You are on page 1of 5

Angina Ludwig ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon yang progresif dengan tanda khas

berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses dan tidak ada limfadenopati, sehingga keras pada perabaan submandibula.
Kulkarni A H, Pai S D, Bhattarai B, Rao S T, Ambareesha M. Ludwigs Angina and airway consideration : a case report. [serial online] June 2008 [cited 2009 Feb 03]; Cases Journal 2008, 1:19. Available from: URL: http://www.casesjournal.com/content/1/1/19

Kebanyakan kasus angina Ludwig dapat terjadi pada orang sehat secara dini. Dengan terdapat faktor predisposisi berupa diabetes mellitus, neutropenia, alkoholik, anemia aplastik, glomerulonefritis, dermatomyositis, dan sistemik lupus eritematosus. Penderita terbanyak berkisar antara umur 20-60 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi sejak 12 hari-84 tahun. Kasus ini dominan terjadi pada laki-laki (3:1 sampai 4:1)
Hartman jr,R W. Ludwigs Angina in Children. [serial online] July 1999 [cited 2009 Feb 05]; Vol.60/No.1. Available from: URL:http://www.aafp.org/afp/990700ap/contents.html

Meskipun diagnosis angina ludwig dapat diketahui berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, beberapa metode pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiografi, USG, CT Scan, dan MRI dapat berguna untuk menegakkan diagnosis. 1. Laboratorium Pemeriksaan darah : tampak leukositas yang mengindikasikan adanya infeksi akut. Pemeriksaan waktu bekuan darah penting untuk dilakukan tindakan insisi drainase. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas : untuk menentukan bakteri yang menginfeksi (aerob dan/atau anaerob) serta menentukan antibiotik dalam terapi. 2. Radiografi Walaupun radiografi foto polos daroi leher kurang berperan dalam mendiagnosis atau menilai dalamnya abses leher, foto polos ini dapat menunjukkan luasnya pembengkakan jaringan lunak. Radiografi dada dapat menun jukkan perluasan proses infeksi ke mediastinum dan paru-paru. Foto panoramik rahang dapat membantu menentukan letak fokal infeksi atau abses, serta struktur tulng rahang yang terinfeksi

3. USG USG dapat menunjukkan lokasi dan ukuran pus, serta metastasis dari abses. USG dapat membantu diagnosis pada anak karena bersifat noninvasif dan nonradiasi. USG juga membantu pengarahan aspirasi jarum untuk menentukan letak abses.

4. CT-Scan CT-Scan dapat memberikan evaluasi radiologik terbaik pada abses leher dalam. CT-Scan dapat mendeteksi akumulasi cairan, penyebaran infeksi serta derajat obstruksi jalan napas sehingga dapat membantu dalam memutuskan kapan dibuthkannya pernapasan buatan.
5. MRI MRI menyediakan resolusi lebih baik untuk jaringan lunak dibandingkan dengan CT-Scan. Namun, MRI memilik kekurangan dalam prosesnya yang lebih lama sehingga membahayakan bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam bernapas
Winters, S. A review of ludwigs angina for nurse practitioners. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners. Vol. 15. December 2003. Lemonick, DM. Angina ludwigs : Diagnosis and treatment. Hospital Phisician. 2002. p. 31-37.

Prognosis Angina Ludwig tergantung pada kecepatan proteksi jalan napas dan kemudian pemberian antibiotik. Angina Ludwig dapat berakibat fatal karena membahayakan jiwa. Kematian pada era preantibiotik adalah sekitar 50%. Namun dengan diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani, pemberian antibiotik intravena yang adekuat, penanganan dalam ICU, penyakit ini dapat sembuh tanpa mengakibatkan komplikasi. Dengan begitu angka mortalitas juga menurun hingga kurang dari 5%.
Lemonick, D M. Ludwigs Angina : Diagnosis and treatment. [serial online] July 2002 [cited 2009 Feb 03]; Clinical review Article. Available from: URL:http://www.turner-white.com

You might also like