You are on page 1of 48

MUSIM PANAS (JULI - SEPTEMBER) 2006. VOL.10 NO.

TROPIKA 3

JANGAN BACA SENDIRI !!


Majalah ini didanai oleh Conservation International Guna meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian alam dan lingkungan hidup Maka jangan baca sendiri, pinjamkan kepada sebanyak-banyaknya teman setelah Anda membacanya

Visi Kami mendambakan dunia sebagai tempat dimana kebutuhan dan keinginan setiap manusia dapat selalu berjalan seimbang dengan kekayaan dan keanekaragaman hidup di bumi. Misi Kami percaya warisan alam yang ada di bumi harus dipelihara demi kelangsungan hidup generasi mendatang secara spiritual, kultural, dan ekonomi. Misi kami adalah melestarikan keanekaragaman hayati di muka bumi sebagai warisan alam dan menunjukkan bahwa manusia dapat hidup secara harmonis dengan alam.
Tentang CI CI merupakan organisasi nir-laba yang berkarya di lebih dari 40 negara dan empat benua. CI menyadari bahwa konservasi dapat berhasil jika didukung dengan melibatkan masyarakat lokal. Kami memetakan susunan kebijakan dengan unik secara ilmiah dan ekonomis. Selain itu dilakukan pula penyadaran agar mereka mampu memelihara kekayaan hayati ekosistem bumi untuk mengembangkan kualitas kehidupan tanpa menguras sumberdaya alam. Kami memfokuskan upaya konservasi pada kawasan 'biodiversity hotspot' yang mempunyai kekayaan hayati tinggi namun terancam oleh kegiatan manusia. 34 kawasan hotspot meliputi hanya 2.3 persen dari keseluruhan lahan yang ada di bumi tetapi menghidupi setengah dari beragam spesies teresterial yang ada di bumi. Kami juga melakukan pekerjaan di kawasan belantara hutan tropis terakhir yang dimiliki oleh bumi, serta berkarya di beberapa titik penting kawasan laut di dunia.

TROPIKA INDONESIA ISSN: 0852-4602 www.conservation.or.id

DEPARTEMEN KEHUTANAN Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Pemimpin Umum/Penanggungjawab: Jatna Supriatna, PhD. Redaktur Senior: Barita O. Manullang, PhD., Didy Wurjanto, PhD., Iwan Wijayanto. Redaktur Eksekutif: Fachruddin M. Mangunjaya. Staf Redaksi: Diah Rahayu S. Koresponden: Anton Ario (Jawa Barat), Abdul Hamid (Nangroe Aceh Darussalam), Christo Hutabarat (Palu), Abdul Muthalib (Jayapura),Irman Meilandi (Sorong). Sekretaris Redaksi: Dian Melur. Distributor: Budi Prayitno, Baedi. TROPIKA INDONESIA adalah majalah tiga bulanan yang diterbitkan Conservation Support Division (CSD) Conservation International Indonesia. Terbit empat kali setahun (Maret, Juni, September dan Desember). Opini yang dituangkan oleh penulis dalam media ini tidak semuanya mencerminkan pendapat Conservation International Indonesia. Redaksi menerima tulisan yang sejalan dengan misi dan visi majalah ini. Tulisan yang dimuat akan diberikan imbalan yang pantas. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal 1000 kata. Disertai identitas pribadi dan nomor rekening. Dikirim ke alamat: Redaksi Jurnal TROPIKA INDONESIA. Jl. Pejaten Barat 16A, Kemang, Jakarta 12550, INDONESIA Telp: 021-7883 8624,7883 8626, 7882 564. Pes 121. Fax: 021-780 6723. atau e-mail: tropika@conservation.or.id.

Iklan layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh : CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA

2 2

TROPIKA TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4 MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Selamat Kepada Tim Bentang Laut Kepala Burung

rogram Kelautan CI, baru saja mendapatkan liputan yang cukup luas dari berbagai media di seluruh dunia tentang penemuan 52 spesies yang baru di kawasan Bentang Laut Kepala Burung, termasuk diantaranya dua jenis hiu laut yang diduga merupakan spesies baru. Upaya ini terwujud berkat sokongan dari The Walton Family Foundation, serta kepemimpinan Pak Ketut Putra dan Dr. Mark Erdman, serta serja kerja keras CI bersama para mitranya. Liputan pers yang luas ini menimbulkan tingkat kesadaran baru tentang pentingnya konservasi di laut Indonesia dan dunia. Penemuan di bentang laut kepala burung atau dalam bahasa Inggris disebut Birds Head Seascape ini merupakan salah satu perkembangan penting dalam perkembangan Program Kelautan di CI yang harus diantisipasi dalam beberapa bulan lagi. Sebagai tambahan terhadap implemenasi bentang laut, CI juga mencoba mengantisipasi peluncuran Regional Marine Partnership Fund (Dana Kemitraan Kelautan Regional). Peluncuran ini nantinya diharapkan akan secara dramatis memperluas upaya kita untuk memperkuat patner guna melakukan upaya-upaya konservasi. CI juga akan terus mengerjakan upayanya dalam Marine Management Area Science Program untuk memastikan bahwa upaya konservasi yang kita lakukan adalah berdasarkan informasi yang ilmiah. Pada akhirnya, kita akan meningkatkan pekerjaan kita di bidang Global Marine Species Assessment untuk mengenal pasti dimana sesungguhnya kawasan spesies laut yang mempunyai keterancaman yang tinggi dan perlu perlindungan. Saya ingin mengucapkan selamat terhadap tim Birds Head Seascape, tim Global Communications tim, Regional Marine Strategies, Conservation Funding Division dan siapa saja yang telah membantu upaya ini. Salam, Peter A. Seligmann

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

TROPIKA
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

HIDUP HARMONIS DENGAN ALAM

INDONESIA

Isi edisi ini:


Spesies Baru dari Kepala Burung...............16
Para peneliti bawah laut Conservation International menemukan lebih dari 50 spesies baru di kawasan Kepala Burung, Papua.
Foto:CI, Mark Erdmann.

Kapal Tanker Itu Menempuh Jalur Lebih

Jauh ................................15 Ketut Sarjana Putra : Kawasan Persilangan Jejaring Perlindungan

Laporan Utama
Jangka Panjang 6 Keuntungan di Bentangan Laut KEPALA BURUNG

Laut.....................................8
Conservation International berupaya memetakan ruwaya ikan, kawasan persilangan dan kekayaan hayati laut, untuk menuju pada pelestarian kehidupan di laut dan perikanan berkelanjutan.

Survei yang dilakukan oleh CI ingin memetakan jaringan perlindungan laut. Agar dapat dirancang pemanfaatan sumber daya laut dengan keuntungan jangka panjang.

KHUSUS 32 LAPORAN Belajar Melestarikan Warisan Alam Terakhir dari Indonesia

SOSOK ...................48
Penghargaan Seacology untuk Ketut Sarjana Putra

PROMOSI..............45
Doktor Habitat Owa Jawa

36 WAWANCARA Chantal Elkin: Kami Ingin Belajar dari

Indonesia Dr. Mark Erdmann : Kepala Burung adalah Jantung Segitiga Terumbu Karang

RESENSI BUKU ......46


Misteri Kekayaan Hayati Hutan Lambusango. Al-Quran Ciptaan & Konservasi.

Kawasan Bentangan Laut Kepala Burung ternyata menyimpan kekayaan hayati bawah laut yang menjadi kunci keberlanjutan lestarinya perikanan Indonesia bagian Timur. Maka Mark Erdmann menyebutnya sebagai jantung segitiga terumbu karang dunia.

ARTIKEL

Migrasi Burung Pemangsa Asia ke Indonesia. Wishnu Sukmantoro............................. Evaluasi Strategi Konservasi Melalui Program Monitoring Keanekaragaman Hayati. Anton Ario ..........................................

20

40

KOLOM
Gambar Sampul: Seekor kepiting diatas anemon di dasar laut Fak-fak Kaimana, Papua. Foto: CI.Jennifer Jeffers.

Kerinduan Masyarakat Mamberamo. Tomy A. Wakum .................................. Chantal Elkin

43

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

SURAT PEMBACA
Tertarik Agama dan Lingkungan Kami salut dan kagum dengan langkah dan perjuangan CII dalam bidang konservasi, terutama upaya mengaitkan atau membawa aspek religious dalam konservasi. Kami sering mengunjungi situs CII untuk mendapatkan berbagai informasi mengernai konservasi. Kami adalah kumpulan Mahasiswa pencinta alam yang baru terbentuk bulan Juli 2000, yang memiliki segala keterbatasan baik literature, rujukan atau pun dana maka dengan ini kami mengharapkan dukungan dan dorongan dari CII, jika mungkin ada leaflet, bulletin, ataupun buku-buku mengenai konservasi. Terima kasih, Husamah
Divisi Riset, Identifikasi dan Konservasi Tim Ekspedisi Biokonservasi Universitas Muhammadiyah Malang, Gd. Student Centre Lt IV Himabio Jl. Raya Telogomas Malang 65114 Email : usya_bio@yahoo.com

Master Sains (MSi) Biologi Konservasi, Universitas Indonesia


Indonesia memerlukan lebih banyak sumber daya manusia berkualitas. Namun lebih dari itu negeri ini perlu manusia yang perduli pada hidup yang selaras dengan alam. Karier terbuka luas di bidang konservasi alam dan pengelolaan lingkungan hidup dan sejak 1993 Universitas Indonesia membuka program pasca sarjana bidang studi biologi konservasi. Syarat: 1.Lulus sarjana biologi, kehutanan, pertanian, peternakan, perikanan, kedokteran hewan dan pendidikan biologi. 2.Berkemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris 3.Mempunyai IPK 2,75 (skala 4 /SKS) atau berpengalaman bekerja 3 tahun dalam bidang yang berkaitan. 4.Lulus tes seleksi TPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan wawancara. Hubungi Sekretariat Program: Pasca Sarjana FMIPA UI Gedung A Lantai 2 FMIPA Kampus UI Depok Telp/Fax (021) 772 11472.
e-mail: psbiol @ makara .cso. ui.id pascabiologi@yahoo.com

*) Buku dan leaflet sudah dikirim, semoga bermanfaat.

KONSERVASI DUNIA MAYA


para ilmuwan dalam mempelajari serangga yang sifatnya kritis dari cara mengumpulkan spesimenyang ada di serasah dedaunan hingga cara pengawetan dan penangkapan semut yang nantinya penting untuk dipelajari secara ilmiah maupun untuk keperluan identifikasi. http://www.teaminitiative.org/portal/server.pt

Program Konservasi Penyu


Penyu yang telah berusia 110 juta tahun mengarungi samudera karena adanya ekosistem laut yang sehat. Jika ada penyu bertebaran dengan sehat, artinya ekosistem kaut yang ada di situ pun merupakan ekosistem yang sehat. Sayangnya, penyu mendapatkan ancaman kepunahan dan jumlah mereka terus menurun. Maka, CI membuka program konservasi penyu yang melibatkan berbagai institusi dan mitra. http://www.conservation.org/xp/CIWEB/programs/ turtleflagship/

Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan


Hasil riset yang diadakan oleh Centre for Applied Biodiversity and Science (CABS) bahwa ada hubungan yang erat antara konservasi dan pembangunan. Riset yang diadakan oleh Larry Gorenflo dan Katrina Brandon dari CABS menunjukkan bahwa konservasi tidak semata-mata merongrong pembangunan yang dilakukan oleh manusia. www.biodiversityscience.org

Protokol Semut
Bukan hanya Kyoto yang menghasilkan protocol. Para ilmuwan Tropical Ecology Assessment and Monitoring Network (TEAM) di Conservation International meneliti semut sebagai indikator ekologi. Protokol semut ( Ant Protocol) ini merupakan rujukan atau petunjuk untuk
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

LAPORAN UTAMA

Keuntungan Jangka Panjang di Bentangan Laut Kepala Burung


Foto: CI/ Graham Abbott

Survei yang dilakukan oleh CI ingin memetakan jaringan perlindungan laut. Agar dapat dirancang pemanfaatan sumber daya laut dengan keuntungan jangka panjang.

aut Nusantara memang mengagumkan. Seperti lagu Koes Plus: di darat, tongkat kayu dan batu menjadi tanaman, dan di laut: ikan dan udang menghampiri dirimu. Tapi jangan gembira dulu. Itu dulu sekarang, ikan dan udang semakin tidak tampak karena ancaman terjadi dari darat dan laut. Padahal pengetahuan kita belum merambah sampai ke akar umbi rahasia alam bawah laut kita. Baru-baru ini tim kelautan alias Marine Conservation Team yang terdiri dari para ilmuwan CI, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan, Universitas Negeri Papua (UNIPA), Balai TN Cendrawasih, BKSDA Papua II, dan WWF Indonesia mengadakan sebuah survei di dua kawasan untuk mencari tahu tentang keberadaan
6

bawah laut di Teluk Cendrawasih di bagian tengkuk kepala burung Pulau Papua dan di Fak Fak Kaimana yang terletak di Tembolok bagaian Selatan Papua (lihat peta). Survei paling bergengsi ini didanai oleh The Walton Family Foundation. Hasilnya, ditemukan lebih dari 52 spesies ikan dan terumbu karang yang baru bagi ilmu pengetahuan. Mark Erdmann, yang menjadi komandan penelitian itu bukan main merasa bungah. Kami seolah dibawa pada masa-masa penemuan abad 18 saat dunia banyak belum diketahui, kata Mark, menggambarkan awal penemuan dan penamaan spesies bawah laut oleh pendahuluyang kebanyakan para ahli zaman Belandayang mengekplorasi kehidupan bawah laut Papua.
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

LAPORAN UTAMA
Kawasan Bentangan Laut Kepala Burung (Birds Head Seascape), merupakan nama yang diberikan pada kawasan paling Ujung Pulau Papua yang memang berbentuk seperti kepala burung. Kawasan ini dipertelakan memiliki kekayaan 1.200 spesies ikan dan 600 spesies terumbu karang yang masih sehat dan tentu saja jumlah jenis ini adalah 75 persen dari keanekaragaman spesies hayati bawah laut yang ada di dunia. Bila melihat keutuhan kawasan dan keindahan bawah laut Kepala Burung Papua, dapat dipastikan bahwa kawasan ini mempunyai makna penting sebagai kawasan produktif yang dapat mensuplai sumber daya perikanan yang ada di kawasan Indonesia Timur. Oleh karena itu ekspedisi penting ini juga ingin mengetahui kekayaan hayati di dua tempat tersebut. Lima tahun silam tahun 2001para ahli kelautan Conservation International juga terjun menyelam dan mengadakan Rapid Assassement Program (RAP) di Kepulauan Raja Ampat dan menjumpai kekayaan hayati dan terumbu karang di kawasan ini sangat tinggi. Beberapa jenis baru telah ditemukan. (Lihat TROPIKA Edisi Musim Panas Vol 7 (3), 2003 hal 6-12). Penelitian tim kelautan CI menemukan di kawasan Raja Ampat tercatat mempunyai 972 spesies ikan karang, 456 spesies terumbu karang, dan 699 spesies moluska. Dalam ekspedisi tersebut telah diidentifikasi pula beberapa jenis baru bagi dunia ilmu pengetahuan sepertiEviota raja dan dua spesies Apogon (sejenis Ikan Cardinal). Jaringan Kawasan Perlindungan Laut Bagi Conservation International, penemuanpenemuan sains diatas merupakan momentum tepat, tetapi lebih penting lagi memberikan jalan agar kekayaan tersebut dapat tetap lestari dan bermanfaat bagi kemanusiaan. Sebagai organisasi yang mendasarkan visinya pada sains, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di seluruh dunia menghendaki agar sains dapat memberikan justifikasi bagi upaya konservasi di lapangan. Salah satu contoh adalah upaya yang dilakukan oleh CI Marine Program dalam membuat mata rantai yang disebut Marine Protected Area ( MPA) network(jaringan Kawasan Perlindungan Laut) yang diharapkan menjadi sebuah jembatan bagi terwujudnya kelestarian kehidupan laut. Jaringan perlindungan kawasan laut, merupakan titik penting untuk mengambil pijakan dimana kawasan yang harus dikelola secara berkelanjutan. Maka dengan adanya MPA network ini, Teluk Cenderawasih yang telah menjadi taman nasional dan beberapa kawasan di Kepulauan Raja Ampat seperti, Teluk Mayalibit, Teluk Dampier, Pulau Wayag, Pulau Sayang, Piae dan yang lain di Kepulauan Misool dan Kofiai. Lalu di wilayah Selatan ada Triton Bay, Teluk Triton, Tanjung Patisol, dan Pulau Penu (di Fak-fak Kaimana), akan menjadi sebuah kawasan yang bisa dihubungkan antara satu dan yang lain. Kawasankawasan bawah laut yang kaya ini, kedepan akan menjadi kawasan penting dalam jaringan perlindungan laut dimasa depan. Untuk Raja Ampat, walaupun sekarang bukanlah sebuah taman nasional, tetapi diharapkan ada komitmen pemerintah daerah, mempunyai perhatian khusus dalam pengelolaan kawasan tersebut sebagai kawasan yang dikelola secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sebagai langkah konkrit, Desember 2006, Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat akan mendeklarasikan dirinya sebagai Kabupaten Bahari. yang bermakna kehidupan masyarakat kepulauan TROPIKA
7

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

LAPORAN UTAMA
tersebut semuanya bergantung dari laut. CI menetapkan MPA network ini bukan tanpa alasan. Beberapa penyebab ditemukan secara ilmiah, untuk menjaring opini tentang pentingnya menjaga dan survei yang dilakukan oleh CI ingin memetakan jaringan perlindungan laut. Agar dapat dirancang pemanfaatan sumber daya laut dengan keuntungan jangka panjang pelestarikan kawasan bentangan laut Kepala Burung dalam menjaga kesinambungan produktifitas ikan karang dan perikanan dan laut di kawasan timur. Kita ingin membuat, membangun MPA network berdasarkan pemahaman atas kehidupan marine societydan ekosistemnya yang ada di seluruh wilayah bentangan laut (seascape ), kata Ketut Sarjana Putra, Marine Conservation Director CI Indonesia (CII). Oleh karena itu, untuk mencari alasan ilmiah yang absah pada MPA network ini, survai atau penelitian dilakukan oleh tim CI, agar dapat dilihat apakah ada hubungan ekologi, sistem hidup, genetika, atau biodiversivitas dari keaneka ragaman jenis terumbu karang. Selain itu akan dilihat pula interaksi terumbu karang dan ikan serta invertebrata yang ada di kawasan seascapedengan kawasan-kawasan yang lain. Tiga Ancaman Tentu saja, setelah penelitian dan penemuan yang dilakukan oleh tim ilmuwan, para konservasionis tidak boleh tidur nyenyak, karena kawasan laut tersebut masih ditemukan berbagai ancaman. Mark Erdmann mengidentifikasi ada tiga hal serius yang mengancam spesies bawah laut Indonesia: Yang paling berbahaya adalah bom dan sianida. Bom, seperti layaknya teroris, akan membunuh ikan sebagai mangsa dengan cepat. Tentu saja, secara tidak sengaja, bom akan menghancurkan bangunan rumah ikan yang berupa terumbu karang di bagian bawahnya. Sedangkan penggunaan racun sianida, yang membuat ikan pingsan kemudian mudah ditangkap untuk diekspor ke berbagai Negara yang dituju seperti pasar di Cina dan Hongkonguntuk ikan napoleon dan kerapu. Residu racun sianida tentu bisa membunuh bukan saja ikan, tetapi makanan ikan seperti plankton dan terumbu karang ikut tercemar racun. Potensi ancaman kedua adalah yang ini bahkan lebih jelekrencana penangkapan secara intensif untuk tujuan komersial yang ditetapkan oleh pengambil kebijakan di kawasan tersebut. Kekawatiran Mark adalah, bahwa kawasan ini merupakan area terumbu karang yang sangat rentan dan tumbuh dengan lambat. Sehingga dikawatirkan kawasan ini tidak akan mampu mengemban tekanan perikanan secara komersial. Kami
8

Kawasan Persilangan Jejaring Perlindungan Laut


Conservation International berupaya memetakan ruwaya ikan, kawasan persilangan dan kekayaan hayati laut, untuk menuju pada pelestarian kehidupan di laut dan perikanan berkelanjutan.
Ikan Barracuda di Jamursbamedi perairan Kepala Burung Papua.

Foto: CII/ Erdy Lazuardi

Terumbu karang polip di Selat Iris, perairan Kepala Burung Papua.

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Foto: CI/ Jennifer Jeffers

Taman laut yang sehat di Kawasan Bentang Laut Kepala Burung.

ehidupan di darat, akan tampak langsung. Tetapi manusia belum menjangkaunya. Oleh karena itu Conbagaimana dengan kehidupan di bawah laut yang servation International menggagas suatu jaringan selama ini menjadi suplai kehidupan dan sumber kawasan perlindungan laut ( Marine Protected Area energi dan protetin bagi kehidupan di darat? Masih MPA network) berdasarkan pada pemahaman banyak yang menjadi rahasia, karena pengetahuan kehidupan di laut. Kita ingin membuat, memberharap pemerintah Indonesia akan lebih hati-hati tetap terus berfungsi baik secara ekonomi, dan ekologi. Jika untuk mengembankan kawasan yang sangat khusus ini, kawasan ini terpelihara, maka ikan dan hasil-hasil laut yang kata Mark Erdmann. Sedangkan ancaman ketiga adalah ada di sekitar kawasan itu dapat terus berproduksi secara keberadaan operasi penambangan dan pembalakan kayu berkesinambungan. yang sebenarnya berada di darat atau di pinggiran hutan, Jaringan MPA diharapkan pula mempunyai unsur tetapi membawa masalah pada kehidupan terumbu untuk menunjang produktifitas perikanan seperti upaya karang karena dapat menyebabkan erosi yang cepat dan pemijahan ikan ( storming aggregation ), yang menjadi menciptakan endapan yang bakal menutup permukaan salah satu kunci untuk bagi pembangunan MPA. Kata terumbu karang dan pada ujungnya akan mematikan Ketut, selain hal diatas, mesti diketahui pula lokasi rumah ikan-ikan ini. terumbu karang paling kuat berperan positif secara alamiahmisalnya bila terjadi perubahan iklim global Keuntungan Jangka Panjang (global climate change ). Dengan survei yang dilakukan Penelitian yang dilakukan oleh ilmuan CI menjadi oleh CI maka bisa ditentukan tempat yang mempunyai penting karena merupakan bahan pertimbangan untuk nilai ketahanan (resiliensi) paling tinggi. memasukkan kawasan ini kedalam MPA. Selain itu, ada Langkah awal pengenalan dimana kriteria-kriteria maksud lain yaitu, membangun wilayah jaringan MPA dapat diterapkan, mulai dirancang tahun 2006sehingga MPA ini mempunyai fungsi ekologi secara 2007 ini. Saat ini CI baru menemukan calon-calonnya berkesinambungan. Kita percaya kalau fungsi ekologi saja. Untuk mewujudkan cita-cita besar ini, Conservasudah baik lalu kita bangun MPA kemudian kita tion International, tentu saja tidak bekerja sendiri. CI berharap akan memberikan keuntungan ekonomi jangka bekerjasama dengan banyak mitra baik Pemerintah panjang terhadap daerah itu, Papar Ketut Sarjana Putra. Daerah (Pemda), pemerintah pusat dengan Departemen Dalam visi kedepan, kawasan MPA ini diharapkan agar Kelautan dan Perikanan (DKP) serta berbagai NGO internasional maupun lokal.***/ fm
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

Foto: CII, Mark Erdmann.

LAPORAN UTAMA
bangun MPA network berdasarkan pemahaman atas hasil laut yang ada di sekitar kawasan itu dapat terus kehidupan marine society dan ekosistemnya yang ada di berproduksi secara berkesinambungan. seluruh wilayah bentang laut seascape ( ), kata Ketut Jaringan MPA diharapkan pula mempunyai unsur Sarjana Putra, Marine Conservation Director CI Indo- untuk menunjang produktifitas perikanan seperti tempat nesia (CII). Menurut Ketut, survai atau penelitian pemijahan ikan ( storming aggregation ), yang menjadi dilakukan oleh tim CI ingin melihat apakah ada salah satu kunci untuk bagi pembangunan MPA. Selain hubungan ekologi, sistem hidup, genetika, atau itu, mesti diketahui pula lokasi terumbu karang paling biodiversivitas dari keaneka rakuat berperan positif secara gaman jenis terumbu karang, alamiahmisalnya bila terjadi terumbu karang dan ikan serta Kompleksitas perubahan iklim global (global cliinvertebrata yang ada di kawasan kehidupan di laut mate change ). Dengan survei yang seascapedengan kawasan-kawasan oleh CI maka bisa memang menantang dilakukan yang lain. ditentukan tempat yang Penelitian ini menjadi penting ilmuwan CI untuk mempunyai nilai ketahanan karena merupakan bahan pertim(resiliensi) paling tinggi. terjun lebih dalam bangan untuk memasukkan kaLangkah awal pengenalan wasan ini kedalam MPA. Selain meneliti sejauh mana dimana kriteria kriteria-kriteria itu, ada maksud lain yaitu, mem- kehidupan laut MPA dapat diterapkan, mulai bangun wilayah jaringan sehingga dirancang tahun 2006-2007 ini. MPA ini mempunyai fungsi eko- berinteraksi. Saat ini CI baru menemukan logi secara berkesinambungan. menemukan calon-calonnya saja. Kita percaya kalau fungsi ekologi Penelitian terakhir menunjukkan sudah baik lalu kita bangun MPA kemudian kita kawasan karang yang paling unik dan paling tinggi berharap akan memberikan keuntungan ekonomi jangka keanekaragaman hayatinya (baik ikan maupun panjang terhadap daerah itu. terumbunya) telah diketahui adalah: Tanjung Patisol, Dalam visi kedepan, kawasan MPA ini diharapkan Triton Bay, Kaimana, selain itu tentu saja kawasan agar tetap terus berfungsi baik secara ekonomi, dan Kepulauan Raja Ampat, yang pernah diteliti oleh tim ekologi. Jika kawasan ini terpelihara, maka ikan dan hasil- CI tahun 2001, telah masuk dalam hitungan.

10

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Kawasan diatas itulah yang merupakan salah satu contoh calon MPA yang akan merupakan komponen jaringan keseluruhan dengan apa yang disebut dengan bentang laut (seascape). Ini adalah sebuah strategi, seperti telah kita ketahui, CI merupakan organisasi konservasi yang mendasarkan keputusan dan strateginya dengan sains, oleh karena itu kata Ketut, CI ingin menggunakan conservation science itu sebagai pijakan dengan mengadakan analisis dan meneliti kembali seluas apakah MPA yang harus dibuat, sehingga kawasan perlindungan laut itu berfungsi secara ekologis. Kompleksitas kehidupan di laut memang menantang ilmuwan CI untuk terjun lebih dalam meneliti sejauh mana kehidupan laut berinteraksi. Misalnya, apabila kita ingin menyelamatkan kelestariaan ikan kerapu (grouper) yang kini terus diburu dan di gemari sebagai ikan ekspor kelas satu itu. Maka mestilah diketahui dimana ikan tersebut memijah storing ( ). Setelah tahu tempat memijahkarena hidup di laut bebaspenting pula diketahui dimana mereka hidup mencari makan dan berinteraksi, mereka traveling ke mana saja dan seberapa jauh perjalanan m ( igration ) ikan ini dari tempat dia makan ke tempat dia bertelur. Nah, kalau sudah tahu dan terdeteksi wilayah itu mungkin itu adalah salah satu acuan kita menentukan minimum size besaran MPA. Ikan karang termasuk kerapu, adalah jenis-jenis ikan yang gampang punah, sebab mempunyai banyak kelemahan: kerapu sama halnya dengan ikan na-

poleon, memerlukan usia cukup tua untuk dapat berkembang biak. Lima hingga tujuh tahun, baru gonadnya matang, dan ikan ini memerlukan waltu waktu sangat lama untuk menjadi dewasa, dan lambat sekali tumbuhnya, tambah Ketut. Soal kawasan persilangan tadi: hal serupa bisa diterapkan pada penyu yang sekarang telah Ketut Sarjana Putra. diketahui kawasan interbreeding binatang paling tua secara evolutif ini. Sekarang kita tahu tempat bertelur dia di Pulau Penu, Tabuda, Tataruga, Pulau Piae dan Pulau Sayang. Namun dari data satelit, kita ketahui pula bahwa penyu tersebut mengadakan perjalanan hingga sangat jauh sampai ke wilayah Aru, jadi penyu yang bertelur disini adalah penyu dari Kalimantan atau Wilayah Aru dan Papua Nugini. Penyu juga bisa difungsikan sebagaihighlit migratory species , karena digunakan pendekatan kawasan persilangan ( interbreeding areas ). Misalnya, apabila di suatu malam seekor penyu bertelur di suatu kawasan tertentu kemudian siang atau sore harinya mereka berada di kawasan lain yang jaraknya sangat jauh, maka kawasan ini dapat ditentukan menjadi kandidat untuk kawasan konservasi laut, dan itulah lebaran MPA yang bisa dihartetapkan. Penyu hijau atau sisik dapat berjalan sekitar 5 km atau bahkan 10 km dari pantai dimana mereka meletakkan telur. Dan wilayah terumbu karang dimana penyu itu beraktifitas, berarti kawasan tersebut merupakan kawasan persilangan mereka.// fm

Kehidupan bawah laut Bentangan Laut Kepala Burung, Papua.

Foto-foto: CI, Gerry Allen, Jennifer Jeffers.

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

11

LAPORAN UTAMA

aat terjun menyelam di kedalaman laut Kepala Burung, Papua. Mark Erdmann, pimpinan ekspedisi penelitian Conservation International, Februari lalu, merasa surprise: Pada saat kita menemukan begitu banyak jenis baru, kami merasa seperti dikembalikan ke abad-18, pada saat dunia kita memang belum begitu banyak diketahui, tutur Mark.

Betapa tidak, emosi peneliti yang telah bertungkus lumus hampir 15 tahunmenjadi peneliti laut Indonesia ini, emosinya bercampur aduk, ketika menjumpai banyak spesies baru. Pasalnya, eksplorasi indentifikasi ikan-ikan laut di Indonesia memang berawal 200 tahun silam, ketika banyak ahli-ahli kelautan Belanda mengidentifikasi pertama kalinya hewan-hewan penghuni laut

itu dan memberinya nama ilmiah. Menurut Mark, bila pada abad ini memang tetap dapat ditemukan jenis baru, itu pun sangat langka dijumpai. Namun nyatanya di perairan Kepala Burung di Papua, 52 jenis baru dijumpai hanya dalam perjalanan yang singkat, hanya tiga minggu. Rasanya, kami diberikan tiket untuk menonton film situasi dulu-dulu dibawah laut, kata Mark

Kepala Burung, adalah Jantung Segitiga Terumbu Karang

Mark Erdmann, bersiap menyelam.

12

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

menambahkan. Setiap naik ke darat, dan tim ilmuwan berjumpa pada saat makan malam, setiap anggota tim, lalu melaporkan hasil penemuan mereka, penemuan baru dan khasanah baru bagi dunia ilmu pengetahuan dan strategi konservasi di kawasan laut. Berikut adalah wawancara dengan Dr. Mark Erdmann yang bertindak sebagai team leader untuk survei di Teluk Cenderawasih dan Fakfak-Kaimana alias kawasan perairan laut Kepala Burung: Penelitian yang Anda pimpin menjadi sebuah kejutan baru bagi dunia konservasi dan memberikan informasi berharga atas kekayaan dan kepentingan sebuah perairan yang bernama kawasan Kepala Burung di Papua. Bisa dijelaskan mengapa keragaman ikan di bentang Kepala Burung sangat tinggi? Ada beberapa teori yang sudah diajukan oleh para peneliti, diantaranya ialah bahwa: Kepala Burung mempunyai begitu banyak habitat, berbagai macam habitat: mulai dari teluk bakau yang teduh hingga terumbu karang yang berupa tebing, lalu terumbu karang yang dipukul ombak besar dari laut pasifik dan seterusnya. Tentu saja, jika melihat habitat-habitat tersebut, masingmasing habitat akan mempunyai ikan dan karang yang khas. Maka di tempat seperti Kepala Burung yang mempunya banyak macam habitat secara otomatis akan ada banyak sekali spesies. Apakah faktor geologi dan biogeografi pulau turut memperkaya jumlah spesies di kawasan ini, bila dilihat dari sisi geologi? Melihat karakter geologi, kawasan ini sangat aktif dari sisi tektonik - maksudnya, selalu bumi dan pulau

bergerak. Kalau kita ambil contoh, Teluk Cendrawasih, misalnya: dalam 14 juta tahun terakhir, paling tidak ada tiga kali Teluk ini dapat tertutup oleh pulau-pulau yang bergerak di depan teluk dan menutupi mulutnya contoh sekarang Pulau Yapen yang panjang itu memblokir sekitar setengah dari mulut teluk cendrawasih. Di masa lalu, ada pulau yang lebih panjang dari Yapen yang bergerak dan memblokir seluruh teluk. Ketika teluk diblokir, maka perairan didalam teluk menjadi seperti danau air garam, sehingga makluk hidup/biota laut yang ada bisa mengalami proses evolusi yang mandiri. Nah, setelah 1-2 juta tahun terisolir, pulau akan bergerak lagi dan membuka kembali mulutnya Teluk Cendrawasih. Pada saat itu, biota laut yang baru dibentuk dapat pindah keluar dan bisa menyebarluaskan sampai laut Pasifik. Jadi Teluk Cendrawasih diduga menjadi pabrik spesies. Apakah di wilayah lain, tak hanya di Pasifik, ada wilayah yang setara kekayaannya dengan bentang di Kepala Burung? Setahu kami, tidak ada. Memang kawasan Indonesia, Philippina, dan Papua New Guinea yang disebut sebagaisegitiga karang memang mempunyai keanekaragaman hayati laut yang juga sangat tinggi. Namun Kepala Burung dilihat sebagai jantung segitiga karang ini. Bisa dijelaskan mengapa disebut sebagai jantung? Mungkin keterhubungan secara genetik? Dari sisi hubungan genetik, beberapa ikan besar (komersial seperti cakalang, tenggiri, kakap, garopa, dll) dari Kepala Burung memang punya hubungan yang kuat dengan populasi ikan ini di wilayah Pasifik Barat maupun Laut

Ketika teluk diblokir, maka perairan didalam teluk menjadi seperti danau air garam, sehingga makluk hidup/ biota laut yang ada bisa mengalami proses evolusi yang mandiri.
Banda/Laut Maluku. Ini memberikan indikasi bahwa ketika ikan ini memijah di Kepala Burung, telur dan larva ikan bayi kecil sekali dapat dibawah oleh arus ke tempat lain di Indonesia bagian timur ataupun ke Pasifik Barat. Dengan kata lain, Kepala Burung menjadi sumber bibit ikan untuk beberapa tempat lain di Indonesia bagian timur. Apalagi melihat pada umumnya, populasi ikan karang di Indonesia sudah ditekankan dengan penangkapan berlebihan, sehingga populasi ikan karang yang masih relatif sehat di Kepala Burung menjadi penting sebagai stok induk untuk memperbarui stok ikan di tempat lain. Jadi apa makna semuanya ini dari segi konservasi? Nah, justru disini kita mengharap pemerintah akan mempertimbangkan kebijakan untuk memindah investasi tekanan perikanan ke areal Papua - karena konsep ini akan sangat mengancamkan daya perbaikan dan ketahanan stok ikan di Kepala Burung. Dengan kata lain, populasi ikan karang di Kepala TROPIKA
13

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

LAPORAN UTAMA
Burung merupakan sumber bibit yang terakhir untuk ikan karang di Indonesia bagian timur - kalau ini juga dihabiskan dengan tekanan perikanan yang tinggi, Sudah habis jo! - tidak ada lagi. survai yang kami gunakan terasa menjadi terang.

Apa yang Anda harapkan setelah dijumpai beberapa penemuan penting dalam survai ini? Kami sangat mengharapkan pemerintah Indonesia, baik pemeBagaimana rasanya bila menrintah pusat maupun pemerintah jumpai spesies baru dalam ekspedisi daerah akan memberikan perhatian seperti ini? Ada semacam suatu kejutan khusus kepada pengelolaan sumbagi peneliti biologi lapangan bila berdaya alam laut yang kaya dan mereka menemukan suatu spesies penting akan di Bentang Laut Kebaru. Suatu yang sangat sukar di- pala Burung. Mengingat bahwa terumbu karang katakan dan ini di kepala busaya kira terjadi Nama: Mark V. Erdmann rung ini menjadi pada ahli biologi Pendidikan: PhD, University of sumber madi lapangan, seCalifornia Berkeley, AS. Keahlian: Ahli krustasea, ekologi kanan untuk buah kebangterumbu karang, dan konservasi masyarakat gaan yang bisa kelautan. lokal, sumber dipersembahkan Lama bekerja di Indonesia: 15 tahun bibit ikan untuk oleh mereka yang lalu, terlibat dalam berbagai tempat lain di mempunyai penelitian terumbu karang dan Indonesia, dan dedikasi di laberhasil mengidentifikasi berbagai udang mantis yang dianggap baru sumber hayati pangan penebagi dunia ilmu pengetahuan. untuk seluruh litian biologi. Penemuan: Seorang ilmuwan yang laut Pasifik. Oleh Dalam beberapa dikenal karena menemukan ikan karena itu kita hal ini merupacoelacanth, salah satu jenis ikan harus mengelola kan suatu perayang secara evolutif telah dianggap areal ini dengan saan khusus punah, tetapi Mark menemukan hidup di perairan dalam Menado. hati-hati sekali. great priviledge Pekerjaan: Bekerja di CI Indonesia Sebaiknya bagi seseorang sebagai advisor untuk program b e b e r a p a yang diberikan kelautan sejak tahun 2004. k a w a s a n kesempatan perlindungan untuk menlaut dapat dijumpai dan mendeskripsikan sisa terapkan di Kepala Burung untuk keunikan alam yang merupakan wakil melestarikan keanekaragaman hayati dari pohon kehidupanyang umumnya merupakan hasil evolusi laut pada saat yang sama menjamin selama jutaan tahun. Karenanya keberlanjutan dari sisi perikanan, menjumpai spesies baru, merupakan sebeb induk-induk ikan dapat dijaga suatu selalu menjadi kejutan di dalam kawasan ini dan bisa berlapangan. Dalam kasus ekspedisi kembang biak tanpa gangguan dari Kepala Burung, ini menjadi me- kegiatan perikanan - untuk menmabukkan kami. Bayangkan saja, jamin selalu ada supplai bibit. dalam waktu enam minggu kami Apabila kita menghabiskan atau setidaknya lebih dari satu spesies menangkap semua ikan induk di setiap hari. Hal seperti ini tidak Kepala Burung inidengan investasi pernah terjadi sebelumnya (seti- dan eksploitasi skala besarmaka daknya untuk kelompok yang me- akan hilang fungsi areal ini sebagai mang mudah diketahui seperti ikan sumber bibit, dan justru masyarakat dan terumbu karang), dan kendaraan yang nanti akan menderita. ***
14

embangunan dan industrialisasi adalah hal yang tidak dapat dihindarkan dan menjadi kebutuhan hajat hidup manusia. Maka, tergantung bagaimana kita bisa menyikapi perkembangan tersebut secara bijak. Di lain pihak, lingkungan dan konservasi alam merupakan aset dasar dan modal utama supaya kehidupan dapat terus berjalan, lestari dan berkelanjutan. Oleh karena itu perhitungan kalangan industri menghormati prinsip-pinsip pelestarian alam, tentu akan disambut baik oleh para aktivis. Penemuan para ilmuwan Conservation International tentang kekayaan hayati laut dan keaslian alam bawah laut di kawasan bentangan laut Kepala Burung, Papua, ternyata menjadi salah satu dasar kepedulian kalangan industri untuk memelihara keselamatan kawasan tersebut. Ketut Sarjana Putra, Marine Director CI Indonesia, berpendapat dalam upaya melestarikan kawasan laut Kepala Burung, sebaiknya memang ada semacam kesepakatan bahwa industri yang akan dibangun harus mempertimbangkan environmental services yang diberikan oleh laut. Industri harus memperhatikan operation-nya agar tidak menimbulkan dampak negatif pada ekologi laut yang ada di sana, kata Ketut Sarjana Putra. Dalam upaya itulah ahli kelautan CI Dr. Mark Erdmann memberikan rekomendasi kepada BP Tangguh yang rencananya akan mengoperasikan kapal tanker LNG pada tahun 2009 untuk menghindar dari kawasan-kawasan yang sensitif terhadap lingkungan. Di antara berbagai kawasan yang sensitif itu adalah Selat Sagewin di Kepulauan Raja Ampat. Kawasan ini merupakan habitat penting spesies paus (cetaceans), karena itu ada kemung-

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Kapal Tanker minyak BP mengarungi samudera.

Tanker itu Mengubah Haluannya


Penelitian CI menyumbang pada keputusan BP Indonesia untuk secara suka rela mengalihkan rencana rute tankernya menjadi lebih jauh. Demi menyelamatkan keanekaragaman hayati bawah laut Papua. kinan tanker dapat menabrak dan melukai spesies langka ini kata Mark Erdmann. Risiko lain jika terjadi limpahan gas yang bisa jadi akan mencemari kawasan Raja Ampat ini karena kuatnya arus yang berputar di kawasan tersebut (lihat peta). Secara prinsip, menurut Lidia Ahmad, BP Environmental Team Leader, perusahaan ini memegang teguh nilai ramah lingkungan mereka yang disebut green value. Nilai tersebut diterjemahkan dalam satu pernyataan yang terdiri dari: No Incident, No Harm to People and No Damage to Environment. Menurut Lidia, nilai yang dianut oleh BP ini menjadi dasar utama dalam kebijakan lingkungan Proyek BP Tangguh yang dituangkan dalam studi Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Terpadu yang disetujui oleh KLH pada Oktober 2002. Bagi Tangguh, studi AMDAL ini bukan hanya merupakan bagian dari proses perijinan Proyek, namun pertimbangan lingkungan dan sosial dalam AMDAL menjadi dasar utama dalam menyusun kebijakan pembangunan Proyek. Beberapa langkah ramah lingkungan dilakukan perusahaan dalam berupaya meminimalkan footprint fisik proyek juga menjadi dasar utama dalam meminimalkan dampak terhadap keanekaragaman hayati. Lidia mencontohkan, jika dalam AMDAL daerah yang rencananya akan dibuka untuk pembangunan Proyek adalah seluas 800 ha. Tetapi, optimisasi rancangan Proyek tetap dilakukan

www.nasssco.com

Rencana rute tanker.

sehingga pembangunannya hanya menggunakan lahan sekitar 450 ha saja. Menurut pihak BP Tangguh, keputusan untuk memindahkan rute haluan tanker memang memerlukan skenario yang panjang. Keputusan ini juga cukup sensitif bagi kocek perusahaan. Maka, peTROPIKA
15

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Ilustrasi: Mark Erdmann.

LAPORAN UTAMA
rusahaan melakukan analisis risiko yang komprehensif dengan mempertimbangkan semua aspek termasuk aspek teknis navigasi, keamanan, keselamatan dan lingkungan. Proses kajian ini juga melibatkan pihak ketiga (konsultan ahli) untuk memberikan masukan sesuai keahlian mereka. Kebijakan mengubah rencana rute tanker ini merupakan bagian dari kebijakan Proyek untuk meminimalkan environmental footprint dari kehadiran BP di Teluk Bintuni, sesuai dengan BP Value - No Damage to Environment. Dengan demikian aspek lingkungan menjadi dasar utama dalam menetapkan kebijakan Proyek sejalan dengan kelayakan atau doable dari segi teknis dan komersial Contohnya: bila ada dua opsi rute yang (1) layak dari segi teknis dan navigasi namun tidak layak dari segi lingkungan, dan (2) lebih layak dari segi lingkungan dan masih doable dari segi teknis navigasi, komersial, dll, maka opsi kedua yang akan dipilih. Secara umum memang ada kekhawatiran pihak BP, bahwa walaupun rute melalui Selat Sagewin di Kepulauan Raja Ampat telah dipakai untuk pelayaran yang lain, namun karena sensitifnya, andaikan terjadi sekali saja kecelakaan (incident) yang serius yang tak diinginkan terjadi, kemungkinan besar selat tersebut akan tertutup bagi pelayaran dan semua armada pelayaran harus dialihkan rutenya. Bila sampai hal ini terjadi, akan sangat besar pengaruhnya, tidak saja bagi kelancaran pengiriman produk mereka kepada konsumen, namun juga bagi kegiatan ekonomi daerah tersebut secara keseluruhan. Konsekuensi keterlambatan pengiriman akan sangat besar dan kemungkinan dapat menghapuskan (write off) semua biaya penanggulangan risiko yang telah ditanamkan. Dengan demikian , skenario what -if terhadap risiko dan keuntungan/manfaat juga dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ini. Keputusan diambil dengan mempertimbangkan semua aspek. BP memang patut dijadikan contoh dalam menetapkan kepedulian lingkungan mereka. Selain berupaya peduli, perusahaan ini juga membuat program dalam membantu kelestarian keanekaragaman hayati melalui Program Biodiversity Action Plan (BAP) yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2002. Perusahaan ini melibatkan diri dalam berbagai program bersama dengan organisasi konservasi, misalnya dalam pembentukan Conservation Training and Resource Centre, penyusunan Rencana Pengelolalaan Cagar Alam Teluk Bintuni dan penyusunan buku Ecology of Papua.***
16

Spesies Baru
dari

Kepala Burung

Dalam ekspedisi para peneliti Conservation International yang mengadakan survey di kawasan Kepala Burung, Papua, dijumpai lebih 50 spesies baru ikan karang dan lebih dari 20 spesies baru terumbu karang. Hal ini tentu saja merupakan penemuan baru bagi ilmu pengetahuan dan merupakan identifikasi penting terhadap kekayaan bawah laut Indonesia. Berikut ini beberapa contoh jenisjenis ikan karang dan terumbu karang yang dijumpai dalam ekspedisi tersebut:

Pterocaesio sp.

Nama: Pterocaesio sp. Panjang: 7-14cmLokasi (di Teluk Cendrawasih atau Fakfak-Kaimana). Kedalaman 5-30m. Ciri penting: ikan ini mirip dengan ikan lolosi berbadan tipis dengan stripe kuning yang agak lebar di tengah badan, tetapi stripe tidak sampai ke kepalanya.Pterocaesiosp., salah satu dari lebih dari lima puluh spesies ikan karang baru bagi ilmu pengetahuan yang berhasil diidentifikasi di Bentang Laut Kepala Burung. Foto: Gerry Allen/Conservation International

Cirrhilabrus cenderawasih.

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Nama: Cirrhilabrus cenderawasih. Panjang: 2.5 - 5cm. Lokasi: Teluk Cendrawasih. Kedalaman: 20 - 50cm. Ciri penting: tubuh merah mudah dengan strip kuning di tengan badan, sirip biru dan beberapa noda hitam di bawah sirip atas Cirrhilabrus cenderawasih , adalah spesies baru dari keluarga flasher wrasse yang berhasil diidentifikasi di Bentang Laut Kepala Burung. Foto: Gerry Allen/Conservation International

Meiacanthus sp.

Belum diberi nama. Spesies dari famili Astreopora. Panjang: Koloni karang ini bisa mencapai 80cm. Lokasi: Teluk Cendrawasih. Kedalaman: 25m. Catatan penting: Disebutkan sebagai missing link antara genus Acropora (karang bercabang) dengan genus Astreopora (karang dengan polyp yang bentuk bintang). Spesies karang ini belum dideskripsikan dan termasuk salah satu dari 20 spesies karang yang baru bagi dunia ilmu pengetahuan. Foto: Emre Turak/ Conservation International

Hemiscyllum freycineti.

Nama: Meiacanthus sp . Panjang: 2-3cm. Lokasi: Teluk Cenderawasih. Kedalaman: 10 s/d 20m. Ciri penting: Badan putih, dengan dua stripe hitam dari mulut hingga ekor, dan satu stripe kuning hitam diatas dibagian bawah sirip atas. Ikan ini merupakan salah satu spesies lebih dari lima puluh ikan karang baru bagi ilmu pengetahuan yang berhasil diidentifikasi di Bentang Laut Kepala Burung. Foto: Gerry Allen/Conservation International

Nama: Hemiscyllum freycineti. Panjang: 80-120cm. Lokasi: FakFak. Kedalaman: 5-8m. Sifat unik: Diberi nama lokal ikan hiu bambu dengan bintik-bintik hitam, badan kurus, berdiam di dasar laut. Jenis makananya: kepiting, udang, ikan kecil, dan kerang/siput. Bergerak seperti pejalan kaki di permukaan dasar laut, dengan menggunakan sirip bawahnya. Ikan ini hanya akan berenang jika dalam keadaan takut atau ingin lari. Hemiscyllum freycineti , jenis ikan hiu yang mungkin baru bagi ilmu pengetahuan; merupakan salah satu spesies baru yang berhasil diidentifikasi di Bentang Laut Kepala Burung. Foto: Gerry Allen/Conservation International Nama: Pomacentrus sp . Panjang: 1-4 cm. Lokasi: Teluk Cendrawasih. Kedalaman: 3050m. Ciri penting: Badan abuabu, beberapa stripe kecil biru di kepala, dan satu bintik hitam dengan lingkaran biru di bagian belakang atas tubuh.Pomacentrus sp. adalah salah satu dari lebih lima puluh spesies ikan karang Pomacentrus sp. baru bagi ilmu pengetahuan yang berhasil diidentifikasi di Bentang Laut Kepala Burung. Foto: Gerry Allen/Conservation International

Paracheilinus walton.

Nama: Paracheilinus walton. Panjang: 2.5-4cm. Lokasi: Teluk Cendrawasih. Kedalaman: 40-50m. Ciri penting: Sirip atas yang putih dengan 4 duri panjang, badan orange, dan sirip bawah hingga ekor berwarna biru. Ikan spesies ini merupakan salah satu dari lebih lima puluh spesies ikan karang baru bagi ilmu pengetahuan yang berhasil diidentifikasi di Bentang Laut Kepala Burung. Foto: Gerry Allen/Conservation International Nama: Pseudochromis sp. Panjang: 1-2.5cm. Lokasi: Teluk Cendrawasih. Kedalaman: 35-50m. Ciri penting: Badan warna ungu dengan stripe kuning dari mulut hingga sirip atas. Pseudochromis ., spsalah satu dari lebih lima puluh spesies ikan karang baru bagi ilmu pengetahuan yang berhasil diidentifikasi di Bentang Laut Kepala Burung. Foto: Gerry Allen/Conservation International
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Pseudochromis sp.

TROPIKA

17

DARI LAPANGAN

urung mandur dahi emas (Amblyomis flavifrons ) burung pengisap madu pial ganda (Melipotes carolae ) dan dua spesies palem asal Mamberamo, Papua yaitu Licuala arbuscula dan Livistona mamberamoensis , diresmikan sebagai flora dan fauna of the year dan ditabalkan dalam perangko sampul hari pertama (SHP) yang ditanda tangani oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla dan disaksikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, pada peringatan hari puspa dan satwa 6 November 2006. Peluncuran SHP perangko florafauna tersebut merupakan bagian dari acara peringatan Hari Puspa dan Satwa Nasional yang jatuh pada 5 November 2006. Penganugerahan kepada empat spesies itu merupakan upaya tahunan kerjasama Pos Indonesia dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) dalam mensosialisasikan penemuan spesies baru. Harapan saya akan lebih ba nyak masyarakat Indonesia yang me ngenal kekayaan flora -fauna yang kita miliki dengan kerjasama seperti ini, kata Dr. Dedy Darnaedy, Direktur Litbang Biologi LIPI. Flora dan Fauna Mamberamo adalah sebagian dari penemuan eksplorasi yang banyak mendapatkan liputan di seluruh dunia. Empat spesies flora dan fauna tersebut merupakan hasil penemuan para ilmuwan LIPI dan Conservation International (CI) yang menje lajah Pegunungan Foja Mamberamo, Papua, Desember 2005 lalu. Menurut Dr. Darnaedy, setiap tahun para ilmuwan LIPI rata-rata menjumpai 30-60 spesies baru dari tanah air Indonesia dari tingkat jamur hingga tumbuhan tinggi (flora) dan juga fauna. // fm

Flora Fauna Mamberamo, Masuk Perangko Indonesia

18

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

einginan Masyarakat adat untuk melindungi dan mengembalikan kekayaan sumber daya laut Raja Ampat dikukuhkan dengan upacara adat yang dipusatkan di Kampung Waifoy, Selpele, Pulau Wayag, dan Pulau Sayang dari tanggal 17 hingga 19 November 2006. Upacara adat ini merupakan bentuk dukungan langsung dari masyarakat terhadap pembentukan kawasan perlindungan alam multi guna, sekaligus sebagai langkah awal bagi pembentukan Kawasan Konservasi Laut Teluk Maya Libit, Wayag, Sayang dan Piai untuk disahkan dalam sebuah aturan hukum, baik dari Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Pengukuhan disaksikan oleh Bupati dan Wakil Bupati Raja Ampat, dalam sambutannya di Pulau Sayang, Bupati menyatakan, Pengukuhan adat ini sesuai dengan visi pemerintah daerah (yang menetapkan) sebagai Kabupaten Bahari dan merupakan refleksi dari tekad dan komitmen seluruh komponen masyarakat Raja Ampat, termasuk Pemda dan para tokoh masyarakat untuk melindungi laut. Direktur Program Kelautan Conservation International (CI) Indonesia, Ketut Sarjana Putra, menyebutkan bahwa CI Indonesia menyambut baik pengukuhan ini dan akan mendorong proses selanjutnya sehingga kawasan konservasi laut memiliki payung hukum yang jelas. Kesepakatan adat dari masyarakat serta kuatnya komitmen pemerintah daerah merupakan pilar utama dalam membangun tatanan pengelolaan wilayah laut yang mengakomodasi kebutuhan pembangunan sumberdaya manusia lokal. Teluk Mayalibit berperan penting secara biologis, teluk ini kaya akan plankton dan ebi (udang kecil)

Persembahan Kawasan Konservasi Laut dari Masyarakat Adat


Teluk Mayalibit beserta Pulau-pulau Wayag hingga Sayang dan Piai secara adat dikukuhkan sebagai kawasan konservasi laut oleh Masyarakat Adat Raja Ampat.

Bupati Raja Ampat, Drs. Markus Wanma,Msi (kedua berdiri dari kanan) didampingi Dr. Mark Erdmann, menyaksikan acara pengukuhan adat kawasan konservasi laut.

yang terkait dengan proses pemijahan dan perkembang biakan ikanikan bernilai ekonomis tinggi seperti ikan Lema, Bobara, dan Tenggiri. Di teluk ini hidup berbagai macam jenis kerang, udang dan kepiting. Selain itu, teluk ini adalah tempat hidup lumba-lumba putih yang diduga merupakan jenis baru khas Teluk Mayalibit. Kepulauan Wayag sebagai rang-

kaian pulau-pulau karst yang khas dan indah memiliki berbagai anggrek endemik dan satwa laut besar seperti Ikan Hiu dan Manta. Sedangkan Pulau Sayang dan Piai sangat penting untuk tempat bertelur bagi Penyu Hijau dan Penyu Sisik yang hidup diwilayah Pasifik./Ikror,
Laporan: Irman Meilandi dan Amalia Firman, Sorong.

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

19

Foto: CI, Amalia Firman

DARI LAPANGAN

Menanam Pohon dan Mencintai Alam


PP. Darul Ulum mewajibkan siswa tingkat akhir menanam pohon.

ice President (VP) Conservation International untuk Indonesia dan Phillipines, Dr. David Hess didampingi oleh Regional VP CI Indonesia, Dr. Jatna Supriatna dan Kepala Litbang Kehutanan Ir. Wahjudi Wardojo, Msc serta Direktur Wildlife Conservation Society (WCS) Dr. Noviar Andayani berkesempatan mengunjungi Pondok Modern Darul Ulum (DU) Lido, Sabtu (18/11). Dalam kunjungan tersebut, Dr.Hess diberikan penghormatan untuk memberikan sambutan dan penanam pohon di lokasi halaman pesantren dan melantik Ikatan Pencinta Alam Salsabila (IKAPALA) klub pencinta alam santri Darul Ulum. Kami dari Conservation International sangat senang melihat kegiatan lingkungan yang ada di pesantren. Terlebih karena anda adalah generasi penerus yang harus mulai sadar akan lingkungan dan mencintai alam Indonesia, kata Hess. Pesantren Darul Ulum Lido merupakan salah satu mitra CI Indonesia dalam kegiatan konservasi dan pondok pesantren yang dibiayai oleh The World Bank. Beberapa waktu yang lalu pesantren yang mempunyai jumlah santri 920 orang ini telah terlibat aktif dalam membantu proyek agroforestri dengan mendapatkan hibah 500 pohon tanaman buah-buahan,
20

pupuk dan pohon tanaman keras terkait dengan upaya memperkaya keanekaragaman hayati di sekitar kawasan TN Gunung Gede
Foto: CI, Fachruddin Mangunjaya

mencintai alam sebagai ciptaan Allah dan memelihara kebersihan lingkungan, kata Ust Drs. Ahmad Yani, Direktur PM. Darul Ulum.

Dr. David Hess, Vice President CI for Indonesia dan Philipines menyematkan pin logo CI kepada santri anggota IKAPALA.

Pangrango. Selanjutnya, pihak pesantren memulai membuat program wajib menanam pohon untuk para siswa kelas tiga (di tingkat akhir) dan mendorong para siswa supaya memiliki dan memelihara satu pohon selama berada dalam pembelajaran di Darul Ulum. Kami sangat berterima kasih dengan adanya dorongan dari CI dalam memberikan semangat kepada para siswa untuk

Dalam sambutannya Ir. Wahjudi Wardojo,Msc juga memberikan applaus gembira atas inisiatif PM Darul Ulum, dan mengatakan bahwa upaya PM Darul Ulum adalah sejalan dengan pemerintah khususnya Departemen Kehutanan yang telah mencanangkan progam Indonesia Menanam dengan slogan: Kecil Menanam Dewasa Memanen. /fm

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Komite Nasional Konservasi Laut Indonesia:

Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem


Bagaimana menjaga laut kita agar tidak kehabisan stok ikan?

Nelayan tradisional dengan hasil tangkapannya.

agaimana menjaga keane karagaman sumberdaya hati laut Indonesia agar memberi manfaat secara berkesinambungan? Conservation International, menggabungkan diri pada tim teknis yang disebut Komite Nasional Konservasi Laut Indonesia (Komnasko Laut). Tugas utama dari tim ini adalah menyusun draft rekomendasi kebijakan dan strategi konservasi laut di Indonesia. Komnasko Laut dibentuk berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan No. 43

tahun 2004. Anggota Komnasko terdiri dari berbagai instansi pemerintah seperti DKP, Bappenas, PHKA, LH, Bangda, LIPI, juga berasal dari berbagai LSM seperti CI, WWF, TNC dan Kehati. Sampai saat ini Komnasko Laut baru menggodok satu draf rekomendasi kebijakan untuk disampaikan kepada Departemen Kelautan dan Perikanan, yaitu tentang pembangunan perikanan yang berkelanjutan di Indonesia. Intinya rekomendasi ini menyampaikan perlunya perubahan paradigma kebijakan perikanan laut tangkap

dari pendekatan Tangkapan Maksimum Berimbang Lestari (MSY) ke pendekatan berbasiskan Ekosistem, kata Khazali, Marine Policy Officer CI Indonesia. Selama ini pendekatan yang digunakan untuk menetapkan kuota jumlah ikan yang ditangkap menggunakan adalah dengan MSY. Namun, khusus untuk Indonesia dengan karakteristik perikanan tangkap yang bermacam-macam, dan menangkap berbagai spesies ikan (multi-spesies), adalah tidak mudah. Sehingga, data berkualitas untuk menduga MSY, hampir tidak mungkin diperoleh, kalau pun ada, akan sangat mahal. Penyusunan rekomendasi ini telah digodok selama kurang lebih dua tahun melalui Kelompok Kerja Marine Protected Area (MPA) dan Pokja Perikanan Berkelanjutan Komnasko Laut. Setelah melalui serangkaian pertemuan, secara resmi kedua Pokja tersebut menyampaikan rekomendasinya pada Juli 2006 kepada Tim Teknis Komnasko untuk dibahas dan didiskusikan. Tim Teknis telah melakukan beberapa pertemuan membahas rekomendasi tersebut. Conservation International diwakili oleh Ketut Sarjana Putra, Marine Director, turut menggodok konsep rekomendasi tersebut dan menyepakati untuk mengkaji tentang: stock tangkapan ikan, penambahan kajian ilmiah, dan sosialisasi hasil kajian ini kepada beberapa daerah untuk kembali mendapatkan masukan guna memperbaiki rekomendasi tersebut. Tentu saja, garis besar kebijakan dalam rekomendasi tersebut akan disampaikan secara khusus untuk ditindak lanjuti Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) dan selanjutnya disampaikan ke Menteri DKP.//fm TROPIKA
21

Foto: dok. TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

DARI LAPANGAN

Penyuluhan konservasi oleh mobile unit Conservation International, di Medan dan mobil unit mawas untuk penyadaran tentang pelestarian oranguntan.

-foto: CI,Abdul Hamid Damanik

Mengemas Pesan Dalam Penyuluhan Konservasi


individu (komunikator) menyampaikan lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Akhirnya, penyuluhan boleh ditujukan untuk kegiatan mempengaruhi orang lain. Tetapi dengan pengenalan yang sangat singkat ini saja sebuah lembaga, kelompok atau pun individu tidak dapat begitu saja dengan mudah untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Banyak faktor yang mesti diperhatikan dan itu sangat dibutuhkan. Seperti perancang mode misalnya, modal pengetahuan dan keterampilan mengukur, memotong dan menjahit tidaklah cukup untuk menciptakan sebuah pakaian yang mahal. Sebab, hanya dengan kemampuan membuat kecocokan ukuran dan potongan serta

Oleh: *) Abdul Hamid Damanik

alam kamus Bahasa Indo nesia kata penyuluhan berarti menerangkan. Makna menerangkan bukanlah secara fisik seperti cahaya lampu atau api yang memberi kekuatan sinar yang dapat mengubah kondisi lingkungan sekitarnya dari gelap menjadi terang. Tetapi penyuluhan yang dimaksud disini adalah kegiatan penyampaian atau menerangkan pesan yang berisi informasi, gagasan, emosi dan keterampilan dari satu lembaga, kelompok dan individu (komunikator) kepada lembaga, kelompok dan individu lain (komunikan) dengan tujuan mengubah pengetahuan dan kesadaran. Penyuluhan merupakan proses komunikasi. Sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seorang
22

rapih caranya menjahit si perancang masih belum dapat diperhitungkan. Tapi apa yang harus dipunyai seorang perancang mode agar karyanya dapat tersohor dan mampu mempengaruhi gaya mode dunia? Salah satu modal yang harus ia miliki adalah kemampuannya mengetahui siapa dan apa kebutuhan khalayaknya. Penghitungan waktu, suasana dan perubahan musim juga merupakan faktor yang harus ia kuasai. Demikian juga dengan penyuluhan, karena merupakan sebuah proses komunikasi maka kegiatan itu harus memperhatikan banyak hal agar dapat sukses dan mencapai sasaran. Hal utama yang sangat diperhatikan adalah sama dengan si perancang mode, yakni mengenal siapa dan mengetahui apa kebu-

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

DARI LAPANGAN
tuhan khalayak. Seperti juga tentara di medan perang, kalau mereka tidak mengenal medan dan tidak mengetahui siapa dan bagaimana musuhnya si tentara hanya akan memperoleh gelar pahlawan anumerta tetapi tidak akan memperoleh kemenangan. Pun, setelah mengetahui siapa dan apa kebutuhan khalayak sebuah kegiatan penyuluhan tidak serta merta akan langsung langgeng dalam pelaksanaannya. Banyak aksesoris yang harus dilengkapi untuk mendekati khalayak itu. Aksesoris tersebut diperlukan agar proses melakukan perubahan pengetahuan dan kesadaran dapat tercapai. Tetapi ini relatif, karena semua itu tergantung kepada keterampilan yang melakukan. Seorang penyuluh harus terampil mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah; komunikasi massa (cetak dan elektronik, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi). Semua media itu memiliki keunggulan dan kelemahan. Beberapa atau bahkan banyak orang yang bergiat pada masalahmasalah konservasi sumber daya alam masih memandang kegiatan penyuluhan sebagai sesuatu yang tidak populer. Banyak juga LSMLSM yang bergerak di bidang konservasi di atas kertas masih mengutamakan hasil capaiannya pada berapa juta hektar kawasan hutan yang harus dikelola untuk kawasan pelestarian alam atau berapa juta spesies yang harus diselamatkan. Tetapi jutaan hektar hutan yang harus dikelola dan jutaan spesies yang harus diselamatkan itu tidak pernah dikomunikasikan kepada masyarakat. Sama seperti HPH yang hanya menjadi milik para pemodal, konservasi pun akhirnya hanya menjadi milik lembaga-lembaga dan orangorang tertentu saja. Masyarakat adalah penonton yang resah dan objek yang empuk. Mobile Unit Kegiatan mobile unit Conservation Intenational Indonesia adalah program kampanye dan penyuluhan tentang pelestarian orangutan Sumatera dan habitatnya. Program ini sudah berlangsung sejak Agustus 2002 hingga kini. Kampanye keliling dengan menggunakan metode keluarga ini dilakukan dalam setiap minggu. Program ini dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari staf CII dan para sukarelawan yang terdiri dari kalangan LSM, mahasiswa dan penduduk lokal. Kegiatan yang dilakukan mobile unit dimulai dari survey lokasi pengetahuan, pengenalan budaya, penyusunan isi program media (materi), identifikasi daerah sasaran, penilaian kebutuhan materi layak terap, sosialisasi, administrasi ke pemerintah dan terakhir kegiatan penyuluhan itu sendiri. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat daerah sasaran tentang orangutan dan fungsinya yang terintegrasi dengan regenerasi hutan serta fungsi hutan secara umum. Tindak lanjutnya masyarakat diharapkan dapat melakukan kegiatan konservasi sumber daya hutannya secara mandiri. Masyarakat daerah sasaran merupakan komunitas yang bertempat tinggal di sekitar kawasan habitat orangutan serta daerahdaerah konflik pemanfaatan SDA khususnya hutan. Kerangka berpikir kegiatan mobile unit menggunakan prinsip pengemasan pesan yang terarah. Arah pengemasan komunikasi ditujukan kepada kepentingan sumber yakni : (1) Memberi informasi, (2) mendidik, (3) Menghibur, dan (4) Menganjurkan suatu tindakan konservasi. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ini melalui video film, warung informasi, poster, info sheet, lembar dakwah dan diskusi (komunikasi kelompok) serta komunikasi antar pribadi. Penggunaan media ini dikelompokkan mejadi tiga bagian, yakni komunikasi massa, kelompok dan hubungan antar probadi. Media untuk melakukan komunikasi massa ini seperti video film, warung informasi, poster, info sheet dan lembar, surat kabar, radio dan lembar dakwah. Komunikasi kelompok seperti ajang-ajang diskusi yang dilakukan secara terencana maupun yang berlangsung tiba-tiba. Sedangkan komunikasi antar pribadi berlangsung secara individual. Seperti diketahui bahwa salah satu fungsi media massa film adalah menghibur dan mendidik. Dua aspek fungsi tersebut berjalan bersama. Pada posisi demikian, Mobil Unit CII-Medan bertindak dan berperan sebagai komunikator. Disinilah strategi komunikator mengemas hiburan dan pendidikan kemudian memasukkannya ke bagian kesadaran masyarakat sasaran sebagai komunikan. Teknik penyampaian dilakukan dengan memutar film-film yang bercerita tentang adanya kearifan tradisional masyarakat dengan lingkungannya dan tentang skenario kehidupan alami spesies orangutan. Selesai masyarakat sasaran menyaksikan per film, proses tanya jawab kemudian dilangsungkan. Hal ini untuk mengetahui seberapa jauh mereka memahami pesan yang disampaikan dalam film. Disinilah perpaduan penggunaan tiga bagian media komunikasi terjadi.//
*)Abdul Hamid Damanik Adalah Field Communication Coordinator, CI Indoensia Program Orangutan Batang Toru, Sumatera Utara.

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

23

ARTIKEL
Fenomena menarik terjadi setiap tahunnya pada akhir bulan September sampai Desember, yaitu berlangsungnya musim migrasi berbagai jenis burung yang berasal dari belahan bumi Utara yaitu wilayah Utara daratan Asia, Eropa dan benua Amerika. Fenomena yang terjadi setiap tahun tersebut merupakan fenomena alam periodik dimana faktor ekologi sangat berperan dalam menentukan migrasi berbagai jenis burung di alam.

MIGRASI BURUNG PEMANGSA ASIA KE INDONESIA


Oleh Wishnu Sukmantoro*)
Ilustrasi: Agus Prijono / National Geographic Indonesia.

ada saat berbagai macam rantai makanan terputus oleh hibernasinya berbagai spesies terutama spesies mangsa dan faktor alam yang ekstrim karena pada saat bulan-bulan tersebut terjadi musim dingin, maka migrasi berbagai jenis burung terjadi. Pada saat migrasi, ribuan bahkan ratusan ribu individu melakukan perjalanan melintasi berbagai pulau dan benua untuk sampai ke wilayah yang sesuai yang bisa mencukupi pemenuhan kapasitas makanan untuk melakukan perpindahan dan aktivitas hariannya. Indonesia merupakan salah satu lokasi yang cocok sebagai jalur migrasi dan lokasi istirahat resting ( sites ) berbagai jenis burung migrasi tersebut. Berbagai jenis burungburung air (shore bird ) banyak diindikasikan sebagai jenis-jenis pendatang musim dingin. Hal ini dapat terlihat pada banyaknya perjumpaan dan catatan perpin24

dahan burung-burung tersebut secara bergerombol dari suatu tempat ke tempat lain pada saat musimmusim tertentu. Umumnya, burung-burung air tersebut dapat dijumpai di pulau-pulau kecil bermangrove, tepian pantai dan dapat juga berada di wilayah-wilayah persawahan penduduk. Salah satu spesies yang cukup dikenal masyarakat pedesaan atau pinggiran sebagai walet (bukan jenis walet yang diambil sarangnya) atau dikenal sebagai layang-layang asia H ( irundo rustica) atau bahasa InggrisnyaBarn Swallow juga merupakan spesies migran dari Utara dan hanya dapat dijumpai pada bulan September Maret setiap tahunnya. Fenomena yang sangat menarik yang juga dapat dijumpai setiap tahunnya adalah migrasi berbagai jenis burung pemangsa ke Indonesia. Burung pemangsa ini seringkali dikatagorikan sebagai jenis-jenis

burung yang menempati top predator dalam piramida makanan yaitu biasa disebut sebagai raptor atau burung elang ataupun alap-alap. Secara ilmiah antara elang dan alapalap berbeda tetapi seringkali masyarakat mempersepsikan sama. Menariknya dari migrasi ini karena dilakukan secara bersama-sama antara berbagai jenis dalam ratusan sampai ratusan ribu individu dalam suatu jalur yang sama setiap tahun dan katagori raptor adalah pemangsa, sehingga dalam setiap lintasan atau jalur migrasi, akan membutuhkan energi dari mangsa yang sangat besar dan itu hanya dapat dicukupi oleh wilayah-wilayah ekosistem yang baik dan memiliki keanekaragaman mangsa yang cukup untuk pemenuhan kapasitas makannya. Hutan adalah salah satu lokasi yang sangat potensial sebagai jalur migrasi burung-burung pemangsa tersebut.

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Konsep Migrasi Konsep migrasi ini sangat baik untuk didiskusikan secara lebih luas, karena migrasi berbagai jenis spesies tidak hanya disebabkan oleh perubahan iklim ekstrim dan faktor hibernasi spesies mangsa, tetapi dapat pula disebabkan oleh reproduksi, temperatur, pola persaingan, perilaku dispersal atau pemencaran dan perilaku bertelur yang dapat dijumpai oleh ikan salmon. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi migrasi tersebut, maka ada 4 yang dikatagorikan sebagai tipe migrasi; 1. Migrasi Jarak jauh (long-distance migran ) Migrasi berdasarkan antar benua atau interkontinental atau antar regional yang luas menjelajahi wilayah antara tipe musim yang satu dengan yang lain berdasarkan garis lintang. Migrasi ini disebabkan oleh perbedaan musim di wilayah Utara bumi atau Selatan bumi. Disebut pula sebagai migrasi interkontinental. 2. Migrasi Jarak pendek (Short distance migran) Migrasi antar kepulauan atau antar ketinggian. Migrasi ini hanya

menjelajahi wilayah regional yang sempit karena perbedaan musim setempat. Dikenal sebagai migrasi parsial. 3. Migrasi Latitudinal (Latitudinal Migration ) Migrasi berdasarkan luas jangkauannya secara bidang horisontal atau antar perbedaan garis lintang. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan musim atau temperatur secara latitudinal (horisontal). Spesies yang memiliki tipe migrasi ini pada umumnya memiliki jangkauan yang jauh dalam bermigrasi sehingga dapat pula spesies yang memiliki migrasi latitudinal dianggap sebagai jenis migran interkontinental. 4. Migrasi Altitudinal (Altitudinal Migration) Migrasi ini berdasarkan adanya perbedaan iklim atau musim di wilayah yang memiliki ketinggian yang berbeda misalnya migrasi spesies dari gunung ke wilayah hutan pantai pada musim breeding . Wilayah migrasinya umumya cakupannya sempit karena dalam satu kepulauan atau antar pulau. Migrasi altitudinal ini

dianggap sebagai migrasi jarak pendek atau migrasi parsial. Selain 4 konsep migrasi di atas, ada pula yang disebut denganvagran yaitu spesies yang bermigrasi di luar jadwal migrasinya atau diluar jangkauan jalur migrasi atau lebih dikenal sebagai jenis migran yang tersasar contohnya, spesies tersebut mempunyai waktu migrasi pada bulan Oktober sampai Desember, tetapi spesies vagran tersebut dapat berkunjung di wilayah migrasinya pada bulan Mei atau Agustus, atau spesies tersebut memiliki jalur di wilayah Malaysia, tetapi beberapa jenis melakukan perjalanan secara soliter ke Sumatera atau Jawa. Fenomena ini cukup banyak terjadi karena banyaknya berbagai catatan mengenai spesies vagran ini dan konon, beberapa diantaranya diindikasi telah menjadi spesies penetap atau penghuni wilayah tersebut walau tidak melalui pengamatan yang baik.//
*) Wishnu Sukmantoro Koordinator Asian Raptor Migrant Indonesia Program Untuk Asian Raptor Research and Conservation (ARRC) dan Raptor Indonesia (RAIN)

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

25

DARI LAPANGAN

i dunia terdiri atas 292 spesies burung pemangsa sampai 312 spesies. Sedangkan di Indonesia tercatat 69 spesies burung pemangsa. dan 26 dianggap memiliki tipe spesies migran interkontinental. Dua spesies dari ke 26 tersebut masih dikatagorikan sebagaivagran walau tidak tertutup kemungkinan memiliki jalur migrasi di Indonesia. Jalur migrasi burung pemangsa atau raptor migran Asia di Indonesia dibagi menjadi dua bagian Beberapa fenomena yang cukup menarik, adanya informasi jalur besar yaitu; 1. Jalur dari semenanjung Malaya kemungkinan kelompok kecil 2. Jalur dari Kepulauan Philipina burung pemangsa dari Pulau Laut Sementara, untuk spesies tertentu diperkirakan juga melalui jalur kecil dari kepulauan Nicobar, (Kalimantan Selatan) terpisah dan ada kemungkinan melakukan India. Dari semenanjung Malaya, kelompok-kelompok pergerakan ke wilayah Karimun individu melewati kepulauan Riau (Bengkalis dan Jawa sampai Muria. Rupat) kemudian bergerak menuju ke arah Tenggara Untuk kelompok kecil seperti jenisAccipiter badius melintasi Sungai Serka (Riau), Muara Banyuasin, kemungkinan besar melewati Simpanggagas dan Sungai Sembilang (Sumatra dan Aviceda leuphotes kepulauan Nicobar dan Andaman menuju Kepulauan Selatan), Lampung Timur dan diperkirakan melewati Bakauheni untuk menuju ke Pulau Dua, Nias dan Mentawai dan ke arah Sumatra Selatan dan Teluk Banten. Dari teluk Banten, kelompok tersebut Lampung bahkan sampai Jawa. Catatan baru tahun di bergerak menuju ke Selatan melintasi Gunung Hali- 2001 mengindikasi keberadaan Aviceda leuphotes mun, Kota Bogor, Puncak, dan pecah menjadi dua Banjar Sari dan Desa Caringin Bogor, Jawa Barat. Di Accipiter jalur di wilayah Utara dan Selatan Bandung dan Nias dan Mentawai juga ada catatan mengenai soloensis , tetapi kemungkinan besar merupakan individu diperkirakan melintasi wilayah Bantarujeg dan Ceremai. Dari Ceremai, kelompok besar tersebut yang keluar dari jalur migrasi alami di Semenanjung melintasi sekitar Gunung Slamet, Dataran Tinggi Malaya. Jalur utama dari Filipina, kemungkinan besar pecah Dieng, Sumbing sampai melintas wilayah Merapi menjadi dua kelompok yaitu kelompok-kelompok dan Merbabu ke arah Gunung Arjuna, Argopuro, kemungkinan melintasi Semeru sampai pecah dua burung pemangsa migran yang menuju Kalimantan kelompok dimana satu kelompok besar ke arah Utara melewati Pulau Palawan dan Kelompok lainnya Timur yaitu Pulau Bali melintasi wilayah Meru yang menuju Sangihe-Talaud melintasi Pulau Luzon. Betiri dan kelompok kecil ke arah Sadengan dan Kelompok-kelompok yang berasal dari Pulau Palawan tersebut masuk melalui wilayah Sabah dan kemungkinan Plengkung, Alas Purwo, Banyuwangi. Di Bali, kelompok-kelompok burung pemangsa pecah menjadi dua bagian dimana beberapa kelompok , Aviceda jerdoni(dianggap ras migran ini bersatu kembali di Teluk Terima, Bali seperti Circus cyaneus Barat dan melakukan migrasi kembali ke arah ke migran walau ada sub spesies penetap di Kalimantan) wilayah Danau Batur kemungkinan melintasi dan beberapa kelompok kecilMilvus migranmenuju ke Gunung Agung menuju ke arah Gunung Seraya. Sarawak, Gunung Palung, Danau Sentarum dan daerah Dari Seraya ini, beberapa kelompok raptor sungai Kahayan, pedalaman Barito. Beberapa kelompok bermigrasi ke Nusa Tenggara. Catatan di wilayah yang kemungkinan lebih besar sepertiFalco peregrinus , Accipiter gularis , Circus Nusa tenggara Barat belum ada tetapi dari beberapa calidus, Pandion haliaetus dan Butastur indicusmasuk ke wilayah Berau, pulau di Nusa tenggara Timur, Accipiter soloensis spinolotus tercatat melakukan migrasi di wilayah Pulau ke arah pesisir Kutai, delta Mahakam, Tanjung Selor, Komodo, Pulau Sumba, Maumere dan Golo Danau Jempang dan mencapai wilayah Balikpapan dan Danau Riam Kanan. Lusang, Flores.

Migrasi Burung Pemangsa Asia

26

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Peta Jalur Migrasi Burung Pemangsa Migran Asia di Indonesia

Kelompok besar yang melintasi Pulau Luzon melakukan migrasi melintasi kepulauan Sangihe-Talaud, Sulawesi Utara. Di Sangihe- Talaud ini kemungkinan kelompok besar tersebut pecah, dimana satu kelompok menuju ke arah Pulau Poa (Togean) melalui Dumoga dan kelompok lain melakukan pergerakan ke arah Pulau Ternate, Pulau Bacan, Pulau Bisa, kemudian melintasi Obi, Pulau Seram dan berakhir di wilayah kepulauan Tanimbar. Ada kemungkinan dari Pulau Seram, satu kelompok Accipiter soloensis dan Circus spinolotus menuju Papua melakukan aktivitas hariannya di Teluk Bintuni. Tetapi, untuk C. spinolotusjuga ada spesies penetap di Papua. Kelompok yang bergerak dari Pulau Poa diperkirakan pecah dimana kelompok besar melakukan pergerakan ke wilayah Rawa Aopa (Sulawesi Tenggara). Kemudian, kelompok tersebut menyeberangi teluk Bone ke arah Pare Pare dan melintas jauh ke Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Dari Kalimantan Selatan, kelompok bergerak ke Danau Riam Kanan dan melakukan aktivitas hariannya di pesisir Balikpapan dan Danau Jempang. Satu kelompok kecil dari Poa pecah ke Kepulauan Taliabu sampai di Pulau Buru. Beberapa fenomena yang cukup menarik, adanya informasi kemungkinan kelompok kecil burung pemangsa dari Pulau Laut (Kalimantan Selatan) terpisah dan ada kemungkinan melakukan pergerakan ke wilayah Karimun Jawa sampai Muria. Informasi ini cukup beralasan karena hasil catatan Davison, 1996 mengenai Accipiter gularis melakukan terbang ke arah Barat Selatan Pulau Laut dan adanya informasi perjumpaan raptor migran di Karimun Jawa dan Gunung Muria. Circus cyaneus kemungkinan juga melakukan migrasi dari Kalimantan ke Sumatra, karena catatan jenis ini sampai
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

di wilayah Kalimantan Timur dan terdapat catatan baru di wilayah Lampung. McKinnon & Phillips (1993) hanya menerangkan jenis ini hanya tersebar di Kalimantan. Isu Strategis di Indonesia Misteri burung pemangsa migran ini sangat menarik untuk dipahami, khususnya mengenai asal migrasi burung tersebut dan lokasi-lokasi yang dipakai sebagai rute migrasi dan resting sites nya. Pengaruhnya adalah kondisi ekologi global yang menyertai kehidupan burung tersebut di alam. Fenomena long distance migration (migrasi jarak jauh) inilah dapat dipakai sebagai isu strategi dan konsep pelaksanaan observasi migrasi burung pemangsa dan mempelajari kondisi ekologi secara global. Ekologi secara global ini berhubungan dengan sumber daya makanan dan aliran energi dalam aktivitas migrasi karena perubahan ekologi yang terjadi, akan mempengaruhi populasi dan migrasi burung pemangsa tersebut. Penutupan hutan dan kondisi ekosistem hutan yang menyediakan makanan bagi burung pemangsa tersebut menjadi faktor pembatas dalam dinamika populasi dan secara alamiah, hutan yang optimal akan menyediakan mangsa yang optimal untuk kapasitas makanan burung pemangsa. Di Indonesia, kerusakan hutan tropis sangat tinggi dan konsekuensinya menciptakan penurunan populasi spesies mangsa dan fragmentasi hutan. Fragmentasi inilah menciptakan ruang-ruang isolasi yang menghambat pergerakan berbagai spesies hewan. Raptor migran inilah yang dapat dijadikan sebagai spesies payung yang memfasilitasi terciptanya koridor-koridor konservasi dari hutan-hutan yang TROPIKA
27

DARI LAPANGAN

Pengamat Burung di Indonesia


Di dalam kultur Jawa, burung memberikan arti sebagai salah satu simbolik kepribadian.

i Indonesia, kelompok-kelompok pengamat burung memang sudah lama ada, terutama di wilayah Jawa dan Bali. Eksisnya kelompok pengamat burung juga ditunjang oleh kekuatan biodiversitas burung yang ada di Jawa, Bali dan seluruh Indonesia dan juga organisasi-organisasi internasional yang eksis dalam konservasi burung seperti Birdlife International Indonesia dan Wetland International Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam catatan, kelompok-kelompok pengamat burung ini berkembang sejalan dengan berbagai macam isu yang timbul tentang konservasi burung: dimulai dari kegiatan survei-survei burung di berbagai pulau di Indonesia, kegiatan IBA (Important Bird Area) Birdlife International, kegiatan pemantauan burung air sampai pada terbentuknya kelompok pengamat raptor di Indonesia. Indonesia yang kaya akan biodiversitas burung menjadi salah satu pilihan berbagai macam pengamat burung baik lokal maupun internasional untuk membuat program konservasi di wilayah tersebut. Selain itu, lokasi-lokasi pengamatan burung telah banyak dipublikasikan di buku-buku atau jurnal-jurnal internasional seperti Daerah Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun, Pulau Dua dan Pulau Rambut, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Bali Barat,

8. Hieraaetus pennatus (Elang sentiwel, Booted Eagle) 9. Butastur indicus Elang ( kelabu, Grey-faced Buzzard) 10. Milvus migrans(Elang paria, Black Kite) 11. Aviceda leuphotes (Baza hitam, Black Baza) 12. Pandion haliaetus(Elang tiram, Osprey) 13. Aquila clanga(Greater Spotted Eagle) 14. Aquila rapax nipalensis (Steppe Eagle) 15. Circaetus gallicus (*)(elang ular jari pendek, Short-toed eagle) 16. Aviceda jerdoni(*) (Baza jerdon, Jerdons Baza) 17. Circus spinolotus (Elang-alap Timur, Eastern Marsh Harrier) 18. Circus aerigonosus (Elang-rawa Katak, Western Marsh harrier) 19. Circus cyaneus (Elang rawa kelabu, Northern harrier) 20. Circus melanoleucos (Elang-rawa Tangling, Pied harrier) 21. Circus approximans (Swamp Harrier) (Alap-alap Erasia, Common Kestrel) 26 Burung Pemangsa Migran Interkontinental (Asia dan Austra- 22. Falco tinnunculus 23. Falco Cenchroides (Alap-alap layang, Australian Kestrel) lia) di Indonesia 24. Falco subbuteo (Alap-alap Walet, Eurasian Hobby) 1. Accipiter gularis (Elang-alap Nipon, Japanese Sparrowhawk) 25. Falco peregrinus (Alap-alap kawah, Peregrine Falcon) 2. Accipiter soloensis (Elang-alap Cina, Chinese Goshawk) 26. Falco longipennis (Australia Hobby) 3. Accipiter nisus (Elang-alap Erasia, Eurasian sparrowhawk) Sumber: Tabulasi data primer 2001 4. Accipiter badius (Shikra) 5. Pernis ptilorhynchus orientalis (Sikep madu asia, Oriental Honey (*) masih dalam katagori vagran. Edisi Lengkap artikel ini dapat anda lihat di; Buzzard) www.conservation.or.id/tropika.php 6. Buteo buteo (Elang buteo, Common Buzzard) 7. Pernis apivorus (Eurasian Honey Buzzard)

tersisa dan strategi pemulihan lahan hutan. Apabila diantara anda melihat sekumpulan burung yang agak besar sampai ratusan jumlahnya dan terbang tinggi, berputar-putar dan kemudian melakukan terbang lurus tanpa kepakan sayap atau hanya melakukan beberapa kali kepakan di wilayah Puncak Pass, atau Hutan Raya Ir. Djuanda atau di Linggo Asri, Jawa Tengah dan Teluk Terima Bali pada jam-jam tertentu di bulan ini, dapat dipastikan anda telah melihat burung pemangsa tersebut.// Wishnu Sukmantoro

28

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Taman Nasional Tanjung Puting dan Gunung Tilu, membawa kesialan. Sehingga, peran burung di Taman Nasional Tangkoko Bersaudara dan banyak dalam masyarakat menjadi suatu faktor yang dapat kawasan konservasi lainnya yang bisa dijadikan tempat memperhalus jalannya konservasi burung yang ada pengamatan. Untuk pengamatan raptor migrant, ada di Indonesia. beberapa lokasi yang bisa dijadikan tempat yang ideal Kerusakan hutan yang ada di Indonesia dan dapat dipromosikan sebagai tempat wisata yaitu di menyebabkan hambatan dalam mempertahankan Taman Nasional Gede Pangrango, Panaruban-Tang- biodiversitas mahluk hidup termasuk burung. kuban Perahu, Gunung Dieng, Taman Nasional Bali Berbagai jenis burung semakin terancam punah Barat. Di lokasi tersebut, ribuan jenis burung pemangsa akibat kerusakan hutan dan beberapa diantaranya melakukan pergerakan seperti Japanese sparrowhawk punah seperti trulek jawa. Hambatan dalam (Accipiter gularis ), Chinese goshawk ( Accipiter soloensis ) konservasi ini sebenarnya bisa diatasi oleh komitmen dan Oriental honey buzzard ( Pernis ptilorhynchus ). berbagai pihak dimulai dari pemerintah, LSM dan Dalam kajian sejarah Indonesia dan adanya faktor masyarakat yang bekerja bahu membahu untuk bisa kultur, burung bagi masyarakat Indonesia memiliki mewujudkan hambatan yang ada dan komitmen peran yang penting. Banyak epos kepahlawanan tersebut tidak hanya melalui ucapan saja. Hal yang Ramayana menggambarkan burung garuda sebagai kuda bagus di berbagai Indonesia yaitu dibangun jaringan tunggangan Dewa Wisnu atau burung manyar sebagai pengamat satwa yang anggotanya terdiri dari berbagai lambang kesuburan. Di dalam kultur Jawa, burung LSM, individu-individu yang tertarik dengan memberikan arti sebagai salah satu simbolik kepribadian jaringan tersebut, organisasi kemahasiswaan dan seperti memelihara bekisar atau burung kepodang. Di pelajar. Jaringan tersebut dapat sebagai cikal bakal kultur dayak, burung enggang menjadi suatu simbol menumbuhkan kerja bersama dalam konservasi adat yang ditinggikan. Dalam budaya Indonesia atau burung di Indonesia.// Wishnu Sukmantoro barat secara umum, jenis gagak dianggap burung yang

Para pengamat burung asyik meneropong.

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

29

ARTIKEL Macaca siberu , species baru primata dari Mentawai.

Tradisional dan Modern


oleh Susilo Hadi*)

Sebuah Pertemuan Pengetahuan

enduduk asli kepulauan Mentawai mengenal nama Bokkoi dan Siteut sebagai makaka yang berlainan jenis.Bokkoi mendiami pulau Siberut sedangkan Siteut tersebar di pulau-pulau di sebelah selatan seperti Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Pemberian nama ini nampaknya bukan disebabkan oleh adanya perbedaan dialek bahasa, namun berdasarkan prinsipprinsip yang oleh pengetahuan modern dinamakan ilmu taksonomi. Sekitar 2000-3000 tahun yang lampau ketika nenek moyang mereka mulai menetap di kepulauan Mentawai ini, sejak saat itulah mereka mulai mengenal dan mencandra satwa-satwa yang menjadi bagian dari lingkungannya. Para pemburu tradisional Mentawai dengan jelas mengenali dan membedakanBokkoi dan Siteut berdasarkan ciri-ciri morfologis. Yaitu warna tubuh, bentuk ekor dan tanda khas bagian muka. Bokkoi dicandra sebagai makaka yang tubuhnya diselimuti oleh bulu-bulu berwarna gelap dengan kedua pipinya terdapat bercak bulu berwarna putih. Bercak putih ini sangat khas mengingatkan kita pada salah satu gaya rambut anak muda sekarang. Selain itu ukuran ekor yang pendek dengan ujung melengkung ke arah atas. Berbeda halnya dengan siteut, makaka ini berbulu coklat gelap pada bagian punggung sedangkan coklat
30

Foto: CII/Tantiyo Bangun.

Macaca siberu

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Macaca pagensis.

pada bagian tungkai dan lengan. Kedua pipi berwarna kuning pucat. Ekornya pendek tapi melengkung ke arah bawah. Pengetahuan lokal Mentawai ini oleh para ilmuwan modern kemudian justru dijadikan titik tumpu studi-studi taksonomi primata Mentawai. Pada mulanya di tahun 1903, seorang ilmuwan mengusulkan Macaca pagensissebagai nama spesies baru makaka yang wilayah penyebarannya seluruh kepulauan Mentawai. Studi tersebut didasarkan koleksi spesimen yang sangat terbatas asal pulau Pagai. Setelah hampir tiga perempat abad kemudian, pada tahun 1975 beberapa ilmuwan justru mengusulkan makaka Mentawai kedalam spesies Macaca nemestrina atau beruk. Perbedaannya hanyalah pada sub spesies M. n. pagensis . Studi tersebut didasarkan pada warna tubuh, ukuran tengkorak dan penampakan bentuk ekor. Belakangan antara tahun 19952001 para ilmuwan yang secara intensif melakukan studi morfologis menyadari bahwa ada perbedaan yang jelas antara makaka Mentawai dan beruk, bahkan antar populasi makaka yang mendiami pulau-pulau yang berlainan. Oleh karena itu, para ilmuwan selanjutnya mengusulkan kembali ke nama awal,M. pagensisdan membagi dalam dua sub spesies yang berbeda. Kedua sub spesies tersebut adalahM. p. pagensis yang mendiami gugusan kepulauan

nemestrina nemestrina dari pulau Sumatra. Padahal keduanya terpisah oleh laut sekitar 130 kilometer. Sedangkan Siteut atau M. p. pagensis , yang habitat paling dekatnya dengan bokkoi hanya berjarak sekitar 25 kiMacaca Siberu. lometer arah selatan, justru berkerabat relatif jauh. Mentawai bagian selatan seperti Hubungan filogenetik dua poSipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan, dan M. p. siberu , yang mendiami pulasi makaka Mentawai yang ternyata berasal dari nenek moyang pulau Siberut. Namun demikian keberadaan yang berlainan adalah temuan yang M. pagensisyang merupakan salah mengejutkan. Temuan yang didusatu primata endemik Mentawai kung oleh data yang akurat ini dipandang masih menyisakan per- mematahkan asumsi sebelumnya tanyaan-pertanyaan besar yang dimana kedua makaka Mentawai berkaitan dengan status taksonomi dianggap berasal dari nenek moyang dekat yang sama diluar nenek moyang makaka lainnya termasuk Sejalan dengan M. n. nemestrina . berakhirnya zaman Oleh karena itu para ilmuwan es dan mulainya DPZ yang dipimpin oleh Dr. Roos periode antar kemudian mengusulkan pemisahkan makaka Siberut dengan Sipora, Pagai zaman es, berakhir Utara dan Selatan kedalam dua pula aliran populasi spesies yang berbeda, yaitu Macaca proto-silenus ke siberu dan Macaca pagensis . Dari Mentawai. kajian taksonomis tersebut, kedudukan Macaca siberu menjadi menarik karena merupakan species dan sejarah evolusinya. baru. Kedudukan M. siberu juga Akhirnya tepat satu abad sejak menambah panjang daftar primata dikenalnya M. pagensis dalam dunia. khasanah ilmu pengetahuan modern, Pembahasan lebih mendalam sekelompok ilmuwan dari Pusat tentang makaka Mentawai menjadi Primata Jerman (DPZ), mencoba lebih menarik ketika masuk pada meneliti lagi berdasarkan kajian persoalan bagaimana asal-usul genetika molekuler. Sampel-sampel Bokkoi dan Siteut berbeda nenek yang dikumpulkan dari faeses ma- moyang itu. Semula kedua spesies kaka populasi alam dianalisis urutan tersebut diduga memiliki nenek bagian dari gen sitokrom b mito- moyang dekat yang sama dan mengkondria dan dibandingkan antar ikuti penyebaran yang sejalur. populasinya. (Sambungan dan tulisan lengkap artikel ini dapat Hasil yang mengejutkan dari di akses di www.conservation.or.id/tropika.php) pengajar Fakultas Biologi UGM studi taksonomi adalah kekerabatan *) Staf Jogjakarta. dari Bokkoi atau M.p. siberu, yang Peneliti primata endemik di kepulauan mendiami pulau Siberut, ternyata Mentawai. lebih dekat dengan beruk atau M TROPIKA
31

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

LAPORAN KHUSUS

asus telah beredar di masyarakat, bahwa Pak Hamid (bukan nama sebenarnya) telah diketahui memiliki bangkai harimau Sumatera. Kuping tajam, Wildlife Crime Unit (WCU) yang terdiri dari tim gabungan polisi hutan (Polhut), satuan pengaman Taman Nasional Kerinci Seblat, Fauna dan Flora International (FFI), menangkap isu itu. Mereka langsung mengadakan rapat strategi untuk mengungkap dan menangkap barang bukti sekaligus pelakunya. Tim ini pun memasang intelijen dan membuat trik-trik penyidikan. Untuk menangkap orang, harus disertai barang bukti dan tertangkap tangan, kata Debbi Martyr, dari Program Konservasi Harimau Sumatera- FFI. Itulah beberapa trik pengalaman yang dicatat dari perjalanan Studi Tour Conservation International Cambodia, pertengahan Awal September 2006 lalu. Delapan orang pekerja konservasi dari CI Kamboja ingin belajar, bagaimana menegakkan hukum dan memperlakukan para kriminal yang terlibat dalam penangkapan satwa secara illegal tersebut. Pada kenyataannya, memang memberlakukan undangundang tentang pelestarian satwa undang-undang (UU) No 5/1990, dalam praktek di lapangan bukan

Tulang-tulang satwa liar, sebagai bukti perburuan telah terjadi.

Belajar Melestarikan Warisan Alam Terakhir dari Indonesia


Foto: www.rhinos-irf.org

Delapan Konservasionis Kamboja belajar ke Indonesia tentang bagaimana melestarikan dan melindungi satwa liar.
32

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Foto-foto: CI/ Fachruddin Mangunjaya

perkara mudah. Walaupun di dalam klausul: Pasal 21 Ayat (1), undang undang konservasi itu tertera jelas: Setiap orang dilarang mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperdagangkan satwa/tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati. Tetapi, karena banyak faktor: antara lain kelemahan pengawasan, kesempatan dan alasan ekonomi, pencurian terkadang kerap terjadi di kawasan taman nasional. Rupanya, hal serupa terjadi di kawasan hutan-hutan alam dan kawasan lindung di Kamboja. Kami ingin belajar dari Indonesia, bagaimana menegakkan hukum bagi pelanggar dan kriminal yang menangkap hidupan liar secaraillegal, kata Chantal Elkin, Director Wildlife Trade Conservation International, yang menjadi kepala rombongan itu. Kamboja, merupakan negara yang penuh konflik sejak merdeka tahun 1953, dan baru relatif tenang setelah pemilihan umum tahun 1999. Dalam urusan konservasi, tentu saja, negeri seribu pagoda itu masih belum berpengalaman bagaimana mengamankan asset hidupan liar mereka supaya terhindar dari kepunahan. Alasan lainnya, menurut Chantal Elkin, karena Kamboja dan Indonesia sama-sama mempunyai kekhasan flora dan fauna yang hampir serupa, sehingga keterlibatan para pejabat militer, dan adanya kasus-kasus korupsi di lapangan yang ada boleh jadi mirip dengan kondisi di Indonesia. Salah satu yang menarik, kata Chantal Elkin, di Indonesia telah terjadi kerjasama, yang sinergis antara pemerintah masyarakat madani (civil society ), Sangat mengesankan melihat masyarakat madani yang bekerja dengan pemerintah di

Rombongan CI Kamboja berfoto bersama staff Taman Nasional Bukit Kerinci Seblat di Curup.

sini, katanya. Kerjasama sinergis ini, terjadi karenakhususnya di Sumatera yang telah bertumbuhan lembaga swadaya masyarakat ( LSM ) lokal maupun internasional yang berkonsentrasi untuk menyelamatkan sisa-sisa warisan alam di Sumatera. Betapa tidak, akhir-akhir ini banyak perhatian dicurahkan kepada pulau nomor dua terbesar di Indonesia ini, karena khasanah hutan yang mereka miliki terus terancam oleh perambahan. The World Bank memperkirakan hutan dataran rendah Sumatera akan habis tahun 2005. Maka tidak ada jalan lain, kecuali menjaga khasanah sisa hutan yang ada termasuk satwa yang dimilikinya. Tidak mudah menjaga warisan alam Indonesia. Harimau Sumatera yang diperkirakan berjumlah 400500 di alam terus berkurang jumlahnya. Dan untuk melestarikan sang raja hutan ini dari perburuan perlu dilakukan berbagai cara, antara lain menegakkan hukum bagi para pelaku penjerat atau pemburu harimau dan mencari para cukong dan penadahnya. Namun karena kapasitas yang sangat terbatas dan jumlah personel

pendanaan yang sedikit, diperlukan inovasi sehingga terbentuk tim untuk melindungi dan menyelamatkan harimau Sumatera. Untuk itu diperlukan keberanian untuk penegakan hukum serta memperoleh barang bukti. Investigasi dari tim Wildlife Crime Unit (WCU), yang kemudian menemukan kasus penjualan harimau Sumatera dan menginvestigasi kasus pembelian harimau. Dengan menggunakan informan dari masyarakat setempat untuk melihat, dengan menjebak pemburu pada skenario yang telah ditentukan. Memancing orang tersebut supaya mengeluarkan barang bukti dengan memancingnya supaya mengakui siapa sebenarnya yang menjadai penangkap harimau dan siapa cukongnya.. RPU Lebih Disegani Rombongan CI kamboja yang terdiri dari para manajer lapangan CI Kamboja, polisi hutan kamboja serta seorang tentara elit (Kopasus Kamboja) ikut melihat cara kerja, bagaimana LSM dan pemerintah bekerjasama untuk menghentikan perburuan illegal di habitat-habitat TROPIKA
33

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

LAPORAN KHUSUS
Konservasi Alam (PHKA) dengan unit operasional taman nasionalnya, mempunyai keterbatasan dana dan juga kapasitas personil yang masih belum mamadai. Kita memerlukan kerjasama dengan semua mitra baik NGO lokal maupun internasional, untuk melestarikan khasanah satwa yang ada di Taman Nasional Bukit Barisan, jelas Tamen Sitorus, Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dengan adanya kerjasama ini, kapasitas taman nasional dan beban berat perlindungan satwa yang mengalami tekanan karena berbenturan dengan kepentingan masyarakat sekitar hutan, menjadi lebih ringan. Oleh karena itu, seperti diharapkan oleh Waladi Isnan, karena program ini memiliki batas waktu. Maka tugas berikutnya tentu akan diteruskan oleh taman nasional, Suatu saat kita berada sampai taman nasional mampu melakukan hal yang sama, jelas Waladi Isnan. Sebagai Program Manager,Dia sangat mengharapkan agar kelak, setiap taman nasional bisa menindak lanjuti program yang telah dirintis ini. Akan tetapi tentu saja, negara harus memberikan anggaran dan konpensasi layak untuk menjaga warisan alam milik anak cucu kita ini.//
laporan fachruddin mangunjaya dan agus wijayanto.

Rombongan CI Kamboja mendapatkan penjelasan dari Rhino Protection Unit RPU Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung.

satwa liar. Patroli diadakan secara rutin satu bulan tiga kali, kata Arif Rubianto yang menjadi komandan unit lapangan dari satuan Rhino Protection Unit (RPU). Saking seringnya patroli dilakukan, mereka berhasil menurunkan tingkat perburuan dan perambahan hutan secara drastis. RPU, lebih disegani karena kami tegas dalam mengambil tindakan pelanggaran hukum, kata Arif. Hasilnya, dari 13 kasus perburuan pada tahun 2003 telah berhasil ditekan menjadi hanya satu kasus perburuan pada tahun 2005. Tim ini misalnya, pernah menggusur rumah pondok yang sengaja didirikan perambah liar yang melanggar tata batas taman nasional. Akan tetapi, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan tidak terlepas dari persoalan yang sama dengan taman nasional yang lain, yaitu perambahan kayu illegal yang belum bisa diberantas secara tuntas (lihat tabel 1). Melindungi satwa selain diperlukan kegigihan dan kemauan yang kuat, juga tantangan lapangan yang tidak gampang. Persoalan berat yang dihadapi dalam menjalankan pro34

gram ini terletak pada dana operasional yang dibutuhkan untuk menjalankan program patroli di mana harus selalu dilakukan setiap saat. Selama ini, misalnya, program RPU sangat terbantu dengan kucuran dana yang mereka peroleh dari grant Critical Ecosystem Fund (CEPF) yang merupakan dana hibah dari konsorsium lembaga internasional: CI, Bank Dunia dan Pemerintah Jepang. Di sisi lain, memang pemerintah RI baik dari Departemen Kehutanan yang beroperasi melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan

Jumlah Perkiraan Besar Populasi Mamalia Besar di Taman nasional Bukit Barisan Selatan
Sumber: TNBBS 2006

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Terakhir

Ir.Muhamad Waladi Isnan.

i dunia hanya ada lima PKBI. Sedangkan Yayasan Mitra spesies badak, dua spesies Rhino berkewajiban menangani diantaranya berada di In- pendanaan yang ada di dalam negeri. donesia, yaitu badak Sumatera dan badak Jawa. Kedua spesies ini Menjadi Spesies Payung berstatus sebagai satwacritical endanFokus kegiatannya, tentu saja gered , pangkat paling berbahaya pada pelestarian badak dengan upaya karena terancam musnah menurut memperketat pengawasan pada habikriteria lembaga konservasi dunia tat sisa-sisa badak Sumatera. Dan (IUCN), karena populasinya sangat kantong-kantong badak Sumatera sedikit dan habitatnya terus ber- yang masih tersisa, hanya terdapat kurang. di beberapa taman nasional, antara Bila dibiarkan, tentu saja tak lain: Taman Nasional Gunung Leuser, akan ada lagi badak Indonesia di Kerinci Seblat, Bukit Barisan Selatan masa depan. Populasi badak Suma- dan di Way Kambas, di Lampung. tera diperkirakan akan terus menu- Di Taman Nasional Bukit Barisan run akibat perburuan dan tekanan Selatan, menurut catatan PKBI, terhadap habitat mereka. Oleh sebab masih dijumpai sedikitnya antara 60itu pencinta badak Indonesia meng- 80 individu badak (lihat tabel). gagas kegiatan melalui Program Tidak cukup ditangani oleh Konservasi Badak Indonesia,Indone- petugas taman nasional untuk me sian Rhino Conservation Programlindungi habitat badak di kawasan (PKBI/IRCP). Upaya pelestarian ini hutan belantara nan luas, lalu dilakukan berkat adanya inisiatif lembaga kerjasama ini, membuat yang digagas oleh Departemen beberapa program prioritas untuk Kehutanan, International Rhino melestarikan badak di Sumatera, salah Foundation (IRF), Asean Rhino satunya adalah Rhino Protection Unit Specialis Group (Bagian dari IUCN), (RPU) yang bekerja mengadakan dan Yayasan Mitra Rhino, yang patroli rutin di kantong-kantong membuat kerangka kerjasama sejak habitat badak di Sumatera bersama tahun 1998. petugas taman nasional. Unit ini Menurut Program Manager dibentuk untuk bisa mencegah PKBI, Ir.Muhamad Waladi Isnan, pelanggaran-pelanggaran terhadap masing-masing unsur kelembagaan kawasan termasuk perburuan badak diatas memiliki kewajiban tersendiri, yang sering terjadi selama ini, kata IRF berfungsi untuk mengkoordinir Waladi. Sesungguhnya, Dengan pendanaan luar negeri dan juga terbentuknya unit ini, bukan hanya penyedia tenaga ahli dan penasihat badak yang dilindungi, namun
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

spesies lain pun akan ikut, ter proteksi. Mengapa? Sebab badak merupakan spesies kunci, key spesies , sehingga Apabila badak habis, kemungkinan besar binatang lain yang berada pada tempat tersebut akan juga punah. Dan sebaliknya apabila spesies ini masih ada, maka jenis binatang lain pada kawasan tersebut juga akan ada, kata Waladi. Dengan badak sebagai flagship atau spesies payung, RPU menjalankan tugasnya bukan hanya untuk menjaga kelestarian badak, tetapi juga terhadap spesies lain yang ada di habitat badak tersebut. Seperti harimau, tapir, trenggiling, kijang dan satwa yang dilindungi lainnya di kawasan taman nasional. Tantangan Persoalan berat yang dihadapi dalam menjalankan program ini terletak pada dana operasional yang dibutuhkan untuk menjalankan program patroli dimana harus selalu dilakukan setiap saat. Pada sisi lain, program ini bersifat sementara sesuai dengan agreementdengan taman nasional, karena program ini memiliki batas waktu.Suatu saat kita berada sampai taman nasional mampu melakukan hal yang sama, jelas Waladi Isnan. Sebagai Program Manager, Dia sangat mengharapkan agar kelak, setiap taman nasional bisa menindak lanjuti program yang telah dirintis ini.// Ikror-fm TROPIKA
35

Foto: CII/Facruddin

Badak Badak

Melestarikan

LAPORAN KHUSUS Chantal Elkin, Director of Wildlife Trade


Program Conservation International.

amboja adalah negara baru yang perlu banyak belajar tentang bagaimana melestarikan dan melindungi alam dan hewan liar mereka. Karena itulah, kata Chantal Elkin (32 tahun), Director Wildlife Trade , Conservation International yang beroperasi di CI Kamboja. Para aktifis konservasi Kamboja belajar kepada Indonesia untuk mengetahui standar operasi yang digunakan oleh CI Indonesia dalam masalah konservasi alam. Berikut wawancara TROPIKA dengan Chantal Elkin: Bagaimana latar belakang sehingga diadakan studi tour ini? Saya mengujungi Indonesia pada bulan Mei 2006 dan bertemu dengan berberapa NGO, mereka saya lihat mempunyai mobile wildlife crime unit (WCU) . Dan tentunya pengalaman mereka akan sangat berharga bagi Kamboja, oleh karena itu kami merencanakan studi tour untuk belajar bagaimana tim ini melakukan operasinya di lapangan dan pelajaran apa yang dapat mereka lakukan dan reaksi yang dilakukan untuk menjalankan WCU. Disamping itu akan mempelajari langkah apa saja yang harus dilakukan untuk melakukan perlindungan yang terbaik. Jadi kami kesini bertemu dengan FFI yang menjalankan Tiger Protection Unit dan WCS yang menjalankan Wildlife Crime Unit dan

Foto: CI, Fachruddin Mangunjaya.

Kami Ingin Belajar

Indonesia
36

dari

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

juga menyaksikan cara kerja yang dilakukan oleh Rhino Protection Unit (RPU), yang bermitra dengan Taman Nasional, kami ingin mencontoh hal serupa bila kami pulang ke Kamboja.

melaksanakan operasi di lapangan. Hal ini tentu saja akan sangat membantu kami. Bagaimana pandangan anda tentang hubungan kedua negara ini dalam hal pelestarian hidupan liar dan perlindungan keanekaragaman hayati yang ada sebagai warisan dunia? Saya kira pertukaran seperti ini merupakan suatu langkah yang dimasa depan dapat dirintis dalam suatu kemitraan dan berbagi pengalaman diantara kedua negara karena keduanya mempunyai ancaman yang sama dalam pelestarian hidupan liar mereka. Dan bagi kami di Kamboja, studi ini juga memberikan persfektif regional bagaiman perdagangan satwa beroperasi, dan memberikan suatu pandangan lain di luar Kamboja. Dan ini merupakan suatu kesempatan untuk mengenalkan kepada mereka bahwa sesungguhnya di negara lain juga ada yang berkerja sama dengan yang mereka lakukanyaitu melindungi satwa liar. Sangat bernilai sekali jika mereka mengetahui bahwa di negara lain ada dijumpai pekerjaan yang sama.

Mengapa Indonesia yang dipilih? Ya, kasus kriminal hidupan liar yang terjadi di negara Kamboja sesungguhnya sangat tinggi sama dengan yang sekarang terjadi di Indonesia. Pertimbangan lainnya adalah: Indonesia mungkin salah satu eksporter besar hidupan liar yang dilindungi di kawasan ini, dan di Kamboja kami menghadapi hal serupa di kawasan dimana kami bekerja, juga karena Indonesia salah satu dari banyak negara yang ada di kawasan ini yang mempunyai WCU. Jadi cara ini memang tidak banyak digunakan di kawasan lain, oleh karena itu sangat baik untuk dipelajari. Selain itu juga banyak kesamaan seperti banyak korupsinya, adanya keterlibatan militer dan cukong-cukongyang mempunyai kekuatandalam perdagangan hidupan liar, juga satwa yang diperdagangkan hampir sama karena Apa tantangan yang paling besar berasal dari kawasan tropis, dan dalam melestarikan hidupan liar di banyak kesamaan-kesamaan. Kamboja? Saya pikir banyak, tetapi salah Dari kunjungan ini, apakah yang satu yang paling besar adalah sudah dipelajari? Kami belajar sangat banyak dari memberantas perdagangan illegal kunjungan ini hingga sekarang kami menjadi suatu prioritas, untuk para baru memfokuskan diri pada pem- pembuat kebijakan di Kamboja. berantasan illegal logging dan Dan hal ini perlu dilihat sebagai pemungutan non-timber forest prod- suatu kasus kriminal yang murni uct (NTFP) dan perambahan lahan, oleh para penegak hukum disana, tetapi tidak begitu baik dalam pejabat pemerintah dan pengadilan memberantas perdagangan hidupan disana, karena mereka masih memliar. Belajar dengan tim yang ada di punyai masalah dalam memperIndonesia bagaimana anda men- lakukan kriminal terhadap satwa. jalankan penyidikan dengan meng- Karena banyak korupsi dan kegukanan intelijen dan investigasi terlibatan pejabat militer dalam dengan tim gerak cepat dalam kegiatan ini.
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

Indonesia mungkin salah satu eksporter besar hidupan liar yang dilindungi di kawasan ini, dan di Kamboja kami menghadapi hal serupa
Peran CI dalam membantu secara optimal terhadap persoalan ini, apa? Kita berupaya meningkatkan kapasitas dan mendorong penegakan kekuatan untuk memerangi kriminal ini. Kami berupaya membantu penegakan hukum dengan bantuan peralatan, hingga financial untuk memerangi kegiatan itu, juga meningkatkan kesadaran masyarakat, menjembatani kemitraan dengan negara-negara lain untuk menghentikan perdagangan illegal tersebut. Secara pribadi Anda melihat kerjasama yang dilakukan secara kemitraan di Indonesia dengan kerjasama NGO dan Pemerintah serta LSM lokal ? Sangat mengesankan melihat masyarakat madani yang bekerja dengan pemerintah di sini. Karena banyak sekali LSM lokal yang ada disini dan tentu saja tidak kami miliki di Kamboja yang hanya mempunyai beberapa LSM lokal dan LSM internasional. Jadi sangat mengesankan bagi saya melihat kerjasama pemerintah Indonesia yang juga bekerjasama dengan LSM lokal dalam memberantas illegal loging ini.***

TROPIKA

37

ARTIKEL

ita telah merayakan hari Kelautan Se Dunia (World Ocean Day), 8 Juni 2006, namun tragedi yang lebih gawat untuk menyelamatkan khasanah kelautan masih belum terpecahkan. Lebih dari 70 persen ikan yang berasal dari laut sekarang ini mengalami over eksploitasi atau collapse

Menyelamatkan

kup sekitar 64 persen kawasan laut permukaan bumi. Serbuan pasukan industri perikanan, kini menyusutkan dan bahkan membinasakan palung-palung perikanan yang ada di setiap benua dan sekarang ini mulai menyentuh kawasan yang masih perawan ini: yaitu kawasan laut lepas yang mempunyai sumber-

Pukat harimau yang menyapu lantai dasar laut dengan nama seperti canyon buster sekarang sedang dioperasikan, hal ini menjadi indikasi sedang terjadinya, suatu kerusakan pada habitat ikan yang ada di laut lepas akibat digunakannya pukatpukat tersebut. Pukat tersebut, terkadang dilengkapi dengan pem-

Laut Lepas
Oleh Dr. Sylvia Earle *)

Setiap hari, ada lebih dari belasan pasukan industri perikanan dari berbagai bangsa merambah kawasan laut lepas dengan regulasi yang lemah dan sangat sedikit dilakukan pengawasan.
dan 90 persen ikan-ikan terbesar telah menghilang, maka kita mengalihkan penangkapan ke laut lepas dalam dan tetap akan ngotot dan mengancam guna memenuhi suplai makanan laut menjadi dua kali lipat. Laut lepas, berada sejauh 200 mil dari zona ekslusif setiap negara yang juga mewakili batas bumi yang sesungguhnyayang merupakan kawasan terbuka, tidak terekplorasi dan pada hakikatnya merupakan kawasan wilayah tidak mempunyai status hukum, kawasan ini menca38

Laut lepas, terancam pengurasan sumberdaya berlebihan.

daya, mengeruk sumberdaya asli tersebut dan meninggalkan puing kebinasaan. Setiap hari, ada lebih dari belasan pasukan industri perikanan dari berbagai bangsa merambah kawasan laut lepas dengan regulasi yang lemah dan sangat sedikit dilakukan pengawasan. Mereka mentargetkan kawasan pegunungan yang berada dibawah laut, palungpalung laut, dan lembah yang memang merupakan habitat paling kaya ikan dan kehidupan lainnya.

berat yang akan meyeret bagian dasar laut, dan mengaduk apa saja yang tertubruk olehnya. Ini mirip dengan keganasan buldoser yang meratakan hutan dan merubuhkan semua yang dijumpai termasuk sarang burung hingga tupai. Semuanya, termasuk terumbu karang dan biota laut lainnya termasuk ikan yang berusia 200 tahun ikut terangkut dalam pukat tersebut. Dalam satu pukai harimau, sebanyak lima ton benda-benda laut ikut terangkat ke permukaan hanya

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

untuk memperoleh ikan laut yang bernilai tinggi. Sisanya, hasil tangkapan ini tentu saja dibuang dalam keadaan mati sia-sia. Maka apa yang kita jumpai selanjutnya: kehidupan laut lepas yang tidak berpenghuni, sebuah kawasan laut yang tidak mempunyai kehidupan, bak sebuah padang pasir.

gedi. Mereka menghancurkan habitat yang menjadi pendukung pemulihan sumberdaya alam tersebut. Dibawah deru gelombang, laut lepas memang diluar dari pengawasan dan tidak perhan kita pikirkan. Kita juga melupakan apa manfaatnya dan kita tidak pula peduli. Kita hanya menjaga 12 persen kawasan

Sesungguhnya masyarakat nelayan telah menangkap ikan secara lestari selama puluhan ribu tahun tanpa menghancurkan hutan yang menyediakan bahan makanan bagi mereka. Hingga sekarang ini banyak nelayan lokal masih melakukan hal yang sama. Ironisnya, teknik-teknik yang tidak ramah yang digunakan melalui teknologi canggih yang telah dilakukan oleh para pasukan industri penangkap ikan modern di kawasan laut lepas, ternyata tidak berkelanjutan, dan ini merupakan sebuah tra-

penting kekayaan hayati sebagai taman nasional, kasawasan lindung, koridor, atau bentuk-bentuk proteksi yang lain, namun hanya 1 persen yang ada di kawasan laut. Kawasan laut lepas memang menjadi versi kelautan drama Wild West, tidak mempunyuai status hukum, kawasan tak bertuan, dimana para pasukan penangkap ikan dapat seenak perutnya untuk berbuat. Jika melihat kerentanan lingkungannya, maka sesungguhnya kita tidaklah punya waktu yang

panjang, dan kita harus dapat bertindak sebelum terlambat. Maka, pada minggu 12 juni PNN akan mempertimbangkan sebuah proposal bagaimana melindungi kawasan laut dalam ( d eep oceans ) dengan skema Konvensi Perundangan Laut 1982 (1982 Convention on the Law of the Sea) . Saya memberikan argument agar pemerintahan Presiden Bush dapat mendukung terciptanya sebuah moratorium pengerukan hasil laut dalam dengan menggunakan trawling, sebagai langkah paling awal. Kita juga perlu mendirikan kawasan perlindungan laut dan menetapkan adanya manajemen yang bisa melintas pada laut lepas. Kita juga harus memastikan bahwa segala bentuk aktifitasapakah itu penangkapan ikan, riset ilmiah, ekplorasi mineral dan yang lainnyadilakukan dengan cara-cara yang benar dan ramah lingkungan mulai sekarang ini untuk menjaga kesinambungan di masa depan. Saya sangat berharap generasi yang akan datang kemudian melihat apa yang telah kita perbuat dan mereka akan menyatakan dua hal: pertama, mereka akan mengatakan bahwa kita adalah sangat bijak dan telah merealisasikan konservasi kelautan, dan kita telah melakukan suatu sikap dan tindakan sebelum semuanya terlambat. Dalam upaya melindungi kepunahan jenis yang tidak terkira yang baru sedikit kita mengerti keadaannya dan persoalannya. Maka dalam beberapa tahun kedepan kita dihadapkan pada upaya kritis apakah kita berhasil atau gagal menyelamatkan kawasan ini. Oleh karena itu, marilah sekarang juga beraksi melindungi kawasan hidupan yang paling terancam di bumi kita.
*) Dr. Sylvia Earle, Executive Director, CI Marine Conservation Division

Foto-foto: CI, Gerry Allen.

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

39

ARTIKEL
Monitoring dapat menjadi yang terdepan untuk evaluasi strategi konservasi, karena dapat menjadi masukan bagi pengelola kawasan untuk manajemen konservasi. Melalui evaluasi tersebut, dapat diambil kebijakan dalam hal pengelolaan kawasan yang didalamnya hidup jenisjenis satwa terancam.
Monitoring Keanekaragaman Hayati Melakukan pemantauan keseluruhan di kawasan alam yang luas yang didalamnya terdapat ribuan spesies merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan. Monitoring dapat dilakukan secara selektif dan membatasi pada beberapa spesies indikator yang memiliki peran penting sebagai spesies kunci key ( species ) dalam ekosistem dan keberadaanya berperan bagi spesies lainnya secara ekologi. Selain itu, monitoring dapat juga dilakukan terhadap fenomena penting yang menceritakan kecenderungan yang lebih luas, dan mengindikasikan kondisi lingkungan hayati secara umum. Pemantauan biasanya bermaksud mencatat tiga ciri berbeda dari sumber daya hayati, antara lain: pertama, kecenderungan dalam jumlah populasi spesies tumbuhan dan satwa utama dari waktu ke waktu; kedua, pengukuran keberhasilan reproduksi (proporsi populasi yang berkembang dengan baik, populasi anak yang bertahan hidup) atau produktifitas spesies (ukuran individu dalam populasi); ketiga, penelitian kualitas atau kondisi spesies (penaksiran parameter setiap ukuran, berat, cadangan lemak, struktur umur atau kelainan dari populasi dan timbulnya penyakit) dan habitat (penelitian kehilangan tanah dan pola aliran air permukaan, pengukuran produktifitas hayati to-

Evaluasi Strategi Konservasi


Oleh Anton Ario*)

Melalui Program Monitoring Keanekaragaman Hayati

Foto: CII/Anton

Owa Gunung Salak.

40

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

tal atau penelitian komposisi spesies). Pemantauan keberadaan spesies tertentu yang saling berasosiasi pada suatu habitat tertentu akan diketahui apakah terjadi perubahan dalam populasi spesies yang saling berasosiasi tersebut. Misalnya, pada penaksiran kekayaan spesies baik tumbuhan maupun hewan dalam periode lebih dari 10 tahun, dimana luas kawasan dengan tipe habitat tertentu ditemukan telah berkurang 30 %, tetapi pengukuran kekayaan spesies tumbuhan dan satwa tidak berubah. Dapat diasumsikan bahwa seluruh spesies asli yang saling berasosiasi dalam tipe habitat tersebut tetap ada, walaupun populasi tiap-tiap spesies berkurang. Sebaliknya, dapat ditemukan bahwa kawasan habitat tetap sama luasnya, tetapi penemuan spesies menunjukkan adanya kehilangan spesies yang cukup banyak. Dalam kasus ini, dapat diasumsikan bahwa spesies

yang umum mungkin meningkat diikuti dengan strategi konservasi jumlahnya, tetapi banyak spesies yang efektif untuk dilaksanakan. langka telah punah. Hasil-hasil studi tersebut dapat bermanfaat sebagai strategi manaManfaat Monitoring jemen kawasan melalui pendekatan Pemantauan sumber daya hayati yang berbeda-beda. telah menjadi kegiatan dasar yang Apabila ahli pelestarian sering rutin dalam pengelolaan kawasan berminat dalam jumlah spesies yang dilindungi. Melalui kegiatan langka, maka dari sudut pandang utama ini pengelolaan dapat me- pengelolaan lebih penting untuk meriksa kondisi lingkungan dan mengetahui kecenderungan dari mengidentifikasikan apabila terjadi populasi spesies. Apakah populasi kecenderungan atau perubahan, stabil, meningkat atau menurun? sehingga dapat mengukur keefektifan karena jawabannya akan menenpengelolaannya. tukan kebijakan pengelolaan. Dalam program monitoring satwa, hasil studi yang dapat dikeKapan dan Bagaimana Monitortahui antara lain distribusi satwa, ing Dilakukan kepadatan, kelimpahan, populasi, Dua macam pertanyaan utama status populasi satwa, dinamika mengenai spesies dan kawasan akan populasi (naik, turun atau stabil), selalu muncul didalam pengelolaan penilaian suatu kawasan, penetapan yaitu komunitas spesies apa saja yang wilayah prioritas bagi satwa, meng- terdapat dalam kawasan, dimana dan indikasikan wilayah kritis yang berapa jumlahnya. Bagaimana kemembutuhkan pengamanan dan cenderungan populasi spesies ter-

Harimau Sumatera.

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

41

Foto: Conservation International/ Camera trap.

ARTIKEL
sebut dari waktu-ke waktu?. Pertanyaan pertama dikenal istilah inventarisasi , sedangkan pertanyaan kedua dikenal istilah monitoring (pemantauan). Kedua pertanyaan tersebut memiliki tujuan yang berbeda, sehingga metode yang digunakan juga berbeda. Walaupun keduanya terlibat dalam pembuatan perhitungan contoh, tetapi menggunakan kriteria yang berbeda. Perubahan dalam penyebaran dan kepadatan spesies merupakan hal yang amat berarti bagi pengelolaan. Ini bisanya ditentukan melalui pengukuran contoh yang sama secara periodik, yaitu dengan mencatat kecenderungan dari waktu ke waktu. Juga dimungkinkan untuk menilai apakah populasi meningkat, stabil atau menurun, dari data yang terkumpul pada sekali penarikan contoh. Agar hasil penarikan contoh secara periodik mempunyai arti, teknik penarikan contoh dan kawasan contoh harus sama setiap waktu. Bila agaknya terdapat variasi musiman, perlu diperhatikan penarikan contoh pada waktu yang sama pada tahun yang lain. Program monitoring dapat dilakukan baik terhadap spesies target maupun daya dukung, seperti kondisi habitat, ketersediaan makanan, dan lain-lain. Pengumpulan data dapat dilakukan selama satu tahun sebagai dasar dalam penetapan suatu metode, sehingga lebih memudahkan dalam melakukan pengulangan untuk mendapatkan perbandingan data yang valid setiap tahunnya. Sejumlah tehnik berguna telah dikembangkan untuk menyensus populasi. Tumbuhan lebih mudah dihitung daripada satwa, karena tumbuhan tidak berpindah. Dalam penelitian tumbuhan, sangat berguna untuk mendokumentasikan
42

ukuran dan struktur pohon (yaitu diameter setinggi dada / DBH D ( iameter at Breast Height ), melalui kegiatan penology . Bahkan saat ini metode baru yang dikembangkan para ahli botani telah memungkinkan menguraikan pohon hutan sebagai pohon untuk masa depan, pohon masa sekarang atau pohon dimasa lalu yang banyak mengungkapkan mengenai kondisi hutan, apakah pohon itu tumbuh, stabil atau punah. Dalam program monitoring satwa, penggunaan metode yang tepat ditentukan pada objektifitas dari program monitoring yang dilakukan. Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memonitor satwa antara lain: survai deteksi/non deteksi dari pertemuan langsung, line transekyang umum digunakan dalam sensus satwa, radio tracking untuk mengetahuihome range satwa, camera trap yang dipercaya untuk mengumpulkan data bagi satwa yang sulit dijumpai secara langsung dan memiliki kepadatan yang rendah. Monitoring Keanekaragaman Hayati oleh CI Seperti halnya program spesies yang dilakukan oleh CI Indonesia terhadap beberapa spesies terancam dan berperan penting dalam ekosistem secara keseluruhan. Program monitoring owa Jawa ( H ylobates moloch ) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango misalnya hasil yang didapat memerikan masukan kepada pengelola tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas manusia dalam kawasan konservasi yang didalamnya terdapat spesies terancam. Masukan dapat berupa rekomendasi akan jumlah kunjungan, waktu kunjungan, aktivitas yang disarankan dan lain-

lain. Spesies lainnya adalah macan Tutul (Panthera pardus melas ), dengan program monitoring untuk mengetahui daya dukung lingkungan yang meliputi kondisi habitat dan ketersediaan satwa mangsa untuk menjamin kelangsungan hidup satwa tersebut. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pengelola kawasan dalam upaya konservasi macan Tutul di wilayah Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Selain di Jawa, program monitoring yang masih dilakukan oleh CI Indonesia pada spesies-spesies kunci di Sumatera antara lain program konservasi harimau Sumatra Pan( thera tigris sumatrae ) di Taman Nasional Batang Gadis, dan program konservasi orang utan sumatera (Pongo abelii ) di Batang Toru. Diharapkan hasil monitoring akan besar manfaatnya bagi perlindungan satwa-satwa terancam, yang tentunya tidak terlepas dari kebijakan yang akan diambil oleh pengelola kawasan berdasarkan hasil kajian evaluasi monitoring tersebut .//
Acuan: Ario, A. Keberadaan Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) Ditinjau dari Daya Dukung Lingkungan di Kawasan Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Tesis diajukan untuk memperoleh gelar Master Sains di Universitas Pakuan, Bogor,2006. halaman 60. Ario, A. Analisa Dampak Pengunjung Terhadap Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch) di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Scientific Report, Conservation International Indonesia,Bogor, 2000, halaman 20

John and Kathy MacKinnon, Graham Child and Jim Thorsel, Pengelolaan Kawasan Dilindungi Di Daerah Tropika. Gajahmada University Press. Yogyakarta. 1990, Halaman 203. *) Gedepahala Acting Program Manager, Conservation International Indonesia berkantor di Lido, Bogor.

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

KOLOM

Kerinduan Masyarakat Mamberamo


Oleh Tomy Wakum

abra yang asri. Angin dingin masih menusuk kulit. Saya menyaksikan dari kejauhan, Gunung Foja tetap abadi berselimut kabut. Kali ini kami berada di Kampung Foao, dan rencana lain adalah mengunjugi Kampung Baso Mamberamo Hulu Atas, nun jauh di Mamberamo. Pertemuan saya mereka mau kerjasama dengan rakyatkasihan bersama masyarakat yang menghuni hutan Mam- Bapak..... Kepala suku itu melanjutkan pula:Bila beramo ini sangat mengesankan. Dalam pikiran kami putuskan CII datang, kemudian ada halangan mereka, ternyata terdapat ungkapan pikiran-pikiran itu tidak baik! sederhana: kerinduan hati terjaganya alam sepanjang hayat terpatri dalam lubuk, laksana gambaran Malam hari, seorang yang berumur, Foao mendakerinduan umat manusia di bumi Papua. tangiku dan berkata: Apa yang bapak jelaskan apa itu CII saya sudah tahu. Saya tidak tahu tulis tapi Seorang tua Foao Mamberamo bertutur: Saya saya mengerti kerja CII biarpun kami bodoh, tapi telah berumur tua, saya akan mati bagaimana nasib Tuhan Langit Kami Pencipta Alam Semesta Tiwibab anak-anak cucu saya. Apakah alam kasih kami otak. Orang pintar tahu Mamberamo akan jadi alam yg tulis, tapi sebelumnya ia juga pikir, menghidupkan mereka? Kami saya sudah tahu CII. belum tahu apakah nanti alam Mamberamo akan terjaga, kami Menurut Foao, sebelum injil masih belajar dari banyak pengamasuk, ada pemerintah Tiwibab, laman hidup masa lalu. sudah ciptakan suku dengan kasih alamnya masing-masing. Jadi terima Dalam pertemuan lain, seorang kasih CII mau datang kepada kami, wakil pemuda Kampung Baso sambutnya. Mamberamo bertanya:Apa CII datang sebagai yayasan? Dulu ada Saya masih ingat dan menjelaskan yayasan berlindung di belakang kepada mereka: CII menjunjung gereja. Sesudah itu jalan sendiri. ilmu, CII akan hancur bila tipu Yayasan itu berjanji melibatkan rakyat, CII pantang buat janji, itu tak anak Papua bersama yayasan, tapi mereka tidak ada akal sama sekali kami anak Papua kerja di CII pe menepati janji. Pertanyaan lanjutan menubi saya yang moral kalau tipu saudara sendiri. membuat saya tertegun: Apa itu CII? Apakah CII juga Yayasan? CII harus Terima kasih Tiwibab (Allah Pencipta Alam terbuka. Semesta) Mamberamo kami hanyalah alat kecil. CII Kami tau CII Yayasan, pasti ada donatur, CII harus tak kuasa mengarungi daratan nan luas sendirian. Di terbuka bagi kami dapat uang darimana! anak muda Mamberamo CII ingin duduk sama rendah dan itu terus bertutur. berdiri sama tinggi. Di Mamberamo CII akan menatap liku-liku Sungai Mamberamo, dalam Saat kedatangan kami ke bumi Mamberamo, pagi- perjuangan CII boleh ada dan akan pergi tapi bumi pagi kepala Suku Foao di Dabra, bergegas menemuiku, Mamberamo akan tetap ada. Ia bilang: CII beri waktu bagi kami. Kami akan pulang dari Dabra, bicara di kampung, bahwa ada orang CII Dabra, 13 Oktober 2006
MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

43

SOSOK
Foto: CII/Amalia Firman.

ari-hari menjadi cerah di sekeliling Ketut Sarjana Putra (43th), Marine Director CI Indonesia. Pasalnya, ada penghargaan yang menurutnya tidak disangka-sangka: Blih Ketut begitu sapaan akrab kami pada putra kelahiran Bali initerpilih untuk mendapatkan penghargaan sebagai penerima Seacology Prize 2006 yang dianugerahkan atas keberhasilan usahanya untuk melindungi kepunahan penyu di Indonesia. Penghargaan Seacology, diberikan setiap tahun kepada tokoh masyarakat atau individu setempatlokal yang mempunyai keberhasilan diatas rata-rata dalam turut menyelamatkan lingkungan dan budaya di tempat mana saja di dunia yang mempunyai kawasan kepulauan (termasuk Indonesia). Atas keberhasilan itu, Ketut akan mendapatkan hadiah uang $10,000 (Rp92 juta), dan hadiah itu diterimanya pada penyerahan hadiah 18 Oktober, 2006 lalu di San Francisco, California. Ketut Sarjana Putra lahir sebagai bungsu dari empat saudara dari keluarga petani di Desa Mengwi, Bali. Sebagai staff World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, Ketut Sarjana Putra menyadari bahwa salah satu akar masalah penyebab kepunahan penyu adalah karena konsumsi termasuk dalam upacara keagamaan di Bali. Kemudian, selama bekerja di WWF, Ketut menggagas inisiatif dan melobi pengambil kebijakan hingga pada tingkat masyarakat dengan melibatkan pendeta agama Hindu. Selain itu Dia juga melobi penegakan peraturan tentang perlindungan penyu secara hukum di Indonesia. Hasilnya tahun 1999, pemerintah melarang perdagangan penyu dan memberikan pengecualian kuota
44

Ketut Sarjana Putra (kanan) melakukan tagging penyu..

Penghargaan Seacology

untuk Ketut Sarjana Putra


Penghargaan Seacology, diberikan setiap tahun kepada tokoh masyarakat atau individu setempat lokal yang mempunyai keberhasilan diatas rata-rata
untuk menangkap 5000 penyu per tahun hanya untuk upacara keagamaan di Bali. Sangat umum diketahui, sebelumnya, Bali mengkonsumsi 35,000 penyu per tahun. Untuk meyakinkan penurunan konsumsi ini bukan hal yang mudah. Dia juga bekerja sama dengan para pemuka agama Hindu, untuk ikut mengontrol permohonan ijin penggunaan penyu agar sesuai dengan kuota. Dengan meyakinkan pendekatan kepada para Pedande (Pendeta) agama Hindu, Ketut berhasil mendapatkan dukungan bahwa acara keagamaan yang menuntut syarat pengorbanan penyu sebagai syarat ritualternyata dapat diganti dengan hewan yang lain.

TROPIKA

Foto: CII/Amalia Firman.

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

PROMOSI

Doktor
Habitat Owa Jawa

atu lagi doktor owa. Selamat diucapkan kepadan Titien Suryanti (50 tahun) atas keberhasilannya memperolah gelar doktor dalam bidang biologi di Universitas Indonesia. Penelitian Titien terkait dengan kehidupan owa jawa di habitat aslinya di Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Menurutnya, hanya 43 persen habitat owa jawa yang layak dari luas keseluruhan Gunung Halimun yang 70.000 ha. Dalam risetnya, Titin menjumpai ada delapan kawasan yang di TNGH yang tumpang tindih (daerah interseksi) antara kegiatan masyarakat dan habitat owa jawa. Titien mempertahankan disertasi berjudul: Ekologi Lansekap Dalam Manajemen Konservasi

Habitat Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat pada 25 Agustus 2006 lalu. Dr. Titien yang juga staff pengajar jurusan arsitektur lansekap Universitas Trisakti itu dalam penelitiannya menggunakan bantuan Database Sistem Informasi Geografis (GIS) kemudian melihat secara on the spot keberadaan sisa habitat Dr. Titien Suryanti. owa Jawa yang masih ada di Taman Nasional Gunung Halimun. berikan penekanan tentang Populasi owa jawa sangat pentingnya pemerintah segera turun dipengaruhi oleh tutupan lahan dan tangan mengelola kawasan interseksi adanya jalan di habitatnya. Selain itu yang merupakan habitat terakhir juga ada ketinggian, lereng, curah owa jawa di Gunung Halimun, hujan dan keberadaan desa, kata apabila terlambat, habitat ini akan Titien. Disamping itu dia mem- punah dan owa jawa pun musnah! ***

Bindi, Mangikuti Jejak Ayah

eperti pepatah Melayu: Air pancuran atap, pasti jatuh ke pelimbahan. Itulah yang dialami oleh Bindi Irwin (8 tahun). Putri pemberani dan konyol , si pemburu buayaSteve Irwin (alm) ini memutuskan ingin mengikuti jejak ayahnya untuk membuat film serial petualangan bersama satwa liar dengan tajuk: Bindi the Jungle Girl, yang diselenggarakan oleh Jaringan Kids. Katanya: Orang kira aku takut pada satwa liar, saya tidak akan pernah takut pada satwa jenis apa pun.

Seperti ayahnya, memang Bindi senang menyerempet bahaya: Saya hanya ingin membawa pesan jangan takut terhadap binatang, mereka dihadirkan di bumi ini berfungsi untuk membantu keseimbangan bumi dan semacamnya. Sebenaranya, Bindi, memang sudah dikader oleh ayahnya dengan membiasakan diri ikut dalam serial tangkap buaya yang sangat populer itu. Annie Howell, juru bicara Discovery Kids, mengatakan:Steve dan Bindi merupakan sosok yang sangat antusias, bila mereka mengadakan pertunjukan bersama.

Bindi Irwin.

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

45

RESENSI BUKU
Judul Buku: Misteri Kekayaan Hayati Hutan Lambusango Penulis: Henry Ali Singer & Edi Purwanto Penerbit: Program Konservasi Hutan Lambusango (PKHL)Operation Wallacea Trust Cetakan: I, 2006 Kolasi: x + 118 hlm Hutan Lambusango merupakan hutan tropis dataran rendah yang berada di jantung Pulau Buton. Hutan yang terletak di Zona Wallacea ini memili luas area yang hampir sama dengan luas provinsi DKI Jakarta. Sejarah pembentukan pulau Buton yang unik, menjadikan hutan di kawasan tersebut memiliki kekayaan hayati endemik yang tinggi. Hutan Lambusango juga merupakan benteng terakhir bagi kehidupan Anoa (Bubalus sp ), satwa endemik Pulau Sulawesi. Program Konservasi Hutan Lambusango (PKHL) merupakan program konservasi yang diinisiasi dan difasilitasi oleh Operation Wallacea Trust, suatu organisasi konservasi yang berasal dari Inggris. Program pelestarian hutan yang memiliki moto Masyarakat Berdaya Hutan Terjaga ini mendapat sumber pendanaan utama dari Global Environment Facility (GEF) yang disalurkan melalui manajemen Bank Dunia. Dalam sepuluh tahun terkahir (1995-2005), Hutan Lambusango telah menjadi ajang penelitian biologi konservasi dunia. Sayangnya, berbagai gangguan dan tekanan yang mengancam kelestarian dan kekayaan hidupan liar di dalamnya terus meningkat. Tanpa adanya kepedulian kita semua, Hutan Lambusango dapat lenyap dalam waktu yang tidak lama lagi. Buku ini menguraikan kekayaan hayati Hutan Lambusango dan bagaimana kita semua dapat berpartisipasi untuk membangun gerakan pelestariannya. Paparan yang dituangkan penulis dalam buku ini mencakup sejarah biogeografi , aspek ekologi, sampai dengan program konservasi di kawasan Hutan Lambusango, yang dituangkan dengan gaya bahasa populer serta ilustrasi gambar yang menarik.// Fitriah Usman

Judul Asli: Quran, Creation and Conservation Pengarang: Fazlun M. Khalid Alih Bahasa : Kafil Yamin ISBN : 979-25-6292-3 ( vi + 34 hlm; 20,7 x 14,7 cm )

Allah yang menciptakan seluruh alam semesta dan segala apa yang ada di dalamnya dengan penuh keteraturan, keseimbangan, dan keserasian. Penciptaan ini memiliki maksud dan terdapat banyak anugrah yang tak begitu kita sadari. Setiap mahluk hidup adalah umat seperti manusia juga, dan manusia diserahi tugas sebagai khalifah ( penjaga ) bumi yang diberi
46

keistimewaan dalam hal kemampuan bernalar. Manusia bertanggungjawab untuk bertindak adil, secara aktif memelihara keseimbangan dan keteraturan dan melakukan apa saja yang mungkin untuk mempertahankannya. Tetapi pada kenyataan, kerusakan yang terjadi di lautan dan di daratan adalah akibat ulah tangan manusia. Dokumen ini merupakan alat dilengkapi dengan CD power

point yang berisi slide untuk memberikan penjelasan secara luas kepada masyarakat tentang alam sebagai ciptaan Allah. Sangat baik bila diberikan kepada para pelajar terutama kalangan madrasah atau sekolah sekolah Islam atau pesantren, karena banyak mengutif ayat al-Quran dan khasanah pengetahuan manusia tentang konservasi alam.//Ikrar

TROPIKA

MUSIM HUJAN (OKTOBER - DESEMBER) 2006. VOL.10 NO.4

TROPIKA

MUSIM PANAS (JULI - SEPTEMBER) 2006. VOL.10 NO.3

TROPIKA

MUSIM PANAS (JULI - SEPTEMBER) 2006. VOL.10 NO.3

You might also like