You are on page 1of 4

Dentoalveolar Injuries Trauma dentoalveolar dan jaringan lunak perioral sering terjadi dan disebabkan oleh berbagai macam

jenis trauma. Penyebab yang paling umum terjadi adalah karena terjatuh, kecelakaan sepeda motor, injuri saat olahraga, perseteruan, child abuse dan kecelakaan di taman bermain. Sebuah tekanan/ force yang dikenakan langsung ataupun tidak, umumnya ditransmisikan melalui jaringan lunak dibawahnya, dapat menyebabkan trauma dentoalveolar. Trauma pada jaringan lunak di sekitarnya hampir selalu mengikuti trauma pada dentoalveolus, sebagai contoh : jaringan gingiva menjadi rapuh, bibir bawah tersangkut diantara gigi gigi selama trauma laserasi yang tebal, atau laserasi terjadi pada dasar mulut. Prosedur diagnosis 1. Pemeriksaan riwayat pasien langkah pertama yang harus dilakukan drg, menyangkut informasi tentang terjadinya trauma, karena kebanyakan trauma merupakan kasus emergency. Seorang drg harus menanyakan pertanyaan pertanyaan, sbb : Siapakah sang pasien! Pertanyaan harus mencakup nama pasien, umur, alamat, nomor telepon dan data data tentang pasien. "nformasi harus didapatkan secepat mungkin tanpa membuang buang waktu Kapan trauma tersebut terjadi? "ni adalah pertanyaan yang sangat penting, karena contohnya pada kasus avulsi gigi, bila cepat diketahui dan ditangani, gigi dapat direposisi seperti semula. #ontoh lainnya adalah kasus gigi yang bergeser, fraktur mahkota $dengan atau tanpa tereksposnya pulpa gigi% dan fraktur tulang alveolar. Dimana trauma terjadi? &ntuk memperkirakan adanya kemungkinan infeksi bakteri atau kontaminasi bahan kimia. Sebagai contoh : jika seorang anak jatuh dan memiliki luka yang kotor diperiksa adanya tetanus/tidak. Bagaimana trauma itu terjadi? 'agaimana terjadinya trauma menyediakan informasi sesungguhnya apa trauma jaringan yang terjadi. Sebagai contoh : kecelakaan tabrak mobil, menyebabkan korbannya terlempar ke dashboard, dan mengalami tekanan yang membahayakan gigi giginya, juga memiliki kemungkinan mengalami trauma leher. (ewat pertanyaan ini juga dapat diketahui penyebab trauma. Apa perawatan yang telah dilakukan sejak terjadinya trauma? Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah telah dilakukan usaha mengatasi trauma di tempat kejadian. )isalnya apakah pasien atau orangtua pasien mereplantasi gigi yang avulsi! *tau bagaimana gigi yang avulsi ditempatkan sebelum dibawa ke drg! Apakah seseorang menemukan adanya gigi atau pecahan gigi yang tertinggal di tempat kejadian? Sebelum diagnosis dan rencana perawatan dibuat, drg harus menghitung dan memeriksa jumlah gigi yang dimiliki pasien sebelum terjadinya trauma, jika selama pemeriksaan klinis sebuah gigi atau mahkotanya hilang dan tidak ada riwayat kehilangan pada saat trauma, pemeriksaan radiograf diperlukan pada jaringan lunak perioral, dada dan regio abdominal memeriksa apakah gigi/ pecahannya masuk ke dalam jaringan lain atau rongga tubuh.

Bagaimana kesehatan umum pasien? +rg harus memperhatikan apakah pasien memiliki kelainan sistemik seperti alergi obat obatan, murmur jantung, kelainan perdarahan dan penyakit sistemis lain mempengaruhi rencana perawatan Apakah pasien menderita nausea, muntah, kehilangan kesadaran, amnesia, sakit kepala, gangguan penglihatan atau kebingungan setelah trauma? ,ika pasien mengalami salah satunya, kemungkinan diindikasikan sebagai trauma intrakranial dan drg harus merujuk ke internis sesegera mungkin $saat pasien masih mengalami gejala gejala tersebut ataupun pasien tidak terlihat sehat% sebelum dilakukan perawatan dental Apakah ada gangguan saat oklusi? )engindikasikan adanya pergeseran gigi atau fraktur dentoalveolar/ rahang

2. Pemeriksaan klinis Pemeriksaan menyeluruh pada struktur dentoalveolar hendaknya tidak hanya terfokus pada struktur tersebut saja, tetapi juga pada daerah di sekitar yang mungkin mengalami trauma Tanda tanda vital pasien harus diukur dengan cermat tekanan darah, suhu tubuh, denyut jantung dan laju respirasi. Selain itu status mental pasien juga diobservasi untuk menentukan modifikasi dalam rencana perawatan $berdasarkan perilaku dan reaksi pasien% Selama pemeriksaan klinis, terdapat daerah daerah yang harus rutin diperiksa : a. (uka pada jaringan lunak ekstraoral laserasi, abrasi dan memar pada kulit adalah tanda umum trauma dentoalveolar. ,ika terdapat laserasi, tentukan batas kedalamannya, apakah leserasi meluas ke kedalaman bibir atau pipi! *pakah ada struktur vital yang terkena laserasi, seperti saluran kelenjar parotid atau saraf fasial! ,ika terdapat laserasi dalam ukuran yang sangat besar dan luas, langsung dirujuk ke spesialis bedah mulut b. (uka jaringan lunak intraoral jika terdapat perdarahan yang belum membeku, maka ditekan dengan kassa sponges, setelah itu bekuan darah diirigasi dengan salin yang steril. Selain itu periksa juga apakah ada gig/pecahan gigi yang masuk ke dalam bibir, dasar mulut, pipi atau daerah lain. Perhatikan juga daerah kehilangan jaringan di sekitarnya kehilangan suplai pembuluh darah ke jaringan tsb c. -raktur rahang atau prosesu alveolar fraktur pada tulang rahang biasanya ditemukan saat palpasi. Perdarahan ke dasar mulut atau ke vestibulum labial mengindikasikan terjadinya fraktur rahang. Segmen tulang alveolar yang fraktur juga dapat segera terdeteksi dengan pemeriksaan visual dan palpasi d. Pemeriksaan mahkota gigi bila adanya fraktur atau tereksposnya pulpa untuk pemeriksaan yang tepat, maka gigi harus dibersihkan dari darah. 'ila ada fraktur, diperiksa kedalaman frakturnya, apakah meluas ke dentin atau pulpa!

e. Pergeseran gigi gigi geligi dapat bergeser ke arah yang berbeda beda, biasanya tergeser ke arah bukolingual, tetapi dapat juga mengalami ekstrusi. Pada kasus yang berat, gigi dapat mengalami avulsi $tergeser keluar dari prosesus alveolarnya%. .bservasi dari oklusi gigi geligi dapat menentukan derajat minimal pergeseran gigi f. /egoyangan gigi semua gigi geligi diperiksa bila ada kegoyangan dalam arah hori0ontal dan vertikal. Sebuah gigi yang tidak terihat bergeser namun goyang, dapat mengindikasikan adanya fraktur akar. ,ika gigi yang bersebelahan bergeser ktika dilakukan tes kegoyangan gigi tertentu, maka diindikasikan fraktur dentoalveolar, dimana gigi dan prosesus alveolarnya terpisah dari rahangnya g. Perkusi gigi geligi jika gigi tidak bergeser tetapi terasa sakit, maka perkusi dapat menentukan apakah ada trauma pada ligamen periodontalnya h. Tes vitalitas pulpa walaupun jarang dilakukan saat trauma akut, tes vitalitas dapat membantu menentukan jenis perawatan yang dilakukan. ,ika hasilnya negatif, maka sebaiknya dilakukan tes ulang beberapa minggu kemudian sebelum perawatan endodontik.

3. Pemeriksaan radiograf Pemeriksaan radiograf penting untuk mengevaluasi trauma dentoalveolar. &mumnya, kombinasi antara teknik radiograf oklusal dan periapikal digunakan dalam kasus trauma. Pemeriksaan radiograf harus menyertakn informasi, sbb : *danya fraktur akar +erajat ekstrusi atau intrusi *danya penyakit peripaikal sebelumnya (uasnya pertumbuhan akar &kuran ruang pulpa dan salurannya *danya fraktur rahang -ragmen akar dan benda benda lain yang masuk ke jaringan lunak. 1adiograf tunggal tidak cukup untuk melihat adanya fraktur akar central beam dari 2 raynya harus paralel terhadap garis fraktur. Penglihatan dari berbagai macam angulasi vertikal dan hori0ontal dari sinar sentral juga dapat membantu 3igi yang bergeser, pada gambaran radiografisnya, menunjukkan pelebaran dari ligamen periodontalnya atau hilangnya lamina dura,. 3igi yang ekstrusi menunjukkan radiolusensi pada periapikal, sedangkan gigi yang intrusi menunjukkan kehilangan ligamen periodontalnya. 4valuasi radiograf untuk benda asing yang masuk ke jaringan lunak di bibir atau pipi, dilihat dengan menggunakan film radiografik yang ditempatkan di

dalam jaringan lunak, labial terhadap alveolusnya5 sedangkan benda asing yang mungkin masuk ke jaringan lunak di dasar mulut dapat dilihat dengan radiograf oklusal cross sectional, dengan pengurangan ekspos radiasi.

You might also like