You are on page 1of 3

Epistaksis

Definisi: Gejala berupa keluarnya darah dari hidung dan atau mengalir dari hidung ke tenggorok

Klasifikasi : a. Epistaksis Anterior (80% kasus) Perdarahan yang berasal dari daerah anterior septum, terutama mengalir kearah anterior keluar dari nares anterior. Asal perdarahan dari bagian anterior septum bagian bawah yang dikenal sebagai Littles Area yang merupakan daerah Pleksus Kiesselbach. Pleksus ini dibentuk oleh : 1. Arteri Etmoidalis Anterior yang berasal arteri Optalmika yang merupakan cabang Arteri Karotis Interna. 2. Arteri Sfenopalatina yang berasal dari arteri maksilaris yang merupakan cabang dari Arteri Karotis Eksterna 3. Arteri Labialis Superior yang merupakan cabang Arteri Fasialis yang merupakan cabang dari Arteri Karotis Eksterna.

b.

Epistaksis Posterior (20% kasus) perdarahan yang berasal dari daerah posterior kearah koanan dan mengalir ke tenggorok. Asal perdarahan dari Arteri di bagian posterior septum yang merupakan cabang dari Arteri Sfenopalatina yang disebut Pleksus Woodruff

Penyebab: Kongenital: Nasal Spur, kelainan pembuluh darah Lokal : Trauma, benda asing, Infeksi, kelainan anatomi, malformasi pembuluh darah, keganasan, inflamasi akut (rhinitis), keadaan yang membuat mukosa menjadi kering (contoh: dalam ruangan ber AC), kelainan septum (septum perforasi), obatobatan (obat nasal topikal),

Sistemik : Leukemia Disfungsi trombosit OrganFailure (Gangguan fungsi Hati, Gangguan fungsi ginjal) Obat obatan, Idiopatik Hipertensi

Idiopatik Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium : Pemeriksaan darah tepi lengkap dan hemostasis (PT, APTT, bleeding time) Pemeriksaan fungsi hati bila di curigai ada kelainan sistemik Terapi: Prinsip terapi: perbaiki keadaan umum, cari sumber perdarahan, hentikan

perdarahan, cari faktor penyebab agar tidak berulang

Lakukan pemasangan infus (jika keadaan umum buruk) dan hisap bekuan darah untuk membebaskan jalan napas.

Untuk mencari sumber perdarahan dapat dilakukan pemasangan tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin 1:5000/ 1:10.000 dan pantocain atau lidocain 2% lalu didiamkan selama 10-15 menit (agar terjadi vasokonstriksi). Setelah itu dapat dilakukan eksplorasi sumber perdarahan.

Perdarahan Anterior Bila tidak berhenti dengan sendirinya dapat dicoba menekan hidung dari luar selama 10-15 menit. Bila sumber perdarahan terlihat, tempat perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30% sesudahnya daerah terbsebut diberi krim antibiotik. Bila perdarahan masih berlanjut pemasangan tampon anterior yang diberi salep antibiotik. Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah disusun teratur sehingga dapat menekan perdarahan. Tampon dipertahankan selama 2x24 jam dan jika masih terjadi perdarahan dapat dipasang tampon baru dan cari penyebab epistaksis.

Perdarahan Posterior Perdarahan posterior lebih sulit diatasi dan biasanya terdapat perdarahan hebat. Lakukan pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq) yang didiamkan selama 23x24 jam.

Setelah pemasangan tampon, pasien harus menerima pengobatan antibiotic karena terdapat resiko infeksi.

Penyulit: Akibat perdarahan hebat: aspirasi, syok hipovolemik, anemia, hemotimpanum, airmata berdarah (karena darah mengalir retrogard ke duktus lakrimalis)

Akibat tekanan darah turun mendadak: hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, infark miokard, gagal ginjal akut

Akibat pembuluh darah yang terbuka: infeksi

Akibat pemasangan tampon: rinosinusitis, otitis media, septicemia, laserasi palatum mole, nekrosis mukosa hidung atau septum.

Referensi: 1. Grevers Gerhard. Disease of the nose, paraasal sinuses and face. Dalam: Probst Rudolf, Gerhard Grevers, dan Heinrich Iro, penyunting. Basic Otorhinolaryngology A Step-By-Step Learning Guide.

Germany:Thieme,2005:32-35. 2. Mangunkusumo Endang, Retnos S. Wardani. Perdarahan Hidung dan gangguan Penghidu: Epistaksis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010: 155-157 3. Nguyen, Quoc. Epistaxis. Diambil dari: Diakses

http://emedicine.medscape.com/article/863220-overview#showall. pada: 6 Februari 2014.

You might also like