You are on page 1of 2

Seperti di negara-negara berkembang lain, pendek [stunting = retardasi pertumbuhan linier dengan defisit dalam panjang badan sebesar

-2Z atau lebih menurut baku rujukan pertumbuhan World Health Organization/National Center for Health Statistics (WHO/NCHS)] di Indonesia merupakan hal yang umum terjadi. Prevalensi stunting pada bayi dan anak-anak masih cukup tinggi sebagai akibat asupan gizi yang tidak adekuat.(1) Stunting disebabkan oleh kumulasi episode stres yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh). Hal ini mengakibatkan menurunnya pertumbuhan apabila dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung. Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental.(2) Oleh karena itu, stunting merupakan indikator sensitif untuk sosioekonomi yang buruk dan prediktor untuk morbiditas serta mortalitas jangka panjang. Sementara berkembang konsensus tentang sebab-sebab dan konsekuensi stunting. Perdebatan terus berlanjut tentang apakah faktor genetik atau lingkungan yang lebih berpengaruh terhadap

pertumbuhan, dan kriteria yang harus dipergunakan untuk mendefinisikan stunting pada kelompok populasi yang berbeda. Sebuah studi yang dilakukan di Indonesia pada anak-anak pra-sekolah menunjukkan status sosioekonomi berpengaruh terhadap pertumbuhan anak.(3) Penemuan ini mendukung perlunya satu standar pertumbuhan untuk semua kelompok ras dan etnis.(4) Di pihak lain ada pendapat yang menyatakan bahwa gen mempunyai peran terhadap variasi ukuran tubuh antar individu dalam suatu kelompok etnis, dan gen ini mempunyai pengaruh yang kuat pada pertumbuhan dalam beberapa tahun pertama kehidupan.(5)

You might also like