You are on page 1of 5

Sengkarut Pemilu 2014

Oleh : HAIRUZAMAN

Tak terasa lagi, Pemilu legislatif yang sejatinya akan dihelat pada 9 April 2014 sudah berada didepan mata. Kini kita tinggal menghitung hari pelaksanaan pesta demokrasi yang digelar lima tahun sekali itu. Akan tetapi, bukan berarti Pemilu 2014 tanpa menghadapi masalah. Sebut saja mulai dari kisruh soal Daftar Pemilih Tetap (DPT), penyediaan logistik untuk surat suara yang mengalami kerusakan, sampai dengan silang pendapat masalah dana untuk saksi yang akan digelontorkan pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ditengarai pula, selain Pemilu 2014 sekarang ini masih tetap diwarnai oleh berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh para calon legislatif (Caleg) dari berbagai Parta Politik kontestan Pemilu. Sebut saja seperti, Caleg masih kedapatan memasang baliho/banner yang tidak pada tempatnya dan melanggar aturan yang berlaku. Sehingga dapat merusak kenyamanan dan keindahan kota. Sampai dengan masih adanya indikasi money politic yang dilakukan oleh para Caleg dalam menghadapi kultur masyarakat yang pragmatis traksaksional. Sebagian Caleg masih cenderung terbawa arus kultur masyarakat pemilih yang pragmatis transaksional ketimbang lebih mengedepankan pendidikan politik dan tidak melakukan money politic untuk meraih ambisinya menduduki kursi dilegislatif. Celakanya, Caleg yang melakukan praktik money politic tersebut sama sekali tidak mengikuti nafas masyarakat pemilih cerdas yang menginginkan politic education dan mengobarkan semangat pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sebab, jika Caleg masih terjebak dalam kultur masyarakat yang pragmatis transaksional, maka dikhawatirkan kelak setelah terpilih menjadi anggota legislatif akan melakukan praktik KKN. Hal ini lantaran ketika melakukan kampanye mereka telah mengeluarkan dana yang cukup besar.

Tentu saja, rumus untuk mencari uang yang sebanyak-banyaknya agar dana yang dikeluarkannya ketika melakukan kampanye sebisa mungkin harus kembali lagi akan berlaku. Kualitas Caleg yang demikian tentu saja patut dipertanyakan. Sebab. kelak hanya akan menjadi bumerang dan lebih memikirkan kepentingan pribadinya ketimbang kepentingan masyarakat luas. Politic Education Pemilu 2014 sekarang ini diharapkan akan menjadi tonggak sejarah perubahan yang komprehensif terkait dengan pelaksanaannya. Karena itu, harus didukung oleh partai politik kontestan Pemilu dan terutama para Caleg yang terlibat secara langsung. Semangat pemberantasan korupsi harus terus digelorakan. Masyarakat sebagai pemilih harus diberikan pemahaman yang kongkrit terkait dengan pelaksanaan Pemilu yang langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber) serta Jujur dan Adil. Dalam meraih simpatik masyarakat, sejatinya Caleg tak perlu harus membayar mahal dan merogoh koceknya untuk melakukan praktik money politic. Caleg juga harus memahami mana yang termasuk pada kategori money politic dan mana pula yang masuk kategori cost politic. Sehingga Caleg tidak akan terjebak dalam lingkaran masyarakat pemilih yang pragmatis transaksional yang pada gilirannya dapat merugikan Caleg dan masyarakat itu sendiri. Untuk memberikan politic education kepada masyarakat yang heterogen, lautan pengetahuan yang luas yang dimiliki oleh Caleg merupakan salah satu prasyarat mutlak. Sebab, bagaimana mungkin Caleg mampu menjelaskan agar masyarakat tidak Golput dan apatis terhadap proses demokrasi yang dianut oleh negara kita jika tidak memahaminya. Selain itu, Caleg juga harus menolak praktik money politic lantaran akan dapat mencederai demokrasi. Masyarakat pemilih juga harus diberikan pemahaman agar tidak memilih politisi busuk. Jangan memilih Caleg yang tidak dikenal rekam jejaknya dan sama sekali tidak merakyat. Pendidikan politik seperti ini sangat diperlukan dan menjadi bekal para Caleg dalam melakukan kampanye atau sosialisasi terhadap masyarakat konsituennya. Semangat kampanye tanpa money politic harus terus dikobarkan terhadap masyarakat. Hal ini agar dimasa yang akan datang praktik korupsi dapat diminimalisir lantaran sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat. Karena itu, Parpol bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan tentang politik terhadap para Calegnya sebelum terjun ke masyarakat untuk melakukan sosialisasi. Black Compaign Black Compaign atau kampanye hitam biasanya kerap kali dilakukan oleh Caleg untuk menjatuhkan rival-rival politiknya. Jurus ini dilakukan oleh Caleg manakala posisinya semakin terjepit dan tidak meraih simpatik masyarakat, Terkadang masih banyak caleg yang melakukan black compaign untuk meraih simpati masyarakat dengan cara menakut-nakuti, menghasut, memfitnah dan perilaku buruk lainnya yang tidak mencerminkan sikap yang fair dan terpuji. Tentu saja perilaku seperti ini sangat merugikan bagi pihak lain. Untuk itu, black compaign

sebisa mungkin wajib untuk dihindari oleh para Caleg ketika melakukan kampanye ditengahtengah masyarakat. Untuk menarik simpatik masyarakat memang dinilai tidak mudah. Apalagi lautan pengetahuan yang dimiliki oleh Caleg sangat rendah. Tentu saja akan sulit untuk mempengaruhi masyarakat agar menjadi simpatik dan mendukungnya. Biasanya, Caleg yang demikian akan mengambil jalan pintas seperti melakukan pendekatan persuasif dengan melakukan praktik money politic. Sebab jika jalan ini tidak ditempuh, maka akan tergusur oleh Caleg lain yang lebih cerdas dan mempunyai pengetahuan yang luas. Parpol sejatinya tidak meloloskan Caleg yang tidak memiliki kapabilitas dan integritas yang tinggi. Jika Parpol ketika memilih Caleg hanya mencari figur yang banyak modalnya saja tanpa mempertimbangkan kualitasnya, berarti tidak ada niatan bagi Parpol untuk melakukan perubahan politiik di masa yang akan datang. Karena sudah saatnya kini demokrasi kita harus berubah ke arah yang lebih baik. Lembaran baru demokrasi kita harus diukir dengan tinta emas bukan dengan tinta hitam lantaran kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Parpol peserta Pemilu bersama para Calegnya. Pemilu Jurdil Benarkah pelaksanaan Pemilu 2014 ini akan berlangsung secara Jurdil ? Pertanyaan tersebut kerap kali mengusik pikiran kita karena tak lama lagi pesta demokrasi bakal dihelat pada medio April 2014 nanti. Penyelenggara Pemilu antara lain, Komisi Pemilihan Umum (KPU). Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan unsur lainnya yang terlibat dalam proses Pemilu diharapkan dapat bekerja secara maksimal guna menegakkan konstitusi. Jangan sampai demokrasi kita ternodai kembali dengan adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh oknum penyelenggara Pemilu demi mengeruk keuntungan pribadi dan kelompoknya. Masyarakat yang terlibat sebagai Pemantau Pemilu, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media massa baik cetak maupun elektronik serta unsur lainnya diharapkan dapat mengawal proses demokrasi yang akan kita selenggarakan itu. Hal ini untuk mengantisipasi adanya indikasi kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses Pemilu tahun 2014 nanti. Sehingga Pemilu yang Jurdil yang kita harapkan bersama dapat terwujud. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pidatonya yang dilansir oleh salah satu stasiun televisi baru-baru ini, mengungkapkan, dunia internasional sangat mengapresiasi terhadap pelaksanaan Pemilu yang telah dilaksanakan oleh Indonesia selama ini. Hal ini karena pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia berlangsung secara Jurdil dan aman. Karena itu, diharapkan Pemilu yang Jurdil dan aman tetao dipertahankan agar demokrasi kita semakin matang.

Pidato kenegaraan Presiden SBY tersebut tentu saja mengisyaratkan agar pelaksanaan Pemilu tahun 2014 di Indonesia menjadi contoh bagi dunia internasional. Sebab, tidak dipungkiri ternyata masih banyak pelaksanaan demokrasi di negara lain yang mengalami kegaduhan politik. Sehingga menimbulkan terganggunya roda pemerintahan dan perekonomian bagi negara yang bersangkutan. Presiden SBY juga minta agar rakyat Indonesia tetap menjaga kondusifitas negara kita. Media massa memiliki peranan yang sangat kardinal dalam memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pelaksanaan demokrasi yang Jurdil dan aman. Berbagai bentuk pelanggaran diharapkan sedapat mungkin dihindari agar tidak mencederai demokrasi kita. Secara kualitas, pelaksanaan Pemilu 2014 harus mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Sebab, ternyata demokrasi itu harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. Wallahualam bisowab.

HAIRUZAMAN. Penulis adalah Pemerhati masalah politik dan sosial, bermukim di wilayah Serang Barat.

You might also like