You are on page 1of 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Definisi Kleptomania Pada tahun 1816, seorang dokter yang berasal dari Swiss bernama Andre

Matthey untuk pertama kalinya menjelaskan istilah klopemanie yang artinya suatu tindakan mencuri secara impulsif barang yang tidak berharga dan tidak dibutuhkan. Istilah tersebut diubah menjadi kleptomanie pada tahun 1938 oleh 2 dokter Perancis Jean Etienne Esquirol dan CC Marc, untuk menggambarkan perilaku mencuri yang disengaja dan adanya dorongan untuk melakukan tindakan tersebut.2,7 Kleptomania adalah jenis gangguan pengendalian impuls, gangguan di mana seseorang tidak bisa menahan godaan atau mengendalikan diri untuk melakukan suatu tindakan yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain.5 Ciri penting dari kleptomania adalah kegagalan rekuren untuk menahan impuls untuk mencuri benda-benda yang tidak diperlukan untuk pemakaian pribadi atau yang memiliki arti ekonomi. Benda-benda yang diambil sering kali dibuang, dikembalikan secara rahasia, atau disimpan dan disembunyikan.4 Orang dengan kleptomania biasanya memiliki uang untuk membayar benda yang mereka curi secara impulsif. Kleptomania ditandai oleh ketegangan yang memuncak sebelum tindakan, diikuti pemuasan dan peredaan ketegangan dengan atau tanpa rasa bersalah, penyesalan, atau depresi selama tindakan. Orang kleptomania mungkin merasa bersalah dan cemas setelah mencuri, tetapi mereka tidak merasa marah atau balas dendam. Selain itu, jika benda yang dicuri adalah sasaran, diagnosisnya bukan kleptomania, karena kleptomania tindakan mencuri itu sendirilah yang merupakan sasaran.4

II.2

Epidemiologi Prevalensi kleptomania adalah tidak diketahui. Diperkirakan angka

kleptomania adalah sekitar 3,8-24% dari mereka yang ditangkap karena mencuri di toko. Rasio jenis kelamin juga tidak diketahui, tetapi kleptomania tampaknya

lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki. DSM-IV melaporkan keadaan ini terjadi kurang dari 5% dari pencuri toko yang teridentifikasi.4

II.3

Etiologi Individu dengan kleptomania menunjukkan ketidakmampuan mereka

dalam menentang keinginan mereka untuk mencuri, tetapi etiologi dari kebiasaan yang tidak terkontrol ini masih belum jelas. Hipotesis yang mendasari kesulitan dalam membuat keputusan pada kleptomania adalah adanya disfungsi serotonergic di bagian ventromedial korteks prefrontal yang mendasari kegagalan pengendalian impuls pada individu kleptomania. Pada suatu studi yang meneliti individu kleptomania dilaporkan bahwa jumlah dari 5-HT transporter pada individu kleptomania adalah lebih sedikit jika dibandingkan dengan individu yang normal. (Kleptomania : clinical characteristics and treatment, Jon E Grant, brian L Odlaug). Pada studi case report dan neuroimaging menambah petunjuk hipotesis etiologi pada kleptomania. Kerusakan sirkuit orbitofrontal-subkortikal pada otak telah dilaporkan menyebabkan kleptomania. Teknik neuroimaging telah menunjukkan penurunan integritas mikrostruktural white matter di bagian ventralmedial otak depan pada kleptomania dibandingkan dengan kontrol. Gambaran ini yang menyebabkan peningkatan impuls pada kleptomania. (Kleptomania : clinical characteristics and treatment, Jon E Grant, brian L Odlaug). II.4 Faktor Resiko Kleptomania memiliki faktor resiko, diantaranya : Riwayat keluarga Wanita Memiliki gangguan mental lain Trauma kepala atau trauma otak (mayo clinic)

II.5

Gambaran Klinis Kleptomania Ciri penting dari kleptomania terdiri dari dorongan atau impuls yang

rekuren, intrusif, dan tidak dapat ditahan untuk mencuri benda-benda yang tidak diperlukan. Pasien kleptomania mungkin juga mengalami penderitaan tentang kemungkinan atau sebenarnya mereka memahami dan tanda manifes dari depresi dan kecemasan. Pasien merasa bersalah, malu, dan terhina karena perilaku mereka. Sebagian besar pasien kleptomania mencuri dari toko, tetapi mereka juga dapat mencuri dari anggota keluarga di rumah tangga mereka sendiri.4

II.6

Diagnosis Kleptomania Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania berdasarkan Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV-TR),yaitu :4 Tabel 1. Kriteria Diagnosis Untuk Kleptomania A. Kegagalan berulang dalam menahan impuls untuk mencuri bendabenda yang tidak diperlukan untuk keperluan pribadi atau untuk nilai uangnya. B. Meningkatnya perasaan ketegangan segera sebelum melakukan pencurian. C. Rasa senang, puas, atau reda pada saat bersamaan dengan melakukan pencurian. D. Mencuri tidak dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan atau balas dendam, dan bukan sebagai respons suatu waham atau halusinasi. E. Mencuri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan konduksi, episode manik, atau gangguan kepribadian antisosial.

Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania (curi patologis) berdasarkan PPDGJ-III,yaitu :6 1. Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa puas selama dan segera sesudahnya, melakukan tindakan pencurian. 2. Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya dilakukan, tetapi tidak setiap kesempatan yang ada digunakan.

3. Pencurian biasanya dilakukan sendiri (solitary act), tidak bersamasama dengan pembantunya. 4. Individu mungkin tampak cemas, murung, dan rasa bersalah pada waktu di antara episode pencurian, tetapi hal ini tidak mencegahnya mengulangi perbuatannya tersebut. Kleptomania (curi patologis) harus dibedakan dari :6 a. Pencurian berulang di toko tanpa gangguan jiwa yang nyata, dimana perbuatannya direncanakan dengan lebih hati-hati dan terdapat motif keuntungan pribadi yang jelas. b. Gangguan mental organik (F00-F09), dimana berulang kali gagal untuk membayar barang belanjaan sebagai konsekuensi berkurangnya daya ingat dan kemerosotan fungsi intelektual lain. c. Gangguan depresif dengan pencurian (F30-F33), beberapa penderita depresi melakukan pencurian dan mungkin akan tetap mengulanginya selama gangguan depresif masih ada.

II.7

Perjalanan Penyakit Dan Prognosis Kleptomania dapat dimulai pada masa anak-anak, walaupun sebagian

besar anak dan remaja yang mencuri tidak menjadi orang dewasa yang kleptomania. Perjalanan gangguan ini adalah hilang dan timbul, tetapi gangguan ini terjadi cenderung menjadi kronis. Angka pemulihan spontan gangguan ini tidak diketahui. Gangguan dan komplikasi serius biasanya sekunder karena tertangkap, khususnya jika ditahan. Banyak orang tampaknya tidak pernah mempertimbangkan secara sadar akan kemungkinan harus dihadapi karena tindakan mereka. Beberapa orang mengalami penderitaan karena tidak mampu menahan impuls untuk mencuri, diikuti oleh periode bebas yang berlangsung beberapa minggu atau bulan.4 Prognosis dengan pengobatan dapat baik, tetapi sedikit pasien datang mencari bantuan atas keinginan sendiri. Seringkali gangguan tidak mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan seseorang. Pada kasus yang terjadi pada orang lanjut

usia, menderita gangguan yang baru dicetuskan oleh kehilangan atau kekecewaan.4

II.8

Diagnosis Banding Perbedaan utama antara kleptomania dengan bentuk mencuri lainnya

adalah untuk suatu diagnosis kleptomania, mencuri harus selalu mengikuti kegagalan untuk menahan impuls dan harus merupakan tindakan yang tersendiri, dan benda-benda yang dicuri tidak dipergunakan dan tidak memiliki arti ekonomi. Pada mencuri tanpa gangguan jiwa biasanya tindakan itu direncanakan dan benda yang dicuri biasanya untuk digunakan atau memiliki nilai ekonomi.1 Episode pencurian kadang-kadang terjadi pada masa gangguan psikotik, seperti pada episode manik akut, depresi berat dengan gejala psikotik, atau skizoprenia. Pencurian psikotik merupakan hasil dari peningkatan atau penurunan patologis dari mood atau perintah dari halusinasi atau delusi. Pencurian pada individu dengan gangguan kepribadian antisosial merupakan suatu yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan percaya diri, dengan beberapa tingkat persiapan dan perencanaan, biasanya dilakukan dengan orang lain. Pencurian antisosial biasanya melibatkan perilaku yang membahayakan atau kekerasan, khususnya menghindari penangkapan. Rasa bersalah dan penyesalan jarang sekali muncul, atau pasien selalu berbohong. Intoksikasi akut obat dan alkohol bisa memicu pencurian pada individu dengan gangguan jiwa lainnya atau tanpa psikopatologi yang berat. Pasien dengan Alzheimer atau penyakit organik demensia lainnya bisa saja meninggalkan toko tanpa membayar, yang lebih mengarah pada kelalaian daripada pencurian.3 1. Kaplan & Sadock. 2007. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition : Jilid 1. Penerbit : Lippincott Williams & Wilkins 3. Maslim, Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III. Jakarta.

II.9

Penatalaksanaan a. Psikofarmaka Penelitian mengenai pengobatan psikiatrik untuk mengatasi kleptomania masih sedikit jumlahnya. Meskipun begitu, pengobatan akan sangat membantu. Jenis pengobatan yang terbaik untuk penderita kleptomania tergantung dari keadaan penderita kleptomania tersebut dan kondisi lain yang dimilikinya, seperti depresi atau penyakit obsesifkompulsif. Kombinasi dalam pengobatan dapat meningkatkan manfaat. Obat-obatan yang termasuk di dalamnya antara lain : Antidepresan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) biasa digunakan untuk mengobati kleptomania. Diantaranya,: Fluoxetine (Prozac, Prozac weekly), paroxetine (Paxil, Paxil CR), fluvoxamine (Luvox, Luvox CR). Respons SSRIs biasanya dikarakteristikan dengan menurunnya ideide untuk mencuri, menurunkan kebiasaan mencuri, dan

memperbaiki fungsi sosial dan pekerjaan. Jika penggunaan SSRIs saja kurang efektif, maka pertimbangkan untuk menambahkan terapi dengan naltrexone, buspirone, atau mood stabilizer. Mood stabilizer Pengobatan ini bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan mood yang menyebabkan adanya keinginan yang kuat untuk mencuri. Jenis mood stabilizer yang digunakan untuk mengobati

kleptomania adalah lithium (Lithobid). Respons pengobatan terhadap lithium dan valproate telah dijelaskan pada 2 kasus pasien dengan kleptomania. Pada kasus dengan penggunaan valproate, dosis efektifnya adalah 2,000 mg/d, sedangkan lithium mengurangi keinginan untuk mencuri pada kadar serum 0,5 mEq/L. Antagonis opioid

Naltrexone (Revia, Vivitrol) Naltrexone telah digunakan sebagai terapi pertama dalam pengobatan kleptomania dan menunjukkan penurunan yang signifikan dalam keinginan untuk mencuri, gagasan mencuri, dan tindakan pencurian.

Dosis rata-rata yang digunakan adalah 150 mg/d, pengurangan dosis (50 mg/d) bekerja pada dewasa dengan kleptomania.

Efek samping mual dapat pada pasien dapat dikurangi, dengan cara memulai dosis 25 mg/d untuk 3-4 hari pertama dan diperbolehkan untuk menambahkan ondansetron, 4-8 mg/d. Efek samping mual dan diare biasanya ringan dan sembuh sendiri dalam minggu pertama. Secara klinis, sebagian besar pasien menunjukkan respon naltrexone dalam 2 minggu. Setelah itu, dosis yang dibutuhkan dapat disesuaikan.

Pada pasien dengan komorbid depresi, penambahan SSRI akan mencegah perburukan gejala depresi yang belum teratasi.

Antipsikotik atipikal Meskipun belum ada penelitian bahwa antipsikosis atipikal bermanfaat pada kleptomania, penambahan SSRI dengan atipikal antipsikosis bermanfaat secara klinis. Atipikal antipsikosis menunjukkan agen tambahan dalam pengobatan penyakit

nonpsikotik dan perilaku, termasuk pathologic gambling dan penyakit obsessive compulsive. (mayo clinic &current

psychiatry)

b. Psikoterapi Cognitive behavioral therapy (CBT) telah menjadi pilihan dalam terapi kleptomania. Secara umum, Cognitive behavioral therapy membantu dalam mengidentifikasi keyakinan dan perilaku yang salah dan menggantinya dengan yang benar, sesuatu yang positif. Di dalam cognitive behavioral therapy termasuk di dalamnya teknik yang dapat membantu kleptomania keluar dari kebiasaannya, diantaranya :

Covert sensitization Dimana individu diminta untuk membangkitkan hal-hal yang tidak mengenakkan saat akan mencuri misalnya pasien di intruksikan untuk membayangkan jika diri nya mencuri dan membayangkan efek negatifnya seperti tertangkap atau perasaan mual dan sesak nafas.

Aversion therapy Merupakan sesi dimana individu berusaha mengatur pernafasan secara tepat, menahan nafas untuk beberapa saat ketika rasa tidak nyaman muncul yang akan melawan dorongan-dorongan untuk mencuri tersebut untuk kembali muncul.

Systematic desensitization Membantu pasien untuk mencapai keadaan relaksasi melalui relaksasi otot dan memerintahkan pasien untuk membayangkan tindakan selain episode mencuri, juga menyarankan bahwa pasien lebih baik mengontrol dorongan untuk mencuri dengan mengontrol kecemasan. (mayo clinic) Penatalaksanaan yang mengkombinasikan CBT dengan obat telah

menunjukkan keuntungan pada pasien dalam suatu laporan kasus. Seorang pasien pria 43 tahun dengan cedera tumpul pada regio fronto temporal kepala yang menyebabkan timbulnya gejala mirip kleptomania diterapi dengan citalopram dan CBT dan dilaporkan adanya pengurangan dari seluruh gejala kleptomania. Seorang pasien wanita 77 tahun dengan onset kleptomania yang lambat (usia 73 tahun) dilaporkan berhentinya semua pencurian yang dilakukan setelah terapi dengan pemberian kombinasi CBT, sertraline 50mg/hari, terapi menasehati diri sendiri, dan membuat larangan sendiri dalam berbelanja. (Grant, Jon E. dan Odlaug, Brian L. 2008. Kleptomania: Clinical Characteristics and Treatment. Rev. Bras. Psiquiatr. 30 (S11-5). Cognitive behavioral therapy berdasarkan keefektifannya dapat mengatasi patologi gambling, CBT dapat digunakan sebagai monoterapi pada kasus kleptomania yang ringan. Terapi kombinasi antara farmakologi

dan terapi perilaku adalah strategi pengobatan yang optimal untuk kleptomania. (mayo clinic)

II.9 Prognosis Kleptomania dapat mulai muncul pada masa anak-anak, walaupun kebanyakan anak- anak dan remaja yang mencuri tidak akan menjadi kleptomania pada saat dewasa. Onset gangguan ini sering muncul pada masa remaja akhir. Wanita lebih sering mencari pertolongan psikiatri daripada pria. Pria lebih sering dimasukkan ke penjara. Pria cenderung memeperlihatkan gangguan ini pada usia 50 tahun dan wanita usia 35 tahun. Perjalanan penyakit ini bisa bertambah dan berkurang tapi cenderung menjadi kronis. Angka kesembuhan spontan tidak diketahui. Pada pasien dengan penyakit yang serius biasanya sering tertangkap dan ditahan. Kebanyakan pasien biasanya secara sadar mempertimbangkan konsekuensi dari perilaku mereka. Prgonosis dengan pengobatan bisa baik, tapi sedikit pasien yang datang secara sadar untuk mencari pertolongan. (Maslim, Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III. Jakarta).

You might also like