You are on page 1of 113

M.

Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


1
TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP FUNGSI PATROLI POLISI
DALAM PENANGGULANGAN SUATU TINDAK KEJAHATAN
(STUDI PADA POLTABES MEDAN)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Dalam
Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

M. Fadli Habibie
040 200 266

Departemen Pidana

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


2
TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP FUNGSI PATROLI POLISI
DALAM PENANGGULANGAN SUATU TINDAK KEJAHATAN
(STUDI PADA POLTABES MEDAN)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Dalam
Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

M. Fadli Habibie
040 200 266

Departemen Pidana
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Pidana

(Abul Khair, SH.,M.Hum.)
Nip. 131 842 854


Pembimbing I Pembimbing II




(Nurmalawaty, SH.,M.Hum) (Edy Yunara, SH.,M.Hum)
Nip. 131 803 347 Nip. 131 639 812


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


3

ABSTRAKSI


Penulisan Skripsi dengan judul tinjauan kriminologi terhadap fungsi patroli
polisi dalam penanggulangan tindak kejahatan (studi pada Poltabes Medan)
dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis terhadap kinerja kepolisian terutama unit
patroli. Kota besar seperti Medan merupakan kota yang perkembangannya sangat
pesaat, bahkan angka kriminalitaspun semakin tinggi, dengan cara-cra ayang dari
tahun ketahun semakin beragam. Kejahatan merupakan ancaman bagi masyarakat,
setiap hari selalau terdengar ada kejahatan dimana-manabaik berbentuk premanisme,
judi, narkoba, crimestreet. Sementara itu dijalanan sering sekali terlihat banyak mobil
patroli baik siang maupun malam hari. Hal ini menjadi pertanyaan bagi penulis,
bagaimana sebenarnya bentuk patroli yang dilaksanakan oleh Poltabes Medan selaku
pemegang wewenang kepolisian diwilayah hukum kota Medan, bagaimana peranan
dan hambatan yang mereka alami dalam melaksanakan tugas. Sering sekali terdengar
masyarakat selalu enggan bila berurusan dengan polisi, karena sebelum berurusan
dengan organisasi yang sempat menjadi satu dengan ABRI ini masyarakat sudah
memberikan pandangan dan pernyataan buruk terlebih dahulu, bahkan mengatakan
jika melapor kepolisi kehilangan kambing maka kita harus siap-siap kehilangan
lembu. Polisi sebagai institusi terpercaya dalam melindungi, mengayomi dan
melayani masyarakat, terus melakukan perkembangan pola sehingga diharapkan
mampu menanggulangi kejahatan dan gangguan kamtibmas lainnya. Kejahatan
senantiasa ada terus mengikuti perubahan dan akan ikut mengiringi dengan cara-cara
yang berkembang pula. Maka benarlah apa yang dikatakan Emile Durkheim bahwa
kejahatan adalah suatu gejala normal didalam masyarakat yang bercirikan
heterogenitas, sehingga sulit bila dikatakan akan melenyapkan kejahatan secara total,
mencegah kejahatan adalah lebih baik daripada mendidik penjahat menjadi baik
kembali, karena bukan saja diperhitungkan dari segi biaya, akan tetapi usaha ini lebih
mudah dan akan mendapatkan hasil yang memuaskan atau akan mencapai tujuan
yang diharapkan. Kejahatan bukan merupakan fenomena alamiah, melainkan
fenomena sosial histories, sebab tindakan menjadi kejahatan haruslah dikenal dan
diberi cap dan ditanggapi sebagai kejahatan, disana harus ada masyarakat yang
normanya, aturannya dan hukumnya yang dilanggar, disamping adanya lembaga yang
tugasnya menegakkan norma-norma dan menghukum pelanggarnya. Dalam hal
mencegah kejahatan diperlukanlah suatu ilmu pengetahuan untuk mempelajari
kejahatan tersebut, sehingga akan diketahui tentang pelaku, sebab-sebab pelaku
tersebut melakukan kejahatan, sampai dengan melakukan kejahatannya sehingga akan
ditemukan kesimpulan tentang langkah yang tepat dalam menanggulanginya. Sesuai
dengan Sasaran Prioritas Kapolda No. Pol : STR/20/I/206 dan Visi Misi Poltabes
Medan, maka titik berat operasional diletakkan pada pemberantasan judi,
Premanisme, Narkoba, dan Crime Street, sekaligus meningkatkan kepercayaan
publik.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


4
KATA PENGATAR

Puji Syukur penulis pajatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu sarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah TINJAUAN KRIMINOLOGI
TERHADAP FUNGSI PATROLI POLISI DALAM PENANGGULANGAN SUATU
TINDAK KEJAHATAN (STUDI PADA POLTABES MEDAN).
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. MH, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH. MH, Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Syafrudin Hasibuan, SH.MH.DFM, Selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak M. Husni, SH. MH, Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak Abul Khair, SH.M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana.
6. Ibu Nurmalawaty, SH, M.Hum, selaku Sekertaris Departemen Hukum Pidana
dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


5
memberikan saran dan petunjuk serta bimbingan kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
7. Bapak Edi Yunara, SH. M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
menyediakan waktu untuk memberikan saran dan petunjuk serta bimbingan
kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak Muhammad Siddik, SH, M.Hum, selaku Dosen Wali Penulis selama
mengikuti perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu dosen serta para pegawai Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Medan yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan
administrasi penulis selama mengikuti perkuliahan.
10. Teristimewa untuk orangtuaku tersayang Ayahanda Drs. H.M. Subandi Bsc
dan Ibunda Dra. Hj. Nur Ramlah, yang telah memberikan segala Kasih
Sayang, perhatian, dukungan dan doa kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Bapak Kasat Samapta, Kompol. Iwan Setiyawan SH.,SIK., Bapak Kasat
Lantas, Kompol. Sabibul Alif., SH., SIK., Bapak Kasat Pam Obsus, Kompol
Ikhwan beserta jajarannya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima
kasih atas kemudahan waktu dan perhatian keada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Buat Sahabat-sahabat yang terbaik, AKP Herwansyah SH, Suluh D SH, Yos
Arnold SH, Zulham, Aulia, Fuady. Para Saudaraku abang-kakak, bapak dan
ibu pengurus DPW PAN SUMUT, Immawan dan Immawati DPD IMM

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


6
SUMUT, Saudaramudaku pengurus DPC BM PAN MEDAN JOHOR, dan
pengurus DPD GNPI MEDAN.
13. Buat Sahabat terbaik seperjuangan di Fakultas Hukum USU, Yosua, Wessy ,
Banir, Rakutta, Melli, Maradona. Nino, Chandran, Cariny, dan anak-anak
grup A
14. Buat teman-teman stambuk 05, 06, 07 yang sangat tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, terimakasih atas dukungan dan support kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dri kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan sran dan kritik yang
membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2008


M. Fadli Habibie

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


7
DAFTAR ISI


ABSTRAKSI .... i
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI . v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .. 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Keaslian Penulisan . 5
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan .. 5
E. Tinjauan Kepustakaan 7
1. Sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 7
2. Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.. 19
3. Pengertian Patroli dan Fungsi Patroli . 27
4. Pengertian Kejahatan dan Penjahat . 31
5. Pengertian Korban .. 34
F. Metode Penelitian .. 38
G. Sistematika Penulisan 40

BAB II MEKANISME DAN BENTUK PENANGGULANGAN
KEJAHATAN YANG DILAKUKAN OLEH POLISI REPUBLIK
INDONESIA
A. Penanggulangan Kejahatan Secara Umum .. 42
B. Penanggulangan Kejahatan Secara Teori kriminologi 46
C. Penanggulangan Kejahatan Oleh Polisi Republik
Indonesia . 53
D. Tugas Polisi Republik Indonesia Ditinjaub dari

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


8
Sistem Penggunaan Kekuatan Satuan . 59
E. Bentuk - bentuk Kegiatan Operasi Khusus Polisi
Republik Indonesia . 63
BAB III PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PATROLI
POLISI
DALAM MENANGGULANGI TINDAK KEJAHATAN
A. Peranan Patroli Polisi dalam Menanggulangi Suatu
Tindak Kejahatan Diwilayah Hukum Poltabes Medan 68
B. Tanggung Jawab Patroli Polisi dalam Menanggulangi
Tindak Kejahatan .. 75

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI PATROLI
POLISI DALAM MENANGGULANGI SUATU TINDAK
KEJAHATAN DIWILAYAH HUKUM POLTABES MEDAN
A. Bentuk bentuk Patroli Polisi yang Dilaksanakan Oleh
Aparat Kepolisian dalam Menanggulangi Suatu
Tindak Kejahatan... 82
B. Upaya Penanggulangan Kejahatan yang Telah
Dilaksanakan Oleh Poltabes Medan 88
C. Faktor - faktor Penghambat yang Dihadapi Poltabes
Medan dalam Melakukan Fungsi Patroli Terkait dalam
Menanggulangi Suatu Tindak Pidana.......... 93

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .. 97
B. Saran 98

DAFTAR PUSTAKA .. 99
LAMPIRAN


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi, aktivitas kehidupan manusia seakan tidak mengenal
batas ruang dan waktu dimana dengan didukung oleh derasnya arus informasi dan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, kualitas dan kuantitas
kejahatan semakin meningkat dengan modus operandi yang lebih bervariasi dan
canggih serta sulit pembuktiannya mulai dari kejahatan yang bersifat konvensional,
kejahatan terorganisir, kejahatan kerah putih sampai pada kejahatan yang aktivitasnya
lintas negara (kejahatan transnasional).
Situasi dan kondisi tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi Polri sebagai
institusi yang dipercaya masyarakat dalam melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat, menegakkan hukum, memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut berbagai pola perpolisian terus dikembangkan, hingga
diharapkan mampu menekan terjadinya setiap permasalahan kehidupan mayarakat
agar tidak terjadi kejahatan atau gangguan kamtibmas lainnya.
1
Kepolisian Republik Indonesia mengemban dua tugas pokok antara lain
Tugas Preventif dan Tugas Represif. Tugas Preventif dilakukan berupa patroli-patroli
yang dilakukan secara terarah dan teratur, mengadakan tanya jawab dengan orang
lewat, termasuk usaha pencegahan kejahatan atau pelaksanaan tugas preventif,


1
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. 7 Tahun 2006 Tentang
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, hal 1.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


10
memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. Sedangkan tugas represif
dilakukan dengan menghimpun bukti-bukti sehubungan dengan pengusutan perkara
dan bahkan berusaha untuk menemukan kembali barang-barang hasil curian,
melakukan penahanan untuk kemudian diserahkan ke tangan kejaksaan yang kelak
akan meneruskannya ke Pengadilan.
2
Setiap wilayah mempunyai keadaan sosial, budaya dan kultur yang berbeda,
hal itu menyebabkan kejahatan disatu tempat berbeda dengan tempat lainnya,
kejahatan dikota Medan belum tentu sama cara, dan penyebab yang melatarbelakangi
bila dibandingkan dengan kota Jakarta, Masyarakat senantiasa berproses, dan
kejahatan senantiasa mengiringi proses tersebut, sehingga diperlukan pengetahuan

Dari kesemua penjabaran tugas Kepolisian diatas, tugas Kepolisian yang
dinilai paling efektif untuk menanggulangi terjadinya kejahatan dalam
penanggulangan dan pengungkapan suatu tindak pidana adalah tugas preventif karena
tugas yang luas hampir tanpa Batas; dirumuskan dengan kata-kata berbuat apa saja
boleh asal keamanan terpelihara dan asal tidak melanggar hukum itu sendiri.
Preventif itu dilakukan dengan 4 kegiatan pokok; mengatur, menjaga, mengawal dan
patroli (TURJ AWALI). Patroli merupakan kegiatan yang dominan dilakukan, karena
berfungsi untuk mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan agar tidak terjadi
gangguan Kamtibmas/pelanggaran Hukum dalam rangka upaya
memelihara/meningkatkan tertib hukum dan upaya membina ketentraman masyarakat
guna mewujudkan/menjamin Kamtibmas.

2
Gerson W. Bawengan, Masalah kejahatan dengan sebab-akibat, Jakarta;Pradya Paramita,
1977, hal.124

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


11
untuk mempelajari kejahatan tersebut, mulai dari pengetahuan tentang pelaku, sebab-
sebab pelaku tersebut melakukan kejahatan, sampai dengan melakukan kejahatannya.
Pengetahuan itupun telah dipergunakan oleh P.Topinand (1879), seorang antropologi
Perancis. Sebelumnya ia menggunakan istilah antropologi kriminal dan kemudian
menggunakan istilah kriminologi. Kriminologi berasal dari kata Crimen yang berarti
kejahatan dan Logos berarti ilmu/pengetahuan. J adi Kriminologi berarti
ilmu/pengetahuan tentang kejahatan.
3

3
Topo Santoso, Kriminologi, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, hal 9
Patroli polisi dilakukan untuk mengetahui
tentang bagaimana keadaan sosial masyarakat dan budayanya sehingga diketahuilah
rutinitas masyarakat disatu tempat yang akhirnya apabila suatu hari ditemukan hal-hal
yang diluar kebiasaan daerah tersebut maka akan segera diketahui, dan mudah
menanggulangi kejahatan diwilayah tersebut. Dengan demikian masyarakat dapat
merasa lebih aman dan merasakan adanya perlindungan dan kepastian hukum bagi
dirinya. Disamping itu kita juga harus menyadari dan mengakui bahwa masyarakat
juga harus turut berperan serta aktif untuk menciptakan keamanan dan ketentraman
ditengah-tengah masyarakat.
Pada daerah tertentu seperti daerah lampu merah, tempat hiburan dan tempat
rawan kejahatan lainnya merupakan sasaran utama bagi petugas patroli polisi
tersebut. Fungsi patroli di dalam kepolisian diemban oleh Satuan Samapta, Satuan
Lalu Lintas, dan Satuan Pam Obsus, satuan-satuan tersebut bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan keamanan dan ketertiban baik dijalan, disekolah, kantor-
kantor, objek pemerintahan, dan tempat umum lainnya.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


12
Patroli, pengaturan, penjagaan dan pengawalan serta pelayanan masyarakat
adalah tugas-tugas essensial dalam tindakan perventif, yang sasaran utamanya adalah
menghilangkan atau sekurang-kurangnya meminimalisir bertemunya niat dan
kesempatan terjadinya pelanggaran atau kejahatan. Satuan Samapta yang bertugas 24
jam merupakan divisi terbesar dalam kesatuannya baik diIndonesia maupun didunia,
4
Dalam rangka pelaksanaan operasi rutin kepolisian maka tugas
patroli diarahkan dan digunakan untuk menekan jumlah terjadinya
kejahatan yang dikaitkan analisa anatomi kejahatan yang meliputi antara
lain jam rawan, tempat rawan, dan cara melakukan kejahatan yang
sangat efektif mampu mencegah kejahatan dan menghadirkan ketertiban
umum, yang merupakan syarat mutlak peningkatan kualitas hidup dan
ketentraman masyarakat.

Satuan Lalu Lintas yang bertugas dalam lingkup lalu lintas, dan Sat Pam Obsus yang
bertugas melindungi objek-objek khusus adalah merupakan satuan-satuan yang
dengan cara hampir sama dalam pelaksanaannya memiliki fungsi patroli. Ketiganya
mengemban tanggung jawab berat yaitu menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat.
5
Dari uraian fakta tersebut diatas mendorong penulis sebagai mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk meneliti dan menulis skripsi
Kemudian bila nantinya dengan Keputusan Kepala
Satuan berdasarkan saran dan perkiraan staf maka diadakan operasi khusus.

4
www.polri.go.id, Samapta Bhayangkara, akses tanggal 15 September 2007
5
David H. Bayley, Police for The Future, disadur oleh Kunarto, Cipta Manunggal, Jakarta,
1998, hal 2

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


13
perihal Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam
Penanggulangan Suatu Tindak Kejahatan.

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk patroli yang dilaksanakan oleh aparat kepolisian
sebagai salah satu usaha dalam penanggulangan tindak kejahatan
2. Sejauhmanakah peranan dan tanggung jawab POLRI dalam menanggulangi
suatu tindak kejahatan
3. Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi POLRI dalam melakukan fungsi
patroli dimasyarakat.

C. Keaslian Penulisan
Berbagai penulisan perihal tugas dan tanggung jawab polisi pernah
dilaksanakan oleh penulisan terdahulu. Namun penulisan mengenai tinjauan
kriminologi terhadap fungsi patroli polisi dalam penanggulangan suatu tindak
kejahatan (Studi pada Poltabes Medan) sepanjang pengetahuan penulis belum
pernah dilakukan.
Dalam proses pembuatan skripsi ini penulis memulainya dengan
mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan tugas pihak kepolisian
terkhusus bidang tugas patroli kemudian penulis merangkai sendiri menjadi suatu
karya tulis ilmiah yang disebut dengan skripsi. Oleh karena itu penulis dapat
menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


14

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk patroli yang dilaksanakan oleh aparat
kepolisian sebagai salah satu usaha dalam penanggulangan tindak kejahatan.
b. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab POLRI dalam menanggulangi
suatu tindak kejahatan.
c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi POLRI dalam
melakukan fungsi patroli dimasyarakat.

2. Manfaat Penulisan
Dari hasil penulisan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas
dan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoristis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
bidang Hukum Pidana dalam hal penanggulangan suatu tindak pidana secara
preventif yaitu dengan Patroli polisi. Hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk
menambah bahan literature bagi dunia akademis.
Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
pengambil kebijakan dan para pelaksana dibidang hukum pidana, khususnya aparat
kepolisian dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelindung dan pengayom
masyarakat.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


15
E. Tinjauan Kepustakaan
1.
Polisi memiliki arti yang berbeda antara sekarang dan pada awal
ditemukannya istilah polisi itu sendiri. Pertama kali istilah Polisi ditemukan
pada abad sebelum masehi di Yunani yaitu Politea yang berarti seluruh
pemerintahan negara kota. Lalu pengertiannya berkembang menjadi kota dan
juga dipakai untuk menyebut semua usaha kota . Karena pada masa itu kota-
kota merupakan negara-negara yang berdiri sendiri yang disebut juga dengan
polis, maka politeia atau polis berarti semua usaha yang tidak saja
menyangkut pemerintahan negara kota saja, tetapi juga termasuk urusan-
urusan keagamaan. Pada abad ke-14 dan 15 oleh karena perkembangan
zaman, urusan dan kegiatan keagamaan menjadi semakin banyak, sehingga
perlu diselenggarakan secara khusus. Akhirnya urusan agama dikeluarkan dari
usaha politeia, maka istilah politeia atau Polisi tinggal meliputi usaha dan
urusan keduniawian saja.
Sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia
6
Dari istilah politeia dan polis itulah kemudian
timbul istilah lapolice (Perancis), politeia (Belanda), police (Inggris), polzei
(Jerman) dan Polisi (Indonesia).
7
Kini istilah polisi diartikan sebagai Badan pemerintah (sekelompok
pegawai negeri) yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum,
pegawai negeri yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban umum.

8

6
Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia,Prestasi Pustaka, Jakarta, 2005, hal 5
7
Ibid, hal 9-11
8
Aditya Nagara, Kamus Bahasa Indonesia, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, 2000, hal 453


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


16
Dalam perkembangannya di Indonesia, Kepolisian mengalami lima
Jaman, yaitu Jaman Hindia belanda, Jaman Jepang, Jaman Kemerdekaan,
Jaman Orde Baru, dan Jaman Reformasi.

A. Jaman Hindia Belanda
Pada Jaman Hindia Belanda, terdapat dua organ Polisi yaitu
organ Polisi yang dibentuk oleh masyarakat adat dengan dipimpin oleh
kepala adat dengan tugas menegakkan hukum adat yang berlaku dalam
masyarakat adat. Sedangkan organ Polisi yang kedua adalah yang
dibentuk oleh pemerintah, yaitu polisi yang mempunyai tujuan untuk
mengusahakan ketaatan penduduk terhadap peraturan-peraturan
pemerintah Hindia Belanda sehingga roda pemerintahan di tanah
jajahan dapat berjalan dengan lancar. Namun yang melakukan tugas
Kepolisian sebenarnya adalah Pamong Praja dibawah Residen. Belum
adanya pengaturan mengenai Kepolisian menyebabkan status, tugas
organisasi, dan wewenang Polisi tidak berketentuan, pengaturan
mengenai kepolisian dikhususkan dan hanya diletakkan dalam
sejumlah peraturan-peraturan yang insidentil yang dikeluarkan oleh
Kepala-Kepala Daerah dan Pamong Praja. Hal tersebut juga
menyebabkan Kepolisian menjadi instansi yang penting, karena Polisi
dengan mudah memaksa penduduk melakukan yang diperintahkan
Procerur General (Jaksa Agung) yang memegang pimpinan represif
dan preventif Polisi. Dalam hal ini ketertiban untuk kepentingan

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


17
semata-mata dan bukan ketertiban untuk kesejahteraan, sehingga bagi
pihak yang memerintah terdapat kemungkinan untuk berbuat secara
sewenang-wenang terhadap kepentingan yang diperintah.
9
1. Sumatera, Jawa, Madura dikuasai oleh Angkatan Darat
Jepang.


B. Jaman Jepang
Pada Jaman Jepang, Indonesia dibagi dalam 2(dua) lingkungan
kekuasaan pemerintah pendudukan jepang yaitu:
2. Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai oleh
Angkatan Laut Tentara Jepang.
Pusat Polisi untuk Sumatera terdapat di Bukit Tinggi, untuk Jawa
dan Madura terdapat di Jakarta, Indonesia Timur terdapat di Makassar,
sedangkan untuk Kalimantan terdapat di Banjarmasin. Struktur
organisasi Kepolisian tidak berubah, Kepolisian hanya melanjutkan dan
berpegang pada sistem sebelumnya dengan sedikit penyesuaian untuk
kebutuhan kepentingan mereka. Polisi mempunyai tujuan
penyelenggaraan keamanan dan ketertiban umum. Akan tetapi
keamanan dan ketertiban umum adalah semata-mata untuk keamanan
dan ketertiban saja, tidak dikaitkan dengan kesejahteraan. Polisi dapat
sering melakukan tindakan diluar perundang-undangan, jauh melebihi
jaman Hindia Belanda, dan bahkan juga tindakan sewenang-wenang

9
Warsito Hadi Utomo, Op.Cit,, hal 109

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


18
dengan dalih untuk ketertiban. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah
militer Jepang agar dapat dengan leluasa lancar dalam mengangkut dan
menimbun segala sesuatu yang berguna bagi peperangannya, juga untuk
pemberantasan gerakan-gerakan yang menentang pemerintahan militer
Jepang. Di daerah setingkat keresidenan (SYU) dipimpin oleh seorang
SYUTKAN yang juga menjadi Kepala Kepolisian Keresidenan dan
pelaksana hariannya dijalankan oleh Kepala Bagian Kepolisian yang
disebut KAISATSUBUTYO, yang kemudian disebut sebagai Kepala
Bagian Keamanan (CHIANG BUTYO) yang sekaligus merangkap
Kepala Kejaksaan Keresidenan.
Menjelang proklamasi, Kesatuan KEIBODAN (hansip) dan
Kesatuan SEINENDAN (pasukan pemuda) dibentuk dimana-mana,
untuk setiap kabupaten dibentuk PETA (Pembela Tanah Air) dengan
persenjataan lengkap sebagai satuan tempur. Disamping itu Jepang juga
membuka kesempatan bagi para pemuda untuk didik menjadi Polisi, dan
banyak militan masuk memperkuat Polisi Umum dan Pasukan Polisi
Istimewa. Akhirnya dikarenakan J epang ingkar janji untuk
memerdekakan Indonesia maka para militan yang masuk polisi turut
melakukan perlawanan dalam kelompok Polisis Pejoeang.

C. Jaman Kemerdekaan
Setelah diproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, secara
serentak rakyat mengambil kekuasaan pemerintahan baik di pusat

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


19
maupun di daerah-daerah, yang pada waktu itu masih dikuasai oleh
pemerintahan pendudukan jepang. Pengambilalihan kekuasaan rakyat
dari tentara Jepang memerlukan kekuatan pasukan yang bersenjata.
Satu-satunya kekuatan rakyat Indonesia yang oleh Jepang masih
diizinkan untuk memegang senjata adalah kesatuan polisi. Sedangkan
kesatuan PETA sudah dibubarkan sebelum proklamasi kemerdekaan.
Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan Kepolisian dibawah
Departemen Dalam Negeri sebagai Jawatan Kepolisian Negara
dipercayakan dibawah Departemen Kehakiman. Setelah dua bulan
proklamasi Kepolisian Negara dinyatakan tetap berada dalam
lingkungan Departemen Dalam Negeri dan berada dibawah Jaksa Agung
dan Pemerintah Daerah dengan dikeluarkannya Maklumat pada tanggal
1 Oktober 1945. Kepala Kepolisian Negara dipercayakan kepada Raden
Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dan diangkat pada tanggal 29
September 1945 . dengan demikian posisi POLRI pada saat itu sama
dengan Dinas Polisi umum dari Pemerintahan Hindia Belanda.
Sebenarnya pada saat itu juga POLRI telah resmi sebagai Polisi
Nasional yang meliputi seluruh Indonesia .
Pada tahun pertama setelah Indonesia merdeka, peraturan
mengenai Kepolisian masih melanjutkan sistem yang ada pada jaman
Hindia belanda. Dan dibuat secara bertahap pada tahun berikutnya
karena Polisi merupakan instansi yang penting sehingga diperlukan

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


20
suatu pegangan dalam melaksanakan tugas. Tujuan kepolisian adalah
sejalan dengan tujuan masyarakat dan negara, yaitu untuk kepentingan
ketertiban pribadi pada rakyat Indonesia seluruhnya. Polisi diharuskan
untuk bertidak hati-hati jangan sampai melanggar hak asasi manusia.
Setelah kemerdekaan Kepolisian di Indonesia telah berkali-kali
mengalami perubahan status, hal ini bertujuan agar sedikit demi sedikit
melepaskan diri dari pengaruh sistem kolonial dan kemudian
mencarikan tempat agar dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan tujuan kepolisian yang dianut oleh Republik Indonesia.
Tanggal 1 Juli 1946 dengan penetapan pemerintah Kepolisian Negara
menjadi jawatan tersendiri bernama Jawatan Kepolisian Negara
dibawah pimpinan Perdana Menteri. Penetapan ini juga merupakan titik
terang perkembangan Kepolisian di Indonesia, yang selanjutnya 1 Juli
1946 diperingati sebagai Hari Bhayangkara. Banyak yang mengira
tanggal 1 Juli 1946 ini merupakan hari lahirnya Kepolisian Republik
Indonesia, padahal Kepolisian Republik Indonesia telah lahir bersamaan
dengan proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, dan setelah itu polisi di
seluruh tanah air menyatakan dirinya sebagai kepolisian RI.
10
Akan tetapi penyusunan organisasi belum sempat dilakukan
berhubung Agresi Militer Belanda, dipusat pimpinan Kepolisian dijabat
oleh Kepala Kepolisian Negara yang bertanggung jawab kepada Perdana


10
Kunarto, Merenungi Kritik Terhadap POLRI, Buku I, Cipta Manunggal, Jakarta, 1996, hal
48

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


21
Menteri, daerah kekuasaan dibagi dalam keresidenan sesuai dengan
pembagian administrasi pemerintah yang dipimpin oleh Kepala Polisi
Kota atau Kepala Datasemen berdasarkan perintah tekhnis dan taktis
dari kepala Kepolisian Negara. Dengan pergantian kabinet tahun 1948
dengan penetapan pemerintah nomor: 1 tahun 1948 Jawatan Kepolisian
yang semula statusnya dibawah Perdana Menteri untuk sementara
dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden. Keputusan Presiden R.I.S.
Nomor 22 tahun 1950 menjadikan Kepolisian Negara disesuaikan
dengan bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi
jawatan Kepolisian Republik Indonesia Serikat dan dipimpin oleh
Perdana Menteri dengan perantaraan J aksa Agung, sedangkan dalam
pimpinan harian dalam pengawasan administrative-organisatoris
dipertanggung jawabkan kepada Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan
Penetapan Perdana Menteri nomor : 3/PM/tahun 1950 Pimpinan
Kepolisian Negara diserahkan kepada Menteri Pertahanan dengan
maksud pimpinan Polisi dan Tentara dalam satu tangan untuk
kemudahan mengatasi kekacauan situasi akibat gangguan pada saat itu
dan hal ini hanya berlaku 9 bulan. Tahun 1950 juga dibentuk Komisi
Kepolisian yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Republik Indonesia
nomor :154/1950, nomor : 1/pm/1950 dengan tugasnya yaitu menyusun
dalam waktu singkat suatu rencana Undang-undang Kepolisian. Namun

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


22
komisi itu gagal dalam usahanya dan bubar dengan sendirinya setelah
pembentukan negara kesatuan.
Pada tahun 1959 merupakan tonggak baru karena telah
mempunyai status sebagai Kementerian Kepolisian, Proses Integrasi
Angkatan Kepolisian yang dimulai dengan Militerisasi Polisi Negara
nomor: 112 tahun 1947, kemudian peraturan pemerintah nomor
10/1958, menjadi kenyataan dengan dicantumkannya persoalan tersebut
dalam ketetapan Majelis permusyawaratan Rakyat Sementara nomor: 1
dan 2/MPR/1960 dan kemudian dalam Undang-undang Pokok
Kepolisian Negara nomor : 13 tahun 1961, pasal 3 dinyatakan :
Kepolisian Negara adalah Angkatan Bersenjata
Penyempurnaan organisasi dalam rangka integrasi ABRI ini
diadakan lagi dengan dikeluarkannya Keputusan
menteri/Hankam/Pangab No; Kep/A/385/VIII/1970 yang menetapkan
tentang pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dan ditambah lagi Intruksi Menhankam/Pangab
nomor : Ins/A/43/XI/1973, tentang penyusunan kembali Organisasi
Angkatan dan Polri melalui keputusan Menhankam/Pangab nomor :
Kep/15/IV/1976 tentang pokok-pokok Organisasi dan Prosedur
kepolisian Negara Republik Indonesia.
11
D. Masa Orde Baru



11
Warsito Hadi Utomo, Op.Cit, hal125

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


23
Masa ORBA adalah masa pembangunan berencana yang
diletakkan dalam setiap tahapan PELITA. Sehingga gejolak-gejolak
keorganisasian relatif kecil. Semua terarah pada pembangunan
berencana - sistematis dan konsepsional. Pada awal-awal ORBA semua
terarah pada konsolidasi dan refungsionalisasi, untuk kemudian setelah
relatif stabil, beranjak kepada upaya yang mengarah pada
profesionalisasi, efektifitas, efisiensi dan modernisasi (PEEM). Dalam
perjuangan untuk kembali kepada pelaksanaan UUD 1945 secara murni
dan konsekwen maka pada tanggal 1 Juli 1969 dikeluarkan Kepres No.
52/1969 yang bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas pokok
Kepolisian Indonesia dalam rangka normalisasi keadaan dan
fungsionalisasi semua aparatur pemerintah dan angkatan-angkatan unsur
ABRI. Pimpinan Kepolisian Republik Indonesia bukan lagi disebut
Panglima Angkatan Kepolisian Republik Indonesia (Pangak) akan tetapi
disebut Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
mengandung arti adanya tugas dan wewenang pimpinan teknis dan
komando Kepolisian seluruh Indonesia dan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia yang bertanggung jawab tentang pelaksanaan tugasnya kepada
Menteri Pertahanan Keamanan Panglima Angkatan Bersenjata.
12
Usaha-usaha ke arah peningkatan pelaksanaan tugas terus
dilaksanakan dengan dikeluarkannya Kepres No. 80 tahun 1969 tentang


12
Ibid, hal 128

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


24
ABRI sebagai bagian organik Dephankam beserta tugas dan tanggung
jawabnya yang diikuti oleh Keppres 79/1969 tentang ditetapkannya
struktur berbentuk staf umum bawah Kepala Staf. Kemudian diubah
dengan Keputusan Menhankam Pangab No.Kep/A/385/VIII/1970 yang
menetapkan tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Kepolisian
Negara Republik Indonesia dengan type staf umum dengan seorang
Deputy dan 3 DANJEN.
13
Apa yang digambarkan itu adalah pokok-pokok atau hal-hal
yang bersifat mendasar. Pelaksanaan dari ketentuan itu memang lalu
menggerakkan kegiatan-kegiatan perubahan yang luar biasa. Sebagai
contoh; KOMDAK (yang kemudian kita sebut POLDA) yang namanya
setiap propinsi ada-lalu dijadikan 17 saja, untuk kemudian menjadi 27
kembali. BRIMOB dimekarkan, pokok-pokok organisasi dan prosedur
harus disesuaikan, Pembentukan DITLANTAS yang mulanya tidak ada,
juga LEMDIKLAT POLRI, penggunaan tongkat komando, selempang
POLRI digunakan lagi, Serse pakai beret merah dan lain-lain. Semua itu
hasil akhirnya adalah merubah secara sadar perilaku organisasi POLRI.
Sebagai langkah lanjut dalam rangka
penyempurnaan pelaksanaan tugas, maka pada tahun 1974, tentang
penyempurnaan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 79
tahun 1969.

13
Ibid, hal 125

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


25
Dan ini sangat diperlukan karena diamanatkan oleh Pimpinan Negara;
agar dalam penanganan-penanganan keamanan, Polisi dikedepankan.
14

14
Soejoed Bin wahyu dan Wik Djatmika, Sejarah POLRI Menggali kembali Nilai Juang 45,
ISIK, Jakarta , 1997, hal. 106



M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


26
E.Masa Reformasi
Selama puluhan tahun POLRI dinyatakan sebagai bagian dari
ABRI, Dan integrasi ABRI telah dijadikan wahana sistematik untuk
melemahkan POLRI, dimana POLRI berada dalam lingkungan
pertanggung jawaban tumpang tindih (overlapping responsibility) dalam
alam dua doktrin yang berbeda. Ketidakjelasan pertanggung jawaban
sebagai ABRI sesuai dengan doktrin pertahanan keamanan atau
sebagai Polisi dalam melaksanakan Law enforcement sesuai dengan
doktrin ketertiban masyarakat (public order). Akibat dari tumpang
tindih tanggung jawab tersebut terjadi upaya bercorak duplikasi (a
duplication of effort). Masa Reformasi menuntut introspeksi dan
evaluasi yang obyektif serta jujur dalam keadaan dewasa. Artinya
Kepolisian pada saat ini merupakan koreksi dari masa lalu dan harus
dapat menciptakan langkah strategis guna menghadapi masalah dan
tantangan yang semakin berat. Organisasi Polri tidak hanya sekedar
merubah aspek instrumental, struktural dan kultural guna menghadapi
tantangan masa depan dengan dinamika perubahan jaman yang
menyertainya. Ketetapan MPR nomor: X/MPR/1998 tentang pokok-
pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan
memelihara kehidupan nasional sebagai haluan negara adalah
merupakan acuan dikeluarkannya instruksi Presiden RI Nomor 2 tahun

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


27
1999 tentang langkah kebijakan dalam rangka pemisahan Polri dan
ABRI yang selanjutnya menjadi landasan formal bagi reformasi Polri.
15
Ketidakjelasan tanggung jawab POLRI tersebut di akhiri pada
tahun 1999 dengan terpisahnya POLRI dari ABRI (TNI) dimana POLRI
ditempatkan dalam posisi Independen sebagai alat yang mewujudkan
keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi
manusia. Dalam rangka menuju Polri yang mandiri dan otonomi maka
organisasi Polri diletakkan dibawah Departemen Pertahanan dan
Keamanan pada masa transisinya pada tanggal 1 April 1999. Dengan
keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 89 tahun
2000 tanggal 1 Juli 2000 kompetensi Polri dalam kedudukan langsung
dibawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Hal tersebut
juga mengakibatkan perpindahan peradilan bagi polisi, hal ini
dikemukakan oleh IPTU TONY SIMANJUNTAK, SH pada wawancara
tanggal 03 Maret 2008 bahwa semenjak pisahnya TNI dan POLRI
kedudukan polisi sudah berada dibawah peradilan umum jika pidananya,
namun disiplinnya diproses oleh Provost.

16

15
Warsito Hadi Utomo, Op.Cit, hal 140.
16
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Samapta, IPTU TONY SIMANJUNTAK,SH pada
tanggal 03 Maret 2008


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


28
Keuntungan bila Polri dibawah langsung oleh Presiden Republik
Indonesia adalah :
a. Komitmen dan Konsisten Polri dalam melaksanakan kompetensi
yang ditetapkan oleh Undang-undang serta misi arah kebijakan
hukum yang ditetapkan dalam GBHN akan lebih mandiri tanpa
adanya intervensi dari manapun.
b. Polri akan semakin professional dalam melaksanakan kompetensi
baik proses penyidikan tindak pidana secara hukum maupun
berdasarkan atas kewajiban.
Upaya melaksanakan kemandirian Polri dengan mengadakan
perubahan-perubahan melalui tiga aspek yaitu:
a. Aspek Struktural: Mencakup perubahan kelembagaan Kepolisian
dalam Ketata negaraan, organisasi, susunan dan kedudukan.
b. Aspek Instrumental: Mencakup filosofi (Visi, Misi dan tujuan),
Doktrin, kewenangan,kompetensi, kemampuan fungsi dan Iptek.
c. Aspek kultural: Adalah muara dari perubahan aspek struktural dan
instrumental, karena semua harus terwujud dalam bentuk kualitas
pelayanan Polri kepada masyarakat, perubahan meliputi perubahan

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


29
manajerial, sistem rekrutmen, sistem pendidikan, sistem material
fasilitas dan jasa, sistem anggaran, sistem operasional.
17
2.

Polisi sebagai aparat Pemerintah, maka organisasinya berada dalam
lingkup Pemerintah. Dengan kata lain organisasi Polisi adalah bagian dari
Organisasi Pemerintah. Dari segi bahasa organ kepolisian adalah suatu alat
atau badan yang melaksanakan tugas-tugas Kepolisian. Agar alat
tersebut dapat terkoodinir, dan mencapai sasaran yang diinginkan
maka diberikan pembagian pekerjaan dan ditampung dalam suatu
wadah yang biasa disebut organisasi. Dengan demikian maka keberadaannya,
tumbuh dan berkembangnya, bentuk dan strukturnya ditentukan oleh
visi Pemerintah yang bersangkutan terhadap pelaksanaan tugas Polisinya.
Diseluruh dunia Organisasi Polisi itu berbeda-beda. Ada yang membawah
pada Departemen Dalam Negeri, ada yang membawah pada Departemen
Kehakiman ada yang dibawah kendali Perdana Menteri, Wakil Presiden,
dikendalikan oleh Presiden sendiri, bahkan ada yang merupakan Departemen
yang berdiri sendiri.
Struktur Organisasi Kepolisian di Indonesia
18
Kedudukan Organisasi Polisi dalam satu negarapun dapat berubah-
ubah, sesuai dengan perubahan visi suatu pemerintah periode tertentu pada
Polisinya. Belanda misalnya, perubahan dari negara monarkhi merdeka,


17
www.polri.go.id, Akses tanggal 05 Januari 2008
18
Kunarto, Perilaku Organisasi Polri, Cipta Manunggal, Jakarta, 2001, hal 100

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


30
berubah sama sekali sewaktu dijajah Napoleon, berubah sebentar saat mereka
merdeka, lalu ditindas oleh Jerman NAZI dengan GESTAPO-nya, lalu
merdeka lagi setelah Perang Dunia ke II, bentuk, tugas, perilaku
organisasi Polisinya berubah dan sangat berbeda.
Di Indonesia kedudukan organisasi polisi juga mengalami
rangkaian perubahan setelah kemerdekaan. Pada tangal 1 Juli 1946
kepolisian menjadi jawatan tersendiri bernama J awatan Kepolisian
dibawah pimpinan Perdana Menteri, pada tahun 1948 jawatan tersebut untuk
sementara dipimpin Presiden dan wakil Presiden, Kemudian Keputusan
Presiden R.I.S. Nomor 22 tahun 1950 menjadikan Kepolisian Negara
disesuaikan dengan bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi
jawatan Kepolisian Republik Indonesia Serikat dan dipimpin oleh Perdana
Menteri dengan perantaraan Jaksa Agung, sedangkan dalam pimpinan harian
dalam pengawasan administrative-organisatoris dipertanggung jawabkan
kepada Menteri Dalam Negeri.
Pada tahun 1950 Berdasarkan Penetapan Perdana Menteri
nomor : 3/PM/tahun 1950 Pimpinan Kepolisian Negara diserahkan
kepada Menteri Pertahanan dengan maksud pimpinan Polisi dan Tentara
dalam satu tangan untuk kemudahan mengatasi kekacauan situasi akibat
gangguan pada saat itu dan hal ini hanya berlaku 9 bulan. Tahun 1950 juga
dibentuk Komisi Kepolisian yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Republik
Indonesia nomor :154/1950, nomor : 1/pm/1950 dengan tugasnya yaitu

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


31
menyusun dalam waktu singkat suatu rencana Undang-undang Kepolisian.
Namun komisi itu gagal dalam usahanya dan bubar dengan sendirinya setelah
pembentukan negara kesatuan. Tahun 1959 merupakan tonggak baru karena
telah mempunyai status sebagai Kementerian Kepolisian, Proses Integrasi
Angkatan Kepolisian yang dimulai dengan Militerisasi Polisi Negara nomor:
112 tahun 1947, kemudian peraturan pemerintah nomor 10/1958, menjadi
kenyataan dengan dicantumkannya persoalan tersebut dalam ketetapan
Majelis permusyawaratan Rakyat Sementara nomor: 1 dan 2/MPR/1960 dan
kemudian dalam Undang-undang Pokok Kepolisian Negara nomor : 13 tahun
1961, pasal 3 dinyatakan :
Kepolisian Negara adalah Angkatan Bersenjata
Penyempurnaan organisasi dalam rangka integrasi ABRI ini diadakan
lagi dengan dikeluarkannya Keputusan menteri / Hankam / Pangab
No: Kep/A/385/VIII/1970 yang menetapkan tentang pokok-pokok Organisasi
dan Prosedur Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan ditambah lagi
Intruksi Menhankam/Pangab nomor : Ins/A/43/XI/1973, tentang penyusunan
kembali Organisasi Angkatan dan Polri melalui keputusan
Menhankam/Pangab nomor : Kep/15/IV/1976 tentang pokok-pokok
Organisasi dan Prosedur kepolisian Negara Republik Indonesia.
19
Rangkaian perubahan terus menyusul hingga kepolisian menjadi
mandiri dan langsung dibawah Presiden berdasarkan Pasal 8 UU No 2 Tahun


19
Warsito Hadi Utomo,Op. Cit, hal 125

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


32
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam proses negara
yang semakin demokratis, menunjukkan arah Perilaku Organisasi Kepolisian
yang semakin modern, semakin menghormati dan menegakkan HAM. Polri
harus menyadari bahwa dalam setiap kegiatannya tidak boleh sembarangan
karena masyarakat melakukan kontrol.
20
Modernisasi Kepolisian dan
demokratisasi negara merupakan condition sine quanon, keduanya saling
berpengaruh bahkan saling membutuhkan. Karenanya modernisasi kepolisian
dan pemuliaan HAM serta demokratisasi dapat digambarkan sebagai tolok
ukur kemajuan dan/atau keberhasilan pembangunan suatu negara/bangsa.
Artinya perubahan perilaku organisasi Polisi yang semakin demokratis dan
semakin berbudaya HAM merupakan gambaran semakin majunya peradaban
dan keberhasilan pembangunannya.
21
Organisasi sendiri sebenarnya hanyalah merupakan sarana atau
wahana kegiatan untuk mencapai tujuan. Karenanya eksistensi organisasi

Bentuk organisasi yang diwujudkan dengan ketentuan-ketentuan
tentang struktur organisasi dan prosedurnya, selalu dimaksudkan sebagai arah
dan aturan permainan (rules of the game) dari upaya-upaya untuk mencapai
tujuan organisasi. Demikian juga organisasi POLRI yang terus dan selalu
mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu memang bertujuan untuk
mencapai efektifitas dan efisiensi optimal dalam melandasi pelaksanaan tugas
POLRI.

20
Kunarto, Op.Cit, hal 82
21
Warsito Hadi Utomo, Op. Cit, hal 100.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


33
sangat dipengaruhi bahkan ditentukan oleh kondisi lingkungan, baik yang
berlingkup ruang, waktu, tantangan dan situasi. Organisasi yang baik berarti
harus memenuhi persyaratan, serasi dan sesuai dengan kondisi
lingkungannya. Berubahnya pola pikir masyarakat tradisional menjadi pola
pikir masyarakat industri, akan mendorong dan mengharuskan perubahan
organisasi.
Tetapi perubahan itu memang harus dikaji dengan seksama teliti dan
sungguh-sungguh, sehingga perubahannya memang benar-benar pas dengan
tuntutan lingkungan. Karena perubahan lingkungan itu dalam keadaan normal
bersifat evolutif, maka periodesasinya akan relatif lama. Dengan demikian
perubahan organisasipun dalam keadaan normal akan mendorong dan
mengharuskan perubahan organisasinya.
Berikut ini adalah Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik
Indonesia
KAPOLRI

WAKAPOLRI

ITWASUM SAHLI

SDERENBANG SDEOPS SDE SDM SDELOG

KORSPRIPIM SETUM DENMA


SET NCB PUS DOKKES PUS KU

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


34


DIV HUMAS DIV BINKUM DIV PROPAM TELEMATIKA PTIK SESPIMPOL AKPOL
LEMDIKLAT

BAINTELKAM BARESKRIM BABINKAM KORBRIMOB
POLDA

POLTABES

SUMBER : www.polri.go.id, Akses tanggal 05 J anuari 2008
Dengan pendekatan dari segi kedudukan organisasi, sejarah, pelaksanaan
tugas dan keberhasilannya, maka pengorganisasian POLRI itu memang lalu harus
ditegakkan atas dasar prinsip yang khas Polisi Indonesia yang antara lain seperti
dibahas dibawah ini.
a. Refungsionalisasi
Menonjolkan kekhasan berarti harus melakukan refungsionalisasi yang berciri
khas mitra Kamtibmas. Sedang fungsi-fungsi yang bersifat politis dan strategis
dipusatkan disatu tangan ditingkat Presiden. Fungsi-fungsi yang bersifat umum diatur
dan dibina dengan sistem pembinaan terpusat oleh Kapolri. Sedang fungsi khas
angkatan diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing kesatuan.
b. Asas Organisasi
Pengorganisasian harus didasari prinsip-prinsip (1) sederhana dalam arti
berkemampuan cukup untuk mencapai tujuan. (2) Lebih efektif sehingga dapat
dicapai keseimbangan antara tugas dan kemampuan anggaran (3) Lebih efisien
dalam arti pencapaian tujuan dan sasaran dengan biaya yang sama dapat terlaksana
secara lebih cepat dan lebih baik. Dengan cara ini maka perubahan-perubahan yang

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


35
sangat mendasar dan dapat menjadi tidak sederhana, tidak efektif apalagi efisien.
Untuk itu kalau tidak ada hal yang memaksa, tidak dilakukan perubahan dan cukup
dengan penyesuaian-penyesuaian yang bertujuan peningkatan efektifitas dan
efisiensi.
c. Bentuk Organisasi Type Staf
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan organisasi dipakai prinsip-
prinsip
1) Bentuk organisasi digunakan ; Line and Staff
2) Type staf yang dipakai adalah staf umum
3) Penyusun satuan besar dibagi 2 tingkat;
a) Tingkat Mabes POLRI
b) Tingkat Kotama
4) Garis besar pengelompokan badan-badan dibedakan dengan eselon
a) Eselon Pimpinan
b) Eselon staf
c) Eselon pembinaan
d) Eselon pelaksana pusat
d. Penyempurnaan Organisasi
Penyempurnaan organisasi dan prosedur kerja dapat dilakukan dengan
didasarkan pada tuntutan yang obyektif dan diperlukan, dan harus tidak dipengaruhi
atau terlepas dari rasa senang atau tidak senang. Ketentuan ini sebenarnya menggaris
bawahi bahwa penyempurnaan itu hanya bisa dilakukan karena tuntutan obyektif

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


36
yang urgent dan tidak oleh sebab-sebab yang lain. Dahulu pengorganisasian ini juga
menentukan jumlah PATI (Jenderal), sehingga digunakan juga sebagai sarana
pengendalian Jendela yang hanya terdiri dari orang-orang yang benar-benar terpilih.
Dengan berubah-ubahnya struktur organisasi biasanya lalu timbul berbagai
kegelisahan dan keragu-raguan di kalangan Pejabat yang apabila tidak cepat diatasi
akan dapat menjadi penghalang yang serius. Di lingkungan POLRI, selama ini
kegelisahan semacam itu relatif cepat diatasi. Mereka cepat menyesuaikan diri dan
cepat bekerja biasa seperti selayaknya. Mungkin karena telah sering mengalami
reorganisasi, mungkin juga karena dinamika organisasi yang berkembang sebenarnya
relatif tidak berubah.
22


3.
Polisi adalah organisasi yang memiliki fungsi sangat luas sekali. Polisi dan
Kepolisian sudah sangat dikenal pada abad ke-6 sebagai aparat negara dengan
kewenangannya yang mencerminkan suatu kekuasaan yang luas menjadi penjaga
tiranianisme, sehingga mempunyai citra simbol penguasa tirani. Sedemikian rupa
citra polisi dan kepolisian pada masa itu maka negara yang bersangkutan dinamakan
negara polisi dan dalam sejarah ketatanegaraan pernah dikenal suatu negara
Politeia. Pada masa kejayaan ekspansionisme dan imprealisme dimana kekuasaan
pemerintah meminjam tangan polisi dan kepolisian untuk menjalankan tugas tangan
besi melakukan penindasan terhadap rakyat pribumi untuk kepentingan pemerasan
tenaga manusia, keadaan ini menimbulkan citra buruk bagi kepolisian itu sendiri. Di
Pengertian Patroli dan Fungsi Patroli

22
Ibid,hal 107

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


37
Indonesia, Sebenarnya tujuan dari Organisasi POLRI adalah mewujudkan keamanan
dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, hal ini terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.
Identitas polisi sebagai abdi hukum itu memang seharusnya demikian, Polisi
yang memberikan pengabdian, perlindungan, penerang masyarakat serta berjuang
mengamakan dan mempertahankan kemerdekaan dan mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur dengan semangat tri brata serta jiwa yang besar, Polisi yang
memiliki hati nurani yang bersih, bersikap tenang, mantap dan tidak tergoyahkan
dalam situasi dan kondisi apapun serta selalu tepat dalam mengambil keputusan.
Tugas Pokok Kepolisian Republik Indonesia terdapat dalam Pasal 13 Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2002 yang berbunyi :
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. menegakkan hukum ; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat
23



23
Surayin, Tanya Jawab UU No2 tahun 2002, Yrama Widya, Bandung, 2004, hal 28

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


38
Sedangkan mengenai penjabaran tugas tersebut diatur pada Pasal 14 ayat (1)
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 yaitu:
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan ;
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas dijalan ;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran
hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan ;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional ;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum ;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa ;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya ;
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensikdan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda,masyarakat, dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia ;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditanganioleh instansi dan/atau pihak yang berwenang ;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam
lingkup tugas kepolisian ; serta
l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Gerson W. Bawengan, tugas Polisi dapat dibagi menjadi 2 (dua) antara lain
sebagai berikut :
1. Tugas Preventif : Berupa patroli-patroli yang dilakukan secara terarah dan
teratur, mengadakan tanya jawab dengan orang lewat, termasuk usaha
pencegahan kejahatan atau pelaksanaan tugas preventif, memelihara
ketertiban dan menjamin keamanan umum.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


39
2. Tugas Represif : menghimpun bukti-bukti sehubungan dengan
pengusutan perkara dan bahkan berusha untuk menemukan kembali
barang-barang hasil curian, melakukan penahanan untuk kemudian
diserahkan ke tangan kejaksaan yang kelak akan meneruskannya ke
Pengadilan.
24
Dari kesemua penjabaran tugas Kepolisian diatas, tugas Kepolisian yang
dinilai paling efektif untuk menanggulangi terjadinya kejahatan dalam
penanggulangan dan pengungkapan suatu tindak pidana adalah tugas preventif karena
tugas yang luas hampir tanpa Batas; dirumuskan dengan kata-kata berbuat apa saja
boleh asal keamanan terpelihara dan asal tidak melanggar hukum itu sendiri. Dengan
begitu pada tugas ini yang digunakan adalah asas oportunitas, utilitas dan asas
kewajiban. Preventif itu dilakukan dengan 4 kegiatan pokok; mengatur, menjaga,
mengawal dan patroli (TURJ AWALI). Patroli merupakan kegiatan yang dominan
dilakukan, karena berfungsi untuk mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan
agar tidak terjadi gangguan Kamtibmas/pelanggaran Hukum dalam rangka upaya
memelihara/meningkatkan tertib hukum dan upaya membina ketentraman masyarakat
guna mewujudkan/menjamin Kamtibmas. Tentunya dalam pencegahan suatu tindak
kejahatan diperlukan pengetahuan tentang bagaimana kejahatan tersebut terjadi,
bagaimana keadaan lingkungan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial, budaya dan
kultur sehingga dalam penanggulangan dan pengungkapan suatu tindak kejahatan


24
Gerson W. Bawengan, Op. Cit, hal.124

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


40
diperlukan personel yang mempelajari hal itu dan selanjutnya mendapatkan cara yang
tepat dalam penanggulangannya.
Fungsi patroli polisi sangat diharapkan sebagai salah satu ujung tombak dari
POLRI yang bergerak dibidang refresif yustisiil yakni penyidikan yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya untuk mengantisipasi segala tipu
daya dan kemampuan penjahat yang semakin hari juga semakin meningkat.
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Patroli memiliki arti yang sangat singkat yaitu
perondaan;
25
dan berdasarkan Surat Keputusan Kapolri dengan No:
SKEP/608/VI/1997, Patroli adalah Salah satu kegiatan Kepolisian yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih anggota Polri sebagai usaha mencegah bertemunya niat dan
kesempatan, dengan jalan mendatangi, menjelajahi, mengamati, mengawasi,
memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan segala
bentuk gangguan Kamtibmas, serta menuntut kehadiran Polri untuk melakukan
tindakan kepolisian guna memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum
masyarakat.
26

25
Aditya Nagara, Op. Cit, hal 435

26
Mabes Polri, Bahan Ajaran Fungsi tehnis Sabhara, 1997, hal 18
Patroli polisi dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana keadaan
sosial masyarakat dan budayanya sehingga diketahuilah rutinitas masyarakat disatu
tempat yang akhirnya apabila suatu hari ditemukan hal-hal yang diluar kebiasaan
daerah tersebut maka akan segera diketahui, dan mudah menanggulangi kejahatan
diwilayah tersebut. Dengan demikian masyarakat dapat merasa lebih aman dan
merasakan adanya perlindungan dan kepastian hukum bagi dirinya. Disamping itu
kita juga harus menyadari dan mengakui bahwa masyarakat juga harus turut berperan

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


41
serta aktif untuk menciptakan keamanan dan ketentraman ditengah-tengah
masyarakat.

4.
f. Pengawasan Orang asing (untuk mengawasi penyelewengan dalam lintas orang-
orang asing di Indonesia).
Pengertian Kejahatan dan Penjahat
Gelombang kejahatan sangat menyita perhatian bagi Indonesia sejak tahun
1971, pada tahun tersebut sangat banyak kriminalitas yang terjadi bahkan sangat
serius sehingga dikeluarkanlah Instruksi Presiden no. 6 Tahun 1971 yang berlanjut
dengan dibentuknya Badan Koordinasi Pelaksana (BAKOLAK) INPRES 1971 yang
dibentuk di tingkat pusat dan di daerah-daerah, dengan sasaran tugas penanggulangan
masalah-masalah nasional seperti :
a. Kenakalan remaja
b. Penyalahgunaan narkotika
c. Uang palsu
d. Penyelundupan
e. Subversi
27
Dewasa ini seiring dengan perkembangan peradaban dan pertumbuhan
masyarakat yang pesat, kejahatan ikut mengiringi dengan cara-cara yang telah
berkembang pula. kejahatan senantiasa ada dan terus mengikuti perubahan, pengaruh
modernisasi tidak dapat dielakkan disebabkan ilmu pengetahuan yang telah


27
Ninik Widiyanti, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya,Pradya Paramita Jakarta,
1987. hal.1

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


42
mengubah cara hidup manusia dan akhirnya hanya dapat untuk berusaha mengurangi
jumlah kejahatan serta membina penjahat tersebut secara efektif dan intensif. Maka
sulit kalau dikatakan negara akan melenyapkan kejahatan secara total. Emile
Durkheim menyatakan bahwa Kejahatan adalah suatu gejala normal di dalam setiap
masyarakat yang bercirikan heterogenitas dan perkembangan sosial, dan karena itu
tidak mungkin dapat dimusnahkan sampai tuntas
28
. Radcliff Brown telah
mendefenisikan kejahatan sebagai suatu pelanggaran terhadap sesuatu kebiasaan yang
mendorong dilaksanakannya sanksi pidana.
29
1. Kejahatan menurut hukum (yuridis)

Dalam buku berjudul Kriminologi terbitan Restu Agung, Abdussalam
membagi kejahatan dalam dua sudut pandang antara lain:
Sutherland, kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh negara
sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan suatu sanksi.
Dalam buku referensi dari Anglo Saxon, kejahatan menurut hukum
dikelompokkan dalam istilah Conventional Crime yaitu kejahatan (tindak
pidana) yang dicantumkan dalam KUHP, istilah Victimless Crime (kejahatan
tanpa korban, meliputi pelacuran, perjudian pornografi, pemabukan dan
penyalahgunaan narkoba) yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
tersendiri, istilah White Collar Crime (kejahatan kerah putih meliputi tindak
pidana korupsi, pelanggaran pajak, penyalahgunaan wewenang), istilah

28
Ibid. hal 2
29
Ninik widiyanti dan Yulius W, Kejahatan dalam Masyarakat dan pencegahannya, Bina
Aksara, Jakarta, 1987, hal 85.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


43
Coorporate Crime (kejahatan badan-badan usaha), kemudian istilah New
Dimention Crime dan Mass Crime (kejahatan massa).
2. Kejahatan menurut non hukum (kejahatan menurut sosiologis)
Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan masyarakat.
Walaupun masyarakat memliki berbagai macam perilaku berbeda-beda akan
tetapi memiliki pola yang sama. Gejala kejahatan terjadi dalam proses
interaksi antara bagian-bagian dalam masyarakat yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan perumusan tentang kejahatan dengan
kelompok-kelompok masyarakat mana yang memang melakukan kejahatan.
Kejahatan (tindak pidana) tidak semata-mata dipengaruhi oleh besar kecilnya
kerugian yang ditimbulkannya atau karena bersifat amoral, melainkan lebih
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan pribadi kelompoknya, sehingga
perbuatan-perbuatan tersebut merugikan kepentingan masyarakat luas, baik
kerugian materi maupun kerugian/bahaya terhadap jiwa dan kesehatan
manusia, walaupun tidak diatur dalam undang-undang pidana.
30
Berbicara kejahatan tentunya tidak telepas dari pelaku kejahatan itu, pelaku
kejahatan atau biasa disebut penjahat. seseorang belum dapat dikatakan sebagai
penjahat walaupun ia telah mengaku melakukan suatu kejahatan, ia dipandang
sebagai seorang penjahat apabila kejahatannya telah dibuktikan menurut proses
peradilan yang sudah ditetapkan. Di dalam hukum pidana pun tidak ditentukan
sampai kapan waktunya seorang penjahat dikatakan sebagai penjahat, apakah


30
Abdussalam, Kriminologi, Restu Agung, 2007, hal 15

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


44
berakhir setelah melakukan kejahatan dan dipenjara, atau terus menerus. Begitupula
para kriminologi tidak dapat secara benar-benar dapat dipertanggung jawabkan
menetapkan sebagai penjahat kepada orang-orang yang bertingkah laku secara anti
sosial tetapi tidak melanggar suatu undang-undang pidana.
31

31
Momon Martosaputra, Asas-asas Kriminologi, Alumni, Bandung, 1973, hal 34,35
Kata penjahat pada
beberapa kriminolog dibatasi pada kepada orang yang cocok dengan sejenis
kelompok masyarakat yang dianggap oleh mereka(para ahli kriminologi) oleh
masyarakat umumnya sebagai penjahat. Istilah itu menunjukkan kepada sipelanggar
undang-undang yang mempunyai sejumlah keahlian, sikap dan hubungan pergaulan
yang menandakan kematangan beradat kebiasaan jahat.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


45
Situasi dan kondisi pihak korban dapat merangsang pelaku untuk melakukan
suatu kejahatan kepadanya. Pihak korban sendiri sebenarnya tidak melakukan suatu
usaha untuk berkemauan atau rela menjadi korban, dalam kondisi ini kesempatanlah
yang selalu ditunggu, Pelaku mengamati hingga situasi yang menguntungkan datang.
Daerah rawan tersebut banyak dijumpai disekitar, umumnya adalah tempat-tempat
yang ramai berdesakan, namun ada juga pelaku spesialis daerah yang sedikit bahkan
tidak ada penjagaan dan bila malam hari adalah tempat yang sunyi dan minim
penerangan. Polri harus senantiasa menekan angka korban yang berjatuhan.
5. Pengertian Korban
Dalam setiap kejahatan terdapat pihak yang dirugikan baik secara materil
maupun immaterill, dikatakan mengalami kerugian materil apabila di dalam peristiwa
kejahatan tersebut ada pihak yang hartanya berkurang ataupun hilang sama sekali,
dan dikatakan immateril apabila di dalam peristiwa itu ada pihak yang mengalami
shock karena telah mengalami peristiwa diluar dugaanya dengan kata lain kerugian
tidak berbentuk benda. Dalam hal tersebut penderita kerugian biasa disebut sebagai
korban. Selain korban, keluarga korban juga termasuk pihak yang ikut merasakan
kerugian, terlebih-lebih lagi apabila korban mengalami penganiayaan yang berujung
kematian. Sebagai pihak yang mengalami kerugian seharusnyalah ada perhatian
terhadap korban, dan menjaga agar semua masyarakat terutama korban agar lebih
mendapatkan perlindungan, karena tidak jarang kita mendengar beberapa orang
disekitar kita yang mengalami pencurian ataupun penjambretan dan lainya mengalami
untuk kedua kalinya hal yang serupa.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


46
Kejahatan memang merupakan hal yang harus ada dan tidak bisa dihilangkan, tetapi
usaha pencegahan dalam rangka penanggulangan harus tetap dilakukan agar
terciptanya ketentraman dalam masyarakat.
Mengenai pengertian korban, Arif Gosita berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan koban ialah mereka yang menderita secara jasmaniah dan rohaniah sebagai
akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau
orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita,
32
di
dalam UU No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Korban
dinyatakan sebagai seseorang yang mengalami penderitaan fisik maupun mental serta
kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. Sedangkan pengertian
keluarga korban dalam UU ini adalah orang-orang yang mempunyai hubungan darah
dalam garis lurus, atau mempunyai hubungan darah dalam garis menyamping sampai
derajat ketiga, atau mempunyai hubungan perkawinan dengan korban dan atau yang
menjadi tanggungan saksi dan/atau korban. Keluarga korban hanya disebutkan
tentang orang-orang yang menjadi keluarga korban dan yang menjadi tanggungan
korban, seharusnya juga mencakup orang-orang yang mengalami kerugian karena
mencegah terjadinya kejahatan. Di dalam UU No 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, korban diartikan sebagai orang yang
mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga.
33

32
Syafruddin, Peranan Korban Kejahatan (Victim) Dalam Terjadinya Suatu Tindak Pidana
Kejahatan Ditinjau Dari Segi Victimologi, USU digital Library, Medan, 2002

33
http://www.kontras.org/UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga. Akses tanggal 06 Maret 2008


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


47
Pengertian korban diatas sangat sempit jika dibandingkan dengan pengertian
korban menurut Resolusi Majelis Umum PBB No. 40/34 Tahun 1985 adalah orang
orang, baik secara individual maupun kolektif, yang menderita kerugian akibat
perbuatan atau tidak berbuat yang melanggar hukum pidana yang berlaku disuatu
negara, termasuk peraturan yang melarang penyalahgunaan kekuasaan. Dalam bagian
lain dikemukakan khususnya sewaktu menjelaskan Victims of Power, bahwa
termasuk juga dalam pengertian korban orang-orang yang menjadi Korban dari
perbuatan-perbuatan atau tidak berbuat yang walaupun belum merupakan
pelanggaran terhadap hukum pidana nasional, tetapi sudah merupakan pelanggaran
menurut norma HAM yang diakui secara internasional. Pengertian kerugian (harm)
menurut Resolusi Majelis Umum PBB No. 40/34 Tahun 1985, meliputi kerugian fisik
maupun mental (physical or mental injury), penderitaan emosional (emotional
suffering), kerugian ekonomi (economic loss), atau perusakan substansial dari hak-
hak asasi para Korban (substansial impairment of their fundamental rights).
Selanjutnya disebutkan, bahwa seseorang dapat dipertimbangkan sebagai korban
tanpa melihat apakah si pelaku kejahatan itu sudah diketahui, ditahan, dituntut, atau
dipidana dan tanpa memandang hubungan keluarga antara si pelaku dan korban.
Istilah korban juga mencakup keluarga dekat atau orang-orang yang menjadi
tanggungan korban, dan juga orang-orang yang menderita kerugian karena berusaha
mencegah terjadinya korban.
34

34
www.elsam.or.id,Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Analisis terhadap RUU
Perlindungan saksi dan Korban Versi Badan Legislatif DPR, Akses tanggal 07 Februari 2008



M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


48
Pengertian tentang korban juga dapat dilihat dalam PP No. 2 Tahun 2002
tentang Tata Cara Pemberian Perlindungan Kepada Saksi dan Korban Pelanggaran
HAM Berat yaitu menyatakan bahwa korban adalah orang perseorangan atau
kelompok orang yang mengalami penderitaan sebagai akibat pelanggaran hak asasi
manusia yang berat yang memerlukan perlindungan fisik dan mental dari ancaman,
gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun.
35
Pengertian tentang korban menurut resolusi Majelis Umum dan Peraturan
Pemerintah diatas menjadi rujukan yang komprehensif untuk menjelaskan tentang
siapa korban dan apa yang menjadi kerugian bagi korban Dari pengertian istilah
korban diatas tidak hanya mengacu pada perseorangan, tetapi mencakup juga
kelompok dan masyarakat. Selain itu, pengertian diatas merangkum hampir semua
jenis penderitaan yang mungkin dialami oleh korban. Berkenaan dengan
penyebabnya, dalam pengertian itu, ditujukan bukan hanya terbatas pada perbuatan
yang sengaja dilakukan (by act) tetapi meliputi pula kelalaian atau kegagalan
mencegah suatu pelanggaran berat HAM yang terjadi atau dikenal dengan istilah by
omission.

36

35



F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
www.elsam.or.id, Ibid

36
www.elsam.or.id, Ibid



M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


49
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum
kepustakaan (library Research) yaitu mengumpulkan data informasi dengan bantuan
buku dan juga perundang-undangan serta wawancara dengan pihak yang berwenang
di Poltabes Medan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Satuan Samapta, Satuan Lalu Lintas, dan Satuan Pam
Obsus Poltabes Medan. Topik penelitian ini adalah Tinjauan Kriminologi Terhadap
Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak Kejahatan, dengan
demikian fokus utama adalah melihat bagaimana satuan-satuan yang memiliki fungsi
patroli di Kepolisian Kota Besar Medan dalam melakukan fungsi patrolinya dalam
menanggulangi suatu tindak kejahatan.

3. Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pihak yang berwenang
melakukan fungsi patroli di Kepolisian Kota Besar Medan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari:

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


50
bahan hukum primer yaitu Peraturan perundang-undangan, petunjuk
pelaksanaan yang ada pada kepolisian dan KUHAP. Dan bahan hukum tertier
seperti kamus.

4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah
dengan studi kepustakaan yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan
dengan skripsi ini. Setelah itu dilakukan studi lapangan dengan melakukan
wawancara dan daftar pertanyaan kepada responden dari lembaga-lembaga yang
berkaitan dengan penelitian ini yaitu Satuan Samapta, Satuan Lantas, dan Satuan
Pam Obsus Poltabes Medan.
5. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan dan wawancara
selanjutnya dilakukan analisis secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga akan
diperoleh kesimpulan yang menjawab atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan
Bab I, Pendahuluan. Pada bab ini, dijelaskan tentang latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan juga diuraikan dalam bab
ini.
Bab II, menjelaskan dan menguraikan bagaimana mekanisme dan bentuk
penanggulangan kejahatan secara umum, secara teori kriminologi, dan yang

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


51
dilakukan oleh polisi, tugas Polisi bila ditinjau dari sistem penggunaan kekuatan
satuan dan bentuk-bentuk kegiatan operasi khusus Polisi.
Bab III, menjelaskan dan menguraikan bagaimana peranan dan tanggung
jawab patroli polisi dalam menanggulangi tindak kejahatan.
Bab IV, menjelaskan dan menguraikan hambatan-hambatan yang dihadapi
patroli polisi dalam menanggulangi suatu tindak kejahatan di wilayah hukum
Poltabes Medan.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


52
BAB II
MEKANISME PENANGGULANGAN KEJAHATAN YANG DILAKUKAN
OLEH POLISI REPUBLIK INDONESIA

Pengaruh modernisasi tidak dapat dielakkan disebabkan perkembangan ilmu
pengetahuan yang telah mengubah cara hidup manusia. Apalagi dalam tahapan
pembangunan Nasional disegala bidang dewasa ini yang merangsang pula timbulnya
perubahan nilai sosial budaya, masing-masing individu terus berusaha agar dirinya
tidak tertinggal bahkan tergilas jaman dengan penuh linangan penderitaan.
Wilayah hukum Poltabes Medan memiliki luas wilayah 156.649,48 Ha,
dengan batas-batas antara lain sebagai berikut:
- Utara berbatasan dengan Selat Malaka
- Timur berbatasan dengan Polres Deli Serdang
- Selatan berbatasan dengan Polres Tanah Karo
- Barat berbatasan dengan Polres Langkat
37
Hal tersebut tentunya menjadikan Wilayah hukum Poltabes Medan adalah
titik lintas yang strategis, juga tempat yang menjanjikan bagi para pencari kerja
daerah. Sehingga Medan semakin pesat peningkatan jumlah penduduknya, bagi para
pencari kerja dari daerah, mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan merupakan
impian yang dibangun ketika akan berangkat dari kampung halaman. Namun
kurangnya bekal mengakibatkan kondisi berubah, impian pekerjaan yang menjanjikan


37
Paparan Kapoltabes MS, Penanganan Aparat Kepolisian terhadap pemberantasan
Premanisme dan masalah yang timbul di Masyarakat. Tanggal 21 Mei 2007 di DPRD TK II Medan


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


53
berubah menjadi bekerja apa saja demi bertahan hidup. Masing-masing individu
memiliki caranya masing-masing, ada yang berjuang keras dengan penuh keyakinan
tetapi dengan cara yang diperbolehkan dalam hukum, juga ada yang berjuang keras
dengan penuh kebingungan sehingga lebih memilih tidak mengindahkan peraturan
yang berlaku. Semula masyarakat yang penuh kesopanan menjadi masyarakat yang
tidak peduli dengan penderitaan sesama akibat tindakannya.

A. Penanggulangan Kejahatan Secara Umum
Dalam sejarah kehidupan penjahat akan didapatkan seluruh proses yang
terjadi dalam kehidupan sosial (hubungan antara penjahat dengan masyarakat dan
hubungan di antara sesame penjahat). Salah satu proses yang penting dalam
kehidupan manusia yang juga dialami oleh penjahat adalah proses
kedewasaan/kematangan pribadi/maturation.
Adanya pengasingan, pertentangan dan perkembangan teknik melakukan
kejahatan serta perlindungan terhadap kejahatan adalah merupakan proses yang
terjadi dalam hubungan antara penjahat dan masyarakat; sedangkan penampilan,
organisasi, dan profesionalisme adalah merupakan proses yang terjadi antara penjahat
dan penjahat.
38

38
Ninik Widiyanti, Yulius W, Op. Cit, hal 148
Kedewasaan ini dapat terjadi dalam diri penjahat yang telah cukup
berpengalaman. Hal ini berarti bahwa kejahatan pada orang-orang tertentu
berkembang dalam suatu pendidikan tertentu. Hal ini tidaklah berarti bahwa
seseorang yang mulai pendidikan ini harus mengikutinya sampai selesai, atau ia tidak
diperkenankan memulai dari cara berbeda.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


54
Seorang anak laki-laki yang sering berkecimpung dalam suatu daerah dimana
banyak terjadi kejahatan, bergaul dan menghabiskan waktu menjelang dewasanya, ia
akan mencapai kematangan pribadi/kedewasaan tersebut dengan peluang besar
menjadi penjahat. Karena kejahatan tersebut telah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kepribadiannya. Ia dapat merencanakan suatu kejahatan, dapat
mengetahui cara-cara meloloskan diri dari penangkapan, dan telah dapat meyakini
bahwa dirinya sebagai seorang penjahat. Ia pun telah menganggap bahwa
pemenjaraan merupakan bahagian yang tidak terpisahkan dalam hidupnya.
Perkembangan metode-metode seorang penjahat sehubungan dengan usia kronologis
tersebut berbeda-beda dalam tiap-tiap kejahatan. Sejarah kehidupan seseorang yang
semasa mudanya mejadi pencuri dan perampok, menunjukkan bahwa proses
kejahatan terjadi dalam dirinya dimulai dari yang ringan kepada yang berat, dari yang
jarang kepada yang sering, dari suatu hobi menjadi suatu pekerjaan, dari kejahatan
yang dilakukan oleh kelompok yang kurang terorganisir menjadi kelompok yang
terorganisir.
39
1. Tindakan pencegahan adalah lebih baik dari pada tindakan represif dan
koreksi. Usaha pencegahan tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang
rumit dan birokratis, yang dapat menjurus kearah birokratisme yang

Dalam penanggulangan kejahatan diperlukan perhatian lebih besar pada
pencegahan yakni sebelum kejahatan itu terjadi. Adapun alasannya antara lain
sebagai berikut :

39
Momon Martasaputra, Op.Cit, hal 324.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


55
menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan/wewenang. Usaha pencegahan
adalah lebih ekonomis bila dibandingkan dengan usaha represif dan
rehabilitasi. Untuk melayani jumlah orang yang lebih besar jumlahnya tidak
diperlukan banyak tenaga seperti pada usaha represif dan rehabilitasi menurut
perbandingan. Usaha pencegahan yang dimaksudkan adalah usaha yang
dilakukan secara perorangan dan tidak selalu memerlukan keahlian seperti
pada usaha represif dan rehabilitasi. Misalnya menjaga diri jangan sampai
menjadi korban kriminalitas, tidak lalai mengunci rumah/kendaraan,
memasang lampu ditempat gelap dan lain-lain.
2. Usaha pencegahan tidak perlu menimbulkan akibat yang negative antara lain :
stigmasi (pemberian cap pada yang dihukum/dibina), pengasingan,
penderitaan-penderitaan dalam berbagai bentuk, pelanggaran hak asasi,
permusuhan/kebencian antara satu sama lain yang dapat menjurus kearah
residivisme. Viktimisasi structural (penimbulan korban struktur tertentu dapat
dikurangi dengan adanya usaha pencegahan tersebut) misalnya korban suatu
sistem penghukuman, peraturan tertentu sehingga dapat mengalami
penderitaan mental fisik dan sosial.
3. Usaha pencegahan dapat pula mempererat persatuan, kerukunan dan
meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat.
Dengan demikian usaha pencegahan dapat membantu orang mengembangkan
orang bernegara dan bermasyarakat lebih baik lagi. Oleh karena
mengamankan dan mengusahakan stabilitas dalam masyarakat, yang

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


56
diperlukan demi pelaksanaan pembangunan nasional untuk mencapai
masyarakat yang adil dan makmur. Usaha pencegahan kriminalitas dan
penyimpangan lain dapat merupakan suatu usaha menciptakan mental, fisik
dan sosial seseorang.
40
Dalam usaha pencegahan untuk menanggulangi kejahatan dapat berarti
mengadakan perubahan positif. Sehubungan dengan pemikiran ini, maka dalam
rangka mengubah perilaku kriminal, kita harus mengubah lingkungan (abstrak dan
konkrit) dengan mengurangi hal yang mendukung perbuatan kriminal. Pencegahan
adalah lebih baik daripada tindakan represif dan koreksi, usaha pencegahan tidak
memerlukan suatu organisasi yang rumit dan birokratis.
Arif Gosita dalam kata sambutannya pada seminar perlindungan anak,
mengemukakan cara-cara pencegahan dalam penanggulangan tindak kejahatan dan
membaginya menjadi dua yaitu bersifat langsung dan tidak langsung, antara lain :

a. Bersifat langsung.
Kegiatan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya suatu kejahatan
dan dapat dirasakan juga diamati yaitu meliputi :
1. Pengamanan objek kriminalitas dengan sarana fisik/konkret.
2. Pemberian penjaga pada objek kriminalitas.
3. Mengurangi/menghilangkan kesempatan berbuat kriminal melalui
perbaikan lingkungan; menambah penerangan jalan.
4. Perbaikan lingkungan melalui perbaikan struktur sosial

40
Ninik Widiyanti, Yulius W, Op.Cit, hal 154-155

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


57
5. Pencegahan hubungan-hubungan yang dapat menyebabkan
kriminalitas misalnya: mencegah si penipu dan korban.
b. Bersifat tidak langsung.
Kegiatan pencegahan tersebut meliputi :
1. Penyuluhan kesadaran mengenai tanggung jawab bersama terhadap
kriminalitas.
2. Pembuatan peraturan yang melarang dilakukannya suatu kriminalitas
yang mengandung ancaman hukuman.
3. Pendidikan latihan untuk memberikan kemampuan seseorang
memenuhi keperluan fisik, mental, dan sosialnya.
4. Penimbulan kesan akan adanya pengawasan/penjagaan pada
kriminalitas yang akan dilakukan pada obyek.
41

B. Penanggulangan Kejahatan Secara Teori Kriminologi.

Kejahatan senantiasa ada, terus mengikuti perubahan, dan akan ikut
mengiringi dengan cara-cara yang telah berkembang pula. Pengaruh modernisasi
tersebut tidak dapat dielakkan disebabkan ilmu pengetahuan yang telah mengubah
cara hidup manusia dan akhirnya hanya dapat untuk berusaha mengurangi jumlah
kejahatan serta membina penjahat tersebut secara efektif dan intensif. Maka benarlah
apa yang dikatakan Emile Durkheim menyatakan bahwa Kejahatan adalah suatu
gejala normal di dalam setiap masyarakat yang bercirikan heterogenitas dan

41
Ninik Widiyanti, Yulius W, Ibid, yang mengutip kata sambutan dari Arif Gosita pada
seminar Perlindungan Anak Pra Yuwana Pusat di Jakarta, tanggal 30 Mei-4 Juni 1977, hal 156-157

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


58
perkembangan sosial, dan karena itu tidak mungkin dapat dimusnahkan sampai
tuntas
42
Pengetahuan itupun dipergunakan oleh P.Topinand (1879), seorang
antropologi Prancis. Sebelumnya ia menggunakan istilah antropologi kriminal dan
kemudian menggunakan istilah kriminologi. Kriminologi berasal dari kata Crimen
yang berarti kejahatan dan Logos berarti ilmu/pengetahuan. J adi Kriminologi berarti
ilmu/pengetahuan tentang kejahatan.
.
Sulit bila dikatakan akan melenyapkan kejahatan secara total, Mencegah
kejahatan adalah lebih baik daripada mendidik penjahat menjadi baik kembali, karena
bukan saja diperhitungkan dari segi biaya, akan tetapi usaha ini lebih mudah dan akan
mendapatkan hasil yang memuaskan atau akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Kejahatan bukan merupakan fenomena alamiah, melainkan fenomena sosial histories,
sebab tindakan menjadi kejahatan haruslah dikenal, diberi cap dan ditanggapi sebagai
kejahatan, disana harus ada masyarakat yang normanya, aturannya dan hukumnya
yang dilanggar, disamping adanya lembaga yang tugasnya menegakkan norma-norma
dan menghukum pelanggarnya. Dalam hal mencegah kejahatan diperlukanlah suatu
ilmu pengetahuan untuk mempelajari kejahatan tersebut, sehingga akan diketahui
tentang pelaku, sebab-sebab pelaku tersebut melakukan kejahatan, sampai dengan
melakukan kejahatannya sehingga nantinya akan ditemukan kesimpulan tentang
langkah yang tepat dalam menanggulanginya.
43

42
Ninik Widiyanti, Op.Cit, hal.2

43
Topo Santoso, Log. Cit, hal 9
Menurut E. H. Sutherland, Kriminologi adalah
seperangkat pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial,

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


59
termasuk didalamnya proses pembuatan Undang-undang-pelanggaran Undang-
undang bahkan aliran modern yang diorganisasikan.
44
Von List menghendaki
kriminologi bergabung dengan hukum pidana sebagai ilmu bantuannya, agar
bersama-sama menangani hasil penelitian kebijakan kriminal sehingga
memungkinkan memberikan petunjuk tepat terhadap penanganan hukum pidana dan
pelaksanaanya, yang semuanya ditujukan untuk melindungi warga negara yang baik
dari penjahat.
45
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut
kejiwaan. Apakah kejiwaannya yang melahirkan kejahatan atau karena

Menurut Bonger, ruang lingkup kriminologi dibedakan antara kriminologi
murni dan terapan.
Ruang lingkup kriminologi murni meliputi:
a. Antropologi kriminal
Ilmu yang mempelajari dan meneliti mengenai manusia yang jahat dari
tingkah laku, karakter dari sifat dan ciri tubuhnya seperti apa, juga meneliti
apa ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.
b. Sosiologi Kriminal
Ilmu pengetahuan yang mempelajari dan meneliti kejahatan sebagai
suatu gejala masyarakat untuk mengetahui sampai dimana sebab-sebab
kejahatan dalam masyarakat.
c. Psikologi Kriminil

44
Abdussalam, Op.Cit, hal 4
45
Abdussalam, Op.Cit, hal 4

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


60
lingkungan atau sikap masyarakat yang mempengaruhi kejiwaan sehingga
menimbulkan kejahatan.
d. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil
Ilmu pengetahuan yang mempelajari dan meneliti kejahatan dan
penjahat yang sakit jiwa.
e. Penologi
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari
penjahat yang telah dijatuhi hukuman.
Ruang lingkup kriminologi terapan meliputi:
a. Higiene Kriminil
Tujuannya untuk mencegah terjadinya kejahatan, maka usaha-usaha
pemerintah yaitu menerapkan undang-undang secara konsisten, menerapkan
sistem jaminan hidup dan mencegah timbulnya kejahatan.
b. Politik Kriminil
Pencegahan kejahatan dengan cara mengatasi masalah yang berkaitan
dengan terjadinya kejahatan
c. Kriminalistik
Untuk mengungkap kejahatan menerapkan tekhnik pengusutan dan
penyidikan secara scientific.
46

46
Ibid, hal 9-11

Sedangkan menurut beberapa sarjana lainnya berpendapat, ruang lingkup
kriminologi meliputi :

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


61
1. Etiologi kriminil atau kriminologi dalam arti sempit.
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti sebab-sebab atau sebab
musabab timbulnya suatu kejahatan.
2. Politik kriminil.
Menurut Sudarto, politik kriminal adalah suatu usaha yang rasional dari
masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Dalam hal ini segala hal yang
dapat mempermudah terjadinya kejahatan harus semakin dipersempit
geraknya, sehingga peluang pelaku untuk melaksanakana niatnya menjadi
kecil.
47
a. Ada keterpaduan (integralitas) antara politik kriminal dan politik
sosial.
Berkaitan dengan itu Barda Nawawi berpendapat bahwa upaya
penanggulangan kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan
dalam arti :
b. Ada keterpaduan (integralitas) antara upaya penanggulangan kejahatan
dengan penal dan non penal.
Politik kriminal merupakan kebijakan rasional yang mempelajari,
meneliti, membahas cara-cara pemberantasan kejahatan, melalui:
a. Pencegahan kejahatan, dalam pelaksanaannya pencegahan ditujukan
terhadap :
1. Kecenderungan jahat dengan pencegahan kriminal ilmu kedokteran,
pencegahan kriminil sosial (kecenderungan jahat yang timbul karena

47
Ibid, hal 12-13

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


62
tekanan sosial), pencegahan kriminil ilmu penyakit jiwa
(kecenderungan jahat timbul karena ada kelalaian jiwa). Pencegahan
dengan bantuan ahli penyakit jiwa.
2. Perbuatan jahat, cara pencegahan terhadap perbuatan jahat dapat
dilakukan dengan cara: bantuan masing-masing penduduk misalnya
ronda malam, kegiatan polisi misalnya dengan patroli.
b. Diagnosa kejahatan, yaitu untuk menentukan apakah suatu kejahatan telah
terjadi dan mengusut siapa pelakunya. Untuk pelaksanaannya agar
berpedoman pada ketentuan serta peraturan yang berlaku (KUHAP, KUHP).
Di dalam menetukan diagnosa harus melalui empat tingkatan :
1. Bila terjadi suatu peristiwa harus diselidiki dulu apakah peristiwa tersebut
termasuk pidana atau bukan.
2. Bila telah diketahui merupakan peristiwa pidana maka harus dicari pasal
KUHP yang telah dilanggar serta diperhatikan unsur-unsurya.
3. Kemudian cari modus operandinya dengan melakukan penyidikan.
4. Melakukan tindakan penyidikan untuk dapat mengungkap kasusnya serta
menangkap para pelakunya.
Dalam melakukan diagnosa kejahatan ini, polisi harus menggunakan cara-cara
ilmiah yaitu ilmu kedokteran kehakiman (forensic medicine), ilmu racun
kehakiman (forensic toxicology), ilmu penyakit jiwa kehakiman (forensic
psychiatry) dan kriminalistik.
48

48
Ibid, hal 13-15


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


63
Sehubungan dengan yang telah dijelaskan diatas, upaya atau kebijakan untuk
melakukan pencegahan dalam penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan
kriminal (criminal policy). Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan
yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial (social policy) yang terdiri dari
kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social welfare policy) dan
kebijakan/upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (social defence policy).
Dengan demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal)
dilakukan dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), maka kebijakan
hukum pidana (penal policy) khususnya pada tahap kebijakan yudikatif/aplikatif
harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu,
berupa social welfare dan social defence.
49
Social Welfare Policy



Social Policy Goal

SWP/SDP

Social Defence Policy
Penal - Formulasi
- Aplikasi
Criminal Policy - Eksekusi

Non Penal

49
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan, Citra Aditya Bakti,Bandung, 2001, hal 74

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


64
Sumber : Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan, Citra Aditya Bakti,2001

Pencegahan dalam penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan (goal),
social welfare dan social defence. Aspek social welfare dan social defence yang
sangat penting adalah aspek kesejahteraan/perlindungan masyarakat yang bersifat
immaterial, terutama nilai kepercayaan, kebenaran/kejujuran/keadilan. Pencegahan
dalam penanggulangan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan integral; ada
keseimbangan antara sarana penal dan non penal. Dan bila dilihat dari sudut politik
kriminal, kebijakan paling strategis untuk dilaksanakan agar tujuan (goal) tercapai
adalah melalui saran non-penal karena lebih bersifat preventif dan arena kebijakan
penal mempunyai keterbatasan/kelemahan dan harus didukung dengan infrastruktur
yang berbiaya tinggi.

C. Penanggulangan kejahatan oleh Polisi Republik Indonesia
Kepolisian Kota Besar Medan memiliki 15 Polisi Sektor antara lain : Polsekta
Hamparan Perak, Polsekta Medan Barat, Polsekta Helvetia, Polsekta sunggal,
Polsekta Medan Baru, Polsekta Kutalimbaru, Polsekta Pancur Batu, Polsekta Deli
Tua, Polsekta Patumbak, Polsekta Medan Kota, Polsekta Medan Area, Polsekta
Medan Timur, Polsekta Percut Sei Tuan, Polsekta Medan Labuhan dan Polsekta
Belawan. Medan juga memiliki penduduk 2.840.125 J iwa dengan pembagian WNI
2.823.082 Jiwa dan WNA 17.043 J iwa, yang terbagi lagi kebeberapa suku bangsa
antara lain: Melayu 13,19%, Batak 31,98%, Minang 8,46%, Jawa 25,59%, Aceh

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


65
3,31%, dan Cina 17,47%.
50
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Dengan keberagaman berarti beragam pula sifat individu
maupun ciri khas sukunya, namun Polisi sesuai Lingkup tugas pokok Kepolisian
Negara sebagai alat negara penegak hukum terdapat dalam Tugas Pokok Kepolisian
Republik Indonesia terdapat dalam Pasal 13 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002
yang berbunyi :
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
b. menegakkan hukum ; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
51

Hal itu menunjukkan bahwa polisi diharuskan melindungi, mengayomi, dan
memberikan pelayanan terbaiknya tanpa memandang suku, dan bukan karena suatu
suku adalah suku yang cenderung berbuat jahat lantas suku tersebut secara
keseluruhan tidak dilindungi, diayomi, dan dilayani.
Sedangkan mengenai penjabaran tugas tersebut diatur pada pasal 14 ayat (1)
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 yaitu:
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 13
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan ;

50
Paparan Kapoltabes MS, Op.cit

51
Warsito Hadi Utomo, Op. Cit, hal 186

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


66
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas dijalan ;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran
hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan ;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional ;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum ;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa ;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya ;
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia ;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani
oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang ;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam
lingkup tugas kepolisian ; serta

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


67
l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
52

Polisi dengan organisasi Kepolisian dalam tugasnya sebagai penyidik, polisi
juga bertugas untuk menanggulangi pelanggaran ketentuan peraturan pidana baik
yang tercantum di dalam KUHP maupun diluar KUHP. Inilah antara lain tugas polisi
sebagai alat negara penegak hukum. Penanggulangan itu salah satunya adalah
dengan preventif yaitu pencegahan. Preventif Kepolisian adalah tugas yang luas
hampir tanpa Batas; dirumuskan dengan kata-kata berbuat apa saja boleh asal
keamanan terpelihara dan asal tidak melanggar hukum itu sendiri. Dengan begitu
pada tugas ini yang digunakan adalah asas oportunitas, utilitas dan asas kewajiban.
Berkaitan dengan Bimmas Kepolisian sebenarnya memiliki fungsi preventif
kepolisian hanya saja dalam Bimmas difokuskan kepada pendekatan masyarakat serta
pencegahan yang bersifat pembinaan, yang dilakukan dengan kegiatan penyuluhan,
bimbingan, arahan, untuk mewujudkan masyarakat yang sadar dan taat hukum serta
memiliki daya cegah tangkal atas kejahatan. Seperti adanya Polisi Masyarakat yang
ada pada setiap kantor kelurahan yang anggotanya masyarakat kelurahan itu sendiri
dengan bimbingan Polisi.

Umumnya tugas-tugas polisi lebih ditekankan kepada preventif, karena
bidang tugas preventif memerlukan penanganan yang melibatkan banyak personel.
bahkan boleh dikatakan semua polisi mempunyai tugas preventif, yang melekat
dalam tubuh polisi itu sendiri sebagai contoh: apabila seorang polisi yang sedang

52
Ibid, hal 186-187

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


68
dalam perjalanan ke kantor menemukan suatu kejadian yang mencurigakan atau
melihat usaha penjambretan maka polisi tersebut apapun jabatan dan kedudukannya
di Organisasi kepolisian baik yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan dengan
tugas tersebut wajib melakukan tindak lanjut Sesungguhnya adanya pembedaan tugas
antara preventif dan represif tidak mutlak terutama bagi petugas-petugas polisi
dilapangan karena sebenarnya yang membedakan hanyalah struktur di kepolisian
saja.
Selanjutnya tahapan tugas dalam organisasi Kepolisian diatur dengan Sistem
operasional Kepolisian yang disusun berdasarkan manajemen operasional yaitu
melalui urutan-urutan tindakan yang harus dilaksanakan oleh para Kepala Kepolisian
Kewilayahan dalam rangka pelaksanaan operasional Kepolisian, baik Service Type
Operation (STO) maupun Mission Type Operation (MTO).
Program Kerja Polri
Pelaksanaan sistem operasional Kepolisian dituangkan dalam program kerja sebagai
berikut :
53
1. Pada setiap akhir tahun anggaran, Mabes Polri, Polda Polwitabes, Poltabes
Polresta, Polres harus mengadakan tinjauan dan analisa terhadap pelaksanaan
program kerja tahun yang telah berjalan.

2. Melalui deteksi atau identifikasi dan assesmen, Intelpol menetapkan hakekat
dan perkiraan ancaman pada tahun anggaran yang akan dihadapi dan
dinyatakan dalam perkiraan Intelijen.

53
Soerdjono Soekanto,Penanggulangan pencurian kendaraan bermotor,Bina Aksara,1987,
hal 29

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


69
3. Seluruh ancaman Kamtibmas dimasukkan dalam program kerja bidang
operasional sebagai ancaman yang harus ditanggulangi, dan kriminalitas yang
selektif dengan skala prioritas ditanggulangi dengan operasi khusus
kepolisian.
4. Seleksi terhadap ancaman yang diperkirakan menjadi sasaran operasional,
dipilih berdasar pada jenis kemungkinan (probabilitas) dan bobot serta
rangkingnya.
5. Kapolri dan Kepala Kepolisian Kewilayahan menetapkan konsep umum
operasi.
6. Penanggulangan terhadap selektif, merupakan operasi Khusus Kepolisian dan
Kapolri dan setiap Kepala Kepolisian Kewilayahan dan menyiapkan rencana
operasi untuk setiap sasaran selektif tersebut.
7. Cara bertindak terhadap sasaran rutin dilakukan secara operasi rutin
Kepolisian yang dilaksanakan sepanjang tahun.
8. Untuk menjaga arah dan dinamika operasi Kepolisian serta menjamin
terlaksananya keterpaduan maka Kapolri dan setiap Kepala Kepolisian
Kewilayahan wajib melaksanakan gelar Operasional.
Adapun cara yang ditempuh untuk menentukan sasaran selektif dengan skala
prioritas adalah sebagai berikut :
1. Dari semua jenis gangguan Kamtibmas dibagi menjadi gangguan yang
bersifat Politis, gangguan kriminalitas dan gangguan ketertiban masyarakat.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


70
2. Dari semua jenis kriminalitas diprioritaskan beberapa yang penting, yang
mempunyai dampak keresahan dalam frekuensi tinggi dengan jalan
dipadukan dengan bobot dan kemungkinan terjadinya.
3. Sasaran operasi diklasifikasikan menjadi :
a. Sasaran selektif dengan skala prioritas
b. Sasaran selektif non prioritas
c. Sasaran rutin.
4. Sasaran selektif dengan skala prioritas ditanggulangi dengan operasi khusus
Kepolisian.
D. Tugas Polisi Republik Indonesia ditinjau dari sistem penggunaan kekuatan
satuan.
Dalam melakukan tugasnya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat,
maka polisi harus senantiasa berperang dengan kejahatan yang semakin tinggi
intensitasnya, agar pelaksanaan tersebut dapat terarah dan tidak tumpang tindih maka
organisasi kepolisian membuat suatu struktur kepolisian dimana dalam struktur
tersebut terbagi satuan-satuan tugas yang memiliki fungsi berbeda sehingga sasaran
dan cara kerjanya juga sesuai dengan fungsi penugasan tersebut. walaupun
sebenarnya dalam fungsi penugasan itu ada kesamaan yaitu setiap satuan mempunyai
fungsi preventif namun tidak tercantum.
Struktur organisasi Kepolisian wilayah hukum Poltabes Medan terdiri dari
1.388 personil yakni :
1. Pimpinan : 2 Personil

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


71
2. Taud (Tata Urusan dalam) : 16 Personil
3. Bag Min (Bagian Administrasi) : 40 Personil
4. Bag Ops (Bagian Operasional) : 37 Personil
5. Telematika (Telekomunikasi dan Informatika) : 6 Personil
6. Sat Intelkam (Satuan Intelijen dan keamanan) : 91 Personil
7. Satuan Samapta : 368 Personil
8. Bina Mitra : 12 Personil
9. Sat Pam Obsus (Satuan Pengamanan Obyek Khusus) : 128 Personil
10. Sat Narkoba : 59 Personil
11. Sat Reskrim ( Reserse Kriminal ) : 260 Personil
12. Sat Lantas (Satuan Lalu Lintas) : 300 Personil
13. Unit P3D (Unit Profesi Pengamanan : 50 Personil
Penegak disiplin)
14. Ur Dokkes (Urusan Kedokteran dan Kesehatan) : 14 Personil
15. Juru Bayar : 5 Personil.
54
Sumber : Paparan Kapoltabes MS

Berdasarkan hasil studi pada Sat Lantas (Satuan Lalu Lintas), Sat Samapta
(Satuan Samapta), dan Sat Pam Obsus (Satuan Pengamanan Objek Khusus)
ditemukan beberapa personil yang pindah kesatuan, hal ini mengakibatkan data
tersebut berubah yakni :
Satuan Lantas : 312 personil


54
Paparan Kapoltabes MS, Op.cit.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


72
Satuan Samapta : 320 personil
Satuan Pam Obsus : 140 personil
Sumber : Hasil wawancara pada Sat Lantas, Sat Samapta, Sat Pam Obsus
Adapun Penggunaan kekuatan dari masing-masing kesatuan dalam jajaran
Polri, dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tugas Intelijen dan Pengaman Kepolisian sebagai salah satu pengemban fungsi
teknis Kepolisian/harus menghasilkan produk intel yang berupa perkiraan
keadaan intelijen (KIRKA INTEL).
Dengan perkiraan keadaan tersebut, dapat tergambar adanya konfigurasi
ancaman yang sekaligus secara eksplisit menentukan rangking gangguan
kamtibmas maupun rangkaian kerawanan daerah.
Dalam keadaan darurat (pendadakan gangguan kamtibmas) yang belum
terjangkau oleh perkiraan keadaan, maka intel harus mampu mengadakan
perkiraan cepat. Dalam rangka pengaman Polisi, baik berupa Pengaman
Kegiatan, Pengaman Material, Pengaman Personil, selalu memberikan
informasi-informasi tentang hambatan dan ancaman yang mungkin dihadapi
kepada pelaksana fungsi operasional lainnya, serta membantu reserse dalam
penyelidikan lanjutan atas kasus kriminalias yang sedang ditangani, terutama
kasus yang memerlukan pendalaman dalam penyelidikan.
2. Tugas Pembinaan Masyarakat : adalah memberikan bimbingan pada masyarakat
untuk turut berpartisipasi dalam pencegahan dan penanggulangan kejahatan,

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


73
baik melalui program Pemerintah ataupun kegiatan yang diprakarsai oleh warga
masyarakat sendiri.
3. Tugas Kesamaptaan : Memberikan pelayanan pada masyarakat, dengan
menerima, menanggapi pidana memberikan bantuan atau perlindungan serta
bimbingan pada masyarakat atas segala laporan dan pengaduan yang
disampaikan. Serta mengatur agar masyarakat mentaati dan peraturan serta
norma-norma yang ada dalam masyarakat. Selain itu juga melakukan penjagaan
di tempat-tempat penting dengan tujuan memelihara kamtibmas, melaksanakan
patroli dalam usaha mencegah bertemunya niat dan kesempatan terjadinya
kejahatan serta melaksanakan penyelidikan dan pengumpulan data. Juga
melakukan pengawalan untuk melindungi orang, benda serta kepentingan orang
dalam perpindahan orang ke tempat lain, agar tidak terjadi gangguan,
pelaksanaan ini dapat bersifat rutin atau insidentil, juga melakukan tindakan
pertama di tempat kejadian serta mengambil tindakan Kepolisian sesuai dengan
perundang-undangan.
4. Tugas Represif Reserse Kepolisian : Melakukan penyelidikan dari laporan,
pengaduan, diketahui langsung tertangkap tangan maupun peringatan dini dari
fungsi operasional lain. Dari hasil penyelidikan ini dapat ditentukan :
a. Tersangka
b. Bukti awal
c. Saksi
Tindakan lanjut dari usaha ini adalah :

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


74
1. Pemanggilan
2. Penahanan
3. Penangkapan
4. Penggeledahan
5. Penyitaan
6. Pemeriksaan dan penyerahan perkara
Bila ternyata kemudian tidak diperoleh cukup bukti, segera
dilakukan pemberhentian penyidikan, sebaliknya terhadap kasus yang
dapat diungkap dapat segera dikirim ke Kejaksaan.
55
Penanggulangan kejahatan yang dilaksanakan secara rutin akan membuat
pihak kepolisian mengerti betul apa yang terjadi dalam suatu wilayah, dalam
melakukan penanggulangan kejahatan tentunya tidak sama disetiap daerah, harus
diketahui keadaan sosial, budaya dan culturalnya sehingga penanggulangan kejahatan
akan lebih efektif. setiap hari petugas samapta, lantas dan pam obsus bergerak
melakukan patroli dan mencatat hal-hal yang berkembang, dan dilaporkan perharinya


Tugas keempat kesatuan di atas, saling mendukung satu sama lain, sehingga
ujung tombak pelaksanaan ditentukan melalui sasaran kegiatan, methode pelaksanaan
serta susunan kekuatan sesuai dengan rencana kebutuhan.

E. Bentuk-bentuk Kegiatan Operasi Khusus Polisi Republik Indonesia.

55
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal 31-33

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


75
sehingga dapat diketahui kejahatan yang timbul dalam daerah yang kondisi sosial,
budaya dan kultural daerah tersebut, dan setelah itu dapat dibuatlah suatu
penanggulangan yang tepat. Penanggulangan tersebut bisa dalam bentuk lebih
memusatkan personel pada masalah yang terjadi bisa pula dengan melakukan operasi
khusus. Operasi khusus dilaksanakan dijajaran Poltabes MS dilakukan sesuai
pertimbangan kadar kerawanan kejahatan serta lokasi dimana kejahatan sering terjadi.
Lain halnya dengan Sat Pam Obsus ketika ditanyakan tentang operasi khusus kepada
Kanit Patroli PAM-OBVIT, IPTU SUBENO SH ia mengemukakan bahwa
Mengenai operasi khusus, tidak ada operasi khusus yang diadakan oleh Sat Pam
Obsus, dan Pam Obsus hanya bersifat memback-up satuan sejajarannya di Poltabes
Medan dan dibawahnya.
56
Operasi khusus dilaksanakan dijajaran Poltabes MS dilakukan sesuai
pertimbangan kadar kerawanan kejahatan serta lokasi dimana kejahatan sering terjadi.
Dengan menimbang, mengingat sampai sejauh mana tingkat kerawanan dijenis
kejahatan yang meresahkan masyarakat dalam laporan dan pengaduan yang diterima
oleh polisi.

57
Berdasarkan hasil wawancara kepada IPTU TONY SIMANJUNTAK ,SH,
beliau mengatakan sebelum mengadakan operasi khusus maka ada evaluasi kerja tiap


56
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Pam Obvit, IPTU SUBENO, SH, Tanggal 26
Februari 2008.
57
Hasil wawancara dengan Anggota Min Ops Lantas Poltabes Medan, BRIPKA M.
GINTING, tanggal 26 Februari 2008

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


76
minggu melalui Anev (analisa dan Evaluasi), jika dilihat ada perkembangan yang
terjadi maka diadakan operasi khusus.
58
Opsus pekat (Operasi khusus penyakit masyarakat)

Bentuk-bentuk operasi khusus yang pernah dilakukan :
Opsus Curat (Operasi khusus pencurian dengan pemberatan),
Opsus Curanmor (Operasi khusus pencurian kendaraan bermotor)
Opsus narkoba (Operasi khusus narkoba)
59
1. Dari semua jenis gangguan Kamtibmas dibagi menjadi gangguan yang bersifat
poltis, gangguan kriminalitas dan gangguan ketertiban masyarakat.


Operasi Khusus yang dilaksanakan harus berdasarkan skala prioritasnya dalam
penentuan itu, hal yang menjadi pertimbangan tersebut antara lain:
2. Dari gangguan semua jenis kriminalitas diprioritaskan bebrapa yang penting,
yang mempunyai dampak keresahan dalam frekwensi tinggi dengan jalan
dipadukan dengan bobot dan kemungkinan yang terjadinya.
3. Sasaran operasi diklasifikasikan menjadi:
a. sasaran selektif dengan skala prioritas.
b. sasaran selektif non-prioritas.
c. sasaran rutin.

58
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Samapta Poltabes Medan, IPTU TONY
SIMANJ UNTAK, SH, tanggal 03 Maret 2008
59
Hasil wawancara dengan Anggota Min Ops Lantas Poltabes Medan, BRIPKA M.
GINTING tanggal 26 Februari 2008

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


77
4. sasaran selektif dengan skala prioritas ditanggulangi dengan operasi khusus
kepolisian.
60
Operasi khusus pada dasarnya merupakan perluasan Keputusan Kepala
Kesatuan tentang cara bertindak yang dipilih setelah mendengar dan
mempertimbangkan saran serta perkiraan staf. Keputusan ini yang nantinya
merupakan pola penanggulangan.

1. Operasi Terpadu : melibatkan unsur intelejen dalam menggambarkan keadaan
kriminalitas pada unit penindakan yang dimaksud merupakan upaya paksa
terhadap sasaran penindakan tersangka atau barang bukti yang telah diselidiki
oleh unit intelejen, yang dilampirkan dengan pemeriksaan terhadap tersangka
atau barang bukti serta upaya paksa lainnya dalam rangka penyidikan perkara
serta mengajukan ke Kejaksaan. Kegiatan represif ini didukung oleh fungsi
preventif yang lain, serta dilaksanakan pula kegiatan rehabilitasi wilayah dan
prevensi lanjutan yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pengemban
fungsi binmas dan fungsi preventif.
2. Razia Selektif : Upaya penanggulangan dengan penghadangan dan
pemeriksaan terhadap kendaraan-kendaraan di jalan-jalan umum (operasi
terbuka).
3. Peningkatan Penjagaan (strongpoint) dan observasi : Biasanya dilakukan
dengan berpakaian preman, dapat juga dilaksanakan dengan berpakaian dinas
terhadap daerah-daerah yang merupakan daerah rawan kejahatan. Adapun

60
Soerdjono Soekanto, Op.cit, hal 30

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


78
upaya preventif lain yang dilaksanakan adalah patroli-patroli kepolisian yang
dilaksanakan secara terarah dengan daerah operasi yang telah ditentukan.
4. Macam-macam Patroli Kepolisian; dalam prakteknya yang termasuk kegiatan
patroli adalah semua bentuk kegiatan yang mempunyai tujuan utama
pencegahan kejahatan, baik dilakukan dengan jalan kaki serta kendaraan.
Bentuk kegiatan ini dikembangkan dalam :
a. Patroli rutin, yaitu patroli yang dilaksanakan pada waktu-waktu
tertentu dengan melalui daerah-daerah, tempat-tempat atau jalur-jalur
tertentu secara rutin.
b. Patroli Selektif, yaitu patroli yang dilaksanakan melalui pemilihan
waktu dan tempat secara selektif untuk menngamankan tempat-tempat
yang dianggap rawan.
c. Patroli insidental, patroli yang dilaksanakan apabila terjadi peristiwa
atau patroli yang dapat menimbulkan deterrence effect (efek jera)
terhadap suatu gangguan.
61



61
Walter. C. Reckles, diterjemahkan oleh Soedjono D.Penanggulangan Kejahatan. Alumni.
Bandung, 1983, hal 68

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


79

BAB III
PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PATROLI POLISI DALAM
MENANGGULANGI TINDAK KEJAHATAN

Polisi adalah organisasi yang memiliki fungsi sangat luas sekali. Polisi dan
Kepolisian sudah sangat dikenal pada abad ke-6 sebagai aparat negara dengan
kewenangannya yang mencerminkan suatu kekuasaan yang luas menjadi penjaga
tiranianisme, sehingga mempunyai citra simbol penguasa tirani. Pada masa
Reformasi ini menuntut introspeksi dan evaluasi yang obyektif serta jujur dalam
keadaan dewasa. Artinya Kepolisian pada saat ini merupakan koreksi dari masa lalu
dan harus dapat menciptakan langkah strategis guna menghadapi masalah dan
tantangan yang semakin berat. Organisasi Polri tidak hanya sekedar merubah aspek
instrumental, struktural dan kultural guna menghadapi tantangan masa depan dengan
dinamika perubahan jaman yang menyertainya. Ketetapan MPR nomor: X/MPR/1998
tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan
memelihara kehidupan nasional sebagai haluan negara adalah merupakan acuan
dikeluarkannya instruksi Presiden RI Nomor 2 tahun 1999 tentang langkah kebijakan
dalam rangka pemisahan Polri dan ABRI yang selanjutnya menjadi landasan formal
bagi reformasi Polri.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


80

A. Peranan Patroli Polisi dalam menanggulangi suatu tindak kejahatan di
wilayah hukum Poltabes Medan.
Polisi memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam menanggulangi
kejahatan terutama di kota-kota besar, namun terlepas dari fungsi-fungsi lain yang
sangat penting mendapat perhatian yakni fungsi patroli. Setiap hari jalanan Kota
Medan sudah tidak asing lagi diramaikan oleh kendaraan patroli polisi baik yang
menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Patroli tersebut dilakukan
pada siang maupun malam hari. Cara polisi mengendarai kendaraan patroli terkesan
lebih simpatik, dengan kecepatan lambat dan lampu rotator yang menyala sehingga
masyarakat memiliki rasa aman, nyaman dan merasa terindungi. Berdasarkan Hasil
wawancara dengan Kanit Patroli PAM-OBVIT, IPTU SUBENO SH. Patroli sangat
efektif sebagai tindakan pencegahan dalam upaya penanggulangan kejahatan,
kejahatan merupakan pertemuan antara niat dengan kesempatan, jika kesempatan
tersebut dihilangkan maka kejahatan tidak terjadi, begitu juga sebaliknya jika niat
sudah ada dan kesempatan datang maka kejahatan akan terjadi, bila ada pelaku yang
ingin melakukan kejahatan lantas ia melihat unit patroli dengan dengan kecepatan
lambat dan lampu rotator menyala maka ia akan mengurungkan niatnya sehingga
kejahatan tersebut belum sempat terjadi. jadi pada dasarnya pencegahan pertemuan
niat dan kesempatan itulah tugas dari patroli polisi.
62

62
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Pam Obvit, IPTU SUBENO SH, Tanggal 26
Februari 2008.


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


81
Sebelum lebih jauh membahas tentang patroli, ada baiknya diketahui terlebih
dahulu dimana sebenarnya letak unit patroli itu berada di Poltabes Medan. Adapun
susunan ataupun struktur di Poltabes Medan sebagai berikut:
KAPOLTABES

STRUKTUR POLTABES MEDAN

WAKAPOLTABES

BAG OPS BAG BINAMITRA BAG MIN

UR TELEMATIKA UNIT P3D UR DOKKES TAUD


SPK SAT SAT SAT SAT SAT SAT
INTELKAM RESKRIM NARKOBA SAMAPTA PAM OBSUS LANTAS

UNIT PATROLI UNIT PATROLI UNIT PATROLI
SAT SAMAPTA PAM OBSUS SAT LANTAS

POLSEK
Sumber : Poltabes MS
Unit patroli terletak dalam satuan Samapta, Pam obsus dan Sat lantas.
Masing-masing satuan tersebut mempunyai fungsi patroli namun agar tidak terjadi
tumpang tindih dibedakan sasaran tugasnya.
1. Unit Satuan Samapta : memiliki unit patroli berjenis minibus Toyota
kijang berwarna keabu-abuan, lengkap dengan
rotator biru, Pada satuan samapta ditujukan kepada
pengamanan pada titik-titik rawan kejahatan seperti

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


82
daerah pasar, daerah sekolah, daerah tempat
perbelanjaan dan lainnya.
2. Unit Satuan Pam Obsus : memiliki unit patroli berjenis sedan ford focus
berwarna orange cerah, lengkap dengan rotator
biru. Pada satuan Pam Obsus (Pengamanan Objek
Khusus) diarahkan kepada titik-titik khusus seperti
daerah wisata, kantor-kantor kedutaan dan objek
vital lainnya.
3. Unit Satuan Lantas : memiliki unit patroli berjenis sedan, minibus pick-
up, dominasi warna putih biru bertuliskan PJR, juga
lengkap dengan rotator biru, unit patroli ini
ditambah lagi dengan unit patroli motor yang terdiri
dari motor besar, dan motor jenis TS, unit ini
diarahkan kepada titk-titik lampu merah yang sering
terjadi kemacetan.
Dalam wawancara pada Satuan lalu lintas, yang diwakili oleh Bripka M.
Ginting diungkapkan bahwa patroli polisi setiap harinya memberi laporan informasi
tentang kerawanan kriminalitas dalam hal tindak kejahatan tertangkap tangan Sat-
lantas menyerahkan TSK dan barang bukti ke Polsek dimana terjadi tindak kejahatan.
Sebagai contoh : apabila dalam suatu Razia ditemukan seorang pengendara sepeda
motor membawa narkoba maka itu akan ditahan untuk ditindak lanjuti dengan

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


83
melakukan koordinasi dengan polsekta setempat diwilayah hukum tempat kejadian
perkara itu.
63
Dalam menjalankan tugasnya, apabila menemukan tindak pidana tertangkap
tangan maka akan ditangkap dan dibawa ke Reserse atau Polsek yang lebih dekat.
Tetapi biasanya akan dibawa ke Samapta terlebih dahulu berikut tersangka dan
barang bukti untuk dibuat laporan kejadian dan dibuat surat perintah tugas.
Kesemuanya itu dapat fleksibel sesuai situasi lapangan yang artinya apabila ada
kejadian besar contohnya: kerusuhan di Nomensen, jika diperlukan unit-unit patroli
sekitar tempat kejadian dikoordinasikan untuk memback-up kekuatan di tempat
kejadian tersebut walaupun unit tersebut sebenarnya tidak memiliki tugas di tempat
kejadian.

64
Patroli polisi merupakan salah satu cara dalam upaya menanggulangi
kejahatan, unit patroli baik yang stasioner maupun yang mobile sama-sama dapat
memperkecil kesempatan, karena dalam suatu tindak kejahatan para penjahat sangat
tergantung kepada situasi atau kesempatan itu. sehingga jika ada niat namun
kesempatan tersebut dihilangkan maka kejahatan tidak terjadi, begitu juga sebaliknya
jika niat sudah ada dan kesempatan datang maka kejahatan akan terjadi, bila ada
pelaku yang ingin melakukan kejahatan lantas ia melihat unit patroli dengan dengan
kecepatan lambat dan lampu rotator menyala maka ia akan mengurungkan niatnya


63
Hasil wawancara dengan Anggota Min Ops Lantas Poltabes Medan, BRIPKA M.
GINTING, tanggal 26 Februari 2008
64
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Samapta Poltabes Medan, IPTU TONY
SIMANJ UNTAK,SH tanggal 03 Maret 2008

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


84
sehingga kejahatan tersebut belum sempat terjadi. jadi pada dasarnya pencegahan
pertemuan niat dan kesempatan itulah tugas dari patroli polisi.
65
SATUAN

Kegiatan patroli polisi harusnya terus dipertahankan dan ditingkatkan
intensitasnya didaerah rawan terutama malam hari, dan yang menjadi harapan seluruh
masyarakat tentunya patroli polisi benar-benar dari niat personil lapangannya untuk
mengayomi dan melayani masyarakat Medan, bukan untuk sekedar mencari-cari
kesalahan pengguna lalu lintas juga pungutan liar. Peradaban manusia yang semakin
maju ternyata diikuti oleh tindak kejahatan yang semakin meresahkan, masalah
kejahatan bukan lagi dalam kelompok skala kecil, bahkan tidak sedikit kasus
kejahatan sudah antarprovinsi dan juga antarnegara. Semua ini menuntut tugas dan
tanggung jawab polisi semakin berat, butuh profesionalisme agar semua dapat
berjalan sehingga polisi dapat dicintai masyarakat.
Adapun jumlah personil kepolisian di Polisi Kota Besar Wilayah Medan
terbagi dalam beberapa satuan antara lain :
Tabel 1 : Jumlah personil
JUMLAH PERSONIL
SAT INTELKAM 91 PERS
SAT SAMAPTA 325 PERS
SAT PAM OBSUS 140 PERS
SAT NARKOBA 59 PERS
SAT RESKRIM 260 PERS
SAT LANTAS 300 PERS

SUMBER : Paparan Kapoltabes MS, Penanganan Aparat Kepolisian terhadap pemberantasan
Premanisme dan masalah yang timbul di Masyarakat. Tanggal 21 Mei 2007


65
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Pam Obvit, IPTU SUBENO SH, Tanggal 26
Februari 2008.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


85

Tabel 2 : Jenis gangguan kamtibmas

No Jenis Kasus

Tahun 2005


J umlah Penyelesaian
Tind Pid Tind Pid
Tahun 2006


J umlah Penyelesaian
Tind pid Tind Pid
Tahun 2007
(J an Apr)

Jumlah Penyelesaian
Tind Pid Tind Pid
1
Tindak Pidana Terhadap
Keamanan Negara
- - 3 1 - -
2
Tindak Pidana Terhadap
KepalaNegara
- - 2 - - -
3
Tindak Pidana Terhadap
Ketertiban Umum
- - 4 - - 1
4 Melawan Aparat
Pemerintah
- - 1 - - -
5 Pembakaran 29 7 22 8 4 2
6 Kebakaran 33 2 22 2 10 3
7 Penyuapan - - - - - -
8 Korupsi - - - - - -
9 Kejahatan mata
uang
5 15 3 4 3 5
10 Palsu merek 10 3 8 3 1 1
11 Palsu surat 71 24 81 14 19 5
12 Perkosaan 52 22 52 25 14 11
13 Kejahatan susila 229 175 276 192 74 85
14 Perjudian 135 157 218 210 65 52
16 Pembunuhan 40 38 190 197 11 14
17 Anirat 1622 1179 1691 1144 689 580
18 Aniring 249 182 271 197 11 14
19 Curas 432 226 544 295 141 98
20 Curat 1636 873 1575 1013 681 441
21 Curi Biasa 712 479 956 435 248 205
22 Curanmor 1544 97 1492 124 559 77
23 Peras/ancam 218 173 291 257 154 176
24 Penghinaan 39 61 83 83 21 27
25 Penculikan 11 5 71 35 7 -
26 Penggelapan 718 343 690 360 183 141
27 Penipuan 700 309 739 305 208 126
28 Pengerusakan 271 118 254 119 54 36
29 Penadahan - 4 2 29 - 20
30 Narkoba 1055 1054 1617 1798 510 550
31 Penyeludupan - - 2 1 - -
32 Illegal loging - - 2 2 4 3
33
Penyalahgunaan senpi
- - 8 9 - -
34
Sengketa tanah
- - 55 17 13 2
35
Lain-lain
470 419 335 331 110 120

J UMLAH
10.359 6.008 11.646 7.249 3.879 2.843

SUMBER : Paparan Kapoltabes MS, Penanganan Aparat Kepolisian terhadap pemberantasan
Premanisme dan masalah yang timbul di Masyarakat. Tanggal 21 Mei 2007


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


86
Dari data diatas dapat dilihat bahwa kejahatan yang terjadi dari tahun ketahun
relatif meningkat. Kejahatan tidak terbendung, kegiatan patroli yang dilaksanakan
oleh unit patroli yang ada tidak cukup mengimbangi laju kejahatan terjadi frekuensi
pertemuan niat dan kesempatan yang terlalu tinggi sehingga banyak yang menjadi
korban. Kepolisian seharusnya lebih mengintensifkan patroli polisi yang merupakan
salah satu tindakan preventif.

B. Tanggung Jawab Patroli Polisi dalam Menanggulangi Tindak Kejahatan
Dalam pelaksanaannya telah diketahui bahwa patroli polisi memiliki unit-unit
yang tugasnya telah dibagi-bagi kedalam beberapa satuan, diatur sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Namun kesemua unit tersebut tetap
mempunyai kesamaan yaitu sama-sama mempunyai fungsi preventif atau pencegahan
dalam menanggulangi tindak kejahatan. Hal tersebut sesuai dengan tugas pokok polri
dalam Pasal 13 Undang-undang No 2 tahun 2002
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. menegakkan hukum ; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat
66
Tugas Pokok Kepolisian diatas menggambarkan dalam perlindungan terhadap
seluruh rakyat, yang dengan kata lain adalah calon korban kejahatan bila tidak dalam



66
Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


87
keadaan waspada. Pihak korban dalam situasi dan kondisi tertentu dapat pula
mengundang pihak pelaku untuk melakukan kejahatan pada dirinya akibat sikap dan
tindakannya. Dalam hal ini pihak korban dapat saja mengenal pelaku ataupun tidak
mengenal pelaku, dan perlu diketahui bahwa setiap kejahatan baik terencana maupun
tidak semua bergantung kepada kesempatan, bila kesempatan itu ada maka kejahatan
akan terjadi. Tanggung jawab patroli polisi adalah memperkecil kesempatan tersebut
dengan melakukan pengawasan rutin berdasarkan pada pembagian tugas dimasing-
masing satuan. Polisi diberikan kewenangan yang besar dimana setiap tindakannya
dianggap sah kendati tidak disebutkan dalam pasal perundang-undangan, sepanjang
tidak melampaui batas-batas wewenangnya dan melanggar hak asasi manusia serta
dalam ukuran untuk kepentingan umum.
Memang sulit sekali diadakan pembatasan oleh karena penilaian masing-
masing polisi tentang yang ia lakukan tidak selalu sama dengan orang lain, akan
tetapi masih dapat diadakan ukuran bagi tindakan polisi yang didasarkan pada
plichmatigheid tersebut yakni :
1. Noodzakelijk artinya secara objektif menurut pendapat umum betul-betul
perlu dan tindakan tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Contohnya
pemasangan papan nama reklame dipinggir jalan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi pemandangan dari pengendara
kenderaan. Kalau mengahalangi pandangan maka polisi bisa memerintahkan
memindahkan ketempat lain walaupun penempatannya ditempat itu sudah
mendapat izin.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


88
2. Zakelijk artinya secara pribadi tidak terikat kepada kepentingan perorangan
yang dianggap zakelijk adalah tindakan yang benar-benar diharapkan untuk
kepentingan tugas kepolisian, sehingga wewenang kepolisian itu bisa
dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
3. Doelmatig artinya tindakan yang sesuai atau yang bisa mencapai sasaran,
yang dianggap tindakan doelmatig ialah bahwa tindakan/jalan/cara yang
paling tepat agar kerugian bagi perorangan itu dapat diperkecil atau juga
segala tindakan yang sesuai dengan kepentingan umum tidak berlebih-
lebihan untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan usul orang yang
bersangkutan.
4. Evenredig artinya harus ada keseimbangan antara tindakan polisi dengan
berat ringannya kesalahan artinya dlam mengambil tindakan dengan alat-
alat itu tidak terlalu berlebih-lebihan sehingga menghambur-hamburkan
tenaga atau sampai melanggar hak-hak asasi contoh : terhadap
seorangpengendara sepeda yang telah salah jalan maka polisi tidak perlu
menyita sepedanya tetapi cukup dengan memberikan peringatan bahwa jalan
itu terlarang dan tidak bisa dilalui.
67
Selain itu dalam sistem peradilan pidana (Criminal Justice) terdapat beberapa
komponen fungsi yaitu terdiri dari Kepolisian sebagai penyidik, Kejaksaan sebagai
penuntut umum, Pengadilan sebagai pihak yang mengadili dan yang terakhir
Lembaga Pemasyarakatan yang berfungsi untuk memasyarakatkan kembali para si


67
Momo Kelana, Hukum Kepolisian, PTIK, PT Gramedia Widiya Sarana Indonesia, Jakarta,
1994 hal 99

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


89
terhukum. Kesemua komponen ini bekerja secara bersama-sama, terpadu di dalam
usaha untuk mencapai tujuan bersama yaitu menanggulangi kejahatan.
68
1. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana;
Sebagai
penyelidik, polisi juga mempunyai wewenang sebagai penyelidik, hal itu dapat dilihat
dalam Pasal 4-7 KUHAP.
Pasal 4
Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia
Pasal 5
(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4:
a. karena kewajibannya mempunyai wewenang :
2. mencari keterangan dan barang bukti;
3. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
4. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
b. atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan;
2. pemerikasaan dan penyitaan surat;
3. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
4. membawa dan menghadapkan serang pada penyidik.
(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan
sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik.
Pasal 6
(1) Penyidik adalah:
a. pejabat polisi negara Republik Indonesia
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang
Pasal 7
(1) Penyidik sebagimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena
kewajibannya mempunyai wewenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana ;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

68
M. Faal, Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi (Diskresi Kepolisian), Pradya Paramita,
Jakarta, 1991, hal 24

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


90
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. mengadakan penghentian penyidikan;
j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai
wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya
masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan
pengawasan penyidik tersebut dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a.
(3) Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2),
penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku
69
Dari setiap tindakan kepolisian tersebut hendaknya juga dapat dipertanggung
jawabkan dari berbagai segi hukum maupun dari segi moral dan etika kepolisian. J adi
jika suatu tindakan penyalahgunaan kekuasaan dilakukan oleh kepolisian yang dapat
merugikan orang lain, maka petugas atau polisi tersebut harus mempertanggung
jawabkan dan dikenakan hukuman sesuai dengan sistem hukum atau norma yang
dilanggar itu.


Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban, polisi memperoleh wewenang untuk
melakukan tindakan seperti memanggil, memeriksa, merazia, mengeledah,
menangkap dengan cara-cara dan tindakan-tindakan lain yang diizinkan oleh undang-
undang, tetapi pelaksanaannya diserahkan kepada polisi untuk menentukan batasan-
batasan tertentu.
70
d. Hukum administrasi

Dengan demikian, pertanggung jawaban itu dapat dilihat dari segi :

69
M. Karjadi, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana,Politeia, Bogor,1997, hal 13-17
70
Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran tentang pertangung jawaban Pidana. Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1984, Hal 34

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


91
e. Hukum pidana militer, disiplin militer
f. Hukum perdata
g. Moral dan etika kepolisian
Pada Hukum administrasi adalah hukum atau peraturan-peraturan yang
bersifat istimewa. Istimewa karena memungkinkan para pejabat melakukan tugas-
tugas dengan kewenangan yang istimewa yang dapat bersifat memaksa, tidak dimiliki
orang atau badan hukum privat
71

71
M. Faal, Op.Cit, hal 122
, pada hukum perdata dimungkinkan korban
menuntut secara hukum melalui peradilan yang ditunjuk untuk menuntut
pertanggungjawaban atas kerugian yang ia derita. Sedangkan hukum pidana militer
dan moral etika kepolisian lebih kepada hukuman melalui sidang kode etik profesi
dan melalui Polisi Militer.


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


92
BAB IV
HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI PATROLI POLISI DALAM
MENANGGULANGI SUATU TINDAK KEJAHATAN DI WILAYAH
HUKUM POLTABES MEDAN

Pemaknaan akan pelindung, pengayom, dan pelayanan masyarakat bisa
beragam dari berbagai tinjauan, namun utk kesamaan persepsi bagi kita dan langkah
bagi pemaknaan itu dapat dirumuskan :
Pelindung : anggota Polri yang memiliki kemampuan memberikan
perlindungan bagi warga negara masyarakat sehingga
terbebas dari rasa takut, bebas dari ancaman atau bahaya
serta merasa tentram dan damai.
Pengayom : anggota Polri yang memiliki kemampuan memberikan
bimbingan, petunjuk, arahan, dorongan, ajakan, pesan dan
nasihat yang dirasakan bermanfaat bagi warga masyarakat
guna terciptanya rasa aman dan tentram.
Pelayan : anggota polri yang setiap langkah pengabdiannya dilakukan
secara bermoral, beretika, sopan, ramah dan proporsional.

Pemaknaan dari peran pelindung, pengayom dan pelayan seyogianya sesuai
dengan tampilan perilaku kehidupannya sehari-hari. Tampilan perilaku dimaksud
akan sangat terantung pula kepada integritas pribadi masing-masing anggota polri

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


93
untuk bisa dilaksanakan secara sadar, baik dan tulus pada intinya perilaku yang
ditampilkan dapat berwujud :
1. Sebagai pelindung dengan memberikan bantuan kepada warga masyarakat
yang merasa terancam dari gangguan fisik dan psikis tanpa membeda-
bedakan
2. Sebagai pengayom dalam setiap kiprahnya mengutamakan tindakan yang
bersifat persuasif.
3. Sebagai pelayanan dengan melayani masyarakat dengan kemudahan cepat,
simpatik, ramah, sopan serta tanpa pembebanan biaya yang tidak
semestinya.

A. Bentuk-bentuk Patroli yang dilaksanakan oleh aparat Kepolisian dalam
menanggulangi suatu tindak pidana.

Sebagai unit yang sering bersinggungan langsung dengan masyarakat, Patroli
polisi harus bisa menempatkan diri sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat
namun juga harus tegas serta berwibawa. Dalam melaksanakan fungsi patroli, hal-hal
yang harus dipersiapkan antara lain melakukan persiapan sesuai dengan pengarahan
Kasat Wil, memahami Administrasi Patroli, dan juga harus membawa dan mencatat
kejadian penting dalam buku kegiatan Patroli.
Patroli dilakukan berdasarkan petunjuk pelaksanaan yang diberikan secara internal
kepolisian berlaku secara menyeluruh baik patroli yang dilaksanakan oleh Kesatuan

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


94
Lalu Lintas, Kesatuan Samapta, maupun Kesatuan Obsus pada dasarnya adalah sama
yaitu secara stasioner (menetap) dan mobile (bergerak), letak perbedaannya adalah
sasaran geraknya, berikut ini adalah penjabarannya antara lain :



Sat-Lantas
KASAT LANTAS
WAKASAT LANTAS


KA UR BIN OPS

PAUR MIN PAUR TILANG PAUR TAHTI



KANIT PATROLI KANIT LAKA KANIT DIKMAS KANIT REGIDENT


Kanit patroli berada dibawah Kasat lantas dan wakasat lantas,. Kanit
patroli membawahi 5 kasubnit, sebelum dilaksanakan patroli kasubnit
membuat sprint tugas dari kasat lantas melalui kanit patroli. Sat lantas
memiliki 2 jenis kenderaan operasional yaitu roda 4, dan roda 2, dengan
jumlah unit Roda 4(empat) 6 unit dan Roda 2 (dua) 80 unit, bentuk
patrolinya adalah stasioner dan mobile, untuk stasioner ditempatkan
kepada prioritas jalan padat berpotensi kemacetan. patroli dilaksanakan
secara rutin sesuai dengan situasi kerawanan kamtibmas, kamtibcar
lantas. Unit-unit yang bertugas dibawah Kanit Patroli senantiasa
mengkoordinasikan tingkat kadar kerawanan Kamtibmas/kerawanan
kadar kriminalitas dengan Polsek jajarannya. Polsek dapat meminta
bantuan tenaga personil kepada Poltabes sesuai dengan tingkat
kebutuhan demikian juga kebalikannya, segala sesuatu laporan dari

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


95
masyarakat yang datang ke Poltabes diarahkan ke Polsek wilayah tempat
kejadian perkara.
72


Sat-Samapta



KASAT SAMAPTA
WAKASAT LANTAS


Kepala Urusan
Biro Operasionil

Perwira Urusan
Tindak Pidana Ringan LOGISTIK



KANIT PATROLI KOMPI I KOMPI II KOMPI III

PENGENDALIAN PENGENDALIAN PENDALIAN
MASSA MASSA MASSA

POLSEK
Kasat Samapta (Kepala Satuan Samapta) adalah Pembina fungsi patroli
samapta pada polsek-polsek.
Kanit Patroli (Kepala Unit Patroli) menerima perintah dari Kasat
Samapta, kemudian Kanit Patroli meneruskan perintah kepada Kasubnit-
kasubnit (Kepala Sub Unit). Tiap Kasubnit memiliki fungsi yang relatif
sama namun ada perbedaan sedikit yaitu : Kasubnit I, II, III masing-
masing memiliki anggota 20 personil, tugasnya adalah patroli
menggunakan mobil minibus, dan jenis jip, jumlah unit patroli 24 unit,
berpatroli mengelilingi wilayah hukum Potabes Medan sesuai dengan
pembagian tugas masing-masing .
Kasubnit IV terdiri dari personil polwan. Jumlah 25 Personil,
menggunakan kenderaan jenis Buggy sejumlah 3 (tiga) buah. Tugasnya

72
Hasil wawancara dengan Anggota Min Ops Lantas Poltabes Medan, BRIPKA M.
GINTING, tanggal 26 Februari 2008


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


96
adalah patroli didaerah Plaza, contoh Sun Plaza, dan juga standby di
Komando.
Kasubnit V terdiri dari 48 personil, tugasnya untuk menjaga rumah
kapoltabes, wakapoltabes, Rumah sakit, dan Komando.
Dalam menjalankan tugasnya, apabila menemukan tindak pidana
tertangkap tangan maka akan ditangkap dan dibawa ke Reserse atau
Polsek yang lebih dekat. Tetapi biasanya akan dibawa ke Samapta
terlebih dahulu berikut tersangka dan barang bukti untuk dibuat laporan
kejadian dan dibuat surat perintah tugas. Kesemuanya itu dapat fleksibel
sesuai situasi lapangan.
73


Sat- Pam Obsus
KASAT OBSUS





KA UR BIN OPS


PAUR MIN PAUR ANEV



KANIT PAM OBVIT KANIT PAM VIP/VVIP KANIT PAM WISATA

Jumlah unit Patroli ada 6 buah mobil patroli dengan 12 personil. unit
patroli yang turun kelapangan dibagi menjadi 3 regu dan 2 bagian.
Artinya pembagian tugas adalah 12 jam/regu dan 1 regu lagi sebagai
cadangan. Bentuk patroli yang dilakukan adalah kegiatan secara
stasioner dan mobile. Stasioner dilakukan dengan cara menetap disuatu

73
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Samapta Poltabes Medan, IPTU TONY
SIANJ UNTAK,SH tanggal 03 Maret 2008

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


97
objek vital, mengamati, mengawasi dan memperhatikan situasi dan
kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk gangguan
kamtibmas. Mobile dilakukan dengan cara melakukan pengunjungan
dalam rangka pengecekan dan pengontrolan guna memastikan
terkendalinya situasi, tempat-tempat tersebiut seperti Plaza, Pasar, serta
tempat hiburan.
74
a. mendukung kegiatan operasional dengan memanfaatkan kemampuan
mobilitas tinggi dan sarana komunikasi yang dimiliki.


Berdasarkan wilayah, Patroli Polisi mempunyai tiga bentuk antara lain:
1. Patroli dalam kota
Titik berat penugasan patroli dalam kota yaitu:
b. Memberikan pertolongan kepada masyarakat serta melakukan penindakan
tahap pertama di TKP yang letak jauh dari markas.
c. Melakukan pengejaran terhadap pelaku kejahatan dan pelanggaran yang
menggunakan sarana mobilitas tinggi.
Patroli dalam kota diselenggarakan oleh kesatuan Kepolisian tingkat Resort,
Kota Besar dan Polda Metropolitan.
2. Patroli luar kota dalam bentuk Patroli persambungan.
Titik berat penugasan kepada:

74
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Pam Obvit IPTU SUBENO SH, Tanggal 26
Februari 2008.


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


98
a. Bintibmas dalam arti tindakan preventif secara tidak langsung meniadakan
gejala yang dapat menimbulkan gangguan kamtibmas.
b. Lebih mengutamakan preventif daripada represif.
3. Patroli medan berat.
Meliputi antara lain:
1. Medan Datar ; tidak dapat dipatroli dengan alat sepeda motor, namun
hanya dapat menggunakan kuda atau jalan kaki.
2. Medan perairan ; menggunakan alat angkut air seperti kapal, speed boat,
perahu dll, pelaksanaanya berpedoman pada juklak Patroli air dari Sub
Dit Samapta Patroli.
3. Medan pegunungan ; alat angkut motor trail, kuda, bila menggunakan
kuda agar berpedoman pada juklak Patroli dari Sub Dit Samapta Patroli.
4. Medan tertutup dan terputus-putus ; alat angkut Helikopter, dan
pelaksanaanya berpedoman pada juklak Patroli udara dari Sub Dit
Samapta Patroli.
75
Arus kejahatan yang terjadi di kota Medan sangat mengganggu keamanan dan
ketertiban masyarakat sehingga menimbulkan kekhawatiran dimasyarakat,
kejahatanpun tidak pandang bulu, semua kalangan pernah merasakannya mulai dari
kalangan masyarakat biasa, pendidikan seperti guru, dosen dan lainnya, pengusaha,
bahkan dari kalangan aparat penegak hukum sendiri seperti aparat TNI dan POLRI.
Kejahatan tidak hanya terjadi pada malam hari seperti yang sering kita dengar pada


75
Mabes Polri, Op. Cit, hal 27

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


99
tahun 90-an, kejahatan justru terjadi pada siang hari bahkan didaerah yang sangat
ramai lalu lalang kenderaan bermotor.
Kapolda Sumatera Utara dalam STR KAPOLDA NO POL : STR/20/I/2006
TGL 20 JAN 2006 dan STR/10/I/2007 TGL 9 JAN 2007 terdapat Sasaran Prioritas
dari Poltabes Medan dalam antara lain : Judi, Premanisme, Narkoba, dan Crime
Street. Berkaitan dengan hal itu salah satu upaya yang sangat efektif dalam
menanggulangi kejahatan tersebut adalah dengan patroli, karena patroli melakukan
penanggulangan dengan cara pencegahan sebelum terjadinya kejahatan.
76
B. Upaya penanggulangan kejahatan yang telah dilaksanakan oleh Poltabes
Medan



Permasalahan kejahatan bukanlah semata-mata permasalahan abad teknologi
modern seperti saat ini, meskipun manusia sudah demikian pesat maju dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, bahkan telah dilakukan banyak penerobosan dan
penemuan baru dalam pelbagai bidang ilmu dan teknologi, terutama dalam bidang
ilmu eksakta, permasalahan kejahatan masih tetap merupakan duri dalam daging dan
pasir dalam mata. Kejahatan dapat dilihat akibatnya, dirasakan, atau dialami,
masalah kejahatan selalu merupakan suatu masalah yang sangat menarik, baik
sebelum maupun sesudah kriminologi mengalami pertumbuhan dan perkembangan
seperti dewasa ini, dan perlu ditekankan kembali bahwa permasalahan kejahatan akan
selalu ada dan tetap akan ada sampai dunia berakhir.

76
Paparan Kapoltabes MS, Opcit

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


100
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pembentuk kebijakan negara kurang atau
belum memperhatikan pertimbangan untuk menempatkan politik kriminal dalam
kerangka pembangunan untuk menyejahterakan bangsa dan negara karena tidak
menyentuh sobural yang justru sebagai kendala utama. Aspek budaya dengan
subkultur tertentu sangat dominan dalam suatu wilayah yang lebih besar dan luas,
dipandang oleh kelompok tertentu dapat memberikan acuan dan rujukan untuk
memahami akar permasalahan kejahatan secara lebih objektif. Subkultur batak yang
lebih apa adanya bila dibandingkan dengan subkultur jawa yang katanya berusaha
menghindari konflik, agar ada suatu kehidupan yang harmonis, diharapkan dapat pula
dirumuskan untuk menyusun pola operasional bagi pihak kepolisian, tidak hanya
dalam kerangka represif juga preventif.
77
Dont walk in front of me, I may not follow, Dont walk behind me, I may not lead.
Walk beside me and just be my friend

Dilihat dari segi hukum yang menjadi beban kepolisian, pihak kepolisian
dalam konsep dan pendekatan sobural harus sadar bahwa orang tidak akan selalu
duduk dipuncak bayonet. J ika pihak kepolisian bisa menjadikan pemikiran sobural
dalam ungkapan Camus bahwa :
78
Maka sedikit banyak beban sosial untuk kepolisian dalam kerangka sobural
akan sedikit banyak teratasi. Polisi menjadi pelindung, pengayom masyarakat yang
sebenarnya, dan bukan sosok yang sebisa mungkin dihindari, karena banyak materi
yang akan berpindah apabila terlalu sering berhubungan dengannya. Polisi


77
J.E.Sahetapy, Pisau analisis Kriminologi, Citra Aditya Bakti,Bandung, 2004 hal 75-76
78
Ibid, hal 77

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


101
membutuhkan masyarakat dalam penanggulangan kejahatan, dan masyarakat
membutuhkan polisi untuk mendapatkan kenyamanan, namun hubungan tersebut
tidak terjadi apabila kebanyakan masyarakat enggan untuk berurusan dengan polisi,
sehingga polisipun akan sulit menanggulangi kejahatan. Mantan Kapolri Jenderal Pol.
Drs Kunarto mengatakan tuntutan masyarakat itu sebenarnya ada dua yakni
perlindungan dan pengayoman; serta pelayanan POLRI yang lebih baik, terhadap
kedua tuntutan tersebut sampai saat ini POLRI belum mampu memenuhinya. Hal itu
disebabkan karena tuntutan masyarakat terus berkembang sesuai dengan
perkembangan dinamika di dalam masyarakat itu sendiri, sedangkan perkembangan
POLRI belum seperti yang diharapkan. Masyarakat dan lembaga hukum sudah maju
dan transparan sedangkan polisi masih pungli, mekanisme yang dikembangkan sudah
maju tapi belum menjangkau yang dibutuhkan masyarakat.
79
POLRI



> KOMITMEN/KONSISTEN PIMPINAN
VISI > KEPERCAYAAN PUBLIK
> POLTABES POLWILTABES


VISI DAN MISI
POLTABES MS
(2005-2009) > SASARAN PRIORITAS J UDI
STR KAPOLDA NO POL : STR PREMANISME
/ 20/I/2006 TGL 20 J AN 2006 & NARKOBA
MISI STR /10/I/2007 TGL 9 J AN 2007 CRIME STREET
> PEMBENAHAN INTERNAL
KULTUR DAN PROFESIONALISME
/PROPORSIONAL GAKKUM
> PILKADA
> OPINI PUBLIK & KOSMOS
(SP2MP), SMS, POLMAS


79
Kunarto, Op. Cit, buku 2, hal 67

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


102
Sumber : Paparan Kapoltabes MS

Dalam menanggulangi kejahatan Poltabes Medan yang mempunyai
wewenang di wilayah hukum Kota Medan dan sekitarnya harus menaungi sekitar
2.840.125 Jiwa
80
Penanggulangan kejahatan secara preventif merupakan pola penanggulangan
kejahatan yang dilakukan sebelum kejahatan itu terjadi yaitu dengan mencegah
pertemuan niat dan kesempatan. Salah satu upaya itu adalah patroli, pada dasarnya
Sat Samapta, Sat Obsus dan Sat Lantas mempunyai kesamaan pelaksanaan patroli ini,
yaitu melaksanakan persiapan awal dengan pengarahan dari kanit lalu mencatat
memiliki tugas yang cukup berat, meskipun jajarannya terus maju
setiap detiknya tetapi kemajuan masyarakat jauh lebih cepat. Mengenai hal itu
kepolisian sudah mengembangkan cara baru dalam menjaga hubungan dan
meningkatkan kepercayaan publik itu seperti dengan pendirian Balai Kemitraan Polisi
Masyarakat (Perpolisian Masyarakat) disetiap kelurahan, dan pelaksanaan patroli
rutin yang diusahakan lebih simpatik.
Poltabes MS memiliki beberapa satuan-satuan yang mempunyai wilayah kerja
masing-masing dikoordinasikan dalam bentuk organisasi yang ditata sedemikian rupa
sehingga tidak adanya tumpang-tindih. Dalam menanggulangi tindak kejahatan
terdapat Sat Samapta, Sat Obsus dan Sat Lantas sebagai satuan yang mempunyai unit
patroli dalam tindakan preventif selain represifnya. Sedangkan dalam hal penindak
lanjuti suatu tindak kejahatan Poltabes MS memiliki Sat Intelkam, Sat Reskrim dan.
Sat Narkoba.

80
Paparan kapoltabes MS, Op.Cit

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


103
kejadian-kejadian penting yang terjadi didalam buku patroli, dan bila menemukan
suatu tindak kejahatan tertangkap tangan maka unit tersebut mempunyai kewajiban
melakukan pengejaran dan berkoordinasi dengan unit lainnya maupun polsek
setempat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kanit Patroli Samapta, beliau
mengatakan bahwa Poltabes MS menggiatkan patroli polisi sebagai wujud preventif,
Karena patroli sangat efektif dalam mencegah bertemunya niat dan kesempatan. Dan
akan diadakan analisa dan evaluasi (anev) perminggunya, dan apabila berdasarkan
pertimbangan yakni peningkatan jumlah kejahatan akan diadakannya operasi
khusus bentuknya seperti operasi pekat, menurunkan Tim Pemburu Preman dan razia
di tempat-tempat rawan. Beliau menambahkan bahwa dalam patroli rutin, unit patroli
senantiasa melakukan koordiansi dengan unit patroli lainnya ataupun polsek terdekat,
apabila ada tindak kejahatan tertangkap tangan maka akan ditangkap dan dibawa ke
Reserse atau Polsek yang lebih dekat. Tetapi biasanya akan dibawa ke Samapta
terlebih dahulu berikut tersangka dan barang bukti untuk dibuat laporan kejadian dan
dibuat surat perintah tugas. Kesemuanya itu dapat fleksibel sesuai situasi lapangan.
81
Apabila dalam suatu razia Satuan lalu lintas ditemukan seorang pengendara
sepeda motor membawa narkoba maka itu akan ditahan untuk ditindak lanjuti dengan
melakukan koordinasi dengan polsekta setempat diwilayah hukum tempat kejadian
perkara itu.

82

81
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Samapta Poltabes Medan IPTU TONY
SIMANJ UNTAK, SH, tanggal 03 Maret 2008
82
Hasil wawancara dengan Anggota Min Ops Sat Lantas Poltabes Medan, BRIPKA M.
GINTING, tanggal 26 Februari 2008
Sama halnya dengan Sat Pam Obsus, Kesemua unit patroli Sat Pam

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


104
Obsus dalam tugasnya selalu berorientasi terhadap hubungan tata cara kerja antar
fungsi-fungsi lainnya seperti Reskrim, satuan lalu lintas, intel bimas, dan samapta.
Sehingga apabila terjadi kejahatan/ tindak pidana disuatu tempat dan dilihat oleh unit
patroli Sat Pam Obsus maka unit tersebut langsung mengamankan pelaku dan
menyerahkan atau dikoordinasikan kepada reskrim maupun polsek yang
bersangkutan. Namun Sat Pam Obsus wilayah kerjanya hanya sebatas melindungi
objek-objek khusus saja.
83
C. Faktor-faktor penghambat yang dihadapi Poltabes Medan dalam
melakukan Fungsi Patroli terkait dalam menanggulangi suatu tindak
pidana.

J ika tugas tersebut dijalankan sebagaimana mestinya niscaya kejahatan dapat
berkurang. Sudah saatnya Polisi menjadi tokoh berseragam yang ramah, Polisi yang
memberikan pengabdian, perlindungan, penerang masyarakat serta berjuang
mengamakan dan mempertahankan kemerdekaan dan mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur dengan semangat tri brata serta jiwa yang besar, Polisi yang
memiliki hati nurani yang bersih, bersikap tenang, mantap dan tidak tergoyahkan
dalam situasi dan kondisi apapun serta selalu tepat dalam mengambil keputusan.
Perkembangan kejahatan merupakan ancaman bagi kamtibmas, dan kejahatan akan
selalu mengiringi perkembangan peradaban manusia, hal ini menimbulkan pekerjaan
kepolisian menjadi sangat berat, menantang kepolisian untuk lebih mengembangkan
dan mengefektifkan satuan-satuan dan menggencarkan operasi-operasi khususnya.


83
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Pam Obvit IPTU SUBENO, SH, Tanggal 26
Februari 2008.


M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


105

Selama puluhan tahun POLRI dinyatakan sebagai bagian dari ABRI, Dan
integrasi ABRI telah dijadikan wahana sistematik untuk melemahkan POLRI, dimana
POLRI berada dalam lingkungan pertanggung jawaban tumpang tindih (overlapping
responsibility) dalam alam dua doktrin yang berbeda. Ketidakjelasan pertanggung
jawaban sebagai ABRI sesuai dengan doktrin pertahanan keamanan atau sebagai
Polisi dalam melaksanakan Law enforcement sesuai dengan doktrin ketertiban
masyarakat (public order). Akibat dari tumpang tindih tanggung jawab tersebut
terjadi upaya bercorak duplikasi (a duplication of effort). Puluhan tahun dalam tubuh
ABRI juga membuat polisi sedikit terbawa gaya militernya, menaklukkan musuh
dan menang perang. Seharusnya bukankah polisi adalah pelindung dan pengayom
masyarakat. Orientasi pada tugas merupakan motivasi untuk melakukan sesuatu atau
bereaksi. Motivasi itu disertai dengan keinginan kuat untuk menyelesaikan tugas
secara efektif dan efisien. Ketatnya disiplin dan hirarki kadang-kadang
mengakibatkan orientasi pada tugas dilaksanakan berlebihan. Ajaran yang telah
melembaga terkadang ditafsirkan secara mutlak. Yang lebih berbahaya lagi apabila
orientasi kepada tugas terutama dilandaskan pada penggunaan kekerasan secara sah.
Polisi adalah penegak hukum yang diberi wewenang (sah) untuk melakukan
kekerasan dan menggunakan senjata pada saat-saat tertentu. Akhirnya timbul sikap
masyarakat yang menghindarkan diri sebanyak mungkin untuk berurusan dengan
polisi. Sehingga apabila menjadi korban tindak kejahatan dan mengalami sedikit
kerugian maka ia cenderung mengurungkan niatnya untuk melaporkan ke polisi.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


106
Selain hal diatas banyak hambatan yang dirasakan Polisi dalam melaksanakan
fungsi patroli, ketiga satuan yaitu satuan lalu lintas, satuan samapta dan satuan pam
obsus memiliki kesamaan hambatan. berdasarkan hasil wawancara dapat ditarik
kesimpulan bahwa Kendala-kendala yang dihadapi petugas dalam melaksanakan
patroli menanggulangi kejahatan antara lain sebagai berikut:
1. Jumlah personil yang terbatas, satu polsek rata-rata membawahi 3
kecamatan perbandingan 7 polsek membawahi/mengamankan 32 kecamatan
diwilayah pemko Medan, bahkan ada juga polsekta yang berbagi dua
dengan wilayah hukum daerah lain seperti Polsekta Hamparan Perak,
Polsekta Kutalimbaru, Polsekta Pancur Batu, Polsekta Deli Tua, Polsekta
Patumbak, Polsekta Percut Sei Tuan.
2. Jumlah anggaran belum sesuai dengan standard kebutuhan patroli.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya keamanan.
Seharusnya masyarakat jangan hanya menyerahkan tugas kamtibmas kepada
kepolisian, tetapi masyarakat harus juga berperan dalam menjaga keamanan.
4. Banyak masyarakat yang enggan untuk melaporkan atau memberikan
informasi tentang akan atau sedang atau setelah terjadinya suatu tindak
pidana dan lebih menghindar sebisa mungkin untuk berurusan dengan
polisi, karena tindakan oknum polisi yang selalu menimbulkan citra negatif
ditengah-tengah masyarakat.
Upaya yang telah dilakukan Poltabes Medan dalam menghadapi kendala-
kendala tersebut antara lain:

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


107
1. Mengikutsertakan masyarakat dalam polmas disetiap kelurahan yang
dibentuk oleh polisi untuk menjaga keamanan dimulai dari lingkungan
sendiri. Sehingga diharapkan masyarakat mempunyai peran penting dalam
menanggulangi tindak kejahatan, masyarakat diharapkan agar bertindak
seperti mempunyai jiwa polisi yang berarti setiap ada tindak kejahatan yang
dilihat baik yang akan, sedang, maupun setelah segera dilaporkan kepada
polsek terdekat.
2. J ika ada laporan dari masyarakat, maka Poltabes medan akan menindak
dengan tegas bahkan dapat berujung pemecatan. Oleh karena itu diharapkan
kepada masyarakat agar membantu dalam pengawasan kinerja tersebut.
Masa Reformasi menuntut introspeksi dan evaluasi yang obyektif serta jujur
dalam keadaan dewasa. Artinya Kepolisian pada saat ini merupakan koreksi dari
masa lalu dan harus dapat menciptakan langkah strategis guna menghadapi masalah
dan tantangan yang semakin berat. Polri juga mengupayakan kemandirian Polri
melalui perubahan di tiga aspek antara lain :
1. Aspek Struktural: Mencakup perubahan kelembagaan Kepolisian
dalam Ketata negaraan, organisasi, susunan dan kedudukan.
2. Aspek Instrumental: Mencakup filosofi (Visi, Misi dan tujuan),
Doktrin, kewenangan, kompetensi, kemampuan fungsi dan Iptek.
3. Aspek kultural: Adalah muara dari perubahan aspek struktural dan
instrumental, karena semua harus terwujud dalam bentuk kualitas
pelayanan Polri kepada masyarakat, perubahan meliputi perubahan

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


108
manajerial, sistem rekrutmen, sistem pendidikan, sistem material
fasilitas dan jasa, sistem anggaran, sistem operasional.
84

84
www.polri.go.id, Akses tanggal 05 Januari 2008

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


109
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kepolisian Republik Indonesia adalah pelindung, pengayom, dan
pelayan masyarakat sesuai dengan dalam Pasal 13 dan Pasal 14 UU
NO 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dengan banyaknya tindak kejahatan yang terjadi tentunya sudah
merupakan tugas kepolisian dalam melakukan penanggulangannya,
Patroli sebagai penanggulangan kejahatan secara preventif .bentuk-
bentuk patroli yang dilakukan oleh kepolisian. Bentuk-bentuk patroli
antara lain: Patroli rutin, Patroli Selektif, Patroli insidental,
kesemuanya dilakukan olh kepolisian guna memperkecil terjadinya
pertemuan niat dan kesempatan.
2. Peranan POLRI dalam menanggulangi kejahatan adalah sebagai
pengemban fungsi preventif yaitu mencegah agar peluang terjadinya
tindak kejahatan semakin sempit dan juga sebagai pengemban fungsi
represif yaitu mengungkap tindak kejahatan dan menindak pelaku
kejahatan. Sementara tanggung jawab POLRI adalah menciptakan
keamanan dan ketentraman bagi masyarakat memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat dengan menegakkan hukum memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


110
3. Hambatan yang dihadapi oleh POLRI dalam melakukan fungsi patroli
adalah
a. Jumlah personil yang terbatas.
b. satu polsek rata-rata membawahi 3 kecamatan,
c. jumlah anggaran belum sesuai dengan standard kebutuhan
patroli dan
d. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
keamanan.

B. SARAN
1. Kepolisian hendaknya lebih professional lagi dalam menjalankan
tugasnya, menghilangkan jiwa-jiwa militer yang arogan dan
menggantinya dengan sikap sebagai pelindung, pengayom dan pelayan
masyarakat yang sesungguhnya.
2. Kejahatan tidak dapat dihilangkan secara total, oleh karena itu
pencegahan merupakan cara yang tepat dalam menanggulangi
kejahatan. Pencegahan juga dapat dilakukan mulai dari diri sendiri
dengan bersikap lebih waspada. mulai dari diri sendiri, keluarga,
lingkungan, wilayah, hingga negara.
3. Perlu adanya kerjasama antara instansi polisi, pemerintah dan
masyarakat dalam mengadakan penyuluhan tentang pentingnya
ketertiban dan keamanan untuk menanggulangi kejahatan.

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


111
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Abdussalam, Kriminologi, Jakarta,Restu Agung, 2007
Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakan hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan, Citra Aditya Bakti,2001
Bawengan, Gerson W.,Masalah kejahatan dengan sebab-akibat, Jakarta;Pradya
Paramita, 1977
Bayley, David H., Police for The Future, disadur oleh Kunarto, Cipta Manunggal,
Jakarta, 1998
Faal, M, Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi (Diskresi Kepolisian), Pradya
Paramita, Jakarta, 1991
Karjadi, M Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana,Politeia, Bogor,1997,
Kunarto, Perilaku Organisasi Polri, Cipta Manunggal, Jakarta, 2001
_________Merenungi Kritik Terhadap Polri, Cipta Manunggal, Jakarta, 1996
Kelana, Momo, Hukum Kepolisian, PTIK, PT Gramedia Widiya Sarana Indonesia,
Jakarta, 1994
Martosaputra, Momon, Asas-asas Kriminologi, Alumni, Bandung, 1973
Nagara, Aditya, Kamus Bahasa Indonesia, Bintang Usaha J aya, Surabaya, 2000
Reckles,Walter. C., diterjemahkan oleh Soedjono D. Penanggulangan Kejahatan.
Alumni. Bandung, 1983
Sahetapy, J.E., Pisau analisis Kriminologi, Citra Aditya Bakti,Bandung, 2004

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


112
Saleh, Roeslan, Pikiran-pikiran tentang pertangung jawaban Pidana. Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1984
Soekanto, Soerdjono, Penanggulangan pencurian kendaraan bermotor,Bina
Aksara,1987
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu tinjauan
Singkat ,Cetakan kedua, Radjawali, Jakarta, 1986
Utomo, Warsito Hadi, Hukum Kepolisian di Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta,
2005
Widiyanti, Ninik, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya,Pradya Paramita
Jakarta, 1987
Widiyanti, Ninik dan Yulius W, Kejahatan dalam Masyarakat dan pencegahannya,
Bina Aksara, Jakarta, 1987

UNDANG-UNDANG
Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Undang-undang No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga,
Undang-undang No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan saksi dan Korban


INTERNET

M. Fadli Habibie : Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak
Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan), 2008.
USU Repository 2009


113
www.elsam.or.id,Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Analisis terhadap RUU
Perlindungan saksi dan Korban Versi Badan Legislatif DPR
www.polri.go.id
http://www.kontras.org/

You might also like