Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38% ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Diagnosis
Diagnosis KD tidak selalu mudah
Ensefalopati dengan demam, ensefalitis dan meningitis. Mengigil pada demam (sianosis peribukal) Agitasi atau delirium pada keadaan demam Epilepsi yang di presipitasi demam.
(Niedermeyer E: Epilepsy Guide: Diagnosis and Treatment of Epileptic Seizure Disorders , 1985)
Epidemilogi
2-4% dari populasi anak 6 bulan - 4 tahun 80 90% merupakan kejang demam sederhana 20% kasus kejang demam kompleks 8% berlangsung > 15 16% berulang dalam waktu 24 jam 2 4% berkembang menjadi epilepsi
Epidemiologi
Lebih sering pada anak laki-laki Peran gen :
FEB1 (8q), FEB2 (19q), FEB3 (5q) SCAN1A (2q) SCAN1B (19q)
Familial autosom dominan (Scan1B-19q; Scan1A-2q) Serangan kejang umum afebril: tonik-klonik / mioklonik / atonik / absence / epilepsi lobus temporal*
12
Berg AT, dkk. Predictors of recurrent febrile seizure: a prospective study of the circumstances surrounding the initial febrile seizure, NEJM 1992; 327:1122-7 Annegers JF, dkk. Reccurrence of febrile convulsion in a population based cohort. Epilepsy Res 1990; 66:1009-14 Knudsen FU. Recurrence risk after first febrile seizure and effect short term diazepam prophylaxis. Arch Dis Child 1996; 17:33-8 13
Rekurensi
Kekerapan rekurensi
2 kali: 25-50% ( 30%)
Waktu rekurensi:
6 bulan pertama 12 bulan 2 tahun 50% 75% 90%
15
Faktor-Risiko-Epilepsi (NCPP)
(Nelson KB, Ellenberk JH, 1979)
7 tahun
Kejang demam sederhana Kejang demam Faktor risiko (-) Faktor risiko (1) Faktor risiko (2 atau >) 2% 10% 13% 0,9%
25 tahun
2,4%
6 8% 17 22% 49%
18
Evolution of CFS
FS Complex Focal Todds Prolonged or status Epilepsy Sym gen/ multi fokal MTS Dravets Loc-rolated non MTS
Predeterminant
Complex FS
Epilepsy
19
Evolution SFS
Evolution FS Simple Family history More than 3 Greater than 3 years Epilepsy Idio-Gen GEFS (+) BFEC Loc-related non MTS
Predeterminant
Simple FS
Epilepsy
20
Daoud A. 2004
21
< 2 mg/menit
1 mg/kg/menit
Harus dilarutkan Hipotensi, depresi nafas Hipotensi Depresi nafas Hipotensi, aritmia, Harus larutan non-glukosa Pilihan utama neonatus Depresi napas, terutama setelah diazepam
Fenobarbital*
IV
1 mg/kg/menit
Bila telah dengan fenitoin dan fenobarbital dapat diberika lagi 5 mg/kg. Dosis berikutnya berdasarkan kadar antikonvulsan darah Iv = intravena, im = intramuskular, SL = sublingual, PR per rektum, IO = intraoseus 23
1.
Diazepam
Kejang + 2.
Diazepam
Kejang + 3.
Phenytoin
Kejang + 4.
Phenobarbital ICU
Kejang + ICU 5.
1. Midazolam 2. Thiopenton 60 70 80
24
10
20
30
40 Waktu ( menit )
50
Investigasi
Rawat inap jarang dilakukan Evaluasi etiologi demam selalu Lumbal pungsi
<12 bln (direkomendasikan) 12-18 bln (dianjurkan) >18 bln tidak rutin
Neuropencitraan
Pada umumnya neuropencitraan tidak diperlukan, kecuali pada keadaan berikut:
Kelumpuhan nervi kranialis (mis: N.VI) Hemiparesis atau persisten neurologik fokal Penurunan kesadaran.
Pengobatan
Antipiretik
Sangat dianjurkan walaupun tidak terbukti mengurangi risiko berulangnya kejang Asetaminofen 10 15 mg/kg diberikan 4 kali
Dosis
Profilaksis kontinu (rumatan) Phenobarbital Asam Valproat 3 5 mg/kgbb/hari, q12h 15 40 mg/kgbb/hari, q8h Durasi 1 tahun
30
Prognosis
Kecacatan atau kelainan neurologis sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal
Ellenberg JH dan Nelson KB. Febrile seizures and later intellectual prformance. Arch Neurol 1978; 35:17-21 Maytal dan Shinnar S. febrile status epilepticus. Pediatr 1990; 86:611-7
32
Terima Kasih
34