Professional Documents
Culture Documents
Aloysius Mering Penyunting Bahasa A.A. Ketut Budiastra Layout Arie Susanty
vii
berkelanjutan. Seperti telah dijelaskan, mata kuliah ini memiliki manfaat dan relevansi dalam mendukung keempat kompetensi tersebut. Dalam bahan ajar cetak ini kemampuan tersebut dijabarkan dalam sembilan kompetensi dasar yang terurai dalan sembilan unit. Masing-masing unit tertata dalam peta kompetensi yang disusun menurut urutan kemampuan yang harus dikuasai mahasiswa yaitu: Unit 1: membahas tentang konsep dasar asesmen yang berisikan: pengertian pengukuran, penilaian, dan tes, fungsi, tujuan, prinsip-prinsip asesmen, ruang lingkup, jenis, dan teknik asesmen pembelajaran serta taksonomi hasil belajar. Unit 2: membahas standar penilaian BSNP yang berisikan: latar belakang Standar Penilaian Pendidikan sebagai standar nasional penilaian pendidikan, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar menurut SNP, serta bagaimana pro kontra pelaksanaan standar penilaian menurut SNP. Unit 3: tentang prosedur asesmen pembelajaran di SD yang meliputi bagaimana prosedur dan langkah pokok asesmen pembelajaran di SD. Unit 4: membahas pengembangan tes sebagai instrumen asesmen, meliputi jenisjenis instrumen asesmen, pengertian, jenis, dan langkah-langkah menyusun tes, kriteria tes yang baik, serta bagaimana mengembangkan tes. Unit 5: membahas bagaimana mengembangkan instrumen non tes, yang meliputi instrumen asesmen autentik dan asesmen alternatif serta bagaimana mengembangkan dan melaksanakan instrumen non tes tersebut. Unit 6: membahas analisis hasil asesmen yang meliputi pengertian skor dan nilai, merubah skor menjadi nilai dengan berbagai skala, distribusi dan standardisasi nilai serta menginterpretasikan hasil asesmen. Unit 7: membahas refleksi terhadap proses dan hasil asesmen yang meliputi pencermatan terhadap kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar, bagaimana melakukan self evaluation terhadap proses belajar yang telah dilakukan, faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan bersama pihak-pihak terkait dan langkah-langkah optimalisasi proses dan hasil belajar. Unit 8: membahas tentang tindak lanjut hasil asesmen yang berupa perbaikan rencana pembelajaran, upaya optimalisasi proses pembelajaran, serta pelaksanaan pembelajaran remidi. Unit 9: meliputi uraian tentang jenis dan model laporan asesmen proses dan hasil belajar, siapa saja pengguna laporan asesmen, dan bagaimana mengkomunikasikan berbagai jenis laporan asesmen proses dan hasil belajar. viii
Assesmen pembelajaran di SD
Bahan ajar cetak ini dapat bermanfaat secara maksimal dengan: (1) mengkaji uraian konseptual, (2) mencermati contoh dan ilustrasi yang tersedia, (3) mengerjakan evaluasi formatif yang ada pada setiap akhir unit, (4) melakukan latihan sesuai dengan petunjuk yang ada dan buku ini dilengkapi dengan web dan video. Untuk memperjelas hal di atas silakan Anda membaca silabus mata kuliah yang ada di bagian lain buku ini. Dalam buku ini ada tes formatif di setiap akhir subunit untuk melihat ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Kunci dan rambu-rambu jawaban ada di akhir setiap unit, agar mahasiswa dapat membandingkan jawabannya dengan kunci dan rambu-rambu yang sudah disiapkan. Evaluasi materi banyak menggunakan portofolio untuk melihat perkembangan mahasiswa dengan tugas-tugas yang diberikan dalam buku cetak ini. Tugas yang sudah Anda kerjakan dapat dikirimkan lewat e-mail atau dikirim langsung ke dosen pembina mata kuliah.
ix
Kata Pengantar
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) memiliki ciri utama keterpisahan ruang dan waktu antara mahasiswa dengan dosennya. Dalam PJJ, keberadaan bahan ajar memiliki peran strategis. Melalui bahan ajar, mahasiswa secara mandiri mampu belajar, berefleksi, berinteraksi, dan bahkan menilai sendiri proses dan hasil belajarnya. Paket bahan ajar PJJ S1 PGSD ini tidak hanya berisi materi kajian, tetapi juga pengalaman belajar yang dirancang untuk dapat memicu mahasiswa untuk dapat belajar secara aktif, bermakna, dan mandiri. Paket bahan ajar ini dikemas secara khusus dalam bentuk bahan ajar hybrid yang meliputi: a. b. c. d. Bahan ajar cetak, Bahan ajar audio, Bahan ajar video, serta Bahan ajar berbasis web.
Seluruh paket bahan ajar ini dikembangkan oleh Konsorsium PJJ S1 PGSD yang terdiri dari 23 Perguruan Tinggi (PT), yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas Katolik Atmajaya, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Tanjungpura, Universitas Nusa Cendana, Universitas Negeri Makassar, Universitas Cendrawasih, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Universitas Pattimura, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Negeri Jember, Universitas Lampung, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Mataram, Universitas Negeri Semarang, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Negeri Solo, dan Universitas Haluoleo. Proses pengembangan bahan ajar ini difasilitasi oleh SEAMOLEC. Semoga paket bahan ajar ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program PJJ S1 PGSD di tanah air.
Unit
aldo
Asesmen pembelajaran di SD
1-1
Demikian juga dalam Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) disebutkan 5 kemampuan pokok guru yaitu kemampuan untuk: (1) merumuskan indikator keberhasilan belajar, (2) memilih dan mengorganisasikan materi, (3) memilih sumber belajar, (4) memilih mengajar dan (5) melakukan penilaian. Masih banyak lagi model yang menggambarkan kemampuan dasar mengajar ini, namun demikian nampak dengan jelas bahwa pada semua profil kemampuan tersebut selalu mencantumkan dan mempersyaratkan kemampuan tenaga pengajar untuk mengevaluasi hasil belajar, sebab kemampuan mengevaluasi hasil belajar memang merupakan kemampuan dasar yang mutlak dimiliki oleh tenaga pengajar. Mengingat begitu pentingnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam mengevaluasi kegiatan dan hasil belajar, maka dalam buku ini secara berurutan akan dibahas prinsip-prinsip dasar serta langkah-langkah untuk mengantarkan para pendidik mendalami pengetahuan dan pedoman tentang bagaimana cara mempersiapkan dan melaksanakan evaluasi hasil belajar yang baik. Pada bagian pertama ini akan dibahas secara umum hal-hal yang berkenaan dengan prinsip dasar asesmen proses dan hasil belajar, yang meliputi: (1) pengertian asesmen hasil belajar, (2) tujuan dilakukannya asesmen, (3) dan pelaksanaan asesmen hasil belajar. Setelah membaca dan membahas uraian tersebut mahasiswa diharapkan dapat mencapai indikator-indikator keberhasilan yaitu dapat: 1. menjelaskan manfaat mempelajari evaluasi bagi guru; 2. menjelaskan dengan contoh pengertian pengukuran, penilaian dan tes dalam konteks asesmen; 3. menjelaskan fungsi asesmen; 4. menjelaskan tujuan asesmen; 5. menjelaskan prinsip-prinsip asesmen; 6. menjelaskan ruang lingkup asesmen; 7. menjelaskan jenis asesmen; dan 8. menjelaskan teknik asesmen pembelajaran. Unit 1 ini dapat dipahami secara optimal melalui kegiatan tatap muka dan kerja mandiri. Untuk keperluan tersebut unit ini dilengkapi dengan web. Setiap akhir unit disertai dengan tes formatif untuk melihat ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Kunci dan rambu-rambu jawaban tes formatif ada di akhir setiap unit. Dengan demikian setiap pebelajar dapat mencocokkan jawabannya. Untuk melihat perkembangan mahasiswa atas tugas-tugas yang diberikan dalam buku ajar cetak ini, evaluasi mata kuliah banyak menggunakan portofolio. Tugas yang sudah Anda kerjakan dapat dikirimkan lewat e-mail dosen pengampu mata kuliah atau dikirim langsung ke dosen pengampu mata kuliah.
1-2
Unit 1
roses pembelajaran di kelas diawali dengan merancang kegiatan pembelajaran. Salah satu aspek yang harus ada dalam perencanaan tersebut adalah tujuan pengajaran sebagai target yang diharapkan dari proses belajar mengajar dan cara bagaimana tujuan dan proses belajar mengajar tersebut dapat dicapai dengan efektif. Kemudian berdasarkan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran selalu muncul pertanyaan, apakah kegiatan pengajaran telah sesuai dengan tujuan, apakah siswa telah dapat menguasai materi yang disampaikan, dan apakah proses pembelajaran telah mampu membelajarkan siswa secara efektif dan efisien. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan asesmen pembelajaran. Asesmen pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, sehingga kegiatan asesmen harus dilakukan pengajar sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Itulah sebabnya, kemampuan untuk melakukan asesmen merupakan kemampuan yang dipersyaratkan bagi setiap tenaga pengajar. Hal ini terbukti bahwa dalam semua referensi yang berkaitan dengan tugas pembelajaran, selalu ditekankan pentingnya kemampuan melakukan asesmen bagi guru dan kemampuan ini selalu menjadi salah satu indikator kualitas kompetensi guru. Untuk menghindari kesalahan persepsi dan agar guru dapat mempersipakan dan melakukan asesmen dengan benar perlu dijelaskan tentang apa sebenarnya pengertian dari asesmen pembelajaran dan bagaimana kesalahan pengertian tersebut biasa terjadi di sekolah.
1-3
berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut. Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah termasuk pengambilan keputusan tentang efektifitas program dan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan pengajaran remidi (remidial teaching). Keputusan untuk kebijakan pendidikan meliputi; kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten maupun nasional. Pembahasan tentang kompetensi untuk melakukan asesmen tentang siswa akan meliputi bagaimana guru mengkoleksi semua informasi untuk membantu siswa dalam mencapai target pembelajaran dengan berbagai teknik asesmen, baik teknik yang bersifat formal maupun nonformal, seperti teknik paper and pencil test, unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium maupun keaktifan diskusi selama proses pembelajaran. Semua informasi tersebut dianalisis untuk kepentingan laporan kemajuan siswa. Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran, guru akan dihadapkan pada 3 (tiga) istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau bahkan sering pula digunakan secara bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian dan test. Untuk lebih jauh bisa memahami pelaksanaan asesmen pembelajaran secara keseluruhan, perlu dipahami dahulu perbedaan pengertian dan hubungan di antara ketiga istilah tersebut, dan bagaimana penggunaannya dalam asesmen pembelajaran.
Pengukuran
Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal, sebentar lagi, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran guru juga melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut. Angka 50, 75, atau 175 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil pembelajaran tersebut bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apaapa, karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur. Angka hasil pengukuran ini biasa disebut dengan skor mentah. Angka hasil pengukuran baru mempunyai makna bila dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu.
1-4
Unit 1
Evaluasi
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acua Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penialain Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR)
Tes
Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam asesmen pembelajaran disamping alat ukur yang lain. Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru selalu berhadapan dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak dirasakan pemisahannya, karena melakukan asesmen berarti telah pula melakukan ketiganya. Waktu melaksanakan asesmen guru pasti telah menciptakan alat ukur berupa tes maupun nontes seperti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran dan sebagainya. Melakukan pengukuran, yaitu mengukur atau memberi angka terhadap proses pembelajaran ataupun pekerjaan siswa sebagai hasil belajar yang merupakan cerminan tingkat penguasaan terhadap materi yang dipersyaratkan, kemudian membandingkan angka tersebut dengan kriteria tertentu yang berupa batas penguasaan minimum ataupun berupa kemampuan umum kelompok, sehingga munculah nilai yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Akhirnya diambillah keputusan oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar.
Asesmen pembelajaran di SD
1-5
Dengan uraian di atas, nampak jelas hubungan antara ketiga pengertian tersebut dalam kegiatan asesmen pembelajaran, meskipun sering dilakukan oleh guru secara simultan. Melakukan asesmen selalu diawali dengan menyusun tes atau nontes sebagai alat ukur, hasil pengukuran berupa angka bersifat kuantitatif belum bermakna bila tidak dilanjutkan dengan proses penilaian dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria tertentu sebagai landasan pengambilan keputusan dalam pembelajaran. Sebaliknya, penilaian (penentuan kualitas) tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan proses pengukuran. Jadi, dapat diartikan bahwa asesmen pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk landasan pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas, bagaimana guru menempatkan siswa pada program-program pembelajaran yang berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan mengarahkan mereka pada studi lanjut. Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah, termasuk pengambilan keputusan tentang efektifitas program ataupun langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan remidial teaching. Kemudian, keputusan untuk kebijakan pendidikan menyangkut kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten, maupun nasional. Sehingga ketika pembahasan tentang kompetensi untuk melakukan asesmen tentang siswa akan meliputi bagaimana guru mengkoleksi semua informasi untuk membantu siswa dalam mencapai target pembelajaran, sehingga teknik-teknik asesmen yang digunakan untuk mengkoleksi informasi ini, baik teknik yang bersifat formal maupun non formal dengan mengamati perilaku siswa dengan menggunakan paper and pencil test, unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium maupun keaktifan diskusi selama proses pembelajaran. Semua informasi tersebut dianalisis sebagai laporan kemajuan siswa. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa asesmen pembelajaran bermanfaat untuk: (1) memberi penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran yang dapat dijelaskan; sebelum pendidik melakukan asesmen terhadap siswanya terlebih dulu harus mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa, informasi yang dibutuhkan tentang pengetahuan, keterampilan, dan performa siswa. Pengetahuan, keterampilan dan performa siswa yang dibutuhkan dalam pembelajaran disebut dengan target atau hasil pembelajaran; (2) memilih teknik asesmen untuk kebutuhan masing-masing siswa, bila mungkin guru dapat menggunakan beberapa indikator
1-6
Unit 1
keberhasilan untuk setiap taget pembelajaran; masing masing target pembelajaran memerlukan pemilihan teknik asesmen yang berbeda, misalnya untuk dapat melakukan asesmen kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dalam matematika tentu akan sangat berbeda dengan kemampuan membaca atau mendengarkan, dan berbeda pula untuk pemecahan masalah IPS yang memerlukan diskusi; (3) memilih teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran, pemilihan teknik asesmen harus didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efisiensi. Teknik asesmen ini harus dapat mengungkapkan kemampuan khusus serta untuk mengembangkan kemampuan siswa, sehingga ketika memilih teknik asesmen harus pula dipertimbangkan manfaatnya untuk umpan balik bagi siswa. Sebab itu, ketika melakukan interpretasi dari hasil asesmen haruslah dengan cermat, dengan menghindari berbagai keterbatasan yang bersumber dari subyektifitas pelaksana asesmen. Dengan berlandaskan pada uraian di atas, Anda dapat membuat suatu pemahaman yang lebih pasti tentang asesmen pembelajaran yaitu: 1) Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga tujuan asesmen harus sejalan dengan tujuan pembelajaran; sebagai upaya utuk mengumpulkan berbagai informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan pertimbangan penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran; oleh karenanya asesmen hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat. 2) Asesmen harus didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh dan memiliki kepastian kriteria keberhasilan, baik kriteria dari keberhasilan proses belajar yang dilakukan siswa, ataupun kriteria keberhasilan dari kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik, serta keberhasilan program pembelajaran secara keseluruhan. 3) Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal yang dapat menggambarkan proses dan hasil yang sesungguhnya, asesmen dilakukan sepanjang kegiatan pengajaran ditujukan untuk memotivasi dan mengembangkan kegiatan belajar anak, kemampuan mengajar guru dan untuk kepentingan penyempurnaan program pengajaran. 4) Terkait dengan evaluasi, asesmen pada dasarnya merupakan alat (the means) dan bukan merupakan tujuan (the end), sehingga asesmen merupakan sarana yang digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan dan perbaikan.
Asesmen pembelajaran di SD
1-7
Dalam pelaksanaannya, asesmen pembelajaran merupakan kegiatan yang berkaitan dengan mengukur dan menilai aspek psikis yang berupa proses dan hasil belajar yang bersifat abstrak, karena itu asesmen hendaknya dilakukan dengan cermat dan penuh perhitungan termasuk memperhatikan berbagai keterbatasan sebagai berikut. a. Untuk pengukuran suatu konstruk, khususnya konstruk psikologis yang bersifat abstrak tidak ada pendekatan tunggal yang dapat diberlakukan dan diterima secara universal, termasuk dalam kegiatan asesmen yang bertujuan untuk mengukur proses pembelajaran dan pemahaman siswa terhadap seperangkat materi yang dipersyaratkan, maka dalam pelaksanaannya harus digunakan bermacam pendekatan untuk tujuan yang berbeda-beda dan dilakukan dalam berbagai kesempatan sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses pembelajaran. b. Pengukuran aspek psikologis termasuk pengukuran proses dan hasil pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasar atas sampel tingkah laku yang terbatas, sehingga untuk dapat menjadi sumber informasi yang akurat, asesmen dilakukan dengan perencanaan yang matang dan dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan perolehan sampel yang memadai dari domain tingkah laku dalam pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik. c. Perlu dipahami bahwa hasil pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran (dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa: Thrue score + Error, untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan (error). Kesalahan dalam proses asesmen dapat bersumber dari alat ukur, dari gejala yang diukur, maupun interpretasi terhadap hasil pengukuran tersebut. d. Pendefinisian suatu satuan yang menyangkut kualitas/kemampuan psikologis pada skala pengukuran merupakan masalah yang cukup pelik, mengingat bahwa kenyataan hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap materi, sedang dalam pelaksanaan tes pengukuran hasil belajar, pengajar diharuskan memberikan kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang bersifat abstrak. e. Konstruk psikologis termasuk proses dan hasil pembelajaran tidak dapat didifinisikan secara tunggal atau berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan konstruk yang lain. Dengan demikian dalam pelaksanaan evaluasi diperlukan adanya kesungguhan dan kecermatan yang tinggi, sehingga berbagai keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dikurangi.
1-8
Unit 1
Latihan
Setelah menelaah konsep-konsep di atas cobalah melakukan analisis kekurangan dan kelebihan dari kegiatan asesmen yang sudah Anda lakukan selama ini!
Rangkuman
Asesmen merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Banyak yang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi (evaluation), penilaian (assessment), pengukuran (measurement), dan tes (test), padahal keempatnya memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan mengidentifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif dan nilai kuantitatif. Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Hubungan antara berbagai istilah tersebut adalah sebagai berikut.
Asesmen pembelajaran di SD
1-9
ASSESSMENT
Teknik Tes
Skema Klasifikasi
Skala angka
Disebut proses Skala kuantitatif dan Kualitatif
Pengukuran
Skala Kualitatif Skor hasil pengukuran Dikombinasikan dengan menggunakan Berbagai pertimbangan untuk pengambilan Keputusan tentang prestasi peserta didik
EVALUASI
Hubungan antara evaluasi, asesmen, pengukuran, dan tes
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan dengan contoh pengertian pengukuran dalam konteks asesmen pembelajaran! 2. Jelaskan dengan contoh pengertian kriteria dalam konteks asesmen pembelajaran! 3. Jelaskan dengan contoh pengertian penilaian dalam konteks asesmen pembelajaran! 4. Bagaimanakah keterkaitan antara pengukuran, penilaian dan tes dalam konteks asesmen pembelajaran! 5. Jelaskan berbagai keterbatasan pelaksanaan asesmen pembelajaran!
1 - 10
Unit 1
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 11
1 - 12
Unit 1
bagian ini secara berturut-turut akan dibahas tentang pengertian, fungsi, tujuan dan prinsip penilaian berbasis kelas.
1. Penilaian Kelas
Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk kepentingan itu dilakukan pengumpulan data sebagai informasi akurat untuk pengambilan keputusan. Pengumpulan data dengan prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai yang dalam subunit terdahulu kita sebut dengan asesmen. Dari proses asesmen ini, pendidik akan memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) masing-masing sekolah. Ketika Anda berdiri sebagai seorang guru, maka dalam melaksanakan penilaian kelas Anda harus paham bahwa penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti untuk menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja peserta didik (portfolio), dan penilaian diri (self assessment). Sebagai pendidik, Anda harus dapat mengupayakan agar proses penilaian hasil belajar yang Anda lakukan baik secara formal maupun informal dapat dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini penting diperhatikan sehingga memungkinkan peserta didik secara optimal dapat mengaktualisasikan apa saja yang sudah dipahami dan apa yang telah mampu dikerjakannya. Dalam pelaksanaan penilaian kelas ini pendidik akan membandingkan hasil belajar peserta didik dalam periode waktu tertentu dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya atau dengan kriteria tertentu dan sebaiknya, hasil belajar siswa ini tidak dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Pembandingan semacam ini disebut dengan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan kriteria. Mungkin Anda bertanya, mengapa penilaian kelas atau asesmen berbasis kelas ini dianjurkan untuk digunakan. Alasannya adalah karena penilaian kelas mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh model asesmen yang lain (sumber Balitbang Depdiknas, 2006), seperti berikut:
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 13
a. Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi kemajuan belajar baik formal maupun informal harus selalu dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, hal ini memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. b. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan hasil belajar siswa lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi yang dipersyaratkan, sehingga dengan demikian siswa tidak terdiskriminasi dalam klasifikasi lulus atau tidak lulus, pintar atau bodoh, bisa masuk ranking berapa, dan sebagainya, tetapi lebih diarahkan pada fungsi motivasi, dan bantuan agar siswa dapat mencapai kompetensi yang dipersyaratkan. c. Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat. d. Dalam pelaksanaannya siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. e. Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan belajar yang dicapai siswa dan perlu tidaknya siswa diberikan bantuan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan, sehingga dengan demikian siswa diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan dan bimbingan yang sesuai. f. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses). Hasil kerja atau karya siswa yang berbentuk 2 dimensi yang dapat dikumpulkan dalam portofolio dan yang berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui PBM. Karya tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan lomba antar sekolah, bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan demikian, penilaian kelas mengurangi dikhotomi antara PBM dan kegiatan penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. g. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan para siswa sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian siswa mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam penilaian, agar berusaha
1 - 14
Unit 1
mencapai harapan (expectations) (standar yang dituntut) guru, dan mendorong siswa untuk mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 15
1 - 16
Unit 1
Latihan
Lakukanlah analisis tentang penilaian yang sudah Anda lakukan di kelas, apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan tujuan dan fungsi tersebut! 1. Prinsip-prinsip Asesmen Berbasis kelas Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen berbasis kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika Anda sebagai guru melakukan asesmen hasil dan proses belajar. Terdapat ada enam prinsip dasar asesmen hasil belajar yang harus dipedomani (Depdiknas, 2004 dan 2006) yaitu: a. Prinsip Validitas Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan penilaian harus menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Sebagai contoh:
Kompetensi A : Kemampuan siswa berbicara untuk menceritakan dirinya dan keluarganya (dalam tema: Aku dan Keluargaku) B : Kemampuan menggunakan mikroskop Alat Penilaian X : Wawancara, observasi tes performa
Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan adalah X, penilaian ini valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X, dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B, penilaian ini tidak valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X, dalam kenyataan yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian ini tidak valid. b. Prinsip Reliabilitas Pengertian Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. Misal, dalam menilai unjuk kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 17
unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin reliabilitas petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas. Contoh yang lain adalah dalam menguji kompetensi siswa dalam melakukan eksperimen di laboratorium. Sepuluh siswa melakukan eksperimen dan masingmasing menulis laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf penguasaan 10 siswa itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya ternyata sama. Kondisi yang sama misalnya: 1) tidak ada siswa yang sakit 2) penerangan/pencahayaan dalam laboratorium sama 3) suhu udara dalam lab sama 4) alat yang digunakan sama Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3 siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan ternyata hasilnya berbeda. c. Terfokus pada kompetensi Telah Anda pahami bahwa konsekuensi perubahan kurikulum juga akan menuntut perubahan dalam sistem penilaiannya. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk bisa mencapai itu penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, dimana penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu. d. Prinsip Komprehensif Dalam proses pembelajaran, Anda sebagai pendidik pasti telah menyusun rencana pembelajaran yang secara jelas menggambarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa serta indikator yang menggambarkan keberhasilannya. Untuk itu penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan siswa sehingga tergambar profil kemampuan siswa.
1 - 18
Unit 1
e. Prinsip Objektivitas Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai. Dalam implementasinya penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor). f. Prinsip Mendidik Prinsip ini sangat perlu Anda pahami bahwa penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa, tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat belajar. Pada akhirnya Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam asesmen berbasis kelas untuk pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi serta implementasi dari standar penilaian dari BSNP perlu ditambahkan pedoman penilaian pada setiap kelompok mata pelajaran yang secara rinci dirumuskan sebagai berikut (Depdiknas, 2006): a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui: Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.
Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif siswa. b. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 19
c. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik. d. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan dilakukan melalui: Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
Rangkuman
Materi subunit ini bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan dilaksanakan untuk itu beberapa langkah yang dapat Anda pahami dan lakukan adalah: Lakukan tes/ulangan sebagai alat bantu mengajar. Tetapkan kompetensi dasar dan indikator pencapaiannya. Tumbuhkan sikap positif dari murid. Buat kalendar jadwal ulangan disertai: a) pengumuman tanggal ulangan/tes walaupun setiap murid telah memiliki kalendar jadwal ulangan, karena siswa membutuhkan waktu luang yang cukup banyak untuk belajar, b) tentukan lingkup topik yang akan di uji dan informasikan kepada murid format ulangan dan garis besar topik yang akan ditanyakan, c) bantu murid untuk menyusun jadwal belajar mereka. Rencanakan bersama jawal belajar harian di rumah dengan para murid, kemudian minta mereka untuk menyalinnya di buku tugas mereka. Dengan cara ini maka keahlian murid dalam belajar akan meningkat sekaligus sebagai panduan bagi orangtua dalam membantu anak mereka belajar. Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya: a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu. b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri. c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik. d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
1. 2. 3. 4.
5.
1 - 20
Unit 1
e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik. f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas dapat dilakukan dengan cara penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan dengan contoh pengalaman saudara tentang tujuan asesmen berbasis kelas! 2. Jelaskan fungsi dari asesmen berbasis kelas! 3. Jelaskan prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam pelaksanaan asesmen berbasis kelas! 4. Jelaskan disertai contoh apa yang harus dilakukan pendidik untuk menjamin bahwa penilaian yang dilakukannya obyektif! 5. Bagaimanakah penilaian yang harus dilakukan pada setiap kelompok mata pelajaran!
Umpan Balik
Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan, karena kesepahaman tentang pengertian dan penerapan asemen berbasis kelas menjadi dasar dan mempengaruhi langkah dan kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 21
1 - 22
Unit 1
dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masing-masing. Indikator-indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Seperti diuraikan di atas, umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective, dan psychomotor. Benjamin Bloom (1956) mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
a. Ranah Kognitif
Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang tempat utama, terutama dalam tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan SMU. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan, pemahanan, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 1) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata-kata operasional yang digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan mereproduksi. 2) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c) mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan. 3) Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsipAsesmen pembelajaran di SD
1 - 23
prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan. 4) Analisis (analysis adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu; (a) analisis unsur, (b) analisis hubungan, (c) analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata-kata operasional yang umumnya digunakan antara lain: memperinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan memisahkan. 5) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme. Kata operasional yang digunakan terdiri dari: mengkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan. 6) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat digunakan antara lain: menafsirkan, menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.
b. Ranah Afektif
Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu: 1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: menanyakan, memilih, mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, menyebutkan.
1 - 24
Unit 1
2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: menjawab, membantu, melakukan, membaca, melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan. 3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih, dan mengikuti. 4) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilainilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, dan memodifikasikan.
c. Ranah Psikomotor
Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi: 1) Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, dan menampilkan. 2) Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk. 3) Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan. (Poerwanti E., 2001) Evaluasi terhadap ranah-ranah yang dikemukakan Bloom melalui prosedur tes memiliki beberapa kelebihan, disamping juga memiliki banyak kekurangan, seperti; (1) setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban tunggal, (2) tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak terfokus pada bagaimana siswa memperoleh jawaban, (3) tes mengendalikan pembelajaran di kelas, (4) tes kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir, (5) kadang-kadang tes tidak mampu menggambarkan prestasi sebenarnya dari siswa, dan (6) tes tidak mampu mengukur semua aspek belajar.
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 25
Apabila dikaji kembali, hafalan merupakan kemampuan seseorang dalam tingkatan yang paling rendah dalam taksonomi Bloom. Orin A. dan David R. (2001), menyatakan, dalam taksonomi Bloom kemampuan seseorang diklasifikasikan menjadi tingkat tinggi dan tingkat rendah. Tingkat rendah terdiri dari; pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedang kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreativitas. Johnson dan Harris (2002) mengemukakan, berpikir tingkat tinggi terdiri dari berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, merubah, atau mengulang-ngulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Adapun kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Lemahnya keterampilan siswa dalam berpikir bahkan hanya terampil dalam menghafal tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi akhir siswa yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui tes tertulis (paper and pencil test). Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan dan tidak diarahkan maka kemampuannya tidak dapat berkembang. Berkaitan dengan kegiatan asesmen, perlu dipahami implikasi dari penerapan standar kompetensi pada proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu dalam menerapkan standar kompetensi harus dikembangkan penilaian berkelanjutan (continous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi. Guru diberi kebebasan merancang pembelajarannya dan melakukan penilaian (assesment) terhadap prestasi siswa termasuk di dalamnya merancang sistem pengujiannya. Permasalahan ini akan dibahas tersendiri pada Unit 5. Paparan tersebut dapat dicermati dalam Tabel berikut yang menggambarkan pengertian dan cakupan dari ranah asesmen (Depdiknas, 2004).
1 - 26
Unit 1
III. Aplikasi
IV. Analisis
V. Sintesis
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 27
Tingkat
Deskripsi perubahan, menulis laporan, membahas suatu kasus, menyarankan strategi baru.
IV.
Organisasi
V.
1 - 28
Unit 1
Tingkat
Deskripsi Contoh kegiatan belajar: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri, mandiri dalam bekerja secara independen, objektif dalam memecahkan masalah, mempertahankan pola hidup sehat, menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan, menyarankan pemecahan masalah HAM, menilai kebiasaan konsumsi, dan mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar-teman.
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 29
Deskripsi Arti: Gerak lebih efisien, Berkembang melalui kematangan dan belajar. Contoh kegiatan belajar: menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu, berlari jauh, mengangkat beban, menarik-mendorong, melakukan push-ups, kegiatan memperkuat lengan, kaki, dan perut, menari, melakukan senam, melakukan gerak pesenam, pemain biola, pemain bola. Arti: Dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak, terampil, tangkas, cekatan melalukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks). Contoh kegiatan belajar: melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga, menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji, mengetik, bermain piano, memanah, skating, melakukan gerak, akrobatik, melakukan koprol yang sulit. Arti: Mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan, Gerak estetik: gerakangerakan terampil yang efisien dan indah, Gerak kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran. Contoh kegiatan belajar: kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari balet, melakukan senam tingkat tinggi, bermain drama (acting), keterampilan olahraga tingkat tinggi.
1 - 30
Unit 1
batas lulus atau minimum passing level. Dengan pendekatan ini begitu koreksi dilakukan, pengajar segera dapat mengambil keputusan lulus atau tidak lulus serta nilai diperoleh. Dalam pendekatan kriteria dituntut penanganan yang lebih detail dan terencana sebelum proses pengajaran berlangsung, pengajar harus telah mengkomunikasikan cakupan materi pengajaran dan kriteria keberhasilan serta kompetensi yang harus dikuasai peserta didik yang tercermin dalam tujuan pengajaran atau Indikator pencapaian.
3. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi. Ada bermacam jenis evaluasi yang secara garis besar setidaknya dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu :
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 31
a. Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai umpan balik bagi pengajar mengenai proses pengajaran. b. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas. c. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial, sehingga aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami anak serta berbagai kondisi khusus siswa. d. Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat, kesanggupan, kondisi phisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek khusus yang berhubungan dengan proses pengajaran. e. Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi ini dilakukan kapan saja diperlukan. Aspek yang dinilai dapat beraneka ragam disesuaikan dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah memilih calon untuk posisi tertentu, karena itu analisis dari evaluasi ini biasanya menggunakan kriteria yang bersifat relatif atau berdasar norma kelompok.
1 - 32
Unit 1
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian oleh pendidik ini digunakan untuk (1) menilai pencapaian kompetensi peserta didik, (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan (c) memperbaiki proses pembelajaran.
1 - 33
c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
5. Teknik Asesmen
Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes namun pada umumnya pengajar lebih banyak menggunakan tes sebagai alat ukur dengan rasional bahwa tingkat obyektivitas evaluasi lebih terjamin, hal ini tidak sepenuhnya benar. Anda bisa lebih jauh mencermati pada unit-unit selanjutnya. a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya. Uraian lebih jauh tentang teknik tes ini secara khusus dibahas pada Unit 4. b. Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak. Dalam KBK teknik nontes disarankan untuk banyak digunakan. Uraian lebih jauh tentang teknik tes ini secara khusus dibahas pada Unit 5.
Rangkuman
1. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective dan psychomotor. Kognitif adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual. Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi dan ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau ketrampilan motorik. 2. Kriteria atau pendekatan dalam evaluasi hasil belajar dapat berupa kriteria yang bersifat mutlak, kriteria relatif atau kriteria performa.
1 - 34
Unit 1
3. Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi, yang meliputi (1) Evaluasi Formatif (2) Evaluasi Sumatif (3) Evaluasi Diagnostik (4) Evaluasi penempatan, dan (5) Evaluasi Seleksi. 4. Menurut PP. 19 tahun 2005, penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik; (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan (3) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. 5. Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan teknik tes dan nontes.
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan dengan contoh asesmen pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 2. Dalam melakukan evaluasi, hasil asesmen perlu dibandingkan dengan kriteria tertentu. Jelaskan dengan contoh, kriteria apa saja yang dapat digunakan! 3. Jelaskan dengan contoh jenis evaluasi yang digunakan dalam bidang pendidikan! 4. Jelaskan fungsi penilaian yang dilakukan oleh pendidik berdasarkan pengalaman saudara di lapangan! 5. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran!
Umpan Balik
Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru Anda cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena pemahaman terhadap Unit ini akan mendasari dan mempengaruhi langkah dan kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 35
1 - 36
Unit 1
(penentuan kualitas) tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan proses pengukuran. 5. Keterbatasan Asesmen dalam pembelajaran : 5.1. Untuk pengukuran konstruk psikologis termasuk pembelajaran yang bersifat abstrak tidak ada pendekatan tunggal yang dapat diberlakukan dan diterima secara universal, sehingga harus digunakan bermacam pendekatan dan dalam berbagai kesempatan sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses pembelajaran. 5.2. Proses dan hasil pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasarkan atas sampel tingkah laku yang terbatas, sehingga untuk dapat menjadi sumber informasi yang akurat, asesmen dilakukan dengan perencanaan yang matang dan dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan perolehan sampel yang memadai dari domain tingkah laku dalam pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik. 5.3. Pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran (dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa: Thrue score + Error, untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan (error). 5.4. Hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap materi, sedang tes pengukuran hasil belajar, pengajar diharuskan memberikan kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang bersifat abstrak. 5.5. Konstruk psikhologis termasuk proses dan hasil pembelajaran tidak dapat didifinisikan secara tunggal, tetapi selalu berhubungan dengan konstruk yang lain.
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 37
c. Hasil pemantauan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa, dan landasan memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu. d. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun. 2. Fungsi Asesmen Berbasis kelas a. Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi. b. Membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah pemilihan program, pengembangan kepribadian dan penjurusan. c. Menemukan kesulitan belajar dan prestasi yang bisa dikembangkan serta sebagai alat diagnosis perlu tidak siswa mengikuti remedial atau program pengayaan. d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. 3. Prinsip Asesmen Berbasis kelas a. Prinsip Validitas : menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. b. Prinsip Reliabilitas : dengan menjaga konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. c. Prinsip Komprehensif : penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi. d. Prinsip Objektivitas : proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai. e. Prinsip Mendidik : penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masingmasing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi).
1 - 38
Unit 1
4. Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya: a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu. b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri. c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik. d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik. e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik. f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin. 5. Keunggulan Penilaian berbasis kelas a. Pengumpulan data kemajuan belajar baik formal maupun informal dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga ada kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. b. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan hasil belajar siswa lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi yang dipersyaratkan. c. Pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat. d. Siswa dituntut untuk mengeksplorasi dan memotivasi diri mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. e. Siswa diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan dan bimbingan yang sesuai. f. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses).
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 39
b.
c. Ranah Psikomotor : Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks meliputi: Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan & menampilkan, Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk, Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan. 2. Kriteria dalam melakukan Asesmen a. Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK) : yaitu kriteria yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan ujian dengan menetapkan batas lulus atau minimum passing level, yang berupa kriteria keberhasilan atau kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
1 - 40
Unit 1
b.
c.
Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR) : adalah kriteria relatif, yakni pada kemampuan kelompok pada umumnya. Sehingga lulus dan tidaknya peserta didik bergerak dalam batas yang relatif. Penilaian Dengan Pendekatan Performa (Performance): diarahkan pada pembinaan kemajuan belajar dari waktu ke waktu. Pendekatan ini cocok untuk pelaksanaan pengajaran remedial atau untuk latihan keterampilan tertentu.
3. Jenis-jenis Evaluasi : a. Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial. Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan. Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi ini dilakukan kapan saja diperlukan.
b.
c.
d.
e.
c.
d.
kompetensi. Membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah pemilihan program, pengembangan kepribadian dan penjurusan. Menemukan kesulitan belajar dan prestasi yang bisa dikembangkan serta sebagai alat diagnosis perlu tidak siswa mengikuti remedial atau program pengayaan. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 41
5. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran. a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites, dan berdasar hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. b. Teknik nontes : dapat berupa observasi baik secara langsung ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara ataupun sosiometri.
1 - 42
Unit 1
Daftar Pustaka
Sudiyono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J.(2007). Educational Assesment of Student. Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall. Balitbang Depdiknas. (2006). Depdiknas. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:
Poerwanti, E. (2001). Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press. Koufman, R. and Thomas S. (1990). Evaluations Without Fear. New York: A. Division of Franklin Watts. Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Silverius, S. (2001). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana.
Asesmen pembelajaran di SD
1 - 43
Glosarium
Afektif Asesmen : bagian dari ranah asesmen yang berkaitan dengan sikap. : merupakan proses mengumpulkan informasi tentang kemajuan siswa dengan menggunakan bermacammacam prosedur. : suatu bagian dari ranah asesmen yang berkaitan dengan daya pikir. : adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. : bagian dari ranah asesmen yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau keterampilan
Kognitif Kompetensi
Psikomotor
1 - 44
Unit 1
Unit
Pendahuluan
pakah Anda telah melakukan pencermatan terhadap Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan (PP-SNP)? PP ini disyahkan oleh Presiden, dan bersama dengan itu 15 orang anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang diberi tugas mengimplementasikan PP-SNP tersebut juga sudah dilantik oleh Menteri Pendidikan Nasional. Standar Nasional Pendidikan disusun agar dapat dijadikan Kriteria Minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dalam Pasal 1 ayat (17) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 2005 dinyatakan bahwa lingkup dari Standar Nasional Pendidikan meliputi 8 standar yaitu: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian. Bila dicermati, Anda akan paham bahwa standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Pada Peraturan Pemerintah tersebut diamanatkan tiga jenis penilaian yaitu; (1) penilaian oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil pembelajaran, (2) penilaian oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran sesuai programnya sebagai
Asesmen pembelajaran di SD
2-1
bentuk transparansi, profesional, dan akuntabel lembaga, (3) penilaian oleh pemerintah bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Penilaian oleh pemerintah, dalam pelaksanaannya diserahkan kepada BSNP. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik, pembinaan, dan pemberian bantuan kepada pihak sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Standar penilaian merupakan salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab itu, setiap pendidik harus memahami landasan yuridis maupun filosofis yang melatarbelakangi munculnya standar penilaian, mekanisme, dan prosedur evaluasi. Termasuk dalam hal tersebut, bagaimana pendidik menetapkan indikator keberhasilan pembelajaran dan merancang pengalaman belajar siswa. Setelah mempelajari Unit 2, Anda diharapkan dapat memahami berbagai hal yang terkait dengan standar penilaian menurut BSNP, dan dapat: 1. Menjelaskan latar belakang PP No. 19 Tahun 2005, khususnya tentang standar penilaian. 2. Menjelaskan Standar Penilaian Pendidikan sebagai standar nasional penilaian di bidang pendidikan. 3. Menjelaskan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik menurut BSNP. 4. Ujian Nasional Sebagai Standar Penilaian. Materi pada unit ini lebih banyak kemasan baru dari buku pedoman penilaian yang disusun oleh BSNP. Untuk memahami Unit 2 ini, akan bermanfaat secara optimal bila mempelajarinya melalui tatap muka dan kerja mandiri. Untuk keperluan tersebut unit ini dilengkapi dengan web. Selain itu, unit dilengkapi dengan tes formatif yang diletakkan pada setiap akhir subunit yang bertujuan untuk melihat ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Kunci dan rambu-rambu jawaban tes formatif ada di akhir setiap unit. Evaluasi banyak menggunakan portofolio yang berguna untuk melihat perkembangan mahasiswa atas tugas-tugas yang diberikan dalam buku ajar cetak ini. Tugas yang sudah Anda kerjakan dapat dikirimkan lewat e-mail dosen pengampu mata kuliah atau dikirim langsung ke dosen pengampu mata kuliah.
2-2
Unit 2
ita semua telah mengetahui bahwa standar nasional pendidikan yang dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pada dasarnya merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan pemerintah ini lahir dalam rangka melaksanakan ketentuan yang diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada beberapa pasal dari Undangundang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) diamanahkan perlunya standar nasional pendidikan, seperti pada Pasal 35 dijelaskan tentang standar nasional pendidikan yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Pada Pasal 35 juga dijelaskan bahwa standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan, selanjutnya ditegaskan bahwa pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. Perlu pula Anda pahami bahwa untuk mengatur pelaksanaan standar penilaian pendidikan, BSNP menyusun Penduan penilaian yang terdiri atas: 1. Naskah akademik: berisi kajian teoritis dan hasil penelitian yang relevan dengan penilaian, baik penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan atau pemerintah. 2. Panduan umum: berisi pedoman, panduan penilaian yang bersifat umum yang berupa rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru pada semua mata pelajaran, panduan ini juga berlaku untuk semua kelompok mata pelajaran. 3. Panduan khusus terdiri dari 5 seri, sesuai dengan kelompok mata pelajaran disusun untuk memberikan rambu-rambu penilaian yang seharusnya dilakukan oleh guru pada kelompok mata pelajaran tertentu. Marilah bersama-sama kita cermati uraian-uraian selanjutnya.
Asesmen pembelajaran di SD
2-3
2-4
Unit 2
c. Standar kompetensi lulusan: adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan: adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. e. Standar sarana dan prasarana: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. f. Standar pengelolaan: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. g. Standar pembiayaan: adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. h. Standar penilaian pendidikan: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa standar penilaian merupakan salah satu dari 8 aspek standar nasional pendidikan, selanjutnya sesuai dengan orientasi dari buku ajar ini maka pembahasan selanjutnya akan lebih terfokus pada standar penilaian pendidikan.
Asesmen pembelajaran di SD
2-5
2-6
Unit 2
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 64 ayat (1) bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya pada pasal 65 dijelaskan beberapa pokok pikiran mengenai penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok mata pelajaran, pada ayat (1) dikemukakan secara tegas bahwa penilaian pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada pasal 63 ayat (1) butir b; bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, sedang ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar sebagaimana dijelaskan pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan, merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Berikutnya pada ayat (3) dinyatakan bahwa penilaian akhir sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) mempertimbangkan hasil penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik, sebagaimana dimaksud pada ayat 64. Berikutnya pada ayat (4) dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu dan teknologi dilakukan melalui Ujian Sekolah/Madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang dilanjutkan pada ayat (5) yang menjelaskan bahwa untuk dapat mengikuti ujian Sekolah/Madsarah sebagaimana dimaksud pada ayat (4), peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika serta kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan. Sedangkan untuk memberikan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara Nasional pada kelompok mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu dan teknologi menurut menurut PP No. 19 Pasal 66, dinyatakan secara tegas; akan dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional yang dilakukan secara obyektif berkeadilan dan akuntabel serta diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun.
Asesmen pembelajaran di SD
2-7
2-8
Unit 2
mengembangkan Standar Nasional Pendidikan; menyelenggarakan ujian nasional; memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ditambahkan, pada Pasal 77 bahwa dalam menjalankan tugasnya, BSNP didukung dan berkoordinasi dengan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama, dan dinas yang menangani pendidikan di provinsi/kabupaten/kota.
a. b. c.
Latihan
Apakah Anda semua telah membaca Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ini, khususnya tentang standar penilaian pendidikan. Kalau belum cobalah untuk segera membaca dan memahami isi dari standar evaluasi tersebut. Kemudian bersama teman-teman yang telah membaca cobalah analisis dan berikan komentar apa yang ada di sekolah Anda terkait dengan standar tersebut!
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan delapan jenis standar Nasioanl pendidikan yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005! 2. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri apa yang menjadi landasan filosofis Standar Penilaian Pendidikan! 3. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri apa yang menjadi landasan Yuridis Standar Penilaian Pendidikan! 4. Apa dan siapakah BSNP itu? 5. Jelaskan tugas-tugas yang diamanatkan kepada BSNP!
Asesmen pembelajaran di SD
2-9
2 - 10
Unit 2
ntuk mengatur pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, BSNP menyusun Penduan penilaian yang terdiri atas: 1. Naskah Akademik; berisi berbagai kajian teoritis dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penilaian, baik yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan ataupun pemerintah. 2. Panduan Umum; panduan umum berisi pedoman, panduan penilaian yang bersifat umum yang berupa rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru pada semua mata pelajaran, panduan ini juga berlaku untuk semua kelompok mata pelajaran. 3. Panduan khusus; terdiri dari 5 seri, sesuai dengan kelompok mata pelajaran; disusun untuk memberikan rambu-rambu penilaian yang seharusnya dilakukan oleh guru pada kelompok mata pelajaran tertentu, sehingga terdiri dari 5 seri panduan khusus yang terdiri dari: a. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; b. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, c. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran estetika; e. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Pada setiap seri panduan khusus kelompok mata pelajaran ini berisikan ramburambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru kelompok mata pelajaran dalam menyusun kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kisi-kisi untuk ulangan akhir semester, cara menentukan skor akhir dan kriteria dari siswa yang dapat dikualifikasikan baik dan dapat dinyatakan lulus pada kelompok mata pelajaran tertentu.
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 11
Tahukah Anda bahwa menurut BSNP penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik, hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi yaitu pengambilan keputusan terhadap ketuntasan belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran. Informasi tentang prestasi dan kinerja siswa tersebut merupakan proses pengolahan data yang diperoleh melalui kegiatan asesmen baik dengan pengukuran maupun non pengukuran. Dapat dikatakan bahwa proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu ini disebut dengan asesmen. Hasil pengukuran akan selalu berupa angka-angka atau data numerik, sedang hasil non pengukuran akan berupa data kualitatif. Informasi tersebut dapat digunakan oleh pendidik untuk berbagai keperluan pembelajaran diantaranya adalah: (1) Menilai kompetensi peserta didik; (2) Bahan penyusunan laporan hasil belajar; dan (3) Landasan memperbaiki proses pembelajaran.
2 - 12
Unit 2
f.
Sistematis, yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa. g. Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus sepanjang rentang waktu pembelajaran. h. Adil, mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada siswa yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang sosial ekonomi, agama, budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan gender. i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 13
7) Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada peserta didik atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan; 8) Pendidik harus memiliki catatan komulatif tentang hasil penilaian untuk setiap siswa yang berada di bawah tanggung jawabnya. Pendidik harus pula mencatat semua kinerja siswa, untuk menentukan pencapaian kompetensi siswa; 9) Pendidik melakukan ulangan tengah dan akhir semester untuk menilai penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam Standar kompetensi (SI) dan standar Lulusan (SL); 10) Pendidik yang diberi tugas menangani pengembangan diri harus melaporkan kegiatan siswa kepada wali kelas untuk dicantumkan jenis kegiatan pengembangan diri pada buku laporan pendidikan; 11) Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi siswa dan tidak disampaikan pada pihak lain tanpa seijin yang bersangkutan meupun orang tua/ wali murid. b. Standar Perencanaan Penilaian oleh Pendidik Standar perencanaan penilaian oleh pendidik merupakan prinsip-prinsip yang harus dipedomani bagi pendidik dalam melakukan perancanaan penilaian. BSNP menjabarkannya menjadi tujuh point sebagai berikut: 1) Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus dan rencana pembelajarannya. Perencanaan penilaian setidak-tidaknya meliputi komponen yang akan dinilai, teknik yang akan digunakan serta kriteria pencapaian kompetensi; 2) Pendidik harus mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar (KD) sebagai dasar untuk penilaian; 3) Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrumen penilaiannya sesuai indikator pencapaian KD; 4) Pendidik harus menginformasikan se awal mungkin kepada peserta didik tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaiannya; 5) Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi penilaian; 6) Pendidik membuat instrumen berdasar kisi-kisi yang telah dibuat dan dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan; 7) Pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai siswa.
2 - 14
Unit 2
c. Standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik Menurut pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP, standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik meliputi: 1) Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana penilaian yang telah disusun diawal kegiatan pembelajaran; 2) Pendidik menganalisis kualitas instrumen dengan mengacu pada persyaratan instrumen serta menggunakan acuan kriteria; 3) Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari kemungkinan terjadi tindak kecurangan; 4) Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik dan komentar yang bersifat mendidik. d. Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian oleh pendidik. Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaia, yang ada dalam pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP meliputi: 1) Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai; 2) Penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan; 3) Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan pendidikan masing-masing siswa; 4) Pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian dan potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas; 5) Pendidik bersama walikelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam rapat dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas; 6) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada rapat dewan guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan pendidikan dengan mengacu pada persyaratan kelulusan satuan pendidikan; 7) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada orang tua/ wali murid. Standar Pemanfaatan Hasil Penilaian Berdasarkan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, ada lima standar pemanfaatan hasil penilaian yaitu: 1) Pendidik mengklasifikasikan siswa berdasar tingkat ketuntasan pencapaian standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD); e.
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 15
2) Pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak lanjut yang harus dilakukan; 3) Bagi siswa yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus melakukan pembelajaran remidial, agar setiap siswa dapat mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan; 4) Kepada siswa yang telah mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan, dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan layanan pengayaan; 5) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektifitas kegiatan pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak lanjut.
2 - 16
Unit 2
b. Standar Penentuan Kelulusan Dalam menetapkan standar Penetuan Kelulusan, BSNP membuat ketetapan yang meliputi: 1) Pada akhir jenjang pendidikan satuan pendidikan menyelenggarakan ujian sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEKS; 2) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidik untuk menentukan nilai akhir peserta didik pada (a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia (b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian (c) kelompok mata pelajaran estetika dan (d) kelompok mata pelajaran jasmani olehraga dan kesehatan untuk menentukan kelulusan; 3) Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan kriteria kelulusan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 72 ayat (1) yang menyatakan bahwa Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah; (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran, (b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan, (c) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (d) lulus ujian nasional.
Latihan
Apakah dalam melakukan penilaian di kelas, anda merasa telah menerapkan prinsip penilaian BSNP? Kaji dan diskusikan dengan teman hambatan yang ada di lapangan untuk menerapkan prinsip penilaian yang ditetapkan BSNP.
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 17
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Menurut BSNP siapa saja yang berhak melakukan evaluasi hasil belajar? 2. Standar apa sajakah yang perlu dipatuhi pendidik dalam melakukan evaluasi? 3. Standar apa sajakah yang perlu dipatuhi satuan pendidikan dalam melakukan evaluasi? 4. Jelaskan prinsip-prinsip umum evaluasi menurut BSNP? 5. Lakukan analisis kesenjangan antara evaluasi yang sudah anda lakukan di kelas dengan ketentuan BSNP!
Umpan Balik
Jawablah pertanyaan-pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai, cocokkanlah dengan kunci jawaban yang tersedia. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau jika masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena pemahaman kita tentang keberhasilan proses dan hasil belajar akan mempengaruhi pemahaman kita terhadap konsep-konsep lain yang terkait dalam mata kuliah ini
2 - 18
Unit 2
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 19
standar maka harus mengikuti pengajaran remidi sampai dapat mencapai standar kompetensi minimal yang dipersyaratkan; d. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut; tindakan lanjutan dari penilaian dapat berupa perbaikan proses pembelajaran, program remidi bagi peserta didik yang tingkat pencapaian hasil belajarnya berada di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan; dan e. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dengan proses pembalajaran. Hal ini terkait erat dengan pemahaman bahwa penilaian tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Sesuai dengan amanat PP No. 19 Tahun 2005, penilaian dalam proses pendidikan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Mekanisme dan prosedur dari masing-masing jenis penilaian dapat dijelaskan sebagai berikut:
2 - 20
Unit 2
untuk mengajar dan mendidik dengan lebih baik dan meningkatkan akuntabilitas sekolah. Sejalan dengan PP No. 19 Tahun 2005, pasal 64, yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik diarahkan untuk memantau proses, kamajuan dan perbaikan hasil pembelajaran, maka dalam berbagai literature dikemukakan bahwa penilaian yang dilakukan pendidik dalam kegiatan pembelajaran disebut dengan asesmen kelas atau classroom assessment yang tujuan utamanya bersifat formatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran; d. Sesuai dengan berbagai kajian teori yang telah dibahas pada Unit 1, jelas bahwa fungsi penilaian dalam kegiatan pembelajaran ataupun pendidikan diharapkan akan mampu menyediakan informasi yang membantu pendidik meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, serta membantu siswa untuk mencapai perkembangan optimal dalam proses dan hasil pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka kegiatan penilaian harus dipandang dan digunakan sebagai cara atau teknik untuk menilai proses dan hasil pembelajaran, sehingga bukan hanya sekedar menilai keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi. Untuk itu penilaian seharusnya terintegrasi dengan proses pembelajaran dan terencana sejak awal, bersamasama dengan kegiatan perencanaan pembelajaran secara utuh, dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen sesuai kebutuhan, baik yang di desain secara khusus maupun yang dilakukan secara informal. Penilaian proses dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan kenaikan kelas, dengan menggunakan pendekatan penilaian berbasis kelas; e. Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis kompetensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus. Hal ini juga sesuai dengan pendapat para ahli yang mengemukakan bahwa keberhasilan dan efektifitas proses pembelajaran tergantung pada penilaian kelas yang dilakukan. Oleh karenanya kegiatan penilaian berbasis kelas harus didesain dan dilakukan secara sistematik dan berlangsung terus menerus sebagai
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 21
strategi pendukung dan peningkatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas yang baik akan mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan efektivitas mengajar guru dan meningkatkan mutu kegiatan proses dan hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai hasil optimal tersebut guru harus menyediakan dan mengkomunikasikan hasil penilaian kelas serta umpan baliknya secara periodik kepada orang tua/wali kelas untuk dapat meningkatkan ataupun mempertahankan proses dan hasil belajar yang sudah dicapai oleh peserta didik. Setiap upaya guru di dalam kelas harus diarahkan pada satu tujuan yaitu membantu siswa belajar agar terjadi perubahan perilaku yang signifikan ke arah pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran. Sayangnya masih banyak pendidik di sekolah yang melakukan penilaian kelas hanya untuk menentukan nilai atau angka yang akan ditulis dalam laporan pendidikan atau buku rapor. Hal ini terkait erat dengan pengetahuan dan pemahaman guru tentang asesmen, penilaian ataupun tes sebagai proses untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam menentukan tingkat pencapaian siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai sebagai tujuan pembelajaran. Sehingga manfaat penilaian lebih diarahkan pada tujuan administratif saja, padahal banyak sekali manfaat potensial dari kegiatan asesmen dan penilaian, termasuk kurangnya perhatian guru terhadap kemajuan belajar siswa dalam tataran kualitatif yang sebenarnya akan sangat membantu siswa maupun orang tua memahami kemajuan belajar siswa.
2 - 22
Unit 2
menyelesaikan dan memilih program belajarnya dengan kecepatan masingmasing, dimana ada siswa yang dapat menyelesaikan beban belajar lebih cepat karena memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi, tetapi ada pula siswa yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding teman yang lain. b. Sistem kenaikan kelas (grade) adalah sistem yang program belajar siswanya terstruktur dalam paket-paket kelas. Dalam sistem ini ada dua tradisi kenaikan kelas yang dikembangkan yaitu: (1) tradisi kenaikan kelas secara otomatis dan (2) sistem kenaikan kelas. Pada sistem persekolahan di Indonesia pada umumnya masih menggunakan sistem kenaikan kelas dengan kriteria tertentu. Secara konseptual kegiatan kenaikan kelas memegang peranan strategis untuk pengendalian kualitas pendidikan (quality control) dan sekaligus menjadi motivasi atau pressure to achieve bagi siswa dan pendidik dalam upaya peningkatan kualitas pembelajarannya. Dalam kenaikan kelas dengan kriteria tertentu ini akan dapat dibedakan antara siswa yang sudah menguasai kemampuan minimal yang dipersyarat kan dengan siswa yang harus tinggal kelas karena belum menguasai kompetensi minimum (acceptable performance) tersebut. Siswa yang belum memenuhi standar kemampuan minimal dapat diperlakukan dengan tiga model yaitu: (1) mengulang kelas, dan belajar bersama-sama dengan teman-teman yang baru naik kelas dari kelas di bawahnya, (2) bisa naik ke kelas yang lebih tinggi sambil mengulang mata pelajaran yang belum dikuasai, atau (c) mengikuti pengajaran remidial pada beberapa mata pelajaran sebelum siswa dinyatakan naik ke kelas yang lebih tinggi. Penentuan tingkat pencapaian minimal ini didasarkan pada hasil tes hasil belajar atau THB atau ulangan umum pada setiap akhir tahun pelajaran, nilai pada semester 1 dan 2 dan hasil ulangan harian yang dilakukan oleh masing masing guru. Dengan mendasarkan diri pada beberapa hasil asesmen dan penilaian secara konseptual, seharusnya penilaian semacam ini dapat menghasilkan informasi yang komprehensif tentang kemajuan belajar siswa sebagai dasar pengambilan keputusan, hanya saja ada beberapa permasalahan yang sering muncul di lapangan yaitu: (1) Rentang variasi tingkat kesulitan dan kedalaman soal soal yang dikembangkan dan digunakan dalam ulangan antar guru ataupun antar sekolah, dan (2) Masih banyak sekolah yang berusaha meminimalkan jumlah siswa yang tidak naik kelas dengan cara-cara yang tidak jujur dan berkeadilan (fair).
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 23
Dijelaskan lebih jauh dalam panduan penilaian BSNP tersebut bahwa secara teoritik sistem kenaikan kelas semacam ini dapat dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu: 1) Menggunakan kriteria untuk dapat membedakan antara yang sudah dapat mencapai standar kemampuan minimal dengan siswa yang belum mencapai standar kompertensi minimal tersebut. Pada umumnya sekolah menggunakan pendekatan yang pertama, tetapi cara ini menyebabkan meningkatnya angka mengulang, dan mungkin juga angka putus sekolah, sehingga sebagian sekolah kemudian memilih cara dengan menaikkan nilai siswa agar memenuhi standar yang ditetapkan atau menempuh cara lain yaitu menurunkan indikator pencapaian kompetensi dasar dengan menurunkan tingkat kesulitan soal, sehingga semua siswa secara semu dianggap telah mencapai standar minimal. 2) Menerapkan prinsip kenaikan kelas secara otomatis, dimana setiap siswa dapat naik kelas secara otomatis pada setiap akhir tahun pelajaran, dengan predikat-predikat tertentu. Cara ini sangat riskan dalam pengendalian mutu pendidikan, apalagi bila satuan pendidikan belum menerapkan penjaminan mutu pada setiap tahap kegiatannya termasuk dalam proses pembelajaran. 3) Menggunakan bentuk perpaduan dari dua pendekatan tersebut, dimana siswa pada prinsipnya bisa naik kelas secara otomatis pada setiap akhir tahun pelajaran, tetapi harus mengulang atau memperbaiki sejumlah mata pelajaran yang dianggap belum memenuhi standar kemampuan minimal. Meskipun cukup bagus, tetapi hal ini sulit dilakukan dalam sistem tradisional karena keterbatasaan kuantitas dan kualitas guru. Di samping itu guru juga dituntut untuk bekerja ekstra baik dalam perubahan perencanaan, penjadwalan, kegiataan sekolah, pandanaan maupun managemennya. Untuk meminimalkan kelemahan dari sistem kenaikan kelas ini adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 22 dan 23 Tahun 2006, ditetapkan adanya standar isi dan standar kompetensi lulusan yang kemudian merupakan landasan strategis dalam mengendalikan penjaminan mutu pendidikan secara nasional, hal ini ditindaklanjuti dengan sistem ujian kenaikan kelas yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang dimaksudkan untuk meminimalkan keragaman mutu pendidikan antar sekolah. Sehingga diperlukan adanya pembentukan pusat pengujian pendidikan di tingkat kabupaten /kota yang bersifat independen. Kenaikan pada umumnya dilakukan pada akhir tahun pelajaran, kriteria untuk kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait,
2 - 24
Unit 2
namun secara umum siswa dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah setelah: (a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran pada 5 kelompok mata pelajaran, dengan kriteria untuk aspek kognitif dan psikomotor minimal 75, sedang untuk aspek afektif kriteria baik digunakan bila sebagian orang menyatakan bahwa siswa memang baik; (c) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi; dan (d) Lulus Ujian nasional. Selanjutnya ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri dengan usulan BSNP.
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 25
2 - 26
Unit 2
g. Tes Lisan Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik dengan satu atau beberapa penguji. Pertanyaan ataupun jawabannya disampaikan secara langsung atau spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penskoran. h. Jurnal Jurnal pada dasarnya merupakan catatan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga jurnal berisi deskripsi proses pembelajaran dengan kekuatan dan kelemahan siswa terkait dengan kinerja ataupun sikap. i. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. j. Inventori Inventori adalah skala psikologis yang digunakan untuk mengungkap sikap, minat dan persepsi peserta didik terhadap obyek psikologis, ataupun fenomena yang terjadi, antara lain berupa skala Likert dan sebagainya. k. Penilaian diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang digunakan agar peserta didik dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai hal. l. Penilaian antar Teman (penilaian sejawat) Penilaian antar teman ini dilakukan dengan meminta siswa mengemukakan kelebihan dan kekurangan teman dalam berbagai hal. Penilaian ini dapat pula berupa sosiometri untuk mendapat informasi anak-anak yang favorit dan anak-anak yang terisolasi dalam kelompoknya. Berbagai teknik penilaian tersebut dapat dilakukan secara kombinasi untuk bisa memperoleh informasi yang selengkap dan sedetail mungkin tentang proses, kemajuan dan hasil belajar peserta didik.
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 27
Latihan
Cobalah Anda lakukan refleksi, teknik apa sajakah yang pernah dan belum pernah Anda gunakan dalam melakukan penilaian di kelas? Analisis dan diskusikan dengan teman Anda tentang hambatan-hambatan yang ada di lapangan untuk menerapkan teknik teknik tersebut!
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh pendidik! 2. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh satuan pendidikan! 3. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah! 4. Jelaskan jenis penilaian yang dapat digunakan!
Umpan Balik
Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena pemahaman Anda tentang keberhasilan proses dan hasil belajar akan mempengaruhi pemahaman Anda terhadap konsep-konsep lain yang terkait dalam mata kuliah ini.
2 - 28
Unit 2
nda semua telah memahami bahwa sebenarnya Ujian Nasional adalah wujud dari evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui BSNP sebagai lembaga independen yang diserahi tugas untuk melaksanakan Ujian Nasional tersebut. Evaluasi yang dilakukan pemerintah ini dapat digunakan untuk: (1) Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan; (2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (3) Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan; dan (4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meneningkatkan mutu pendidikan. Sebenarnya bukan baru sekarang pemerintah melakukan evaluasi hasil belajar secara nasional, namun sebagai suatu kebijakan, sudah barang tentu implementasinya akan selalu dihadapkan pada sikap pro dan kontra dari berbagai kalangan atas dasar kepentingan yang berbeda. Pada bagian ini akan dikupas bagaimana perjalanan evaluasi hasil belajar yang dilakukan pemerintah ini dari tahun ke tahun dan bagaiman sikap pro dan kontra dalam pelaksanaannya.
2 - 29
yang muncul ini pemerintah mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai lapisan yang kemudian menjadi landasan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 011/U/2002, Tanggal 28 Januari 2002 yang isinya penghapusan EBTANAS untuk Sekolah Dasar, Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Luar Biasa tingkat Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Meskipun tetap muncul pro dan kontra terhadap munculnya Surat Keputusan ini, namun keputusan pemerintah ini tetap dilaksanakan atas dasar pertimbangan dan logika kebijakan dengan pilihan yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko yang paling kecil. Hal ini sejalan pula dengan program pemerintah, yaitu: (1) Program wajib belajar sembilan tahun, (2) Pertimbangan bahwa jumlah Sekolah Dasar sangat besar dan lokasinya tersebar sampai ke daerah pelosok dan terpencil sehingga penyelenggaraan EBTANAS untuk Sekolah Dasar menjadi sangat besar, dan (3) Mobilitas lulusan Sekolah Dasar belum begitu tinggi. Hal ini akan dapat dilihat perbedaannya dengan EBTANAS untuk Sekolah Lanjutan Pertama dan SLTA, sehingga hampir bersamaan dengan Surat Keputusan tersebut, juga dikeluarkan Surat Keputusan Mendiknas Nomor: 047/U/2002, Tanggal, 4 April 2002 yang berisi pernyataan bahwa Nama EBTANAS untuk tingkat SLTP, SLTPLB, SMU, SMLB, MA, dan SMK diganti dengan menjadi Ujian Akhir Nasional atau disebut dengan UAN. Dalam Surat Keputusan tersebut dijelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan UAN adalah: a. Untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa; b. Mengukur tingkat pendidikan pada tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan sekolah; c. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan sekolah kepada masyarakat. Dijelaskan lebih lanjut tentang fungsi UAN yang dijabarkan dalam Pasal 3 Surat Keputusan tersebut, bahwa UAN dapat memiliki multi fungsi yang dirinci sebagai berikut: a. Alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, dengan diselenggarakannya UAN ini diharapkan mutu pendidikan secara nasional dapat dikendalikan, hanya saja UAN tidak digunakan untuk pengelompokan sekolah bermutu dan sekolah yang kurang bermutu, karena hal ini akan semakin memperlebar jurang pemisah dalam kualitas sekolah yang secara nasional memang rentang variasi kualitas sekolah ini sudah sangat panjang. b. Mendorong peningkatan mutu pendidikan, dengan penyelenggaraan UAN ini diharapkan memotivasi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya dan berusaha untuk mencapai hasil UAN yang optimal.
2 - 30
Unit 2
c. Bahan pertimbangan untuk menentukan tamat belajar dan predikat prestasi siswa, UAN dijadikan bahan pertimbangan penentuan kelulusan dan penentuan predikat prestasi siswa, UAN menjadi kriteria yang akurat dan general (berlaku nasional) untuk menentukan predikat dan prestasi siswa. d. Pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, butir-butir soal UAN sudah disusun untuk mampu membedakan antara siswa yang telah memenuhi standar kompetensi dan siswa yang belum, maka akan sangat tepat bila digunakan juga untuk mengetahui potensi calon siswa untuk mengikuti pembelajaran di sekolah yang dipilihnya. Untuk bisa memenuhi fungsi tersebut, soal-soal dalam UAN harus mampu membedakan antara siswa yang sudah menguasai dan siswa yang belum menguasai materi yang diujikan. Butir soal untuk seleksi harus dapat memilah secara tepat siswa yang mampu diterima dan mengikuti pembelajaran di sekolah lanjutan. Dengan demikian idealnya soal UAN harus berbeda dengan soal seleksi. Perubahan fungsi UAN menjadi alat seleksi dan salah satu pertimbangan dalam penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dianggap sebagai suatu keputusan yang tepat. Pada Tahun 2004 UAN juga banyak mendapat kecaman dari berbagai kalangan masyarakat bahkan ada sebagian besar anggota DPR tidak menyetujuinya, ketidak setujuan anggota Dewan ini terutama terhadap besarnya usulan anggaran peleksanaan UAN. Kecaman-kecaman dalam pelaksanaan UAN tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi permasalahan utama, yaitu: 1) UAN dianggap bertentangan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 58. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Namun bila dicermati lebih jauh pada Ayat 2, dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menilai pencapaian standar nasional diperlukan evaluasi yang dilakukan oleh lembaga mandiri. Hal inilah yang digunakan sebagai landasan penyelenggaraan Ujian Nasional. 2) UAN dianggap tidak bermanfaat dan hanya menghambur-hamburkan biaya. Kecaman ini kemudian dijawab dengan hasil penelitian Mardapi, dkk. (2004) yang menunjukkan bahwa hasil UAN sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan motivasi mengajar guru,
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 31
perhatian kepala sekolah beserta semua staf sekolah, dan orang tua terhadap pembelajaran siswa. 3) Konversi skor yang digunakan dalam pelaksanaan UAN dianggap membodohi masyarakat, karena memotong skor anak pandai diberikan kepada siswa yang kurang. Menanggapi berbagai kritikan tersebut hasil penelitian Mardapi juga merekomendasikan perlunya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk penyempurnaan pelaksanaan UAN diantaranya adalah: a. Dalam Penyelenggaan UAN hendaknya: 1) Mengikutsertakan daerah dalam penyusunan soal, 2) Biaya ujian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah, 3) Peningkatan kualitas soal, 4) Peningkatan obyektivitas sistem skoring, 5) Peningkatan keamanan soal, 6) Pengamanan dan koreksi silang antar sekolah yang setingkat, 7) Pengiriman hasil UAN sesegera mungkin, 8) Pemenuhan fasilitas minimum dalam penyelenggaraan UAN. b. Diperlukan adanya pelatihan penyusunan soal bagi guru daerah, untuk meningkatkan kualitas soal ujian. c. Perlunya inovasi dalam pembelajaran dengan menggunakan berbagai media untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk mempelajari materi yang dianggap sulit. d. Analisis UAN secara rinci sesegera mungkin disampaikan ke sekolah agar informasi tentang pokok bahasan atau materi yang sulit dapat diketahui pihak sekolah dan para guru dapat mengambil strategi untuk mengatasinya. e. Sosialisasi dan informasi UAN perlu dilakukan seawal mungkin yang meliputi kisi-kisi ujian (standar kompetensi lulusan), bentuk soal ujian, proses penskoran, dan kriteria kelulusannya sehingga sekolah maupun siswa dapat lebih mempersiapkan diri menghadapi UAN. f. Pemerintah perlu membantu fasilitas dan peralatan yang memadai dalam pelaksanaan ujian sehingga mata pelajaran yang memerlukan media tertentu dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan UAN.
2 - 32
Unit 2
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 33
irisan antara: (1) Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2) Kurikulum 1994, dan (3) Standar Isi, yang secara visual dapat digambarkan berikut ini.
Dengan gambaran tersebut maka diharapkan bahwa tidak akan mencul kecaman terhadap soal UNAS dari sekolah-sekolah yang menggunakan berbagai kurikulum. Dalam penentuan kelulusan BSNP juga menetapkan nilai sebagai standar ketuntasan atau standar kelulusan yang akan dinaikkan secara bertahap setiap tahun. Sebagai suatu kebijakan yang baru apapun isinya dan sebaik apapun dipersiapkan pasti masih akan muncul pro dan kontra. Pihak yang pro akan mendukung dan ikut mensukseskan pelaksanaannya tetapi juga pasti akan muncul kritik dari pihak-pihak yang kontra dengan berbagai alasan. Perlu dipahami oleh semua pihak bahwa Ujian Nasional adalah penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program atau satuan pendidikan, sebagai dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan siswa dari program dan atau satuan pendidikan tertentu serta sebagai dasar pemberian bantuan pada satuan pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan ujian nasional ini menjadi polemik berkepanjangan, sikap pro dan kontra muncul diberbagai media dengan berbagai alasan rasional maupun sekedar rasionalisasi. Kesenjangan kualitas dari satuan pendidikan yang demikian panjang rentangnya
2 - 34
Unit 2
selalu akan menjadi pusat perhatian, namun tetap selalu menjadi permasalahan yang tak kunjung terjembatani. Persoalan sebenarnya bukan ujian nasional itu sendiri, tetapi perlu kajian dari berbagai sudut pandang diantaranya, adalah: (1) ketidaksiapan siswa, guru ataupun sekolah menghadapi kenyataan dari cermin prestasi diri yang disebut ujian nasional tersebut, (2) proses pendidikan yang selama ini berlangsung banyak memberi kemudahan, termasuk dalam pembelajaran, yang menyebabkan banyak pihak baik siswa, guru maupun orang tua yang terbuai oleh keberhasilan semu yang berupa angka-angka yang bisa dibuat oleh siapa saja, (3) adanya kecenderungan umum bahwa evaluasi yang kehilangan makna, karena evaluasi yang seharusnya menjadi sarana atau cermin kemampuan diri, selama ini bukan lagi menjadi sarana tetapi menjadi tujuan. Proses pembelajaran di tahun akhir program satuan pendidikan lebih diarahkan pada persiapan menghadapi ujian dengan drill soal, bukan giat untuk pencapaian standar kompetensi yang dipersyaratkan dan bahkan mungkin dengan menghalalkan berbagai cara membocorkan soal, membantu siswa mengerjakan soal ujian. Yang paling utama adalah sikap mental mencari jalan pintas menjadi sebab dari semua persoalan di atas. Meskipun perlu pula mengakomodasi pendapat yang menyatakan bahwa ujian nasional belum merupakan langkah evaluasi yang terbaik dan perlu dikaji ulang dalam prosedur dan teknik pelaksanaan atau perubahan fungsinya yang demikian mutlak. Misalnya saja ujian nasional tetap dilaksanakan dengan kriteria ketuntasan yang terus ditingkatkan, tetapi fungsinya bukan penentu kelulusan, tetapi lebih diarahkan pada pemetaan kualitas sekolah. Hanya saja kriteria dan hasil pemetaan harus disosialisasikan secara transparan dan akuntabel agar masyarakat, dapat menentukan pilihan dan tidak terkecoh oleh nilai kelulusan yang bersifat lokal. Memang ada 1001 alasan untuk gagal, tetapi dibutuhkan hanya satu keputusan untuk sukses, yaitu kerja keras dan kesungguhan. Selanjtnya, yang perlu mendapat perhatian adalah upaya sosialisasi dan penyadaran kepada semua stakeholder tentang pemahaman fungsi UNAS dan Standar Kompetensi Lulusan kepada siswa, orang tua guru maupun semua staf sekolah. Agar semua termotivasi untuk mengarahkan pembelajaran ke pencapaian standar kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa; orang tua akan memotivasi dan membimbing belajar anaknya, guru akan mengoptimalkan proses pembelajarannya untuk membelajarkan siswa mencapainya, demikian juga seluruh staf sekolah maupun berbagai pihak terkait. Bila secara nyata standar kompetensi ini telah tercapai, kapanpun di evaluasi, siapapun yang
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 35
melakukan evaluasi, bentuk soal manapun, termasuk penyelenggaraan UNAS bukan lagi menjadi permasalahan yang besar.
Tes Formatif 4
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 4. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! Pro dan kontra pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang diselenggarakan pemerintah, terus bermunculan. a. Analisislah sikap pro dan kontra yang ada di lingkungan kabupaten daerah Anda dengan segala kelebihan dan kelemahan masin-masing! b. Analisislah juga kekurangan atau kecurangan yang saudara ketahui dalam pelaksanaan UNAS!
2 - 36
Unit 2
2 - 37
3. Landasan Yuridis Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 58 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63, Ayat (1) yang menyatakan bahwa penilaian pendidikan khususnya penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh pemerintah. 4. BSNP adalah lembaga independen yang diberi tugas pemerintah untuk mengawal pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan, anggotanya terdiri dari 15 orang pakar di bidangnya masing-masing. Anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli di bidang psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum, dan manajemen pendidikan yang memiliki wawasan, pengalaman, dan komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan.. BSNP dapat membentuk panitia ad hock sesuai dengan kebutuhan. 5. BSNP mempunyai kewenangan untuk: a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan; b. menyelenggarakan ujian nasional; c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan. d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Tes Formatif 2
1. Yang berhak melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar adalah pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah 2. Standar umum penilaian, standar perencanaan penilaian, standar pelaksanaan, standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian, dan standar pemanfaatan hasil penilaian. 3. Dalam melakukan evaluasi proses dan hasil belajar, satuan pendidikan harus mematuhi dua jenis standar yaitu: standar penentuan kenaikan kelas dan standar kelulusan. 4. Prinsip-prinsip umum evaluasi menurut BSNP adalah: a. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
2 - 38
Unit 2
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yakni keputusan diambil berdasar apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. c. Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan. d. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran, program remidi dan pengayaan. e. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dengan proses pembalajaran. 5. Menganalisis kesenjangan antara evaluasi yang sudah Anda lakukan di kelas dengan ketentuan BSNP sesuai dengan kondisi masing masing sekolah.
Tes Formatif 3
1. Manfaat Penilaian oleh pendidik. a. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik. b. Sebagai bahan penyusunan laporan hasil belajar. c. Memperbaiki proses pembelajaran. 2. Manfaat Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan a. Menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. b. Mempromosikan siswanya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. c. Pengendalian kualitas pendidikan (quality control) dan sekaligus menjadi motivasi atau pressure to achieve bagi siswa dan pendidik bagi upaya peningkatan kualitas pembalajarannya. 3. Manfaat Penilaian hasil belajar oleh pemerintah a. Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan. b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. c. Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan. d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. 4. Jenis Penilaian yang dapat digunakan menurut BSNP meliputi: tes kinerja, demonstrasi, observasi, penugasan, portofolio, tes tertulis, tes lisan, jurnal, wawancara, inventori, penilaian diri, penilaian antar teman dan sebagainya
Tes Formatif 4
Berupa tugas untuk menganalisis pelaksanaan UNAS di daerah masing-masing.
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 39
DAFTAR PUSTAKA
-----------------------------. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasioanal Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. -----------------------------. 2003. Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. ----------------------------- Naskah akademik. Jakarta: BSNP. ----------------------------- Pedoman Umum Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: BSNP. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Jakarta: BSNP. ____________________. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Agama dan Akhlak Mulia. Jakarta: BSNP. ____________________. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Estetika. Jakarta: BSNP. ____________________. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: BSNP. ____________________. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olah raga, dan kesehatan. Jakarta: BSNP. ____________________. 2006. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang. Jakarta: Depdiknas.
2 - 40
Unit 2
Glosarium
Evaluasi-diri (self evaluation) : Indikator Kalender pendidikan : : adalah penilaian terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru itu sendiri adalah ciri-ciri atau tanda-tanda seseorang telah menguasai kompetensi standar. adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan
Kompetensi
Kurikulum
Asesmen pembelajaran di SD
2 - 41
Learning journal
Standar isi
Struktur kurikulum
atau jurnal belajar adalah prosedur self-report (laporan diri) dimana siswa membuat catatancatatan personal dan bersifat naratif terkait dengan aspek-aspek materi atau bidang studi yang dipelajarinya yang memiliki nilai dan relevansi khusus bagi dirinya. Catatan-catatan itu bisa hasil dari pengamatan, perasaan, dan pendapat pribadi dalam merespon apa yang dibaca, dilihat, dan dialaminya adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran. adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu adalah merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran.
2 - 42
Unit 2
Unit
Pendahuluan
ebagaimana telah Anda pelajari pada bab-bab sebelumnya, asesmen merupakan proses menghimpun atau mengumpulkan informasi yang akan dipergunakan untuk membuat keputusan tertentu di bidang pendidikan. Oleh karena itulah Anda pun harus memfokuskan kegiatan-kegiatan asesmen yang Anda lakukan pada informasi yang Anda perlukan terkait dengan keputusan-keputusan yang akan Anda buat. Hal ini juga berarti bahwa Anda harus memahami berbagai langkah yang harus dilakukan, mampu memilih dan menggunakan berbagai metode dan prosedur asesmen yang tepat. Topik-topik di atas akan disajikan dalam 2 Subunit, yaitu: Subunit 1: Langkahlangkah Pokok Asesmen Pembelajaran, dan Subunit 2: Teknik Tes dan Non Tes. Pembahasan topik-topik di atas diarahkan untuk mencapai indikator agar Anda dapat: 1. menjelaskan langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran; 2. menjelaskan jenis instrumen asesmen proses dan hasil belajar yang berkembang dan dikembangkan di sekolah; 3. menjelaskan proses dan prosedur evaluasi yang ada dan dilakukan di lapangan; Latihan soal disiapkan baik di tengah uraian ataupun di akhir uraian yang dapat Anda kerjakan. Untuk mengetahui dan mengecek hasil pekerjaan Anda, disediakan rambu-rambu jawaban atau dijabarkan dalam uraian materi. Akan tetapi, diusahakan jangan melihat rambu-rambu jawaban sebelum menyelesaikan soal-soal latihan yang disediakan.
Asesmen pembelajaran di SD
3-1
Untuk mengetahui keberhasilan belajar Anda, dilaksanakan tes formatif pada akhir subunit dan untuk mengecek hasil jawaban Anda, disediakan kunci jawaban tes formatif di akhir unit ini. Akan tetapi, diupayakan jangan melihat kunci jawaban sebelum Anda menyelesaikan semua soal yang disediakan. Pada unit ini Anda juga disediakan bahan ajar non cetak melalui web yang bisa Anda akses, sedangkan video tidak diperlukan dalam unit ini. Semoga Anda berhasil menyelesaikan Unit 3 dengan baik.
Selamat Belajar
3-2
unit 3
nda telah mempelajari bahwa proses asesmen tidak bisa dipisahkan dengan proses pembelajaran. Bahkan proses asesmen itu sendiri harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga hasil akhir dari asesmen akan mendorong lahirnya berbagai keputusan dan kebijakan yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itulah Anda harus benar-benar memahami sejumlah langkah pokok yang harus Anda lakukan agar tujuan dilakukannya asesmen bisa tercapai.
3-3
pendapat yang disampaikan oleh sejumlah pakar, termasuk Anderson (2003) dan Sudijono (2005), secara garis besar terdapat 7 (tujuh) langkah pokok asesmen pembelajaran sebagai berikut.
3-4
unit 3
(f). Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama). (g) Mereviu tugas-tugas asesmen Setelah Anda menyusun tugas asesmen, seyogyanya Anda meminta bantuan pihak lain untuk mencermatinya sebelum mencantumkannya pada instrumen asesmen. Dengan meminta bantuan pihak lain, Anda akan mengetahui apakah kalimat Anda bisa dipahami orang lain, apakah struktur kalimat yang kita gunakan sudah tepat, apakah tidak terjadi pengulangan, dan seterusnya.
Asesmen pembelajaran di SD
3-5
3-6
unit 3
(meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor); memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan; dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati; menggunakan kata kerja operasional. Lalu, tahukah Anda dengan yang dimaksud indikator? Indikator pada hakekatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Oleh karena itu indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan, menghitung, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan. Tahukah Anda siapa yang mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar? Ya, Anda lah sebagai guru yang mengembangkan dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik, bahkan kondisi daerah dan sekolah masing-masing. Anda bisa mengembangkan setiap kompetensi dasar menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar. Hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator-indikator yang Anda buat itulah pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar yang digunakan untuk melakukan penilaian.
b. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi penilaian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Di dalam silabus, harus jelas keterkaitan antara SK, KD, materi pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar di satu sisi, dengan indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan bentuk instrumen yang digunakan. Di bawah ini ada beberapa contoh format kisi-kisi penilaian menurut Badan Standar Nasional Pendidikan.
Asesmen pembelajaran di SD
3-7
Format kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan silabus. Contoh 1: Silabus Pembelajaran Standar Kompetensi : .......................................... Kompetensi Dasar
Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber Materi Pokok/ Pembelajaran Pencapaian Waktu Belajar Materi Pembelajaran
Contoh 2: Silabus Pembelajaran Sekolah : ............................... Mata Pelajaran : ............................... Kelas/Semester : ................................ Standar Kompetensi: .........................................
Kompetensi Materi Pokok/ Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber Dasar Materi Pembelajaran Pencapaian Teknik Bentuk Waktu Belajar
Pembelajaran
Penilaia Instrume
Perencanaan penilaian yang sudah dilengkapi dengan contoh instrumen disajikan secara menyatu dengan RPP. Berikut ini adalah contoh kisi-kisi penilaian yang sudah menyatu dengan RPP. Format kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan RPP Contoh 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah :.................................. Mata Pelajaran : .............................. Kelas/Semester : ............................. Alokasi Waktu : jam pelajaran (.xpertemuan) A. SK: ............................................................................... B. KD: ................................................................................ C. Materi Pembelajaran : .................................. D. Model/Metode Pembelajaran : ...............................
3-8
unit 3
E. Skenario/Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1: ............................................. Pertemuan 2: ............................................. dst. F. Sumber Belajar G. Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Seringkali terjadi para guru menggunakan pola asesmen tertentu, tanpa melakukan pertimbangan secara serius kenapa dia melakukan asesmen dan kenapa dia memilih pola asesmen tertentu. Umumnya guru menguji siswa agar dapat memperoleh skor yang diyakininya menunjukkan tingkat performa akademik siswa. Dan memang, kebutuhan untuk memberikan nilai terhadap siswa itulah yang menjadi pendorong utama bagi para guru untuk melakukan asesmen terhadap siswa. Sebenarnya ada sejumlah alasan yang cukup penting yang bisa mendorong seorang guru untuk menyusun dan menggunakan berbagai instrumen asesmen. Misalnya, guru dapat menggunakan hasil asesmen pada saat mengajar untuk mengidentifikasi aspek-aspek kesulitan siswa (misalnya materi atau kecakapan tertentu) di dalam pembelajaran sehingga guru tersebut bisa memberikan pembelajaran tambahan secara lebih efektif. Fungsi lain dari asesmen pembelajaran adalah membantu guru lebih memahami apa yang sebenarnya menjadi sasaran akhir pembelajaran, karena prosedur asesmen yang disusun dengan benar akan mengoperasionalkan sasaran pembelajaran secara konkrit.
Asesmen pembelajaran di SD
3-9
b. Teknik-teknik asesmen yang Anda pilih harus benar-benar sesuai dengan masing-masing sasaran pembelajaran
Apakah Anda sebagai guru ingin menilai bagaimana siswa memecahkan masalah dalam pembelajaran bidang studi tertentu? Atau Anda hendak menilai bagaimana siswa menyampaikan pendapatnya dan bagaimana menanggapi pendapat temannya di dalam sebuah diskusi? Bila itu yang hendak Anda lakukan, berarti Anda akan melakukan asesmen terhadap suatu proses. Hal tersebut harus dipertimbangkan ketika Anda hendak melakukan proses asesmen, sehingga teknik asesmen yang dipilih bisa sepraktis dan seefisien mungkin, kendati aspek kepraktisan dan efisiensi tidak boleh menjadi pertimbangan utama dan mengalahkan aspek lainnya.
3 - 10
unit 3
asesmen yang memungkinkan Anda dapat memberikan umpan balik yang bermakna terhadap pembelajar.
d. Jika memungkinkan, untuk masing-masing sasaran pembelajaran harus digunakan berbagai indikator prestasi pembelajar
Salah satu format asesmen (seperti pertanyaan dengan jawaban singkat atau latihan mencarikan pasangan atau matching exercises) memberikan gambaran yang tidak lengkap mengenai apa yang telah dipelajari oleh siswa. Karena suatu format asesmen cenderung memberi penekanan hanya pada satu aspek dari sasaran pembelajaran yang kompleks, maka yang terjadi biasanya format asesmen tersebut tidak bisa menjangkau sasaran pembelajaran yang hendak dicapai secara utuh. Oleh karena itulah, jika Anda dapat memperoleh informasi mengenai prestasi siswa dari beberapa metode atau prosedur, maka hal itu biasanya akan meningkatkan validitas asesmen yang Anda lakukan. Latihan-latihan yang meminta siswa untuk menjodohkan (matching exercises), misalnya, memberikan penekanan pada upaya mengingat kembali atau mengenali informasi yang bersifat faktual; pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam bentuk esai (essay) memberikan penekanan pada kemampuan siswa untuk mengorganisasi ide dan kecakapan menulis dengan batasan waktu tertentu (time limits); dan sebuah proyek yang lamanya sekitar satu bulan memberi penekanan pada penggunaan secara bebas terutama sumber daya (resources), penelitian, dan analisis yang lebih mendalam mengenai topik tertentu. Ketiga teknik asesmen tersebut bisa diperlukan untuk memastikan sejauh mana siswa telah mencapai sasaran pembelajaran tertentu.
e. Ketika Anda menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap hasil asesmen, Anda harus mempertimbangkan kelemahan kelemahannya
Meskipun kita menggunakan beberapa jenis asesmen, informasi yang kita peroleh sebenarnya hanyalah sebagian saja dari apa yang telah dicapai oleh pembelajar dari sasaran pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itulah bisa dikatakan bahwa informasi yang diperoleh dari proses asesmen memiliki kesalahan atau sampling error. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah sejumlah faktor seperti kondisi fisik dan emosi siswa juga membatasi tingkat akurasi informasi yang kita peroleh. Oleh karena itulah ketika membuat
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 11
keputusan yang didasarkan pada informasi hasil asesmen, sejumlah kelemahan atau keterbatasan yang ada harus tetap diperhitungkan. Senada dengan penjelasan di atas, ada beberapa pakar menyebutkan beberapa karakteristik yang harus dimiliki prosedur asesmen dan penting untuk dipertimbangkan manakala Anda hendak menentukan desain asesmen dan pemilihan prosedur asesmen yang tepat adalah: - sesuai dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dan memberikan hasil yang berguna. - memiliki kualitas teknik yang baik, artinya secara statistik valid dan reliabel - komprehensif, mengukur seluruh skills yang terkait. - dipilih berdasarkan kebutuhan siswa secara individu. Asesmen yang tidak diperlukan harus dihindari. - efektif dan efisien (pelaksanaan, penskoran, dan interpretasi). - asesmen yang bersifat khusus dan lebih mendalam hanya dilakukan untuk permasalahan yang telah teridentifikasi. - mencakup asesmen tentang dimensi utama: siswa, tugas belajar, dan lingkungan belajar. - mengukur seberapa jauh siswa mengetahui dan bagaimana siswa mengerjakan tugas. - disusun dari yang umum ke yang khusus dan saling terkait. - prosedur tidak boleh membeda-bedakan atas dasar ras, jenis kelamin, bahasa, agama, dsb.
3 - 12
unit 3
Tulis jawaban Anda pada buku catatan, dan lanjutkan dengan membaca bahasan berikut sambil mencocokkan jawaban Anda. Setelah mengkaji beberapa bahasan terhadulu, tentunya Anda sudah paham bahwa asesmen yang Anda lakukan sangat tergantung dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu prosedur asesmen yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak akan berbeda dengan asesmen yang dilakukan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga Perguruan Tinggi. Untuk siswa Sekolah Dasar, kegiatan asesmen sebagian besar dilakukan dengan cara: a. Melakukan observasi atau pengamatan terhadap berbagai kegiatan praktik dan memecahkan masalah yang dilakukan secara formal. b. Melakukan kegiatan lisan, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan anak. c. Melakukan kegiatan tertulis, baik dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung maupun menulis. d. Memberikan tes, baik sifatnya informal (disusun oleh guru) maupun yang formal (Black, et. al., 1989 dalam Conner, 1991) Sementara itu, menurut Duncan dan Dunn (1985), sebagaimana dikutip oleh Conner (1991), fokus asesmen yang dilakukan di sekolah dasar adalah: a. pemerolehan beraneka macam pengetahuan, konsep, dan prinsip. b. kemampuan mengaplikasikan konsep dan prinsip ke dalam situasi baru. c. kemampuan berkomunikasi. d. kemampuan memecahkan masalah. e. pengembangan sikap (Duncan dan Dunn, 1985). Beberapa bentuk asesmen yang biasa digunakan di sekolah dasar adalah sebagai berikut. Yang dilakukan oleh siswa: 1. kegiatan menulis (menguraikan secara mendalam, melengkapi kalimat, pilihan berganda - menggunakan huruf dan angka), 2. kegiatan menggambar (benda, diagram, peta), 3. kegiatan lisan dan aural (menggunakan indera pendengaran), 4. kegiatan fisik/perilaku/unjuk kerja (menunjukkan pemahaman dengan melakukan sesuatu), 5. kegiatan evaluasi diri (profil). Yang dilakukan oleh guru: 1. asesmen informal sebagai bagian dari rutinitas di kelas (menulis
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 13
uraian, mendengarkan, bercakap-cakap, melakukan diskusi) 2. asesmen formal melalui tes, kuis, kegiatan terstruktur, tes yang dipublikasikan, inventori, skala rating (rating scale) dan checklist, 3. observasi atau pengamatan. Dari berbagai penjelasan mengenai asesmen pembelajaran, jelas sekali bahwa asesmen tidak bisa dianggap sebagai kegiatan yang berdiri sendiri dan terpisah. Asesmen merupakan unsur penting dari proses belajar mengajar dan memberikan kontribusi terhadap efektivitas. Asesmen merupakan sebuah proses yang terus dilakukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman pendidikan secara keseluruhan bagi anak. Kemajuan akan terus terjadi jika pemilihan pengalaman belajar dan cara memonitor berbagai pengalaman siswa itu dilakukan dengan cermat dan tepat. Sebagaimana dikatakan oleh Ainscow (1988) bahwa asesmen harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam mengumpulkan dan mereviu informasi untuk membantu siswa berhasil di kelas. Karena telah menjadi kegiatan yang terus dilakukan dan terintegrasi dengan proses belajar mengajar maka bentuk dan metode asesmen harus dibuat bervariasi sesuai dengan kegiatan siswa dan jenis informasi yang hendak diperoleh. Asesmen terhadap siswa bukanlah pernyataan tentang kemampuan absolute atau mutlak siswa, melainkan pernyataan mengenai prestasi siswa dalam kerangka kesempatan yang telah diterimanya. Oleh karena pada tingkat tertentu asesmen terhadap siswa juga merupakan asesmen terhadap guru dan asesmen terhadap sekolah (Calouste Gulbenkian Report, 1982).
Rangkuman
Proses asesmen tidak bisa dipisahkan dengan proses pembelajaran. Bahkan proses asesmen itu sendiri harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga hasil akhir dari asesmen akan mendorong lahirnya berbagai keputusan dan kebijakan yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itulah sejumlah langkah pokok yang harus benar-benar dipahami agar tujuan dilakukannya asesmen bisa tercapai. Indikator pada hakekatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Iindikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan, menghitung, menyimpulkan, dst.
3 - 14
unit 3
Beberapa Prinsip dalam Menentukan Prosedur Asesmen a. Sasaran pembelajaran yang akan dinilai asesmen harus jelas. b. Teknik-teknik asesmen yang Anda pilih harus benar-benar sesuai dengan masing-masing sasaran pembelajaran. c. Teknik-teknik asesmen yang dipilih harus benar-benar memenuhi kebutuhan pembelajar. d.Jika memungkinkan, untuk masing-masing sasaran pembelajaran harus digunakan berbagai indikator prestasi pembelajar. e. Ketika Anda menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap hasil asesmen, Anda harus mempertimbangkan kelemahan-kelemahannya.
Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Siapakah yang mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar? Bagaimanakah caranya? 2. Ada lima aspek yang menjadi fokus asesmen pembelajaran di Sekolah Dasar. Sebutkan! 3. Benarkah ketika kita menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap hasil asesmen kita juga harus mempertimbangkan kelemahan-kelemahannya? Jelaskan jawaban Anda!
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 15
3 - 16
unit 3
memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat dan sumber belajar yang dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (seperti televisi, radio, situs bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam sumber bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan. Kenyataan menunjukkan bahwa kecakapan membaca yang semakin baik untuk memahami berbagai sumber bacaan semakin diperlukan ketika seseorang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal inilah yang mendasari pentingnya sedini mungkin mengidentifikasi kemampuan membaca peserta didik.
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 17
yang dihadapi peserta didik sifatnya sangat pribadi, maka tes intelegensi individual menjadi sebuah pilihan yang tepat.
Inventori kepribadian dan penyesuaian diri digunakan untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan individu siswa tertentu. Oleh karena itulah tes ini hanya.
Apapun jawaban Anda, marilah kita bersama-sama mengkaji beberapa teknik non tes yang ada. Dengan teknik non tes, asesmen atau evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan melakukan observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan lain-lain.
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 19
itulah mengamati para siswa ketika mereka sedang beraktivitas atau menjawab soal-soal yang Anda berikan merupakan salah satu prosedur yang sangat penting. Jika Anda sebagai guru ingin menggunakan observasi sebagai alat asesmen, maka Anda harus benar-benar memahami tentang: - dasar-dasar observasi. - bagaimana mempersiapkan observasi. - bagaimana melakukan observasi. - bagaimana merangkum data sehingga bisa digunakan oleh para siswa dan para stakeholder lain. Yang termasuk di dalam kegiatan mempersiapkan observasi adalah: - menentukan kegiatan atau tindakan (actions ) apa yang akan diobservasi. - menentukan siapa yang akan mengobservasi. - menentukan rencana sampling. - menyusun lembar observasi. - melatih pihak-pihak yang akan melakukan observasi atau observer dalam menggunakan lembar observasi. Observasi bisa dilakukan secara formal ataupun informal, terstruktur (structured) maupun tidak terstruktur (unstructured). Ketika meringkas hasil, Anda bisa menampilkan data dalam bentuk bar atau run charts. Kemudian umpan balik diberikan kepada para siswa atau pihak-pihak yang berkepentingan. Diharapkan pihak penerima umpan balik tersebut melakukan refleksi dan memberikan ide-ide untuk perbaikan. Salah satu tujuan utama dari sejumlah prosedur observasi adalah menilai penggunaan kecakapan sosial (social skills) yang memiliki beberapa langkah sebagai berikut: Pertama, Anda perlu mereviu asumsi-asumsi yang mendasari pengajaran social skills yang hendak Anda ajarkan. Untuk itu Anda pun harus memahami social skills apa yang hendak diajarkan dan bagaimana pula mengajarkannya. Yang jelas social skills tersebut haruslah spesifik dan dimulai dari hal-hal yang kecil dan menekankan overlearning atau belajar tentang banyak hal.
3 - 20
unit 3
Kedua, Anda perlu mengajarkan setiap social skill kepada para siswa. Tunjukkan pentingnya keterampilan yang akan mereka pelajari dan perlunya memiliki keterampilan tersebut. Ciptakan situasi praktik di mana para siswa dapat menggunakan keterampilan itu. Jangan lupa memberi umpan balik (feedback). Ketiga, Anda perlu menstrukturkan situasi cooperative learning sehingga para siswa dapat menggunakan social skills dan Anda pun dapat mengobservasi saat mereka tengah menggunakannya. Keempat, Anda dapat ikut terlibat di dalam kelompok-kelompok cooperative learning groups untuk memastikan bahwa para anggota kelompok memang menggunakan social skills dengan tepat dan Anda pun dapat memberi penguatan kepada mereka untuk melakukannya. Kelima, Anda perlu memfasilitasi siswa untuk melakukan diagnosa terhadap dirinya sendiri (self-diagnosis) terkait dengan tingkat penguasaan (mastery) mereka terhadap social skills yang hendak dicapai. Untuk itu para siswa bisa diminta untuk mengisi checklist atau angket. Keenam, Anda bisa menugasi para siswa untuk meningkatkan kompetensi sosial mereka dengan meminta mereka membuat tujuan kegiatan peningkatan. Ketujuh, Anda melakukan asesmen terhadap pengetahuan siswa mengenai social skills. Akhirnya, Anda dapat melaporkan tingkat social skills siswa kepada para stakeholders yang berkepentingan seperti siswa, orang tua, dan atasan Anda. Sebagaimana telah banyak dibahas di bagian lain buku ini, asesmen bisa dilakukan terhadap proses maupun hasil belajar. Namun demikian, asesmen terhadap proses kurang begitu dipahami oleh sebagian dari mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan. Oleh karena unit ini memberi perhatian yang lebih besar mengenai prosedur asesmen proses belajar.
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 21
Sebenarnya observasi merupakan proses yang alami karena kita semua sering melakukannya baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas, guru seringkali harus melihat, mengamati dan melakukan interpretasi. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun kita melakukan asesmen terhadap orang lain. Pentingnya kegiatan observasi di dalam kegiatan asesmen membuat guru harus belajar mempertanyakan judgement atau penilaian kita, bertindak secara reflektif dan menggunakan komentar orang lain sebagai informasi untuk membantu kita membuat judgement yang lebih reliabel, jadi bukan menggunakan komentar orang lain sebagai kritik yang sifatnya personal. Dalam kehidupan sehari-hari judgement yang kita buat tidak selalu akurat terutama jika informasi atau bukti yang kita miliki tidak cukup. Namun sebagai guru yang profesional Anda harus mempunyai cukup informasi sebagai dasar bagi Anda untuk membuat judgement. Oleh karena itu para guru harus terus mengembangkan praktik membuat judgement dalam kegiatan di kelas seharihari sehingga judgement yang dibuat bisa seabsah mungkin (Dean, 1990).
3 - 22
unit 3
Sebelum proses observasi, sejumlah kategori telah diidentifikasi dan difokuskan pada perilaku tertentu. Mengumpulkan informasi atau data dengan melakukan observasi kelas bukanlah pekerjaan mudah. Apa yang terjadi di kelas sangatlah dinamis karena ada banyak siswa dengan berbagai kegiatannya, sehingga selain merekam apa yang terjadi di kelas, Anda sebagai guru juga mempunyai banyak tanggung jawab yang harus dilakukan. Oleh karena itulah ada dua hal yang harus diperhatikan dalam proses yaitu: Bagaimana cara melakukan observasi yang efisien? Faktor-faktor apa yang harus dijadikan fokus di dalam evaluasi?
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 23
Merekam Anekdot
Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting di dalam evaluasi. Agar mudah mengamati dan mencatat apa yang terjadi di dalam kelas guru bisa menggunakan selembar kertas yang cukup lebar dan selanjutnya menuliskan namanama siwa yang diletakkan dalam kotak-kotak yang telah dibuat sebelumnya. Lembar observasi seperti itu memiliki sejumlah kelebihan, antara lain membantu guru untuk mengetahui apakah yang terjadi di kelas untuk masing-masing siswa sudah tercatat dengan baik. Dengan demikian kotak yang berisi nama-nama siswa bisa terus diisi dengan catatan baru dan guru pun bisa membagi perhatiannya pada kotak-kotak yang belum terisi secara optimal yang berarti ada aspek-aspek dari kegiatan siswa tertentu yang belum tercatat. Selain itu, ruangan tempat mencatat yang terbatas harus menjadi pertimbangan sehingga catatan yang sifatnya ringkas dan teratur lebih diutamakan.
3 - 24
unit 3
b. Interviews (interviu)
Ciri-ciri: Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah diakses dengan cara lain.
Melakukan asesmen dengan cara melakukan interviu tidak bisa lepas dari proses mengobservasi siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran (in action). Bahkan keduanya terkait erat. Seperti halnya mengobservasi, dengan menginterviu siswa Anda dapat mengungkap apa yang tidak tampak. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan sebaiknya semakin lama semakin mendetil terkait dengan proses dan strategi penalaran yang digunakan. Memang kelebihan interviu adalah sifatnya yang personal dan fleksibel sehingga sangat memungkinkan Anda sebagai guru membangun hubungan yang positif, saling percaya, dan saling mendukung dengan setiap siswa tanpa terikat dengan waktu. Artinya, Anda dapat mengajukan sejumlah pertanyaan baik kepada seorang siswa ataupun sejumlah siswa sebelum, selama, dan setelah pelajaran baik untuk tujuan asesmen maupun untuk tujuan pembelajaran. Beberapa pedoman dan langkah ketika Anda ingin melakukan interview kepada siswa adalah sebagai berikut. - Rencanakan pertanyaan, baik dari sisi kata-kata yang dipilih maupun cara bertanya, sehingga hubungan Anda sebagai guru dengan peserta didik menjadi lebih baik. - Atur pertanyaan Anda sedemikian rupa sehingga tidak membuat siswa bersikap defensif dan Anda pun bisa memperoleh banyak informasi yang bermanfaat sesuai dengan tujuan dilakukannya interviu. - Mulailah interviu dengan pertanyaan yang sederhana dan santai. Simpan pertanyaan yang lebih kompleks dan bersifat menyerang di akhir interviu. - Mulailah dari pertanyaan yang umum menuju pertanyaan yang khusus. - Buatlah isyarat non verbal yang sangat berguna untuk memancing siswa agar bersedia memberikan jawaban lengkap/tuntas. - Bersikaplah tenang. Siswa membutuhkan pendengar yang baik. - Berilah cukup waktu kepada siswa untuk merumuskan apa yang dipikirkannya dan apa yang akan dikatakannya.
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 25
c. Angket
Ciri-ciri: - Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah diakses dengan cara lain. - Hasilnya berupa data deskriptif. - Biasanya berupa angket sikap ( Attitude Questionnaires ). Seluruh proses pembelajaran memiliki komponen afektif yang sangat penting perannya bagi anak. Mendapat nilai 100 untuk pelajaran tertentu bagi anak misalnya, tidak begitu bermakna bila dia membenci pelajaran tersebut atau bahkan tidak ingin lagi mempelajarinya. Oleh karena itu berbagai sikap anak perlu diketahui karena keberadaannya sangat menentukan di dalam proses pembelajaran. Beberapa langkah yang perlu Anda lakukan ketika melakukan asesmen terhadap sikap siswa adalah: - memutuskan sikap-sikap yang hendak diukur atau dinilai. - menyusun angket atau kuesioner. - memilih ukuran standar (standardized measure) yang sesuai. - memberikan angket kepada siswa untuk diisi mendekati awal atau akhir dari tiap-tiap unit pembelajaran, atau bisa juga di sekitar awal atau akhir semester/tahun. - menganalisis dan mengelola data untuk umpan balik bagi para stakeholder yang berkepentingan. - memberikan umpan balik tepat waktu. - menggunakan hasil untuk membuat keputusan terkait dengan upaya memperbaiki program pembelajaran. Dalam menyusun angket Anda bisa menggunakan pertanyaan yang memerlukan jawaban terbuka (seperti mengisi bagian yang kosong atau jawaban bebas) atau jawaban tertutup (pilihan berganda, skala, dichotomous, ranking, dsb).
3 - 26
unit 3
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 27
digunakan untuk membuat penilaian kualitatif. Kedua cara pengumpulan tersebut bisa dikembangkan bersama dengan anak-anak yang akan kita nilai.
g. Portofolio
Ciri-ciri: - Siswa menjabarkan tugas atau karyanya. - Memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan dicapai siswa Siswa akan merasakan bahwa dirinya benar-benar memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman jika mereka dapat menjabarkan tugas atau karya mereka ke dalam sebuah portofolio yang merepresentasikan kualitas belajar mereka. Melalui portofolio para siswa dapat menunjukkan gambaran yang komprehensif mengenai prestasi, perkembangan atau kemajuan yang telah diraih, karena dari portofolio akan tampak pekerjaan terbaik siswa atau proses yang diterapkan di dalam belajar. Salah satu tugas penting Anda sebagai guru adalah membantu mereka membuat atau menyusun portofolio. Pentingnya bantuan pihak lain ketika menyusun portofolio membuat portofolio lebih tepat digunakan di dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan cooperative learning.
dibuat oleh siswa secara individu. bisa dibuat oleh siswa secara individu dengan masukan dan bantuan dari kelompok cooperative learning. atau dibuat oleh siswa di dalam kelompok, sehingga hasilnya ada yang sifatnya individual atau sebagai anggota kelompok dan ada pula yang kelompok (cooperative base groups).
2. Mengidentifikasi maksud dan tujuan portofolio. Karena terdapat banyak macam portofolio, Anda sebagai guru harus memikirkan apakah portofolio itu nantinya diserahkan ke pihak guru dan sekolah, ataukah akan dijadikan pokok pembicaraan dalam diskusi/rapat antara guru dan administrator, atau untuk disimpan siswa? Atau, masih ada tujuan lain? 3. Menentukan kategori sampel kerja (skills, kompetensi, dan pengetahuan) seperti apakah yang harus didemonstrasikan siswa? Dan bagaimanakah bentuk tugasnya? 4. Meminta siswa untuk menyeleksi hal-hal yang akan dimasukkan ke dalam portofolio berdasarkan kriteria yang telah disepakati. 5. Menentukan bagaimana mengevaluasi portofolio, termasuk yang akan mengembangkan rubrik yang akan dipergunakan dalam melakukan asesmen dan evaluasi. Perlu disampaikan juga apakah siswa akan dilibatkan dalam hal ini. Langkah kedua: mengatur portofolio selama satu semester atau selama suatu pelajaran disajikan dengan cara-cara berikut. 1. Proses Portofolio Guru menjelaskan kepada siswa kategori dari sampel kerja (work sample) yang akan ditulis atau dimasukkan ke dalam portofolio. 2. Rubrik Guru atau pihak sekolah mengembangkan rubrik untuk menilai sampel kerja (work sample) yang dilakukan atau dikerjakan siswa.
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 29
3. Tugas Siswa menyelesaikan tugas. Mereka diberitahu bahwa sebagian atau seluruh dari tugas itu akan dimasukkan ke dalam portofolio akhir. Semua tugas bisa disimpan di dalam sebuah portofolio kerja selama masa penskoran. 4. Evaluasi Diri Siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas kerja dan kemajuan dikaitkan dengan tujuan belajarnya. Langkah ketiga: mengatur dan menjalankan proses portofolio pada akhir masa penskoran. 1. Anda sebagai guru menentukan jumlah dan jenis produk yang akan dimasukkan ke dalam portofolio akhir. 2. Siswa memutuskan apa saja yang akan dimasukkan ke dalam portofolio mereka. 3. Siswa menggambarkan kemajuan yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan belajar selama masa penskoran. 4. Kelompok cooperative learning menggambarkan kemajuan yang telah dicapainya selama masa penskoran. 5. Guru melakukan evaluasi sumatif. Dalam kesempatan ini guru memberikan nilai atau skor. 6. Konferensi, yang bisa dilakukan oleh: - siswa dan guru, - siswa dan kelompok cooperative learning, - siswa (dan kelompok cooperative learning) dan orang tua (disertai guru), - siswa dan pengunjung/tamu pada pameran portofolio.
3 - 30
unit 3
menimbulkan permasalahan tersendiri di dalam proses asesmen terutama di sisi guru, karena Anda harus membaca komposisi satu per satu, selain juga mendengarkan semua presentasi satu demi satu disertai dengan memberikan umpan balik (feedback) yang bermanfaat bagi mereka. Untuk itulah penggunaan kelompok cooperative learning untuk melakukan asesmen performa anggota kelompok tersebut dapat mencapai empat tujuan sekaligus pada kesempatan yang sama. Kelompok cooperative learning memungkinkan para siswa sering terlibat di dalam unjuk kerja, menerima umpan balik secara langsung dan mendetil atas segala upaya yang dilakukan, mengamati dari dekat penampilan teman-temannya untuk mengetahui apa yang baik dan apa yang masih kurang. Langkah-langkah ketika menerapkan komposisi adalah: - Siswa diminta berpasangan atau mencari partner. - Mendiskusikan dan membuat kerangka komposisi yang dibuat di dalam kelompoknya. - Mencari topik. - Menulis paragraf pertama bersama-samak - Menulis paragraf-paragraf berikutnya sendiri. - Saling menyunting komposisi yang ditulis pasangannya. - Menulis kembali komposisi sendiri. - Saling menyunting kembali. - Melanjutkan sendiri. - Saling membubuhkan tanda tangan di lembar komposisi partner untuk menandai bahwa tugas komposisi telah siap untuk diserahkan. Langkah-langkah untuk presentasi sama seperti langkah-langkah yang dilakukan untuk model komposisi.
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 31
penting manakala Anda sebagai guru ingin menilai multiple intelligences siswa dan kemampuan mereka melakukan berbagai prosedur yang kompleks di dalam proses pembelajaran. Proyek memang memungkinkan siswa untuk menggunakan beraneka macam cara belajar. Dengan diterapkannya cooperative learning melalui kelompok-kelompok menjadikan proyek benar-benar lebih kompleks dibandingkan jika siswa melakukan kegiatan belajar sendiri. Secara umum proyek mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tentukan berbagai jenis proyek untuk periode satu tahun. Buat struktur untuk proyek-proyek itu sehingga peserta didik: mempunyai beberapa pilihan fokus atau topik. dapat menggunakan berbagai macam intelejensi (linguistik, interpersonal, intrapersonal, dsb.) di dalam menyelesaikannya. harus menggunakan keterampilan melakukan penalaran tingkat tinggi seperti induksi dan pemecahan masalah.
2.
3.
4.
5. 6. 7. 8.
bisa kreatif dan divergen di dalam menghadapi tugas. Untuk masing-masing proyek, buat jadwal kapan proyek dimulai, kapan masing-masing bagian dari proyek harus diselesaikan, kapan draft awal dikumpulkan agar bisa disunting oleh teman-temannya, bagaimana reaksi awal dari guru, dan kapan produk akhir diharapkan selesai. Tunjukkan kepada para peserta didik beberapa sampel atau model proyek yang sudah selesai, mulai dari yang tergolong sangat bagus, kurang bagus agar mereka mempunyai bayangan terhadap tugas yang akan dilakukannya. Upayakan siswa dapat mengembangkan kriteria untuk menilai kualitas sejumlah proyek yang sudah selesai, bisa dari sisi penampilan, temuan atau informasi. Upayakan siswa belajar bagaimana menggunakan rubrik yang telah Anda berikan sebelumnya. Upayakan siswa dapat menyelesaikan proyek dengan bantuan pihak sekolah (guru, tenaga administrasi, dll). Upayakan siswa agar menyajikan proyek yang telah selesai. Siswa menyerahkan proyek mereka masing-masing untuk dinilai.
3 - 32
unit 3
Sejumlah langkah di atas diperuntukkan untuk proyek individu. Sedangkan untuk proyek kelompok ada sedikit penambahan langkah. Disamping melakukan langkah-langkah di atas, prosedur proyek kelompok juga mencakup: 1. Para siswa diberi tugas sebuah proyek awal dan ditempatkan dalam kelompok-kelompok cooperative learning untuk menyelesaikannya. 2. Kelompok mengerjakan dan menyelesaikan proyek. Pastikan seluruh anggota kelompok memberikan kontribusinya, membuat kesepakatan, dan dapat menjelaskan hasilnya. Anda sebagai guru secara sistematis mengamati masing-masing kelompok dan memberikan umpan balik serta arahan. 3. Kelompok menyerahkan laporan kepada guru; masing-masing menyajikan hasilnya kepada teman-teman di luar kelompoknya. Dalam kesempatan ini, masing-masing anggota bisa dites terkait dengan content proyek. 4. Tugas yang telah diberikan itu bisa Anda kembangkan lagi dengan menyajikan prosedur, konsep, atau teori yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Siswa bisa diminta untuk menerapkan apa yang baru saja dipelajarinya ke dalam sebuah proyek yang lebih kompleks. Langkah-langkah di atas tentunya bersifat umum, bisa dimodifikasi, yaitu disederhanakan atau sebaliknya dibuat lebih kompleks tergantung berbagai faktor seperti karakteristik bidang studi, kemampuan siswa, waktu yang tersedia, karakteristik siswa, dan sebagainya.
Rangkuman
Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat yang paling utama karena kecakapan membaca (reading skills) mempunyai peran kunci untuk memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat dan sumber belajar yang dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (seperti televisi, radio, situs bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam sumber bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan. Jenis tes lain yang banyak digunakan di SD adalah tes bakat akademik, tes keterampilan dasar, tes kesiapan membaca, tes intelegensi individual, tes hasil belajar dalam mata pelajaran, dan sebagainya
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 33
Tes Formatif 2
Berikan tanda silang pada Huruf B, jika pernyataan berikut benar, atau pada Huruf S, jika pernyataan itu salah. 1) 2) 3) 4) B S Suatu format asesmen cenderung memberi penekanan hanya pada satu aspek dari sasaran pembelajaran yang kompleks. B S Portofolio tidak cocok diterapkan untuk asesmen kegiatan pembelajaran yang menerapkan pendekatan cooperative learning. B S Rating scales menyulitkan guru dalam mencatat frekuensi atau kualitas perilaku tertentu dari peserta didik. B S Menentukan hasil belajar (learning outcomes) yang dapat diukur adalah langkah terakhir dalam melakukan asesmen.
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap betul. 5) Peran guru sangat penting pada saat portofolio digunakan untuk asesmen, terutama ... A. sebelum pembelajaran. B. selama pembelajaran atau pada saat penskoran. C. segera setelah unit pembelajaran atau masa penskoran. D. jawaban A, B, dan C benar. 6) Yang tidak termasuk kegiatan mempersiapkan observasi adalah ... A. mewawancarai siswa yang hendak kita observasi. B. menentukan kegiatan atau tindakan yang akan diobservasi. C. menentukan siapa yang akan mengobservasi. D. menentukan rencana sampling. 7) Di antara pernyataan-pernyataan berikut yang tidak sesuai dengan proyek adalah A. pengetahuan dan keterampilan peserta didik dapat diintegrasikan. B. bisa digunakan dengan cooperative learning. C. kurang dapat membangkitkan kreativitas dan daya cipta peserta didik. D. bisa digunakan untuk individu maupun kelompok. 8) Kegiatan asesmen untuk siswa SD sebagian besar dilakukan dengan cara
A. Melakukan tanya jawab secara langsung dengan anak B. Memberikan tes, baik sifatnya informal maupun yang formal C. Mengamati kegiatan memecahkan masalah yang dilakukan siswa
D. Jawaban A, B, dan C benar.
3 - 34
unit 3
Kunci Jawaban
Kunci Jawaban Formatif 1
1. Yang mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar adalah guru. Caranya, dengan cara mengembangkan setiap kompetensi dasar menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar. Fokus asesmen yang dilakukan di sekolah dasar adalah: pemerolehan beraneka macam pengetahuan, konsep, dan prinsip. kemampuan mengaplikasikan konsep dan prinsip ke dalam situasi baru. kemampuan berkomunikasi. kemampuan memecahkan masalah.
2.
pengembangan sikap. 3. Benar. Pertama, hal tersebut disebabkan informasi yang kita peroleh hanyalah sebagian saja dari apa yang telah dicapai oleh pembelajar dari sasaran pembelajaran secara keseluruhan, diakibatkan oleh sampling error. Kedua, sejumlah faktor seperti kondisi fisik dan emosi siswa juga membatasi tingkat akurasi informasi yang kita peroleh.
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 35
Daftar Pustaka
Anthony, R.J., T.D. Johnson, N.I. Mickelson, A. Preece. (1991). Evaluating Literacy A Perspective Change. Heinemann: Portsmouth. Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. Hampshire: The Falmer Press. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: BSN. Johnson, David W. (2002). Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn and Bacon. Nitko, A.J. and S.M. Brookhart. (2007). Educational Assessment of Students. Fifth Edition. New Jersey: Pearson.
3 - 36
unit 3
Glosarium
Action theory Anekdot Checklist : teori mengenai tindakan apa yang diperlukan untuk mencapai kondisi yang diinginkan pada situasi tertentu. : cerita singkat tentang sesuatu yang telah terjadi atau dialami seseorang. : serangkaian kriteria, yang masing-masing bisa dikatakan tercapai atau tidak tercapai melalui respon yang dilakukan oleh siswa terhadap tugas asesmen. : sekelompok siswa yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mengoptimalkan prestasi masingmasing anggota kelompok dan prestasi kelompok secara keseluruhan. : fakta yang berupa proses maupun hasil yang menjadi obyek di dalam proses asesmen : pertemuan skala kecil untuk membahas hal tertentu yang sifatnya pribadi sehingga sangat mengutamakan privacy sejumlah pihak yang terlibat di dalamnya. : prosedur self-report (laporan diri) di mana siswa membuat catatan-catatan personal dan bersifat naratif terkait dengan aspek-aspek materi atau bidang studi yang dipelajarinya yang memiliki nilai dan relevansi khusus bagi dirinya. Catatancatatan itu bisa hasil dari pengamatan, perasaan, dan pendapat pribadi dalam merespon apa yang dibaca, dilihat, dan dialaminya. : prosedur self-report (laporan diri) di mana siswa membuat catatan-catatan singkat terkait dengan materi yang dipelajarinya. : tes yang diperuntukkan untuk menguji kinerja siswa, dibandingkan dengan kinerja siswa-siwa lainnya. : rubrik yang dipergunakan untuk melakukan penskoran yang membantu guru menilai sejauh mana siswa telah mencapai dimensi prestasi dari tugas kinerja (performance) yang diberikan : kartu laporan hasil asesmen.
Cooperative learning
Evidence Konferensi
Learning journal
Learning Log
Report card
Asesmen pembelajaran di SD
3 - 37
: indikator-indikator dari suatu kriteria dengan tingkatan yang berbeda-beda untuk menilai kinerja. : keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain. : orang-orang atau sekelompok orang yang berkepentingan dengan hasil asesmen, biasanya karena mereka akan terpengaruh oleh adanya keputusan yang dibuat berdasarkan hasil asesmen. Biasanya mereka memiliki keterlibatan atau investasi di dalam suatu organisasi.
3 - 38
unit 3
Unit
audara, Anda seharusnya sudah tahu bahwa pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetansi mengharuskan semua guru sebagai pendidik untuk pengembangan silabus dan merubah pula sistem penilaian yang digunakan dengan menerapkan sistem penilaian berbasis kompetensi. Sistem penilaian berbasis kompetensi lebih mengarah pada penilaian kelas, yaitu penilaian yang dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian ini tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mencakup ranah psikomotor, dan afektif. Anda pasti juga masih ingat bahwa silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedang sistem penilaian berbasis kompetensi mencakup jenis tagihan, dan bentuk soal. Jenis tagihan adalah berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas, tagihan, seperti ulangan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Bentuk soal terkait dengan jawaban yang harus dilakukan oleh peserta didik, seperti bentuk isian singkat, pilihan ganda, uraian, objektif, uraian non objektif, dan sebagainya. Untuk itu sebaiknya dirancang secara tertulis dan rapi sistem penilaian yang akan dilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian bersifat terbuka bagi siswa, guru lain, dan kepala sekolah. Dalam merancang penilaian, pendidik dapat melakukannya dengan cara, yakni: (1) mencermati silabus dan sistem penilaian yang sudah ada, (2) menyusun sistem penilaian dengan KBK berdasarkan silabus dan sistem penilaian yang telah disusun, (3) menentukan bobot masing-masing jenis tagihan, dan (4) menyusun rancangan sistem penilaian dengan KBK. Rancangan penilaian ini diinformasikan kepada siswa pada awal pertemuan (awal semester). Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip prinsip penilaian. Dalam melakukan asesmen atau penilaian Anda dapat menggunakan berbagai jenis pendekatan dan instrumen untuk dapat memperoleh data yang akurat tentang kemajuan belajar peserta didik, secara garis besar teknik tersebut dibagi menjadi dua,
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-1
yaitu teknik tes dan nontes. Dalam penilaian klasik, teknik tes merupakan teknik yang paling banyak digunakan, namun dalam penilaian KBK kedua teknik harus digunakan sesuai dengan kebutuhan di kelas. Anda sebagai pendidiklah yang tahu persis kapan harus menggunakan teknik tes dan kapan pula harus menggunakan teknik nontes, sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator keberhasilan belajar peserta didik yang akan diukur, karena tes merupakan alat ukur untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap kompetensi yang dipersyaratkan. Dalam kaitan dengan pembelajaran, aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Pada Unit 4 ini Anda akan dapat mencermati bagaimana mengembangkan tes sebagai instrumen asesmen, sedangkan di Unit 5 akan dapat Anda pelajari secara tuntas bagaimana mengembangkan asesmen nontes. Jadi, setelah mempelajari Unit 4 ini diharapkan Anda dapat: 1. memahami pengertian dan jenis tes; 2. langkah-langkah menyusun tes; 3. kriteria tes yang baik; 4. mengembangkan Tes sebagai instrumen asesmen. Anda akan dapat memahami unit ini secara optimal dengan cara membaca dengan cermat semua uraian yang ada, mendiskusikan dengan teman-teman berdasarkan pengalaman di kelas, mengerjakan tugas-tugas latihan serta mengerjakan tes yang ada pada setiap subunit dengan bersungguh-sungguh. Selamat belajar, kesuksesan akan menyertai orang yang bersungguh-sungguh, kita akan mencapai kesuksesan tersebut karena kita bersungguh-sungguh.
4-2
Unit 4
1. Pengertian Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi kriteria tertentu. Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai a systematic procedure for
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-3
observing a persons behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system. Menurut Ebsters Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dan uraian lebih jauh tentang itu dapat ditarik pengertian bahwa: (1) tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; (2) tes pada umumnya berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pembatasan yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku, sebagai manifestasi atribut psikologis yang mau diukur. Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang objektif atas sampel perilaku tertentu. Dalam psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: (1) tes yang mengukur intelegensia umum yang dirancang untuk mengukur kemampuan umum seseorang dalam suatu tugas; (2) tes yang mengukur kemampuan khusus atau tes bakat yang dibuat untuk mengungkap kemampuan potensial dalam bidang tertentu; (3) tes yang ditujukan untuk mengukur prestasi yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan aktual sebagai hasil belajar; (4) tes yang mengungkap aspek kepribadian (personality assesment) yang bertujuan mengungkap karakteristik individual subjek dalam aspek yang diukur. Dengan melihat penggolongan di atas, tes dalam pembelajaran di kelas yang menjadi pembahasan ini adalah tes prestasi atau hasil belajar. Tes sebagai alat ukur dapat menyediakan informasi-informasi obyektif yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan keputusan yang harus diambil pendidik terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan siswa dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu: a. Keputusan yang diambil pada pemulaan proses pembelajaran Penggunaan tes sebagai dasar pengambilan keputusan pada permulaan proses pembelajaran bermuara pada dua pertanyaan yang harus dijawab oleh pendidik sebelum memulai proses pembelajaran yaitu; (1) sejauhmanakah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti
4-4
Unit 4
proses pembelajaran yang berupa kemampuan awal yang diperlukan untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) sejauhmanakah kemampuan dan keterampilan yang telah dicapai peserta didik terhadap pembelajaran yang direncanakan. Keduanya akan menentukan keputusan guru dalam merancang materi dan metode pembelajaran yang direncanakan. b. Keputusan selama proses pembelajaran Tes dapat pula digunakan selama proses pembelajaran (tes formatif). Tes formatif dapat diberikan baik dalam bentuk tes tulis maupun tes lisan, baik dengan jawaban uraian maupun tes obyektif.
c. Keputusan-keputusan pada akhir pembelajaran Tes formatif yang diberikan guru pada akhir pembelajaran ditujukan untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang dirumuskan dalam program pembelajaran (satuan pembelajaran) telah tercapai atau belum. Jadi, fungsi tes pada akhir pembelajaran adalah untuk mengukur daya serap siswa pada materi pembelajaran. Sehingga guru dapat merencanakan tindak lanjut terhadap rencana, proses, media, metode, dan suasana pembelajaran. Seperti penilaian selama proses keputusan akhir pembelajaran dapat berasal dari informasi tes obyektif atau tes subyektif.
2. Jenis-jenis Tes
Bila kita membahas jenis-jenis tes, Anda akan dapat mencermati dalam lima jenis atau cara pembagian yaitu: a. Pembagian jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan. b. Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan. c. Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan. d. Pembagian jenis tes berdasarkan cara penyusunan. e. Pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawaban. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut. 1) Jenis Tes Berdasarkan Tujuan Penyelenggaraan Saudara, untuk mengawali pembahasan tentang jenis-jenis tes, Anda akan diminta untuk menjawab satu pertanyaan di bawah ini. Untuk apakah Anda menyelenggarakan tes? Saudara, cobalah berpikir sejenak untuk merenungkan jawaban atas pertanyaan tadi. Anda diminta untuk tidak tergesa-gesa melanjutkan membaca
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-5
penjelasan berikut ini sebelum Anda menentukan jawaban. Jika Anda sudah menemukan jawaban, barangkali jawaban Anda akan lebih dari satu jawaban, seperti yang tertera di bawah ini, tes diselenggarakan dengan tujuan: a) untuk keperluan seleksi, b) untuk menempatkan orang pada kelas-kelas tertentu, c) untuk mengetahui hasil belajar, d) untuk keperluan diagnostik, dan e) untuk keperluan uji coba Penjelasan secara rinci adalah sebagai berikut:
Latihan
Sekarang cobalah Anda tentukan, kemampuan manakah yang lebih Anda pentingkan dalam tes seleksi untuk seorang yang akan melakukan tugas redaksional dalam sebuah media cetak? Kemampuan menulis, kemampuan berbicara atau kemampuan menyimak? Mengapa kemampuan yang Saudara tentukan itu penting?
4-6
Unit 4
4-7
informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karenanya, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.
4-8
Kata dari sumatif adalah sum yang berarti total obtained by adding together items, numbers or amounts. Dengan demikian, tes sumatif diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total). Konsekuensi dari tes yang menekankan hasil pengajaran secara keseluruhan, maka item tes sumatif atau bahan cakupannya meliputi seluruh materi yang telah disampaikan. Tes sumatif
diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Tingkat keberhasilan dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya.
a) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara tertulis masih digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. Sebaliknya, tes yang soalnya diberikan dalam bentuk tulisan sedangkan jawabannya berbentuk lisan tidak dapat dikategorikan ke dalam bentuk tes tertulis.
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-9
b) Tes Lisan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.
4-10
Unit 4
c) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-11
jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Menurut Subino (1987) perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esei adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testee adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini. Soal objektif sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat dari soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi dan jawaban singkat.
Rangkuman
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugastugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Jenis-jenis tes dapat dikelompokkan menjadi beberapa model klasifikasi yaitu: Pembagian jenis Tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan. Jenis Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan. Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan. Pembagian jenis Tes berdasarkan cara Penyusunan. Pembagian jenis Tes berdasarkan bentuk jawaban.
4-12
Unit 4
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan pembagian jenis tes dilihat dari tujuan penyelenggaraannya! 2. Jelaskan pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya! 3. Jelaskan dan berikan contoh tes yang melandasi pengambilan keputusan guru diawal proses pembelajaran! 4. Jelaskan dan berikan contoh jenis tes yang melandasi pengambilan keputusan guru selama proses pembelajaran berlangsung! 5. Jelaskan dengan contoh perbedaan antara tes obyektif dengan tes esei!
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-13
elah Anda pahami dari penjelasan-penjelasan sebelumnya bahwa proses pengukuran merupakan proses kuantifikasi terhadap atribut, benda atau gejala tertentu. Proses pengukuran diharapkan dapat menghasilkan data yang valid dan akurat sehingga harus dilakukan secara terencana dan sistematis. Pengukuran berbagai atribut yang berupa benda ataupun aspek-aspek phisik seperti mengukur tinggi bangunan, mengukur tinggi bangunan imbang beras, mengukur tinggi badan, berat badan, luas tanah, suhu udara, ataupun kecepatan motor sangat mungkin dapat dilakukan dengan tepat karenanya dapat diterima secara universal karena validitasnya sangat mudah dibuktikan. Tinggi suatu bangunan dengan mudah dapat diukur dengan centimeter, meter, berat beras dengan cepat dapat diukur dengan timbangan dan sebagainya, dimana ketepatan (validitas) maupun keajegan hasil pengukurannya (reliabilitas) serta obyektivitas hasil pengukurannya tidak lagi perlu diragukan, karena dengan mudah akan dapat dilakukan pengukuran ulang dengan hasil yang sama persis. Bagi kita sebagai pendidik, yang menjadi persoalan kemudian adalah pengukuran hasil belajar yang termasuk bidang non phisik atau aspek yang bersifat abstrak. Dalam hal ini pendidik harus paham bahwa aspek yang bersifat abstrak seperti hasil belajar ini dalam melakukan pengukuran memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sistematis. Alat yang biasa digunakan sebagai alat ukur dari hasil belajar adalah tes. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes merupakan salah satu alat ukur dalam melakukan asesmen proses dan hasil pembelajaran. Seperti halnya atribut psikologis yang lain ketika melakukan pengukuran terhadap hasil belajar, tes sebagai alat ukur mungkin tidak akan pernah dapat menggambarkan hasil dengan validitas dan reliabilitas ataupun obyektivitas yang sempurna. Untuk itu dalam menyusun tes sebagai alat ukur hasil belajar perlu dipertimbangkan beberapa permasalahan yang merupakan keterbatasan dari tes sebagai alat ukur psikologis (Saifuddin, 2005):
4-14
Unit 4
1. Atribut psikologis termasuk hasil belajar bersifat abstrak dan laten sehingga apa yang diukur adalah suatu kontrak yang memang tidak dapat diukur secara langsung, sehingga dilakukan berdasarkan indikator perilaku yang mungkin belum tentu mewakili domain yang tepat, karena batasan dari konstruk tersebut tidak mungkin dapat dijabarkan dalam akurasi yang sempurna. 2. Dalam atribut yang bersifat laten atau abstrak sering kali didasari pada indikator yang jumlahnya terbatas, keterbatasan dalam menjabarkan indikator perilaku ini menyebabkan hasil pengukuran menjadi kurang komprehansif, di samping itu penjabaran indikator perilaku tersebut masih mungkin terjadi tumpang tindih dengan indikator dari atribut psikologis yang lain. 3. Respon yang diberikan oleh siswa sebagai subyek sedikit banyak akan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak relevan, baik yang bersumber dari dirinya sendiri maupun dari variabel dari luar dirinya, seperti misalnya suasana hati, sakit, kondisi dan situasi sekitar, cetakan yang tidak jelas, pengawasan waktu pengerjaan, sistem administrasi dan sebagainya. 4. Atribut psikologis termasuk hasil belajar yang terdapat pada diri siswa, sering kali bersifat tidak stabil dan mudah sekali berubah, seiring dengan perubahan situasi dan kondisi sesaat hingga interpretasi terhadap hasil tes sebagai alat ukur hanya dapat dilakukan secara normatif, dalam pengertian banyak sekali sumber bias yang harus diperhitungkan. Anda juga harus memahami bahwa keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes ini menjadikan kita sebagai pendidik yang juga penyusun tes harus mempersiapkan semuanya secara lebih teliti, karena prosedur konstruksi psikologis lebih rumit sehingga harus dilakukan dengan perencanaan yang sangat teliti dan mengikuti langkah-langkah yang sitematis untuk meminimalkan berbagai sumber kesalahan yang mungkin terjadi.
4-15
mempersiapkannya secara cermat. Padahal penyusunan tes, sangat besar pengaruhnya terhadap siswa yang akan mengikuti tes, untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat. Secara umum ada lima langkah pokok yang harus dilewati yaitu:
a) Perencanaan Tes
Dalam langkah perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai pendidik yaitu: (1) Menentukan cakupan materi yang akan diukur yang menyangkut penetapan cakupan materi dan aspek (ranah) kemampuan yang akan diukur. Penetapan ini penting mengingat bahwa kemampuan belajar merupakan proses yg kompleks dan menyangkut pemahaman yang bersifat abstrak, sehingg harus jelas pada bagian mana cakupan materi yang akan diukur dan dikembangkan dalam soal tes, langkah ini biasanya dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar spesifikasi, Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu; (1) Menulis kompetensi dasar, (2) Menulis materi pokok, (3) Menentukan indikator, dan (4) Menentukan jumlah soal. Bentuk Tes: Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Misalnya, bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar salah cocok digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Bentuk tes objektif lebih cocok digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata pelajaran Matematika, Biologi, dan sebagainya. Dalam memilih teknik tes mana yang akan digunakan Pendidik juga harus mempertimbangkan ciri indikator, contoh, apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah tes unjuk kerja (performance), sedang bila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya adalah tes tertulis. Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding sesuai dengan jenjang pendidikan. Menetapkan panjang Tes: langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapa waktu yang tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan
Unit 4
(2)
(3)
4-16
jumlah item-item tes yang akan dikembangkan. Apabila oleh pendidik ada materi yang dinilai lebih penting dan mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi, guru bisa memberikan pembobotan yang berbeda dari setiap soal yang disusun. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.
4-17
rencana pelaksanaan, (3) memperkirakan penggunaan waktu pengerjaan, (4) kejelasan format tes, (5) kejelasan petunjuk pengisian, dan (6) pemahaman bahasa yang digunakan dsbnya. (4) Revisi soal: Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis untuk mencari tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang komunikatif, untuk kemudian dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya revisi dilakukan untuk; (1) eliminasi butir-butir yang jelek, (2) menambah butir-butir baru, (3) memperjelas petunjuk, dan (4) memodifikasi format dan urutan, dsbnya.
4-18
Unit 4
(3) Melakukan Analisis Hasil Tes Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap skor hasil tes. Materi tentang ini akan secara khusus dibahas pada UNIT 6.
4-19
Kompetensi Dasar dimodifikasi, serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran**)
Indikator*: dikembangkan oleh guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masingmasing. Satu KD dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih indikator . Sumber: Pedoman Penilaian SD (Depdiknas, 2006).
dipertimbangkan; (1) materi, misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, (2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda, dan (4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian. Rancangan penilaian ini diinformasikan kepada siswa pada awal pertemuan (awal semester). Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip-prinsip penilaian. Dalam pembelajaran di SD Anda dapat melihat beberapa contoh di bawah ini yang secara jelas memberikan paparan tentang keterkaitan hubungan antara pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Teknik Penilaian yang bersumber dari Model Penilaian Kelas SD (Depdiknas 2006).
Geometri dan Mengguna Siswa menyebutkan pengukuran kan alat ukur macam-macam alat ukur tidak baku panjang tidak baku dalam dan baku (cm, kehidupan seharihari m) yang (jengkal, depa, langkah kaki, sering dll). digunakan Siswa dapat menggunakan alat ukur tidak baku (jengkal, depa, pecak (panjang telapak kaki, langkah kaki, dll) Siswa menyebutkan alat ukur baku (cm, m) yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menggunakan alat ukur baku . Siswa dapat menarik kesimpulan bahwa pengukuran dengan alat ukur tidak baku hasilnya berbeda.
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-21
Untuk standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator materi di atas dan dengan didasarkan kemampuan penalaran anak kelas 2 SD maka ditetapkan tes pilihan ganda dan isian berikut ini.
Bentuk Isian
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat ! Skor: Setiap jawaban benar diberi nilai 2. 1. Satuan panjang Centimeter dan Meter adalah contoh alat ukur ....... 2. Satuan panjang langkah kaki, depa dan jengkal termasuk alat ukur . 3. Karena menggunakan alat ukur tidak baku, maka hasil pengukurannya .
Pemberian Skor:
Banyak jawaban benar Nilai = Banyak soal Contoh 2 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : IV / 2
No. 1 Standar Kompetensi Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya. Kompetensi Dasar Memberi contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya. Indikator Siswa dapat menjelaskan pengertian globalisasi Siswa dapat memberikan salah satu contoh pengaruh positif globalisasi bidang komunikasi Siswa dapat Aspek Tehnik penilaian
x 100
4-22
Unit 4
No.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator memberikan salah satu contoh pengaruh negatif globalisasi bidang kebudayaan
Aspek
Tehnik penilaian
Untuk Standar kompetensi , kompetensi dasar dan indikator materi diatas dan dengan didasarkan kemapuan penalaran anak kelas 4 SD maka ditetapkan tes isian dan jawaban uraian sebagai berikut:
Pemberian Skor:
Banyak jawaban benar Nilai = Banyak soal x 100
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-23
Mendeskripsi Mendeskripsikan urutan kan daur hidup daur hidup hewan, misalnya beberapa kupu-kupu, nyamuk dan hewan di kecoa secara sederhana. lingkungan Menyimpulkan berdasarkan sekitar, pengamatan bahwa tidak misalnya kecoa, semua hewan berubah nyamuk, kupubentuk dengan cara yang kupu, kucing. sama. Menyimpulkan bahwa berubahnya bentuk pada hewan menunjukkan adanya pertumbuhan. Menyimpulkan hasil pengamatan daur hidup hewan yang dipeliharanya*)
Depdiknas 2006
Latihan
1. Buatlah contoh tes tertulis tentang penguasaan konsep dan tes unjuk kerja dari Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator materi di atas dan dengan didasarkan kemampuan penalaran anak kelas 4 SD! 2. Setelah soal tersusun diskusikan dengan teman Anda, sebagai bentuk pemantapan internal validity dan uji-coba terbatas!
4-24
Unit 4
1) Tes Lisan
Pertanyaan secara lisan masih sering digunakan untuk mengukur daya serap peserta didik pada kawasan kognitif. Yang perlu Anda ingat tes lisan harus disampaikan dengan jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Beberapa prinsip yang harus dipedomani adalah memberi waktu untuk berpikir, baru menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman. Jawaban salah satu siswa harus dikembalikan ke forum kelas untuk ditanggapi siswa yang lain.
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-25
4-26
Unit 4
4-27
dimaksudkan; (3) Mengklasifikasikan pernyataan positif atau negatif; (4) Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan; (5) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian; (6) Melakukan ujicoba; (7) Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik; dan (8) Melaksanakan penilaian. Di bawah ini adalah satu contoh tes afektif yang mengases sikap siswa terhadap pelajaran sains.
Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran sains di kelas 2 Saya berperan aktif dalam pembelajaran sains 3 Saya suka melakukan percobaan sains 4 Saya tertarik artikel yang berhubungan dengan sains 5 Saya memperkaya keterangan guru sains dengan membaca buku-buku penunjang 6 Saya mengulang pelajaran sains di rumah 7 . Depdiknas 2006
Latihan
Cobalah menyusun tes domain afektif yang berupa sikap siswa pada peristiwa factual yang ada di sekitar lingkungan sekolah!
4-28
Unit 4
diraba, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja dsb. dan (2) motor chaining, siswa sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misal memukul bola, menggergaji, menggunakan jangka sorong. Pada tingkat rule using siswa sudah dapat menggunakan hukum-hukum dan atau pengalaman-pengalaman untuk melakukan keterampilan yang komplek, misal bagaimana memukul bola yang tepat agar dengan tenaga yang sama namun hasilnya lebih keras. Gagne (1977) berpendapat bahwa ada 2 kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara, yakni (a) mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan (b) mengingatkan prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasainya. Untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan: (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik. Soal untuk ranah psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Setiap butir standar kompetensi dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 butir kompetensi dasar. Selanjutnya setiap butir kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 indikator dan setiap indikator harus dapat dibuat lebih dari satu butir soal. Namun, ada kalanya satu butir soal ranah psikomotor terdiri dari beberapa indikator. Instrumen psikomotor ini terdiri dari dua macam, yaitu (1) soal dan (2) lembar yang digunakan untuk mengamati dan menilai jawaban siswa terhadap soal tersebut.
1) Menyusun Soal
Menyusun soal dapat diawali dengan mencermati kisi-kisi instrumen psikomotor yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pokok dan pengalaman belajar. Namun adakalanya soal ranah psikomotor untuk ujian blok yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi, mencakup beberapa indikator.
4-29
kemudian muncul adalah: Sejauhmana pola pembelajaran mampu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Pedoman Penilaian Depdiknas (2006) memvisualkan gambaran tersebut dalam Tabel berikut untuk mempermudah Anda mencermati keterkaitan ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Penilaian.
Tabel: Keterkaitan Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Penilaian Pola mengajar Cara penilaian
Tulis Objektif
KOGNITIF VI. Evaluasi V. Sintesis IV. Analisis III. Aplikasi II. Pemahaman I. Pengetahuan AFEKTIF V. Karakterisasi IV. Organisasi III. Acuan nilai II. Responsi I. Penerimaan PSIKOMOTOR VI. Gerakan indah dan kreatif V. Gerakan terampil IV. Gerakan kemampuan fisik III. Gerakan persepsi II. Gerakan dasar I. Gerakan refleks Jumlah Persentase
v v v v v v 6 35%
v v v v v v v v v v v v v v v v v 17 100%
v v 2 12%
v v v v v v 8 47%
v v v 3 18%
v v v v v v v v v v v v v v v v 16 94%
v v v v v v v v v v v v 12 71%
v v v v v v v v v v v v v v 14 82%
v 10 59%
(Depdiknas 2006)
4-30
Unit 4
Tingkah laku v v v v v v v v v -
Belajar aktif
Unjuk kerja
Tradisional
No
Portofolio
Produk
TINGKATAN DOMAIN
Tulis Subjektif
Lisan
Rangkuman
Mengembangkan Tes sebagai instrumen asesmen proses dan hasil belajar adalah menyusun alat ukur suatu gejala yang bersifat abstrak yaitu pemahaman dan penguasaan anak terhadap materi yang berupa seperangkat kompetensi dipersyaratkan. Untuk dapat mengembangkan tes yang baik perlu diperhatikan langkah pokok mengembangkan Tes yang meliputi:
1. Perencanaan Tes
a. Menentukan cakupan materi yang akan diukur b. Memilih bentuk tes c. Menetapkan panjang tes
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-31
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan langkah-langkah pokok penyusunan tes! 2. Buatlah matrik keterkaitan yang menggambarkan tata hubungan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan penetapan jenis tes serta contoh soal yang dikembangkan! 3. Jelaskan dengan contoh bagaimana sebaiknya try out dilakukan untuk tes buatan guru! 4. Bagaimanakah langkah-langkah mengembangkan tes untuk mengukur domain afektif! 5. Bagaimanakah langkah-langkah mengembangkan tes untuk mengukur domain psikomotor!
4-32
Unit 4
alam proses pembelajaran, tes merupakan alat ukur dalam proses asesmen maupun evaluasi yang memiliki peranan sangat penting untuk mengetahui keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah. Dalam hal ini, tes memiliki fungsi ganda, yaitu mengukur tingkat pencapaian siswa pada kompetensi yang dipersyaratkan, yang terjabar dalam indikator pencapaian, dan mengukur keberhasilan program pengajaran sekaligus kualitas pendidik dalam mengelola proses pembelajaran. Untuk bisa memberikan data yang akurat, sesuai dengan fungsinya maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, untuk dapat dikatakan sebagai tes yang baik. Secara umum tes yang baik memiliki syarat-syarat antara lain (1) hanya mengukur satu aspek saja. Tes yang baik memiliki sebuah aspek saja yang akan di ukur, jadi tes matematika misalnya hanya menguji kemampuan matematika seseorang, (2) handal dalam pengukuran; kehandalan ini meliputi ketepatan hasil pengukuran dan keajegan hasil pengukuran. Dengan memahami betapa pentingnya tes dalam kegiatan asesmen pembelajaran di sekolah, pastilah Anda sebagai pendidik menjadi penasaran untuk lebih dalam mempelajari apa sebenarnya persyaratan atau kriteria dari tes yang baik. Rasa penasaran Anda akan terlunasi dengan mencermati uraian pada subunit ini. Pemahaman itu akan semakin sempurna bila Anda mengerjakan semua soal latihan dan tes formatif yang ada di akhir subunit ini. Anda juga disarankan untuk membaca referensi lain serta mendiskusikannya dengan teman-teman Anda .
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-33
a. Valid
Soal dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas soal dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan pengukuran yang telah ditetapkan. Validitas dapat pula dilihat dari kemampuannya memprediksi prestasi di masa yang akan datang,
b. Relevan
Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar (Ranah kognitif, afektif dan psikhomotor). Bila kompetansi dasar dan indikator bertujuan mengungkap ranah afektif, pertanyaan soal harus pula mengarah ke sikap dan seterusnya.
c. Spesifik
Soal harus direncanakan sedemikian rupa agar jawabannya pasti dan tidak menimbulkan ambivalensi atau spakulasi dalam memberikan jawaban. Kesulitan soal tidak saja kesulitan materi juga bisa ditambah kesulitan dalam memahami soal bila soal tidak disusun secara spesifik.
d. Representatif
Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan bersifat komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh materi pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan) idealnya harus terwakili dalam soal tes. Syarat ini akan dapat mengurangi error terhadap hasil pengukuran.
e. Seimbang
Dalam proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa setiap pokok bahasan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, soal tes dikatakan seimbang bila pokok bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal. Kalau dalam keadaan terpaksa hal tersebut tidak dapat dilakukan maka keseimbangan dapat dicapai dengan memberikan bobot yang berbeda pada pokok bahasan yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.
4-34
Unit 4
f. Sensitif
Syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai materi dengan yang tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit sehingga semua siswa tidak dapat mengerjakan, atau soal yang terlalu gampang sehingga semua siswa dapat mengerjakan dengan benar.
g. Fair
Tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung jebakan, jelas cakupan materinya, kejalasan norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya. Dalam pelaksanaannya obyektif, tidak merugikan kelompok tertentu.
h. Praktis
Dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi pembiayaan maupun pelaksanaanya. Tes yang baik harus efisien dan mudah untuk dilaksanakan. Kiteria yang dikemukakan di atas, tidak dimaksudkan untuk memberikan belenggu pada guru dalam menyelesaikan tugasnya di kelas khususnya dalam mengembangkan tes, tetapi lebih diarahkan pada pengenalan kondisi ideal yang seharusnya dipenuhi oleh soal-soal yang disusun oleh pendidik, atau paling tidak memberikan arah kepada perbaikan Anda dalam memperbaiki sistem penilaian yang telah Anda lakukan selama ini.
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-35
a. Validitas
Validitas alat ukur menunjukkan kualitas kesahihan suatu instrumen atau alat pengumpul data dapat dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur/diinginkan, sehingga alat ukur dikatakan sahih apabila dapat mengungkap secara cermat dan tepat data dari variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data dari variabel yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Kerlinger (1986) menyatakan bahwa validitas alat ukur tidak cukup ditentukan oleh derajad ketepatan alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, tetapi perlu pula dilihat dari tiga kriteria yang lain yaitu Appropriatness, Meaningfullness dan Usefullness. Bila dikaitkan dengan pengukuran aspek perilaku sebagai hasil belajar, penjelasan ketiga kriteria tersebut secara bebas dapat diterjemahkan sebagai berikut: (1) Appropriatness: Kriteria ini menunjuk pada kelayakan dari tes sebagai alat ukur tersebut, yaitu seberapa jauh alat ukur dapat menjangkau keragaman aspek perilaku tertentu; (2) Meaningfullness: Adalah kriteria yang didasarkan pada kemampuan alat ukur untuk dapat memberikan keseimbangan item-item pengukurannya berdasar tingkat kepentingan/urgensi dari setiap bagian gejala; dan (3) Usefullness to inferences: yakni kriteria ini menunjuk pada sensitif tidaknya alat ukur untuk dapat menangkap gejala perilaku, dan tingkat ketelitian yang ditunjukkan dalam pembuatan kesimpulan. Jenis-jenis validitas yang dapat dipakai sebagai kriterium, dalam menetapkan tingkat kehandalan tes, diantaranya adalah: 1) Validitas Permukaan (Face Validity): Validitas ini sering pula disebut sebagai validitas tampang. Validitas jenis ini menggunakan kriterium yang paling sederhana karena yang menjadi kriterianya hanya tampang atau penampakan dari instrumen itu sendiri. Apabila tes sebagai instrumen pengukuran, berdasar pengamatan sepintas telah dapat mengungkap fenomena yang akan dicari, bila secara sepintas sudah dianggap baik, maka alat tersebut sudah dapat dianggap memenuhi kriteria face validity, sehingga tidak diperlukan adanya pertimbangan mendalam. 2) Validitas konsep (Construct Validity): Validitas ini disebut juga sebagai validitas konstruksi teori. Dalam hal ini alat ukur dikatakan valid apabila item sebagai alat ukur telah mencerminkan konsep perilaku yang diukur, dan memiliki tingkat kesesuaian dengan konstruksi teoritiknya. Validitas konstruksi ini sering
4-36
Unit 4
pula disebut sebagai logical Validity. Penggunaan validitas logis terutama dalam pengukuran-pengukuran gejala perilaku yang abstrak misalnya ukuran tentang kesetiakawanan, kematangan emosi, sikap terhadap KB, motivasi dan sebagainya. 3) Validitas Isi (Content Validity): Sesuai dengan namanya validitas ini disebut pula sebagai validitas isi, pada validitas ini yang menjadi kriterium untuk menetapkan valid atau tidaknya alat ukur adalah isi/substansi dari variabel yang akan diukur, sehingga pada umumnya validitas ini hanya digunakan untuk mengukur variabel dengan cakupan materi yang jelas, misalnya saja dalam tes hasil belajar, alat ukur digunakan untuk dapat mengukur penguasaan siawa terhadap kompetensi bidang studi yang dipersyaratkan. Derajad validitas menunjuk pada kemampuan tes dalam menggambarkan topik-topik dan ruang lingkup cakupan materi yang akan diukur. Apabila alat ukur yang dikembangkan telah representatif, dalam arti mewakili semua cakupan materi, maka alat ukur tersebut telah memenuhi syarat content validity. Karena secara umum cakupan materi bidang studi biasanya berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan maka content validity sering pula disebut sebagai Curriculair Validity. 4) Concurrent Validity: Validitas ini dikenal pula dengan nama validitas bandingan, karena dalam menetapkan tingkat validitas alat ukur diperlukan kriterium luar yang berupa alat ukur lain yang serupa dan sudah dibakukan validitasnya. Apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur baru, mempunyai tingkat kesesuaian dengan hasil yang pengukuran yang diperoleh dari alat ukur yang sudah dibakukan, maka tes sebagai alat ukur ini dianggap memenuhi concurrent validity. 5) Factorial Validity: Dalam kegiatan penelitian, tidak jarang terjadi sebuah skala pengukuran variabel terdiri dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diperoleh berdasar demensi/indikator dari variabel/gejala yang diukur, sesuai yang terungkap dalam konstruksi teoritisnya. Meskipun variabel terdiri dari beberapa faktor, prinsip homogenitas untuk keseluruhan faktor harus tetap dipertahankan. Disamping perlu dicegah adanya overlap antara satu faktor dengan faktor yang lain. Sehingga kriterium yang digunakan dalam factorial validity ini dapat dilihat dengan menghitung homogenitas skor setiap faktor dengan total skor, serta homogenitas antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari faktor yang lain.
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-37
Di samping pembagian validitas dengan jenis-jenis seperti telah diuraikan di atas, terdapat pula pembagian validitas yang hanya dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
b. Reliabilitas
Pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah kemantapan alat ukur dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan atau memiliki keajegan hasil. Pada dasarnya hubungan antara validitas dan reliabilitas dapat dikemukakan bahwa alat ukur yang valid akan cenderung menghasilkan pengukuran yang reliabel, sebaliknya alat ukur yang reliabel sama sekali tidak menunjuk pada validitas alat ukur tersebut. Masalah validitas dan reliabilitas alat ukur nampak sangat jelas penggunaannya pada penelitian dengan pendekatan kauntitatif, karena penghitungan tingkat valititas dan reliabilitas pada umumnya juga menggunakan teknik statistik. Kerlinger (1986: 443) mengemukakan bahwa reliabilitas dapat ukur dari tiga kriteria yaitu: (1) Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang berbeda; (2) Dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan; (3) Predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Dengan mencermati pendapat di atas, maka batas reliabilitas atau keajegan dapat diartikan sebagai konsistensi skor yang diperoleh dari orang yang sama, pada gejala yang sama. Untuk itu ada kemungkinan skor pembanding, mungkin berupa skor yang diperoleh dari alat ukur yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau skor yang diperoleh dari alat ukur lain yang seimbang. Kerlinger menyatakan bahwa reliabilitas instrumen dikatakan baik bila alat tersebut dikenakan pada obyek yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama pada beberapa kesempatan yang berbeda. Hal yang menjadi permasalahan dalam reliabilitas adalah kesalahan dalam penggunaan suatu alat ukur, semakin kecil kemungkinan kesalahan terjadi, maka akan semakin reliabel alat ukur tersebut. Dijelaskan lebih jauh bahwa reliabilitas alat ukur dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak butir item, dengan alasan bahwa secara statistik jumlah item yang banyak akan meningkatkan reliabilitas alat ukur. Meningkatkan reliabilitas alat ukur dapat pula dilakukan dengan menggunakan petunjuk pengerjaan yang jelas dan dengan menggunakan istilah-istilah yang jelas,
4-38
Unit 4
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan bahasa responden, sehingga tidak menimbulkan keraguan atau kesalahpahaman dalam pengisian. Pengukuran reliabilitas mendasarkan diri pada measurement error yaitu kesalahan yang bersumber dari proses pengukuran. Sehingga kesalahan dapat disebabkan oleh alat ukur ataupun dari perubahan-perubahan gejala yang diukur. Dalam penelitian sosial termasuk perilaku, sumber kesalahan pengukuran dapat ditengarai dari berbagai faktor diantaranya adalah (Kartono, 1996: 125): (1) hakekat dari gejala perilaku yang mudah sekali berubah, dan tidak dapat diulang dengan kondisi dan hasil yang sama, sebagai akibatnya hasil pengukuran perilaku juga akan selalu mengalami fluktuasi sejalan dengan perubahan waktu, dan kondisi-kondisi yang ada di sekitarnya; (2) kondisi pribadi yang ada pada diri seseorang bersifat tidak menetap, baik yang menyangkut tingkat kelelahan, suasana hati, dan sebagainya. Hal ini akan mempengaruhi perilaku, dan hasil pengukurannya; dan (3) ketidakmantapan hasil pengukuran juga dapat disebabkan oleh validitas alat ukur yang rendah, situasi pengukuran yang berubah-ubah, ketidakmantapan dalam pelaksanaan pengukuran maupun interpretasi terhadap hasil pengamatan serta kecermatan dalam pengadminstrasian perlu mendapat perhatian. Dengan mendasarkan diri pada keterbatasan penelitian sosial dan perilaku, maka dipahami bahwa angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran gejala sosial dan perilaku akan selalu berupa True score + error. Error yang terjadi bisa berarti skor yang diperoleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sumber error (kesalahan atau penyimpangan) dapat berasal dari alat ukur, kondisi responden, pelaksanaan pengukuran ataupun interpretasi dan pengadministrasian. Langkah-langkah untuk menguji reliabilitas alat ukur pada dasarnya merupakan upaya untuk dapat mengetahui seberapa besar salah ukur dalam upaya mengukur gejala perilaku sebagai variabel penelitian. Hasil yang diperoleh disebut dengan Indeks Reliability. Koefisien reliabilitas selalu berada dalam rentangan 0 sampai dengan 1 yang menunjuk pada persentase varian error dengan sumber variasi yang berbeda. Misalnya koefisien reliabilitas menunjukkan 0.74 berarti 74 % varian skor yang bersumber pada keadaan yang diukur, sedang 26 % adalah kesalahan atau varian error yang bersumber dari keadaan di luar variabel yang diukur. Cara mencari koefisien reliabilitas alat ukur, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yang masing-masing mempunyai kekurangan dan keunggulan. Berbagai pilihan tentang cara menetapkan tingkat reliabilitas alat ukur tersebut adalah:
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-39
4-40
Unit 4
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-41
Rangkuman
Untuk dapat menjadi alat ukur yang baik dan dapat memberikan informasi yang akurat maka setiap soal sebagai bagian dari konstruksi tes harus dijaga kualitasnya. Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas yaitu; (1) valid, (2) relevan, (3) spesifik, (4) representatif, (5) seimbang (6) sensitif, (7) fair, dan (8) praktis Validitas sebagai kriteria mutlak tes sebagai instrument terbagi menjadi 5 jenis yaitu; (1) validitas permukaan (face validity), (2) validitas konsep (construct validity), (3) validitas isi (content validity), (4) concurrent validity, dan (5) factorial validity.
4-42
Unit 4
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan dengan contoh kriteria tes yang baik! 2. Jelaskan dengan contoh jenis-jenis validitas tes sebagai alat ukur! 3. Jelaskan mengapa content validity sering pula disebut sebagai validitas kurikulum! 4. Jelaskan jenis-jenis ukuran reliabilitas! 5. Jelaskan dengan contoh ketekaitan antara validitas dan reliabilitas!
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-43
4-44
perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esei adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testee adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Sedang Tes Esei (Essay-type Test) : Adalah tes bentuk uraian yang menghendaki siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk tulisan. Keunggulan tes uraian adalah dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri. Sedang keterbatasannya adalah cakupan materi pelajaran yang terbatas, waktu pemeriksaan jawaban yang lama, penskorannya subyektif dan umumnya kurang handal dalam pengukuran.
Tes Formatif 2
1. Langkah-langkah pokok penyusunan tes : a. Langkah Perencanaan Tes: (1) Menentukan cakupan materi yang akan diukur, Menulis kompetensi dasar, Menulis materi pokok, Menentukan indikator, Menentukan jumlah soal, (2)Pemilihan bentuk tes (3)Menetapkan panjang tes. b. Menulis Butir Pertanyaan meliputi: (1) Menulis draf soal (2) Memantapkan Validitas Isi (Content Validity), (3)Melakukan Uji Coba (try out), (4) Revisi soal. 2. Membuat matrik keterkaitan yang menggambarkan tata hubungan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan penetapan jenis tes serta contoh soal yang dikembangkan pada kelas saudara, dapat melihat contoh pada subunit 2 point 2.a. 3. Try out dilakukan untuk tes buatan guru harus dilakukan dengan memperhatikan (1) apakah item-item soal cukup valid dan sesuai dengan kompetensi, (2) bagaimana rencana pelaksanaan tes untuk siswa, (3) berapa lama memperkirakan penggunaan waktu pengerjaan, (4) apakah kejelasan format tes, sudah cukup baik, (5) kejelasan petunjuk pengisian, dan (6) pemahaman bahasa yang digunakan dan sebagainya. 4. Langkah mengembangkan tes untuk mengukur domain afektif. (1) Memilih variabel afektif yang akan diukur; (2) Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang dimaksudkan; (3) Mengklasifikasikan pernyataan positif
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-45
atau negatif; (4) Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan; (5) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian; (6) Melakukan ujicoba; (7) Membuang butirbutir pernyataan yang kurang baik; dan (8) Melaksanakan penilaian. 5. Langkah mengembangkan tes psikomotor: (1) Menyusun soal dengan mencermati kisi-kisi instrumen psikomotor yang telah dibuat, menjabarkan indikator dengan memperhatikan materi pokok dan pengalaman belajar. (2) Menyusun Lembar Observasi dan Lembar Penilaian yang mengacu pada soal.
Tes Formatif 3
1. Kriteria tes yang baik : a. Valid : Soal dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. b. Relevan : dapat mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar. c. Spesifik : tidak menimbulkan ambivalensi/spekulasi dalam memberikan jawaban. d. Representatif : dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan bersifat komprehensif. e. Seimbang : pokok bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal. f. Sensitif : dapat membedakan siswa yang menguasai materi dengan yang tidak. g. Fair : terbuka tidak mengandung jebakan, jelas cakupan materinya, kejelasan norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya. h. Praktis : tidak sulit dilaksanakan dari segi pembiayaan maupun pelaksanaanya. 2. Jenis-jenis validitas tes : Validitas adalah kriteria mutlak tes sebagai instrumen. Ada 5 jenis validitas yang dapat dipedomani yaitu yaitu; (1) validitas permukaan (face validity), (2) validitas konsep (construct validity), (3) validitas isi (content validity), (4) concurrent validity, dan (5) factorial validity. 3. Content validity sering pula disebut sebagai validitas kurikulum. Derajad validitas isi (content validity) menunjuk pada kemampuan tes dalam menggambarkan topik-topik dan ruang lingkup cakupan materi yang akan diukur. Apabila alat ukur yang dikembangkan telah representatif, dalam arti mewakili
4-46
Unit 4
semua cakupan materi, maka alat ukur tersebut telah memenuhi syarat Content validity. Karena secara umum cakupan materi bidang studi biasanya berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan maka content validity sering pula disebut sebagai Curriculair Validity. 4. Jenis-jenis ukuran Reliabilitas a. Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang berbeda; b. Dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan; c. Predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. 5. Keterkaitan antara validitas dan reliabilitas. Validitas menyangkut ketepatan tes dalam mengukur gejala yang diukur, sedang reliabilitas menunjuk pada konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke waktu maupun antar bagian dari tes tersebut, sehingga tes yang valid yang dapat mengukur apa yang seharusnya dapat diukur pasti akan menunjukkan hasil yang konsisten atau reliabel tetapi hasil pengukuran yang konsisten tidak dapat menunjukkan dukungannya terhadap validitas, misalnya mengukur tingkat kecerdasan siswa dengan mengukur lingkar kepala, hasilnya akan selalu konsisten dan reliabel, tetapi ukuran tersebut sama sekali tidak valid
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-47
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdiknas. Brookhart Susan M, Nitko J. Anthony. (2007). Educational Assesment of Student. Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall. Johson David, W & Johson, Roger T. (2002). Meaningful Assessment. Arlington Street Boston: Ally & Dacon A Pearson Education Company. Koufman, R. and Thomas, S. (1990). Evaluations Without Fear. New York: A Division of Franklin Watts. Poerwanti E. (2001). Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press. Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis tes. Jakarta: Dit-Jen Dikti. Silverius, S. (2001). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana. Stiggins, R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Maxwell Macmillan International. Sudiyono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syaifuddin, A. (2002). Test Prestasi. Yogyakarta.
4-48
Unit 4
Glosarium _____________________________________________
Indikator adalah ciri-ciri atau tanda-tanda seseorang telah menguasai kompetensi standar. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP atau Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran. Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu. Struktur kurikulum adalah merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran.
Asesmen Pembelajjaran di SD
4-49
Unit
audara, seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya bahwa asesmen merupakan proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu (Blaustein, D. et al., 1999 dalam Ibrohim, 2002). Karena merupakan suatu proses, maka kita perlu mengikuti jalannya proses tersebut sebelum sampai pada pengambilan keputusan. Keputusan ini sangat berarti bagi peserta didik, oleh karena itu kita harus berhati-hati dan memberikan keputusan berdasarkan data yang akurat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Coba saudara ingat, selama ini keputusan hasil belajar peserta didik apakah sudah ditetapkan berdasarkan berbagai informasi tentang kemampuan yang dimiliki peserta didik? Benarkah kita sudah mengukur semua kemampuan siswa, baik kognitif, afektif, dan psikomotor? Jika kita kaji kembali alat ukur yang digunakan guru pada umumnya menggunakan tes tulis jenis obyektif dan sedikit esei. Alat ukur ini selalu kita gunakan untuk mengumpulkan informasi yang selanjutnya digunakan untuk memberikan keputusan terhadap hasil belajar peserta didik. Dapatkah alat ini memberikan informasi secara menyeluruh tentang kemampuan siswa? Bukankah tes tulis hanya dapat memberikan informasi kemampuan kognitif semata. Nah, dengan demikian bagaimana kemampuan afektif dan psikomotor diukur? Apakah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan secara menyeluruh? Bagaimana melakukan pengukurannya? Telah kita ketahui bersama bahwa tujuan pendidikan tidak hanya terbatas pada produk saja tetapi lebih dari itu juga menyangkut proses dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Untuk mengukur upaya siswa mencapai tujuan seperti yang tercantum dalam kurikulum, menghendaki pengembangan cara-cara penilaian baru. Asesmen ini diharapkan dapat melengkapi alat penilaian paper and pencil test yang umumnya hanya dapat mengungkapkan kemampuan kognitif siswa, yang dapat memberi bukti berapa banyak informasi yang telah dapat dikumpulkan siswa. Dengan demikian diharapkan penilaian yang dilakukan lebih komprehensif sehingga dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang profil siswa secara utuh.
Asesmen Pembelajaran di SD
5-1
Dalam Unit 6 kita akan mempelajari berbagai asesmen yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik secara menyeluruh selain alat ukur yang selama ini digunakan oleh guru. Asesmen yang digunakan selain tes tertulis yang digunakan selama ini, itulah yang disebut asesmen alternatif. Cara-cara asesmen ini bertujuan melengkapi cara atau metoda tes (tradisional). Materi ini penting untuk dipelajari oleh seorang guru, karena di dalam materi ini, Anda akan menemukan apa, mengapa, dan bagaimana asesmen alternatif itu. Diharapkan dengan membaca materi pelatihan ini dan kemudian berlatih seperti yang disarankan, Anda akan mampu mengembangkan contoh-contoh sederhana asesmen alternatif dalam bidang yang Anda ajarkan. Setelah mempelajari materi pelatihan ini, diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan hakekat penilaian alternatif; 2. mengidentifikasi tipe-tipe penilaian alternatif; 3. mengembangkan penilaian kinerja; 4. mengembangkan penilaian portofolio; 5. mengembangkan penilaian diri. Untuk membantu mendalami materi bahan ajar ini, Anda disarankan untuk mempelajarinya secara cermat, baik secara mandiri maupun kelompok, menelaah sumber-sumber buku yang relevan untuk membantu pemahaman Anda. Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing subunit, membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di bagian akhir tiaptiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan. Selamat belajar, semoga sukses!
5-2
Unit 5
elah kita ketahui bersama asesmen yang dilakukan guru di dalam kelas jelas bermaksud untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Selama ini umumnya guru menggunakan tes tertulis (paper and pencil test) dalam melakukan penilaian walau diketahui paper and pencil test mempunyai banyak kelemahan disamping kelebihan-kelebihan. Ketika kita melakukan asesmen menggunakan paper and pencil test, kemampuan peserta didik yang kita ukur adalah kemampuan kognitif saja sedang kemampuan afektif dan psikomotor belum terukur, walau demikian guru sudah dapat menyimpulkan bagaimana kemampuan peserta didik tersebut. Dengan demikian sungguh kita tidak adil melakukan evaluasi dengan cara demikian. Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi tes, sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Jadi, asesmen alternatif harus mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes, seperti menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori peserta didik secara permanen, menghukum peserta didik yang kreatif, atau mendeskriminasi peserta didik dari golongan minoritas .
Asesmen Pembelajaran di SD
5-3
masalah, inquiry, keterampilan proses, atau kooperatif. Startegi pembelajaran ini tentunya menuntut siswa aktif, kreatif, kritis sehingga mampu mengembangkan kemampuan nalar agar terjadi integrasi antar materi, pendekatan, dan obyek yang dipelajari. Pada saat siswa menunjukkan kompetensinya dengan berbagai sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka miliki, tentunya ini perlu dinilai sebagai sumber informasi yang sangat berharga untuk menentukan pencapaian kemajuan siswa, maka disinilah perlunya asesmen alternatif. Kompetensi yang ditunjukkan siswa sangat bervariasi, seperti dapat menjawab pertanyaan, menulis laporan, menanam dalam pot, mengukur volume air dan sebagainya, maka alat ukur yang digunakan juga berbeda-beda sesuai dengan apa tujuan yang akan diukur. Demikian juga dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, bila tujuannya adalah siswa dapat berpidato, berpuisi, mengarang, bercerita, atau bersyair maka ini juga memerlukan instrumen yang sesuai pula. Setelah Saudara memperhatikan uraian tadi, selanjutnya pikirkan kembali kemampuan apa yang dapat diukur dari peserta didik? Untuk menjawab permasalahan ini pikirkan juga strategi apa yang akan digunakan? Bagaimana melakukannya? Apa yang dapat dilakukan peserta didik? Dengan demikian Anda dapat mengembangkan sendiri jenis asesmen seperti apakah yang akan digunakan untuk mengases peserta didik kita? Selama ini mungkin kita sudah memperhatikan namun tidak mengases dengan benar, sistematis, dan belum memenuhui tuntutan administratif. Kita mengenal ada berbagai jenis asesmen seperti asesmen alternatif, asesmen tradisional, asesmen kinerja, maupun asesmen yang lainnya. Asesmen ini mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan satu dengan lainnya. Menurut Karim (2004), ada beberapa karakteristik asesmen alternatif yaitu: (1) Meminta siswa untuk melakukan (perform), menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu, (2) Menuntut siswa untuk berfikir tingkat tinggi, (3) Menuntut keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau diberikan kebebasan untuk memecahkan masalah, (4) Menuntut penerapan dalam kehidupan sehari-hari, (5) Dalam penyekoran dilakukan oleh manusia dan bukan mesin, (6) Menuntut peranan pembelajaran yang baru bagi guru, (7) Menuntut peranan asesmen yang baru bagi guru, (8) Menekankan pentingnya pengujian proses dan hasil belajar, (9) Mendorong guru untuk pindah dari tugas yang hanya membutuhkan satu jawaban benar ke tugastugas yang memiliki lebih dari satu jawaban benar, (10) Menantang siswa untuk menyelidiki beberapa kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, dan (11) Menantang siswa untuk menarik kesimpulan sendiri terhadap suatu tugas atau problem yang dihadapi.
5-4
Unit 5
Berdasarkan uraian di atas kita sadari bahwa asesmen alternatif menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik. Menurut Hart (1994) kalau guru mengubah cara mengases siswa, maka guru juga akan mengubah bagaimana dia mengajar dan bagaimana siswa belajar. Perubahan ini tidak hanya penting untuk peningkatan pendidikan, tetapi juga penting bagi siswa, guru, dan orang tua. Apabila Anda akan mengembangkan asesmen masih ada lagi arah pengembangan yang haruis Anda perhatikan agar pengembangan asesmen lebih terarah dan tujuan yang kita inginkan dapat tercapai. Berikut diuraikan arah pengembangan asesmen seperti tercantum dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Arah Pengembangan Asesmen Kurang Menekankan pada 1. mengases apa yang mudah diukur 2. mengases sebagian pengetahuan diskrit 3. mengases pengetahuan ilmiah 4. mengases untuk mempelajari apa yang tidak diketahui siswa 5. mengases hanya hasil belajar 6. asesmen akhir unit atau bab oleh guru Lebih menekankan pada 1. mengases apa yang paling memiliki nilai tinggi 2. mengases pengetahuan yang terstruktur baik dan kaya 3. mengases pemahaman dan penalaran ilmiah 4. mengases untuk mempelajari apa yang dipahami siswa 5. mengases hasil belajar dan kesempatan untuk belajar 6. siswa terlibat dalam asesmen berkelanjutan tentang pekerjaannya dan pekerjaan temannya 7. Guru terlibat dalam pengembangan asesmen eksternal dan asesmen berbasis sekolah
Asesmen Pembelajaran di SD
5-5
sebagainya). Menurut definisi yang dikembangkan oleh McGraw-Hill School Division (2000), asesmen alternatif adalah asesmen yang tidak melibatkan suatu tes baku (butir-butir tradisional). Selanjutnya dalam subunit ini Anda akan mempelajari tentang berbagai macam (tipe-tipe) asesmen alternatif. Kita telah memahami bahwa asesmen alternatif yaitu selain asesmen konvensional. Apabila paper and penci test merupakan asesmen yang biasa digunakan oleh guru dan tidak ada lagi asesmen lainnya, maka selain paper and pencil merupakan assmen alternatif. Telah kita pahami bahwa asesmen alternatif merupakan asesmen yang tidak lazim digunakan dalam penilaian siswa di kelas. Ada banyak jenis asesmen alternatif, menurut McGraw-Hill School Division (dalam Ibrahim, 2003), macam asesmen alternatif antara lain adalah: 1. Asesmen kinerja (Performance assessment). 2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Questioning). 3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion). 4. Proyek dan Investigasi. 5. Portofolio dan Jurnal. 6. Wawancara (interview) dan konferensi. 7. Evaluasi diri oleh siswa. 8. Tes buatan siswa. 9. Pekerjaan Rumah. Jika Anda melihat berbagai jenis asesmen alternatif tersebut nampak bahwa kita mempunyai banyak cara untuk mengases peserta didik. Anda bisa memilih jenis asesmen mana yang akan digunakan tergantung apa tujuan yang telah Anda tetapkan. Dari sejumlah asesmen alternatif di atas, asesmen kinerja dan portofolio akan dibahas lebih mendalam dalam subunit berikutnya, sedang jenis asesmen lainnya dapat dipelajari pada uraian di bawah ini.
5-6
Unit 5
memberikan informasi bagaimana siswa membuat hubungan dari apa yang mereka ketahui. Perlu Anda ketahui bahwa ada berbagai macam cara dalam mengajukan pertanyaan, tipe pertanyaan yang paling baik diajukan kepada siswa untuk mengases pengetahuan mereka adalah pertanyaan ujung terbuka. Hal tersebut akan memberikan siswa peluang untuk berfikir tentang mereka sendiri dan untuk mendemonstrasikan pemahaman mereka terhadap suatu masalah atau situasi yang lain. Melalui pengajuan pertanyaan semacam itu akan lebih banyak diperoleh informasi yang menarik tentang apa yang siswa ketahui dan pahami. Pertanyaan semacam ini juga memungkinkan siswa untuk menunjukkan originalitas (keaslian) dan kreativitasnya. Contoh-contoh pertanyaan ujung terbuka biasanya menggunakan kata-kata sebagai berikut jelaskan, bandingkan, katakan, analisislah, ujilah, tunjukkanlah, demonstrasikanlah, buatlah sketsa, selidikilah, buatlah ilustrasi, bedakanlah, selidikilah, ramalkanlah, buatlah definisi operasional (Hibbard, 2000). Saudara juga dapat mengajukan pertanyaan atau meminta kepada siswa seperti berikut ini: 1) Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil pengamatanmu! 2) Selidikilah penyebab kerusakan........! 3) Bandingkan bagian 1 dan 2! Seperti halnya pengamatan, pertanyaan merupakan bagian integral dari proses pengajaran. Fakta menunjukkan bahwa pengamatan seringkali merupakan hasil dan pengajuan pertanyaan yang benar. Pertanyaan dapat diarahkan kepada siswa secara individual, kelompok kecil atau kepada seluruh kelas. Jawaban siswa dapat digunakan untuk tujuan asesmen, membimbing pengajaran atau untuk mengidentifikasi kesalahan. Agar Anda lebih memahami bagaimana cara menggunakan asesmen pertanyaan, berikut ini diberikan contoh pertanyaan yang berhubungan dengan pemecahan masalah, keterampilan laboratorium, penalaran, dan hubungan. Contoh pertanyaan untuk pemecahan masalah: 1) Jelaskan, masalah yang kamu hadapi! 2) Apakah masalah tersebut menarik bagimu? 3) Bagaimana cara kamu memecahkan masalah tersebut? 4) Apakah membuat gambar atau sketsa dapat membantumu memecahkan masalah tersebut? 5) Jelaskan tahap-tahap yang akan kamu ikuti dalam memecahkan masalah!
Asesmen Pembelajaran di SD
5-7
1) Dalam percobaan ini, bedakan pertumbuhan yang terjadi di tempat gelap dan
terang!
2) Bagaimana kamu menjelaskan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan? 3) Mengapa pertumbuhan di tempat gelap lebih cepat dari pada di tempat terang?
Jelaskan jawabanmu dengan memberikan alasan!
2. Jurnal
Guru mempunyai banyak pilihan dalam mengases kemajuan belajar siswa. Salah satu cara yang dapat Anda gunakan yaitu menggunakan jurnal belajar. Menurut Susilo (2004) jurnal belajar adalah tulisan yang dibuat siswa untuk mencatat apa yang telah dipelajarinya. Pendapat lain menyatakan jurnal adalah rekaman tertulis tentang apa yang dibuat siswa terhadap apa yang telah dipelajari oleh siswa. Jurnal dapat digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipelajari, seperti misalnya perasaan siswa terhadap sains, kesulitan yang dialami, atau keberhasilan di dalam memecahkan masalah atau topik tertentu atau berbagai macam catatan lain, komentar yang dibuat oleh siswa. Membuat jurnal adalah cara yang paling baik untuk siswa berpraktik dan meningkatkan kemampuan menulis mereka karena jurnal membantu siswa memiliki sikap selalu memuliskan apa yang dikerjakan.
5-8
Unit 5
Keuntungan menggunakan Jurnal adalah manakala siswa belajar sains secara independen, maka jurnal sangat membantu dalam mengembangkan kemampuan refleksi dan introspeksi. Menggunakan jurnal sangat kondusif untuk melatih berpikir tentang mengapa sesuatu dilakukan. Di dalam jurnal dapat digunakan untuk menulis pernyataan, kesuksesan, pemikiran, maupun rasa frustasi. Menggunakan jurnal dapat memperoleh informasi tentang sejarah siswa ketika belajar secara independen. Anda mungkin mempertanyakan kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk membuat jurnal. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak peristiwa yang dapat ditulis oleh siswa, berikut kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengisi jurnal menurut Moore (1994): 1. memulai pertemuan di kelas atau memulai diskusi, 2. meringkas pembelajaran, 3. interupsi/memfokuskan kembali diskusi kelas, 4. menanyakan persetujuan atas suatu pernyataan, 5. mendiskusikan bagaimana pembelajaran hari ini terkait dengan topik-topik lain, 6. merespon suatu tugas, 7. meningkatkan konsentrasi siswa, 8. mencek kesiapan/pendapat siswa, 9. mencatat hasil kerja laboratorium. Dalam menggunakan jurnal belajar awalnya memang tidak mudah karena siswa belum terbiasa, siswa mungkin tidak merespon, menulis sesukanya, enggan menulis atau bahkan tidak menuliskan apapun. Hal-hal seperti ini bisa terjadi pada kegiatan awal, tetapi Anda perlu mengatur strategi dengan mempertimbangkan waktu, kondisi siswa/kelas, materi pembelajaran, dan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Perlu Saudara ketahui bahwa semakin sering kita menggunakan jurnal belajar maka siswa semakin berpengalaman, seperti diungkapkan Hibbard (1999) dengan semakin berpengalamannya siswa memikirkan proses dan gaya belajarnya, mereka akan menjadi pebelajar mandiri yang lebih baik. Selanjutnya Hibbard mengusulkan isian dalam jurnal belajar berupa hal-hal sebagai berikut: 1. gambar atau sketsa dengan komentar, 2. pertanyaan yang ingin ditanyakan siswa beserta upaya awal untuk menjawab pertanyaan tersebut, 3. hasil pengamatan secara rinci, 4. pertanyaan Andaikan......? yang ditanyakan siswa pada awal merencanakan suatu eksperimen, 5. sketsa dan catatan mengenai model-model dan temuan-temuan, 6. peta pikiran yang dibuat siswa,
Asesmen Pembelajaran di SD
5-9
7. pemikiran tentang apa yang menarik dan menyenangkan dalam kelas, 8. pemikiran mengenai apa masalah/topik yang sulit dan bagaimana memecahkan masalah/mengatasi kesulitan, 9. catatan mengenai materi sains yang menarik dalam berita di koran atau televisi. Selanjutnya, yang perlu Anda pikirkan, yaitu bagaimana cara menilai jurnal belajar siswa sesuai dengan daftar aspek-aspek jurnal yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru berdasarkan kesepakatan dengan siswa. Isi jurnal dapat dirancang guru bersama siswa, demikian juga dengan rubrik penilaiannya. Berikut contoh format penilaian proses belajar dengan menggunakan jurnal belajar.
Tabel 5.2. Format Penilaian Proses Belajar dengan Menggunakan Jurnal Belajar No. Elemen yang dinilai Skor Penilaian maksimal Siswa Guru 1 Semua aspek disampaikan/ditulis lengkap 10 2 Penulisan dengan kalimat yang jelas dan lengkap 10 3 Penyampaian ide secara jelas 10 4 Pertanyaan dikemukakan dengan rinci 10 5 Hasil pengamatan atau pemikiran diungkapkan 10 dengan jelas 6 Penyampaian refleksi menggambarkan pemikiran 10 kemajuan belajar 7 Mengomentari pembelajaran dengan benar 10 8 Penyimpulan materi pembelajaran dengan baik 10 dan benar 9 Ilustrasi penyampaian materi dengan menarik 10 10 Secara keseluruhan lengkap, sistematis dan 10 menarik Jumlah 100
5-10
Unit 5
sebagai proyek dan investigasi yang dilakukan siswa. Perlu Anda ketahui bahwa dalam melakukan kegiatan ini dapat melibatkan siswa secara individual atau kelompok kecil dua sampai empat anak dalam satu kelompok, sedang waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas dua sampai tiga minggu. Tetapi dapat juga projek yang bersifat lebih substansial dan dapat memakan waktu sampai dua bulan, waktu ideal untuk suatu projek adalah empat sampai lima minggu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Kegiatan projek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan siswa dalam pemecahan masalah karena bersifat sangat ilmiah apalagi ditunjang dengan kegiatan yang berhubungan dengan dunia nyata. Projek dapat melibatkan siswa secara aktif dan menemukan situasi baru yang dapat mendorong siswa menemukan suatu masalah sehingga dapat menuntun mereka merumuskan hipotesis yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Untuk sekolah tingkat dasar melalui projek juga menyediakan peluang bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide ilmiah dengan menggunakan materi fisik atau teknologi baru. Siswa dapat diarahkan untuk melakukan investigasi permasalahan yang ada di sekitar kehidupan siswa baik lingkungan sekolah maupun tempat tinggal siswa. Projek yang diberikan dalam konten (isi) pemecahan masalah, dapat digunakan siswa untuk melakukan eksplorasi belajar dan berpikir tantang ide yang mengembangkan pemahaman mereka dalam berbagai area isi kurikulum. Apabila Anda menggunakan proyek, seperti instrumen yang lain kita juga harus memikirkan sistem penilaiannya. Di kelas, Anda mungkin menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis proyek. Dalam konteks ini siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada suatu topik, memformulasikan pertanyaan, dan menyelidiki topik tersebut melalui bacaan, wisata, dan wawancara. Kegiatan mereka kemudian dapat digunakan untuk menilai kemampuannya dalam hal bekerja independen atau kelompok. Anda dapat juga menggunakan produk suatu proyek untuk menilai kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan temuan-temuan dengan bentuk yang tepat dan mempresentasikannya. Apabila Anda akan mengambil nilai proyek pada penilaian sumatif, fokus biasanya terletak pada produknya. Dalam pembelajaran proyek dinilai pada berbagai konteks untuk berbagai tujuan, dari penilaian formatif dan diagnostik berupa tugas bersama hingga penilaian sumatif berupa penilaian individu. Disamping itu, melalui proyek juga dapat dilakukan penilaian terhadap keterampilan tertentu maupun pengetahuan di dalam
Asesmen Pembelajaran di SD
5-11
konteks yang memerlukan aplikasi dari keterampilan yang lebih umum (proses dari proyek dan produk akhir), seperti: perencanaan dan organisasi dari suatu investigasi, bekerja dalam kelompok, penyelesaian masalah, evaluasi terhadap temuan yang signifikan, dan arahan diri. Adapun manfaat dari kerja proyek adalah untuk menilai kemampuan siswa pada waktu melakukan kerja individu maupun kerja kelompok, kemampuan dalam mengatur/mengorganisasikan waktu dan kemampuan untuk merancang tugas secara berurutan. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: a. Kemampuan pengelolaan, kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. b. Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. c. Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik. Teknik penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek: a) penelitian sederhana tentang air di rumah; b) Penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako. Contoh Penilaian Proyek Mata Pelajaran : Sains Nama Proyek : Pertumbuhan Kecambah Alokasi Waktu : Satu Semester Nama Siswa : ______________________ Kelas : __________
5-12
Unit 5
Perencanaan a. Persiapan b. Rumusan Judul 2 Pelaksanaan a. Sistematika Penulisan b. Keakuratan Sumber Data/Informasi c. Kuantitas Sumber Data d. Analisis Data e. Penarikan Kesimpulan 3 Laporan Proyek a. Performa b. Presentasi / Penguasaan Total Skor * Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi siswa/sekolah ** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.
No 1
Aspek *
Skor (1 5)**
Asesmen Pembelajaran di SD
5-13
a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri; b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya; c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. Ada kecenderungan peserta didik akan menilai diri terlalu tinggi dan subyektif. Karena itu, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut. a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri. b) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. d) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. e) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri. f) Guru mengkaji hasil penilaian, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. g) Lakukan tindakan lanjutan, antara lain guru memberikan balikan tertulis, guru dan siswa membahas bersama proses dan hasil penilaian.
Kelas : X/1
Tanggapan 1 0 Keterangan 1 = Paham 0 = Tidak Paham
Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar Aljabar a. Menggunakan aturan pangkat b. Menggunakan aturan akar c. Menggunakan aturan logaritma d. Memanipulasi aljabar Dst.
5-14
Unit 5
Catatan: Guru menyarankan kepada peserta didik untuk menyatakan secara jujur sesuai kemampuan yang dimilikinya, karena tidak berpengaruh terhadap nilai akhir. Hanya bertujuan untuk perbaikan proses pembelajaran.
Evaluasi diri merupakan suatu model yang menghubungkan antara hakekat penilaian diri dengan hasil belajar siswa Apabila siswa merancang sendiri tujuan kemampuannya, maka ia memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampuannya. Keuntungan lainnya adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam proses asesmen. Bila asesmen dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran, maka fokus berpindah dari memberi tes menjadi membantu siswa memahami tujuan pengalaman belajar dan kriteria keberhasilan. Selain itu hasil studi mengatakan bahwa melalui penilaian diri memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi sosial dengan teman sejawat mulai dari siswa berkemampuan rendah sampai tinggi. Ada hubungan positif antara kebutuhan dan prestasi siswa dan hal ini sangat tampak apabila guru menggunakan teknik belajar kooperatif. Karena dalam pembelajaran kooperatif menuntut siswa dapat berinteraksi bersama teman sejawat. Oleh karena itu dalam penilaian diri terdapat tiga proses regulasi diri yaitu: 1. siswa melakukan observasi sendiri yang berfokus pada aspek kinerja yang relevan dengan tujuan dan standar kebrhasilan, 2. siswa mempertimbangkan sendiri dan menentukan tujuan khusus dan umum yang akan dicapai, 3. siswa melakukan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian tujuan, dan menghayati keberhasilan/kemajuan sebagai bahan refleksi diri. Setelah Saudara mempelajari ketiga proses regulasi tersebut nampak bahwa penilaian diri berkontribusi terhadap kepercayaan keberhasilan diri. Siswa yang mengetahui kemajuan dirinya, akan termotivasi untuk lebih giat lagi belajar dan mencapai target tugas belajar yang lebih baik. Sedang penilaian diri yang negatif terjadi bila siswa menemukan konflik belajar, menyeleksi tujuan personal yang tidak realistik, mengadopsi strategi belajar yang tidak efektif, dan menyesali upaya yang tidak maksimal. Penilaian diri tidak hanya sebatas meningkatkan keterampilan siswa tetapi juga menuntut guru terampil seperti terampil dalam membuat penilaian atas kinerja siswa. Berikut contoh lembar evaluasi diri siswa untuk mengakses kemampuan siswa dalam keterampilan mengevaluasi diri.
Asesmen Pembelajaran di SD
5-15
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 5.3. Lembar Evaluasi Diri Siswa Aspek yang dinilai Maksimal Kemampuan siswa mengemukakan ide 15 Kejujuran mengemukakan fakta 20 Kemampuan merefleksi diri 10 Mengidentifikasi kemajuan diri 20 Mendeskripsikan hasil temuan 20
Skor Siswa
Guru
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Alternatif Ya Tidak
Berdasarkan cara melakukan wawancara, jenis wawancara dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Wawancara dengan pertanyaan terstruktur dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan satu topik tertentu yang telah disediakan pewawancara dan jawaban tinggal dikelompokkan kepada kemungkinan jawaban yang telah tersedia. Sebagai contoh, suatu wawancara pemecahan masalah, akan menghadapkan siswa pada masalah dan memintanya untuk memecahkannya. Sedang wawancara tidak terstruktur adalah wawancara dimana pertanyaan yang disediakan memberi kebebasan interviewee untuk menjawab atau mengemukakan pendapatnya. Kedua jenis wawancara ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, dalam menggunakannya Anda diharapkan dapat mempertimbangkan jenis mana yang akan digunakan dengan menyesuaikan tujuan Anda melakukan wawancara. Bahkan Anda dapat juga memadukan kedua jenis wawancara tersebut yaitu pertanyaan yang disediakan merupakan kombinasi antara pertanyaan terstruktur dengan pertanyaan tidak terstruktur. Selanjutnya tentang konferensi, bila dilinjau dari definisinya, konferensi adalah diskusi tidak formal yang melibatkan guru dengan seorang siswa. Beberapa saran yang bermanfaat untuk melaksanakan wawancara dan konferensi: 1) Siaplah dengan pertanyaan, 2) Tempatkan siswa dalam keadaan santai, 3) Jelaskan bahwa Anda akan mencari hasil berpikir kreatif, 4) Ajukan masalah, 5) Buatlah catatan, 6) Jadilah pendengar yang baik
Latihan
Coba Anda buat pedoman pertanyaan observasi untuk kegiatan siswa yang sedang melakukan pengamatan terhadap suatu percobaan
Rambu Pengerjaan
Pertanyaan diarahkan pada apa tujuan percobaan, permasalahan, jalannya percobaan, hasil yang diharpkan, bagaimana melakukannya!
Asesmen Pembelajaran di SD
5-17
Rangkuman
Menurut definisi yang dikembangkan oleh McGraw-Hill School Division (2000), asesmen alternatif adalah asesmen yang tidak melibatkan suatu tes baku (butir-butir tradisional). Selanjutnya dalam subunit ini Anda dapat mempelajari tentang berbagai macam (tipe-tipe) asesmen alternatif. Kita telah memahami bahwa asesmen alternatif yaitu selain asesmen konvensional. Apabila paper and penci test merupakan asesmen yang biasa digunakan oleh guru dan tidak ada lagi asesmen lainnya, maka selain paper and pencil merupakan assmen alternatif. Ada banyak jenis asesmen alternatif, menurut McGraw-Hill School Division (dalam Ibrahim, 2003), macam asesmen alternatif antara lain adalah: Asesmen kinerja (performance assessment), observasi dan pertanyaan (observation and questioning), Presentasi dan Diskusi (presentation and discussion), Proyek dan Investigasi, Portofolio dan Jurnal, Interview (wawancara) dan konferensi, Evaluasi diri oleh siswa, Tes buatan siswa, Pekerjaan Rumah. Karakteristik asesmen alternatif meliputi melakukan (perform), menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu, berpikir tingkat tinggi, keterampilan dalam memecahkan masalah, penerapan dalam kehidupan sehari-hari, penyekoran dilakukan oleh manusia dan bukan mesin, peranan pembelajaran dan asesmen yang baru bagi guru, pentingnya pengujian proses dan hasil belajar, dan menarik kesimpulan sendiri.
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Sebutkan beberapa tipe asesmen alternatif! 2. Berikan penjelasan bagaimana cara menggunakan jurnal belajar! 3. Sebutkan jenis dari pertanyaan dalam wawancara! 4. Apakah manfaat yang didapatkan bagi guru maupun siswa jika menggunakan asesmen evaluasi diri? 5. Sebutkan 3 contoh topik kegiatan yang dapat digunakan untuk tugas proyek dan investigasi!
5-18
Unit 5
Asesmen Pembelajaran di SD
5-19
5-20
Unit 5
Uraian
Saudara mungkin pernah mendengar atau mempelajari tentang asesmen autentik, nah asesmen kinerja pada hakekatnya adalah asesmen autentik karena dalam asesmen ini siswa dituntut untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan temuan mereka, melakukan penalaran dan keterampilan. Jika dibandingkan dengan asesmen konvensional, asesmen kinerja memiliki beberapa perbedaan.
2. Membutuhkan waktu yang banyak untuk pelaksanaannya, lebih cepat dan dapat digunakan untuk siswa dengan jumlah banyak secara serentak, tetapi digunakan hanya sekali untuk sekelompok siswa 3. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja siswa tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended) 4. Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran
Asesmen Pembelajaran di SD
5-21
Agar mendapatkan alat evaluasi yang valid tugas-tugas kinerja harus memiliki kriteria berikut (Nur, 2001): (1) memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting, (2) sesuai dengan isi kurikulum yang diacu, (3) mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan kerja, (4) melibatkan siswa, (5) mengaktifkan kemauan siswa untuk bekerja, (6) layak dan pantas untuk seluruh siswa, (7) ada keseimbangan antara kerja kelompok dan kerja individu, (8) terstruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman, (9) memiliki proses dan produk yang autentik, (10) memasukkan penilaian diri, (11) memungkinkan umpan balik dari orang lain.
a. Validitas
Karakteristik dan kompleksitas (complexity) dari performance assessment biasanya menimbulkan masalah dalam pengumpulan data untuk membuktikan validatas (validity evidence) tidak seperti dalam pengembangan tes pilihan ganda. Kompleksnya tugas dan kemampuan yang akan diukur dalam performance assessment dapat menimbulkan masalah dalam penskoran dan keterwakilannya domain yang hendak diukur. Suatu tugas dalam performance assessment yang sepertinya terlihat lebih kompleks tidak memerlukan proses penilaian yang kompleks, juga sebaliknya, ada tugas yang memerlukan lebih dari satu kemampuan, seperti kompetensi bahasa dan kemampuan matematika. Persoalan dalam matematika memerlukan domain pengetahuan yang relevan dan keterampilan dalam menggunakan informasi tentang komponen-komponen kemampuan yang akan diukur. Selain penskorannya juga harus direviu untuk melihat sejauh mana penskoran tersebut sudah mencakup kemampuan yang kompleks.
b. Reliabilitas
Pertanyaan kunci tentang reliabilitas adalah sampai sejauh mana skor siswa dapat merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarnya (true ability) dan bukan akibat dari kesalahan pengukuran. Tujuan dari pengembang tes adalah mendesain penulisan, membuat kondisi pelaksanaan tes dan penskorannya tidak terhambat pada
5-22
Unit 5
situasi yang tidak berkembang dengan kemampuan yang hendak diukur. Masalah pada penilaian performance biasanya adalah: 1. Penskoran (rating) dan pemberi skor performance assessment; 2. Siswa tidak mengenali alat-alat performance assessment yang dimanipulasi; 3. Siswa tidak mengenal topik yang dikembangkan dalam performance assessment. Tetapi dari beberapa penelitian ternyata kesalahan yang disebabkan penskor (rater) dapat diminimalkan apabila pedoman penskoran performance assessment dibuat dan didefinisikan sebaik mungkin dan juga sebelum dimulai penskoran diadakan pelatihan penskor (rater) terlebih dahulu. c. Fairness Tiga permasalahan dalam pelaksanaan performance assessment yang berhubungan dengan fairness yaitu (1) perbandingan dalam penulisan, (2) ketersediaan alat-alat yang diperlukan, dan (3) kesempatan untuk belajar dan berlatih. Apabila tugas dalam performance assessment ada beberapa pilihan, maka harus ada bukti validitas perbandingan dan tugas-tugas tersebut. Setiap tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa harus mempertimbangkan bahwa setiap siswa mempunyai akses yang sama dalam menggunakan alat-alat yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas dalam tes. Agar mendapatkan alat evaluasi yang valid tugas-tugas kinerja harus memiliki kriteria berikut (Nur, 2001): (1) memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting, (2) sesuai dengan isi kurikulum yang diacu, (3) mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan kerja, (3) melibatkan siswa, (4) mengaktifkan kemauan siswa untuk bekerja, (5) layak dan pantas untuk seluruh siswa, (6) ada keseimbangan antara kerja kelompok dan kerja individu, (7) terstruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman, (8) memiliki proses dan produk yang autentik, (9) memasukkan penilaian diri, (10) memungkinkan umpan balik dari orang lain.
Asesmen Pembelajaran di SD
5-23
produk yang autentik (dunia nyata); (10) Memiliki proses yang autentik; (11) Memasukkan penilaian diri; dan (12) Memungkinkan umpan balik dan orang lain (Nur dalam Ibrahim, 2002).
5-24
Unit 5
Memilih daftar tugas-tugas asesmen kinerja yang cocok dari produk atau proses yang dinilai di dalam tugas siswa
Tunjukkan dan diskusikan contoh-contoh atau model pekerjaan dengan kualitas tinggi yang serupa tapi tidak sama dengan tugas yang akan dikerjakan. Kaitkan elemen dari contoh atau model ini dengan elemen yang tercantum di dalam Daftar Asesmen Tugas Kinerja (DATK) Siswa diminta untuk melakukan penilaian diri atas produk atau proses dengan menggunakan DTAK
Siswa diminta menggunakan hasil penilaian dirinya untuk merevisi pekerjaan mereka Diskusikan penilaian itu dengan siswa secara individual
Nilailah produk, proses, dan penilaian diri siswa dengan menggunakan daftar asesmen tugas-tugas kinerja. Secara periodik nilailah kualitas keseluruhan pekerjaan siswa dengan menggunakan rubrik. DTAK dapat digunakan dalam penentuan dan penjelasan skor rubrik
Rubrik
Setelah Anda mempelajari langkah-langkah melakukan penilaian kinerja, selanjutnya perlu Anda pahami bagaimana cara membuat rubrik. Untuk menilai kualitas menyeluruh pekerjaan siswa digunakan rubrik. Setelah siswa menyelesaikan sejumlah produk, siswa diminta untuk melakukan penilaian diri sendiri bagaimana mereka secara menyeluruh menyelesaikan salah satu tugas produk tersebut, dengan acuan perangkat standar kualitas produk itu untuk tingkat kelas tertentu. Siswa dapat menentukan dimana tepatnya pekerjaan mereka pada suatu rentang kualitas (kontinum kualitas). Siswa diminta untuk menetapkan skor rubrik dan menjelaskan mengapa memilih skor itu. Daftar asesmen tugas kinerja (performance task assessment list) dapat digunakan untuk menjelaskan skor rubrik. Kriteria performa merupakan indikator dari performa unjuk kerja yang baik dan tepat dalam sebuah tugas, tentukan dahulu proses, produk atau keduanya karena ini
Asesmen Pembelajaran di SD
5-25
menentukan kriteria yang dibuat. Berikut contoh kriteria yang menunjukkan keterampilan siswa mengukur volume air menggunakan gelas ukur. 1) 2) 3) 4) 5) cara meletakkan gelas ukur cara menuang air cara menambahkan volume air cara membaca ukuran/volume air cara mencatat hasil pengukuran
Saudara, setelah dibuat kriteria seperti di atas, selanjutnya dibuat pensekoran dengan menggunakan rubrik. Rubrik adalah suatu pedoman pensekoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) siswa dalam mengerjakan tugas. Rubrik juga digunakan untuk menilai pekerjaan siswa. Apabila dua orang guru atau lebih sedang menilai jenis pekerjaan yang sama, maka penggunaan rubrik yang sama membantu mereka memandang produk itu dengan cara yang sama. Guru dari tingkat kelas berbeda atau dari mata pelajaran berbeda dapat menggunakan rubrik yang sama. Hal ini akan menjaga kesinambungan pengajaran dan belajar dari tingkat ke tingkat dan dari mata pelajaran ke mata pelajaran. Cara melakukan penilaian dengan menggunakan rubrik. Ada beberapa cara untuk menilai tingkat kemahiran siswa, yaitu:
5-26
Unit 5
Tugas:
Ukurlah volume air sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur! Panduan untuk melatih siswa dan penilaian kinerja mengukur volume air menggunakan gelas ukur.
No. 1. 2. 3. 4. 5. Aspek yang dinilai 4 Gelas ukur diletakkan di atas tempat yang datar, skala menghadap pengamat Menuang air ke dalam gelas ukur sampai hampir mencapai 100 ml, penuangan dihentikan Volume air ditambah setetes demi setetes menggunakan pipet sampai mencapai 100 ml Permukaan air didalam gelas dibaca dengan posisi sejajar mata Hasil pengukuran dicatat dengan benar Skor 3 2
Berilah skor: 4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat 3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama 2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah 1 bila dilakukan tapi tidak selesai (0 bila tidak ada usaha sama sekali) Penilaian dengan rating scale dikenal ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale. Contoh ketiga rating scale diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Asesmen Pembelajaran di SD
5-27
Tabel 5.5. Instrumen Penilaian Berpidato dengan Menggunakan Numerical Rating Scale
Nama: .................................................. Petunjuk: Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor 1. bila siswa selalu melakukan 2. bila kadang-kadang 3. bila jarang, dan 4. bila tidak pernah 1. Ekspresi Fisik (Physical Expression) A. Berdiri tegak melihat pada penonton 1 2 3 4 B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan 1 2 3 4
Tabel 5.6. Instrumen Penilaian Berpidato dengan menggunakan Graphic Rating Scale
Nama: ............................................... Petunjuk: Tulislah X pada garis dimana kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato! 1. Ekspresi Fisik (Physical Expression) A. Berdiri tegak melihat pada penonton
Selalu B.
Kadang-kadang jarang
tidak pernah
Selalu
Kadang-kadang jarang
tidak pernah
Latihan
1. Bagaimana kedudukan asesmen autentik, asesmen alternatif, dan asesmen kinerja? 2. Bagaimana cara menilai kemampuan kinerja siswa?
5-28
Unit 5
Rangkuman
Permasalahan yang sering muncul dalam merancang dan menggunakan performance assessment adalah permasalahan tentang validity, reliability, dan fairness. Dalam menerapkan asesmen kinerja perlu memperhatikan beberapa tahapan penilaian kinerja yang baik antara lain: (1) Identifikasi semua langkahlangkah, (2) Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik, (3) Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, (4) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur, (5) Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati, (6) Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan. Beberapa cara menilai atau menskor keterampilan atau kemampuan kinerja (performance assessment) peserta tes dengan metode analitik antara lain dengan cara menggunakan (1) checklist dan (2) rating scale. Penilaian dengan rating scale dikenal ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale.
Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Apakah masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja dan bagaimana mengatasi masalah tersebut?
Asesmen Pembelajaran di SD
5-29
2. 3. 4. 5.
Apa perbedaan asesmen kinerja dan konvensional? Jelaskan kriteria tuga kinerja yang valid! Buatlah rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan erosi! Bagaimanakah langkah-langkah dalam membuat asesmen kinerja!
5-30
Unit 5
Subunit 3 Portofolio
Pengantar
ortofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang representatif menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dari waktu ke waktu. Portofolio dapat berceritera tentang aktivitas siswa dalam sains atau mata pelajaran lainnya. Fokus portofolio adalah pemecahan masalah, berpikir, dan pemahaman, komunikasi tertulis, hubungan sains, dan pandangan siswa sendiri terhadap dirinya sebagai orang yang belajar sains. Portofolio tidak sekedar file untuk mengarsipkan pekerjaan siswa. Lembaran-lembaran tentang pekerjaan siswa yang dimasukkan ke dalam portofolio harus memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lain yang pernah dilakukan siswa. Paulson (1991: 60) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Menurut Gronlund (1998: 159), portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan. Protofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Kerena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap, keterampilan, dan ekspresinya terhadap sesuatu.
1. Pengertian Portofolio
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan
Asesmen Pembelajaran di SD
5-31
kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Mengingat begitu beragamnya jenis protofolio, guru dapat mengumpulkannya melalui cara. Cara yang akan dipakai disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, lembar jawaban tes yang menunjukkan soal yang mampu dan tidak mampu dijawab (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuannya dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis, dsbnya.
5-32
Unit 5
c. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain. d. Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik. e. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat atau level kemampuan mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum). f. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan yang lainnya. Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan lainnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995: 184) berikut ini. a. Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu. b. Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki. c. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar. d. Mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar. Banyak keuntungan yang kita peroleh jika menggunakan portofolio. Namun perlu kita ketahui perbedaan luaran menggunakan tes standar dan portofolio, seperti yang dikemukakan oleh Popham (1995) yaitu: Tabel 5.7. Perbedaan Luaran Asesmen antara Portofolio dengan Tes Standar
No 1 Portofolio Menggambarkan hubungan antara membaca dan menulis siswa. Meminta siswa untuk menilai progres atau kemajuan dan atau kecakapan dan menentukan tujuan pembelajaran yang terus menerus. Mengukur prestasi setiap siswa dengan memperhitungkan perbedaan individu siswa. Mengembangkan pendekatan kolaboratif dalam penilaian Mempunyai tujuan student selfassessment Perkembangan, usaha dan prestasi siswa Tes Standar Menilai siswa terbatas pada tugas menulis dan membaca yang mungkin siswa tidak mempunyai hubungan. Secara mekanis diskor atau dinilai oleh guru yang mempunyai sedikit informasi (input).
4 5 6
Penilaian bukanlah proses yang kolaboratif Penilaian siswa bukanlah tujuan. Menekankan pada prestasi saja.
Asesmen Pembelajaran di SD
5-33
No 7
Tes Standar Asesmen dan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang terpisah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain: a. Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri. b. Saling percaya antara guru dan peserta didik Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik. c. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif pada proses pendidikan. d. Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya. e. Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri. f. Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. g. Penilaian proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta didik. h. Penilaian dan pembelajaran Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.
5-34
Unit 5
3. Bentuk-bentuk Portofolio
Saudara, telah banyak informasi dan uraian mengenai portolio beserta prinsipprinsip yang harus diperhatikan. Sekarang kita akan berinovasi membuat tagihan portofolio yang baik. Untuk lebih jelasnya Anda dapat mempelajari beberapa bentuk portofolio berikut ini. Portofolio dapat berupa artefak (produk nyata karya siswa), artikel, jurnal, dan refleksi yang mewakili apa yang telah dilakukan oleh siswa dalam mata pelajaran. Portofolio dapat digunakan untuk mengases kinerja siswa selama sekolah. Asesmen portofolio dapat dibuat bersama oleh guru dan siswa. Pertama siswa mengumpulkan semua hasil pekerjaannya selama dua sampai tiga minggu. Selanjutnya direviu untuk menentukan dasar seleksi contoh-contoh pekerjaan siswa yang akan dijadikan asesmen. Portofolio digunakan selain sebagai asesmen, juga dapat dipakai untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. Ada tiga macam portofolio, yaitu portofolio perkembangan, portofolio pamer, dan portofolio komprehensif. Portofolio perkembangan adalah portofolio yang sengaja dikumpulkan untuk melihat perkembangan siswa dalam area tertentu. Misalnya perkembangan kemampuan siswa membuat laporan praktikum. Maka portofolio ini terdiri dan sejumlah laporan praktikum siswa semenjak awal sampai akhir. Untuk mengases portofolio ini, siswa dapat memilih sendiri portofolionya yang terbaik sesuai kriteria yang ditentukan dan diberikan kepada guru. Portofolio perkembangan adalah hasil kerja terbaik siswa yang bertujuan untuk dipamerkan pada saat tertentu seperti misalnya saat sekolah melakukan pertemuan dengan orang tua, pameran dan sebagainya. Portofolio komprehensif adalah portofolio keseluruhan dan hasil karya siswa yang didokumentasikan menurut tujuan tertentu. Beberapa contoh portofolio: 1) Laporan tertulis projek atau penyelidikan individual. 2) Contoh masalah atau penyelidikan yang dirumuskan oleh siswa. 3) Jawaban terhadap pertanyaan ujung terbuka. 4) Kontribusi siswa kepada laporan kelompok. 5) Daftar cek yang telah dibuat guru yang menunjukkan pertumbuhan ilmiah siswa. 6) Autobiografi ilmiah. 7) Penerapan sains pada disiplin lain. 8) Penjelasan siswa terhadap setiap item pada portofolio.
4. Penilaian Portofolio
Penggunaan portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah berikut. a. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk
Asesmen Pembelajaran di SD
5-35
penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri; dengan melihat portofolionya, peserta didik dapat mengetahi kemampuan, keterampilan, dan minatnya; proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri. b. Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda; misalnya, untuk kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan karangan-karangannya, sedangkan untuk kemampuan menggambar, peserta didik mengumpulkan gambar-gambar buatannya. c. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah. d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. e. Sebaiknya tentukan aspek-aspek yang akan dinilai dari sampel portofolio beserta pembobotannya bersama para peserta didik sebelum mereka membuat karyanya. f. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, untuk kemampuan menulis karangan, aspek yang akan dinilai misalnya: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosakata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut. g. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan; guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio. h. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki; namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat kontrak atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru. i. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio; jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya. Kriteria untuk mengevaluasi portofolio seyogyanya juga didiskusikan dengan siswa, sehingga baik guru maupun siswa dapat mengetahui kriteria ini. Bagi guru kriteria dapat digunakan untuk memberi balikan, sedangkan bagi siswa dapat menggunakan kriteria itu untuk melakukan tugasnya. Kriteria yang telah disepakati akan membantu untuk memandu guru membuat keputusan yang menyeluruh tentang kerja siswa.
5-36
Unit 5
Kriteria pemecahan masalah dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja siswa dalam area berikut. Contoh kriteria mengevaluasi Portofolio untuk pemecahan masalah
Pendekatan kreatif untuk masalah kompleks. Contoh Kriteria Mengevaluasi Portofolio untuk Penalaran
1) 2) 3) 4) 1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Pemahaman masalah. Menggunakan berbagai strategi untuk membuat rencana pemecahan masalah. Dapat melaksanakan rencana menggunakan model atau teknologi.
Melaksanakan inkuiri. Mendokumentasikan hasil. Menganalisis hasil. Mengkritisi ide dan prosedur.
Membangun, memperluas, dan menerapkan ide. Contoh Kriteria Mengevaluasi Portofolio yang lain Pengembangan sikap positif. Menggunakan evaluasi diri dan koreksi diri tentang kerjanya. Interpretasi ide. Teknologi. Konsep dan prosedur. Kelompok kerja..
Berikut ini adalah contoh format untuk menulis komentar fortofolio siswa. Format berikut ini, dapat digunakan untuk menulis komentar portofolio siswa. Asesmen portofolio Siswa : Guru : Tanggal :
Asesmen Pembelajaran di SD
5-37
Asesmen dari: Kerja pemecahan masalah: Penalaran dan berpikir kritis: Penggunaan bahasa: Lain-lain: Contoh Penilaian Portofolio Mata Pelajaran Alokasi Waktu Sampel yang dikumpulkan Nama Siswa
No SK/KD Periode Tata bahasa 1 Menulis karangan deskriptif Membuat resensi buku
Sistematika penulisan
Ket
Catatan: karya siswa sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan aspek yang dinilai
Kompetensi/Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 0 - 10 atau 0 100. Semakin baik hasil yang terlihat dari tulisan peserta didik, semakin tinggi skor yang diberikan. Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan tulisan yang dinilai. Standar Portofolio dapat digunakan sepanjang tahun. Jika Anda belum pernah menggunakan sebelumnya dan berkeinginan untuk menggunakannya, tidaklah terlalu terlambat untuk memperkenalkan siswa dengan portofolio. Anda dapat memulai mendiskusikan dengan siswa tentang portofolio ini. Ide-ide yang dicantumkan disini dapat digunakan sebagai titik awal.
5-38
Unit 5
(1) Gunakan folder siswa untuk mengumpulkan semua pekerjaan mereka dalam suatu portofolio kerja. (2) Tanyakan kepada siswa apa yang menurut mereka perlu ditambahkan ke dalam portofolio ini. (3) Diskusikan tentang format portofolio yang bagus, diketik atau ditulis dengan tinta, ada daftar isinya, pengantar yang menjelaskan mengapa setiap lembar portofolio ini disertakan di dalam folder ini. (4) Buatlah beragam asesmen sehingga portofolio itu dapat merefleksikan variasi itu. Misalnya kerja kelompok, proyek, penyelidikan, jurnal dan sebagainya. (5) Tugaskan siswa untuk mereviu portofolio temannya, sehingga siswa diharapkan mendapat ide tentang apa yang dikerjakan oleh teman sekelasnya. (6) Diskusikan bagaimana cara portofolio itu dievaluasi. Mengevaluasi portofolio akan memberi peluang kepada guru dan siswa untuk masuk ke dalam dialog tentang apa yang telah dipelajari siswa. Harus selalu diingat bahwa setiap lembar yang ada di dalam portofolio itu adalah hasil pilihan siswa sebagai wakil dan pekerjaan terbaiknya. Jadi portofolio sesungguhnya adalah evaluasi diri oleh siswa yang telah membuatnya. Tujuan guru melakukan asesmen menggunakan portofolio adalah untuk membantu siswa meningkatkan pemahamannya terhadap kinerja ilmiah atas tugas yang dipamerkan di dalam portofolio.
Latihan
1. Apakah hakekat dari portofolio? 2. Apakah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk portofolio?
Asesmen Pembelajaran di SD
5-39
Rangkuman
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang representatif menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dari waktu ke waktu. Paulson (1991: 60) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Menurut Gronlund (1998: 159) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Ada tiga macam portofolio, yaitu portofolio perkembangan, portofolio pamer, dan portofolio komprehensif. Portofolio perkembangan adalah portofolio yang sengaja dikumpulkan untuk melihat perkembangan siswa dalam area tertentu. Portofolio perkembangan adalah hasil kerja terbaik siswa yang bertujuan untuk dipamerkan pada saat tertentu seperti misalnya saat sekolah melakukan pertemuan dengan orang tua, pameran dan sebagainya. Portofolio komprehensif adalah portofolio keseluruhan dan hasil karya siswa yang didokumentasi menurut tujuan tertentu.
Tes formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Jelaskan keuntungan menggunakan asesmen portofolio? 2. Bagaimana cara menilai porofolio! 3. Sebutkan bahan-bahan informasi yang dapat digunakan untuk portofolio! 4. Jelaskan manfaat menggunakan portofolio! 5. Buatlah contoh cara menilai portofolio!
5-40
Unit 5
Asesmen Pembelajaran di SD
5-41
Kunci Jawaban
____________________________________________________________________
Tes Formatif 1
1. Tipe asesmen alternatif yaitu asesmen kinerja (performance assessment), observasi dan pertanyaan (observation and questioning), presentasi dan diskusi (presentation and discussion), proyek dan investigasi, portofolio dan jurnal, interview (wawancara) dan konferensi, evaluasi diri oleh siswa, tes buatan siswa, dan pekerjaan rumah. 2. Cara menggunakan jurnal belajar, yaitu persiapkan tema, diskusikan dengan siswa untuk menentukan topik, isi jurnal, jenis kegiatan, teknik penulisan, alokasi waktu, dan sistem penilaian. 3. Pertanyaan dalam wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga dalam penggunaannya perlu mempertimbangkan aspek lainnya. 4. Manfaat yang didapatkan bagi guru maupun siswa jika menggunakan asesmen evaluasi diri, siswa mempunyai kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampuannya dan terlibat dalam proses asesmen sedang bagi guru dapat menekankan pada penilaian secara obyektif, lebih mengenal karakter siswa, sebagai refleksi diri. 5. Tiga contoh topik kegiatan yang dapat digunakan untuk tugas proyek dan investigasi, seperti pengamatan peristiwa tumbuh dan berkembang, pengelolaan sampah, sistem transportasi darat
Tes Formatif 2
1. Masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja adalah validitas, reliabilitas, dan fairness. Permasalahan disebabkan kekomplekan dan kemampuan yang akan di ukur, kemampuan skor siswa dalam merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarnya, dan penulisan, peralatan, dan kesempatan untuk belajar dan berlatih. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut memilih, menentukan, dan mendesain instrumen sesuai indikator dengan baik. Rubrik dapat merekam kemampuan semaksimal mungkin, observer secara kualitas dan kuantitas baik.
5-42
Unit 5
2. Asesmen kinerja pada prinsipnya menekankan tidak hanya kemampuan kognitif, tetapi juga produk, membutuhkan waktu lama tetapi dapat dipakai berulang, dapat mendiagnosis dan meremidi, dan fokus pada pembelajaran unjuk kerja. Sedang asesmen konvensional mengutamkan pemahaman konsep, waktu tidak efektif, diagnosis dan remidi hanya untuk soal uraian, fokus pembelajaran pada materi. 3. Kriteria tugas kinerja yang valid: aktivitas berpusat pada siswa dengan sistem penilaian autentik. 4. Contoh rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan erosi. Tentukan (1) komponen terjadinya erosi seperti air, tanah, tanaman (rumput); (2) kondisi terjadinya peristiwa erosi meliputi minimnya tanaman dengan debit air tinggi, (3) pembuatan laporan, (4) pelaksanaan diskusi.
Tes Formatif 3
1. Keuntungan menggunakan asesmen portofolio, yaitu dapat menilai proses dan produk secara autentik, mengaktifkan siswa, guru, dan orang tua, sebagai refleksi untuk perbaikan PBM. 2. Portofolio dapat dinilai dengan menggunakan rubrik dengan berbagai skala seperti check list, rating scale, atau deskriptif tergantung pada aspek yang dibutuhkan. Seperti yang digunakan pada asesmen kinerja. 3. Bahan-bahan informasi yang dapat digunakan untuk portofolio dapat dikaitkan dengan macam portofolio, seperti portofolio perkembangan (laporan observai, laporan kegiatan ilmiah), portofolio pamer dapat berupa segala sesuatu hasil karya siswa (puisi, kerajinan, gambar atau bentuk tulisan lainnya), portofolio komprehensif, seperti hasil kerja proyek 4. Manfaat menggunakan portofolio sebagai bahan refleksi bagi siswa, guru, orang tua dan lembaga dan media untuk kreatifitas siswa. 5. Contoh cara menilai portofolio: a. Topik: Reproduksi aseksual pada tumbuhan b. Kriteria yang dinilai: ketepatan bahan/tumbuhan, jumlah bahan, indikator teramati, laporan hasil, penampilan dokumen, dan alokasi waktu. c. Rubrik pengembangan dari kriteria pada butir (b) dengan menggunakan pedoman dari Hibbart dengan 4 atau 5 pilihan.
Asesmen Pembelajaran di SD
5-43
Daftar Pustaka
____________________________________________________________________ Bridges, Lois. (Tanpa tahun). Assessment. California: Stenhouse Publishers. Brown, Janet .H; Shavelson, Richard J. (1996). Assessing Hands-On Science. California: Corwin Press, Inc Depdiknas. (2003). Assesmen Autentik, Materi Pelatihan Terintegrasi Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Dikdasmen. ------------. (2003). Assesmen Alternatif. Materi Pelatihan Terintegrasi Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Dikdasmen. Doran R; Fred Chan; and Pinchas Tamir. (1998). Assessment. Virginia: United Book Press. Gronlund. N.E. (1998). Assessment of Student Achievement. Boston: Allyn and Bacon. Stiggins, R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Maxwell Macmillan International Hibbard, M. (1995). Performance Assessment in the Science Classroom. New York: The McGraw-Hill Companies. Kulieke et al. (1990). Why Should Assessment be Based on a Vission of Learning? NCREL Oak Brook. Karim, Muchtar A. (2004). Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah Seminar dan Workshop Calon Fasilitator Kolaborasi FMIPA UM-MGMP MIPA Kota Malang . 19-20 Maret 2004 Nieveen N. & Gustafson K. (1996). Characteristics of computer-based tools for education and training development: an introduction. In Akker at al. (Eds). Design Approach and Tools in Education and Training. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Susanto, P. (2004). Pembelajaran Konstruktivis dan Kontekstual sebagai Pendekatan dan Metodologi Pembelajaran Sains dalam KBK (Kurikulum 2004). Makalah Seminar dan Workshop Calon Fasilitator Kolaborasi FMIPA UMMGMP MIPA Kota Malang . 19-20 Maret 2004. Muller, Jon. (2006). Authentic assessment toolbox. North Central College, Naperville, IL.
5-44
Unit 5
Glosarium
____________________________________________________________________ Asesmen merupakan proses mengumpulkan informasi tentang kemajuan siswa dengan menggunakan bermacam-macam prosedur. Authentic Assesment : penilaian yang dilakukan melalui penyajian atau penampilan oleh siswa dalam bentuk pengerjaan tugas-tugas atau berbagai aktivitas tertentu yang secara langsung mempunyai makna pendidikan. Evaluasi adalah kegiatan menetapkan keberhasilan program pembelajaran dengan menimbang kelebihan dan kekurangan, saran terhadap kemajuan siswa. Cooperative learning - sekelompok siswa yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mengoptimalkan prestasi masing-masing anggota kelompok dan prestasi kelompok secara keseluruhan. Evaluasi-diri (self evaluation) : penilaian terhadap proses pembelajaran yang dilaksana-kan guru oleh guru itu sendiri. Rating scale adalah rubrik yang dipergunakan untuk melakukan penskoran yang membantu guru menilai sejauh mana siswa telah mencapai dimensi prestasi dari tugas kinerja (performance) yang diberikan. Refleksi adalah perenungan kembali atas apa yang telah dilakukan untuk dijadikan cermin (pedoman) perbaikan bagi aktivitas selanjutnya
Asesmen Pembelajaran di SD
5-45
Unit
Asesmen Pembelajaran di SD
6-1
disediakan rambu-rambu jawaban atau dijabarkan dalam uraian materi. Akan tetapi, diusahakan jangan melihat rambu-rambu jawaban sebelum menyelesaikan soal-soal latihan yang disediakan. Untuk mengetahui keberhasilan belajar Anda, dilaksanakan tes formatif pada akhir subunit dan untuk mengecek hasil jawaban Anda, disediakan kunci jawaban tes formatif di akhir unit ini. Akan tetapi, diupayakan jangan melihat kunci jawaban sebelum Anda menyelesaikan semua soal yang disediakan. Semoga Anda berhasil menyelesaikan Unit 6 dengan baik.
6-2
Unit 6
etelah Anda melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya adalah memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus dilakukan dengan cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, sebaiknya Anda sudah menyusun teknik pemberian skor (penskoran). Bahkan sebaiknya Anda sudah berpikir strategi pemberian skor sejak perumusan kalimat pada setiap butir soal. Pada kegiatan belajar ini akan disajikan pemberian skor pada tes domain kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh Diknas (2004) yang telah dimodifikasi. Membuat pedoman penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian dalam tes domain kognitif supaya subjektivitas Anda dalam memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman menyusun skor juga akan sangat penting ketika Anda melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta didik. Karena sejak tes belum dimulai, Anda harus dapat menentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. 1. Pemberian Skor Tes pada Domain Kognitif a. Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot. 1) Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Rumusnya sebagai berikut. B Skor = x 100 (skala 0 100) N B = banyaknya butir yang dijawab benar N = adalah banyaknya butir soal
Asesmen Pembelajaran di SD
6-3
Contohnya adalah sebagai berikut : Pada suatu soal tes ada 50 butir, Budi menjawab benar 25 butir, maka skor yang dicapai Budi adalah: 25 Skor = x 100 50
= 50 2) Penskoran ada koreksi jawaban yaitu pemberian skor dengan memberikan pertimbangan pada butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab, adapun rumusnya sebagai berikut.
S Skor = B N x 100 P 1 B = banyaknya butir soal yang dijawab benar S = banyaknya butir yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir N = banyaknya butir soal Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0 Contoh : Pada soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan tiap butir dan banyaknya 40 butir, Amir dapat menjawab benar 20 butir, mejawab salah 12 butir, dan tidak dijawab ada 8 butir, maka skor yang diperoleh Amir adalah:
12 Skor = 20 40 x 100 4 1 = 40 3) Penskoran dengan butir beda bobot yaitu pemberian skor dengan memberikan bobot berbeda pada sekelompok butir soal. Biasanya bobot butir soal menyesuaikan dengan tingkatan kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) yang telah dikontrak guru. Anda juga dapat membedakan bobot butir soal dengan cara lain, misalnya ada sekelompok butir soal yang dikembangkan dari buku pegangan guru dan sekelompok yang lain dari luar buku pegangan diberi bobot berbeda, yang pertama satu, yang lain dua. Adapun rumusnya sebagai berikut.
6-4
Unit 6
Skor =
( Bi xbi ) x 100% St
Bi = banyaknya butir soal yang dijawab benar peserta tes bi = bobot setiap butir soal St = skor teoritis (skor bila menjawab benar semua butir soal) Contoh: Pada suatu soal tes matapelajaran IPA berjumlah 40 butir yang terdiri dari enam tingkat domain kognitif diberi bobot sebagai berikut: pengetahuan bobot 1, pemahaman 2, penerapan 3, analisis 4, sintesis 5, dan evaluasi 6. Yoyok dapat menjawab benar 8 butir soal domain pengetahuan dari 12 butir, 12 butir dari 20 butir soal pehamanan, 2 butir soal penerapan dari 4 butir, 1 butir soal analisis dari 2 butir, dan 1 butir soal sintesis dan evaluasi masing-masing 1 butir. Berapakah skor yang diperoleh Yoyok? Untuk mempermudah memberi skor disusun Tabel 6.1. sebagai berikut.
Tabel 6.1. Contoh Pemberian Skor
Domain butir soal Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi Jumlah = Jumlah butir 12 20 4 2 1 1 40 bi 1 2 3 4 5 6 Jml butir x bi 12 40 12 8 5 6 St = 83 Bi 8 12 2 1 1 1 25
Skor
= 63,9 % Jadi skor yang diperoleh Yoyok adalah 63,9%, artinya Yoyok dapat menguasai tes matapelajaran IPA sebesar 63,9% Sebagai Latihan-1, Anda tentukan kembali berapakah skor yang diperoleh Yoyok apabila bobot pada setiap komponen dirubah menjadi sebagai berikut:
Asesmen Pembelajaran di SD
6-5
pengetahuan diberi bobot 0,5; pemahaman bobot 1, penerapan, analisis, dan sintesis masing-masing diberi bobot 2, serta evaluasi 3. Tentukan juga berapakah skor teoritis perangkat tes tersebut! Sebagai Latihan-2, tentukan berapakah skor yang diperoleh Yoyok apabila menggunakan penskoran tanpa ada koreksi.
b. Penskoran Soal Bentuk Uraian Objektif
Pada bentuk soal uraian objektif, biasanya langkah-langkah mengerjakan dianggap sebagai indikator kompetensi para peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai pedoman penskoran dalam soal bentuk uraian objektif adalah bagaimana langkahlangkah mengerjakan dapat dimunculkan atau dikuasai oleh peserta didik dalam lembar jawabannya. Untuk membuat pedoman penskoran, sebaiknya Anda melihat kembali rencana kegiatan pembelajaran untuk mengidentifikasi indikator-indikator tersebut. Perhatikan contoh berikut. Indikator : peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan ukurannya. Butir soal: Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawabnya tuliskan langkah-langkahnya!)
Tabel 6.2. Pedoman penskoran uraian objektif
Langkah 1 2 3 4 5 Kunci jawaban Isi balok = panjang x lebar x tinggi = 150 cm x 80 cm x 75 cm = 900.000 cm3 1 1 5 Isi bak mandi dalam liter: = Skor 1 1
6-6
Unit 6
= b1 n1 x100 + b2 n1
n2 x100 n2
Asesmen Pembelajaran di SD
6-7
b1 = bobot soal 1 b2 = bobot soal 2 Contoh: Suatu ulangan terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan, dan 4 buah soal bentuk uraian. Titi dapat menjawab benar soal pilihan ganda 16 butir dan salah 4 butir, sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor maksimum 40. Apabila bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian 0,60, maka skor yang diperoleh Titi dapat dihitung sebagai berikut. a. skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan : (16/20)x100 = 80 b. skor bentuk uraian adalah : (20/40)x100 = 50 c. skor akhir adalah : 0,4 x (80) + 0,6 x (50) = 62
2. Pemberian Skor Tes pada Domain Afektif
Domain afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak ada dua komponen dalam domain afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral. Tentu diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata pelajaran positif sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, Anda memiliki tugas untuk membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang diampunya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Langkah pembuatan instrumen domain afektif termasuk sikap dan minat adalah sebagai berikut: a. Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat. b. Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran di kelas, banyak bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal ini selanjutnya ditanyakan pada peserta didik. c. Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: sangat berminat, berminat, sama saja, kurang berminat, dan tidak berminat. d. Telaah instrumen oleh sejawat. e. Perbaiki instrumen. f. Siapkan kuesioner atau inventori laporan diri. g. Skor inventori. h. Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap.
6-8
Unit 6
Contoh: Instrumen untuk mengukur minat peserta didik yang telah berhasil dibuat ada 10 butir. Jika rentangan yang dipakai adalah 1 sampai 5, maka skor terendah seorang peserta didik adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50, yakni dari 10 x 5. Dengan demikian, mediannya adalah (10 + 50)/2 atau sebesar 30. jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-20 termasuk tidak berminat, 21 sampai 30 kurang berminat, 31 40 berminat, dan skala 41 50 sangat berminat.
3. Pemberian Skor Tes pada Domain Psikomotor a. Penyusunan Tes Psikomotor
Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik. Tes tersebut menurut Lunetta dkk. (1981) dalam Majid (2007) dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja. Skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang jumlahnya sedikit. Perbuatan yang diukur menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna. Misal dilakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta didik menggunakan thermometer badan. Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang menunjukkan peserta didik terampil menggunakan thermometer tersebut, misal indikator-indikator sebagai berikut: 1) Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya. 2) Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya. 3) Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya. 4) Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya. 5) Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya. 6) Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer. Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian, ada 6 butir soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan seorang peserta didik jika untuk butir 1 peserta didik yang bersangkutan memperoleh skor 5 berarti sempurna/benar, butir 2 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang sempurna, butir 3 memperoleh skor 4 berarti juga benar tetapi kurang sempurna, butir 4 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, dan butir 6 juga memperoleh skor 3 berarti kurang benar, maka total skor yang dicapai peserta didik
Asesmen Pembelajaran di SD
6-9
tersebut adalah (5 + 4 + 4 + 3 + 3 + 3) atau 22. Seorang peserta didik yang gagal akan memperoleh skor 6, dan yang berhasil melakukan dengan sempurna memperoleh skor 30; maka median skornya adalah (6 + 30)/2 = 18. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka yang memperoleh skor 6 12 dinyatakan gagal, skor 13 18 berarti kurang berhasil, skor 19 24 dinyatakan berhasil, dan skor 25 30 dinyatakan sangat berhasil. Dengan demikian peserta didik dengan skor 21 dapat dinyatakan sudah berhasil tetapi belum sempurna/belum sepenuhnya baik jika sifat keterampilannya adalah absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna (skala 5). Dengan demikian hanya peserta didik yang memperoleh skor total 30 yang dinyatakan berhasil dan dengan kategori sempurna.
Rangkuman
Apabila Anda membuat penskoran dan pembobotan butir soal suatu tes, maka yang harus diperhatikan adalah tingkatan dalam setiap domain (kognitif, afektif, dan psikomotor). Bentuk perangkat tes yang baik adalah tes yang butir-butir soalnya disusun dengan memperhatikan komponen-komponen tingkatan dalam suatu domain dan tersusun lebih dari satu bentuk tes. Sebelum atau selama pembuatan soal tes, Anda harus merencanakan bentukbentuk penskoran yang akan diberlakukan. Hal ini akan dapat membantu Anda dalam melaksanakan prinsip objektif dan metodik dalam kegiatan penskoran sehingga tidak terkesan asal memberi skor. Hasil penskoran yang terencana akan memudahkan kegiatan berikutnya dalam penilaian, yaitu mengkonversi skor hasil belajar menjadi skor prestasi atau nilai standar
6-10 Unit 6
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan! 1. Sebutkan tiga cara penskoran tes bentuk pilihan ganda! Jelaskan jawaban Anda! (bobot = 15) 2. Pada suatu soal tes berjumlah 50 butir yang terdiri dari tiga tingkat domain kognitif diberi bobot sebagai berikut: pengetahuan bobot 0,5; pemahaman 1, dan penerapan 1,5. Seorang peserta didik bernama Darso dapat menjawab benar 18 butir soal domain pengetahuan dari 20 butir, 12 butir dari 15 butir soal pemahaman, 9 butir soal penerapan dari 15 butir. Berapakah skor yang diperoleh Darso bila menggunakan metode penskoran dengan butir beda bobot? (bobot = 25) 3. Melalui soal item b di atas, Berapakah skor Darso apabila menggunakan metode penskoran tidak ada kriteria? (bobot = 10) 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah berikut: tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja! (bobot = 20)
Asesmen Pembelajaran di SD
6-11
Konversikan tingkat penguasaan Anda dengan pedoman berikut ini. 90% 100% = Baik sekali 80% 89% = Baik 70% 79% = Cukup 69% kebawah = Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda 80% ke atas maka Anda dapat meneruskan pembelajaran pada subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan anda di bawah 80% maka Anda harus mengulang kegiatan belajar subunit ini terutama pada bagian yang belum Anda kuasai.
6-12 Unit 6
etelah Anda memahami dan menguasai konsep dan aplikasi pembuatan skor pada bagian sebelumnya maka diharapkan Anda dapat melangkah pada kegiatan berikutnya yaitu mengubah skor prestasi dengan nilai standar dengan menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penialian Acuan Normatif (PAN). Langkah ini bermanfaat untuk menentukan kualitas pembelajaran dan prestasi peserta didik secara objektif dan meningkatkan kebermaknaan hasil penilaian yang telah dilakukan baik dari sisi guru maupun peserta didik.
Setelah kegiatan penskoran dilakukan maka tugas Anda sebagai guru adalah mengolah skor-skor hasil tes menjadi skor standar atau nilai standar yang menggambarkan nilai prestasi para peserta didik mutu pembelajaran yang telah Anda lakukan selama waktu tertentu. Ada dua pendekatan yang umum dipakai oleh para guru, yaitu pendekatan: (1) Penilaian Acuan Norma atau disingkat PAN dan (2) Penilaian Acuan Patokan atau disingkat PAP. Anda sebagai guru harus menentukan sejak awal manakah pendekatan yang dipakai untuk mengubah skor-skor peserta didik menjadi nilai. PAP Anda pilih sebagai pendekatan apabila Anda berkeinginan membandingkan skor peserta didik dengan suatu nilai standar yang sudah ditentukan berdasarkan skor teoritisnya. Skor teoritis adalah skor maksimal apabila menjawab benar semua butir soal dalam suatu perangkat tes. Selain itu PAP dipilih dengan pertimbangan bahwa perangkat tes yang dipakai untuk mengukur prestasi peserta didik merupakan perangkat tes terstandar yang terjamin reliabilitas dan validitasnya. Melihat prinsip PAP sebagai pendekatan konversi skor-skor prestasi, maka pendekatan ini cocok digunakan untuk penilaian formatif, yaitu asesmen yang dilakukan pada setiap akhir satuan pelajaran yang berfungsi untuk perbaikan proses pembelajaran yang Anda lakukan. Sejak tes formatif belum Anda mulai, Anda sudah
Asesmen Pembelajaran di SD
6-13
dapat menentukan suatu kriteria keberhasilan pembelajaran yang Anda lakukan dengan memberikan patokan atau standar melalui skor teoritis. Pendekatan PAN dipilih apabila Anda berkeinginan membandingkan skor peserta didik dengan skor-skor dalam kelompoknya atau peserta didik lain dalam suatu kelas atau tingkat tertentu. Pendekatan ini sama sekali tidak terpengaruh dengan skor teoritis. Kualitas penilaian peserta didik sangat tergantung kepada distribusi skor para peserta tes. Skor-skor mereka akan saling berkompetisi secara internal sehingga menentukan pedoman konversi yang akan dibuat. Selain itu PAN dipilih dengan tidak harus mempertimbangan bahwa perangkat tes yang dipakai untuk mengukur prestasi peserta didik itu adalah perangkat tes terstandar. Pendekatan PAN cocok untuk penilaian sumatif atau penilaian lain yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana kompetensi sudah dikuasai oleh peserta didik. Sebelum penilaian sumatif dimulai, Anda belum dapat menentukan suatu kriteria keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi.
2. Pendekatan PAP
Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) disebut juga penilaian dengan norma absolut atau kriteria. Pendekatan PAP berarti membandingkan skor-skor hasil tes peserta didik dengan kriteria atau patokan yang secara absolut/mutlak telah ditetapkan oleh guru. Jadi skor peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya tetapi skor-skor itu akan dikonversi menjadi nilai-nilai berdasarkan skor teoritisnya. Umumnya seorang guru yang menggunakan PAP sudah dapat menyusun pedoman konversi skor-skor menjadi nilai standar sebelum tes dimulai. Oleh sebab itu, umumnya hasil pengukuran dari periode ke periode berikutnya dalam kelompok berbeda maupun yang sama akan dapat dipertahankan keajegannya atau konsistensinya. Hasil penerapan PAP dalam penilaian peserta didik akan dapat Anda ramalkan dengan terlebih dahulu melihat skor teoritis dan kualitas para peserta didik dalam kelompok atau kelas. Misal pada penilaian dengan skala-5, PAP Anda berlakukan pada kelompok/kelas yang kurang pandai maka diperkirakan banyak peserta didik mendapatkan nilai prestasi kurang, yaitu ditandai dengan banyaknya peserta didik dengan nilai E, D, serta C sedangkan nilai B dan A lebih sedikit seperti pada kurva-A berikut.
6-14 Unit 6
B A
B A
Kurva-A
Kurva-B
Apabila PAP diberlakukan kepada kelompok/kelas dengan rata-rata pandai maka diperkirakan distribusi nilai seperti pada kurva-B. Peserta didik yang mendapat nilai E, D, dan C lebih sedikit bila dibandingkan jumlah peserta didik dengan nilai B dan A. Secara ideal dalam sudut pandang produk penilaian maka kurva yang diharapkan terjadi dalam PAP adalah kurva-B, namun apabila memberikan hasil seperti kurva-A bukan berarti Anda gagal dalam pembelajaran, tetapi sebagai sebuah proses Anda diwajibkan mengidentifikasi proses pembelajaran yang telah berlangsung dan menemukan titik lemah pembelajaran kemudian melakukan perbaikan-perbaikan. Distribusi nilai suatu kelas/kelompok mungkin saja membentuk kurva-A apabila perangkat tes yang digunakan memiliki butir-butir soal yang terkategori sulit meskipun prestasi mereka di atas rata-rata. Sebaliknya suatu kelas/kelompok dengan prestasi di bawah rata-rata, distribusi nilainya akan membentuk seperti kurva-B karena perangkat soalnya terlalu mudah. Sebab itu, sekali lagi PAP akan dapat menggambarkan prestasi siswa yang obyektif bila perangkat tes yang digunakan adalah perangkat tes terstandar.
a. Aplikasi Pendekatan PAP
Metode PAP digunakan pada sistem penilaian skala-100 dan skala-5. Skala-100 berangkat dari persentase yang mengartikan skor prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes dengan batas minimal angka 0 sampai 100 persen (%). Pada skala-5 berarti skor prestasi diwujudkan dalam nilai A, B, C, D, dan E atau berturutan mewakili nilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Adapun langkahlangkah PAP sebagai berikut. 1) Menentukan skor berdasarkan proporsi Skor =
B x 100% St
Asesmen Pembelajaran di SD
6-15
B = banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda) atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal (pada tes bentuk menguraikan) St = Skor teoritis 2) Menentukan batas minimal nilai ketuntasan Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompotensi yang telah dikontrakkan dalam pembelajaran. Untuk menentukan batas minimal nilai ketuntasan peserta tes dapat menggunakan pedoman yang ada. Depdiknas RI atau beberapa sekolah biasanya telah menentukan batas minimal siswa dikatakan tuntas menguasai kompetensi yang dikontrakkan misalnya 60%. Umumnya pada tingkat pendidikan dasar dan menengah di negara kita menggunakan skala-100 sedangkan skala-5 dipakai di perguran tinggi. Namun sekarang, ada perguruan tinggi yang mengembangkan skala-5 menjadi skala delapan, sembilan, atau tiga belas dengan memodifikasi ragam tingkatannya. Misal, semula ragam nilai skala-5 adalah A, B, C, D, dan E kemudian dimodifikasi dengan menambah ragam tingkatan nilai menjadi delapan sebagai berikut: A, B+, B, C+, C, D+, D, dan E. Pada beberapa perguruan tinggi ada yang mengembangkan lagi menjadi tiga belas variasi seperti berikut: A+, A, A-, B+, B, B-, C+, C, C -, D+, D, D-, dan E. Contoh 1: Suatu perangkat tes terdiri dari beberapa bentuk soal seperti pada tabel berikut.
Nomor 1 s/d 30 31 s/d 45 46 s/d 50 Tabel 6.5. Perangkat Tes dengan Beberapa Bentuk Soal Bentuk soal Bobot Bentuk pilihan ganda model asosiasi 1 Bentuk pilihan ganda model melengkapi 2 berganda Bentuk uraian 5 Jumlah St = St 30 30 25 85
Berdasarkan tabel di atas skor teoritis perangkat tes adalah 85. Peserta didik yang mengikuti ada 40 anak, setelah mereka mengerjakan perangkat tes dilakukan penskoran oleh guru. Hasil skor itu selanjutnya diolah dengan PAP, hasilnya sebagai berikut (yang ditampilkan hanya 10 peserta tes).
6-16 Unit 6
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tabel 6.6. Skor Peserta Tes (Rekayasa) untuk Diolah dengan Pendekatan PAP Nama Peserta Skor Keterangan* Hadi 53 Suyono 68 Jamil 61 Fatma 75 Joko 82 Skor tertinggi Romlah 65 Imam 50 Yoyok 60 Nila 45 Skor terendah Tiyas 54 -
* Skor tertinggi dan terendah dari 40 peserta Coba Anda gunakan pendekatan PAP untuk melakukan penilaian dan mengkonversi skor-skor tersebut dengan skala-100 dan skala-5. Jawab (skala-100): untuk mengerjakan contoh tersebut, setiap skor peserta tes diubah menjadi persentase dari skor teoritis dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. Adapun hasil perhitungannya ditampilkan dalam tabel berikut ini.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Peserta Hadi Suyono Jamil Fatma Joko Romlah Imam Yoyok Nila Tiyas Skor 53 68 61 75 82 65 50 60 45 54 Penghitungan 53/85 x 100% 68/85 x 100% 61/85 x 100% 75/85 x 100% 82/85 x 100% 65/85 x 100% 50/85 x 100% 60/85 x 100% 45/85 x 100% 54/85 x 100% Hasil Penilaian Nilai (%) Kualifikasi * 62 Tuntas 80 Tuntas 72 Tuntas 88 Tuntas 97 Tuntas 77 Tuntas 59 Tidak Tuntas 71 Tuntas 53 Tidak Tuntas 64 Tuntas
Melalui Tabel di atas berarti Anda tidak lagi menganggap nilai peserta tes pada kolom skor tetapi Anda menggunakan kolom nilai (%) dan kualifikasi sebagai hasil dari PAP dengan skala-100. Jadi peserta didik dengan nama Hadi mendapat nilai 63 dengan kualifikasi tuntas, artinya Hadi mampu menguasai 63% kompetensi yang dikontrakkan dalam pembelajaran. Dari peserta dalam tabel di atas, ternyata Imam mendapat nilai 59 dengan kualifikasi tidak tuntas karena nilainya di bawah batas minimal kualifikasi (60%). Keadaan yang sama juga terjadi pada Nila dengan nilai 53 dan kualifikasi tidak tuntas. Bagaimanakah dengan peserta berkualifikasi tidak tuntas? Anda dapat
Asesmen Pembelajaran di SD
6-17
melakukan langkah berikutnya yaitu memberikan keputusan kepada Iman dan Nila untuk remedial atau melakukan tes ulang. Jawab (skala-5): untuk membuat skala-5 pada umumnya sekolah sudah punya pedoman konversi skala-5 untuk semua matapelajaran. Apabila di sekolah Anda belum memiliki maka Anda harus membuat sendiri pedoman itu dengan mempertimbangkan batas minimal kualifikasi tuntas yang telah disepakati. Berikut ini disusun pedoman konversi skala-5 dengan memperhatikan bahwa batas minimal kualifikasi tuntas adalah 60%.
Tabel 6.7. Contoh Pedoman Konversi Skala-5 Tingkat Penguasaan Hasil Penilaian (%) Nilai Kualifikasi 80 ke atas A Sangat memuaskan 70 79 B Memuaskan 60 69 C Cukup 50 59 D Kurang 49 ke bawah E Sangat kurang
Melalui tabel di atas berarti setiap skor peserta didik harus dikonversi menjadi nilai huruf dan kualifikasi, hasil konversinya sebagai berikut.
Tabel 6.8. Contoh Hasil Konversi Skala-5 Hasil Penilaian Skor Nilai (%) Nilai (huruf) Kualifikasi * 53 62 C Cukup 68 80 A Sangat memuaskan 61 72 B Memuaskan 75 88 A Sangat memuaskan 82 97 A Sangat memuaskan 65 77 B Memuaskan 50 59 D Kurang 60 71 B Memuaskan 45 53 D Kurang 54 64 C Cukup
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Peserta Hadi Suyono Jamil Fatma Joko Romlah Imam Yoyok Nila Tiyas
Melalui tabel hasil penilaian di atas, Anda jangan menganggap nilai peserta tes pada kolom skor tetapi gunakanlah kolom nilai (%), nilai (huruf) dan kualifikasi sebagai hasil dari PAP dengan skala-5. Jadi peserta didik dengan nama Suyono mendapat nilai A dengan kualifikasi sangat memuaskan, artinya Suyono mampu menguasai 80% kompetensi yang dikontrakkan dalam pembelajaran. Dari peserta yang lain, misalnya; Imam mendapat nilai D dengan kualifikasi kurang
6-18 Unit 6
memuaskan karena nilainya di bawah batas minimal kualifikasi 60% atau nilai C. Keadaan yang sama juga terjadi pada Nila dengan nilai D dan kualifikasi kurang memuaskan. Bagaimanakah dengan peserta berkualifikasi kurang memuaskan? Anda dapat melakukan langkah berikutnya yaitu memberikan keputusan kepada Iman dan Nila untuk mengikuti remedial, mengulang pada semester berikutnya (kalau di perguruan tinggi) atau melakukan tes ulang. Apabila hasil PAP dengan pedoman konversi skala-100 dan skala-5 Anda gunakan untuk mengkonversi skor-skor hasil tes prestasi pada kelas/kelompok lain maka hasilnya akan tetap reliabel dengan catatan perangkat tes yang digunakan sama dengan kelompok/kelas sebelumnya.
Latihan
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi di atas, kerjakanlah latihan berikut ini! 1) Suatu perangkat tes mata pelajaran IPA terdiri dari beberapa bentuk soal seperti pada tabel berikut.
Nomor 1 s/d 40 41 s/d 65 66 s/d 75 St = Bentuk soal Bentuk pilihan ganda model asosiasi Bentuk pilihan ganda model melengkapi berganda Bentuk uraian 140 Bobot 1 2 5 Jumlah item x bobot 40 50 50
Peserta tes sebanyak 40 anak, tentukan berapakah nilai dan kualifikasi 10 orang peserta didik berikut apabila menggunakan pendekatan PAP skala-100.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Peserta Hadi Suyono Jamil Fatma Joko Romlah Imam Yoyok Nila Tiyas Skor 125 135 98 60 67 66 107 118 100 82
Asesmen Pembelajaran di SD
6-19
2) Kerjakan seperti pada soal no. 1, tetapi untuk skala-5 3) Jelaskan perbedaan pendekatan PAP dan PAN dalam suatu proses penilaian! (minimal 2 perbedaan)
Petunjuk Menjawab Latihan
Untuk dapat menjawab soal di atas, silahkan anda simak kembali uraian materi dan contoh yang diberikan dalam subunit ini.
Rangkuman
Pendekatan PAP dan PAN adalah dua pendekatan penilaian yang digunakan untuk mengubah skor mentah menjadi nilai standar. Umumnya PAP digunakan untuk menilai kualifikasi prestasi siswa dengan tolok ukur pada skor teoritis perangkat tes dan batas minimal ketuntasan, sedangkan PAN digunakan untuk menilai kualifikasi siswa dengan membandingkan nilai prestasi mereka dengan sesama teman di kelas/kelompoknya. Pendekatan PAP sebaiknya digunakan pada pelaksanaan tes yang menggunakan perangkat tes terstandar secara reliabilitas dan validitas. Untuk menyusun pedoman konversi skor-skor kasar menjadi nilai dan kualifikasinya dapat dilakukan dengan model skala-100 dan skala-5
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 2.
Petunjuk menjawab soal: Pilihlah satu jawaban yang benar!
1. Setelah kegiatan penskoran dilakukan pada suatu tes matapelajaran maka tugas Anda sebagai guru adalah ... A. mengolah skor-skor hasil tes menjadi nilai standar. B. menyusun rencana pembelajaran berikutnya. C. mengumumkan hasil tes. D. membagikan hasil tes kepada siswa.
6-20 Unit 6
2. Apa yang dimaksud dengan skor teoritis? A. skor yang diperoleh pada setiap butir/item soal. B. skor yang memperhatikan bobot. C. skor maksimal bila menjawab benar semua butir soal dalam suatu perangkat tes. D. semua jawaban di atas benar. 3. Memperhatikan konsep PAP, sebaiknya digunakan untuk mengolah skor pada penilaian ... A. sumatif. C. minat dan bakat. B. formatif . D. sumatif dan formatif. 4. Manakah pernyataan yang benar tentang PAP? A. menilai kualifikasi prestasi siswa dengan suatu tolok ukur. B. punya batas minimal ketuntasan. C. untuk menilai kualifikasi siswa dengan membandingkan nilai prestasi mereka dengan sesama teman di kelas/kelompoknya. D. jawaban A dan B benar. 5. Suatu perangkat tes matapelajaran IPS terdiri dari beberapa bentuk soal seperti pada tabel berikut.
Nomor 1 s/d 40 41 s/d 65 66 s/d 75 Bentuk soal Bentuk pilihan ganda model asosiasi Bentuk pilihan ganda model melengkapi berganda Bentuk uraian Jumlah St = Bobot 1 2 5 Jumlah item x bobot 40 50 50 140
Tentukan berapakah nilai Yono yang mendapat skor 70 apabila menggunakan pendekatan PAP skala-100. A. 70. B. 50. C. 60. d. 65.
6. Melalui hasil penilaian pada soal no. 5., apakah kuaifikasi nilai Yono? A. tidak tuntas. B. tuntas. C. memuaskan . E. semua benar.
Asesmen Pembelajaran di SD
6-21
7. Dengan menggunakan soal di atas berapakah nilai yang diperoleh Jamil apabila mendapat skor 105? A. 75. B. 60. C. 80. D. 90.
8. Melalui hasil penilaian pada soal no. 7., apakah kuaifikasi nilai Jamil? A. tidak tuntas. B. tuntas. C. memuaskan. E. semua benar.
Konversikan tingkat penguasaan Anda dengan pedoman berikut ini. 90% 100% = Baik sekali 80% 89% = Baik 70% 79% = Cukup 69% ke bawah = Kurang Apabila tingkat penguasaan Anda 80% ke atas maka Anda dapat meneruskan pembelajaran pada subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda di bawah 80% maka Anda harus mengulangi kegiatan belajar subunit ini terutama pada bagian yang belum Anda kuasai.
6-22 Unit 6
Pada penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa salah satu beda PAN dari PAP terletak pada tolok ukur skor yang digunakan sebagai pembanding. Pendekatan ini menggunakan cara membandingkan prestasi atau skor mentah peserta didik dengan sesama peserta didik dalam kelompok/kelasnya sendiri. Makna nilai dalam bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat relatif, artinya bila Anda sudah berhasil menyusun pedoman konversi skor berdasarkan tes yang sudah dilakukan pada suatu kelas/kelompok maka pedoman itu hanya berguna bagi kelompok/kelas itu dan kemungkinan besar pedoman itu tidak berguna bagi kelompok/kelas lain karena distribusi skor peserta tes sudah lain. Kecuali, pada saat pengolahan skor kelompok/kelas yang lain tadi disatukan dengan kelompok/kelas pertama. Misalnya, Anda ingin membandingkan kepandaian siswa dalam matapelajaran IPA di semester sepuluh antara Rudi dengan kakak kelasnya yaitu Bobi pada semester yang sama setahun yang lalu. Rudi pada semester sepuluh sekarang angka rapor matapelajaran IPA = 89 sedangkan Bobi pada semester sepuluh di tahun akademik yang lalu adalah 97. Benarkah bila Anda memutuskan bahwa Rudi lebih rendah prestasinya dibidang IPA dibandingkan Bobi? Membandingkan angkanya, maka benar angka Rudi lebih rendah dari Bobi tetapi kalau kedua angka itu adalah nilai standar dari pendekatan PAN, maka Anda harus melihat terlebih dahulu rerata dan standar deviasi skor pada kelompok/kelas masing-masing. Apabila statistik kelompok/kelas Rudi dan Bobi sebagai berikut.
Asesmen Pembelajaran di SD
6-23
Kelas Rudi rerata ( x ) = 70 dan standar deviasi (s) = 5,6 Kelas Bobi rerata ( x ) = 89 dan standar deviasi (s) = 2,5
Data statistik tersebut kita gunakan untuk menghitung nilai Zscore Rudi dan Bobi x x . Melalui rumus itu dapat dihitung Zrudi = 3,4 dengan menggunakan Zscore = s dan Zbobi = 3,2 dengan demikian pernyataan bahwa Rudi tidak lebih unggul dalam bidang IPA daripada Bobi di kelas masing-masing adalah kurang berdasar. Demikian halnya dengan nilai suatu matapelajaran yang sama tetapi diperoleh dalam kurun waktu yang berbeda akan memiliki makna yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh variasi nilai, kondisi kelompok, dll. Melalui analogi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu nilai prestasi hasil pengolahan dengan pendekatan PAN memiliki sifat relatif, oleh sebab itu pendekatan PAN disebut juga pendekatan penilaian norma relatif atau norma empirik. Artinya secara statistika, pendekatan PAN menggunakan dasar asumsi normalitas. Apabila Anda memiliki kumpulan skor/nilai pada kelas/kelompok yang heterogen maka distribusinya akan membentuk kurva normal sebagai berikut (perhatikan gambar kurva normal di bawah ini)
Berdasarkan kurva normal tersebut maka sifat distribusi nilai/skor prestasi peserta didik akan menyebar membentuk kurva normal standar. Misalnya variasi nilai standar adalah rendah, sedang, dan tinggi, maka peserta didik yang memiliki prestasi sedang jumlahnya lebih banyak daripada kelompok rendah dan tinggi, sedangkan peserta didik kelompok rendah dan tinggi jumlahnya kurang lebih sama.
6-24 Unit 6
Seperti pada PAP, pendekatan penilaian PAN dapat digunakan juga pada sistem penilaian skala-100 dan skala-5. Bahkan pada PAN, Anda dapat mengembangkan menjadi skala-9 dan skala-11. Pada skala-100 berangkat dari persentase yang mengartikan skor prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes dengan batas minimal angka 0 sampai 100 persen (%). Pada skala-5 berarti skor prestasi diwujudkan dalam nilai A, B, C, D, dan E atau berturutan mewakili nilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Adapun langkah-langkah pendekatan PAN sebagai berikut. 1) Menghitung rerata ( x ) skor prestasi