You are on page 1of 13

SMPN 1 KEDUNGWARU

TUGAS KIPPING PKN

NAMA : WULAN TRIAS HIKMAWATI KLS : 8C NO. ABSEN : 30

SISTEM KETATANEGARAAN MENURUT UUD 1945 SEBELUM DIAMANDEMEN


Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara, serta mengatur hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (lembaga tertinggi). MPR mendistribusi kekuasaannya kepada 5 lembaga tinggi yang sejajar kedudukannya yaitu MA, Presiden, DPR, DPA, dan BPK.

Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara menurut UUD 1945 sebelum amandemen, dapat diuraikan sebagai berikut : A. Pembukaan UUD 1945 Pembukaan UUD tidak dapat diubah karena dalam pembukaan UUD 1945 terdapat tujuan negara dan pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Jika UUD 1945 ini diubah maka secara otomatispun tujuan dasar negara dapat ikut berubah. B. MPR Sebelum perubahan UUD 1945, keddukan MPR berdasarkan UUD 1945 merupakan lembaga tertinggi negara dan sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR diberi kekuasaan tak terbatas karena kekuasaan ada di tangan MPR dan MPR adalah penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia yang berkewenang menetap di UUD, GBHN, mengangkat Presiden.

C. MA MA adalah negara tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan MK dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. MA membawahi Badan Peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkunga peradilan militer, dan lingkunga tata usaha negara. D. BPK BPK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki tanggungjawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupaka lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan pertimbangan Dewan Perwakilan daerah dan diresmikan oleh Presiden. Pasal 23 ayat 5 UUD 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya di tetapkan oleh UU. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada DPR. E. DPR Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen adalah memberikan persetujuan atas RUU (pasal 20 ayat 1), mengajukan PERPU (pasal 22 ayat 2) dan memebrikan persetujuan ats APBN. F. Presiden Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tinggi Presiden memegang kekuasaan legislatif Presiden mempunyai hak preogratif yang sangat besar. Tidak ada batasan periode jabatan Presiden Sistem pemerintahan ini tertuang dalam penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci pokok sistem pemerintahan. Yaitu : Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) Sistem Konstitusional. Kekuasaan tertinggi di tangan MPR Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah MPR. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung jawab terhadap DPR. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Berdasarkan tujuh kunci pokok tersebut, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan presidensial ini adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan.

Pada saat sistem pemerintahan ini, kekuasaan presiden berdasar UUD 1945 adalah sebagai berikut : Pemegang kekuasaan legislative. Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan. Pemegang kekuasaan sebagai kepala Negara. Panglima tertinggi dalam kemiliteran. Berhak mengangkat & melantik para anggota MPR dari utusan daerah atau golongan. Berhak mengangkat para menteri dan pejabat Negara. Berhak menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan Negara lain. Berhak mengangkat duta dan menerima duta dari Negara lain. Berhak memberi gelaran, tanda jasa, dan lain lain tanda kehormatan. Berhak memberi grasi, amnesty, abolisi, dan rehabilitasi. Dampak negative yang terjadi dari sistem pemerintahan yang bersifat presidensial ini adalah sebagai berikut : Terjadi pemusatan kekuasaan Negara pada satu lembaga, yaitu presiden. Peran pengawasan & perwakilan DPR semakin lemah. Pejabat pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan mendukung kelangsungan kekuasaan presiden. Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang orang yang dekat presiden. Menciptakan perilaku KKN. Terjadi personifikasi bahwa presiden dianggap Negara. Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk pada presiden. Dampak positif yang terjadi dari sistem pemerintahan yang bersifat presidensial ini adalah sebagai berikut : Presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan. Presiden mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat Negara dapat dihindari. Indonesia memasuki era reformasi. Dimana bangsa Indonesia ingin dan bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Oleh karena itu perlu disusun pemerintahan berdasarkan konstitusi (konstitusional). Yang bercirikan sebagai berikut : Adanya pembatasan kekuasaan ekskutif. Jaminan atas hak hak asasi manusia dan warga Negara.

SITEM PEMERINTAH INDONESIA MENURUT UUD RIS


Sistem pemerintah Indonesia menurut konstitusi RIS, dalam kurun waktu 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950 adalah parlementer oleh Konstitusi RIS ini didasarkan kepada : a. Pasal 691 ayat KRIS Presiden ialah kepala negara b. Pasal 118 ayat 1 KRIS Presiden tidak dapat diganggu gugat c. Pasal 118 ayat 2 KRIS Menteri-menteri bertanggungjawab atas seluruh kekuasaan pemerintah baik bersama-sama untuk untuk seluruhnya maupun masing-maasing untuk bagiannya sendiri-sendiri dalam hal itu. Namun sistem pemerintahan yang dianut pada masa Konstitusi RIS bukan kabinet parlementer murni melainkan Sistem Pariementer Kabinet semu (Quasi Parlementer). Karena dalam sitem parlemnter murni, parlemen (legislatif) mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap kekuasann pemerinta (eksekutif), tapi kenyataan parlemen kedudukannya hanya terbatas dalam hal-hal tertentu saja. Sisten pamerintah palementer, kabinet semu (Quasi Parlementer) yang dianut oleh kontitusi RIS, dapat dijelaskan sebagai berikut : Pengangkata perdana menteri dilakukan oleh presiden, bukan oleh parlemen sebagai Iazimnya (pasal 27 ayat 2). Kekuasaan perdana menteri masih dicampur tangani oleh presiden. Hal itu dapat dilihat dalam ketentuan bahwa presiden dan menteri-menteri bersamasama merupakan pemerintah. Seharusnya ppresiden hanya sebgai kepala negara, sedangkan kepala pemerintahannya dipegang oleh perdana menteri (pasal 68 ayat 1) Kabinet dibentuk oleh Preside bukan parlemen (pasal 74 ayat 5) Parlemen tidak memiliki hubungan erat dengan pemerintah sehingga DPR tidak punya pengaruh besar terhadapa pemerintah. DPR juga tidak dapat menggunakan mosdi tidak percaya pada Kabinet (pasal 118 dan 122). Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap, yaitu sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan (pasal 68 dan 69).

SITEM PEMERINTAHAN INDONESIA BERDASARKAN UUD

SEMENTARA
Negara Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbesar keempat di dunia. Komposisi penduduknya sangat beragam, baik dari suku bangsa, etnisitas, anutan agama, maupun dari segi-segi lainnya dengan wilayah yang sangat luas. Kompleksitas dan keragaman itu sangat menentukan peta konfigurasi kekuatan-kekuatan politik dalam masyarakat, sehingga tidak dapat dihindari keharusan berkembangnya sistem

multi-partai dalam sistem demokrasi yang hendak dibangun. Agar peta konfigurasi kekuatan-kekuatan politik dalam masyarakat tersebut dapat disalurkan dengan sebaikbaiknya menurut prosedur demokrasi (procedural democracy), berkembang keinginan agar sistem pemerintahan yang dibangun adalah sistem Parlementer ataupun setidaktidaknya varian dari sistem pemerintahan parlementer dengan konsep negara serikat atau federal. UUDS 1950 sejatinya merupakan hasil koreksi atas konstitusi sebelumnya yakni Konstitusi RIS yang mengedepankan konsep negara federal . Perubahan dari Konstitusi RIS ke UUDS 1950 merupakan hasil kehendak rakyat dimana keseluruhan konsep federal dianggap tidak mengena dengan kondisi masyarakat Indonesia. Kehendak rakyat ialah mengganti konsep negara federal dengan konsep negara kesatuan namun tetap menggunakan sistem pemerintahan kabinet Parlementer. Sistem parlementer atau sistem pertanggungjawaban dewan menteri kepada Parlemen menempatkan presiden sebagai Kepala Negara dan bukan Kepala Pemerintahan. Hal ini disebut dengan tegas pada pasal 45 UUDS 1950. Pertanggungjawaban atas seluruh kebijaksanaan pemerintahan sesuai dengan pasal 83 (2) UUDS 1950 diletakkan pada pundak menteri-menteri baik secara bersama-sama atau masing-masing. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa Kabinet (Dewan Menteri) dapat dijatuhkan oleh Parlemen (DPR), yakni bilamana parlemen menganggap cukup alasan dari tidak diterimanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang dijalankan oleh kabinet tersebut. Namun, sebagai imbangan dari pertanggungjawaban Menteri, DPR pun dapat dibubarkan apabila Dewan Menteri mengganggap DPR tidaklah representatif dengan pengajuan kepada Presiden, hal ini sesuai dengan pasal 84 UUDS 1950 dimana pembubaran tersebut membawa konsekuensi adanya pemilihan anggota DPR ulang.

TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN MENURUT UUD 1945

SEBELUM DAN SESUDAH DIAMANDEMEN


Setelah Indonesia merdeka mulai diperkenalka bentuk-bentuk peraturan baru, tetapi dalam prakteknya belum teratur karena suasana belum memungkinkan menertibkan bentuk-bentuk peraturan yang dibuat. Di masa-masa awal kemerdekaan, kadang-kadang nota-nota dinas, maklumat, surat-surat edaran dan lain sebagainya diperlukan sebagai peraturan yang mengikat secara hukum. Bahkan Wakil Presiden

mengeluarkan maklumat yang sangat terkenal yang isinya membatasi dan fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat(KNIP) yang ketika itu sangat berperan sebagai lembaga legislatif, tetapi maklumat itu dibuat tanpa nomor, sehingga dikenal kemudian sebagai Maklumat No.x tertaggal 16 Oktober 1945. Bentuk peraturan perundang-undangan yang dikenal dalam UUD 1945 adalah UU. Peraturan Pemerintahan sebagai pengganti UU, dan peraturan pmerintahan. Dalam penjelasan juga disebutkan bahwa UUD adalah bentuk konstitusi yang tertulis. Di samping yang tertulis itu masih ada pengertian kontitusi yang tidak tertulis yang hidup dalam kesadaran masyarakat. Dalam Konstitusi RIS yang berlaku mulai 27 Desember 1950, penyebutnya berubah lagi menjadi UU, UU Darurat, dan Peraturan Pmerintahan. Dalam perkataan lain, dalam ketiga konstitusi ini, kita mengenal adanya UUD, UU atau UU Federal, PerPu atau UndangUndang Draurat, dan Peraturan Pemerintah. Penyebutnya hanya 3 atau 4 (termasuk UUD) tersebut dalam UUD bersifta enunsiatif dalam arti tidak menutup kemungkinan untuk mengatur bentuk-bentuk lain yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, setelah periode kembali dalam periode UUD 1945, maka berdasarkan surat Preesiden no.2262/HK/1959 tetanggal 20 Agustus 1959 yang ditunjukkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, dinyatakn bahwa disamping bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan tersebut diatas, dipandang perlu dikeliarkan bentuk0bentuk peraturan yang lain, yaitu: 1. Penetapan Presiden untuk melaksnakan Dekrit Presiden / Panglima Tertinggi Angkatan Perang tanggal 5 Juli 1959 tentang kembali kepada UUD 1945. 2. Peraturan Presiden, yaituperraturan yang dikeluarkan untuk melaksanakan penetapan Presiden, atau peraturan yang dikeluarkan berdasarkan pasal 4 ayat 1 UUD 1945. 3. Keputusan presiden yang dimaksud untuk melakukan atau meresmikan pengangkatan-pengangkatan. 4. Peraturan menteri dan keputusan menteri yang dibuat oleh kementriankementrian negara atau Departemen-departemen pemerintahan, masing-masing untuk mengatur sesuatu haldan untuk melakukan atau meresmikan pengangkatan-pengangkatan. Dalam susunan tersebut di atas, jelas terdapat kekacauan antara satu bentuk denggan bentuk peraturan yang lain. Bahkan, dalam pratek, bentuk yang plaing banyak dikeluarkan adalah Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden yang menimbulkan akses dimana-mana. Kadang-kadang banyak materi yang seharusnya diatur dalam UU, justru diatur dengan penetapan presiden ataupun Peraturan Presiden. Yang lebih gawat lagi aalah banyak diantara ppenetapan dan peraturan itu yang jelas-jelas menyimpang isinya dari amanat UUD 1945. Namun demikia, satu hal yang harus dicatat adalah antara penetapan yang bersifat administratif berupa pengangkatan- penggangkatan yang berisi putusan-putusan yang bersifat beshchikking jelas dibedakan dari putusan yang

mengatur (regeling). Istilah Keputusan Presiden atau Keputusan Menteri secara khusus dikaitkan dengan jenis putusan yang bersifat administratif. Dalam rangka penataan kembali dalam bentuk-bentuk peraturan perundangundangan tersebut dengan maksud mengadakan pemurnian terhadap pelaksanaan pemurnian terhadap pelaksanaan UUD 1945, maka pada tahun 1966 ditetapkan MPRS No.XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali Produk-Produk Legislatif Negaradi Luar Produk MPRS yan tidak sesuai dengan UUD 1945. Ketetapan MPRS tersebut menugaskanPemerintahan untuk bersama-sama dengan DPR melaksanakan kembali produk-produk legislatif, baik yang berbentuk Penetapan Presiden, Peraturan Presiden, UU, ataupun Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti UU. Untuk memberikan pedoman bagi wuujudnya kepastian hukum dan keserasian hukum serta kesatuan tafsir dan pengertian mengenai Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 serta untuk mengakhiri akses-akses dan penyimpangan- penyimpangan tesebut dia atas, ditetapkan pula sumber tertib hukum dan tata urut peraturan perundang-undangan RI dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yaitu tentang memorandum DPRGR mengenai sumber tertib hukum RI dan tata utur perundang-undangan RI. Sumber hukum dan tata urut peraturan perundang-undangan RI yaitu berikut : Pada tahun 1966, tata urutan perundangan ditettapkan oleh MPRS melalui ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966. Tata perundangan tersebut meliputi : 1. UUD 1945 2. Tap MPR 3. UU 4. Perpu 5. PP 6. Keppres Tata urutan tersebut kemudian berubah pada tahun 200. Perubahan tata urutan ini kutuangkaan dalam bentuk Tap MPR/No. III.MPR/2000 pasal 2. Tata urutan perubahan kewenangan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tap MPR 2. UU 3. Perpu 4. PP 5. Keppres 6. Peraturan Daerah Tata urutan tersebut kemudian berubah lagi. Perubahan terbaru terjadi pada tahun 20014, melalui UU No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan Perpu. Tatta urutan Peundangan yang baru sebgai berikut : 1. UUD 19455 2. UU / Perpu 3. PP 4. Perpres

5. Perda, terdiri dari : a. Perda provinsi b. Perda kabupaten / kota c. Peraturan Desa / Peraturan setingkat

SUSUNAN LEMBAGA NEGARA BERDASAR UUD 1945 AMANDEMEN


A. Sebelum Amandemen

1. MPR MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak terbatas (super power) karena kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR dan MPR adalah penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia yang berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden[1]. Dengan kata lain MPR merupakan penjelmaan pendapat dari seluruh warga Indonesia.Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan golongan yang diangkat termasuk didalamnya TNI/Polri. 2. DPR DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat membubarkan DPR yang anggotaanggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota. 3. Presiden Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif. Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR dan bertanggung jawab kepada MPR. 4. Mahkamah Agung Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan

tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN). 5.BPK dan DPA Disamping lembaga-lembaga tinggi Negara diatas terdapat lembaga tinggi Negara yang lain yang wewenangnya cukup minim, yaitu BPK dan DPA. tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang.Adapun wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yaitu berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada pemerintah.

B.

Setelah Amandemen

1.

MPR MPR adalah Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK. Yang mempunyai fungsi legeslasi. pasca perubahan UUD 1945 Keberadaan MPR telah sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi melaksanakan sepenuhnya kedaulatan rakyat dan tidak lagi

berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi Negara dengan kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.

2.

Preisden Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum adanya amandemen dipilih oleh MPR , sedangkan setelah adanya amandemen UUD 1945 sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta pemilu. Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR melainkan bertanggung jawab langsung kepada Rakyat Indonesia. Konsekuensinya karena pasangan Presiden dan Wapres dipilih oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat kuat. Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatannya.

3.

DPR Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan dikukuhkan keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU yang memang merupakan karakteristik sebuah lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan sebelum perubahan yang menempatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan DPR terutama ketika berhubungan dengan Presiden.

4.

DPD DPD adalah Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik Indonesia.DPD dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.

5.

BPK yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. BPK Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.

6.

Mahkamah Agung lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan. di bawah MA terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Mahkamah Konstitusi MK Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.

7.

8.

Komisi Yudisial berdasarkan UU no 22 tahun 2004 Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon Hakim Agung.

You might also like