetahuan yaitu Baik, Cukup, Kurang dan contoh yang lain Stress yaitu Ringan,
Sedang, Berat.
c. Interval; cirinya adalah dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak, dan mengakui titik nol
absolute.
Misalnya suhu tubuh. Si A suhu tubuhnya 36
o
C dan Si B suhu tubuhnya 39
o
C. maka dapat
dijelaskan Si A dan Si B suhu tubuhnya dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak yaitu 3
o
C
dan ketika suhu 0
o
C bukan berarti suhu itu tidak ada tetapi nilai 0
o
C adalah ada
d. Ratio; cirinya adalah dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak, ada kelipatan, dan tidak
mengakui titik nol absolute. Dari cirinya skala pengukuran ratio adalah paling lengkap
dibandingkan dengan skala pengukuran variabel lainnya.
Misalnya variabel penelitian yang termasuk skala pengukuran ratio adalah berat badan.
Misalnya Ny. Wiwin setelah ditimbang berat badannya 40 kg sedangkan Ny. Windyastuti
setelah ditimbang berat badanya 80 kg. Maka dapat diidentifikasi bahwa ada perbedaan berat
badannya, ada tingkatan, ada jarak yaitu 40 kg, ada kelipatan dimana Ny. Windyatuti 2 kali

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 61

lebih berat dibandingkan dengan Ny. Wiwin berat badannya, dan ketika 0 kg arti nol tersebut
tidak mempunyai nilai artinya beratnya tidak ada.
Skala pengukuran variabel NOIR menunjukan bahwa variabel penelitian harus
mempunyai variasi nilai. Jika variabel penelitian yang dipilih ternyata tidak mempunyai variasi
nilai akan mengalami kesulitan saat melakukan analisis data. Skala pengukuran NOIR
berdasarkan cirinya dapat dipilahkan menjadi dua bagian kelompok yaitu NO (Nominal dan
Ordinal) lebih pada kualitatif karena tidak berbentuk angka dan sering disebut dengan Kategorik
sedangkan IR (Interval dan Ratio) lebih pada kuantitatif karena berbentuk angka dan sering
disebut dengan Numerik. Seperti contoh pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.1.
Beberapa Contoh Variabel Penelitian menurut Variasi Nilai dan
Skala Pengukuran
Variabel Penelitian Variasi Nilai Skala Pengukuran
Tekanan Darah Hipertensi, Normal, Hipotensi Ordinal
Persalinan Normal, Sectio Cesarea Nominal
Pendapatan Ribuan/Perbulan Ratio
Intelegensi Score Interval
Sikap Negatif, Positif Ordinal
Motivasi Tinggi, Sedang, Rendah Ordinal
Peran Perawat Konsultan, Pendidik, dll Nominal
Denyut Nadi x/menit Ratio

Skala pengukuran NOIR bisa dimodifikasi variasi nilainya sehingga akan berubah skala
pengukurannya. Misalnya dari IR dirubah menjadi NO, seperti denyut nadi yang variasi nilainya
(hasil ukur) awalnya x/menit skala pengukurannya Rasio lalu peneliti merubah ke Tachi kardi
dan Bradi cardi sehingga skala pengukuran variabel tidak lagi Ratio tetapi menjadi Ordinal. Atau
sebaliknya Tekanan Darah yang variasi nilainya (hipertensi, normal, hipotensi) dengan skala
pengukuran Ordinal bisa menjadi Ratio jika Tekanan darah variasi nilainya menjadi mm/Hg
sehingga skala pengukurannya tidak lagi Ordinal tetapi menjadi ratio.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 62

Skala pengukuran Nominal dan Ordinal disebut data Kategori sedangkan Interval dan
Ratio disebut data Numerik. Istilah ini lazim digunakan pada saat memilih uji statistik. Nominal
dan Ordinal bentuk datanya adalah kualitatif sedangkan Interval dan Ratio bentuk datanya adalah
kuantitaif.

3. Jenis Variabel Penelitian
Variabel penelitian mendeskripsikan topik/tema yang diteliti karena sudah terlihat pada
saat peneliti menyusun latarbelakang penelitian. Jenis variabel penelitian dapat diidentifikasi
dengan melihat pola hubungan antar variabel penelitian yang secara visualisasi tertera pada
kerangka konsep penelitian. Maka jenis variabel penelitian adalah sebagai berikut:


a. Variabel Independen
Variabel independen merupakan suatu variabel penelitian yang tidak ketergantungan
kepada variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua variabel penelitian maka variabel
independen yang akan menyebabkan perubahan atau hubungan terhadap variabel penelitian
lainnya.
Variabel independen lazim disebut sebagai variabel sebab/variabel bebas/variabel
mempengaruhi/predictor/stimulus/antecedent. Selain itu dalam penelitian epidemiologi
variabel independen sering disebut juga sebagai faktor risiko/faktor kausa. Misalnya seorang
peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan remaja tentang seks bebas
dengan sikap remaja. Maka variabel independennya adalah pengetahuan remaja, seperti
tertera pada Gambar berikut ini:




Gambar 4.1. Posisi Variabel Independen

b. Variabel Dependen
Pengetahuan
(Variabel Independen)

Sikap

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 63

Variabel dependen merupakan suatu variabel penelitian yang ketergantungan kepada
variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua variabel penelitian maka variabel dependen
merupakan variabel yang terjadi perubahan
Variabel dependen lazim disebut sebagai variabel akibat/variabel terikat/variabel
dipengaruhi/output/respon/kriteria/konsekuen. Selain itu dalam penelitian epidemiologi
variabel dependen sering disebut juga sebagai faktor efek/faktor dampak. Misalnya seorang
peneliti ingin mengetahu apakah ada hubungan pola makan keluarga dengan status gizi
pada anak balita.
Maka yang menjadi variabel dependen adalah status gizi karena status gizi
dipengaruhi oleh pola makan, adapun posisi dari variabel dependen adalah sebagai berikut:




Gambar 4.2. Posisi Variabel Dependen

c. Variabel Mediator
Variabel mediator adalah variabel yang menghubungkan terjadinya perubahan pada
variabel dependen atau variabel yang menyebabkan langsung terjadinya perubahan pada
variabel dependen. Variabel mediator disebut juga sebagai variabel antara yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel dependen. Sugiono (2003) menyebut
sebagai variabel intervening yaitu variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan tidak langsung dan
tidak diamati dan diukur.


Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan status ekonomi
dengan tingkat konsumsi makanan bergizi terhadap kejadian penyakit TB Paru pada Balita.
Maka dapat diidentifikasi bahwa yang menjadi variabel independen adalah status ekonomi,
Pola Makan

Status Gizi
(Variabel dependen)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 64

variabel dependen adalah kejadian penyakit TB Paru, dan yang menjadi variabel mediator
adalah tingkat konsumsi makanan bergizi. Bila divisualisasikan adalah sebagai berikut:




Gambar 4.3. Posisi Variabel Mediator

d. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu disebut juga sebagai variabel perancu atau confounding.
Variabel pengganggu adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel independen
dan variabel dependen, tetapi bukan merupakan variabel mediator/antara.
Identifikasi variabel pengganggu ini amat penting, oleh karena bila tidak, ia dapat
membawa kita pada kesimpulan yang salah, misalnya terdapat hubungan antar variabel
independen dengan variabel dependen padahal sebenarnya tidak ada hubungan justru yang
ada hubungan adalah variabel luar atau sebaliknya menyatakan tidak ada hubungan
padahal sebenarnya ada hubungan.
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara umur
dengan kejadian penyakit Diabetes Meilitus (DM). Lalu peneliti menyadari kejadian
penyakit DM disebabkan multifactor dan peneliti menempatkan obesitas dan hipertensi
sebagai variabel pengganggu. Maka secara visualisasi dapat dilihat pada Gambar berikut
ini:








Status Ekonomi

Tingkat Konsumsi
Gizi
(Variabel Mediator)
Kejadian Penyakit
TB Paru

Umur

Diabetes Meilitus
Obesitas, Hipertensi
(Variabel Pengganggu)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 65


Gambar 4.4. Posisi Variabel Penggangu

Variabel penelitian menggambarkan kerangka kerja penelitian mulai dari perumusan
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka yang digunakan, disain penelitian, dan analisis data
yang digunakan. Maka peneliti harus cermat pada saat mengidentifikasi variabel penelitian.
Misanya seorang penelitian ingin mengetahui gambaran konsep diri pada remaja yang
mengalami obesitas. Maka variabel penelitiannya adalah konsep diri, namun belum murni atau
utuh sebagai variabel penelitian karena konsep diri dapat dibuat variasi nilai lagi menjadi 5
(lima) sub variabel atau disebut juga indikator yaitu: gambaran diri, harga diri, ideal diri,
aktualisasi diri, dan citra diri.
Beberapa penelitian banyak yang menurunkan variabel penelitian menjadi sub variabel
penelitian. Hal ini dapat dilakukan yang terpenting bahwa variabel penelitian mempunyai variasi
nilai dan tentunya sesuai dengan standar ataupun teori yang ada. Penurunan variabel penelitian
menjadi sub variabel penelitian ditentukan oleh tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti.

Contoh Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian menjadi fokus utama dalam penelitian karena berhubungan
dengan substansi yang akan diteliti. Penerapan variabel penelitian dideskripsikan untuk
mempertegas dan memperjelas pelaksanaan penelitian. Operasionalisasi variabel peneliti
mencakup jenis variabel penelitian, definisi konseptual, definisi operasional, alat ukur,
kategori, dan skala pengukuran seperti contoh berikut ini:


Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

No Variabel Definisi
Konseptual
Definisi
Operasional
Alat ukur Katagori Skala

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 66

1 Usia Ibu Lamanya hidup
seseorang dari
sejak lahir
sampai di
wawancara yang
dinyatakan
dengan tahun
(Notoadmodjo,
2003)
Jumlah tahun
yang ibu lalui
dari lahir sampai
sekarang
Lembar check
list dan
catatan
laporan
Puskesmas
Cipageran
0. Risiko tinggi yaitu
< 20 tahun dan >
35 tahun
1. Risiko rendah
yaitu 20-35 tahun
Ordinal
2 Paritas Ibu Jumlah
kelahiran/hamil
yang pernah
dialami oleh ibu.
(Bobak, dkk,
2004 )
Kehamilan ibu
yang sekarang
sebelumnya yang
dialami oleh ibu
Lembar
check list dan
catatan
laporan
Puskesmas
Cipageran
0. Primipara=1
1. Multipara=2-4
2. Grandemulti >4
Ordinal
3 Umur
kehamilan
ibu
Usia kehamilan
dihitung dari hari
pertama dan haid
terakhir ibu
hamil.
(Manuaba, 1998)
Umur kehamilan
ibu dengan
semakiin
membesarnya
perut ibu
Lembar check
list dan
catatan
laporan
Puskesmas
Cipageran
0. Preterm < 37
minggu
1. Aterm 37-42
minggu
2. Posterm > 42
minggu
Ordinal
4 Hipertensi
dalam
Kehamilan
yang di sertai
proteinuria
(preeklamsi)
Preeklamsi
adalah timbulnya
hipertensi
disertai protein
urine dan edema
akibat kehamilan
setelah usia
kehamilan 20
minggu atau
segera setelah
persalinan.
Eklampsia yaitu
preeklamsi yang
disertai dengan
kejang.
(Mansjoer A,
2002)
Preeklamsia yaitu
suatu keadaan ibu
hamil yang lebih
dari 20 minggu
mengalami
peningkatan
tekanan darah
dari keadaan
normal (110-120)
dengan disertai
protein urine
positif 1 sampai 2
Data
sekunder

0. PER
1. PEB
2. Eklamsi
Ordinal




Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 67

4. Paradigma Penelitian
a. Pengertian Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Thomas Khun dalam
karyanya The structure of scientific revolution (Chicago The University of Chicago Press,
1970). Menurut Khun, paradigma adalah kerangka referensi atau pandangan dunia yang
menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Pemikir lain Robert Friedrichs (1970)
menyatakan paradigm adalah suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pemikir lain
diantaranya Patton (1975) mempertegas pengertian paradigma yang hampir sama dengan
Khun, yaitu sebagai suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara
untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata. Pengertian lain Goerge Ritzer (1980) dengan
menyatakan paradigma adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa
yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau
disiplin ilmu pengetahuan.
Menurut penulis mengadopsi hal tersebut diatas, paradigma penelitian adalah
pandangan mendasar dari suatu penelitian mencakup teori, asumsi, dan konsep universal
yang menjadi acuan dalam menjawab permasalahan penelitian. Menurut Sugiono (2000)
menyatakan paradigma penelitian adalah merupakan pola pikir yang menunjukan
hubungan antar variabel yang akan diteliti. Penelitian yang merumuskan paradigma
penelitian adalah penelitian yang bersifat asosiatif (Sugiono, 2000). Menurut penulis
paradigma penelitian tidak hanya digunakan pada penelitian asosiatif tetapi juga pada
disain penelitian eksploratif (deskriptif). Secara harfiah variabel penelitian yang menjadi
topik penelitian diawal harus sudah jelas didukung adanya teori atau konsep yang secara
universal diakui.
Paradigma penelitian merupakan esensi tinjauan pustaka berupa teori atau konsep
yang digunakan oleh peneliti dalam membangun kerangka penelitian. Paradigma penelitian
dapat digunakan sebagai panduan dalam membuat hipotesis penelitian jika ada. Bahkan
dapat membantu menentukan teknik analisis data.
b. Tujuan Paradigma Penelitian
Tujuan paradigma penelitian disusun adalah:

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 68

1) Memberikan arah secara jelas tentang teori yang menjadi dasar penelitian
2) Menjadi dasar dan arah dalam menyusun kerangka konsep penelitian
3) Mempertegas esensi penggunaan teori yang digunakan dalam memilih variabel
penelitian

c. Cara Membuat Paradigma Penelitian
Cara membuat paradigma penelitian adalah:
1) Identiifikasi dan telaah kembali tinjauan teori yang digunakan dalam penelitian
2) Membuat subbab tinjauan pustaka menjadi sub paragraf dalam paradigma penelitian
yang disusun sesuai dengan variabel penelitian yang dipilih
3) Mengekplorasi teori atau konsep kedalam bahasa yang lugas dan tersusun secara
sistematis dengan menggambarkan hubungan variabel penelitian menjadi satu
keterikatan
4) Paradigma penelitian yang disusun harus mampu memberikan gambaran ilmiah
terhadap variabel penelitian
5) Secara umum paradigma penelitian disusun antara 2-4 halaman karena yang terpenting
teori yang disusun menjadi satu bahan paradigma (pola pikir) peneliti dalam membuat
kerangka konsep penelitian

5. Kerangka Konsep Penelitian
a. Pengertian Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka adalah susunan konsep atau kontruk yang membangun suatu entitas.
Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau
kelas dari suatu entitas, kejadian, atau hubungan. Umumnya konsep dibuat dan dihasilkan
oleh ilmuwan secara sadar untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu. Konsep yang
begini rupa dinamakan kontrak (Nazir 2003). Menurut Notoatmodjo (2005) kerangka
konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Kerangka
konsep penelitian secara operasional adalah visualisasi hubungan antara variabel-variabel
penelitian yang dibangun berdasarkan paradigma penelitian.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 69


b. Tujuan Membuat Kerangka Konsep Penelitian
Setelah pelbagai aspek teori disajikan dalam Tinjauan Pustaka, selanjutnya dibuat
rangkumannya sebagai dasar membuat paradigm penelitian sebagai pedoman dasar
kerangka konsep penelitian. Tujuan dibuatnya kerangka konsep penelitian adalah:
1) Memberikan penjelasan secara visualisasi hubungan variabel-variabel penelitian
2) Meningkatkan ketajaman pemahaman tentang variabel-variabel yang akan diteliti
3) Mempertegas ruang lingkup penelitian
4) Dapat dijadikan bahan untuk pemilihan jenis disain penelitian

c. Cara Membuat Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian dibuat dalam bentuk gambar (skema) yang
menunjukan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti dan variabel lainnya yang
terkait. Oleh karena seringkali tidak semua variabel diukur dalam penelitian, pada gambar
hendaklah diberikan keterangan sebagai batas-batas lingkup penelitian. Skema dalam
kerangka konsep penelitian harus menunjukan keterkaitan antar variabel penelitian.
Kerangka konsep penelitian yang baik dapat memberikan informasi yang jelas dan
mempermudah pemilihan desain penelitian.
Langkah-langkah membuat kerangkan konsep penelitian adalah:
1) Identifikasi kembali topik penelitian terutama variabel penelitian
2) Identifikasi kerangka teori dalam Tinjauan Pustaka sebagai dasar membuat kerangka
konsep penelitian
3) Perhatikan deskripsi urutan teori dalam paradigm penelitian
4) Gambarkan melalui skema hubungan antar variabel yang akan diteliti
5) Pastikan semua variabel penelitian yang akan diteliti sudah diakomodir dalam skema
kerangka konsep penelitian
6) Jika dalam gambar kerangka konsep penelitian ada variabel yang tidak diteliti, maka
berikan keterangan atau penjelasan (secara umum garis menunjukan variabel yang
diteliti dan garis putus-putus menunjukan variabel yang tidak akan diteliti
7) Berikan judul gambar pada kerangka konsep penelitian

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 70


d. Contoh Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian dibuat setelah peneliti menguraikan paradigma
penelitian. Di paragraph akhir peneliti membuat narasi awal yang selanjutnya peneliti
membuat gambar (skema) kerangka konsep penelitian. Kalimat pembuka pada paragraf
biasanya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti membuat kerangka konsep
penelitian sebagai berikut:











Gambar 4.5. Kerangka Konsep Penelitiam

: Diteliti
: Tidak Diteliti


Contoh kerangka konsep penelitian tersebut memberikan deskripsi visualisasi
hubungan variabel yang akan diteliti dan yang tidak diteliti. Tapi ada beberapa pendapat
yang mengungkapkan bila membuat kerangka konsep penelitian langsung saja pada
variabel yang akan diteliti. Bila berasumsi pada pendapat lain maka kerangka konsep
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Pola Pemberian PASI
1. Jumlah dot botol susu
2. Pelaksana pemberi
PASI
3. Perawatan dot botol
susu
4. Kebiasaan mencuci
tangan
5. Penyimpanan dot
botol susu
Kejadian Penyakit Diare
Faktor Agent
Faktor Host
Faktor Environment



Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 71

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti membuat kerangka konsep
penelitian sebagai berikut:





























Pola Pemberian PASI
1. Jumlah dot botol susu
2. Pelaksana pemberi
PASI
3. Perawatan dot botol
susu
4. Kebiasaan mencuci
tangan
5. Penyimpanan dot
botol susu
Kejadian Penyakit Diare
Gambar 4.6. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 72

6. Sejarah dan Definisi Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian secara harfiah mengalami perkembangan dan mempunyai peran
penting dalam menemukan ilmu pengetahuan. Pendugaan terhadap suatu kejadian telah dimulai
sejak jaman Hipocrates, Plato, Socrates, dan Ilmuwan besar lainnya. Namun pertama kali yang
memperkenalkan Hipotesis Nol (Ho) adalah Sir Ronald Aylmer Fisher, FRS (17 Februari 1890
29 Juli 1962) ahli statistik, evolusi biologi, dan genetika Inggris. Richard Dawkins menyebutnya
Pengganti Darwin terbesar, dan ahli sejarah statistik Anders Hald menyebutkan Fisher adalah
seorang jenius yang dengan sendirian menciptakan dasar-dasar ilmu statistik modern. Bahkan
Fisher menemukan pertama kali analisis varian yang menggunakan uji hipotesis dan estimasi
dalam statsitik inferensial.
Perkembangan statistik inferensial menuntut adanya pendugaan yang sering disebut
dengan Hipotesis. Banyak beberapa ahli yang mendefinisikan hipotesis, diantaranya berikut ini:

Good dan Scates (1954) menyatakan hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang
dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang
diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk
langkah-langkah penelitian selanjutnya.

Trelease (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari
suatu fakta yang diamati

Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari
hubungan antara dua atau lebih variabel

Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan penelitian, yang
harus diuji validitasnya secara empiris (Sastroasmoro, dkk 2002).

(Nazir, 2003) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya harus diuji secara empiris

Menurut penulis, hipotesis adalah dugaan sementara terhadap karaktersitik populasi dan
dapat berdasarkan sampel.

Dugaan bisa benar atau bisa salah. Misalnya pada saat kita sedang berjalan di kegelapan
malam tiba-tiba terhenti karena melihat seseorang yang berdiri dan membelakangi kita. Terlihat
seseorang itu rambutnya panjang lurus, memakai anting, menggunakan jaket kulit hitam, celana

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 73

jeans levis, sepatu cowboy, di tangannya memakai gelang bahar, memakai cincin terbuat dari
batu. Maka kita akan punya dugaan bahwa seseorang yang berdiri itu adalah perempuan karena
cirinya rambutnya panjang lurus dan memakai anting. Tapi ternyata kita akan ragu juga jangan-
jangan laki-laki karena banyak ciri-ciri seperti laki-laki yaitu memakai gelang bahar, dan
sebagainya. Untuk menjawab dugaan tersebut maka kita tinggal datangi saja seseorang tersebut
untuk membuktikan dugaan kita.
Dalam suatu penelitian ilmiah tentunya tidak demikian. Untuk menjawab hipotesis dalam
suatu penelitian maka akan dikenal dengan nama hipotesis penelitian yang akan diuji
kebenarannya melalui uji statistika. Misalnya, kita menduga bahwa:
Ada hubungan ibu hamil yang mempunyai kebiasaan merokok dengan
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

atau sebaliknya
Tidak ada hubungan ibu hamil yang mempunyai kebiasaan merokok dengan
melahirkan berat lahir rendah (BBLR)
Untuk menjawab dugaan tersebut dalam suatu penelitian harus dilakukan uji hiptesis
penelitian. Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya apakah
benar atau salah. Fungsi hipotesis penelitian adalah untuk memberi suatu pernyataan terkaan
tentang hubungan tentatif (variabel penelitian). Maka tugas peneliti menemukan jawaban
kepastian yang didasarkan pada data penelitian.

1. Langkah-langkah Melakukan Hipotesis Penelitian
Pada saat penelitian kita pasti menggunakan statistika untuk menguji hipotesis maka
terdapat dua jenis hipotesis berupa hipotesis penelitian dan hipotesis statistika. Tepatnya
hipotesis penelitian kita rumuskan kembali menjadi hipotesis statistika yang sepadan. Hipotesis
statistika harus mencerminkan dengan baik maksud dari hipotesis penelitian yang akan diuji.
Dalam melaksanakan uji hipotesis penelitian maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Jenis Hipotesis Penelitian

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 74

Langkah Pertama. Dalam menguji hipotesis penelitian adalah menentukan jenis
hipotesis penelitian sesuai dengan variabel penelitian yang akan dilakukan pengujian. Dalam
membuat hipotesis penelitian ada dua jenis yaitu:
1) Hipotesis Nol (Ho)
Ho adalah suatu pernyataan yang menunjukan tidak adanya hubungan/perbedaan antara
dua variabel dalam suatu populasi berdasarkan karakteristik sampel.
Contoh:
- Tidak ada hubungan/perbedaan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit
TBC di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
- Tidak ada pengaruh merokok terhadap kejadian penyakit ISPA di Desa X
Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
- Tidak ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun
2010 (dilihat sebagai contoh selanjutnya)
2) Hipotesis Alternatif (Ha)
Ha adalah suatu pernyataan yang menunjukan adanya hubungan/perbedaan antara dua
variabel dalam suatu populasi berdasarkan karakteristik sampel.
Contoh:
- Ada hubungan/perbedaan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit TBC di
Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
- Ada pengaruh merokok terhadap kejadian penyakit ISPA di Desa X Wilayah
Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
- Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun 2010
(dilihat sebagai contoh selanjutnya)

Pelabelan Hipotesis Alternatif ada juga yang menggunakan bukan Ha tetapi H
1
keadaan ini
adalah tidak salah yang terpenting pemaknaan Hipotesis Alternatif menunjukan Ada
hubungan/perbedaan/pengaruh antara variabel X dengan Variabel Y di suatu populasi
berdasarkan karakteristik sampel.

Jenis Hipotesis Alternatif (Ha) dalam penelitian ada dua jenis yaitu:

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 75

Ha satu arah (one way) adalah jenis Ha yang menunjukan besar kecilnya
hubungan/perbedaan/pengaruh antara dua variabel di populasi berdasarkan karakteristik
sampel
Contoh:
- Tingkat pengetahuan rendah lebih besar risiko terinfeksi penyakit diare di
Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
- Ibu Hamil yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko lebih tinggi
mengalami kejadian BBLR
- Orang yang obesitas mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit DM
di RSUD X Kota Y. tahun 2009
Ha dua arah (two way) adalah jenis Ha yang menunjukan ada
hubungan/perbedaan/pengaruh antara dua variabel di populasi berdasarkan karakteristik
sampel
Contoh:
- Hubungan tingkat pengetahuan dengan risiko kejadian penyakit diare
di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
- Ada perbedaan kebiasaan merokok pada ibu hamil dengan kejadian
BBLR di RSU X Tahun 2009
- Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y.
tahun 2009

Dalam suatu penelitian terutama tugas akhir mahasiswa secara dominan menggunakan Ha
satu arah. Uji hipotesis dilakukan dengan pernyataan hipotesis nol, yaitu tidak ada
hubungan/perbedaan/pengaruh karena yang di uji adalah Ho bukan Ha.

Kesalahan Pengambilan Keputusan

Dalam setiap uji hipotesis selalu terdapat kemungkinan bahwa kesimpulan yang diperoleh
tersebut salah. Mungkin pada sampel ditemukan perbedaan 2 kelompok, atau terdapat
hubungan antara varibel bebas dengan variabel terikat, namun sebenarnya hal tersebut

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 76

terjadi semata-mata oleh karena peluang. Artinya dalam populasi yang diwakili oleh
sampel, hubungan atau perbedaan itu tidak ada.

Dapat pula hal yang sebaliknya yang terjadi, yakni data pada sampel tidak menunjukan
adanya perbedaan ataupun hubungan, sedangkan dalam populasi perbedaan atau asosiasi
tersebut sebenarnya ada. Kedua hal tersebut selalu ada dalam setiap uji hipotesis.

Kesalahan Tipe I ()

Apabila dalam suatu uji hipotesis diperoleh hubungan atau perbedaan (hipotesis nol
ditolak), sedangkan sebenarnya dalam populasi hubungan atau perbedaan tersebut tidak
ada, hal ini disebut kesalahan tipe I, atau positif semu, atau atau sering disebut Tingkat
Signifikansi (significance level). Sebaliknya peluang untuk membuat kesalahan tipe I
adalah sebesar 1-, yang disebut dengan Tingkat Kepercayaan (confidence level).

Kesalahan Tipe II ()

Apabila hubungan atau perbedaan tidak ditemukan dalam data sampel, sedangkan di dalam
populasi hubungan atau perbedaan tersebut ada, maka kita dihadapkan pada kesalahan tipe
II, atau hasil negatif semu, atau . Peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe II adalah
sebesar 1-, dan dikenal sebagai Tingkat Kekuatan Uji (power of the test). Misalnya hasil
penelitian menunjukan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TBC padahal
sebenarnya tidak ada hubungan.


Tabel 4.3.Kesalahan Tipe I (), Kesalahan Tipe II (), dan Power
Uji Hipotesis pada Sampel Keadaan dalam Populasi
Berbeda (Ho Salah) Tidak Berbeda (Ho
Benar)
Ho ditolak Power (1-

) (Kesalahan Tipe I)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 77

Ho tidak ditolak (Kesalahan Tipe II) (1-

)

Tabel tersebut diatas, memperlihatkan besarnya peluang untuk menolak Ho bila dalam
populasi terdapat perbedaan disebut sebagai Power. Pengertian power adalah kemampuan
suatu uji hipotesis untuk menemukan beda (atau hubungan), bila perbedaan (hubungan)
tersebut dalam populasi memang ada.

Besar power adalah (1-), bila ditentukan nila adalah 0,05 maka nilai power adalah 95%;
artinya uji hipotesis pada sampel mempunyai peluang sebesar 95% untuk menemukan
perbedaan, apabila perbedaan tersebut ada dalam populasi.

b. Menentukan Jenis Uji Statistik
Langkah Kedua. Setelah membuat hipotesis penelitian, maka selanjutnya peneliti
menetapkan uji statistik yang digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Penentuan uji
statistik ditentukan oleh skala pengukuran variabel penelitian. Misalnya seperti pemilihan jenis
uji statistik berikut ini:

Tabel 4.4. Beberapa Jenis Uji Statistik dalam Penelitian
Variabel
Independen
Variabel
Dependen
Jenis Uji Statistik
Uji Parametrik Uji Non Parametrik
Analisis Bivariat
Kategorik Kategorik - Uji Kai Kuadrat
Kategorik Numerik Uji t unpaired

Uji t paired



Uji ANOVA
Uji Mann-Whitney
Uji Median
Uji Wilcoxon
Uji Mc Nemar
Uji Cochran Q
Uji Friedman
Uji Kruskal-Wallis
Numerik Numerik Uji Korelasi Pearson r Uji Korelasi Spearman (rs)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 78

Uji Regresi Sederhana Uji Regresi Logistik
Sederhana

Analisis Multivariat Dependen
Kategorik-
Numerik
Kategorik-1
Variabel
Kategorik-
Beberapa
Variabel
Uji Regresi Logistik Ganda

Uji Canonikal
Kategori-
beberapa
kategori
Kategori-1 Uji Analisis Jalur
Numerik Numerik Uji Regresi Linier Ganda
Numerik Kategori Uji Diskriminan
Kategorik Numerik Uji MANOVA
Numerik-
Kategorik
Numeric-
Waktu
Uji Regresi Cox
Analisis Mutivariat Interdependensi
Numerik Uji Cluster
Uji Analisis Faktor
Kategorik Uji Multi Dimensional Scaling (MDS)
Uji Categorical Analysis (CA)
Uji Loglinier

Untuk menguji hipotesis tentang apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di
RSUD X di Kota Y tahun 2010, maka pilihan uji statistiknya adalah Kai Kuadrat karena sesuai
dengan tabel tersebut diatas variabel yang di pilih adalah kategori (obesitas) dengan kategori
(diabetes mellitus; DM).

c. Menetapkan tingkat kemaknaan (Level of Significance)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 79

Langkah Ketiga. Tingkat kemaknaan, atau sering disebut dengan nilai adalah besarnya
peluang salah dalam menolak Hipotesis Nol (Ho). Atau dengan kata lain, nilai adalah batas
toleransi peluang salah dalam menolak Ho atau nilai batas maksimal kesalahan menolak Ho.
Pertanyaan yang timbul adalah, berapakah besarnya nilai dan yang digunakan oleh
para peneliti dalam menolak Ho. Penentuan besarnya nilai dan secara standar belum ada baru
didasarkan pada konsensus penelitian yang dilakukan. Dalam kebanyakan penelitian biasanya
nilai sebesar 5% dapat diterima dengan perkataan lain, 1 kesalahan tipe I dari 20 kemungkinan
masih dianggap memadai.
Menurut penulis, penentuan nilai dan sangat tergantung kepada tujuan penelitian yang
ingin dicapai. Untuk penelitian kesehatan yang berbasis masyarakat (kebidanan komunitas,
keperawatan komunitas, kesehatan masyarakat) menggunakan nilai sebesar 5%. Sedangkan
untuk penelitian klinik (klinik kebidanan, klinik keperawatam, klinik kesehatan masyarakat) atau
pengujian suatu intervensi, model, atau pengujian obat menggunakan nilai sebesar 1%. Untuk
penelitian-penelitian di bidang sosial lainnya bisa menggunakan nilai sebesar 10%. Begitu juga
penentuan nilai yang harus disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Penentuan tingkat kemaknaan akan menjadi ukuran atau parameter dalam menetapkan
keputusan uji hipotesis. Peneliti harus dari awal menetapkan nilai tingkat kemaknaan sebagai
standar besarnya peluang salah dalam menolak hipotesis nol (Ho).
Untuk menjawab hipotesis apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di
RSUD X di Kota Y tahun 2010, peneliti menetapkan nilai yang akan digunakan sebagai
standar penetapan tingkat kepercayaan adalah 5%, karena segi penelitian ini lebih kepada ilmu
kesehatan masyarakat.

d. Menghitung nilai probabilitas (p-value)
Langkah keempat. Menghitung nilai probabilitas. Probabilitas adalah teori peluang yang
pertama kali diperkenalkan oleh Girolamo Cardano (1501-1576) seorang matematikawan dan
fisikawan dari Italia yang lahir pada tanggal 24 September 1501. Cardano banyak membahas
tentang konsep dasar probabilitas dalam bukunya yang berjudul Books on game on change,
dan akhirnya dia dikenal sebagai Bapak Probabilitas. Selanjutnya Blaise Pascal (1623-1662)
berasal dari Perancis, yang minat utamanya ialah filsafat dan agama, sedangkan hobinya yang

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 80

lain adalah matematika dan geometri proyektif. Bersama dengan Pierre de Fermat menemukan
teori tentang probabilitas.
Teori probabiitas berkembang dan bermanfaat bagi penelitian dalam menemukan ilmu
pengetahuan baru karena nilai probabilitas (p-value) adalah besarnya peluang salah dari data
(hasil) penelitian yang akan dibandingkan dengan nilai sebagai tingkat kemaknaan (level of
significance).
Dalam penelitian tiap uji hipotesis, akan dimulai dengan menyatakan Ho bahwa tidak
terdapat hubungan atau perbedaan antara 2 variabel. Dengan dasar asumsi tersebut, maka peneliti
akan menghitung melalui rumus statistik yang sesuai untuk menemukan atau memperoleh nilai
probabilitas (p-value). Selanjutnya bagaimana menginterpretasikan dengan benar p-value dengan
nilai ?
Sastroasmoro, et al. (2002) Interpretasi nilai p dengan benar adalah besarnya
kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang diperoleh atau hasil yang lebih ekstrem, bila
hipotesis benar. Atau: besarnya kemungkinan bahwa hasil yang diperoleh, atau hasil yang lebih
ekstrem, disebabkan semata-mata oleh faktor peluang apabila hipotesis benar. Misalnya
perbedaan kesembuhan antara obat X dan obat standar sebesar 15% pada uji hipotesis
menghasilkan nilai p sebesar 0,035, artinya nilai p ini dapat diinterpretasikan: Jikalau obat X dan
obat standar sama efektifnya, terdapat kemungkinan sebesar 0,035 (3,5%) untuk memperoleh
beda kesembuhan 15% atau lebih.
Cara memperoleh nilai p yang merupakan hasil penelitian dapat diperoleh dengan cara
menghitung manual atau menghitung dengan bantuan paket program Komputer.
Misalnya ingin menguji hipotesis apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di
RSUD X di Kota Y tahun 2010, maka data hasil penelitian dapat diproses melalui bantuan
komputer program SPSS dan dapat diketahui berapa nilai kai kuadrat hitung dibandingkan
dengan kai kuadrat tabel seperti yang ditetapkan pada langkah sebelumnya.
Hasil pengumpulan data dari 95 kelompok kasus (DM) yang obesitas adalah 55 orang dan
tidak obesitas adalah 40 orang, sedangkan dari 95 kelompok kontrol (Non DM) yang obesitas
adalah 19 orang dan tidak obesitas adalah 76 orang. Selanjutnya peneliti menghitung uji statistik
dengan pendekatan Chi Square yaitu:
Tabel 4.5. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Diabetes Meilitus

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 81

No Obesitas Diabetes Meilitus Jumlah
Kasus Kontrol
1. Ya 55 19 74
2. Tidak 40 76 116
Jumlah 95 95 190

Rumus uji chi square adalah:
( )

(
(


=
e
e o
f
f f
x
2
2


Ea= 74x45/190=37
Eb=74x95/190=37
Ec=116x95/190=58
Ed=116x95/190=58

X
2
= (55-37)
2
/37 + (19-37)
2
/37 + (40-58)
2
+ (76-58)
2
/58

X
2
= 8,76 + 8,76 + 5,57 + 5,57

X
2
= 28,66

Hasil perhitungan X
2
selanjutnya dibandingkan dengan nilai X
2
tabel dengan cara
menghitung nilai degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu: df = (b-1) (k-1)= (2-1) (2-1)= 1.
Maka akan diperoleh X
2
tabel 3,8415
Penghitungan uji chi square bisa dilakukan dengan program SPSS dengan hasil sebagai
berikut:
OBESITAS * DM Crosstabul ation
55 19 74
37.0 37.0 74.0
57.9% 20.0% 38.9%
40 76 116
58.0 58.0 116.0
42.1% 80.0% 61.1%
95 95 190
95.0 95.0 190.0
100.0% 100.0% 100.0%
Count
Expected Count
% wit hin DM
Count
Expected Count
% wit hin DM
Count
Expected Count
% wit hin DM
OBESITAS
TDK OBESITAS
OBESITAS
Total
DM TDK DM
DM
Total


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 82


Chi-Square Tests
28.686
b
1 .000
27.114 1 .000
29.639 1 .000
.000 .000
28.535 1 .000
190
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 table
a.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 37.
00.
b.

Berdasarkan output SPSS ternyata pengaruh obesitas terhadap kejadian DM dapat
diperoleh nilai X
2
hitungnya adalah 28,686. Artinya pengolahan data melalui program SPSS
sama hasilnya dengan penghitungan manual.





e. Pengambilan Keputusan Uji Statistik
Langkah Lima. Dalam mengambil keputusan uji statistik ada 2 (dua) cara yang dapat
dilakukan yaitu:
1) Cara Manual (Perhitungan)
Cara manual dengan perhitungan dilakukan untuk memperoleh nilai X
2
hitung, dan dalam
langkah ke empat ternyata diperoleh nilai X
2
hitungnya adalah 28,686. Parameter
mengambil keputusan uji statistik dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika kai kuadrat hitung < kai kuadrat tabel, maka Ho diterima artinya menunjukan
dua variabel tersebut tidak ada hubungan/tidak ada perbedaan/tidak ada pengaruh
Jika kai kuadrat hitung kai kuadrat tabel, maka Ho ditolak artinya menunjukan dua
variabel tersebut ada hubungan/ ada perbedaan/ada pengaruh
Maka kesimpulan untuk menguji apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian
DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 adalah Ho ditolak artinya menunjukan ada

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 83

pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 karena kai
kudrat hitung > kai kuadrat tabel (28,686 > 3,8415)

2) Cara Output Program Komputer (SPSS)
Cara output program komputer parameternya dengan melihat hasil p-value yang
dibandingkan dengan nilai 5%. Ketentuannya adalah sebagai berikut:
Jika p-value > 0,05, maka Ho diterima artinya menunjukan dua variabel tersebut
tidak ada hubungan/tidak ada perbedaan/tidak ada pengaruh
Jika p-value 0,05, maka Ho ditolak artinya menunjukan dua variabel tersebut ada
hubungan/ada perbedaan/ada pengaruh
Maka kesimpulan untuk menguji apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian
DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 adalah Ho ditolak artinya menunjukan ada
pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 karena p-
value 0,05 (p-value=0,000)

















Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 84













EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan pengertian variabel penelitian?
2. Sebutkan dan jelaskan skala pengukuran variabel penelitian?
3. Berikan contoh masing-masing 1 skala pengukuran variabel penelitian?
4. Berikan contoh masing-masing 1 dalam bentuk gambar jenis variabel penelitian
5. Jelaskan pengertian paradigma penelitian?
6. Sebutkan tiga tujuan membuat paradigma penelitian?
7. Sebutkan langkah pertama membuat paradigma penelitian?
8. Jelaskan pengertian kerangka konsep penelitian?
9. Buatlah kerangka konsep penelitian jika judul penelitiannya adalah hubungan kebiasaan
merokok dengan kejadian penyakit TB Paru di Puskesmas X Tahun 2010
10. Buatlah contoh hipotesis penelitian sesuai dengan kerangkan konsep penelitian pada soal
no. 9?




Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 85






TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian
deskriptif

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:
g. Menjelaskan hakekat desain penelitian mencakup definisi, tujuan, dan klasifikasi desain
penelitian secara baik dan benar
h. Menjelaskan konsep dasar penelitian deskriptif mencakup pengertian, kriteria umum, dan
langkah-langkah penelitian deskriptif
i. Menjelaskan desain penelitian jenis studi survey
j. Menjelaskan desain penelitian jenis studi kasus
k. Menjelaskan desain penelitian jenis studi komparatif
l. Menjelaskan desain penelitian jenis studi prediksi
m. Menjelaskan desain penelitian jenis studi evaluasi
n. Menjelaskan desain penelitian jenis studi kepustakaan
o. Menjelaskan desain penelitian jenis studi historis
p. Menjelaskan desain penelitian jenis studi korelasi

1. Hakikat Desain Penelitian
Penelitian kesehatan merupakan suatu proses ilmiah yang sistematik untuk menemukan
jawaban dari pertanyaan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian kesehatan yang akan dicapai.
Bagian dari proses ilmiah, peneliti harus menentukan desain penelitian kesehatan yang akan
digunakan. Desain penelitian mempunyai 2 (dua) aspek hakikat diantaranya:

BAGIAN-5
DESAIN PENELITIAN DESKRIPTIF

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 86

Desain penelitian hakikat dalam arti luas
Desain penelitian dalam konteks ini adalah suatu desain penelitian yang dirancang
mulai ditemukanya permasalahan penelitian, penentuan tinjauan pustaka ilmiah, menentukan
rancangan atau metode penelitian, memproses dan menyajikan hasil penelitian, sampai pada
pembuatan laporan penelitian. Peneliti dalam kontek ini telah membuat perencanaan
penelitian dari mulai persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian.

Desain penelitian hakikat dalam arti sempit
Desain penelitian dalam kontek ini adalah suatu desain penelitian yang dirancang
dalam menentukan metode atau jenis penelitian yang akan digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian.

Desain penelitian dalam pokok bahasan ini menggunakan hakikat dalam arti sempit.
Desain penelitian harus disusun dan direncanakan dengan penuh perhitungan agar
memperlihatkan bukti empiris yang kuat relevanssinya dengan pertanyaan penelitian. Kadang
kala penentuan desain penelitian bagi para peneliti pemula menjadi masalah tersendiri karena
adanya kesulitan dalam memilih desain penelitian yang tepat karena akan berdampak pada
biasnya hasil penelitian.
Dalam garis besarnya, menurut Sastroasmoro dan Ismael (2002) desain penelitian
mempunyai 2 kegunaan yang amat penting dalam proses penelitian, yakni:
1) Merupakan wahana bagi peneliti untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan
penelitian
2) Merupakan alat bagi peneliti untuk mengontrol atau mengendalikan pelbagai variabel
yang berpengaruh pada suatu penelitian

Definisi Desain Penelitian
Pengertian dalam kontek hakikat luas desain penelitian adalah semua proses yang
diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Suchman, 1967), sedangkan
menurut Shah (1972) adalah mencakup proses penelitian yang terdiri dari perencanaan
penelitian, dan pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. Maka dalam

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 87

konteks hakikat yang sempit desain penelitian adalah perencanaan pemilihan jenis penelitian
yang akan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Desain merupakan suatu kerangka
acuan bagi pengkajian hubungan antar variabel penelitian (Sastroasmoro, 2002).

Tujuan Membuat Desain Penelitian
Dalam menemukan ilmu pengetahuan cirinya adalah diperoleh dengan pendekatan
yang ilmiah diantaranya melalui metode ilmiah. Operasionalisasi metode ilmiah adalah proses
penelitian yang direncanakan atau didesain untuk menemukan kebenaran ilmiah. Maka
peneliti sebelumnya harus sudah menetapkan dan memilih jenis penelitian yang akan
digunakan. Tujuan peneliti menetapkan desian penelitian adalah sebagai berikut
1) Untuk kerangka kerja seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian yang akan
dilakukan
2) Untuk mempertegas hubungan antara varaibel-variabel yang akan diteliti
3) Untuk mempermudah seorang peneliti membangun sistem penelitiannya

Klasifikasi Desain Penelitian
Klasiifikasi desain penelitian secara garis besar terdiri dari:
1) Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian:
a) Penelitian klinis
b) Penelitian lapangan
c) Penelitian laboratorium
2) Berdasarkan pada waktu penelitian:
a) Penelitian transversal (cross sectional); prospektif atau retrospektif
b) Penelitian longitudinal; prospektif atau retrospektif
3) Berdasarkan pada substansi penelitian
a) Penelitian dasar
b) Penelitian terapan


4) Berdasarkan pada ada-tidaknya analisis hubungan antar variabel

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 88

a) Penelitian deskriptif
b) Penelitian analitik
5) Berdasarkan ada-tidaknya intervensi penelitian
a) Penelitian observasional/Survei
b) Penelitian Intervensional/EPenelitian observasional/Survei
c) Penelitian Intervensional/Eksperimental
Dalam bagian bab ini, akan diuraikan klasifikasi desian penelitian berdasarkan ada
tidaknya intervensi karena secara umum klasiifikasi ini telah menggeneralisasikan jenis
penelitian lainnya. Desain penelitian berdasarkan ada-tidaknya intervensi seperti tertera pada
Gambar 5.1. berikut ini:















Gambar 5.1. Klasifikasi Desain Penelitian

Klasifikasi desain penelitian berdasarkan ada-tidaknya intervensi menggambarkan bahwa
peneliti mempunyai beberapa pilihan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Pada bagian ini akan di uraikan desain penelitian deskriptif.
Desain Penelitian
Observasional/Survei
Eksperimental
Deskriptif
1. Studi Survei
2. Studi Kasus
3. Studi Komparatif
4. Studi Prediksi
5. Studi Evaluasi
6. Studi Kepustakaan
7. Studi Historis
8. Studi Korelasi


Analitik
1. Potong Lintang
2. Kasus Kontrol
3. Kohort


Eksperimen
Semu


Eksperimen
Murni


Penelitian
Pra
Eksperimen



Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 89


2. Desain Penelitian Observasional dengan Pendekatan Studi Deskriptif

a. Definisi Penelitian Deskriptif
Definisi penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
lainnya (Sukmadinata, 2006). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,
atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Sedangkan menurut Furchan (2004)
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang
status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian
deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis
sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
Penelitian deskriptif telah berkembang pada berbagai disiplin ilmu misalnya dalam
ilmu epidemiologi, penelitian deskriptif adalah riset epidemiologi yang bertujuan
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut populasi, letak
geografi, dan waktu (Murti 1997). Menurut penulis penelitian deskriptif adalah suatu
rancangan penelitian untuk menggambarkan suatu objek penelitian bisa satu variabel atau
lebih variabel penelitian. Penelitian deskriptif memberikan beberapa manfaat diantaranya:
1) Memberikan masukan tentang pengalokasiam sumberdaya dalam rangka
perencanaan yang efisien, kepada perencana kesehatan, administrator kesehatan, dan
pemberi pelayanan kesehatan
2) Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah
faktor risiko penyakit.
Penelitian deskriptif dalam lingkup kesehatan yang lebih luas, telah memberikan
kontribusi besar manfaatnya untuk melakukan ekplorasi sistem kesehatan yang ada di
Indonesia. Melalui penelitian deskriptif diperoleh fenomena masalah kesehatan baik masa

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 90

lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Karakteristik Penelitian Deskriptif menurut Furchan (2004) terdiri dari:
(1) Penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan
cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara
cermat.
(2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.
(3) Tidak adanya uji hipotesis.

b. Kriteria Pokok Desain Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif mempunyai beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas
kriteria umum dan khusus. Kriteria tersebut sebagai berikut:
1) Kriteria umum
a) Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
b) Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
c) Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
d) Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
e) Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
f) Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam
mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta serta studi kepustakaan
yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis
yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu telah dikembangkan.
2) Kriteria Khusus
a) Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
b) Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
c) Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel,
dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manupulasi terhadap variabel.
Variabel dilihat sebagaimana adanya.


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 91

c. Langkah-langkah Umum dalam Desain Penelitian Deskriptif
Dalam melaksanakan penelitian deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering
diikuti adalah sebagai berikut:
1) Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah
tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
2) Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah.
3) Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang
ingin dipecahkan.
4) Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit
jika diperlukan.
5) Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data
yang cocok untuk penelitian.
6) Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.
Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan
unit-unit pengukuran yang sepadan.
7) Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin
dipecahkan.
8) Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang
ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari
penelitian.
9) Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

3. Jenis Desain Penelitian Deskriptif
a. Studi Survei
Definisi studi survei adalah studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-
kasus yang relatif besar jumlahnya (Furchan, 2004). Sedangkan Notoatmodjo (2005)
menyatakan studi survey adalah suata cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Menurut Van

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 92

Dalen survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan
(status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya
dengan standar yang sudah ditentukan (http://elfiraismy.wordpress.com/2009/11/09/metode-
penelitian-survei/ diunduh tanggal 04 Agustus 2010). Menurut penulis studi survei adalah
jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada bagian
populasi atau bagian objek penelitian.
Studi Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei
dilakukan secara sistematis dan berencana. Pemerintah, lembaga dan sebagainya sebelum
mengadakan survei sudah ditentukan: siapa pelaksananya, dilaksanakan dimana, kapan,
berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa saja yang dikumpulkan, menggunakan instrumen
apa, bagaimana cara menarik kesimpulan, dan bagaimana cara melaporkan.
Studi survei telah berkembang secara pesat saat ini diberbagai disiplin ilmu. Selain
itu studi survey juga banyak digunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu misalnya
kepentingan dibidang ekonomi, politik, dan bidang yang lainnya termasuk dalam bidang
kesehatan. Beberapa jenis studi survei yang sering digunakan adalah:


1) Survei Rumah Tangga
Definisi survei rumah tangga adalah suatu survei deskriptif yang ditujukan kepada
rumah tangga. Biasanya pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada kepala
keluarga. Informasi yang diperoleh dari kepala keluarga ini bukan saja informasi tentang
diri kepala keluarga tersebut, tetapi juga informasi tentang diri atau anggota keluarga yang
lain, dan bahkan informasi tentang rumah dan lingkungannya. Misalnya survei kesehatan
rumah tangga, survei tipe dan struktur keluarga, survey tugas perkembangan keluarga, dan
survei keluarga lainnya.

2) Survei Morbiditas
Definisi survei morbiditas adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui kejadian penyakit dan distribusi penyakit di dalam masyarakat atau populasi.
Survei morbiditas dapat mengungkapkan kejadian penyakit baik berupa insidens ataupun

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 93

prevalens berdasarkan faktor orang, tempat, dan waktu. Misalnya survei morbiditas
penyakit TB Paru, survei morbiditas penyakit diare, dan survei morbiditas lainnya.

3) Survei Analisis Jabatan
Definisi survei analisis jabatan adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas umum, tanggung jawab para
karyawan atau petugas, aktifitas khusus yang dibutuhkan, keterlibatan, dan fungsi anggota
organisasi, kondisi kerjanya dan fasilitas. Survei analisis jabatan dapat juga digunakan
untuk menganalisis kinerja. Misalnya survei analisis jabatan kepala ruangan di rumah
sakit, survei analisis jabatan kepala puskesmas di daerah otonom, dan survei analisis
jabatan lainnya.

4) Survei Pendapat Umum
Definisi survei pendapat umum adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui pendapat umum tentang suatu hal misalnya tentang pelaksanaan
program Jamkesmas. Survei pendapat umum berguna untuk mengetahui respon
masyarakat terhadap program kesehatan yang digulirkan.

5) Survei Kelembagaan (Survei Institusi)
Definisi survei kelembagaan adalah suatu survei deskriptif yang dilakukan untuk
menggambarkan objek lembaga tertentu yang ada dimasyarkat. Misalnya survei rumah
sakit, survei puskesmas, survei posyandu, dan survei lembaga kesehatan atau lembaga
lainnya.

6) Survei Analisis Dokumen
Definisi survey analisis dokumen adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan
dengan menganalisis isi dokumen atau kegiatan dalam dokumen. Dalam penelitian
kesehatan dokumen bisa berasal dari rekam medic pasien. Banyak penelitian kesehatan
yang melakukan analisis dokumen terutama menganalisis rekam medik pasien. Misalnya

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 94

menganalisis angka kejadian anemia pada ibu hamil berdasarkan karakteristik ibu, atau
studi tentang kejadian preeclampsia berdasarkan umur dan paritas.

7) Survei Analisis Konten
Definisi survey analisis konten adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan
dengan tujuan untuk isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan
masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis. Dalam analisis ini seorang peneliti dapat
menghitung frekuensi munculnya suatu konsep tertentu, penyusunan kalimat menurut pola
yang sama, kelemahan-kelemahan pola berpikir yang sama, cara menyajikan bahan
ilustrasi, dan lain-lain.

8) Survei Sekolah
Definisi survey sekolah adalah suatu survey deskriptif yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan
situasi belajar, proses belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan peserta
didik dan hal-hal yang menunjang proses belajar mengajar. Misalnya penelitian tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan remedial mata kuliah di sekolah atau di kampus.

9) Survei Quick Count
Definisi survey quick qount adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan dengan
cara perhitungan cepat. Survey perhitungan cepat sebenarnya sudah dimulai pada abad ke-
5 SM. Di Indonesia perhitungan cepat dikenal luas pada penggunaan perhitungan cepat di
Pemilu Presiden tahun 2004 yang pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pelatihan,
Penelitian, Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Pelaksanaan studi survey perhitungan cepat dilakukan melalui ukuran proporsi
yaitu berapa persen perolehan suara. Penentuan besaran sampel didasarkan pada derajat
keragaman (variability), margin of error (MoE), dan tingkat kepercayaan (confindence
interval). Khusus istilah MoE sering disamaartikan dengan pengertian sampling error
(SE), dimana sebenarnya SE dihitung setelah survei selesai dilakukan sesuai dengan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 95

Teknik Sampling yang digunakan. Formula umum menentukan margin of error (MoE)
adalah:

MoE2 = z2 (p (1-p))/n

Keterangan: z = nilai tingkat kepercayaan (tabel Normal)
p = proporsi sampel
n = jumlah sampel

Berdasarkan formula ini, dan dengan pengali finite population correction (fpc,
bila populasi TPS diketahui), serta menggunakan berbagai variasi nilai p maka dibuat
Tabel Solvin yang memuat asosiasi hubungan jumlah sampel, jumlah populasi, dan MoE.

10) Survei Komunitas
Definisi survey komunitas adalah suatu survey deskriptif untuk mengungkapkan
salah satu atau beberapa aspek tertentu dalam kehidupan bermasyarakat. Studi survey ini
juga disebut social surveys atau field surveys karena di dalam survey ini peneliti
bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan mendalam. Survei
komunitas dalam kesehatan sering dilakukan misalnya survey mawas diri yang mencakuo
semua unsure kehidupan yang berhubungan dengan aspek kesehatan.

b. Studi Kasus
1) Konsep Dasar Studi Kasus
Definisi studi kasus adalah suatu penelitian deskriptif yang melakukan
penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara
mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu
atau unit sosial yang diteliti (Furchan, 2004). Misalnya studi kasus kelompok penyakit
kusta di rumah sakit.
Studi kasus dilakukan melalui pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap
suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 96

yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan
pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat
digunakan untuk menghasilkan dan menguji (Flyvjebrg, 2006).
Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset,
penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini
dapat menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber dan
perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal
memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data studi kasus
kuantitatif. (Yin, 2002, Lamnek 2005).
Berdasarkan beberapa definisi studi kasus tersebut diatas maka sasaran penelitian
meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen;
(2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan
latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan
yang ada di antara variabel-variabelnya.

2) Jenis-jenis Studi Kasus
a) Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan
organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara maksimal. Misalnya studi
kasus organisasi profesi di bidang kesehatan.
b) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi
peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada
suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara
lain: suatu tempat tertentu di dalam rumah sakit atau puskesmas, satu kelompok
petugas kesehatan atau kader kesehatan, dan program-program pelayanan kesehatan
baik di rumah sakit dan puskesmas.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 97

c) Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dan lahir hingga sekarang. Misalnya studi kasus Hendrik L. Bloom.
d) Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
(community case study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau
masyarakat sekitar (komunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana
studi kasus organisasi dan studi kasus observasi. Misalnya studi kasus kehidupan
komunitas homoseksual.
e) Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya kasus luar biasa penyakit demam
berdarah, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai
dari perilaku kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan sekitar, dan program
pelayanan kesehatan masyarakat, bahkan petugas kesehata.
f) Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi
yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang perawatan di rumah sakit atau
suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada pada masyarakat misalnya
program desa siaga maternal.

3) Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
a) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara purposive sesuai
ciri dan sifat-sifat variabel penelitian. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan
menjadikan objek orang, lingkungan, program kesehatan, dan masvarakat atau unit
resiko tinggi kesehatan. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk
akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang
tersedia.
b) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang
lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 98

pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat
mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
c) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.
Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna
menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau
dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,
sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan
lapangan.
d) Perbaikan: meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus
hendaknya dilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru
terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data
baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
e) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan
pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat
membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

4) Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik
a) Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan
umum atau bahkan dengan kepentingan kesehatan secara nasional.
b) Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh
kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan
oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.
c) Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-
beda.
d) Studi kasus harus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik
yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip
selektifitas.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 99

e) Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada
pembaca.



c. Studi Komparatif
1) Konsep Dasar Studi Komparatif
Definisi studi komparatif adalah suatu studi survei deskriptif yang dilakukan
dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari
faktor-faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa
tertentu. Studi komparatif disebut juga dengan studi perbandingan karena secara esensi
membandingkan variabel penelitian. Definisi lain menjelaskan studi Komparatif adalah
suatu penelitian melalui cara dan metode membandingkan dengan maksud untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan suatu variabel.
Studi komparatif lazim digunakan di dalam penelitian kesehatan untuk melihat
perbandingan ketercapaian program pelayanan kesehatan ataupun mengidentifikasi
perbandingan kejadian masalah kesehatan dimasyarakat. Misalnya melakukan suatu
penelitian dengan membuat perbandingan karakteristik lingkungan disuatu daerah A
dengan daerah B tentang kejadian penyakit DBD.

2) Langkah-langkah penelitian studi komparatif
a) Menetapkan variabel penelitian yang akan dikomparatifkan misalnya membandingkan
tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang Seks Bebas pada Siswi SMU dan SMK.
Variabel penelitian tersebut merupakan problem (masalah) penelitian
b) Menetapkan tujuan penelitian yang akan dicapai secara sistematis
c) Menetapkan populasi dan sampel penelitian
d) Menetapkan analisis data yang akan digunakan bila diperlukan menjawab perbedaan
atau persamaan variabel penelitian dengan uji statistik yang digunakan



Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 100




d. Studi Prediksi
Definisi studi prediksi adalah studi survey deskriptif yang digunakan untuk
memperkirakan tentang kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang
sudah muncul dan diketahui sebelumnya. Misalnya memperkirakan terjadinya kejadian luar
biasa penyakit DBD berdasarkan tingginya jumlah jentik dilingkungan sekitar masyarakat.
Dalam pelaksanaan di bidang kesehatan, banyak situasi yang menghendaki
dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal musim hujan, misalnya, memprediksi
adanya kejadian luar biasa penyakit demam berdarah yang didasarkan pada prevalensi
kejadian sebelumnnya.
Penelitian prediksi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel
atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan
datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Hadjar; 1999:285). Penelitian ini sebagaimana
penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang
kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya
(disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni
variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk
mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang
menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang uama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak
pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian
relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan an tar kedua variabel terjadi secara dua arah
atau dengan kata lain, ia hanya ingi menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hbungan,
tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh
karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam
penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga
mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebh dahulu dari yang lain, atau
hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 101

dalkam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria
terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.

e. Studi Evaluasi
Definisi studi evaluasi adalah suatu studi survei deskriptif yang dilakukan untuk
melihat suatu program yang sedang atau sudah berjalan. Misalnya penelitian evaluasi tentang
pelaksanaan posyandu di Kabupatan/kota, penelitian evaluasi tentang pelaksanaan program
jaminan pelayanan kesehatan masyarakat (jamkesmas), penelitian evaluasi tentang program
keluarga sadar gizi (kadarzi), dan penelitian evaluasi lainnya.

f. Studi Kepustakaan
1) Konsep Dasar Studi Kepustakaan
Definisi studi kepustakaan adalah suatu studi deskriptif yang dilakukan oleh
peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
akan atau sedang diteliti dengan kepustakaan sebagai sumber utama. Informasi itu
dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,
tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia,
dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang
tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca
dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986).

2) Tujuan Studi Kepustakaan
Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia
melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur
dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan
dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut (the
state of the art). Tujuan studi kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian
bertujuan untuk:
a) Menemukan suatu masalah untuk diteliti

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 102

b) Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti
c) Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti
d) Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan pemecahan masalah
dan pemikiran untuk perumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian
e) Untuk membuat uraian teoritik dan empirik yang berkaitan dengan faktor, indikator,
variable dan parameter penelitian yang tercermin di dalam masalah- masalah
yang ingin dipecahkan
f) Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang akan diteliti
g) Agar peneliti dapat pandai-pandai memanfaatkan informasi dari suatu makalah yang
diperlukan bagi penelitiannya, terutama yang terkait dengan objek dan atau sasaran
penelitiannya
h) Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang
akan dilakukan
i) Menelaah hasil penelitian sebelumnya diarahkan pada sebagian atau seluruh dari
unsur-unsur penelitian yaitu: tujuan penelitian, metode, analisis, hasil utama dan
kesimpulan
j) Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah yang sudah pernah diteliti
untuk menghindari agar tidak meneliti hal yang sama. (Kasbalah, 1992, Bintarto, 1992)

3) Sumber Studi Kepustakaan
a) Bahan kepustakaan berupa sumber primer (primary source)
Bahan kepustakaan yang merupakan sumber primer adalah karangan asli yang
ditulis oleh seorang yang melihat, mengalami, atau mengerjakan sendiri. Bahan
kepustakaan semacam ini dapat berupa buku harian (autobiography), tesis, disertasi,
laporan penelitian, dan hasil wawancara. Selain itu sumber primer dapat berupa laporan
pandangan mata suatu pertandingan, statistik sensus penduduk dan lain sebagainya.
b) Bahan kepustakaan berupa sumber sekunder (secondary source)
Bahan kepustakaan berupa sumber sekunder adalah tulisan tentang penelitian orang
lain, tinjauan, ringkasan, kritikan, dan tulisan-tulisan serupa mengenai hal-hal yang tidak

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 103

langsung disaksikan atau dialami sendiri oleh penulis. Bahan kepustakaan sekunder terdapat
di ensiklopedi, kamus, buku pegangan, abstrak, indeks, dan textbooks.
Selain informasi yang diperoleh dari berbagai sumber di perpustakaan, peneliti
dapat pula memperoleh bahan kepustakaan dari instansi atau lembaga tertentu, misalnya
LIPI dengan beberapa lembaganya antara lain PDII (Pusat Dokumentasi dan Informasi
Ilmiah), LEKNAS (Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional) dan Biro Pusat
Statistik, yang merupakan pusat informasi statistik nasional.

4) Langkah-langkah Studi Kepustakaan
Peneliti sebaiknya sudah menentukan lebih dahulu sumber informasi apa yang akan
diperiksa. Urutan kegiatan secara efektif dapat dimulai dengan mencari informasi referensi
yang bersifat umum sebelum menuju ke pencarian yang lebih khusus. Untuk melakukan
pencarian informasi diperlukan langkah-langkah berikut ini:
a) Mendaftar semua variabel yang perlu diteliti
b) Mencari setiap variabel penelitianpada "subject encyclopedia"
c) Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber yang tersedia
d) Memeriksa indeks yang memuat variabel-variabel dan topik masalah yang diteliti.
e) Selanjutnya yang menjadi lebih khusus adalah mencari artikel-artikel, buku-buku, dan
biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-bahan yang relevan dengan
masalah yang diteliti.
f) Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian "mereview" dan
menyusun bahan pustaka sesuai dengan urutan kepentingan dan relevansinya dengan
masalah yang sedang diteliti.
g) Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat, diatur, dan ditulis
kembali.
h) Dalam langkah terakhir, peneliti menyusun dan menuliskan kembali informasi -
informasi tersebut dalam bentuk essay. Tulisan ini nantinya akan dimasukkan di
laporan penelitian.

g. Studi Historis

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 104

1) Konsep Dasar Studi Historis
Definisi studi historis adalah suatu studi deskriptif yang menggambarkan sejarah
atau perjalanan fakta, peristiwa, kejadian, dan fenomena lainnya pada objek penelitian.
Penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi
mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain
yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada
waktu penelitian dilakukan.
Menurut beberapa ahli dibidang studi historis menyampaikan definisi studi historis
berikut ini:

Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996:
22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 menyatakan penelitian sejarah adalah penelitian
yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu.

Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah ,
2005: 51 menyatakan penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan
mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara
sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan
menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.

2) Tujuan studi historis adalah:
a) untuk mengetahui sebab atau dampak dari kejadian yang telah lalu untuk menjelaskan
fenomena yang terjadi sekarang atau untuk memprediksi kondisi masa yang akan datang
b) untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa
atau perkembangan di masa lampau
c) untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian
masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada
akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta
memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
d) Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin
mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau
e) Mempelajari bagaimana sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika
mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 105

f) Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang
g) Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan
h) Memahami praktik dan politik kesehatan sekarang secara lebih lengkap.

3) Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis (M. Subana dkk, 2005)
a) Pendefinisian Masalah
b) Perumusan masalah
c) Pengumpulan data
d) Analisis data
e) Kesimpulan

4) Penulisan Laporan Penelitian Sejarah
Proses dalam penelitian laporan penelitian sejarah membutuhkan kreativitas,
imajinasi kuat, dan multirasio. Laporan tersebut hendaknya ditulis dengan gaya penulisan
yang baik dan objektif. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan laporan tersebut dibuat
dengan biasa-biasa saja, dan supaya tidak menonton diberi warna pada pernyataannya,
yang penting jangan sampai hilang keasliannya. Mengenai format penulisan laporan tidak
ada format yang baku, hal ini dapat disesuaikan dengan institusi.

h. Studi Korelasi
1) Konsep Studi Korelasi
Definisi studi korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara
dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan
mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai
dengan tujuan penelitian. Menurut beberapa ahli lainnya diantaranya Furchan (2004)
menyatakan bahwa studi korelasi adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan
menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti, Gay dalam Sukardi (2008)
menyatakan studi korelasi adalah salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya
peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 106

hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi,
Murti (1997) menyatakan bahwa studi korelasi populasi adalah studi epidemiologi dengan
populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelasi antara
penyakit dan faktor-faktor yang diminati penelitian.

2) Tujuan studi korelasi
a) untuk menentukan apakah terdapat hubungan antarvariabel dan membuat prediksi
berdasarkan korelasi antarvariabel, Jika hubungan antarvariabel cukup tinggi,
kemungkinan sifat hubungannya merupakan sebab akibat (menurut Penulis)
b) untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi
(Suryabrata, 1994)
Penelitian korelasional merupakan penelitian yang paling banyak digunakan dan
telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan pengetahuan di
bidang kesehatan (Cornell dalam Hadjar, 1999:277). Dalam penelitian jenis ini, peneliti
berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk memahami
suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara
variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien
korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk membandingkan variabilitas hasil pengukuran
terhadap variabel-variabel tersebut. Pengetahuan tentang tingkat hubungan tersebut
diharapkan dapat menambah pemahaman tentang faktor-faktor dalam karakteristik yang
kompleks dari suatu fenomena seperti masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.

3) Karakteristik studi korelasi
a) Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan
manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
b) Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
c) Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan
d) Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling
hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 107

e) Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan
bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut
f) Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas

4) Kelemahan Studi Korelasi
Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan
saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian
eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan
kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu
dan kabur, sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach,
yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi
yang berguna atau bermakna.

5) Kelebihan Studi Korelasi:
Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara
bersama-sama (simultan). Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi
tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

6) Langkah-Langkah Pokok Studi Korelasi
1) Definisikan masalah
2) Lakukan telaah pustaka
3) Rancang cara pendekatannya
4) Kumpulkan data
5) Analisis data dan buat interpretasinya
6) Susun laporan






Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 108















EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan pengertian desain penelitian dalam arti sempit?
2. Jelaskan pengertian penelitian deskriptif?
3. Sebutkan tiga karakteristik penelitian deskriptif?
4. Jelaskan pengertian penelitian deskriptif jenis studi survei dan studi komparatif?
5. Sebutkan jenis studi kasus pada rancangan penelitian deskriptif?
6. Sebutkan dua sumber penelitian deskriptif jenis studi kepustakaan?
7. Sebutkan langlah-langkah penelitian historis?
8. Jelaskan pengertian studi korelasi?
9. Sebutkan kelebihan studi korelasi?
10.Buatlah topik penelitian yang berkaitan dengan studi evaluasi?






Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 109






TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian
survei analitik

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:
q. Menjelaskan konsep dasar desain penelitian analitik
r. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi cross-sectional mencakup konsep dasar,
tujuan, langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi cross-sectional (studi
potong lintang)
s. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi case control mencakup konsep dasar, tujuan,
langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi case-control (studi kasus kontrol)
t. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi cohort mencakup konsep dasar, tujuan,
langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi cohort (studi kohort)

1. Desain Penelitian Observasional/Survei dengan Pendekatan Studi Analitik

Pengertian penelitian survei analitik adalah suatu rancangan penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab
penyakit. Pengertian secara umum studi analitik adalah suatu rancangan penelitian untuk
melihat hubungan dua variabel atau lebih tanpa adanya perlakukan atau intervensi. Tujuan
ini bisa dicapai dengan memperhatikan beberapa pendekatan cara pengumpulan data
berdasarkan waktu dan penentuan objek penelitian.

2. Jenis Penelitian Studi Analitik
BAGIAN-6
DESAIN PENELITIAN SURVEI ANALITIK

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 110

a. Studi Potong Lintang (cross-sectional)
1) Pengertian studi cross-sectional
Pengertian studi cross-sectional adalah suatu rancangan penelitian observasional
yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel
dependen dimana pengukurannya dilakukan pada satu saat (serentak). Menurut
Sastroasmoro dan Ismael (2002) menyatakan studi cross-sectional adalah peneliti mencari
hubungan faktor risiko dengan faktor efek dengan melakukan pengukuran sesaat. Murti
(2007) menyampaikan studi cross-sectional adalah rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status paparan dan
penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode.
Operasionalisasi pengukuran sesaat yang dilakukan pada studi cross sectional
adalah sebagai berikut:

R+E+
R- E+
R+E-
R- E-
Variabel penelitian
dikumpulkan dalam
waktu satu saat
Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 6.1. Skema dasar studi cross-sectional



Berdasarkan gambar tersebut, faktor risiko (R) dan faktor efek (E) yang
merupakan variabel penelitian dikumpulkan secara bersamaan atau serentak. Peneliti tidak
memisahkan dari awal faktor risiko ataupun faktor efek didalam suatu populasi.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 111

Pada studi cross-sectional, untuk memudahkan pengambilan data maka peneliti
menetapkan populasi penelitian, sampel penelitian terjangkau selanjutnya peneliti
menghitung besar sampel dan menetapkannya. Maka peneliti mengumpulkan data faktor
risiko dan faktor efek secara bersamaan seperti tertera pada Gambar 6.2. berikut ini:












Gambar 6.2. Alur penelitian studi cross-sectional
Hampir banyak peneliti menggunakan studi potong lintang yang dikenal juga
dengan studi cross sectional terutama dalam bidang kesehatan. Studi cross-sectional ini
dinamakan juga survei prevalensi (Kleinbaum et al. 1982, karena studi ini memotret
frekuensi dan karakter penyakit, serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi dan
pada satu saat tertentu jadi tidak ada follow up. Satu saat atau satu periode bisa dalam
ukuran waktu bulan atau tahun. Sebaiknya ukurannya adalah jangka waktu 1 tahun
kalender dilangsungkannya penelitian. Studi ini dapat juga dilakukan pada satu peristiwa
penting yang dialami individu, misalnya tingkat stress saat mengalami kehamilan
primipara pada PUS, tingkat depresi pada saat memasuki masa lansia. Dalam hal inilah
waktu actual yang kita sebut suatu saat bervariasi antara satu orang dengan orang lain.
Terpenting variabel penelitian dikumpulkan atau diukur dalam waktu satu saat secara
bersamaan.

Populasi
Efek (+)
Sampel
Efek (-)
Efek (-)
Efek (-)
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 112

2) Tujuan studi cross sectional adalah:
a) untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada
populasi sasaran
b) Untuk memperoleh faktor risiko dan faktor efek secara bersamaan berdasarkan studi
etilogi
c) Untuk memperoleh ada atau tidaknya hubungan dua variabel atau lebih berdasarkan
masalah penelitian.

3) Langkah-langkah studi cross-sectional adalah
a) Peneliti membuat rumusan masalah penelitian
Rumusan masalah penelitian pada studi cross-sectional bisa dalam bentuk
pernyataan atau pertanyaan. Misalnya dalam studi cross- sectional ini peneliti membuat
rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu:

Apakah ada hubungan sikap ibu dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan
imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X Tahun 2009

b) Peneliti mengidentifikasi variabel penelitian yang mencakup variabel independen
(faktor risiko) dan variabel dependen (faktor efek)

Identifikasi variabel penelitian dalam studi cross-sectional harus cermat dan jelas
karena dimungkinkan tidak semua variabel independen (faktor Risiko) dihubungkan
dengan variabel dependen (faktor efek). Selain itu identifikasi variabel penelitian
digunakan untuk membuat operasionalisasi variabel penelitian. Misalnya lanjutan pada
point a) maka peneliti dapat mengidentifkasi variabel penelitian ini adalah sebagai
berikut:


Variabel independen (faktor risiko) yang diteliti adalah sikap ibu
Variabel dependen (faktor efek) yang diteliti adalah kepatuhan ibu


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 113

c) Peneliti menetapkan hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian dapat dibuat dengan mengacu pada identifikasi variabel
penelitian. Hipotesis ini diperlukan guna untuk menjawab pertanyaan penelitian. Maka
hipotesis penelitian pada studi cross-sectional dapat berupa:

Hipotesis Null (Ho): Tidak Ada hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan
ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi
Hipotesis Alternatif (Ha): Ada hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan
ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi

d) Peneliti menetapkan subjek penelitian
Penetapan subjek penelitian pada studi cross-sectional dimulai dengan
menetapkan populasi penelitian dalam bentuk populasi terjangkau, misalnya Rumah
Sakit, Puskesmas, Wilayah (Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa, dan RW), atau dari
masyarakat umum. Salah satu yang harus diperhatikan dalam penentuan populasi
terjangkau adalah besarnya kemungkinan untuk memperoleh variabel independen (faktor
risiko) yang diteliti dikhawatirkan variabel tersebut variabilitasnya homogen atau kecil
bahkan tidak ada.
Misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi dengan PHBS pada penderita Kusta. Maka peneliti menetapkan populasi
terjangkaunya jangan dimasyarakat umum atau Rumah Sakit Umum karena berpeluang
besar variabilitasnya homogen atau kecil, jadi populasi terjangkaunya adalah Rumah
Sakit Khusus Penderita Kusta.
Berdasarkan hal tersebut, maka kita dapat menetapkan subjek penelitian pada
contoh tersebut diatas yaitu:

Populasi terjangkau penelitian tersebut adalah semua ibu yang mempunyai
bayi dan berkunjung ke Puskesmas Y
Sampel penelitian tinggal dihitung dengan pendekatan besar sampel yang
sesuai dengan disain penelitian (akan dibahas pada bab populasi dan sampel)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 114


e) Peneliti melakukan pengukuran
Pengukuran pada studi cross-sectional adalah melakukan pengukuran faktor risiko
dan faktor efek sesuai dengan kaidah dan prinsip pengukuran ilmiah. Pada contoh
tersebut diatas maka dapat diperoleh sebagai berikut:

Faktor risiko yaitu sikap diukur dengan pertanyaan dalam kuesioner apakah
sikapnya mendukung atau tidak mendukung
Faktor efek yaitu kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada bayinya

f) Peneliti melakukan analisis data
Analisis data pada studi cross-sectional dilakukan melalui uji statitik untuk
menjawab hipotesis dan analisis resiko relatif yang digunakan untuk mengetahui besar
risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis data yang menggunakan
resiko relative lebih sering dihitung dan digunakan dalam studi cross-sectional untuk
mengidentifikan faktor resiko.
Risiko Relatif (RR) adalah ukuran yang menunjukan berapa kali (bisa lebih besar
atau lebih kecil) risiko untuk mengalami penyakit pada populasi terpapar relatif
dibandingkan populasi tak terpapar (Kleinbaum et. Al, 1982). Risiko relatif pada studi
cross-sectional adalah perbandingan antara prevalens penyakit (efek) pada kelompok
dengan risiko, dengan prevalens efek pada kelompok tanpa resiko.
Pada studi cross-sectional pengukuran faktor risiko tidak akan memperoleh nilai
RR murni karena tidak membandingkan insidens penyakit pada kelompok risiko dengan
insidens penyakit pada kelompok tanpa risiko yang diukur dalam periode waktu tertentu.
Maka RR yang murni hanya dapat ditemukan pada studi kohor.
Faktor risiko yang digunakan dalam studi cross-sectional adalah Rasio Prevalens
yang disingkat dengan RP. Prevalens adalah perbandingan antara jumlah subjek dengan
penyakit (lama dan baru) pada satu saat dengan seluruh subjek yang ada (Sastroasmoro,
2002). Pengertian prevalens yang lain adalah suatu kejadian penyakit (penderita lama dan
baru) yang dibandingkan dengan seluruh populasi yang berisiko terkena penyakit. Ratio

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 115

adalah perbandingan efek dengan efek yang lain. Ratio Prevalens dihitung dengan cara
sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2, dengan formula sebagai berikut:
Tabel. 6.1. Formula Penghitungan Ratio Prevalens (RP)
Variabel Independen
(Faktor Risiko)
Variabel Dependen (Efek) Jumlah
Ya Tidak
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:
a = subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek
b = subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
c = subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
d = subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek

Berdasarkan Tabel 6.1. maka formula perhitungan Ratio Prevalens yang digunakan
untuk mengetahui besar risiko pada studi cross-sectional adalah sebagai berikut:

RP = a/(a+b) : c/(c+d)

Catatan:
a/(a+b) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang
mengalami efek
c/(c+d) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek

Rasio prevalens harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence
interval) yang dikehendaki, yang akan menentukan apakah rasio prevalens tersebut
bermakna atau tidak dengan parameter sebagai berikut:
Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal
maka faktor risiko tersebut bermakna

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 116

Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya
maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.

Interpretasi hasil rasio prevalens dalam studi cross-sectional selain didasarkan pada
nilai confidence interval (CI) juga didasarkan pada nilai rasio prevalens (RP) dengan
parameter sebagai berikut:
Jika RP= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko
Jika RP > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya
variabel independen merupakan faktor risiko
Jika RP < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel
independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah

Misalnya: penelitian tentang sikap dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan
imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X tahun 2009, hasil pengolahan data melalui
Program SPSS adalah sebagai berikut:


hslsi kap * kepatuhan ibu dl am pemberian imunisasi Crosstabulation
31 61 92
19,3 72,7 92,0
33,7% 66,3% 100,0%
3 67 70
14,7 55,3 70,0
4,3% 95,7% 100,0%
34 128 162
34,0 128,0 162,0
21,0% 79,0% 100,0%
Count
Expected Count
% wit hin hslsikap
Count
Expected Count
% wit hin hslsikap
Count
Expected Count
% wit hin hslsikap
,00
1,00
hslsikap
Total
tidak patuh patuh
kepatuhan ibu dlam
pemberian imunisasi
Total

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 117





Dari hasil pengolahan data tersebut, maka peneliti dapat menjawab uji hipotesis dan
dapat menentukan apakah sikap ibu merupakan faktor risiko terhadap kepatuhan ibu.

Untuk menjawab uji hipotesis maka, peneliti dapat melihat Nilai-p yaitu
0,0001. Kesimpulannya pada 5% Ho Ditolak artinya ada hubungan yang
signifikan antara sikap ibu dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan
imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X tahun 2009 (p=0,0001)

Chi-Square Tests
20,735
b
1 ,000
18,999 1 ,000
24,125 1 ,000
,000 ,000
20,607 1 ,000
162
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 table
a.
0 cells (,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is
14,69.
b.
Risk Esti mate
11,350 3,302 39,017
7,862 2,506 24,672
,693 ,594 ,808
162
Odds Rat io f or hslsikap
(,00 / 1,00)
For cohort kepatuhan
ibu dlam pemberian
imunisasi = t idak patuh
For cohort kepatuhan
ibu dlam pemberian
imunisasi = patuh
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idence
Interv al

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 118

Untuk mengetahui apakah sikap ibu merupakan faktor risiko, maka peneliti
melakukan perhitungan rasio prevalens dengan melihat hasil pengolahan data
pada Risk Estimate yaitu pada bagian For cohort kepatuhan ibu dalam
pemberian imunisasi=tidak patuh yaitu dengan nilai rasio prevalens (RP)
adalah 7,862 dan pada CI 95% diperoleh nilai 2,506-24,672.

Maka Sikap merupakan Faktor Risiko karena nilai RP > 1 (7,9) dan nilai CI
95% lebih dari 1 (2,506-24,672) sehingga rasio prevalens bermakna. Ini
berarti bahwa ibu yang mempunyai sikap pasif tidak akan patuh
melaksanakan imunisasi dasar pada bayinya 7,9 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan sikap ibu yang aktif

Nilai rasio prevalens tersebut diatas, akan dicoba dihitung secara manual
dengan menggunakan formula RP sebagai berikut:
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
RP = 31/92 : 3/70
RP = 0,34: 0,043
RP = 7,9
g) Peneliti membuat laporan hasil penelitian

Penyajian hasil penelitian pada studi cross-sectional pembuatan persentasenya
berdasarkan nilai variabel independen (faktor risiko) juga dilengkapi dengan nilai-p,
nilai RP, dan nilai 95% CI seperti berikut ini:

Tabel 6.2. Hubungan Sikap Ibu dengan Kepatuhan Ibu terhadap Pemberian Imunisasi
Dasar pada Bayi di Puskesmas X tahun 2009

No Sikap Ibu Kepatuhan Ibu Jumlah RP
95% CI
p-
value Tidak Ya
n % N % n %

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 119

1. Pasif 31 33,7 61 66,3 92 100 7,9
(2,506-
24,672)
0,0001
2. Aktif 3 4,3 67 95,7 70 100
Jumlah 34 21,0 128 79,0 162 100

Maka cara interpretasinya adalah:
Hasil analisis hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan ibu diperoleh bahwa sikap
ibu yang pasif yang tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada
bayinya sebanyak 31 (33,7%) dari 92 ibu, sedangkan diantara sikap ibu yang aktif ada
yang tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada bayinya sebanyak 3
(4,3%) dari 70 ibu.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0001 maka dapat disimpulkan pada 5% ada
perbedaan proporsi kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi (ada
hubungan yang signifikan antara sikap dan kepatuhan).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai RP=7,9 dan nilai 95% CI=2,506-24,672, maka
sikap merupakan faktor risiko. Ini berarti bahwa sikap ibu yang pasif mempunyai
peluang 7,9 kali untuk tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada
bayinya.

Kelebihan Studi Cross-sectional

1) Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para
pasien yang mencari perawatan dan pengobatan.
2) Studi ini relative mudah, murah, dan hasilnya sepat dapat diperoleh
3) Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
4) Jarang terancam loss to follow-up (droup out)
5) Dapat dimasukan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohor atau
eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya
6) Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat konklusif

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 120


Kekurangan Studi Cross-sectional

1) Sulit untuk menemukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan
2) Tidak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat
merugikan kesehatan (faktor risiko)
3) Tidak ada subjek yang kehilangan kesempatan memperoleh perlakuan yang
diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang kebetulan menjadi kontrol dalam
penelitian
4) Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit yang
panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang
cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kecepatan yang lebih kecil untuk
terjaring dalam studi ini
5) Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak
6) Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis
7) Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang
8) Potensial terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek suatu faktor risiko
selama selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.

b. Studi Kasus Kontrol (Case Control)

Studi kasus kontrol dalam penelitian termasuk studi analitik yang digunakan untuk
menguji sebab akibat dan berpegang pada pengembangan data baru. Kunci dari studi
analitik adalah untuk menjamin bawa studi didesain dengan tepat sehingga temuannya
dapat dipercaya (reliable) dan valid. Jika desain dilakukan dengan tepat, kesimpulan
yang lebih pasti tentang hubungan sebab akibat dapat ditarik dari temuannya. Penelitian
analitik yang terencana kurang lebih sama dengan uji klinis dan desain eksperimental.
Salah satu penelitian analitik diantaranya adalah studi kasus kontrol

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 121





Definisi Studi Kasus Kontrol
Studi kasus kontrol adalah studi retrospektif karena dilakukan setelah awitan kejadian
penyakit dan ditelusuri kembali untuk menemukan kemungkinan penyebab kejadian
penyakit tersebut (Timmreck, 2005).

Studi kasus kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan
antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya (Murti, 1997)

Studi kasus kontrol adalah penelitian epidemiologi analitik observasional yang menelaah
hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko
(Sastroasmoro dan Ismael, 2002)

Studi kasus kontrol adalah suatu penelitian analitik yang digunakan untuk menyelidiki
orang-orang yang menderita penyakit atau efek (kasus) yang hendak diselidiki
penyebabnya (faktor risiko) dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menderita
penyakit atau efek tersebut (kontrol) yang dilakukan secara retrospektif (Penulis).

Definisi dibuat dengan mengacu kepada alur dasar penelitian kasus kontrol menurut
Kleinbaum, Kupper, and Morgenstern (1982) berikut ini:












N
a
D

D

DE

DE


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 122














Figure 6.3. Case-Control Study

Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut
sebagai case-comparison study, case-compeer study, case-referent study, atau
retrospective study. Desain penelitian kasus-kontrol dapat digunakan untuk menilai
berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit (cause-effect relationship),
seperti hubungan antara perilaku kesehatan dengan kejadian filariasis, hubungan antara
Kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak balita.
Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah
desain eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional,
karena pada studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional
tidak. Desain kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki
beberapa keuntungan. Dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta
analisis yang tepat, studi kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna
dalam berbagai bidang kesehatan masyarakat, terutama untuk model pencegahan
penyakit-penyakit.

N
b
C

C

CE

CE


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 123




Secara operasional skema studi kasus kontrol adalah sebagai berikut:











Gambar 6.4. Skema Dasar Studi Kasus Kontrol

Pada Gambar tersebut diatas, dapat dilihat bahwa studi kasus-kontrol merupakan
suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi populasi
terjangkau sebagai bahan menetapkan sampel untuk kasus dan kontrol. Pasien dengan
efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok
kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok
kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak.

Tujuan studi kasus kontrol adalah:
a) Mengidentifikasi faktor risiko keluhan/tanda/gejala penyakit
b) Mengidentifikasi faktor penyembuhan penyakit
c) Melakukan penelitian lapangan
d) Menilai kegunaan hasil screening dan efikasi hasil pengobatan
Populasi
Terjangkau
Sampel
Kasus
Kontrol
F. Risiko +
F. Risiko -
F. Risiko +
F. Risiko -
Retrospektif
Retrospektif

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 124

e) Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)


Aplikasi Langkah-langkah studi kasus kontrol
a) Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
Langkah awal pelaksanaan studi kasus kontrol adalah membuat pertanyaan penelitian.
Misalnya: Apakah pendidikan dan riwayat kontak ada hubungan dengan terjadinya
penyakit TB Paru di Puskesmas Y tahun 2009?

Selanjutnya peneliti membuat hipotesis berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut
diatas. Misalnya:
5) Hipotesis Null (Ho):
Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya penyakit TB Paru di
Puskesmas Y tahun 2009
Tidak ada hubungan antara riwayat kontak dengan terjadinya penyakit TBP
Paru di Puskesmas Y tahun 2009

6) Hipotesis Alternatif (Ha):
Ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya penyakit TB Paru di
Puskesmas Y tahun 2009
Ada hubungan antara riwayat kontak dengan terjadinya penyakit TB Paru di
Puskesmas Y tahun 2009

b) Mendeskripsikan variabel penelitian: faktor efek dan faktor risiko
Peneliti selanjutnya mendeskripsikan variabel penelitian dengan menentukan faktor
efek dan faktor risiko. Pada contoh diatas maka, dapat diidentifikasi yang menjadi
faktor efek adalah penderita penyakit TB Paru sedangkan faktor risiko adalah
pendidikan dan riwayat kontak.


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 125

Faktor efek dalam studi kasus kontrol ditentukan dari awal pada saat peneliti sudah
mempunyai pertanyaan penelitian. Faktor efek dikategorikan dikotom yaitu positif dan
negatif. Faktor efek positif merupakan kelompok kasus sedangkan faktor efek negatif
merupakan kelompok kontrol.

Faktor risiko yaitu pendidikan yang dikategorikan berdasarkan pendidikan rendah (TS,
SD, SMP/sederjata) dan pendidikan tinggi (SMU/sederajat, PT). sedangkan untuk
faktor risiko riwayat kontak dikategorikan berdasarkan Ya dan Tidak.
c) Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, kontrol), dan cara untuk
pemilihan subyek penelitian
Langkah berikutnya peneliti menentukan populasi terjangkau dalam studi kasus
kontrol. Pendekatan dalam menetapkan populasi terjangkau disesuaikan dengan disain
studi kasus kontrol dimana bisa bersumber pada:
1) Registry based study (hospital based)
Studi kasus kontrol pada sumber hospital based yang menjadi populasi
terjangkaunya adalah rumah sakit sebagai sumber data dasar. Peneliti harus
mendefinisikan kasus terlebih dahulu, dan selanjutnya dilakukan upaya mencari
satu atau lebih populasi (register) untuk mencari kasus yang dimaksud untuk
penelitian yang direncaakan, serta memilih secara acak kelompok kontrol yang
bersumber di rumah sakit.

Register kesehatan tersebut dapat merupakan fasilitas kesehatan rumah sakit,
klinik, puskesmas, dinas kesehatan, atau intansi kesehatan tertentu, misalnya
Lakespra (Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Antariksa), Lakesla (Lembaga
Kesehatan Laut), Unit Pelayanan Kesehatan suatu perusahan (PT Garuda
Indonesia, PT Pertamina), dan Asuransi Kesehatan. Selain itu pada hospital based
baik kasus maupun kontrol berasal dari satu atau beberapa rumah sakit untuk
keperluan suatu penelitian.



Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 126



2) Cohort based study (nested case-control)
Pada cohort based studi naik kasus maupun kontrol dipilih dari suatu populasi
kohor. Pemilihan populasi kohor ditentukan terlebih dahulu sebelum
mendefinisikan kriteria kasus dan kontrol. Hal ini yang membedakan penentuan
populasi terjangkau dengan registry based case control.

Populasi dasar pada cohor based berasalah dari populasi studi kohor, misalnya
kohor para pekerja suatu pabrik dengan pajanan tertentu yang dapat
mengakibatkan beberapa hasil jadi (penyakit). Kasus yang berupa suatu hasil jadi
diidentifikasi diantara kohor. Kontrol yang dipilih secara acak (random) diantara
populasi kohor yang tidak menderita hasiljadi tertentu.

3) Population based case control
Pada desain ini populasi terjangkau bisa bersumber pada satu atau beberapa rumah
sakit, sedangkan kontrol berasal dari populasi rujukan sumber tempat kasus dan
kontrol bertempat tinggal.

4) Case cohort (case based study)
Pada tahun-tahun terakhir, beberapa peneliti mengemukakan bahwa dalam beberap
keadaan lebih praktis memilih kontrol secara acak dari populasi kohor pada awal
penelitian. Sedangkan kasus terdiri dari semua subjek yang menderita suatu
hasijadi yang sedang diteliti selama jangka waktu penelitian. Subjek yang
mengalami hasil jadi (penyakit) yang berasal dari populasi kontrol yang dipilih
secara aca pada awal penelitian dikeluarkan dari populasi kontrol, dan dimasukan
pada kelompok kasus.


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 127

Hasiljadi (penyakit) sangat jarang dijumpai serta subjek yang putus dan pada
penelitian (loss to follow-up) sedikit, makan analisis dapat dilakukan dengan
metode kasus-kontrol pada umumnya.

Populasi terjangkau merupakan peta awal peneliti menetapkan kelompok kasus dan
kontrol baik menggunakan pendekatan sampel atau pendekatan populasi. Peneliti
menetapkan kelompok kasus dan kontrol perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Pemilihan Kasus
Peneliti, dalam melakukan pemilihan kelompok kasus harus memperhatikan
kriteria:
(a) Kriteria diagnosis
Kriteria diagnosis dan definisi operasional kasus harus dibuat sejelas-
jelasnya, agar tidak menimbulkan bias pengukuran (miisklasifikasi). Misalnya
bila variabel hasilnya adalah kejadian stroke, harus dipastikan dulu sebelum
pengukuran.
(b) Populasi sumber kasus
Populasi sumber kasus sesuai dengan desain studi kasus kontrol bisa
bersumber pada hospital based, population based, cohort based, atau case
cohort based.
Keuntungan pemilihan kasus berdasarkan hospital based adalah lebih praktis
dan murah, pasien yang dirawat di rumah sakit umumnya lebih menyadari
berbagai faktor risiko yang dialaminya sehingga mengurangi bias mengingat
kembali (recall bias). Kerugiannya adalah mudah terjadi bias yang berkaitan
dengan preferensi dan penggunaan rumah sakit misalnya bias sentripental
yaitu bias dalam seleksi subyek (kasus) disebabkan pemilihan pasien terhadap
fasilitas pelayanan medic dipengaruhi oleh reputasi pelayanan medik. Bisa
juga terjadi bias akses diagnostic yaitu bias dalam seleksi subjek (yaitu,
kasus) disebabkan pemilihan pasien terhadap pelayanan medic dipengaruhi
oleh kemampuan aksesnya terhadap fasilitas pelayanan medik.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 128

Keuntungan memilih kasus berdasarkan population based adalah
menghindarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan subjek untuk
menggunakan fasilitas pelayanan medic tertentu, dapat memberikan
gambaran karakter populasi asal kasus secara langsung. Sedangkan
kekurangannya adalah membutuhkan biaya dan logistic yang lebih besar
ketimbang dari rumah sakit.
(c) Jenis data penyakit
Dalam pemilihan kasus jenis data penyakit yang digunakan sebaiknya adalah
data insidensi. Kalau data prevalensi kita ambil maka untuk peyakit lama
sakitnya singkat atau mortalitasnya sangat tinggi. Kelompok kasus tidak akan
menggambarkan keadaan kasus dalam populasi. Alasan lainnya akan terjadi
kekaburan sekuensi temporal. Namun pada kondisi tertentu kongenital, buta
warna, golongan darah) atau penelitian tentang faktor risiko penelitian
tentang faktor risiko penyakit menahun yang tidak fatal misalnya obesitas.
Maka secara umum pada studi kasus kontrol dianjurkan untuk menggunakan
data insidensi ketimbang data prevalensi.

2) Pemilihan Kontrol
Tiga hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrol diantaranya
adalah:
a) Karakter populasi sumber kasus
Kontrol yang terpilih tidak perlu mencerminkan populasi semua individu yang
terkena penyakit yang diteliti, terpenting kontrol harus dipilih dari populasi
individu-individu yang memiliki karakteristik serupa dengan kasus tetapi tidak
mempunyai penyakit yang diteliti. Karena tujuannya adalah untuk menaksir
hubungan paparan dan penyakit pada populasi bukan untuk mendeskriprikan
distribusi penyakit dan paparan pada populasi umum.


b) Matching

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 129

Untuk mendapatkan kontrol yang baik ialaha dengan cara melakukan
matching, yaitu memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus
dalam semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali
variabel yang diteliti. Bila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai
variabel yang mungkin berperan terhadap kejadian penyakit (kecuali yang
sedang diteliti) dapat disamakan, sehingga dapat diperoleh asosiasi yang lebih
kuat antara variabel yang sedang diteliti dengan penyakit.
c) Sumber kontrol
Pada umumnya sumber kontrol dapat berasal dari:
Rumah Sakit, Lembaga Kesehatan, dan Puskesmas
Cara pemilihan kontrol yang berasal dari rumah sakit atau lembaga
kesehatan disebut juga hospital control. Asumsi yang dibuat dengan
memilih kontrol pasien rumah sakit adalah pasien rumah sakit
bersangkutan masih dapat menggambarkan populasi tempat kasus berasal
terhadap pemajanan variabel yang akan diteliti. Sudah tentu asumsi
tersebut tidak seluruhnya benar, karena biasanya suatu rumah sakit akan
menerima pasien dari suatu jenis penyakit tertentu karena pelayanan
rumah sakit itu dikenal untuk jenis pelayanan tertentu. Misalnya untuk
pelayanan rujukan utama kelainan obstetri. Pasien yang yang tidak
menderita kelainan obstetric tidak akan datang ke rumah sakit yang
bersangkutan sehingga kalau diipilih kasus kehamilan ektopik sebagai
kasus penelitian dan sebagai kontrol dipakai pasien dari klinik antenatal
di bagian kebidanan dari rumah sakit rujukan, pasien yang datang ke
rumah sakit tersebut biasanya hanya terdiri dari sebagian kecil wanita
hami, yang terdiri dari pasien antenatal yang memang dirujuk dan
disangka mempunyai kelainan kebidanan, bukan semua wanita dengan
kehamilan normal. Kelompok pasien wanita hamil di rumah sakit
tersebut tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari wanita
hamil dalam masyarakat rujukan kasus yang mempunyai risiko hamil
ektopik.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 130


Keuntungan memilih kontrol dirumah sakit adalah mudah dan murah,
pasien yang dirawat di rumah sakit pada umumnya lebih menyadari
berbagai paparan faktor dan peristiwa yang dialami ketiimbang individu-
individu yang sehat sehingga mengurangi bias mengingat kembali, dan
lebih kooperatif. Kerugian memilih kontrol di rumah sakit adalah orang
sakit (dengan penyakit lain). Sesungguhnya mereka berbeda dari
individu-individu yang sehat dalam beberapa hal, termasuk faktor-faktor
yang berkaitan dengan kesakitan dan perawatan di rumah sakit, bias akan
terjadi jika kotrol mengidap penyakit yang mempunyai hubungan dengan
paparan penelitian dan penyakit itu yang berhubungan dengan penyakit
yang sedang diteliti.

Jika kasus berasal dari suatu rumah sakit, lembaga kesehatan, atau rempat
kerja untuk menghemat biaya dapat dipakai kontrol yang berasal dari
tempat yang sama. Kontrol harus bersumber dari populasi yang terkena
pajanan suatu faktor risiko yang sedang diteliti.

Praktek Pelayanan Kesehatan Swasta (dokter, bidan, perawat, analisis
kesehatan)
Kontrol yang bersumber pada praktek pelayanan kesehatan dapat
dilakukan dengan cara menjaring pasien yang berkunjung. Kontrol yang
bersumber pada jenis ini lebih praktis dan ekonomis hanya mempunyai
risiko kontrol yang sepadan agak sulit ditemui karena pasien yang
berkunjung bisa berulang-ulang.

Komunitas/populasi/masyarakat
Kontrol yang berasal dari komunitas suatu wilayah geografis tertentu
disebut kontrol komunitas (community control), atau disebut juga kotrol
populasi (population based controls). Memilih kontrol suatu daerah

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 131

georafis diasumsikan bahwa penduduk yang berasal dari daerah tersebut
lebih menggambarkan populasi yang mempunyai risiko pajanan yang
sama seperti pada kasus. Kontrol komunitas akan sangat berarti jika
semua kasus yang diteliti berasal dari satu atau beberapa rumah sakit di
suatu wilayah, yang sebagian besar yang terdapat di wilayah tersebut
dapat dicakup semuanya oleh rumah sakit-rumah sakit yang
bersangkutan.

Keuntungan adalah perbandingan dapat dilakukan dengan lebih baik
sebab populasi sumber kontrol setara dengan populasi asal kasus yaitu
populasi umum itu, kontrol yang dipilih merupakan individu pembanding
yang memang sehat. Kerugiannya adalah mencari dan mewawancarai
kontrol biasanya memerlukan banyak waktu dan biaya, individu-individu
yang sehat biasanya kurang perhatian tentang paparan yang pernah
dialami, sehingga mengurangi keakurasian informasi yang diberikan,
motivasi yang rendah untuk berpartisipasi dalam penelitian dapat menjadi
ancaman serius validitas, jika terdapat perbedaan prevalensi paparan
antara yang mau dan tidak mau mengikuti penelitian.


Kontrol yang bersumber dari saudara atau teman bekerja
Alternatif lain dalam memilih kontrol ialah dengan memilih saudara,
kerabat atau teman satu kantor kasus. Pemilihan kelompok kontrol yang
berasal dari saudara, kerabat atau teman kerja biasanya sukar
dilaksanakan, antara lain disebabkan jika kasus tidak mempunyai saudara
atau saudaranya bertempat tinggal di kota yang berbeda atau kasus tidak
bekerja.

Misalnya pada contoh tersebut diatas yang menjadi populasi
terjangkaunya adalah Penderita TB Paru di Puskesmas X tahun 2009.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 132

Yang menjadi kelompok kasus adalah pasien yang datang berobat ke
Puskesmas Y dan dinyatakan sebagai penderitan TB Paru BTA (+)
berdasarkan hasil uji dahak dari laboratorium sedangkan yang menjadi
kontrol adalah pasien yang datang berobat ke Puskesmas Y dan
dinyatakan sebagai penderitan TB Paru BTA (-) berdasarkan hasil uji
dahak dari laboratorium. Faktor risiko Positif variabel pendidikan jika
pasien tersebut status pendidikan rendah dan faktor risiko negatif jika
pasien status pendidikan tinggi. Untuk faktor risiko riwayat kontak
positif jika orang tersebut tinggal satu rumah atau pernah kontak
langsung dengan orang lain yang menderita TB Paru sedangkan bila
riwayat kontak negatif jika orang tersebut tidak tinggal satu rumah atau
tidak pernah kontak langsung dengan orang lain yang menderita TB
Paru.

d) Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor risiko
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan hal
sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek, seperti disebutkan harus sudah
didefinisikan secara operasional dalam bagian operasionalisasi variabel.

Misalnya pada kasus tersebut diatas, maka peneliti pertama kali menetapkan
kelompok kasus yang diidentifikasi oleh Puskesmas melalui uji laboratorium BTA (+)
dan ditetapkan jumlahnya sesuai besar sampel. Selanjutnya peneliti menetapkan
kontrol yang penderita TB Paru tetapi uji laboratorium (-). Setelah menetapkan
kelompok kasus dan kontrol selanjutnya peneliti melakukan kajian melalui alat
pengumpulan data kuesioner untuk mengetahui faktor risiko status pendidikan dan
riwayat kontak. Secara operasional dapat dilihat pada alur penelitian berikut ini:




Kasus/TB
Paru BTA (+)
Pendidikan
Rendah/Riwayat
Kontak (+)
Retrospektif

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 133













Gambar 6.5. Skema Penelitian Kasus Kontrol




e) Menganalisis data
Pada studi kasus kontrol, peneliti memilih subjek berdasarkan status penyakit,
kemudian melihat ke belakang dan mencatat status paparan. Pada kasus maupun
kontrol dicatat apakah ia terpapar atau tidak terpapar faktor risiko. Karena tidak
mengamati sejak pertama kali terpapar atau tidak terpapar faktor risiko, maka pada
studi kasus kontrol peneliti hamper tidak mungkin memperoleh informasi tentang
laju insidensi penyakit. Akibatnya rumus RR pada studi kasus kontrol tiak dapat
diterapkan pada studi kasus kontrol. Sebagai gantinya, untuk mendekati RR
digunakan ukuran lainnya yang disebu dengan odds ratio (OR).

Odds adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan rasio antara dua nilai variabel
dikotomi, misalnya antara sukses dan gagal, sakit dan sehat, hidup dan mati, terpapar
dan tidak terpapar. Maka odds terdiri dari odds kasus terdiri dari odds kasus (a/b)
Populasi
Terjangkau/Pus
kesmas
Sampel
Kontrol/TB
Paru (-)
Pendidikan
Rendah/Riwayat
Kontak (-)

Pendidikan
Rendah/Riwayat
Kontak (+)

Pendidikan
Rendah/Riwayat
Kontak (-)
Retrospektif

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 134

adalah rasio antara banyaknya kasus terpapar dan kasus tidak terpapar. Sedangkan
odds kontrol adalah rasio antara banyaknya kontrol yang terpapar dan kontrol tidak
terpapar. Selanjutnya kekuatan asosiasi paparan dan penyakit dapat diukur dengan
jalan membandiingkan odds subyek sakit dan odds subjek tidak sakit. Parameter
inilah yang disebut odds ratio (OR) untuk studi kasus kontrol. OR dapat dihitung
dengan cara sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2, dengan formula
sebagai berikut:
Tabel. 6.2. Formula Penghitungan Odds Ratio
Variabel Independen
(Faktor Risiko)
Variabel Dependen Jumlah
Kasus Kontrol
+ a b a+b
- c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d


Keterangan:
a = kasus yang mengalami faktor risiko (+)
b = kontrol yang mengalami faktor risiko (+)
c = Kasus yang tidak mengalami faktor risiko (-)
d = kontrol yang tidak mengalami faktor risiko (-)

Berdasarkan Tabel 6.2. maka formula perhitungan odds ratio (OR) yang digunakan
untuk mengetahui besar risiko pada studi kasus kontrol adalah sebagai berikut:

OR ={ a/(a+b) : b/(a+b)}: {c/(c+d): d/(c=d)}
OR = a/b:c/d
OR = ad/bc


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 135

OR harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang
dikehendaki, yang akan menentukan apakah OR tersebut bermakna atau tidak dengan
parameter sebagai berikut:
Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal
maka faktor risiko tersebut bermakna
Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya
maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.

Interpretasi hasil OR dalam studi kasus kontrol selain didasarkan pada nilai
confidence interval (CI) juga didasarkan pada nilai OR dengan parameter sebagai
berikut:
Jika OR= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko
Jika OR > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya
variabel independen merupakan faktor risiko
Jika OR < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel
independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah
Misalnya: penelitian tentang riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru di
Puskesmas Y, hasil pengolahan data melalui Program SPSS adalah sebagai berikut:

kontak * status Crosstabul ation
29 18 47
23.5 23.5 47.0
72.5% 45.0% 58.8%
11 22 33
16.5 16.5 33.0
27.5% 55.0% 41.3%
40 40 80
40.0 40.0 80.0
100.0% 100.0% 100.0%
Count
Expected Count
% wit hin stat us
Count
Expected Count
% wit hin stat us
Count
Expected Count
% wit hin stat us
ya
tidak
kontak
Total
kasus kontrol
status
Total

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 136



Dari hasil pengolahan data tersebut, maka peneliti dapat menjawab uji hipotesis dan
dapat menentukan apakah riwayat kontak merupakan faktor risiko terhadap kejadian
penyakit TB Paru di Puskesmas Y

Untuk menjawab uji hipotesis maka, peneliti dapat melihat Nilai-p yaitu
0,023. Kesimpulannya pada 5% Ho Ditolak artinya ada hubungan yang
signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru di
Puskesmas Y tahun 2009 (p=0,023)

Untuk mengetahui apakah riwayat kontak merupakan faktor risiko, maka
peneliti melakukan perhitungan OR dengan melihat hasil pengolahan data
pada Risk Estimate yaitu pada bagian Odds ratio for kontak (ya/tidak) yaitu
dengan nilai OR adalah 3,222 dan pada CI 95% diperoleh nilai 1,268-8,188.
Chi-Square Tests
6.241
b
1 .012
5.158 1 .023
6.336 1 .012
.022 .011
6.163 1 .013
80
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 table
a.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 16.
50.
b.
Risk Esti mate
3.222 1.268 8.188
1.851 1.087 3.153
.574 .372 .888
80
Odds Rat io f or kontak (ya /
tidak)
For cohort status = kasus
For cohort status = kontrol
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idence
Interv al

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 137


Maka riwayat kontak merupakan Faktor Risiko karena nilai OR> 1 (3,222)
dan nilai CI 95% lebih dari 1 (1,268-8,188) sehingga OR bermakna. Ini
berarti bahwa seseorang yang mempunyai riwayat kontak dengan penderita
TB Paru akan berrisiko 3 kali lebih tinggi tertular penyakit TB Paru
dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai riwayat kontak.

Nilai OR tersebut diatas, dapat dihitung secara manual dengan menggunakan
formula OR sebagai berikut:
OR = ad/bc
OR = (29 x 22) : (18 x 11)
OR = 638 : 198
OR = 3,22

Analisis pada studi kasus kontrol dapat juga menghitung dampak pada
masyarakat jika faktor risiko dihilangkan yaitu dengan cara menghitung
population attributable risk (PAR) dengan formula perhitungan sebagai
berikut:

PAR = p (r-1) : p (r-1)+1

Keterangan:
p = proporsi subjek yang terpajan pada populasi yakni (a+b)/(a+b+c+d) dalam
tabel 2 x 2
r = rasio odds (atau risiko reralatif pada studi kohort), dengan syarat r > 1

Maka conttoh tersebut diatas, dapat dihitung PARnya, yaitu:
PAR = p (r-1) : p (r-1)+1
PAR = 47/80 (3,22-1) : 47/80 (3,222-1)+1
PAR = 0,5875 (2,222) : 0,5875 (2,222)+1

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 138

PAR = 1,305 : 2,305
PAR = 0,57


Interpretasinya adalah hamper 57% kejadian penyakit TB Paru dapat dicegah
dengan menghilangkan faktor risiko, dalam hal ini adalah riwayat kontak
dengan penderita penyakit TB Paru BTA (+).

f) Membuat laporan hasil penelitian
Penyajian hasil penelitian pada studi kasus kontrol pembuatan persentasenya
berdasarkan nilai variabel dependen (faktor efek) juga dilengkapi dengan nilai-p, nilai
OR, dan nilai 95% CI seperti berikut ini:






Tabel 6.4 Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Puskesmas Y
tahun 2009

No Riwayat
Kontak
TB Paru Jumlah RP
95% CI
p-
value Kasus Kontrol
n % n % n %
1. Ya 29 72,5 18 45 47 58,8 3,222
(1,268-
8,188)
0,023
2. Tidak 11 27,5 22 55 33 41,2
Jumlah 40 100 40 100 80 100


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 139

Maka cara interpretasinya adalah:
Hasil analisis hubungan riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru diperoleh
bahwa pada kelompok kasus yang mempunyai riwayat kontak sebanyak 29 (72,5%)
sedangkan pada kelompok kontrol yang mempunyai riwayat kontak sebanyak 18
(45%). Maka proporsi pajanan oleh faktor risiko lebih tinggi pada kelompok kasus
dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,023 maka dapat disimpulkan pada 5% ada
perbedaan proporsi pajanan dianatara kelompok kasus dan kelompok kontrol (ada
hubungan yang signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB paru di
Puskesmas Y).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,22 dan nilai 95% CI=1,268-8,188 maka
riwayat kontak merupakan faktor risiko. Ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai
riwayat kontak dengan penderita TB Paru akan berrisiko 3 kali lebih tinggi tertular
penyakit TB Paru dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai riwayat
kontak.

Kelebihan Studi Kasus Kontrol
1) Studi kasus kontrol, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk
meneliti kasus yang jarang atau masa latennya panjang
2) Hasil dapat diperoleh dengan cepat
3) Biaya yang diperlukan relative lebih sedikit
4) Memerlukan subjek penelitian yang lebih sedikit
5) Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai faktor risiko sekaligus dalam satu
penelitian

Kelemahan Studi kasus Kontrol
1) Alur metodologi inferensial kausal yang bertentang dengan logika eksperimen klasik
2) Secara umum tidak efisien untuk mempelajari paparan-paparan yang langka

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 140

3) Peneliti tidak dapat menhitung laju insidensi (kecepatan kejadian penyakit) baik pada
populasi yang terpapar atau yang tidak terpapar
4) Pada beberapa situasi tertentu tidak mudah untuk memastikan hubungan tempoaral
antara paparan dan penyakit sehingga potensi bias seleksi
5) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh sehingga pontensi
terjadi bias informasi
6) Oleh karena kasus maupun kontrol dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinka
bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam pelbagai faktor eksternal dan sumber
bias lainnya.

c. Studi Kohort (Cohort)
Konsep Dasar Studi Kohort
Studi kohort adalah rancangan penelitian analitik yang dilakukan dengan cara
mengidentifikasi faktor risiko terlebih dahulu, kemudian subje diikuti sampai periode
waktu tertentu untuk melihat terjadinya efek atau penyakit tertentu. Studi kohort disebut
juga penelitian longitudinal secara prospektif.

Istilah cohort berasal dari bahasa romawi kuno yang artinya sekelompok tentara yang
maju berbaris ke medan perang. Model pendekatan yang digunakan oleh studi kohor
adalah pendekatan waktu atau time-period approach. Studi kohort sangat penting untuk
menguji hipotesis tentang penyebab suatu penyakit. Kualitas hasil studi kohort paling
tinggi diantara desain penelitian survey analitik (cross-sectional dan case control) karena
beberapa hal diantaranya:
Pada studi kohort kelompok orang yang akan diteliti (kohort), ditentukan
berdasarkan sifat-sifatnya sebelum terlihat penyakit pada mereka
Kelompok tersebut diikuti untuk jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan
frekuensi penyakit yang timbul dalam kelompok itu
Peneliti dapat mengidentifikasi laju insidensi penyakit berdasarkan tingkat
pajanan


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 141

Dalam penelitian kohort ini dapat dibedakan dua pengertian yaitu kohort retrospektif dan
kohort prospektif. Perbedaan pokoknya terletak pada kasus penyakit, apakah data tersebut
telah ada atau belum pada waktu penelitian dimulai. Bilamana data berasal dari catatan
peristiwa masa lalu/historis yang dikenal sebagai data ex-post facto, maka pendekatan
kohort yang demikian dikenal sebagai kohort retrospektif. Dengan demikian maka pada
kohort yang retrospektif ini, sebab-akibat yang sudah terjadi pada saat penelitian
diadakan. Sedangkan pada kohort prospektif, data kasus penyakit belum ada (belum
terjadi), jadi setelah kohort ditentukan, maka diperlukan waktu untuk dapat menemukan
kasus.

Berdasarkan pengertian lama, istilah prosepktif adalah istilah untuk cohort study dan
retrospektif untuk case control (Fox, 1972). Istilah lain yang kadang-kadang digunakan
adalah concurrent prospective untuk kohort prospektif dan non-cooncurrent prospective.
Misalnya dalam penelitian hubungan antara rubella pada kehamilan muda dan
terdapatnya kelainan congenital pada bayinya.

Bilamana ditentukan terlebih dulu POPULASI wanita hamil muda dan kemudian
diketahui ada yang menderita Rubella dan ada juga yang tidak, lalu kelompok ini diikuti
dan ditentukan beraapa besar frekuensi kelainan congenital pada bayi yang lahir dari
kehamilan dengan Rubella, dan berapa besar yang berasal dari kehamilan ibu tanpa
Rubella, maka penelitian semacam ini merupakan Studi Kohort Prospektif atau
Concurrent Prospective.

Bilamana penelitian dimulai dari CATATAN tentang wanita hamil muda yang
terkena Rubella dan yang tidak, kemudian dilihat pula catatan tentang bayi yang
dilahirkan, sehingga diketahui pula berapa frekuensi kelainan congenital yang terjadi
pada kedua kelompok tersebut, maka penelitian ini merupakan Studi Kohort Retrispektif
atau Noncosurrent Prospective (baik adanya Rubella maupun adanya kelahiran dengan
kelainan congenital sudah terjadi pada waktu penelitian dimulai).


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 142

Bedanya dengan studi kasus kontrol dimulai dengan menentukan adanya kelainan
congenital pada bayi sebagai Kelompok Kasus, lalu dicari kelompok lain yang tidak
memiliki kelainan congenital yang ditetapkan sebagai Kelompok Kontrol. Pada kedua
kelompok ini kemudian diikuti berapa ibu yang waktu hamil muda terkena Rubella.

Rancangan Studi Kohort

Dalam penelitian kohort, peneliti memilih suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang
yang terpapar terhadap suatu lingkungan penyebab (exposed group) dan satu kelompok
orang yang tidak terpapar terhadap suatu lingkungan penyebab (non-ekposed group).
Setelah itu kedua kelompok tersebut diikuti untuk memperbandingkan insidensi penyakit
atau angka kematian karena penyakit) yang muncul pada kedua kelompok tersebut.
Rancangan studi kohort proseptif dapat dilihat pada gambar berikut ini:













Gambar 6.6. Skema Dasar Studi Kohort

Bila terdapat asosiasi yang positif antara paparan (ekposed) dan penyakit maka
diharapkan bahwa proporsi orang yang sakit pada kelompok yang terpapar (incidence
Populasi Sampel
Exposed
Non-
Exposed
Sakit
Tidak
Sakit
Sakit
Tidak
Sakit
Prospektif
Prospektif

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 143

pada kelompok exposed) akan lebih besar daripada proporsi yang sakit pada kelompok
yang tidak terpapar (incidence pada kelompok non-exposed).

Langkah-langkah studi kohort
1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
Langkah awal peneliti dalam melaksanakan studi kohort menetapkan rumusan
masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian. Misalnya dalam bahasan ini peneliti
membuat pertanyaan penelitian yaitu:
Apakah ada hubungan antara merokok dengan penyakit jantung koroner?
Setelah peneliti membuat pertanyaan penelitian, maka selanjutnya dibuatlah
hipotesis penelitian yaitu:
Hipotesis Null (Ho): Tidak ada hubungan antara merokok dengan penyakit
jantung koroner
Hipotesis Alternatif (Ha): Ada hubungan antara merokok dengan penyakit
jantung koroner

2. Menetapkan kohort
Dalam menetapkan kohort, maka kelompok penduduk dapat terpilih dengan berbagai
pertimbangan diantaranya:
a) Kelompok ini mengalami exposure yang luar biasa dibandingkan dengan
kelompok penduduk lainnya, umpamanya kelompok-kelompok pekerja pabrik
yang menggunakan bahan-bahan yang diduga dapat menyebabkan penyakit
b) Kelompok penduduk yang memungkinkan dilakukannya penelitian dengan baik
karena adanya fasilitas untuk follou up atau memungkinkan ditentukannya hasil
akhir suatu penyakit. Yang temasuk dalam kelompok ini umpamanya orang yang
masuk asuransi kesehatan, golongan profesi tertentu,golongan penduduk khusus
yang mendapatkan perawatan kesehatan secara khusus pula, wanita yang hamil
dan melahirkan dan sukarelawan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 144

c) Penentuan kohort dilakukan berdasarkan geografik, yang terpenting pada
kelompok ini, bahwa si peneliti harus dapat dengan mudah mencapai
penduduknya.

3. Memilih kelompok perbandingan
a) Pada beberapa kohort kelompok yang ada akan dibandingkan dengan yang sudah
terdapat di dalamnya, kohort dibagi dalam kelompok: exposed dan nonexposed
b) Terutama pada penelitian terhadap kohort yang mendapatkan exposure luar biasa,
perbandingan dapat dilakukan terhadap angka-angka penduduk pada umumnya.
Dalam hal ini harus diperlihatkan tentang adanya kesamaan antara penduduk dan
kohort dalam sifat-sifat tertentu (misalnya jenis kelamin dan umur)
c) Dapat pula menentukan kohort lain, yang sama sifat-sifat demografinya dengan
kohort yang akan diteliti, tetapi kohort perbandingan ini tidak exposed terhadap
penyebab penyebab yang kita duga
d) Kadang-kadang juga dibutuhkan perbandingan dengan lebih dari satu kelompok,
biasanya hal ini bila kita tidak yakin benar dengan hasil perbandingan terhadap
satu kelompok saja

4. Menentukan variabel penelitian
Seperti halnya dalam desain penelitian lain untuk mempelajari etiologi atau faktor
risiko. Faktor risiko dan efek dalam studi kohort harus didefiniskan dengan jelas.
Pada penelitian kohort, faktor risiko dapat berupa faktor risiko internal, yakni faktor
yang menyebabkan predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit ataupun
efek tertentu, namun juga dapat berupa faktor risiko eksternal, yaitu faktor
lingkungan yang memudahkan individu terjangkit penyakit tertentu.

Penyakit atau efek yang terjadi selalu merupakan variabel independen. Jenis variabel
lain yang tidak diteliti juga harus diidentifikasi, oleh karena mungkin merupakan
variabel pernacu sehingga harus diperhatikan untuk disingkirkan dalam desain atau
dalam analisis.

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 145


Meskipun dalam studi kohort dapat diidentifikasi beberapa faktor risiko sekaligus
yakni dengan menggunakan teknik statistik mulitivariat, akan tetapi jumlah faktor
risiko yang dipelajari sebaiknya dibatasi untuk meningkatkan potensi penelitian
dalam mencari hubungan antara pajanan (faktor risiko) dengan efek.

Misalnya pada contoh yang disampaikan diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi
yang menjadi faktor risiko (pajanan) yaitu kebiasaan merokok yang terus akan diikuti
menurut waktu tertentu.

5. Mengamati terjadinya efek
Kedua kelompok subjek diobservasi dalam periode tertentu. Lama waktu yang
diperlukan untuk pengamatan prospektif tersebut bergantung kepada karakteristik
penyakit atau efek yang diteliti, yang hanya dapat ditentukan dengan pemahaman
pathogenesis dan perkembangan penyakit.

Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya timbulnya kanker hati pada subjek dengan
HBsAg positif dibutuhkan pengamatan beberapa tahun atau puluhan tahun.
Sebaliknya hubungan antara merokok dan kelahiran bayi kecil untuk masa kehamilan
hanya memerlukan waktu pengamatan selama 9 bulan; bahkan pengamatan dalam
studi kohort hanya beberapa hari, misalnya hubungan antara trauma lahir dengan
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.

Pada contoh penelitian yang ingin mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan
penyakit jantung koroner bisa membutuhkan waktu yang cukup lama antara 5-10
tahun bahkan bisa lebih. Sehingga salah satu hambatan yang sering terjadi pada
penelitian kohort adalah hilangnya subjek dari pengamatan (loss to follow-up).

Pengamatan terhadap timbulnya efek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengamatan tunggal dan pengamatan berkala. Pada cara pertama, pengamatan hanya

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 146

dilakukan satu kali yaitu pada akhir masa penelitian yang telah ditetapkan. Pada
pengamatan berkala, subjek diamati periodic menurut internal waktu tertentu sampai
pada akhir penelitian. Selain itu dapat pula dilaksanakan analisis perbandingan antara
kelompok yang terpajan dengan kelompok yang tidak terpajan dengan memasukan
dimensi waktu sebagai unti analisis sehingga merupakan perbandingan antara dua
kesintasan.


6. Menganalisis hasil
Analisis data pada studi cohort dilakukan melalui uji statitik untuk menjawab
hipotesis dan analisis resiko relatif yang digunakan untuk mengetahui besar risiko
variabel independen terhadap variabel dependen. Pada studi cohort pengukuran
faktor risiko akan memperoleh nilai RR murni karena penelitian ini dilaksanakan
dengan menggunakan logika penelitian modern yaitu mengidentifikasi dari awal
tingkat pajanan lalu mengikutinya sampai menimbulkan efek/penyakit.

Faktor risiko yang digunakan dalam studi cohort adalah Risiko Relatif yang disingkat
dengan RR. RR adalah perbandingan dua angka penyakit/kematian kelompok yang
terpajan dan yang tidak terpajan. RR dihitung dengan cara sederhana, yakni dengan
menggunakan tabel 2x2, dengan formula sebagai berikut:

Tabel. 6.6. Formula Penghitungan Risiko Relatif (RR)

Variabel Independen
(Faktor Risiko)
Variabel Dependen (Efek) Jumlah
Sakit Tidak Sakit
Terpajan a b a+b
Tidak Terpajan c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 147

a = subjek terpajan yang mengalami sakit
b = subjek terpajan yang tidak mengalami sakit
c = subjek tidak terpajan yang mengalami sakit
d = subjek tidak terpajan yang tidak mengalami sakit

Berdasarkan Tabel 6.6. maka formula perhitungan Ratio Prevalens yang digunakan
untuk mengetahui besar risiko pada studi cohort adalah sebagai berikut:

RR = a/(a+b) : c/(c+d)

RR harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang
dikehendaki, yang akan menentukan apakah RR tersebut bermakna atau tidak dengan
parameter sebagai berikut:
Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal
maka faktor risiko tersebut bermakna
Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya
maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.

Interpretasi hasil RR dalam studi cohort selain didasarkan pada nilai confidence
interval (CI) juga didasarkan pada nilai RR dengan parameter sebagai berikut:
Jika RR= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko
Jika RR > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya
variabel independen merupakan faktor risiko
Jika RR < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel
independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah

Misalnya hasil penelitian studi kohort tentang hubungan merokok dengan kejadian
penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut:



Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 148




Tabel. 6.7. Formula Penghitungan Risiko Relatif (RR)

Variabel Independen
(Faktor Risiko)
Variabel Dependen (Efek) Jumlah
PJK Non-PJK
Merokok 84 2916 3000
Tidak Meroko 87 2913 5000
Jumlah 172 5829 8000

Berdasarkan Tabel 9.7 maka besar risiko kebiasaan merokok dengan kejadian
penyakit jantung koroner dapat dihitung dengan hasil sebagai berikut:
RR = a/(a+b) : c/(c+d)
RR = 84/3000: 87/5000
RR = 0,028: 0,0174
RR = 2

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2, ini berarti resiko untuk mendapatkan
penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar pada mereka yang merokok dibandingkan
dengan mereka yang tidak merokok.

Analisis hasil studi kohort tidak hanya mengetahui resiko relative saja tetapi dapat
juga mengetahui ukuran asosiasi diantaranya:

(1) Attributable Risk (AR)
AR adalah angka penyakit dalam kelompok yang exposed, yang dianggap
disebabkan oleh exposed tersebut. Angka ini diperoleh dengan mengurangi
angka pada kelompok exposed dengan angka kelompok tidak exposed. Dianggap

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 149

bahwa pengaruh dari sebab-sebab penyakit lain sama untuk kedua kelompok
tersebut di atas.



(2) Population Atributable Risk
Ukuran ini dapat memperkirakan berapa angka penyakit/kematian dapat
diturunkan bila exposure pada penduduk dihilangkan. Ukuran ini diperoleh
dengan mengurangi angka penyakit/kematian dari seluruh penduduk dikurangi
angka penyakit/kematian dari kelompok tidak ekposed.

Misalnya: peneliti ingin mengetahui hubungan merokok dengan kanker paru, maka
peneliti tersebut melakukan studi kohort dengan hasil sebagai berikut:

Table 6.8. Death Rates From Lung Cancer Attributable to Cigarette-Smoking British
Male Phyisician 1951-1961

Cigarettes Smoked Per
day (1951)
Annual Death Rate per
1.000
Attributable Annual
Death Rate per 1.000
None 0,07 0,0
1-14 0,57 0,50
15-24 1,39 1,32
25+ 2,27 2,20
Total 0,65 0,58

(1) Relative Risk antara yang merokok terhadap yang tidak merokok : 2,27/0,07=32.
Resiko untuk mendapatkan Ca Paru 32 kali lebih besar pada mereka yang
merokok banyak (lebih dari 25 batang per hari) dibandingkan dengan mereka
yang tidak merokok.


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 150

(2) Atribuatbel Risk: merokok banyak mempunyai resiko untuk mati karena Ca Paru
sebesar (2,27-0,07)=2,20) atau 2,20 per 1.000 sethaunnya. Ini adalah
(2,20/2,27x100%) atau resiko kematian yang dialami oleh perokok berat adalah
97%.

(3) Population Atributable Risk: untuk penduduk umumnya terhadap bukan perokok
adalah 0,58 (0,65-0,07=0,58). Dapat dikatakan, bahwa 89% dari kematian karena
Ca Paru dihindarkan bila faktor merokok dihilangkan (0,54/0,65x100%=89%).























Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 151







EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan pengertian desain deskriptif analitik?
2. Jelaskan pengertian studi cross-sectional?
3. Gambarkan alur penelitian studi cross-sectional?
4. Jelaskan cara menghitung besar risiko pada studi cross-sectional
5. Jelaskan pengertian studi kasus kontrol?
6. Jelaskan tiga kriteria pemilihan kasus dalam desain kasus kontrol?
7. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah riwayat kontak dengan penderita TBC
merupakan faktor risiko meningkatnya kejadian penyakit TBC. Data diperoleh dari 40
orang kelompok kasus mempunyai riwayat kontak 29 orang sedangkan dari 40 orang
kelompok kontrol mempunyai riwayat kontak 18 orang. Maka hitunglah besar faktor
risiko riwayat kontak dengan kejadian penyakit TBC?
8. Jelaskan pengertian studi kohort?
9. Gambarkan skema dasar studi kohort?
10. Jelaskan parameter cara interpretasi relative risk pada studi kohort?










Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 152






TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian
eksperimental

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat:
u. Menjelaskan konsep dasar desain penelitian eksperimental mencakup pengertian dan prosedur
umum penelitian eksperimental
v. Menjelaskan penelitian pre eksperimetal mencakup pengertian dan jenis penelitian
preeksperimental
w. Menjelaskan penelitian eksperimental semu mencakup pengertian dan jenis penelitian
eksperimen quasi
x. Menjelaskan desain penelitian eksperimental murni mencakup pengertian dan jenis penelitian
eksperimental murni

1. Konsep Dasar Desain Penelitian Eksperimental
a. Pengertian Desain Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimen adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan dengan
memberikan perlakuan/intervensi pada subjek penelitian. Tujuan penelitian eksperimen
adalah untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ intervensi pada variabel independent
terhadap variabel dependent. Penelitian eksperimen dalam bidang kesehatan untuk menguji
suatu treatment/intervensi terhadap masalah kesehatan atau menguji hipotesis tentang ada-
tidaknya pengaruh treatment/intervensi itu bila dibandingkan dengan treatment/intervensi
atau bila tidak diberikan treatment/intervensi.
BAGIAN-7
DESAIN PENELITIAN EKSPERIMENTAL

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 153

Penelitian eksperimental dalam bidang kesehatan sudah berkembang lama, bahkan
telah dimulai sejak zaman Hipocrates (460-377 SM). Pada masa itu Hipocrates
mengidentifikasi penyakit panas dan dingin, dan konsekuensinya, yaitu memberikan
perlakuan panas dan dingin. Penyakit panas diatasi dengan perlakuan dingin dan penyakit
dingin memerlukan perawatan panas. Perlakuan yang dilakukan oleh Hipocrates merupakan
suatu pendekatan penelitian eksperimental.
Penelitian eksperimental kecendrungannya menguji hipotesa dari data empiric atau
premis-premis yang muncul. Lingkup menguji hipotesis yakni mengenai etiologi masalah
kesehatan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit, pengujian dan penemuan obat, dan
persoalan ilmiah lainnya dibidang kesehatan. Pada penelitian ini, peneliti memiliki
kekuasaan untuk menentukan apakah subjek akan terpajan atau tidak dengan kata lain
diberikan intervensi atau tidak. Hal ini dilakukan karena tidak ada cara lain yang dapat
memberikan fakta yang paling meyakinkan kecuali melalui penelitian eksperimental.
Misalnya dalam penelitian klinik keperawatan tentang intervensi keperawatan
pemberian kompres hangat pada pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh merupakan
premis. Peneliti ingin menguji hipotesis berapa C suhu tubuh dapat diturunkan oleh
intervensi keperawatan melalui pemberian kompres hangat. Maka pengelompokkan pasien
yang mengalami peningkatan suhu tubuh menurut derajat pemaparan tidak dapat diatur
terlebih dahulu atau dikuasai oleh peneliti, Namun dengan desain penelitian eksperimental
peneliti dapat mengatur atau menguasai pasien mana yang diberikan intervensi atau yang
tidak diberikan intervensi.

b. Prosedur Umum Desain Penelitian Eksperimental
Secara ilmiah desain penelitian eksperimen paling baik jika dibandingkan dengan
desain penelitian lainnya, namun dari segi etik .adanya kesan penempatan manusia dijadikan
percobaan. Peran etik penelitian merupakan suatu keharusan prosedur yang harus dipatuhi dan
dipenuhi. Maka diperlukan suatu prosedur yang ketat dalam melaksanakan penelitian
eksperimen. Prosedur desain penelitian eksperimental adalah sebagai berikut:
1) Pemilihan responden penelitian dalam bentuk populasi reference, populasi studi, dan
populasi trial

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 154

2) Desain dari prosedur intervensi yang akan diberikan pada responden penelitian
3) Penentuan besar sampel yang turut dalam penelitian eksperimen
4) Karakteristik atau sifat-sifat respoden penelitian di dalam kelompok studi maupun
kelompok kontrol
5) Prosedur penentuan hasil intervensi yang diberikan pada responden penelitian
6) Rencana analisis yang akan digunakan untuk menjustifikasi hasil penelitian
7) Prosedur untuk menghindari bias dalam penelitian eksperimen yang dilakukan.

2. Penelitian Pre Eksperimental
a. Definisi Penelitian Pre Eksperimental
Penelitian pre eksperimental adalah suatu bagian penelitian eksperimental yang
dilakukan tanpa memperhatikan adanya variabel kontrol dan nir acak. Peneliti
memberikan perlakuan pada responden penelitian yang selanjutnya diobservasi efeknya.
Perlakuaan merupakan representatif dari variabel independen dan efek adalah representatif
dari variabel dependen.

b. Jenis Penelitian Pre Eksperimental
Penelitian pre eksperimental banyak digunakan dalam penelitian dibidang
kesehatan terutama untuk mengetahui secara dini efek perlakukan atau intervensi
kesehatan yang diberikan pada masyarakat baik secara individu atau kelompok. Jenis
penelitian pre eksperimental dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1) One-Shot Case Study
Penelitian pre eksperimental one-shot case study adalah suatu penelitian pre
eksperimen yang dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada kelompok studi
dan selanjutnya diobservasi efeknya. Peneliti dalam melakukan penelitian tidak
melakukan randomisasi tetapi dengan menetapakan kelompok studi. Alur penelitian ini
adalah sebagai berikut:



Kelompok Studi

Kelompok Studi
(0,1)

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 155




Gambar 7.1. Alur Penelitian Pre Eksperimental One-Shot Case Study

Misalnya seorang peneliti ingin melakukan uji coba tentang penggunaan metode
konseling personal terhadap perubahan perilaku kebiasaan merokok pada keluarga
prasejahtera. Maka, langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
a) Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian
Pertanyaan penelitian: Apakah ada pengaruh konseling personal terhadap perubahan
perilaku kebiasaan merokok?
Hipotesis penelitian
Ho: Pemberian konseling personal tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku kebiasaan merokok
Ha: Pemberian konseling personal mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku kebiasaan merokok


b) Menetapkan kelompok studi penelitian
Kelompok studi penelitian ini adalah semua keluarga prasejahtera yang mempunyai
kebiasaan merokok di Desa X Kecamatan Y. dan Peneliti menetapkan kriteria
inklusi dan eksklusi kelompok studi penelitian
c) Memberikan perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah konseling personal pada setiap anggota keluarga
yang merokok yaitu 1 minggu 2 kali yang dilakukan selama 1 bulan
d) Mengukur variabel efek
Pengukuran efek dilakukan setelah pemberian konseling personal telah selesai
dilakukan yaitu dengan cara menanyakan kebiasaan merokok apakah ada penurunan
dari jumlah batang rokok yang dihisap atau bahkan kebiasaan merokoknya berhenti
Perlakuan Efek

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 156

(Misalnya dari kelompok studi secara keseluruhan sebelum diberikan konseling
personal rata-rata 6 batang perhari tetapi setelah diberikan konseling personal
ternyata yaitu rata-rata menjadi 2 batang perhari
e) Menganalisis data
Analisis data pada jenis penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan ratio
hasil yaitu rata-rata 6 batang perhari-rata-rata 2 batang perhari artinya konseling
personal dapat menurunkan kebiasaan merokok rata-rata 4 batang perhari. Pengujian
hipotesis bisa dilakukan dengan pendekatan uji statistik uji t berpasangan
2) One-Group Pretest-Posttest Design
Penelitian preeksperimental one-group pretest-posttest design adalah suatu
penelitian pre eksperimental dimana peneliti memberikan perlakuan pada kelompok
studi tetapi sebelumnya diukur atau ditest dahulu (pretest) selanjutnya setelah
perlakuan kelompok studi diukur atau ditest kembali (posttest). Dalam penelitian ini
tidak dilakukan randomisasi dan dilakukan pada satu kelompok studi. Alur penelitian
ini adalah sebagai berikut:






Gambar 7.2. Penelitian Pre Eksperimental One-Group Pretest-Posttest Design
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan
kesehatan manajemen stress terhadap pengetahuan manajemen stress pada penderita
hipertensi di Posbindu X tahun 2010. Langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian
Pertanyaan penelitian: Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen
stress terhadap pengetahuan manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu
X tahun 2010?
Kelompok Studi
(Pre Test)
Kelompok Studi
Kelompok Studi
(Post Test)
Perlakuan Efek

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 157

Hipotesis Penelitian:
Ho: Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen stress terhadap
pengetahuan manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu X tahun 2010
Ha: Ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen stress terhadap pengetahuan
manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu X tahun 2010
b) Menetapakan kelompok studi
Kelompok studi penelitian ini adalah kelompok usila yang mempunyai penyakit
hipertensi yang berada di wilayah binaan Posbindu X
c) Mengukur kondisi awal kelompok studi
Peneliti melakukan pre test tentang pengetahuan manajemen stress pada kelompok
studi sebelum diberikan perlakuan tentang pendidikan kesehatan manajemen stress

d) Memberikan perlakuan
Peneliti selanjutnya memberikan perlakuan pendidikan kesehatan pada kelompok
studi sesuai standar yang telah ditetapkan
e) Mengukur efek
Peneliti melakukan pengukuran pada kelompok studi atau sering disebut juga post
test
f) Membuat analisis data
Peneliti melakukan analisis data untuk menjawab hipotesis dan melakukan uji
statistik diantaranya melalui uji t.
3) I ntact-Group Comparison
Penelitian pre eksperimenal intact-group comparison adalah suatu penelitian
yang dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada sebagian kelompok dari
kelompok studi. Penelitian ini berbeda dengan jenis penelitian sebelumnnya karena
bagian kelompok yang diberikan perlakuan berasal dari kelompom studi penelitian.
Alur penelitian ini adalah sebagai berikut:



Kelompok Studi
1,2
Kelompok Studi
1
Kelompok Studi
2
Di Beri Perlakuan
Tidak di Beri
Perlakuan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 158



Gambar 7.3. Penelitian Pre Eksperimen I ntact-Group Comparison

3. Penelitian Eksperimental Quasi (Semu)
a. Definisi Penelitian Eksperimental Quasi
Penelitian eksperimen quasi adalah suatu eksperimen yang dalam mengontrol
situasi penelitian dengan menggunakan rancangan tertentu dan atau penentuan subjek
secara nir-acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat penelitian. Situasi
penelitian merupakan variabel dependen yang diberikan intervensi atau perlakuan oleh
penelitian.
b. Alur Penelitian Eksperimen Quasi
Alur penelitian eksperimen quasi dimulai dengan cara menetapkan responden
penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok studi atau disebut juga
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pemilihan dilakukan dengan cara nonrandom
sampling. Kelompok kasus diberikan intervensi oleh peneliti sedangkan kelompok kontrol
tidak atau dibiarkan secara alami. Maka alur penelitiannya dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
R-
E
C
X
O
O
Gambar
7.4. Alur Penelitian Eksperimen Quasi

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 159

Secara umum alur penelitian eksperimental quasi hampir sama dengan penelitian
pre eksperimental namun dari segi kesahihan lebih sahih penelitian eksperimen quasi.
Pembedaanya terletak pada pengukuran awal kelompok studi sebelum diberikan
perlakuan. Pada penelitian eksperimen quasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Time Series Design
Penelitian eksperimen quasi adalah suatu penelitian eksperimen yang dimana
peneliti memberikan perlakuan pada kelompok studi yang sebelumnya dilakukan pre
test secara berulang dan selanjutnya dilakukan post test setelah diberikan perlakuan.
Alur penelitiannya adalah sebagai berikut:







Gambar 7.5. Penelitian Eksperimen Quasi Time Series Design
Pada penelitian eksperimen quasi time series design dimana peneliti tidak
melakukan randomisasi. Kelompok studi dilakukan pre test secara berulang dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keajegan atau konsistensi kondisi awal kelompok
studi. Selanjutnya peneliti memberikan perlakuan kepada kelompok studi dan setelah
selesai melakukan post test secara berulang untuk memperoleh konsistensi efek yang
diharapkan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini subjek diseleksi untuk dijadikan sebagai
kelompok studi dan suatu situasi pre test diberikan. Data awal hasil pre test akan
dibandingkan dengan data hasil post test. Temuannya dianalisis melalui uji statistik
inferensial (korelasi) dan hasil yang disajikan menampilkan derajat siginfikansi
temuan.
Misalnya suatu penelitian tentang Keefektifan Kurikulum Pendidikan
Kesehatan untuk Siswa Sekolah Menengah di Amerika Serikat tahun 1986-1989.
R-
E
1,2,3,4
C
X E
5,6,7,8

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 160

Perilaku berisiko yang mempengaruhi kesehatan anak muda di Amerika Serikat
adalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang, alkohol dan tembakau, pola makan
buruk, kepasifan fisik, aktivitas seksual yang tidak aman dan perilaku lain yang dapat
mencederai diri. Suatu kurikulum berjudul Teenage Health Teaching Module
(THTM) dikembangkan. THTM memiliki 16 modul intruksi yang digunakan untuk
mengembangkan lima keterampilan: pengkajian diri, komunikasi, pembuatan
keputusan, advokasi, dan manajemen diri. Suatu penelitian kemudian dilaksanakan
untuk mengkaji keefektifan intervensi pendidikan kesehatan tersebut. Desain pre test
dan post test kelompok kontrol penelitian quasi eksperimental dilaksanakan terhadap
4.806 siswa pada 149 sekolah di tujuh negara bagian. Kuesioner pre test dan post test
diisi sendiri oleh partisipan dan disebarkan untuk mengkaji perubahan pengetahuan
dan sikap akibat penerapan modul, dianalisis dari 2.530 siswa dalam kelompok studi
dan 2.276 siswa dalam kelompok kontrol. Siswa dalam kelompok perlakuan
diberikan sedikitnya empat sampai lima modul pendidikan kesehatan, yang diberikan
dalam 36 sampai 38 kali sesi pengajaran yang berdurasi 45 menit, selama 27 jam
pelajaran dalam satu sememsetr. Satu bagian hasil dari penelitian eksperimen quasi
tersebut adalah pada kelompok stude mempunyai besar efek 0,47 sedangkan pada
kelompok kontrol besar efeknya adalah 0,14 (Timmreck, 2005).

b) Nonequivalent Control Group Design
Penelitian eksperimen quasi nonequivalent control group design adalah suatu
penelitian eksperimen yang dilakukan dengan cara memilih dua kelompok dalam
kelompok studi tetapi tidak dilakukan randomisasi kemudian diberi pretest untuk
mengetahui keadaan awal lalu diberikan perlakuan yang selanjutnya peneliti
melakukan post test untuk melihat efek dari perlakuan yang diberikan.

4. Penelitian Eksperimental Pure (Murni)
a. Definisi Penelitian Eksperimental Pure (Murni)
Penelitian eksperimental murni adalah eksperimen yang menggunakan prosedur
acak dalam penunjukan subjek penelitian untuk mendapatkan salah satu berbagai tingkat

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 161

faktor penelitian. Penelitian sengaja menentukan berbagai faktor penelitian, dalam
rangka menghitung efek terhadap variabel dependen.




b. Alur Penelitian Eskperimental Pure (Murni)
Alur penelitian eksperimen murni dimulai dengan cara menetapkan responden
penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok studi atau disebut juga
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pemilihan dilakukan dengan cara randomisasi
yaitu proses menentukan subjek penelitian mana yang akan mendapatkan perlakuan dan
subjek mana yang merupakan kontrol, berdasarkan peluang. Tujuan utama randomisasi
adalah untuk mengurangi bias seleksi dan perancu, dengan terbaginya variabel-variabel
yang tidak diteliti secara seimbang pada kelompok yang ada.
Kelompok kasus diberikan intervensi oleh peneliti sedangkan kelompok kontrol
tidak atau dibiarkan secara alami. Maka alur penelitian eksperimental murni secara
umum dapat dilihat pada gambar berikut ini:

R
E
C
X
O
O
Gambar
7.6. Alur Penelitian Eksperimen Pure(Murni)


Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 162

C. Jenis Penelitian Eksperimental Murni
Penelitian eksperimental murni dalam bidang kesehatan diantaranya mencakup:


1) Uji Klinis
Uji klinis adalah suatu penelitian eksperimental terencana yang dilakukan
pada manusia. Pada uji klinis peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada
subjek penelitian, kemudian efek diukur dan dianalisis. Desain uji klinis terdiri dari:
a) Desain Paralel
Desain pararel adalah suatu penelitian eksperimental yang
membandingkan antara kelompok, dapat bersifat perbandingan kelompok
independen ataupun kelompok pasangan serasi. Alur penelitian uji klinis dengan
desain pararel adalah sebagai berikut:







Gambar 7.7. Penelitian Eksperimental Uji Klinis Desain Pararel
Pada gambar tersebut diatas, peneliti melakukan randomisasi pada subjek
penelitian. Subjek penelitian merupakan populasi terjangkau atau populasi
sumber yaitu bagian dari populasi target yang merupakan sumber subjek yang
akan diteliti. Pemilihan subjek penelitian harus sesuai dengan kriteria pemilihan
baik inklusi ataupun eksklusi dan yang terpenting subjek penelitian sesuai dengan
rumusan masalah penelitian dan efek yang akan diamati.
Randomisasi bisa dilakukan 3 cara yaitu 1) randomisasi sederhana yaitu
cara pembagaian acak dengan melemparkan mata uang logam dapat dipakai, 2)
randomisasi blok yaitu membuat tiap kelompok agar jumlah subjek sebanding
Subjek
Penelitian
Randomisasi
Kelompok
Studi
Kelompok
Kontrol
Efek
Efek
Diberikan Perlakuan

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 163

pada suatu saat, dan 3) radomisasi dalam strata yaitu randomisasi dilakukan pada
tiap strata secara terpisah, kemudian subjek yang terpilih digabungkan kembali
dalam kelompok yang sesuai.
Perlakuan diberikan pada kelompok studi dengan memperhatikan
ketersamaran (masking) yang tujuan menghindarkan bias, baik yang berasal dari
peneliti, subjek, ataupun evaluator. Pada kelompok kontrol diberikan placebo
yang tujuannya untuk menyingkirkan atau mengurangi bias baik dari sisi peneliti
maupun subjek.
Efek atau variabel tergantung harus sudahn direncanakan sejak awal.
Peneliti mengamati dan mengukur efek yang ditimbulkan oleh perlakuan baik
pada kelompok studi ataupun kelompok kontrol.
b) Desain Menyilang
Desain menyilang adalah suatu penelitian eksperimental yang
membandingkan antara kelompok, dapat bersifat perbandingan kelompok
independen ataupun kelompok pasangan serasi yang dilakukan secara menyilang.
Alur penelitian eksperimenal uji klinis menyilang adalah sebagai berikut:









Gambar 7.7. Penelitian Eksperimental Uji Klinis Desain Menyilang
Pelaksanaan penelitian eksperimental jenis ini pada periode awal sama
dengan desain parallel, namun selanjutnya peneliti melakukan cross over
pemberian perlakukan. Kelompok kontrol diberikan perlakuan maka kelompok
tersebut menjadi kelompok studi dan kelompok studi menjadi kelompok kontrol.
Subjek
Penelitian
Randomisasi
Kelompok
Studi
Kelompok
Kontrol
Efek
Efek
Diberikan Perlakuan
Kelompok
Studi
Kelompok
Kontrol
Efek
Efek
Diberikan Perlakuan
Periode wash out

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 164

Pemberian perlakuan dilakukan setelah masa wash out yang selanjutnya kedua
kelompok tersebut diobservasi dan diukur efeknya.
2) Uji Diagnostik
Uji diagnostik adalah suatu penelitian eksperimenatl yang digunakan untuk
mengegakan diagnosis atau memantau perjalanan penyakit pada sebagian kasus.
Tujuan uji diagnostic adalah untuk menegakan diagnosis penyakit atau
menyingkirkan penyakit serta untuk keperluan penyaringan kasus.
Uji diagnostik dapat dilakukan dengan cara bertahap yaitu pemeriksaan
dilakukan secara bertahap; perlu tidaknya pemeriksaan selanjutnya yang ditentukan
oleh hasil uji diagnostic sebelumnya. Cara lain uji diagnostic parallel yaitu uji
diagnistik pada beberapa pemeriksaan dilakukan secara sekaligus; hal ini biasa
dilakukan pada kasus yang memerlukan diagnosis secara cepat atau pada kasus
gawat darurat.














EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan pengertian penelitian eksperimental?
2. Jelaskan pengertian penelitian pre eksperimental?

Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman 165

3. Gambarkan alur penelitian pre eksperimental jenis one-shot-case study?
4. Gambarkan alur penelitian pre eksperimental one group pre test post test design?
5. Jelaskan definisi penelitian eksperimental quasi?
6. Gambarkan alur penelitian eksperimental quasi?
7. Jelaskan pengertian penelitian eksperimental murni?
8. Jelaskan pengertian randomisasi?
9. Jelaskan pengertian uji klinis?
10. Jelaskan perbedaan disain uji klinis pararel dan menyilang?

You might also like