You are on page 1of 18

KARYA TULIS ARKEOLOGI

Peranan Arkeologi Dalam Pelestarian dan Pemanfaatan Peninggalan Bersejarah

Kelompok II SMA Negeri 1 Ambon

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan ini Di dalam penulisan ini, kami membahas tentang mengenal dan mengetahui peninggalan-peninggalan bersejarah yang telah terabaikan karena ketidaktahuan masyarakat oleh pentingnya peninggalan tersebut. Adapun karya tulis ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak antara lain orang tua, guru, teman-teman, serta instansi-instansi lain yang memberikan banyak informasi, masukan, serta bantuan baik secara spiritual maupun material. Kritik dan saran sangat kami harapkan sehingga penyusunan karya tulis yang sederhana ini dapat menjadi lebih baik. Seperti kata pepatah Tak ada

gading yang tak retak

Ambon, 25 Juni 2009

Kelompok II

Daftar Isi

Halaman Judul....................................................................................................................I Kata Pengantar...................................................................................................................III Daftar Isi............................................................................................................................IV Bab I : Pendahuluan 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang..................................................................................................1 Tujuan.................................................................................................................2 Manfaat..............................................................................................................2 Metode Penulisan.............................................................................................2 Rumusan Masalah.............................................................................................2

Bab II : Kerangka Teori 2.1 2.2 Landasan Teori.................................................................................................3 Hipotesa.............................................................................................................4

Bab III : ISI 3.1 3.2 Sumber data......................................................................................................5 Analisis dan pembahasan.................................................................................5

Bab IV : Penutup 4.1 4.2 Kesimpulan..........................................................................................................10 Saran...................................................................................................................10

Daftar Pustaka....................................................................................................................11

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Arkeologi berasal dari bahasa Yunani archaeo yang berarti kuna dan logos yang berarti ilmu. Nama arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalu kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Tujuan arkeologi sangat beragam diantaranya bertujuan untuk memahami budaya manusia, maka ilmu ini termasuk dalam kelompok ilmu humaniora. Secara khusus arkeologi mempelajari budaya masa silam yang sudah berusia tua, baik pada masa prasejarah (sebelum mengenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat bukti-bukti tertulis). Arkeologi memiliki beberapa manfaat, yang pertama untuk pembangunan di bidang pendidikan, yaitu untuk memperkokoh jati diri, kebanggan dan nasionalisme melalui pendidikan sejarah kejayaan, dan keluhuran bangsa pada masa lalu. Kedua, bagi pembangunan di bidang ilmu pengetahuan, yaitu untuk melengkapi sejarah kejayaan bangsa dan nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa pada masa lalu. Ketiga, untuk pembangunan di bidang pariwisata, yaitu menggali dan menyajikan berbagai macam peninggalan-peninggalan masa lalu untuk dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata budaya. Dari pengertian dan manfaat arkeologi di atas, tak dapat kita pungkiri bahwa arkeologi sangat erat kaitannya dengan kebudayaan masa lalu. Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Seperti yang kita ketahui, Maluku dengan ciri khas cengkeh dan pala, memiliki daya tarik tersendiri bagi bangsa asing diantaranya Portugis, Belanda dan Jepang. Tetapi sumber data mengenai keberadaan Portugis di Maluku tidak sebanding dengan Belanda dan Jepang. Masih banyak informasi yang belum diketahui oleh pemerintah daerah mengenai asal mula peninggalan bangsa Portugis. Sebagian besar peninggalan-peninggalan Portugis dianggap sebagai peninggalan Belanda dan Jepang. Keberadaan objek sejarah yang masih belum diketahui itu pun ternyata dapat membawa keuntungan bagi pendapatan daerah lewat pariwisata. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membahas persoalan tersebut sebagai bahan kajian dalam karya tulis.

1.2

Tujuan
Adapun Tujuan penulisan ini :

Mengetahui

peninggalan-peninggalan pemerintahan Portugis

bersejarah

pada

zaman

Mengenal lebih dalam sejarah Kota Ambon Memanfaatkan peninggalan-peninggalan bersejarah sebagai objek
pariwisata

Menambah pemasukan APBD Maluku lewat pemanfaatan peninggalan


bersejarah

1.3

Manfaat
Adapun Manfaat penulisan ini : Agar Masyarakat dapat menyadari pentingnya peninggalan bersejarah Menjadi inspirasi bagi para arkeolog muda untuk terus mencari dan melestarikan peninggalan bersejarah yang belum diketahui

1.4

Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan adalah tinjauan pustaka. Dengan metode ini, kami dapat memperoleh buku-buku yang dapat membantu kami dalam penyusunan karya tulis.

1.5

Rumusan Masalah
1) Apa hubungan Arkeologi dengan peninggalan pada masa lampau? 2) Bagaimana proses masuknya Portugis di Maluku? 3) Di mana letak peninggalan pada masa Portugis yang masih belum diketahui? 4) Kapan peninggalan itu didirikan? 5) Mengapa peninggalan tersebut didirikan? 6) Siapa yang mendirikan peninggalan tersebut? 7) Apa manfaat dari tujuan arkeologi terhadap penemuan bersejarah tersebut? 8) Bagaimana peran arkeologi dalam pembangunan daerah? 9) Siapa saja yang bertanggung jawab dalam melestarikan peninggalanpeninggalan bersejarah? 10) Bagaimana peranan masyarakat dalam pemanfaatan peninggalan tersebut? 11) Apakah peninggalan bersejarah dapat digunakan sebagai objek pariwisata? 12) Berapa persenkah jumlah pemasukan dari pariwisata terhadap APBD Maluku?

Bab II Kerangka Teori

2.1

Landasan Teori
Arkeologi mencakup jejak kegiatan manusia yang paling tua. Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda peninggalan masa lalu. Namun, bukan berarti semua benda masa lalu menjadi obyek yang dipelajari dalam arkeologi. Benda masa lalu yang dipelajari adalah benda yang memiliki nilai bersejarah. Kalau dalam ukuran tahun, berarti lebih dari 50 tahun. Selain itu, benda itu juga harus punya nilai untuk menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu: Misalnya peninggalan sebuah benteng oleh bangsa asing yang pernah menjajah daerah tersebut. Jadi, bukan hanya harta karun benda yang bernilai dalam ilmu arkeologi. Benteng-benteng yang tidak diketahui letaknya, itu juga penting. Karena benteng tersebut dapat memberikan banyak manfaat bagi kita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, benteng ialah bangunan tempat berlindung (dari serangan musuh) atau dinding (tembok) untuk menahan serangan. Benteng juga merupakan bangunan untuk keperluan militer yang dibangun untuk pertahanan sewaktu dalam peperangan. Benteng sudah dibangun oleh umat manusia sejak ribuan tahun yang lalu dalam berbagai bentuk dan pada akhirnya berkembang menjadi bentuk yang sangat kompleks. Benteng-benteng saat ini memiliki nilai yang tinggi karena merupakan Warisan Sejarah dan Budaya milik bersama dari beberapa negara bahkan juga termasuk Indonesia. Beberapa benteng di Indonesia dalam kondisi yang terpelihara dan dimanfaatkan dengan cukup baik, tapi lebih banyak jumlah benteng yang terbengkalai dan dalam kondisi memprihatinkan. Terdapat lebih dari 275 benteng pertahanan yang tersebar di seluruh Indonesia, baik di pulau-pulau besar hingga di kepualuan terkecil menjadi saksi perjalanan sejarah yang luar biasa, memiliki kondisi fisik yang beraneka ragam. Sebagai contoh benteng besar Victoria yang masih memiliki kondisi cukup baik, berdiri kokoh dan menjadi landmark kota yang sangat penting. Mengingat fungsinya sebagai bangunan pertahanan sekaligus untuk kegiatan perdagangan, maka benteng harus memperhatikan elemen-elemen dalam seni arsitektur militer. Selain itu penting untuk membuat rencana ruang-ruang untuk para pedagang, kantor, gudang untuk persediaan barang, gereja (tempat ibadah), rumah sakit dan tentu saja barak-barak bagi tentara, gudang amunisi, membuat

benteng menjadi sebuah bangunan yang merupakan sebuah kompleks atau kota kecil dengan berbagai fasilitas untuk komunitas di dalamnya. Bahkan dapat dikatakan sebuah pemukiman dari peradaban barat dalam sebuah lingkungan dengan iklim tropis timur. 2.2

Hipotesa
Masih banyak peninggalan dari bangsa Portugis di Maluku yang belum diketahui oleh masyarakat luas. Padahal peninggalan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai objek pariwisata dan membantu pemerintah dalam menambah APBD Maluku. Di sinilah peran dari Arkeologi sangat dibutuhkan dalam membantu dan membangun karakteristik sebuah daerah lewat peninggalan tersebut.

Bab III ISI

3.1

Sumber data
a. Sumber Data Data Sekunder : berupa buku-buku yang berkaitan dengan penulisan karya tulis dimaksud.

3.2

Analisis dan Pembahasan


Di Indonesia perkembangan arkeologi dimulai dari lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan. Sebagai salah satu komponen penegak kebudayaan bangsa maka arkeologi harus menentukan langkah-langkah yang menguntungkan bagi kehidupan bangsa kita. Benda-benda masa lalu yang ditemukan oleh arkeolog sebenarnya membawa keuntungan bukan hanya sekarang tapi untuk masa yang akan datang. Arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Arkeologi mempelajari kehidupan budaya masa lalu berdasarkan bukti-bukti penemuan artefak dan fosil. Dengan kata lain, arkeologi merupakan salah satu jembatan penghubung antara masa lalu dengan masa sekarang. Masa sekarang adalah endapan masa lalu sekaligus proyeksi masa depan. Selalu ada keterkaitan antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Ketiganya merupakan garis lurus yang saling mempengaruhi dan mengisi. Seperti kata orang Kota tanpa bangunan tua bagai manusia tanpa ingatan. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam, berbagai produk agrikultur iklim tropis dan tanah yang sangat subur, telah dikenal dan banyak menarik minat berbagai bangsa-bangasa di seluruh belahan dunia. Pada sekitar awal abad ke16, begitu banyak bangsa-bangsa asing datang ke Indonesia dan mengeksplorasi kekayaan alam kita. Rempah-rempah, kayu dan barang tambang adalah salah satu dari berbagai komoditi yang menarik pada masa itu. Untuk sejumlah alasan beberapa bangsa asing tersebut berupaya untuk mempertahankan kedudukannya dan memonopoli usaha dagang di Indonesia. Portugis, Belanda dan Jepang sebagai negara-negara yang pernah singgah ke Indonesia, membangun kubu-kubu pertahanan atau benteng dalam upaya mempertahankan keamanan mereka dalam berdagang. Benteng-benteng saat ini memiliki nilai yang tinggi karena merupakan Warisan Sejarah dan Budaya milik bersama dari beberapa negara yang telah disebutkan di atas dan bahkan juga

termasuk Indonesia. Beberapa benteng di Indonesia dalam kondisi yang terpelihara dan dimanfaatkan dengan cukup baik, tapi lebih banyak jumlah benteng yang terbengkalai dan dalam kondisi memprihatinkan. Hal ini juga terjadi di Kota Ambon. Ambon yang kaya akan hasil alamnya pernah mengalami penjajahan yang begitu luar biasa oleh bangsa asing. Begitu banyak peninggalan yang masih terbengkalai bahkan belum diketahui. Ambon yang oleh orang Portugis disebut Amboina, oleh masyarakat setempat disebut Ambon, termasuk salah satu kepulauan Sunda. Letaknya pada pusat kawasan Moluxe (Maluku), 320 mil arah ke timur dari Batavia yaitu ibukota Belanda di Pulau Jawa besar dengan koordinat antara 30 dan 40 LS dan 1450BT dari Canarien. Amboina terbentuk oleh dua buah pulau yang menjadi satu oleh sebuah tanah genting yang sempit di desa Baguala. Bagian yang terbesar disebut pesisir Hitu yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang beragama Islam dan bagian yang lebih kecil berada di bagian selatan yang dinamakan Leitimor yang seluruh penduduknya beragama Kristen. Bangsa Portugis di bawah pimpinan Fransisco Serravo dengan delapan anak buahnya terdampar di Pulau Nusapenydiu*(1512) lalu berhasil sampai di ujung barat pantai wilayah Hitu dekat Asilulu. Karena penerimaan yang baik, kapal kapal Portugis yang menyinggahi pantai itu memutuskan untuk menunggu angin yang memungkinkan mereka pulang ke Malaka. Menurut sumber Belanda rakyat setempat memberikan kepada mereka suatu tempat kediaman di dekat muara sungai Pikapoli (Rikapolij). Tetapi hubungan tersebut tidak berjalan dengan baik karena sebagian penduduk Hitu yang beragama islam tidak menyukai Portugis yang beragama Kristen Katolik dan mereka berusaha juga untuk menguasai cengkih yang berada disana. Sementara itu kapal Portugis yang memasuki teluk amboina berhasil menjalin persahabatan yang lebih baik dengan penduduk Hative yang saat itu belum beragama. Menyadari hal itu orang Hitu berusaha membujuk Portugis tetapi Portugis mengetahui bahwa mereka sudah tidak dikehendaki di Hitu maka mereka meninggalkan daerah tersebut. Dengan seorang penunjuk jalan asal Hukunalo, mereka pindah ke suatu tempat (Tanjung Manis) dan tetap berada kawasan teluk Amboina sampai armada Portugis dibawah pimpinan Jacobus Lupius Asevedius mendarat di Ambon. __________________________________________________________________
Catatan:*Nusapenyu adalah beberapa pulau kecil yang datar, yang dari jauh tidak terlihat. Terletak tepat
pada rute pelayaran dari jawa ke Banda 25 mil sebelah selatan menenggara dari pulau Ambon terbagi atas dua kelompok yang terhubung melalui terumbu karang nama Nuusapinyo diambil dari bahasa Melayu yang berarti Kepulauan Penyu. Kepulauan ini tidak berpenghuni dan terdapat banyak penyu.

Ketika Anthonius Calvarus memegang pemerintahan Portugis di Ternate ternyata kehadiran orang-orang asing di Maluku sudah bertambah sehingga

mengganggu perdagangan cengkih yang dilakukan Portugis. Oleh sebab itu, kapten Jacobus Lupius Asevedius diperintahkan berlayar menuju Amboina dengan tujuan untuk mengusir orang-orang asing yang berada di Ambon. Armada ini tiba di Amboina pada tahun 1538. Dengan paksa pertama tama mereka merebut Mamala yang sebelumnya merupakan salah satu pusat kekuatan mereka. Kemudian seluruh pesisir Hitu. Portugis terus mendesak sampai ke Teluk Ambon di mana mereka berhasil menemukan orang-orang Portugis yang sedang mengembara melarikan diri dari pesisir Hitu. Orang orang tersebut adalah orang Portugis yang di bawah pimpinan Gocalo Pereira Marramaque. Mereka sebelumnya berlayar ke Ternate, tetapi angkatan lautnya begitu dilemahkan, sehingga dia berarah ke Filipina (1567) tetapi perjalanannya gagal. Akhirnya tahun 1568 ia tiba di Ambon dan kemudian pada tahun 1569 ia mulai membangun benteng. Menurut pandangannya tempat terbaik untuk benteng itu adalah Hila di pantai Hitu utara dengan tujuan untuk mengawasi kampung pemberontak. Marramaque meninggal pada tahun 1572, tetapi sebelum itu ia mengangkat Joavo da Silva sebagai laksamana dan Sancho de Vazconcello sebagai kapten dari benteng. Da Silva menganggap situasi Portugis begitu jelek dan mengusulkan untuk meninggalkan Ambon. Namun, Vazconcello mempertahankan dengan gigih bahwa ia tidak boleh dan tidak akan pernah mengkhianati orang-orang Kristen di Ambon dengan meninggalkan mereka begitu saja. Rempah-rempah bukan satu-satunya kepentingan. Akhirnya da Silva menytakan bahwa ia sendiri akan berlayar ke Malaka untuk menyusun suatu eskader bantuan. Ia menyerahkan seluruh pimpinan ke de Vazconcello untuk membangun benteng baru. Demikian de Vazconcello tinggal di Ambon dengan 100 laskar Portugis dan beberapa kapal. Ia segera membangun suatu kubu sementara di pantai sebelah Leitimor dari teluknya, di seberang dari tanjung Martafons yang membagi teluk itu bagian dalam dan luar. Di daerah Galala. Karena benteng tersebut digunakan untuk menampung para pelarian yang kampungnya sudah dihancurkan maka muncullah istilah orang-orang merdeka atau yang disebut maredheyka(dalam buku Valentijn). Kemudian dia membangun lagi sebuah benteng ke selatan dari kubu sementara tadi. Di daerah Batu Merah (UritetuPortugis RodenbergBelanda). Selama tiga tahun Vazconcello dia tinggal di benteng ini. Dari sini, ia mengarahkan serangan membalas Haruku Utara, Seram Selatan, Banda serta Saparua dan di sini ia mempertahankan diri melawan ekspedisiekspedisi sekutu Ternate. Diantaranya ia sudah mencita-citakan pembangunan benteng yang lebih kuat dan permanen di Ambon, lebih-lebih oleh karena situasi dari benteng Portugis di Ternate semakin gawat. Karena letaknya yang tidak begitu strategis, ia memutuskan untuk memindahkan letak benteng tersebut. Tempat ini terlalu dekat dengan suatu barisan bukit sehingga tidak dapat melindunginya dari belakang dan menciptakan kesempatan bagi musuh untuk menghampiri benteng secara terssembunyi. Sedikit ke selatan, di tempat hutan sagu yang oleh Rumphius diberi nama Honipopu, terletak dataran pantai yang lebih luas. Inilah tempat yang dipilih Vazconcello.

Dimulai dengan pembangunan tempat api untuk membat kapur, mengumpulkan batu-batu dan kemudian meletakkan dasar untuk benteng baru. Baru saja pekerjaan ini mulai berlangsung, benteng ternate direbut oleh BaabUllah, yang menolak untuk mengembalikannya sebelum pembunuh ayahnya diserahkan. Raja muda di Goa menyerah dan mengirim kapten Diogo Lopes de Mesquita. Tetapi orang-orang Jepara merebut kapal yang sedang berlabuh di pangkalan mereka dan membunuh semua anak buahnya termasuk de Mesquita. Benteng Ternate runtuh pada akhir Desember 1575 dan tidak lama sesudahnya Baab-Ullah mengirim suatu utusan ke Ambon yang melaporkan bahwa pembangunan benteng yang baru sudah cukup maju. Selain itu, mereka mempunyai berita sebuah kapal Portugis yang berlabuh di Ambon sampai 15 Juli 1576 yang anak buahnya membantu untuk menyelesaikkan pembangunan. Diberitahukan pula bahwa 4 bulan sesudah diletakkan dasar, para laskar dapat pindah ke bangunan baru. Namun peletakkan dasar ini dimulai 2 kali, sebab Vazconcello dengan mendadak harus mengumpulkan pasukannya untuk menaklukkan sejumlah kampong yang memihak kepada Ternate. Pekerjaan pun ditunda beberapa bulan. Tidak dapat diragukan bahwa tempat benteng itu dibangun adalah cikal bakal kota Ambon sekarang. Tidak ada berita mengenai diletakkannya batu pertama seperti di Ternate (24 Juni 1522) dan Tidore (6 Januari 1578). Satusatunya berita ialah bahwaproses itu dimulai akhir 1575 dan bahwa benteng itu dapat diduduki sekita Juni atau Juli 1576. Bahkan diberitahukan bahwa gedung ini diselesaikan tahun 1588. Nama yang diberikan rakyat kepada benteng ini ialah Benteng Kota Laha yang dalam bahasa Portugis Nossa Senhora da Annuciada. Sesudah perebutan oleh orang-orang Belanda di bawah pimpinan Steven van der Haghen pada tahun 1605 namanya menjadi Kasteel Victoria. Dari uraian di atas, tak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak peninggalan dari bangsa asing yang belum diketahui. Arkeologi menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan sejarah, sebagai bukti peradaban bangsa di masa lampau. Menyikapi pentingnya nilai sejarah dan budaya yang dimilikinya, benteng-beneng sebagai benda cagar budaya haruslah dikonservasi. Di sinilah peranan arkeologi sangat bermanfaat dalam penemuan bersejarah. Arkeologi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa sekarang memiliki manfaat yang sangat besar. Benteng-benteng yang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan dan dilestarikan membutuhkan peran arkeologi yaitu, sebagai jalan untuk membentuk karakteristik suatu bangsa khususnya suatu daerah. Karakteristik yang dimaksud di sini ialah peninggalan benda-benda masa lalu yang merupakan hasil karya (buatan tangan) oleh para leluhur kita. Dengan kata lain arkeologi merupakan upaya pewarisan pengalaman sejarah yang menjadi cerminan bagi generasi muda. Dalam hal ini kesadaran masyarakat akan nilai bangunan dan kawasan bersejarah sangat diperlukan. Kehancuran berbagai peninggalan bersejarah merupakan urusan sebuah bangsa. Oleh sebab itu, tanggung jawab pengolahan dan pelestarian benda-benda bersejarah tidak hanya pada arkeolog, arsitek,

pemerintah, tetapi semua komponen masyarakat. Apalagi di zaman yang sudah mengalami kemajuan IPTEK yang begitu pesat mengakibatkan masyarakat cenderung bersikap acuh tak acuh terhadap peninggalan bersejarah. Padahal, peninggalan bersejarah merupakan suatu komponen yang penting bagi kita untuk mengetahui asal usul atau perkembangan dari masa ke masa. Dalam proses pemugaran maupun pemanfaatan benteng-benteng tersebut di masa yang akan datang melibatkan berbagai komponen. Organisasi pelestarian, ahli-ahli dalam bidangnya, perangkat masyarakat maupun masyarakat sendiri akan berperanserta dalam kegiatan yang dimaksud. Selain itu mengembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti benteng (yang berlokasi dekat dengan tempat mereka tinggal dan beraktivitaas setiap hari) dan lingkungan sekitarnya sangatlah bermanfaat. Ini merupakan sebuah wacana yang sangat penting karena masyarakat yang tinggal di sekitar benteng memiliki peran penting dan bertanggung jawab untuk turut serta melindungi dan memelihara bangunan serta kawasan bersejarah kotanya. Pada akhirnya hal ini akan menjadi sebuah kerja sama yang menguntungkan dan mendukung antara pemerintah, para ahli dan masyarakat dalam membuat sebuah program dan kegiatan pemugaran yang berkualitas di masa yang akan datang. Karena penggunaan benteng untuk fungsi baru di masa yang akan datang tidak hanya berpengaruh secara spiritual namun terlebih-lebih diharapkan dapat memiliki dampak positif terhadap pengembangan ekonomi masyarakat daerah. Hal ini didasarkan pada UU No.5 Tahun 1992 tentang bendabenda arkeologi. Dengan pelestarian dan perbaikan kerusakan terhadap arsitekturnya tanpa menghilangkan ciri khas benteng, maka dapat dimanfaatkan sebagai objek pariwisata yang membawa keuntungan besar. Sesuai dengan UU No.9/1990 tentang Kepariwisataan, UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Hasil survei mengatakan bahwa 35.71% APBD diperoleh dari pengembangan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hal ini menunjukkan bahwa Pariwisata juga memiliki peranan penting dalam pembangunan daerah. Untuk itulah, pemanfaatan dan pelestarian peninggalan-peninggalan bersejarah sangat penting.

Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: Indonesia memiliki banyak aset peninggalan bersejarah yang memiliki nilai budaya luhur yang tinggi. Salah satunya Ambon. Bekas jajahan Portugis ini tak disangka memiliki banyak sekali peninggalan yang masih dapat dijadikan objek pariwisata. Antara lain di desa Batumerah dan daerah Galala. Tak disangka bahwa masih ada peninggalan Portugis di daerah tersebut. Padahal peninggalan tersebut bisa saja dijadikan salah satu objek pariwisata dan membantu pemerintah dalam menambah APBD Maluku. Di sinilah peran dari Arkeologi sangat dibutuhkan dalam membantu dan membangun karakteristik sebuah daerah lewat peninggalan tersebut.

4.2

Saran
Arkeologi hendaknya menjadi sebuah jalan bagi generasi muda untuk mencari dan menemukan yang telah hilang

"Masyarakat harus menyadari perannya sebagai salah satu komponen dalam sejarah"

Daftar Pustaka
De Franca, Pinto.1970.Portuguese Influence In Indonesia.Jakarta:Gunung Agung Leirissa, Dr.R,dkk.Z.2004.Ambonku.Pemerintah Kota Ambon ----------------.1996.Sejarah Asal Usul dan Terbentuknya Negeri-Negeri di Pulau Ambon. Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku:Perum Percetakan Negara Cabang Ambon. Ricklefs, M.C.2001.Sejarah Indonesia Modern 1200-2004.Jakarta:PT Ikrar Serambi Rumphius, Georgius Everhardus.de Ambonsche Historie Abdurrachman, Paramita R,dkk.1973. Bunga rampai sejarah Maluku(1) .Jakarta: Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional
http://komunitaspaduraksa.wordpress.com/2008/12/24/mengenal-arkeologi/ http://www.tvone.co.id/berita/view/11745/2009/04/16/papua_kaya_situs_arkeologi http://id.wikipedia.org/wiki/Benteng http://www.bentengindonesia.org/bAV.php?p=bBI

http://www.csis.or.id/feature_view.asp?tab=0&id=67 http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/01/20/14091899/virtual.arkeologi.menghi dupkan.yang.sudah.mati

Upaya ini, menurut dia, mulai berhasil sebab sektor pariwisata telah masuk sebagai salah satu pilar perekonomian Sumbar mulai tahun ini sehingga pembangunan daerah ini mulai diarahkan untuk memacu industri pariwisata di daerah ini. Memasukkan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar perekonomian utama di daerah ini, menurut dia, cukup beralasan mengingat sektor pariwisata memperlihatkan peningkatan secara signifikan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Hal ini didasarkan pada UU No.5 Tahun 1992 tentang benda-benda arkeologi.

Ide untuk melaksanakan proyek dokumentasi benteng-benteng bersejarah di seluruh kepulauan di Indonesia, digagas oleh pihak Direktorat Purbakala dan Permuseuman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Proyek ini merupakan sebuah kerja sama antara Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) selaku institusi berbadan hukum non pemerintah di Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Purbakala dan Permuseuman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (BudPar). Dalam pelaksanaannya PDA akan bekerja sama pula dengan Passchier Architect and Consultan (PAC) sebagai institusi non pemerintah di Belanda. PAC berperan sebagai counterpart PDA terutama dalam melakukan hal melakukan penelitian arsip dan pendanaan. Ditinjau dari segi fungsi dan peranan masing-masing institusi serta demi kemudahan birokrasi dan administrasi, MOU akan dibuat secara terpisah yakni antara PDA dan Budpar dan MOU antara PDA dan PAC. Namun sebagai penggagas ide, Direktorat Purbakala dan Permuseuman Departemen Kebudyaan dan Pariwisata memegang peranan penting dalam proyek ini; yakni sebagai institusi pemerintah yang memiliki wewenang dalam memiliki, mengelola, memelihara dan memugar bangunan bersejarah sebagai aset warisan budaya yang tercantum dalam UU no.5/1992 mengenai Bangunan dan Kawasan Cagar Budaya. Proposal proyek ini adalah produk atas usaha kerja sama pihak Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dinas Perlindungan dan Pemugaran, PDA dan PAC. Pemugaran Demi Masa Depan Menyikapi pentingnya nilai sejarah dan budaya yang dimilikinya, benteng-beneng sebagai benda cagar budaya haruslah dikonservasi. Dokumentasi adalah sebagai langkah awal dalam proses pemugaran yang sangat penting untuk menghadapi berbagai situasi kritis yang mungkin terjadi sewaktu-waktu. Isi dan kualitas dokumentasi berdasarkan standard internasional serta mengacu pada UU Cagar Budaya. Dokumentasi ini akan menghasilkan sebuah data base yang komperehensif yang memiliki nilai untuk diaplikasikan dengan mudah dalam proses pemugaran maupun adative re-use benteng-benteng tersebut di masa yang akan datang. Berbagai universitas, organisasi pelestarian dan ahli-ahli dalam bidangnya akan berperanserta dalam kegiatan penelitian dan tim evaluasi. Kegiatan utama dalam proyek ini adalah pekerjaan survey lapangan ke berbagai lokasi dan penelitian arsip baik di Indonesia maupun di Belanda. Mengingat benteng merupakan bangunan yang cukup unik maka untuk survey dan pengumpulan data di lapangan diperlukan sebuah uji coba dan pelatihan untuk format inventarisasi dan dokumentasi yang sesuai. Setelah proses awal pendokumentasian selesai dilaksanakan, akan dihasilkan sebuah Laporan Analisis mengenai hasil survey lapangan tersebut. Metodologi yang dipakai dalam setiap prosesnya akan melalui sebuah evaluasi, karena sangat penting untuk menjamin sebuah hasil yang berkualitas. Setelah proposal disetujui, akan dibuat sebuah TOR (Term of Reference) berisi informasi yang lebih mendetail mengenai berbagai proses berbagai pekerjaan, logistik dan rencana, yang akan dibuat oleh kerja sama ke dua pihak. Program Jangka Panjang Berkelanjutan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, proyek dokumentasi ini digagas oleh Direktorat Purbakala dan Permuseuman, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sebagai institusi

pemerintah yang memiliki wewenang dalam memelihara dan memugar bangunan bersejarah sebagai aset warisan budaya yang tercantum dalam UU no.5/1992 mengenai Bangunan dan Kawasan Cagar Budaya. Hasil dan keluaran dari proyek ini adalah sebuah data base inventarisasi berdasarkan data survey lapangan dan studi literatur (arsip). Metodologi survey dan transparansi dari setiap produk dokumentasi merupakan jaminan bahwa hasil dari kegiatan ini nantinya akan menjadi sebuah proyek yang berkelanjutan dan dapat dimanfaatkan dalam proses pemugaran selanjutnya (lihat gambar 2). Selain itu, salah satu potensi dari hasil proyek ini adalah sebuah data base bangunan bersejarah yang dapat dilegitimasi (diregistrasi dan disertifikasi) oleh Undang-undang sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah (masuk dalam Daftar Bangunan Cagar Budaya yang diliindungi oleh Undang-undang), dan ini akan mempermudah pula proses konservasi benteng di masa yang akan datang. Sebagai contoh, jika benteng-benteng tersebut telah dilindungi oleh Undang-undang, maka ancaman terhadap pengrusakan dan penghancuran juga dapat diminimalisasi. Oleh karena itu akan menjadi tugas Sub-Din Registrasi dan Penetapan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk menindaklanjuti hasil proyek ini. I.4. Kesadaran Masyarakat Proyek ini nantinya juga akan berfungsi untuk mengembangkan kesadaran masyarakat, dalam hal ini kesadaran akan nilai bangunan dan kawasan bersejarah, karena nantinya dalam proses survey lapangan akan melibatkan pula kerja sama antara masyarakat sekitar lokasi benteng, kantor-kantor UPT, gerakan atau organisasi pelestarian, pemerintah daerah, universitas dan institusi lainnya yang terkait. Setelah proyek ini selesai, sebuah pameran sederhana dan seminar untuk umum akan diselenggarakan, serta akan diadakan launching produk publikasi populer. Seminar akan membahas mengenai benteng yang berkaitan sebagai objek bangunan cagar budaya dan pengembangan serta pemanfaatannya kembali untuk fungsis baru. Pembangunan Berbasis Masyarakat Pembangunan Berbasis Masyarakat merupakan elemen yang sangat penting saat ini. Dalam melaksanakan proses survey lapangan, sangat penting melibatkan masyarakat setempat (komunitas lokal), yakni penduduk yang tinggal berdekatan di sekitar lokasi benteng. Bukan hanya sebagai salah satu nara sumber dalam pengumpulan data inventarisasi (khusunya data sosial, budaya dan ekonomi), tapi juga menstimulasi dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti benteng (yang berlokasi dekat dengan tempat mereka tinggal dan beraktivitaas setiap hari) dan lingkungan sekitarnya, sebagai bangunan dan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dipelihara dengan baik. Ini merupakan sebuah wacana yang sangat penting karena masyarakat yang tinggal di sekitar benteng memiliki peran penting dan bertanggung jawab untuk turut serta melindungi dan memelihara bangunan dan kawasan bersejarah kotanya. Pada akhirnya hal ini akan menjadi sebuah kerja sama yang menguntungkan dan mendukung antara pemerintah, para ahli dan masyarakat dalam membuat sebuah program dan kegiatan pemugaran yang berkualitas di masa yang akan datang. Karena penggunaan benteng untuk fungsi baru di masa yang akan datang tidak hanya berpengaruh secara spiritual namun terlebih-lebih diharapkan dapat memiliki dampak positif terhadap pengembangan ekonomi masyarakat daerah.

Pendidikan dan Komitmen Sebuah tim yang terdiri dari tenaga ahli di bidangnya masing-masing akan berperan serta dalam proyek ini. Selama proses survey (baik lapangan maupun studi literatur), akan dimungkinkan bagi para mahasiswa untuk terlibat pula dalam proyek ini sebagai peserta dalam program pendidikan dan pelatihan. Dapat digarisbawahi bahwa pentingnya penyebaran ilmu dengan adanya para tenaga ahli terlibat dalam proyek ini dapat dilakukan melalui kuliah terbuka mengenai benteng-benteng di beberapa universitas di daerah. Proyek ini nantinya akan berdampak lebih luas dan berkelanjutan terutama untuk tujuan pendidikan sebagai salah satu program nasional yang sangat penting. PROUDLY PRESENT BY

You might also like