You are on page 1of 12

BAB 3

HEGEMONI G-8 DAN HANCURNYA KEDAULATAN E KONOMI.POLITIK NEGARA. NEGARA SELATAN


Written by Administrator

FRIDAY, 21 NOVEMBER

2OO8

URLSource:h1p://www.korantempo.com,/korantempol2006l03/28/Opini/krn,20060328,67.id.ht

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini saudara diharapkan dapat:

1. menyebutkan

negara-negarayangtergabung dalam G-8.

2. menjelaskan pentingnya kelompok G-8 ini di dunia internasional. 3. menjelaskan highly mobile capital dapat membuat negara terutama
yang terjadi dalam ekonomi global.

negara-

negara berkembang sebagai host country semakin rentan terhadap perubahan

4.
5.

menyebutkan berbagai kebijakan Comrnon Agricultural Policy (CAP) yang


diterapkan oleh Uni Eropa dalam memproteksi sektor pertanian mereka. meringkas 5 (lima) isu-isu strategis yang disampaikan Presiden Indonesia pada pertemuan G-8 di Jepang untuk mendesakkan kepentingan Indonesia.

Secara historis terbentuknya kelompok negara-negara G-8 berawal dari


resesi global yang disebabkan oleh krisis minyak yang terjadi pada tahun 1970-an.

Pada tahun 1974, Amerika Serikat menginisiasi sebuah forum yang dinamakan

Library Group yaitu sebuah forum informal yang dihadiri oleh senior financial

official dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat, Perancis, dan Jepang. untuk melakukan pertemuan

Pada

tahun 1975 kepala negara Perancis mengundang kepala negara-negara tersebut

di

Rambouillet ditambah dengan ltalia. Setelah

pertemuan kedua mereka bersepakat untuk melakukan pertemuan regular setiap tahun (G-6). Pada tahun berikutnya, Kanada menambah keanggotaan G-6 menjadi G-7.
21

SejaktahunlgTTpertemuanG-TjugatelahmengundangperwakilanUni

EropayangkemudiansecarasetiaptahunnyaikutdalampertemuanG.T' membuat Rusia muncul Berakhimya perang dingin dan pecahnya Uni Sovyet
Sejak pertemuan pada sebagai negara yang perlu diperhitungkan keberadaannya. pertemuan utama anggota G-7 ' tahun 1994 di Naples, Rusia selalu terlibat di luar Clinton, pada tahun 1997 Rusia secara formal masuk

Atas inisiatif Presiden Bill

dalam keanggotaan G-8 sampai sekarang'

G.Smerupakanforuminternasionalyanganggotanyaterdiridari8negara Itali, Jerman, Kanada, besar (industri maju): Amerika Serikat, Inggris, Perancis, militer merupakan dan Rusia. Ke-8 negara ini secara ekonomi-politik dan
Jepang,
negara-negar

yang menguasai kekuatan dunia. Secara ekonomi kelompok dalam kelompok negara negara-negara ini menguasai 65Yo ekonomi dunia, berada nuklir aktif' Ditambah dangan kekuatan militer terbesar, dan memiliki kekuatan Cina dan beberapa organisasi intemasional yangjuga aktif

dengan keberadaan

dalam setiap pertemuan tahunan G-8.


tahunan Kelompok negara-negara maju ini memiliki satu forum pertemuan juga yang dihadiri oleh kepala pemerintahan masing-masing negara anggota dan Eropa, PBB, wTo, mengundang beberapa organisasi multilateral seperti uni

{Jnion' Selain itu' Bank Dunia, International Atomic Energt Agency, dan African negara-negara sejak tahun 2005 kelompok G-8 juga berinisiatif untuk melibatkan (Brazil, china berkembang yang diundang untuk hadir dalam pertemuan tersebut
India, Mexico dan Afrika Selatan). G-8 Selain pertemuan di tingkat kepala negara atau kepala pemerintaharl

juga memiliki forum untuk pertemuan di tingkat menteri seperti pertemuan


pertemuan menteri menteri keuangan yang dilakukan empat kali dalam setahun, luar negeri lingkungan atau pertemuan menteri luar negeri' Pertemuan menteri

tersebut dirancang untuk mempersiapkan pertemuan

di tingkat kepala

negara'

dari pemyataan Sedangkan output dari pertemuan tersebut merupakan bagian global' bersama dari negara-negara G-8 berkaitan dengan isu dan kebijakan
G-8 dan kekuatan ekonomi-potitik global

22

Kelompok negara-negara
mendominasi kekuatan ekonomi merupakan negara-negara

G-8 merupakan negara-negara

yan.g

politik global. Secara ekonomi mereka industri maju sedangkan secara politik mereka

power" dalam politk termasuk negara-negara yang juga memiliki dominasi "hard
pembangunan internasional. Perhatian negara-negara G-8 khususnya dalam yang mendukung ekonomi global adalah untuk menciptakan iklim dan kondisi

stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Saat

ini kelompok G-8 juga mencermati kondisi ekonomi global

yang

krisis pangan dan menunjukkan perkembangan negatif terutatna disebabkan oleh ekonomi global' energi yang dianggap mampu menghambat laju pertumbuhan
kondisi dan lnflasi yang cukup tinggi juga terjadi di negara-negara maju. Melihat beberapa agenda multiple ffictdalam ekonomi politik global yang terjadi saat ini
yaitu yang akan dibahas dalam pertemuan G-8 di Hokkaido Jepang diantaranya
perdagangan, portumbuhan ekonomi dunia yang berkelanjutan, investasi, perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual, munculnya kekuatan

perteruan ekonomi baru, dan sumber daya alam. Output yang diinginkan setelah

G-8 ke-34 tersebut adalah bagaimana

negara-negara anggota G-8

mengkordinasikan kebijakannya dalam rnenghadapi isu-isu internasional'

Kelompok negara maju tersebut sangat mendukung kebijakan invesasi Mereka dan perdagangan bebas yang identik dengan liberalisasi dan privatisasi. dan percaya bahwa jika investasi internasional bisa dilakukan secara bebas
global' Dalam terbuka maka akan lebih mempercepat laju pertumbuhaan ekonomi
dalam pemyataan bersamanya kelompok negara G-8 menyatakan dukungannya

oleh IMF dua pilar yaitu kebijakan investasi dan sektor keuangan yang dilakukan terbuka dan Poverty Reduetion Growth Facility (PRGF)-

melalui reziminvestasi

Namun yang terjadi sebenarnya bahwa pertumbuhan ekonomi yang hanya didorong liberalisasi perdagangan, privatisasi, dan rezim investasi bebas
hanya menguntungkan negara-negara maju. Liberalisasi perdagangan tidak

mempermudah transfer hasil produksi tetapi juga mempelmudah negara-negara

maju untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki oleh negara-negara dunia ketiga. Lebih dati 5AYo perdagangan dunia dikuasai oleh negara-negara nilai total maju di Amerika Utara dan Eropa yang masuk dalam G-8' Belum lagi
23

perdagangan yang

dimiliki oleh Jepang dan Rusia menambah besar keuntungan

j ika liberalisasi perdagangan diberlakukan secara global.

Dalam hal investasi, rezim open investment merupakan pintu untuk


mempennudah arus investasi. FDI dan portfolio investment merupakan &ktor

yang cukup penting bagi perkembangan perusahaan multinasional dan


transnasional sehingga perusahaan-perusahaan tersebut mampu bergerak melintasi

batas negara. Melalui capital transfer inilah perusahaan multinasional bisa melakukan ekspansi ke luar negara bahkan melakukan kontrol terhadap pasar,

produksi, maupun kegiatan ekonomi lain seperti investasi


manufaktur, atau komoditas lainnya.

di

sektor jasa,

Semakin bebasnya arus modal mendorong perubahan kondisi ekonomi

politik yang semakin berkembang saat ini dimana aliran modal di sektor
telah menggantikan aliran modal bilateral dan multilateral

swasta
sebagai

(fficial flows)

sumber modal asing yang digunakan oleh negara berkembang. Perubahan ini
selain rnembawa perubahan pada siapa yang melakukan kontrol terhadap modal,

juga berubahanya motif dan kepentingan bagi pihak yang menanamkan ulodal serta bagaimana bentuk aliran modal itu ditransfer ke negara lain. Semakin hma
arus modal semakin bersifat highly mobile dan tidak stabil (volatile).

Ifi*ly

mobile capital inilah yang membuat negara terutama negara-negara berkembang


sebagai host country semakin rentan terhadap perubahan yang terjadi dalam
ekonomi global.

Ironisnya, negara-negara maju justru menerapkan standar ganda dalam


kebijakannya. Mereka mendesakkan agenda-agenda ekonomi yang sangat liberal

bagi negara-negara dunia ketiga namun di sisi lain memiliki kebijakan nasional

yang sangat protektif. Misalnya dalam isu pertanian yang masih murjadi
perdebatan antara negara maju dan negara berkembang, negara-negara majuselalu berkeberatan untuk mencabut kebijakan proteksinya. Belum lagi kecurangan yang

dilakukan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa yang
tetap melakukan subsidi dan proteksi terhadap sektor pertanian mereka.

Tingkat seluruh subsidi pertanian

di Amerika

Serikat justru semakin

meningkat dari $182 milyar pada tahun 1995, menjadi $280 milyar di tahun 1997

dan meningkat lagi menjadi $362 milyar pada tahun 1998. Begitu pula dengan
24

Uni Eropa yang banyak mengandalkan Common Agricultural Policy (CAP)


miliknya. CAP Uni Eropa merupakan salah satu kebijakan paling proteksionis di
dunia dan

jemillki

dampak merusak terhadap ketahanan pangan di negara-negara

berkembang. Lima belas negara Uni Eropa mengeluarkan dana sebesar $42 milyar per tahun untuk mensubsidi petani mereka melalui kebijakan ini. Dukungan CAP terhadap petani tersebut berbentuk pembayaran langsung, harga-harga intervensi,

fasilitas-fasilitas penyimpanan untuk surplus produksi, dan subsidi-subsidi ekspor.


Subsidi-subsidi ekspor CAP tersebut memungkinkan produksi Uni Eropa mampu
bersaing dengan produksi petani di negara berkembang. Berbagai hambatan impor

Uni Eropa juga telah mencabut peluang ekspor kaum petani di


berkembang.l.

negara-negara

"Posisi'G-8 dalam isu utang


Utang luar negeri merupakan bagian dari aliran modal dari wilayah atau
negara-negara maju (developed region) ke negara-negara yang belum berkembang (less developed region). Dalam sejarahnya pada awal abad ke-19, aliran modal ini

digunakan oleh Inggris untuk melakukan pembangunan

di negara-negara
ini lebih banyak

koloninya di Amerika utara, Afrika selatan, dan Australasia. Pada dekade 1920 sampai dengan tahun 1930-an, perkembangan aliran modal

dilakukan oieh negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat ke negaranegara Amerika Latin.

Setelah perang dunia kedua berakhir dan banyak negara-negara Asia-

Afrika yang merdeka, utang luar negeri dijadikan sebagai alat untuk 'membantu'
pembangunan

di negara-negara dunia ketiga. Setelah berakhirnya Perang Dunia

kedua bentuk aliran

niian

ke

negara-negara dunia ketiga mulai berubah.

Mengikuti keberhasilan

M\hall

Plan untuk pembangunan Eropa yang hancur

akibat perang, Amerika Serikat dan negara-negara maju menyediakan pinjaman

untuk pembangunan negara-negara dunia ketiga dalam bentuk foreign aid atau

fficial

development assistance (ODA). Beberapa dari foreign aidyang diberikan

tersebut dalam bentuk grant atau hibah namun sebagian besar merupakan
pinjaman lunak (concessional loan). Tujuan dari ODA yang diberikan kepada negara-negara dunia ketiga adalah sebagai berikut: Official development
25

assistance was supposed

to aid the toke-off into self-sustaining growth

whick

Rostow hod identified as the pivotal stage

in the development process(Rostw,

1960). Foreign aid would plug the gap.Z Namun di sisi lain, sejak kemunculannya pasca Perang Dunia II, ber@ai
macam bentuk pinjaman dan bantuan luar negeri yang diberikan negara-negra

maju, khususnya Amerika Serikat dinilai memiliki kepentingan politik

dan

ekonomi. Bahkan ketika Marshal Plan menjadi sebuah ide baru dalam'foreigneid'
sudah dinilai memiliki banyak kepentingan ekonomi Amerika selain kepentiryan

geopolitik dalam situasi perang dingin.3

Beginning with Marshal Plan when

it

was new aid concept, w*ich

included a sort of preferential credit that generally benefited the supplier


more than recipient.4

o!*id

Marshal Plan generosity: much of the money so provided came back to tke
USA

for

the purchase of food

, raw materials and capital goads. It was

tlws a

powerful stimulant to American Economy.S

Munculnya wacana debt trap ditanggapi oleh negara-negara kreditor dan

XFIs

seperti IMF dan Bank Dunia dengan mengeluarkan inisiatif baru yaitu mekanisle

Heavily Indebted Poor Countries (HIPC) pada khun 1996 untuk menghapudran
utang bagi negara-negara yang tergolong sangat miskin. Namun mekanisrne ini

tetap mensyaratkan hal yang sama dengan penarikan utang. Liberalisasi dan
privatisasi masih menjadi syarat utama jika sebuah negara ingin menghapudcan
utangnya.

Dalam isu utang khususnya, G-8 yang juga merupakan

negara-negara

kreditor bagi banyak negara-negara dunia ketiga sangat mendukung mekanisne


Heavily Indebted Poor Countries, Pais Club, dan World Bank's Debt Redudion

Facility yang dijadikan sebagai skema penghapusan utang bagi negara-Haftr


dunia ketiga. Padahal mekanisme tersebut justru membawa negara-negara dunia

debitor tedebak dalam privatisasi dan liberalisasi terutama


strategis.

di

sektor-s*tor

Pengalaman

di

beberapa negara yang telah melakukan skema ters*ut

hampir seragam. Zambia harus melakukan privatisasi terhadap bank nasionahya.

Nikaragua harus melakukan privatisasi


26

di

seklor listrik yang mengakibaffran

kenaikan tarif listrik sebesar 20Yo yangjustru membebani masyarakat miskin.


Sedangkan

di Sierra Leone privatisasi dilakukan di hampir semua sektor

strategis

seperti air, energi dan komunikasi yang melibatkan 24 perusahaan

milik negaft.

Pada kenyataannya kebijakan ekonomi-politik global dan skema penghapusan utang yang selama ini didukung oleh negara-negara G-8 justru membuat kondisi

di negara-negara dunia ketiga semakin buruk. Bagi negara-negara Afrika mekanisme-mekanisme tersebut dianggap telah digunakan oleh lembaga kreditor untuk mendiktekan kebijakan ekonomi yang
harus dilakukan di negara mereka. Sejalan dengar, komentar yang diberikan oleh berbagai NGO seperti Jubilee South, Focus on the Global South, AltrEPON, dan the Centor do Estudios Inleynacionales yang melihat fenomena poverty reduction

program yang dilakukan oleh IMF dan Bank Dunia justru didominasi oleh
pendesakan kebijakan liberalisasi di berbagai sektor.

"Fighting poverty becomes the neu'est justification


external economic actors andfree market rules."6

for

the

aging

prescriptions geared to increasing the overoll opening of the "host country" to

Beberapa mekanisme negosiasi utang yang sering dipakai oleh negaranegara G-8 lainnya yaitu Paris Club dan London Club. Paris Club dipakai untuk

menegosiasikan utang bilateral antar pemerintah sedangkan London Club


digunakan untuk menegosiasikan utang komersial. Namun mekanisme negosiasi

tersebut masih dianggap tidak "adil" bagi kepentingan negara-negara debitor.


Kesepakatan tentang debt rescheduling atau debt relief hanya berdasarkan hasil negosiasi informal antara debitor dan ke-19 kreditor yang ada dalam forum.

Meskipun demikian, mekanisme debt relief yang sering menjadi rujukan

bagi negara-negara kreditor tersebut sebenarnya hanya lebih ditujukan untuk


melindungi kepentingan kreditor dan sistem keuangan internasional daripada

untuk mengatasi masalah kisis utang di negara-negara dunia ketiga. Hal ini
tercermin ketika anjuran yang diberikan oleh International Financial Institution
kepada negara-negara miskin tetap harus memprioritaskan debt service daripada membiayai subsidi dan pengeluaran sosial lainnya. Persyaratan yang diberikan untuk menerima penghapusan utang oleh negara-negara kreditor

ini

kebanyakan sama seperti persyaratan pinjaman yang


27

diberikan oleh IMF dan Bank Dunia. Persyaratan tersebut merupakan bagiandari kebijakan neoliberal yang ada dalam Washington Consensus diantaranya yaitu

disiplin fiscal, tax reform, liberalisasi suku bunga, liberalisasi

perdagangan,

privatisasi, dan deregulasi. Ironisnya, mereka juga memasukkan larangan tertadap

pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti infrastruktur, kesehatan, dan


pendidikan padahal bagi banyak negara berkembang atau negara miskin justrtr hal itulah yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

G-8 vs. kampanye global atas isu utang

Kritik

terhadap keberadaan kominitas negara-negara maju &lam


atras

kelompok G-8 banyak dikaitkan dengan tanggung jawab negara-negara maju


beberapa isu global seperti kemiskinan

di Afrika dan negara-negara

berkembang

yang disebabkan oleh utang dan kebijakan perdagangan intemasional. Pemanasan

global yang disebabkan emisi karbon, permasalahan AIDS yang

terkendala

penerapan hak paten atas obat-obatan, serta isu-isu lain yang berkaitan dcnpn

globalisasi. Berbagai macam bentuk demonstrasi telah dilakukan oleh kalangan

NGO untuk menentang legitimasi kelompok G-8 yang dianggap

harus

bertanggung jawab terhadap sekian banyak permasalahan global. Kampanye


penghapusan utang secara global yang dilakukan bersamaan dengan per&muan
tahunan G-8 telah dimulai sejak tahun 1998 pada pertemuan G-8 di Birmingfum.

Pada tanggal

l8

November tahun 2A06, pejabat senior Jtrman

mengumumkan bahwa pertemuan G-8 tahun 20A7


memasukan debt relief dan bantuan terhadap rencananya akan dibicarakan pada pertemuan

di

Jerman tidak akan

Afrika dalam agendanya karena di tahun 2008 di


Jepang. Namun

melihat daftar agenda yang akan dibicarakan pada pertemmuan G-8 di Jcpang
temyata hanya permasalahan Afrika yang akan dimasukkan. Sedangkan

ix

fubt

relieftidak muncul dalam agenda pertemuan G-8 ke-34 di Jepang.


Menghadapi gerakan kampanye penghapusan utang global yang mulai bangkit sejak aksi besar-besaran pada pertemuan G-8 di Birmingham, kelompok
negara-negara G-8 merespon dengan memberikan komitmen untuk melakukan

bagi negara-negara dunia ketiga. Namun realisasi y:ang diwujudkan oleh negara-negara G-8 jauh dari apa yang dijanjikan. Paris Club
penghapusan utang

mengklaim bahwa telah membuat 404 kesepakatan dengan 85 negara debitor. Dari
28

$506 billion hanya $7 billion penghapusan utang yang direalisasikan


semuanya kepada negara-negarayang masuk dalam kategori HIPC.

dan

Melalui mekanisme HIPC sendiri dari total $63.4 billion yang dijanjikan
hanya bisa terealisasi $45.4 billion. Data-datatersebut menunjukkan bahwa terlalu

sedikit jumlah utang yang bisa dihapuskan. Negara-negara miskin masih harus
mengeluarakan $100 million per hari untuk membayar utang. Sampai sekarang masih diperlukan penghapusan utang minimal sebesar $400 billion lagi bagi 100 negara-negara

di dunia untuk bisa menjamin ketersediaan kebutuhan

dasar bagi

masyarakatanya (Jubilee UK, 2008)

Tidak hanya jumlahnya yang terlalu kecil, tetapi juga persyaratan yang
diajukan bagi negara-negara yang ingin mendapatkan penghapusan utang masih

menjadi masalah utama. Persyaratan untuk melakukan transparansi

dan

akuntabilitas dalam prosesnya memang penting, namun persyaratan yang


berkaitan dengan kebijakan ekonomi seperti privatisasi, liberalisasi, dan praktek kebijakan fiscal harus dihapuskan. Proses penghapusan utang yang tidak adiljuga masih menjadi sumber sulitnya mengatasi permasalahan ini.

After a brief survey of the roots of the debt crisis, we look at the key elements of
the debt problem: the unpayable nature of much of the debt; the unjust origiw

of

much of the debt; the unfair processes of debt cancellation; and the need to act now to prevent afuture debt crisis (Jubilee Debt Campaign UK, 2008)

Oleh karena itu sangat jelas dirasakan bahwa selama ini


penyelesaian

upaya

kisis utang di

negara-negara

miskin dan negara

berkembang

dikendalikan oleh pihak kreditor dan bukan untuk kepentingan negara debitor. Tidak hanya dalam isu utang, tapi dalam beberapa isu global lainnya penyelesaian
masalah yang ditawarkan oleh kelompok negara-negara maju

ini telah digunakan

hanya untuk melancarkan kepentingan ekonomi dan politik Negara-negara


tersebut.

29

'!t

G-8 dan Indonesia


Pertemuan G-8 ke-34 juga memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk

hadir dalam forum tersebut. Tidak hanya di tingkat kepala negara, kelompok G-8 juga telah mengundang lndonesia untuk hadir dalam pertemuan di tingkat menteri
yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu. Undangan yang ditujukan untuk Presiden Indonesia pada pertemuan G-8 di Jepang memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mendesakkan kepentingan Indonesia dalam beberapa isu. Pertama, dalam isu krisis energi saat

ini dimana Indonesia juga

terkena

dampaknya maka dibutuhkan kebijakan energi yang lebih berpihak pada kepentingan nasional. Proses ekstraksi sumber daya energi di Indonesia saat ini
erat dengan kepentingan negara-negara maju karena 85% struktur produksi migas

di

Indonesia dikuasai oleh perusahaan asing.

Dari 137 konsesi pengelolaan

Iapangan migas

di

Indonesia masih dikuasai oleh korporasi asing, yang juga

menduduki 10 besar produsen migas di Indonesia. Chevron Pacific (AS) berada di urutan pertama diikuti Conoco Phillips (AS), Total lndonesie (Prancis), China
I

National Offshore Oil Corporation (Tiongkok), Petrochina (Tiongkok), Korea


Development Company (Korea Selatan), dan Chevron Company (Petro Energy, 2OAT. Spekulasi investor di sektor migas yang banyak dilakukan oleh negaranegara maju merupakan penyebab utama tingginya harga minyak intemasional
saat ini.
,l
l

,i
I I I

Kedua, dalam isu krisis pangan tidak semata-mata karena kurangnya


pasokan bahan pangan. Liberalisasi pertanian yang didorong atas kepentingan
negara-negara maju memberikan kontribusi bagi terjadinya krisis pangan saat ini.

Bukan hanya isufood security seperti yang harus didukung oleh kelompok negara

maju tetapi kita juga harus mendesakkan upaya untuk mencapai kedaulatan
pangan. Kebijakan perdagangan memaksa liberalisasi lebih lanjut atas pasar
pangan. Sehagai akibatnya, barang-barang import membanjiri pasar domestik.

Krisis pangan dan lingkungan saat ini merupakan hasil dari konhol rantai pangan dan pertanian yang sangat luas oleh perusahaan-perusahaan transnasional dan
liberalisasi pasar. Hal ini merusak lingkungan, menggantikan pertanian keluarga
dengan perkebunan pertanian skala besar. Pangan saat

ini berada di tangan

para

investor dan spekulan. Seluruh kebijakan telah meninggalkan jutaan petani tanpa
30

pendapatan yang layak dan populasi dunia dalam krisis pangan global (La Via Campesina, 2008). Saat

ini pemerintah di

negara-negar G-8 harus memecahkkan

krisis yang mereka ciptakan ketika mereka berpikir bahwa perdagangan bebas
dapat mencukupi dan memberi makan dunia. Saatnya telah tiba untuk mengubah

kebijakan pertanian menuju produksi pangan skala kecil, kedaulatan pangan dan
pasar lokal.
o'tanggung Ketiga, dalam isu pemanasan global, upaya untuk mendesak

jawab" negara-negara maju harus terus dilakukan. Industrialisasi yang ada di


negara-negara maju dan juga eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan yang

mereka lakukan

di

negara-negara berkembang merupakan penyebab utama

kerusakan lingkungan secara global.

Isu genting dalam upaya mengatasi pemanasan global salah satunyaadalah

pembiayaan mitigasi dan adaptasi. Inggris, Amerika Serikat, dan


mendorong pembiayaan perubahan

Jepang

iklim melalui mekanisme utang lewat Bank


tindakan pengalihan tanggung jawab

Dunia. Upaya

ini adalah merupakan

sekaligus pencarian keuntungan Qtrofiteering) krisis lingkungan tergenting saat ini. Tanggung jawab negara maju dalam pembiayaan mengatasi perubahan iklim tidak

boleh dalam rupa utang baru dalam mekanisme apapun. Negara-negara maju

harus mengurangi emisinya secara siginifikan sambil membayar


ekologik kepada negara-negara berkembang

pampasan

Keempat, liberalisasi investasi dan privatisasi yang terus didorong oleh


negara-negara maju dan juga mulai diterapkan secara masif

di

Indonesia juga

tidak terlepas dari kepentingan negara-negara maju yang membutuhkan 'olahan"


baru untuk memutar aliran kapitalnya. Kecenderungan kebijakan yang dilakukan

di Indonesia justru memilih liberalisasi dan memberikan peluang yang lebih


bagi ekspansi modal intemasional.

luas

Beberapa regulasi nasional seperti UU Migas, UU Sumber Daya Air, dan

UU Penanaman Modal tahun 2007 justru menjamin kebebasan aliran modal


investasi asing. Sektor-sektor strategis

dan

di

Indonesia

kini

didominasi oleh

kepemilikan perusahaan asing. Investasi asing telah menguasai 85,4yo konsesi


pertambangan migas, 70Yo kepemilikan saham

di Bursa Efek Jakarta, dan lebih

dari separuh (50%) kepemilikan perbankan di Indonesia (Forum Rektor Indonesia,


31

2007). Pemberlakuan aturan investasi yang baru tersebut membuat Indonesia


berada dalam fenomena race to the bottom.

Kelim4 isu utang yang justru disingkirkan dalam agenda pertemuan G-8 yang akan datang juga harus mendapat perhatian. Tuntutan penghapusan utang
bagi Indonesia tidak hanya karena utang tersebut merupakan utang haram (odious

debt) tetapijuga karena kebijakan penarikan utang saat ini tidak mendatangkan manfaat bagi rakyat. Net negative transfer yang terjadi karena pembayaran
berbagai benfrikfee (commitment fee, administration fee, front end fee; dan Agent

Fee), pembayaran bunga, dan selisih Net Present Value (ltiPv) justru lebih
membebani masyarakat Indonesia. Pertemuan G-8 yang dihadiri oleh negaranegara kreditor Can IFIs harus dimanfaatkan untuk "menegosiasikan" kembali
beban utang Indonesia secara adil.

Soal latihan:

l.
2. 3.

Sebutkan negara-negara yang tergabung dalam G-8! Jelaskan pentingnya kelompok G-8 ini di dunia internasional!

Jelaskan alasan highly mobile capitol dapat membuat negara terutama


negara-negara berkembang sebagai host country semakin rentan terhadap perubahan yang terjadi dalam ekonomi global.

4,

Sebutkan berbagai kebijakan Common Agricultural Policy (CAP) yang diterapkan oleh Uni Eropa dalam memproteksi sektor pertanian mereka.

5.

Ringkaskan 5 (lima) isu-isu strategis yang disampaikan Presiden Indonesia


pada pertemuan G-8 di Jepang untuk mendesakkan kepentingan lndonesia.

32

You might also like