You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Pendahuluan Rinitis alergi merupakan penyakit kronik dengan insiden tertinggi, dan merupakan salah satu masalah global dalam kesehatan karena mempengaruhi 10-20% dalam populasi. Rinitis alergi merupakan salah satu hal yang paling sering ditemui dalam kasus rinitis, mengenai sekitar 20-40 juta orang di Amerika Serikat tiap tahunnya, sekitar 10- 0% orang de!asa dan hampir men"apai 40% pada anak-anak. #i $ropa, lebih dari setengah penderita rinitis alergi tidak datang untuk berobat. %al ini mungkin menjadi hal yang disepelekan karena pasien tidak mengenali gejala rinitis sebagai suatu penyakit sehingga angka kesakitan meningkat. &eskipun rinitis alergi biasanya bukan penyakit yang berat, tetapi mempengaruhi kehidupan sosial, produkti'itas kerja dan sekolah. 1,2 Rinitis alergi juga memberikan kontribusi 'ariasi komplikasi seperti polip hidung, sinusitis, otitis media, dan asma. (elah diketahui bah!a alergi memberikan kontribusi terhadap otitis media. (etapi bukti yang ada bertentangan. )eberapa studi tidak menerangkan pre'alensi yang lebih besar pada penderita atopi dan alergi pada otitis media dibandingkan dengan subjek kontrol yang normal sehingga hal tersebut mungkin bisa terjadi bah!a perubahan patologis yang berhubungan dengan rinitis dapat mengakibatkan obstruksi di tuba eusta"hius dengan dis*ungsi dan e*usi telinga tengah +asien yang mendapat pengobatan pun juga melaporkan ketidakpuasan dalam pengobatan , !alaupun dengan kombinasi obat yang bekerja dalam mengurangi gejala nasal. Sehingga menjadi sebuah tantangan bagi dokter untuk dapat mendiagnosis dan memberikan terapi kepada pasien agar angka kesakitan global rinitis alergi tidak meningkat tiap tahunnya. 2 1.2 Batasan Masalah Re*erat ini membahas tentang de*inisi, epidemiologi, klasi*ikasi, mani*estasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis rinitis alergi.

1.3 Tujuan Penulisan Re*erat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai de*inisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis rinitis alergi. 1.4 Metode Penulisan &etode yang dipakai dalam penulisan re*erat ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur dan makalah ilmiah.

BAB II TINJAUAN PU TA!A 2.1 Anato"i Hidun# 2.1.1. Hidun# Lua$ %idung luar berbentuk piramid dengan bagian , bagiannya dari atas ke ba!ah 1. +angkal hidung .bridge/ 2. #orsum nasi . +un"ak hidung 4. Ala nasi 0. 1olumela 2. 3ubang hidung .nares anterior/ %idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang ra!an yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot ke"il yaitu &. 4asalis pars trans'ersa dan &. 4asalis pars allaris yang menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. )atas atas nasi eksternus melekat pada os *rontal sebagai radiks .akar/, antara radiks sampai apeks .pun"ak/ disebut dorsum nasi. 3ubang yang terdapat pada bagian in*erior disebut nares, yang dibatasi oleh - Superior - 5n*erior - os *rontal, os nasal, os maksila - kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor +erdarahan yaitu A. 4asalis anterior ."abang A. $tmoidalis yang merupakan "abang dari A. 6*talmika, "abang dari a. 1arotis interna/, A. 4asalis posterior ."abang A.S*enopalatinum, "abang dari A. &aksilaris interna, "abang dari A. 1arotis interna/, A. Angularis ."abang dari A. 7asialis/. +ersara*an yaitu 8abang dari 4. 6*talmikus .4. Supratroklearis, 4. 5n*ratroklearis/ , 8abang dari 4. &aksilaris .ramus eksternus 4. $tmoidalis anterior/. 2.1.2. !a%u" Nasi 1a'um nasi dibagi menjadi dua ruangan dekstra dan sinistra yang membentang dari nares sampai koana .apertura posterior/ oleh septum nasi. 1a'um nasi berhubungan dengan sinus *rontal, sinus s*enoid, *ossa kranial anterior dan *ossa kranial media. )agian posterior ka'um
3
,4 ,4 ,4

nasi berhubungan dengan naso*aring, atap ka'um nasi dibentuk oleh os nasal, os *rontal, lamina kribri*ormis etmoidale, korpus s*enoidale dan sebagian os 'omer, lantai ka'um nasi merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal, bentuknya konka* dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap bagian ini dipisahkan dengan ka'um oris oleh palatum durum, media septum nasi yang membagi ka'um nasi menjadi dua ruangan .dekstra dan sinistra/, pada bagian ba!ah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. )agian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa 9 kolumna 9 kolumela. 3ateral septum nasi dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os etmoid, konka nasalis in*erior, palatum dan os s*enoid. merupakan muara sinus s*enoid. 4
,4

Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus s*eno-etmoid yang

:ambar 2.1. Anatomi %idung, Sumber- http-;;!!!.painne"k."om +erdarahan - 4 Arteri yang paling penting pada perdarahan ka'um nasi adalah1. A.s*enopalatina yang merupakan "abang dari A.maksilaris 2. A. $tmoidale anterior yang merupakan "abang dari A. 6*talmika. <ena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama , sama arteri.
4

+ersara*an - 4 1. Anterior ka'um nasal dipersara*i oleh serabut sara* dari 4. (rigeminus yaitu 4. $tmoidalis anterior. 2. +osterior ka'um nasi dipersara*i oleh serabut sara* dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui *oramen s*enopalatina kemudian menjadi 4. +alatina mayor menjadi 4. S*enopalatinus. 2.1.3. Mu&osa Hidun# Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang dibagi atas mukosa perna*asan dan mukosa penghidu. &ukosa perna*asan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel , sel goblet. +ada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang , kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. #alam keadaan normal mukosa ber!arna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir . mucous blanket/ pada permukaannya. +alut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.
,4

Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai *ungsi yang penting. #engan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam ka'um nasi akan didorong ke arah naso*aring. #engan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. :angguan pada *ungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. :angguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat , obatan.
,4

&ukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. &ukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia . pseudostratified columnar non ciliated epithelium /. $pitelnya dibentuk oleh tiga ma"am sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. #aerah mukosa penghidu ber!arna "oklat kekuningan.
,4

2.2

'isiolo#i Hidun#

%idung memiliki beberapa *ungsi penting, antara lain 1. Sebagai jalan na*as +ada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke ba!ah ke arah naso*aring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. +ada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara meme"ah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari naso*aring. 2.
,4

+engatur kondisi udara .air conditioning/ 7ungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam al'eolus. 7ungsi ini dilakukan dengan "ara a. &engatur kelembaban udara. 7ungsi ini dilakukan oleh palut lendir. +ada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. b.
,4

&engatur suhu. 7ungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di ba!ah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung se"ara optimal. Sehingga, suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih =o 8.
,4

Sebagai penyaring dan pelindung 7ungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh rambut .vibrissae/ pada 'estibulum nasi, silia, palut lendir .mucous blanket/, en>im yang dapat menghan"urkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
,4

4.

5ndra penghidu %idung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa ol*aktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. +artikel bau men"apai daerah ini se"ara di*usi dengan palut lendir atau bila menarik na*as dengan kuat.
,4

0.

Resonansi suara Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.
,4

2.

+roses bi"ara &embantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal .m,n,ng/ dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.
,4

=.

Re*leks nasal &ukosa hidung merupakan reseptor re*leks yang berhubungan dengan saluran "erna, kardio'askuler dan perna*asan. &isalnya pada iritasi mukosa hidung menyebabkan re*leks bersin dan na*as terhenti, rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
,4

2.3

De(inisi )initis Ale$#i Rinitis alergi adalah penyakit in*lamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe 5 pada

mukosa nasal dengan karakteristik bersin yang berulang, sekret yang en"er, dan hidung tersumbat. 0 &enurut ?%6 AR5A .Allergi" Rinitis and its 5mpa"t on Asthma/ tahun 2010, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh 5g$.1 2.4 E*ide"iolo#i #ata epidemiologi menyebutkan pre'alensi rinitis alergi meningkat hampir di seluruh dunia. Akan tetapi, gejala rintis alergi seringkali diremehkan oleh pasien atau dianggap seperti hal yang biasa.
2

%ampir @ juta penduduk amerika dilaporkan menderita rinitis alergi. #ari

beberapa penelitian menyebutkan 1=-20% dari populasi Amerika juga mengalami kondisi yang sama. 3aki-laki dan perempuan "enderung menderita rinitis alergi dalam proporsi yang sama. Rinitis alergi biasanya mengenai indi'idu pada usia kurang dari 40 tahun. 1ondisi biasanya mulai mun"ul pada pasien usia 2 tahun dan men"apai pun"aknya pada usia 21- 0 tahun. =

2.+

!lasi(i&asi

#ahulu rinitis alergi dibedakan 2 berdasarkan si*at berlangsungnya yaitu 0,2,A, 1. )initis Ale$#i "usi"an -seasonal. ha/ (e%e$. *olinosis0 adalah $initis /an# di*i1u oleh alle$#en se$2u& sa$i. s*o$a lu"ut sela"a "usi" se"i. "usi" *anas. "au*un "usi" #u#u$. 2. )initis ale$#i se*anjan# tahun -*e$ennial0 adalah $initis /an# "un1ul se*anjan# tahun tan*a %a$iasi "usi" den#an "enju&&an #ejala hayfever /an# di*i1u oleh ale$#en dala" $u"ah se*e$ti de2u $u"ah tan##a. &e1oa. s*o$a lu"ut. 2ulu 2inatan#. dan se2a#ain/a. AR5A -Allergic Rhnitis and its Impact on Asthma) tahun 2313. "e"2uat &lasi(i&asi 2e$da$&an 2e$atn/a #ejala dan du$asi 2e$lan#sun#n/a #ejala $initis ale$#i. Be$dasa$&an si(at 2e$lan#sun#n/a $initis ale$#i di2a#i "enjadi 1 ,
1.

5ntermiten .kadang-kadang/ - bila gejala kurang dari 4 hari;minggu atau kurang dari 4 minggu. +ersisten .menetap/ - bila gejala lebih dari 4 hari;minggu dan lebih dari 4 minggu.

2.

)erdasarkan tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi 1.

Ringan - bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akti'itas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. Sedang-berat - bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.

2.

2.4 Etiolo#i Alergen inhalan merupakan pen"etus yang penting dalam terjadinya rinitis alergi pada de!asa dan anak-anak. Sensitisasi alergen inhalan dalam ruangan dan di luar ruangan merupakan hal umum penyebab terjadinya rinitis alergi musimandan sepanjang tahun.(ungau debu rumah merupakan penyebab umum alergi pernapasan di seluruh dunia, mempengaruhi hampir 20 sampai 0% dari populasi di $ropa dan menjadi *aktor pen"etus keseluruhan rinitis alergi sebesar 00%. Studi kohort, dimana penelitian mengikuti anak-anak dari lahir sampai usi 1A
8

tahun menemukan terjadinya peningkatan tiap tahunnya pre'alensi sensiti'itas tungau debu rumah sebanyak =%.@

Ta2el 2.1 Be2e$a*a ale$#en /an# di*e$&i$a&an se2a#ai *en1etus $ea&si ale$#i, 5 Alergen 3ingkungan Alergen makanan Alergen 6bat Alergen 3ingkungan kerja;okupasi (ungau debu rumah )ulu binatang peliharaan 1e"oa %e!an pengerat Serbuk sari Spora jamur 1a"ang-ka"angan 1erang laut (elur Susu sapi 5kan )uah-buahan, seperti arbei +enisilin dan antibiotik 4SA5# Sul*onamid )ahan kimia 3ateB Serbuk kayu

8ara masuknya alergen dapat dibagi menjadi - A a. Alergen inhalan (ungau debu rumah .D. Pteronyssinus,D.farinae,B.tropicalis/, ke"oa,serpihan epitel kulit binatang .anjing,ku"ing/, jamur .Aspergillus/. b. Alergen ingestan )erupa makanan, misalnya "oklat,susu,telur,udang,kepiting, ka"ang-ka"angan. ". Alergen injektan &elalui suntikan atau tusukan, misalnya injeksi penisilin dan sengatan lebah. d. Alergen kontaktan &elalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik,perhiasan.A

2.6 Pato(isiolo#i Reaksi alergi terdiri dari dua *ase, yaitu reaksi alergi *ase "epat .RA78/ dan reaksi alergi *ase lambat .RA73/. RA78 berlangsung sampai satu jam setelah kontak dengan alergen, dan men"apai pun"aknya 10-20 menit pas"a paparan alergen, sedangkan RA73 berlangsung 24-4A jam kemudian, dengan pun"ak reaksi pada 4-A jam pertama.A Alergen yang menempel pada mukosa hidung untuk pertama kali, terhirup bersamaan dengan udara na*as. Alergen yang terdeposit oleh makro*ag atau sel dendrit yang ber*ungsi sebagai *agosit dan sel penyaji antigen .Antigen Presenting Cell atau APC/ diproses menjadi peptida pendek yang terdiri atas =-14 asam amino yang berikatan dengan molekul %3A . Human eucocyte Antigen/ kelas 55 membentuk kompleks &%8 . !a"or Histocompatibility Comple#/ kelas 55 yang kemudian dipresentasikan pada sel (h0 . $ helper %/. 1emudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 .531/ yang akan mengakti*kan (h0 untuk berproli*erasi menjadi (h1 dan (h2. (h2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti 53 , 53 4, 53 0 dan 53 1 . 53 4 dan 53 1 diikat oleh reseptornya di permukaan sel lim*osit ), sehingga sel lim*osit ) menjadi akti* dan akan memproduksi imunoglobulin $ .5g$/. 5g$ di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor 5g$ di permukaan sel mastosit atau baso*il .sel mediator/ sehingga ke dua sel ini menjadi akti*.A Cika mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai 5g$ akan mengikat alergen spesi*ik dan terjadi degranulisasi .pe"ahnya dinding sel/ mastosit dan baso*il dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk . Performed !ediator/ terutama histamin. Selain histamin dilepaskan juga &e'ly (ormed !ediators antara lain prostaglandin #2 .+:#2/, leukotrien #4 .3(#4/, leukotrien 84 .3(84/, bradikinin, Platelet Activating (actor .+A7/ dan berbagai sitokin. 5nilah yang disebut reaksi alergi *ase "epat.%istamin yang dilepaskan akan merangsang reseptor %1 pada ujung sara* 'idianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Selain itu histamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet akan mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. :ejala lain seperti hidung tersumbat akibat 'asodilatasi sinusoid. A +ada RA78, sel makstosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosino*il dan neutro*il di jaringan target. Respon ini akan berlanjut, dan men"apai
10

pun"aknya 2-A jam setelah pemaparan. +ada RA73 ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel in*lamasi seperti eosino*il, lim*osit, neutro*il, baso*il dan mastosit serta peningkatan berbagai sitokin pada sekret hidung. (imbulnya gejala hiperakti* atau hiperesponsi* hidung adalah akibat peranan eosino*il dengan mediator in*lamasi dari granulnya seperti )osinophilic Cationic Protein .$8+/, )osinophilic Derived Protein .$#+/ dan lain-lain.A

:ambar 2.2 +atogenesis Rinitis Alergi, dari http-;;emedi"ine.meds"ape."om

2.7. 8ejala !linis :ejala utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung. :ejala rinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. (anda-tanda *isik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan !ajah yang abnormal, maloklusi gigi, allergic gape .mulut selalu terbuka agar bisa berna*as/, allergic shiners .kulit ber!arna kehitaman diba!ah kelopak mata
11

ba!ah yang terjadi karena stasis 'ena sekunder akibat obstruksi hidung /, lipatan tran'ersal pada hidung .transverse nasal crease/, edema konjungti'a, mata gatal dan kemerahan. +emeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung jernih, membran mukosa edema, basah dan kebiru-biruan .boggy and bluish/.

a. )ersin )erulang )ersin berulang diakibatkan oleh iritasi histamin pada ner'us sensori .4. </ di mukosa hidung, yang ditransmisikan ke pusat bersin pada medula oblongata. $*ek dari iritasi histamin pada ner'us sensori inilah yang akan lebih memperburuk bersin pada alergi. 10 b. Rinorea 8air 5ritasi ner'us sensori pada mukosa hidung merangsang ner'us parasimpatik untuk menghasilkan re*lek bersin. Asetilkolin dihasilkan oleh ner'us parasimpatis. %istamin bekerja se"ara langsung pada pembuluh darah mukosa hidung yang menyebabkan pengeluaran plasma. 4amun hal ini hanya terjadi pada 10% dari kasus rinorea. +ada umumnya rinorea dihasilkan oleh kelenjar hidung. 10 ". +embengkakan mukosa hidung +embengkakan mukosa hidung disebabkan oleh edema interstitial pada mukosa hidung, keluarnya plasma, dan kongesti pada pembuluh darah mukosa hidung. $*ek langsung dari mediator kimia seperti histamin, prostaglandin, kinin, dan sebagian leukotrin ikut berpengaruh.. 3eukotrin dihasilkan dari in*iltrasi sel in*lamasi, sebagian eusino*il, memegang peranan penting padapembengkakan, ditemukan pada *ase lambat. Reaksi *ase "epat rinitis alegi dimediasi oleh Ab ig$ pada reaksi ag-ab. 1emudian, in*iltrasi sel in*lamasi menyebabkan reaksi *ase lambat. Cika terus berlangsung iritasi ag ini akan menyebabkan lesi kronik. 10

2.5. Dia#nosis

12

a. Anamnesis Anamnesis sangat penting karena seringkali serangan tidak terjadi di hadapan pemeriksa. %ampir 00 % diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. :ejala yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang, ditanyakan yaitu A,10,11 i. ii. Apakah gejala bersin terus menerus atau hilang timbul Cika gejala terjadi pada musim tertentu, pikirkan terpaparnya dengan serbuk sari atau bulu iii. #i rumah, tanyakan apa ada memelihara he!an, berapa kali membersihkan rumah dalam sebulan, apa ada memakai karpet, so*a berbahan kain, kasur atau bantal kapuk, kemungkinan terpapar dengan tungau debu i'. Apa pekerjaan dan bagaimana lingkungan tempat kerja, kemungkinan dipi"u akibat lingkungan kerja '. Apa sebelumnya bepergian ke tempat lain, kemungkinan terjadi akibat perubahan lingkungan tiba-tiba. :ejala lain ialah keluar ingus .rinore/ yang en"er dan banyak, ditanyakan beberapa pertanyaan, yaitu A,10,11 i. ii. Apa keluar ingus dari depan atau tertelan ke belakang Cika terdapat sekret kekuningan, pertimbangkan apa alergi atan in*eksi, jika kehijauan, merupakan in*eksi iii. Apa keluar ingus hanya pada satu lubang hidung atau keduanya, jika unilateral "urigai adanya keganasan. :ejala hidung tersumbat, apa hanya pada satu lubang hidung . biasanya disebabkan de'iasi septum, polip atau tumor/ atau kedua lubang hidung . rinitis atau polip/. :ejala hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai bengkak dengan banyak air mata keluar .lakrimasi/. #itanyakan bagaimana akti'itas sehari-hari dan tidur saat serangan, apa terganggu atau tidak.

13

Ri!ayat penyakit keluarga apa ada mempunyai ri!ayat atopi .asma, biring susu saat bayi, alergi makanan, dan lain-lain/. 10,11 b. +emeriksaan *isik +ada inspeksi, ditemukan na*as melalui mulut atau susah berna*as le!at hidung, garis hori>ontal di dorsum nasi, bayangan gelap di daerah ba!ah mata .pada kasus lama atau berat/ . +ada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, ber!arna pu"at atau li'id disertai adanya sekret en"er yang banyak. +ada pemeriksaan oro*aring, dinding posterior *aring tampak granuler dan edema .cobblestone appearance/, serta dinding lateral *aring menebal. 3idah tampak seperti gambaran peta .geographic tongue/. A,10,11

:ambar 2. &ukosa hidung rinitis alergi pada pemeriksaan nasoendoskopi. Sumber dari http-;;emedi"ine.meds"ape."om ". +emeriksaan penunjang +emeriksaan 3aju $ndap #arah .3$#/ untuk mengetahui kekentalan plasma . in*lamasi atau in*eksi/. %itung jenis eosino*il dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. +emeriksaan 5g$ total seringkali menunjukkan nilai normal, tidak merupakan kriteria diagnostik, ke"uali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu ma"am penyakit. 3ebih bermakna adalah pemeriksaan 5g$ spesi*ik dengan RAS( atau $35SA. +emeriksaa penunjang lainnya dapat dilakukan nasoendoskopi atau 8( s"an. 10,11 Alergen penyebab dapat di"ari dengan "ara pemeriksaan tes kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri . *kin )nd+point $itration;*)$/, hasilnya dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat antihistamin, antidepresan trisiklik dan steroid topikal. Dntuk alergi
14

makanan, uji kulit yang banyak dilakukan adalah ,ntracutaneus Provocative Dilutional (ood $est .5+#7(/, namun sebagai baku emas dapat dilakukan dengan diet eliminasi dan pro'okasi .EChallenge $estE/. A, 10,11

:ambar 2.4 Skin +ri"k test. Sumber dari http-;;emedi"ine.meds"ape."om 2.13. Dia#nosis Bandin# Rinitis alergi perlu dibedakan dari rhinosinusitis, rinitis 'asomotor ataupun idiopatik, rinitis in*eksiosa, rinitis sekunder dari obat-obatan baik lo"al .4eo-Synephrine dan kkokain/ maupun sistemik .beta bloker, aspirin, reserpin, mor*in/, rinitis sekunder dari *a"tor mekanis, tumor hidung, polip hidung, rhinorea serebrospinal, iritan kimia, *a"tor psikologis dan mastositosis hidung. A Ta2el 2.2 Dia#nosis Bandin# )initis Ale$#i 12 #iagnosa )anding Rhinosinusitis akut :ejala Spesi*ik 4yeri tekan pada !ajah, sekret purulen dari hidung, in*eksi gigi rahang atas, tidak respon terhadap pemberian dekongestan, bisa di sertai demam atau batukF biasanya disertai 5S+A akibat 'irus.

15

Rhinosinusitis kronik 5n*eksi Saluran akibat 'irus 1elainan bentuk Rinitis

4yeri tekan pada !ajah, sekret purulen dari hidung, demam sering tidak ada, hyposmia kronis. Sel* limited disease .rhinorea bening, batuk, sakit, demam ringan/.

+erna*asan atas )iasanya sembuh sendiri dalam -= hari.

(erdapat de'iasi septum hidung, polip hidung, hipertro*i konka, hipertro*i adenoid. %idung tersumbat unilateral atau bilateral #isebut juga dengan Grebound RhinitisE, disebabkan oleh penggunaan anamnesa.

medikamentosa dekongestan topikal yang berlebihan, diagnosis mudah ditegakan dari hasil

Rinitis 'asomotor

Rhinorea bening, hidung tersumbat, dipengaruhi oleh posisi, hilang timbul. 1ehamilan dapat memperburuk gejala. +ada umumnya diderita oleh pasien geriatri.

Rinitis atro*i

#isebabkan oleh o'er-rese"tion jaringan konka atau produksi mukus yang sedikit, sehingga terjadi kekeringan pada hidung dan pengerasan mukosa. (erdapat bau busuk pada hidung.

Rhinitis nonallergi"

Sensasi +4# pada pagi hari

2.11. Penatala&sanaan (ujuan penatalaksanaan rinitis alergi ini untuk mengontrol gejala klinis seoptimal mungkin. +ilihan terapi terdiri dari pen"egahan tepaparnya alergen, *armakoterapi .seperti kortiikosteroid intranasal atau antihistamin/, dan imunoterapi.12,1

16

Ta2el 2.3 Al#o$it"a tatala&sana $initis ale$#i 11 DIAGNOSIS RINITIS ALERGI


Apa ada asma atau tidak, terutama pada rinitis persisten berat

Gejala intermiten

Gejala persisten

Ringa n
AH bloker generasi 1 oral atau intranasal, dan atau dekongestan atau LT A ! atau "ro#one$

Sedan gBerat

Ringa n

Sedan gBerat
AH bloker generasi 1 kortikosteroid intranasal atau LT A

AH bloker generasi 1 oral atau intranasal, dan atau dekongestan atau kortikosteroid intranasal atau LT A ! atau "ro#one$

*e#baik

+agal

Ada ge%ala &ersisten setela' 2( 4 #inggu )ika gagal, lan%ut ke langka' berikut, )ika #e#baik, lan%utkan sela#a 1 bulan

,e#bali 1 langka' sebelu#n-a, dan teruskan sela#a .1 bulan

Tin%au ke#bali diagnosis dan ke&atu'an &engobatan, ko#&likasi/in0eksi, atau &en-ebab lain

Ta#ba' atau tingkatkan dosis kortikosteroid intranasal

inore, ta#ba'kan i&ratro&iu #

Hidung tersu#bat, ta#ba'kan dekongestan atau kortikosteroid oral !%angka &endek$

*eng'indari alergen atau iritan &en-ebab sangat &enting )ika ada kon%ungti1itis, ta#ba'kan AH bloker generasi oral, atau intraokuler 17

+agal, u%uk ,e s&esialis

2erti#bangkan i#unotera&i s&esi0ik

1. 1omunikasi e*ekti* dengan pasien 2. (erapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan alergen penyebabnya dan eliminasi. a. Akibat tungau - membersihkan, mengeringkan selimut, alas kasur, dan lain sebainya b. Serbuk - memakai masker, ka"amata, dll. Ta2el 2.4 Eli"inasi dan *en1e#ahan ale$#en 11 $liminasi tungau debu rumah 1. &embersihkan dalam rumah, menggunakan vacum cleaner, sebaiknya dua kali seminggu 2. (idak menggunakan kasur dan bantal berbahan kapuk . Cika memungkinkan, men"egah penggunaan so*a dan karpet berbahan kain 4. 3etakkan anti-tungau diatas tempat tidur dan bantal 0. Caga kelembapan 000 % dan suhu ruangan 20-20 8 &engurangi terpapar dengan antigen he!an 1. )erhenti pelihara he!an di rumah, jika memungkinkan, atau 2. 3etakkan he!an peliharaan di luar rumah dan jauhi dari kamar tidur . )ersihkan he!an peliharaan

. &edikamentosa Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin %-1. +emberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan se"ara peroral. +reparat kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung tidak berhasil diatasi dengan obat lain. +engobatan baru lainnya untuk rinitis alergi adalah anti leukotrien, anti 5g$, #4A rekombinan. 11,12 1. Antihistamin non sedati* .3oratadine, "etri>ine, 7eBo*enadine/ dapat men"egah gatalgatal dihidung, bersin-bersin, rinorea dang gejala pada mata tetapi tidak e*ekti* pada kongesti hidung. 2. +engobatan lain -

18

a. 1ortikosteroid intranasal merupakan pengobatan yang sangat e*ekti*, dapat mengontrol gatal-gatal pada hidung, bersin, rinore dan aman untuk pemakaian jangka panjang. 5ntranasal kortikosteroid generik yaitu *luti"asone, triam"inolone a"etonide dan *lunisolide. b. #ekongestan oral mengurangi bengkak pada mukosa hidung dan dapat dikombinasikan dengan antihistamin oral. ". +enghambat leukotrine kurang e*ekti* dibandingkan dengan kortikosteroid intranasal. +ertimbangan pemakaiannya pada pasien yang tidak sembuh dengan agen line pertama atau yang mempunyai ri!ayat asma. d. Antihistamin intranasal, e*ekti* pada pengobatan gangguan pada hidung uang berhubungan dengan "ua"a dan non-alergik. Ta2el 2. + Pilihan Te$a*i $initis Ale$#i 12 Pilihan Te$a*i !ele2ihan !e&u$an#an sulit untuk menilai !alaupun paparan terhadap alergen sudah terkontrol 7armakoterapi 6nset "epat $*ek samping obat . sedasi,

+en"egahan terhadap )iaya minimal alergen

#apat mengontrol gejala-gejala iritasi lokal, epiistaksis pada obat topikal, per*orasi septum hidung rinitis non-alergen )anyak pilihan alergi atau RAS( test alergen atau untuk pada penggunaan steroid tidak nyaman, harus Skin pri"k test, tes +enting untuk menentukan jenis +asien imunoterapi Dntuk terapi pen"egahan alergen 5mmunoterapi %anya untuk penyakit yang remitting $*ek pengobatan masih ada !alaupun sudah dihentikan )iaya minimal untuk jangka panajng
19

institute menghentikan

penggunaan

antihistamin oral sementara.

$*ekti*itas terlihat #apat

terapi sampai

belum beberapa syok

bulan pengobatan menyebabkan ana*ilasis

#apatmen"egah

polisensitasi

dan asma pada anak-anak

Ta2el 2.4 Te$a*i (a$"a&olo#i untu& $initis ale$#i 12 Na"a #ene$i& !o$ti&ost$ooid int$anasal 7lunisolide spray 2-14 tahun - 2 spray, 2B; hari H10 tahun - 2-4 spray, 2B; hari (riam"inolone a"etonide Spray Aerosol spray 7luti"asone propionate spray 7luti"asone *uroate spray &ometasone spray 2-12 tahun - 1 spray, 1B; hari H12 tahun - 2 spray, 1B; hari H4 tahun - 1-2 sprays, 1B; hari H4 tahun - 1-2 spray, 1B; hari 2.11ahun - 1 spray, 1B; hari H12 tahun - 2 spray, 1B; hari )e"lomethasone diproppionate spray Antihista"in o$al. #ene$asi 2 tan*a de&on#estan 3oratadine (ab 10 mg Solution 0 mg;ml 8etri>ine Syrup 0mg; 0 ml (ablet 10 mg 3e'o"etiri>in 2 bulan- 0 tahun - 1,20 mg satu kali sehari, saat malam
20

Dosis inisial

H2 tahun - 1-2 spray, 2B; hari

2-0 tahun - 0 mg satu kali sehari H2 tahun - 10 mg satu kali sehari

2-0 tahun - 2,0- 0 mg satu kali sehari H2 tahun - 10 mg, satu kali sehari

Solution 2,0 mg;0 ml (ablet 0 mg

hari 2 tahun-11 tahun - 2,0 mg satu kali sehari saat malam hari H12 tahun - 0 g satu kali sehari saat malam hari

Antihista"in o$al. #ene$asi 2. den#an de&on#estan #esloratadine dan pseudoephedrine $Btended rel tab 2,0 mg-120 mg H12 tahun - 2,0 mg; 120 mg setiap 12 jam

Antihista"in o$al. #ene$asi 1 8hlorpheniramin Solution 2 mg;0 ml (ablet 4 mg #iphenhydramin Solution 12,0 mg;0 ml (ablet 20 mg De&on#estan o$al +seudoephedrine Solution 10 mg; 0 ml (ablet 0, 120, 20 mg 2-0 tahun - 10 mg setiap 4-2 jam, maB 20 mg;hari 2-12 tahun - 0 mg setiap 4-2 jam, maB 120 mg;hari H12 tahun - 20 mg setiap 4-2 jam maB 240 mg;hari 2-0 tahun - 1 mg setiap 4-2 jam 2-12 tahun - 2 mg setiap 4-2 jam H12 tahun - 4 mg setiap 4-2 jam 2-0 tahun - 10 mg setiap 2 jam 2-12 tahun - 0 mg setiap 2 jam H12 tahun 20 mg setiap 2 jam

Antihista"in int$anasal A>elastine hydro"hloride spray 0-11 tahun - 1 spray, 2 kali sehari

21

H12 tahun - 2 spray, 2 kali sehari 6lopatadine hydro"hloride spray 2-11 tahun -1 spray, 2 kali sehari H12 tahun 2 spray, 2 kali sehari

4. 5munoterapi 8ara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama serta dengan pengobatan "ara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan. (ujuan imunoterapi adalah pembentukan ,g- blocking antibody dan penurunan 5g$. Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu intradermal dan sublingual. 12,1 0. 6perati* a. 4ekrosis koagulasi . elektrokoagulasi radio*rekuensi, operasi laser, tri"hloroa"eti", dan lain-lain/ b. +embedahan . operasi "orreting "a'um nasal, turbinektomi, polipotomy, dan lainlain/ 1 Ta2el 2.6 Pilihan te$a*i o*e$ati( $initis ale$#i 12 9*e$asi untu& "e"*e$2ai&i "u&osa hidun# )lektrocoagulasi, cryosurgery, laser surgery, .%/ trichloroacetic acid chemo+surgery. 6perasi laser dikarakteristikkan dengan berma"am-ma"am prosedur, instrument, dan tujuan seperti untuk kauter permukaan hidung dengan laser beam, penguapan pada lapisan dalam, .semikonduktor, potassium titanyl phosphate .1(+/, dan eksisi luas membran mukosa. Pe"2edahan &o$e&si untu& "enin#&at&an %entilasi hidun# *ubnasal turbinectomy, inferior turbinectomy, septoplasty, metode operasi takahashi, e#tensive turbinate nasal polypotomy Pe"2edahan untu& "en#u$an#i $hino$$hea 0idian neurectomy dan posterior nasal neurectomy

22

2.12. !o"*li&asi 1omplikasi rhintis alergi yang dikha!atirkan dapat terjadi adalah 1. (imbulnya dan atau memburuknya penyakit asma pada penderita.12,1 1ebanyakan pasien dengan rinitis alergi mengalami hiperreakti'itas saluran na*as. %al ini menunjukkan bah!a rinitis alergi merupakan *aktor risiko untuk asma. Antigen diinduksi pada mukosa hidung sehingga meningkatkan molekul adhesi interseluler dan eosino*il pada saluran pernapasan bagian ba!ah, dan inilah yang memperburuk keadaan pasien asma dengan adanya rinitis alergi. 2. +ada anak-anak akan terjadi penyimpangan pada pertumbuhan !ajah .*a"ies adenoid/, maloklusi pada gigi ."rossbite, high palatal ar"h/, penonjolan pada gigi insisi'us, masalah pada gigi ini disebabkan oleh pernapasan yang berlebihan melalui mulut.12 . %iposmia.12 4. +olip hidung A,12 )eberapa penelitian mendapatkan, bah!a alergi hidung merupakan salah satu *aktor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung. 0. 6titis media e*usi yang sering residi* - gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak. %al ini diduga terjadi sebagai akibat dari peradangan pada saluran hidung yang mempengaruhi drainase tuba eusta"hius.A,12,10 2. Sinusitis akut ataupun kronik 12,10 #i akibatkan oleh peradangan pada konka nasal yang memblokir kompleks ostiomeatal. (es pen"itraan pada pasien dengan rinitis alergi menunjukkan adanya kekeruhan pada sinus paranasal, hal ini diduga sebagai komplikasi dari rinitis alergi. 5n*lamasi akibat alergi ditandai dengan rhinorea yang bening dan "air atau kental. =. :angguan tidur atau apnea.12 A. :angguan pada tuba eusta"hius.12,14
23

:ambar 2.0 :ambaran mukosa pada rinitis alergi.Sumber dari http-;;emedi"ine.meds"ape."om 2.13. P$o#nosis +rognosis rinitis alegri tergantung pada klasi*ikasinya. +ada umumnya pasien dapat hidup normal dengan adanya gejala. +asien yang menerima allergen-spe"i*i" immunotherapy sebagian besar dapat sembuh dari penyakit ini, namun gejala rinitis alergi dapat kambuh 2- tahun setelah penghentian imunoterapi terapi ini. Sebagian besar kekambuhan mun"ul pada saat remaja sampai umur dua puluhan. :ejala mulai berkurang saat pasien men"apai dekade kelima kehidupan.14 +engobatan yang e*ekti* dapat mengurangi sebagian besar gejala rinitis alergi, pengobatan hanya memperbaiki gejala saat terjadinya paparan. +aparan alergen selanjutnya akan menyebabkan reaksi alergi lain. (es alergi untuk menghindari paparan alergen dapat mengurangi jumlah paparan selanjutnya. +ada keadaan tertentu, seorang indi'idu dapat mengatasi alergi dengan sistem kekebalan tubuhnya yang mengakibatkan tubuhnya kurang sensiti* terhadap alergen tertentu. 4amun, apabila suatu alergen telah menimbulkan reaksi maka pada keadaan selanjutnya akan mudah untuk tersensitasi kembali. #esensitisasi umumnya membutuhkan sampai 0 tahun pengobatan dan hanya e*ekti* sekitar dua-pertiga dari indi'idu.14

24

BAB III !E IMPULAN

Rinitis alergi adalah suatu gangguan hidung yang disebabkan oleh reaksi peradangan mukosa hidung diperantarai oleh imunoglobulin $ .5g $/, setelah terjadi paparan allergen .reaksi
25

hipersensiti'itas/ :ejala klinik rinitis alergi disebabkan oleh mediator kimia yang dilepaskan oleh sel mast, baso*il dan eosino*il akibat reaksi alergen dengan 5g $ spesi*i k yang melekat di permukaannya. &ediator yang paling banyak diketahui peranannya adalah histamin. %istamin akan menyebabkan hidung gatal, bersin-bersin, rinore "air dan hidung tersumbat. (atalaksana utama pada rinitis alergi adalah berupa nasehat kepada pasien untuk menghindari *aktor pen"etus alergi. Sedangkan untuk simptomatiknya dapat diberikan medikamentosa berupa antihistamin, dekongestan, ataupun kortikosteroid.

DA'TA) PU TA!A 1. ?%6 AR5A 2010 re'ision 2. #emoly +,et al. Assesment of Disease Control in 1hinitis Allergic. Clinical and $ranslational Allergy. 201 , hal -=

26

&angunkusumo 4i>ar, &angunkusumo $. %idung. #alam - )uku Ajar 5lmu 1esehatan %idung dan (elinga. $disi 1e-2. Cakarta - 71D5. 200= F h. 11A - 122.

4. Snell, Ri"hard S, 1epala dan 3eher. #alam - Anatomi 1linik. Cakarta - $:8. 1@@=.

0. :anung %, dkk. 7aktor yang #iduga &enjadi Risiko pada Anak dengan Rinitis Alergi di RSD 8ipto &angunkusumo Cakarta. #i'isi Alergi-5munologi 5lmu 1esehatan Anak Dni'ersitas 5ndonesia; RSD 8ipto 2. 4ina 3, &i"helle 4, Anne 1.8lini"al &ani*estations o* Allergi" Rhinitis. C Aller (her. 201 F2 =. 4guyen, Iuo" A. Allergi" Rhinitis in 6tolaryngology and 7a"ial +lasti" Surgery. A'ailable *rom DR3 - http-;;emedi"ine.meds"ape."om;arti"le;A 42A1-o'er'ie!. Arti"le last update &ar"h 12, 2012. Canuari 2014.= A. 5ra!ati &, 1asakeyan $, Rusmono 4. Rinitis Alergi. #alam - )uku Ajar 5lmu 1esehatan %idung dan (elinga. $disi 1e-2. Cakarta - 71D5. 200= F h. 12A , 1 0 @. %ouse dust mites allergy- stallergenes builds on *a"ts to shoe e'iden"e o* allergen immunoteraphy at $AA85 201 in &ilan- +ress release. Cuni 201 . 10. +alomo CC, et al. (reatment o* Allergi" RhintisiF Aria #o"ument, 4asal 3a'age, Antihistamines, 8romones and <aso"ontri"tor. 6tolaryngology, +ro*. )al!ant Singh :endeh .ed/. 2012 F 21-=2 11. ?illington, Cenny. &anagement o* allergi" and non-allergi" rhinitis- a primary "are summary o* the )SA85 guideline. +rimary 8are Respiratory Cournal. 2010. hal 1-2 12. #egu>man A.#, et al. Allergi" Rhinitis :uideline 6"tober 201 . D&%S 1 . 6kubo 1 et al. GCapanese :uideline *or Allergi" RhinitisE. Allergology ,nternational !!!.jsa!eb. 2%3345%6373+3.8

27

14. Asheikh

Ca'ed.

Allergi"

Rhinitis (reatment

&anagement.

http-;;emedi"ine.meds"ape."om;arti"le;1 4A20-o'er'ie! updated- 6"tober 201 . di akses pada tanggal 1A Canuari 2014.

28

You might also like