Professional Documents
Culture Documents
BAB I
Konsep Pendidikan Profesi Ners
A. PENDAHULUAN Program Studi Profesi Ners STIKes Kuningan (STIKKU) merupakan program pendidikan keperawatan yang menyelenggarakan pendidikan keprofesian pada salah satu tahapan pendidikannya.Mahasiswa pada tahap pendidikan ini diberi pengalaman belajar yang dapat mengembangkan keterampilan teknikal dan pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan keterampilan interpersonalnya.Lulusannya adalah perawat profesional (Ners, disingkat Ns.) yang mampu memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, serta menggunakan metodologi keperawatan berlandaskan etika keperawatan. Proses pembelajaran menunjukkan adanya kontinuitas antara teori dan praktik yang didapatkan melalui pengalaman belajar di lahan praktik yang mendukung pertumbuhan dan pembinaan kemampuan profesional. Kegiatan di lahan praktik memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dipelajari pada tahap pendidikan sebelumnya dengan sikap dan keterampilan profesional.Profesionalitas praktik keperawatan ditumbuhkan dan dibina melalui pemberian pengalaman dalam pengambilan keputusan klinik, yang merupakan penerapan secara terintegrasi kemampuan penalaran saintifik dan penalaran etik (Husin, 1992).Menurut Schweek and Gebbie (1996) Praktik klinik merupakan the heart of the total curriculum plan. Hal ini berarti unsur yang paling utama dalam pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran dikelola di lahan praktik. Untuk itu perlu disiapkan panduan pembelajaran klinik bagi mahasiswa dan juga bagi dosen pembimbing klinik dan preseptor sehingga asuhan keperawatan yang menitikberatkan pada kualitas melalui terciptanya suatu lingkungan belajar yang sarat dengan model peran (role model) dapat diwujudkan. B. PENDIDIKAN KEPERAWATAN SEBAGAI PENDIDIKAN PROFESIONAL Keperawatan sebagai suatu profesi telah disepakati oleh semua stakeholders keperawatan pada Lokakarya Nasional Tahun 1983. Keperawatan didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsikososiokultural-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik dalam kondisi sakit maupun sehat dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Berdasarkan kesepakatan tersebut sifat pendidikan keperawatan menekankan pada pemahaman tentang keprofesian. Keperawatan sebagai profesi sudah memenuhi karakteristik esensial profesi menurut Shortiridge (1985) antara lain: 1. Pelayanan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang kokoh; menggunakan berbagai konsep, teori dan prinsip sebagai landasan dalam pemberian asuhan keperawatan yang didapat melalui pengalaman belajar belajar dan praktik; 2. Berorientasi pada komitmen untuk memberikan pelayanan profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien; 3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik yang merupakan pedoman moral dalam pelaksanaan standard an tanggung jawab profesi; 4. Memiliki otonomi dalam mengatur dan mengontrol praktik dan pendidikan profesi;
Untuk menghasilkan perawat yang memenuhi karakteristik esensial profesi sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka proses pendidikan keprofesian perawat Ners dirancang dengan mempertimbangkan 5 (lima) aspek berikut: 1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Peserta didik dan pembimbing klinik harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang mengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.Peserta didik harus menguasai body of knowledge dan berbagai metode serta teknik keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 2. Kemampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah. Pemecahan masalah secara keilmuan dapat ditumbuhkan secara langsung berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien melalui tahap proses keperawatan. 3. Sikap dan tingkah laku profesional Sikap dan tingkah laku profesional dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan kehidupan profesi. Penumbuhan dan pembinaan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak profesional merupakan proses panjang dan berkelanjutan yang dapat terlaksana melalui suatu lingkungan yang sarat dengan model peran (role model). 4. Belajar aktif dan mandiri Belajar aktif dan mandiri pada pengalaman praktik klinik dapatdicapai dengan antara lain membuat laporan pendahuluan, presentasi kasus dan lain-lain. 5. Pendidikan berbasis masyarakat Pendidikan atau pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community-based learning) memungkinkan untuk menumbuhkan dan membina sikap dan keterampilan paramahasiswa. Berdasarkan kelima aspek tersebut diharapkan lulusan Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) memiliki sikap, pengetahuan,dan keterampilan profesional sehingga dapat melaksanakan peran danfungsinya sebagai perawat profesional baik sebagai pemberi asuhan(care provider), manajer asuhan klien (manager), pemimpin komunitas (community leader), peneliti (researcher), dan pendidik kesehatan (health educator).
BAB II
Kurikulum Pendidikan Profesi Ners
A. Profesi dan Bidang Pekerjaan yang Dapat Diisi Lulusan Beberapa profesi/bidang pekerjaan/bidang keahlian yang dapat diisi lulusan adalah sebagai berikut: 1. Bekerja di tatanan pelayanan kesehatan Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan klinik (RS); komunitas; dan praktik mandiri di rumah/berkelompok.Kemandirian perawat dalam melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya otonomi perawat semakin tingginya tuntutan kemampuan yang yang harus dipersiapkan. Di pihak lain, belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada setiap jenjang pendidikan merupakan suatu tantangan bagi profesi keperawatan. Berdasarkan hasil kajian penulis, hal tersebut terjadi karena belum dipahaminya atau dikembangkannya body of knowledge keperawatan.Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema karena tidak jelasnya batas kewenangan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Keadaan ini jelas akan berdampak terhadap peran perawat dalam peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. 2. Bekerja di institusi pendidikan tenaga kesehatan Dalam menunjang perkembangan dan proses profesionalisasi keperawatan Indonesia, maka diperlukan dukungan sumber daya manusia (perawat) yang berkualitas. Oleh karena itu institusi pendidikan akan memberikan kesempatan kepada para lulusannya, khususnya yang mempunyai kualifikasi baik, untuk bekerja sebagai staf pengajar. Bagi para lulusan yang masih mampu melanjutkan penddikan, dapat meneruskan ke Starta 2 atau spesialisasi (di Program Studi Ilmu Keperawatan) sampai dengan tingkat doktoral (S3). 3. Bekerja di luar negeri sebagai tenaga profesional Sudah sejak 10 tahun yang lalu, kesempatan bagi para perawat untuk bekerja di luar negeri sebagai tenaga profesional dibuka.Sampai dengan saat ini, jumlah tenaga perawat yang bekerja sangat sedikit. Sedikitnya jumlah perawat yang dapat bekerja di luar negeri lebih disebabkan faktor (1) kurangnya kemampuan perawat dalam berbahasa Inggris, sehingga selalu gagal setiap mengikuti seleksi; dan (2) kurangnya motivasi perawat untuk bekerja di luar negeri, karena faktor tidak ingin jauh dengan keluarga. Kesempatan ini kalau dibiarkan akan menjadikan suatu ancaman dimana akan membawa dampak terhadap kecilnya peluang perawat Indonesia untuk bekerja di luar negeri. 4. Lain-lain: swasta atau jalur non-linier lainnya (BUMN, industri, klinik), legislatif/pemerintahan, dan lain-lainnya. Berdasarkan beberapa data yang ada, profesi perawat masih sangat diminati untuk bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta atau BUMN, sebagai tenaga praktisi di klinik maupun sebagai manajerial. Di masa depan, perawat pun diharapkan ada yang berkiprah di dunia legislatif dan pemerintahan, yang diharapkan mampu mengadvokasi segala kepentingan profesi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Profil Lulusan Program Studi Ners Kurikulum yang digunakan dalam tahap pendidikan profesi ini mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sesuai dengan SK Mendiknas No. 045/U/2002.Salah satu tahapan awal dalam penyusunan KBK adalah menetapkan profil lulusan. Adapun profil lulusan Ners STIKKU pada tahaap pendidikan profesi difokuskan pada profil sebagai: 1. Care Provider 2. Manajer Asuhan Klien 3. Community Leader 4. Researcher 5. Health Educator C. Kualifikasi Hasil Pendidikan (Learning Outcomes) Berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional RI No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar, serta SK Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, maka kurikulum pendidikan program profesi Ners juga disusun dengan elemen kompetensi yang mencerminkan aspek-aspek:
1. 2. 3. 4. 5.
Landasan kepribadian Penguasaan ilmu dan ketrampilan Kemampuan berkarya Sikap dan perilaku dalam berkarya Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat Adapun rumusan learning outcome dari Program Studi Profesi Ners STIKes Kuningan (STIKKU) antara lain sebagai berikut: 1. Berkomunikasi secara efektif dalam menjalin hubungan interpersonal; 2. Melaksanakan asuhan keperawatan profesional di tatanan klinik dan komunitas dengan menggunakan hasil penelitian serta menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan; 3. Mengaplikasikan fungsi kepemimpinan dan manajemen keperawatan; 4. Menggunakan hasil penelitian dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Untuk mencapai kualifikasi hasil pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, maka komposisi kurikulum yang dirancang pada Program Studi Profesi Ners adalah sebagai berikut: Tabel 2.2. Keterkaitan Elemen Kompetensi dan Struktur Kurikulum
Elemen Kompetensi Landasan Kepribadian Penguasaan Ilmu dan Keterampilan Kemampuan Berkarya Sikap dan Perilaku dalam Berkarya Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat Kurikulum Inti Kompetensi Utama 60% (AIPNI) Kurikulum Institusional Kompetensi Pendukung 30% Kompetensi Lainnya 10%
D. Kompetensi Utama dan Kompetensi Pendukung Tahapan selanjutnya setelah penetapan profil lulusan adalah penetapan kompetensi.Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara global diperlukan patokan dalam penentuan kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang Ners di berbagai institusi penyelenggara pendidikan Ners di Indonesia.Kompetensi ini dijabarkan ke dalam beberapa unit kompetensi. Kompetensi utama lulusan pendidikan tahap profesi difokuskan pada kemampuan: 1. Berkomunikasi secara efektif dalam menjalin hubungan interpersonal; 2. Melaksanakan asuhan keperawatan profesional di tatanan klinik dan komunitas dengan menggunakan hasil penelitian serta menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan; 3. Mengaplikasikan fungsi kepemimpinan dan manajemen keperawatan; 4. Menggunakan hasil penelitian dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kompetensi utama di atas kemudian diturunkan ke dalam beberapa unit kompetensi dengan deskripsi sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.3. Rumusan Unit Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Ners
Unit Kompetensi ke1 2 3 4 5 6 7 Rumusan Unit Kompetensi Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim Mampu menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif dan bertanggung jawab Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien di tatanan klinik dan komunitas Mampu menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan etis dan legal Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai etnik, agama, dan faktor lain dari setiap klien yang unik Mampu mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan klien
Rumusan Unit Kompetensi Mampu mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan yang sesuai dengan standar yang berlaku atau secara kreatif dan inovatif agar pelayanan yang diberikan efisien dan efektif Mampu mengembangkan pola pikir kritis, logis, dan etis dalam mengembangkan asuhan keperawatan Mampu memberikan asuhan yang berkualitas secara holistik, kontinyu, dan konsisten Mampu menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak klien agar dapat mengambil keputusan untuk dirinya Mampu menggunakan prinsip-prinsip peningkatan kualitas berkesinambungan dalam praktik keperawatan Mampu mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui penggunaan strategi manajemen kualitas dan manajemen risiko Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang berlaku dalam bidang kesehatan Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan akuntabilitas asuhan keperawatan yang diberikan Mampu mewujudkan lingkungan bekerja yang kondusif Mampu mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan profesional Mampu berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan Mampu menggunakan hasil penelitian untuk diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan Mampu bekerja sama dengan unsur terkait di masyarakat dalam menerapkan asuhan keperawatan komunitas Mampu mengembangkan program yang kreatif dan inovatif di tatanan komunitas dalam aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif Mampu melaksanakan terapi modalitas/komplementari sesuai dengan kebutuhan klien Mengaplikasikan fungsi kepemimpinan dan manajemen keperawatan Mampu merencanakan kebutuhan sarana prasarana ruangan keperawatan secara berkelompok Mampu mengorganisasikan manajemen ruangan keperawatan secara berkelompok Mampu mencegah dan menyelesaikan konflik di dalam tim Mampu memberikan pengarahan kepada anggota timnya Mampu melakukan evaluasi terhadap anggota timnya Mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi ruangan
Berikut ini juga disajikan keterkaitan antara kompetensi, unit kompetensi dan area pencapaian kompetensi tersebut: Tabel 2.4. Keterkaitan Kompetensi, Unit Kompetensi, dan Area Pencapaian Kompetensi
No 1 Kompetensi Berkomunikasi secara efektif dalam menjalin hubungan interpersonal Unit Kompetensi 1. Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan 2. Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim 3. Mampu menggunakan teknologi dan informasi kesehatan yang efektif dan bertanggung jawab 1. Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien dengan mengembangkan pola pikir yang kritis, logis dan etis dalam mengembangkan asuhan keperawatan 2. Mampu memberikan asuhan yang berkualitas secara holistik, kontinyu, dan konsisten Area Pencapaian Di seluruh area praktik keperawatan
Melaksanakan asuhan keperawatan profesional di tatanan klinik dengan menerapkan aspek etik dan legal
Di seluruh area praktik keperawatan, terutama area keperawatan medical bedah, keperawatan anak, keperawatan
Di area keperawatan gerontik (Panti Wredha dan Rumah Sakit, khususnya poli geriatri), keluarga, dan komunitas (Desa Siaga)
Di area keperawatan medikal bedah, gawat darurat, anak, maternitas, jiwa dan komunitas
Adapun rumusan kompetensi pendukung adalah: 1. Mampu menguasai satu keahlian dalam lingkup Keperawatan Medikal Bedah; 2. Mampu mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen keperawatan; 3. Mampu menjadi fasilitator Desa Siaga; 4. Mampu melakukan pengkajian, diagnosis, dan pemberian intervensi keperawatan jiwa berbasis komunitas (community mental health nursing) baik melalui upaya promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. E. Bahan Kajian Fokus atau bahan kajian yang diberikan untuk mencapai beberapa unit kompetensi di atas dalam tahap pendidikan profesi adalah sebagai berikut:
UNIT KOMPETENSI Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan BAHAN KAJIAN/FOKUS MATERI PEMBELAJARAN PRAKTIK 1. Penggunaan diri secara efektif dalam komunikasi terapeutik 2. Tahapan komunikasi terapeutik 3. Teknik komunikasi terapeutik 4. Penggunaan komunikasi terapeutik pada berbagai tingkatan usia dengan berbagai kondisi 5. Komunikasi dalam pelayanan kesehatan 6. Komunikasi sosial, budaya, dan keyakinan 7. Komunikasi profesional dalam pelayanan kesehatan 8. Berkomunikasi dalam Bahasa Inggris secara tertulis dan lisan (verbal dan non-verbal) 1. Penerapan etika RS, etika layanan keperawatan, dan etika profesi 2. Penerapan kode etik keperawatan 3. Mempertahankan hak pasien 4. Profesionalisme keperawatan 5. Hukum Kesehatan 6. Prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan (malpraktik, neglicence, tanggung gugat secara mandiri dan pelimpahan), dan konsep tanggung jawab 7. Fungsi advokasi 1. Mempertimbangkan latar belakang pasien dan menyesuaikan dalam asuhan yang diberikan 2. Menerapkan holistic care pada klien 3. Menerapkan transcultural nursing dalam pemberian asuhan 4. Menggunakan pendekatan agama, kepercayaan, dan spiritual dalam praktik keperawatan 5. Menghargai keinginan pasien dalam terapi alternatif atau pelengkap (complementary nursing) 1. Menerapkan proses keperawatan 2. Menerapkan konsep caring, holism, dan humanism 3. Mempertimbangkan keperawatan lintas budaya 4. Mempertahankan spiritualitas/religiusitas 5. Menerapkan ilmu keperawatan klinik dan komunitas 6. Menggunakan teknologi informasi dalam proses keperawatan 7. Mempertahankan kualitas 8. Melakukan pendidikan kesehatan 9. Mempertahankan hak dan kewajiban pasien 10. Melakukan prosedur keperawatan dengan handal 11. Menerapkan komunikasi terapeutik 12. Mempertahankan patien safety 13. Mempertahankan infection control 1. Menggunakan perangkat komputer dan jaringan dalam mengakses teknologi terkini dalam keperawatan dan kesehatan 2. Menerapkan klasifikasi intervensi dan outcome keperawatan berdasarkan NIC-NOC dan/atau yang lainnya
Mampu menerapkan pengetahuan, kerangka etik dan legal dalam sistem kesehatan yang berhubungan dengan keperawatan Mampu membuat keputusan etik Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai sumber-sumber etnik, agama, dan faktor lain dari setiap pasien yang unik
Mampu menggunakan teknologi informasi kesehatan secara efektif dan bertanggung jawab
Self-management of learning 1. Terlibat aktif dalam diskusi kasus klien 2. Aktif dalam kegiatan ilmiah 3. Membaca artikel/jurnal keperawatan yang up to date 4. Mengikuti kursus, pelatihan tentang asuhan keperawatan Menerapkan keterampilan-keterampilan teknis keperawatan (keterampilan dasar dan keterampilan khusus) sesuai dengan tingkatan usia di setiap tatanan pelayanan kesehatan 1. Membahas secara ilmiah tentang kondisi klien dengan profesi kesehatan lainnya 2. Memberikan masukan/pertimbangan dan rekomendasi/saran kepada profesi lain terkait dengan kondisi pasien 1. Menerapkan terapi komplementer seperti massage, terapi sentuhan, hypnotherapy, acupressure, acupuncture, latihan pernafasan, terapi herbal, terapi nabawi, dll 2. Menerapkan terapi keperawatan holistik seperti yoga, meditasi, shiatzu, tenaga prana, dll 1. Mengkaji situasi pelayanan/asuhan keperawatan 2. Mengikuti alur penanganan pasien 3. Mengorganisasikan kegiatan layanan 4. Menerapkan pengelolaan kasus 5. Mengendalikan kualitas asuhan keperawatan 1. 2. 3. 4. Mempertahankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Melaksanakan kegiatan sesuai SOP Menerapkan prinsip bekerja dengan benar dalam asuhan keperawatan Memberikan tindakan keperawatan yang diperlukan dalam mempertahankan K3
10
Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan akuntabilitas asuhan keperawatan yang diberikan Mampu mewujudkan lingkungan bekerja yang aman
Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim dan pemberian asuhan keperawatan dengan mempertahankan hubungan kolaboratif Mampu merancang, melaksanakan proses penelitian sederhana serta memanfaatkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan kualitas asuhan keperawatan Mampu mengembangkan pola pikir kritis, logis, dan etis dalam mengembangkan asuhan keperawatan Mampu mengikuti perkembangan iptek di bidang keperawatan Mampu mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan profesional Mampu berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan Mampu mengembangkan potensi diri untuk mempertahankan kompetensi
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengidentifikasi fenomena klien dan lingkungan Menyusun rumusan masalah dan tujuan penelitian Mengembangkan instrument penelitian Melakukan pengumpulan data Menganalisis data Mendesiminasi dan publikasi hasil penelitian
1. Menyelesaikan masalah klien secara efektif dan efisien serta sistematis 2. Menindaklanjuti hasil dari penyelesaian masalah klien 1. Menggunakan perangkat IT dan jaringan untuk mengakses perkembangan teknologi terkini dalam keperawatan 2. Menerapkan klasifikasi intervensi dan outcome dalam asuhan keperawatan (NIC-NOC, NANDA, atau yang lainnya) 1. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan ilmiah keperawatan 2. Terlibat dalam diskusi tentang layanan kesehatan dan keperawatan
1. Melakukan proses pembelajaran sepanjang hayat (long life learning) 2. Mewujudkan perubahan yang positif untuk kepentingan klien, layanan, dan profesi
F. Penetapan Mata Kuliah Tahap Pendidikan Profesi Ners Setelah bahan kajian ditetapkan berdasarkan unit kompetensi yang telah dirumuskan bersama dengan stakeholder, maka tahapan berikutnya adalah penyusunan mata kuliah (course/subject). Adapun daftar mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa pada tahap pendidikan profesi adalah sebagai berikut:
11
Tabel 2.4A. Struktur Kurikulum dan Mata Kuliah Tahap Pendidikan Profesi Ners (REGULER) Jumlah sks Stase Mata Kuliah Kurikulum Inti Kurikulum Institusional I Keperawatan Medikal Bedah 5 1 II Keperawatan Anak 2 2 III Keperawatan Maternitas 3 1 IV Keperawatan Jiwa 2 4 V Manajemen Keperawatan 2 1 VI Keperawatan Gawat Darurat 2 2 VII Keperawatan Gerontik 2 1 VIII Keperawatan Keluarga & Komunitas 4 2 Jumlah sks keseluruhan 22 14 Tabel 2.4B. Struktur Kurikulum dan Mata Kuliah Tahap Pendidikan Profesi Ners (NON-REGULER) Jumlah sks Stase Mata Kuliah Kurikulum Inti Kurikulum Institusional I Keperawatan Medikal Bedah 5 2 II Keperawatan Anak 2 2 III Keperawatan Maternitas 3 2 IV Keperawatan Jiwa 2 2 V Manajemen Keperawatan 2 2 VI Keperawatan Gawat Darurat 2 2 VII Keperawatan Gerontik 2 1 VIII Keperawatan Keluarga & Komunitas 4 1 Jumlah sks keseluruhan 22 14 Dalam hal operasionalisasinya Stase I VIII dapat dilaksanakan secara paralel dan tidak ada prasyarat (pre-recquisite), karena diasumsikan setiap lulusan pendidikan tahap akademik (Sarjana Keperawatan) telah memiliki kompetensi yang diperlukan untuk tahap profesi. Adapun untuk penjabaran struktur kurikulum institusional tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5. Penjabaran Kurikulum Institusional Tahap Pendidikan Profesi Ners di STIKKU
Stase I
Bobot Penjabaran sks Kegiatan ini bersifat elektif dan spesialisasi yang 1
II
Keperawatan Anak
dilaksanakan di akhir stase dalam satu siklus tahapan pendidikan profesi. Beberapa spesialisasi yang ditawarkan antara lain: a. Keperawatan di Unit Hemodialisis b. Keperawatan di Unit Transfusi c. Keperawatan di Ruang Bedah (OK) d. Keperawatan Anestesi e. Keperawatan di Unit Radioterapi f. Keperawatan di Unit Onkologi (Kanker) Penambahan bobot 2 sks diasumsikan untuk memperoleh kadar kecukupan dan ketercapaian dari seluruh unit kompetensi yang telah ditetapkan, termasuk kemungkinan dilakukannya extursion learning ke Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
12
III
Keperawatan Maternitas
IV
Keperawatan Jiwa
Manajemen Keperawatan
VI
VII
Keperawatan Gerontik
VIII
Penambahan bobot 1 sks diasumsikan untuk memperoleh kadar kecukupan dan ketercapaian dari seluruh unit kompetensi yang telah ditetapkan, termasuk kemungkinan dilakukannya extursion learning ke Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, khususnya difokuskan pada Keperawatan Paliatif pada klien dengan diagnosis keganasan sistem reproduksi (Ca cervix uteri dan Ca mamme) Penambahan bobot 4 sks karena bidang ini merupakan keunggulan dari Program Studi baik PSIK maupun Profesi Ners di STIKKU. Bobot 4 sks ini difokuskan pada pengembangan beberapa unit kompetensi khusus di bidang ilmu keperawatan jiwa, termasuk penambahan pengalaman klinik di poliklinik, di bangsal perawatan, manajemen keperawatan, unit kegawatdaruratan psikiatrik, dan aplikasi Community Mental Health Nursing (CMHN) Penambahan bobot 1 sks merupakan strategi pengembangan kompetensi terutama peluang bagi peserta didik untuk mengaplikasikan dan mengevaluasi pelaksanaan MPKP seta penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam manejemen keperatan Penambahan bobot 2 sks merupakan strategi pemokusan pencapaian kompetensi lulusan, dimana pada saat stase di bagian ini, peserta didik didistribusikan ke 2 (dua) unit keperawatan yaitu 2 sks inti untuk Keperawatan Gawat Darurat dan 2 sks institusional untuk Keperawatan Kritis di ruang ICU/ICCU Penambahan bobot 1 sks merupakan strategi pemokusan kompetensi dengan kekhususan perawatan di bangsal/unit geriatri di Rumah Sakit, baik di poliklinik maupun di bangsal perawatan. Fokus kompetensinya adalah pada kemampuan peserta didik dalam melaksanakan komunikasi terapeutik, pendidikan kesehatan, dan pemberian asuhan keperawatan profesional Penambahan bobot 2 sks merupakan bagian dari upaya aktualisasi keunggulan Program Studi dalam bidang keperawatan komunitas dengan ruang lingkup pemberdayaan masyarakat dalam mengimplementasikan Desa Siaga. Peserta didik diberikan peran sebagai fasilitator desa siaga dimana 1 Desa dipimpin oleh 2-3 orang peserta didik, sehingga peserta didik benar-benar mampu menguasi kompetensinya dalam hal mengorganisasikan dan memobilisasi partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan kesehatan, khususnya dalam aspek promosi, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi.
13
G. Distribusi Mata Kuliah per Semester Setelah mata kuliah ditentukan kemudian didistribusikan ke dalam setiap semester dengan deskripsi sebagai berikut:
Tabel 2.6. Distribusi Mata Kuliah per Semester Tahap Pendidikan Profesi Ners di STIKKU
SEMESTER IX Kode MK
NERS 1101 NERS 1102 NERS 1103 NERS 1104 NERS 1105
Mata Kuliah
Bobot sks
4 5 4 3 3 19 3 6
Tempat Praktik
RS Gunung Jati RS Gunung Jati RS Gunung Jati RS Gunung Jati RS Gunung Jati Panti Wredha RS Tipe B RS Jiwa (RS Jiwa Bogor/ RS Jiwa Cimahi) Panti Rehabilitasi Narkotika Puskesmas Puskesmas PONED Puskesmas Sentra Keperawatan Komunitas Ruang OK/Bedah Unit Hemodialisis Unit Anestesi Unit Radioterapi Unit Transfusi
Keperawatan Anak Keperawatan Medikal Bedah 1&2 Keperawatan Maternitas Keperawatan Gawat Darurat Manajemen Keperawatan Jumlah sks putaran I
Keperawatan Keluarga dan Komunitas Keperawatan Medikal Bedah 3 (di ruang khusus dan keperawatan kritis)
6 2
17
Kompetensi pendidikan profesi dapat dicapai dengan masa studi 2 3 semester dengan perhitungan 36 sks x 16 minggu x 4 jam = 2.304 jam. Jika dalam satu minggu 48 jam, maka dibutuhkan masa studi 48 minggu. Dengan jabaran sebagai berikut : 1. Semester 1 a. Keperawatan anak :4SKS x 16mg x 4jam = 256 jam = 5 minggu b. Keperawatan medikal bedah 1 :2SKS x 16mg x 4jam = 128 jam = 3 minggu c. Keperawatan medikal bedah II :3SKS x 16mg x 4jam = 192 jam = 4 minggu d. Keperawatan maternitas :4SKS x 16mg x 4jam = 265 jam = 5 minggu e. Manajemen keperawatan :3SKS x 16mg x 4jam = 192 jam = 4 minggu f. Keperawatan gawat darurat :3SKS x 16mg x 4jam = 192 jam = 4 minggu 19 SKS 25 minggu 2. Semester II a. Keperawatan gerontik b. Keperawatan jiwa c. Keperawatan keluarga & komunitas d. Keperawatan medikal bedah III : 3SKS x 16mg x 4jam : 6SKS x 16mg x 4jam : 6SKS x 16mg x 4jam : 2SKS x 16mg x 4jam 17 SKS = 192 jam = 4 minggu = 384 jam = 8 minggu = 384 jam = 8 minggu = 128 jam = 3 minggu 23 minggu
H. SISTEM PEMBELAJARAN Pendidikan tahap profesi merupakan kelanjutan dari tahap pendidikan program sarjana keperawatan dimana tahap ini peserta didik mengaplikasikan teori dan konsep yang didapat selama proses pendidikan sarjana. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan tahap profesi harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip di bawah ini:
14
1. Calon peserta pendidikan tahap profesi merupakan lulusan pendidikan sarjana keperawatan (bergelar akademik S.Kep) serta lulus uji kompetensi (12 kompetensi inti dan kompetensi tambahan yang diperlukan untuk wahana praktik tertentu) 2. Tersedianya wahana praktik yang kondusif (sarana dan prasarana) untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis, menyelesaikan masalah, dan mengambil keputusan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. 3. Tersedianya buku pedoman pelaksanaan kegiatan pendidikan tahap profesi, buku log, dan modul praktik. 4. Tersedianya preseptor/mentor untuk penyelenggaraan pendidikan profesi. 5. Pelaksanaan kegiatan pendidikan profesi berorientasi pada tahap pembelajaran sederhana ke kompleks dengan memfokuskan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mencapai kompetensi profesional seorang Ners. Pengembangan kurikulum pendidikan pada tahap profesi terdiri dari Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional (berdasarkan SK Mendiknas No. 232/U/2000) yang harus diikuti oleh seluruh institusi pendidikan tinggi keperawatan yang menyelenggarakan program pendidikan profesi.Kurikulum institusi pendidikan tahap profesi ini terdiri dari 60% Kurikulum Inti (22 sks) dan 40% Kurikulum Institusional (14 sks) yang mencirikan institusi. Dengan demikian diharapkan, seluruh institusi pendidikan profesi mempunyai Kurikulum Inti yang sama. Kompetensi pendidikan profesi dapat dicapai dengan masa studi 2 3 semester dengan perhitungan 36 sks x 16 minggu x 4 jam = 2.304 jam. Jika dalam satu minggu 48 jam, maka dibutuhkan masa studi 48 minggu. Sistem pembelajaran pendidikan tahap profesi Ners berlangsung di lahan praktik yaitu Rumah Sakit Tipe B Pendidikan, Rumah Sakit Khusus untuk bidang keilmuan khusus (Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Bersalin, Rumah Sakit Ibu dan Anak, dll) , Panti Wredha, Panti Rehabilitasi Narkotika, dan Komunitas dengan spesifikasi tertentu sesuai kompetensi yang ingin dicapai. Metode pembelajaran pada tahap pendidikan profesi Ners berfokus pada pelaksanaan pendelegasian kewenangan dari preseptor kepada peserta didiknya.Sedangkan kegiatan evaluasi pada tahapan ini lebih terfokus pada pembuktian bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi yang ditetapkan dan disertai dengan kemandirian dalam menjalankan kompetensinya sebagai cerminan kewenangan telah dimiliki. Beberapa metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan tahap profesi Ners ini antara lain adalah: 1. Pre dan post conference Sebelum memulai konferensi kasus dalam rangka pembahasan kasus tertentu yang ditetapkan Clinical Instructor di lahan praktik saat stase di bidang keilmuan tertentu, mahasiswa tahap profesi diberikan pre-test dan kemudian dilakukan post-test pasca konferensi selesai.Soal pretest dan post-test dibuat sebagi hasil kerjasama antara pembimbing institusi (preseptor) dan pembimbing lahan praktik (CI) atau mentor. Soal pre-test dan post-test ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa peserta pendidikan tahap profesi yang berkaitan dengan kasus yang dibahas dalam kegiatan konferensi kasus (case conference). 2. Tutorial individual Kegiatan tutorial individual merupakan proses bimbingan intensif dari seorang mentor dan preseptor yang telah ditetapkan institusi pendidikan maupun institusi. Tutorial dilaksanakan di lahan praktik yang dilakukan secara terjadwal atau pun elektif bergantung pada inisiatif mahasiswa dan dosen. 3. Diskusi Kasus Kegiatan pembelajaran lainnya adalah diskusi kasus. Kegiatan diskusi kasus dilaksanakan selama kegiatan visite pagi dan visite malam bersama anggota tim kesehatan lainnya, seperti dokter ahli, perawat spesialis, atau tenaga kesehatan lainnya. 4. Case Report dan Overan Dinas Laporan Kasus merupakan metode pembelajaran yang dipraktikkan secara rutin dalam setiap pembelajaran klinik di lahan praktik. Dengan waktu studi 8 jam per hari, seorang mahasiswa yang stase di bangsal atau bagia tertentu harus membuat dan menyampaikan laporan kasus atas semua klien yang dalam tanggung jawab observasinya kepada perawat dalam shift yang
15
5.
6.
7.
8.
berbeda dalam kegiatan operant (pergantian antar waktu jaga), misalnya shift pagi ke shift sore, shift sore ke shift malam, dan shift malam ke shift pagi. Pendelegasian Kewenangan Bertahap Salah satu metode belajar untuk mengasah kemandirian mahasiswa peserta program profesi adalah dengan memberikan delegasi kewenangan secara bertahap berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi pencapaian kompetensi mahasiswa secara berkelanjutan.Misalnya ketika seorang mahasiswa masuk untuk melaksanakan stase di bagian Keperawatan Anak, maka pada 2 3 hari pertama mahasiswa yang bersangkutan baru sebatas observasi dan adaptasi terhadap segala protap dan suasana klinis yang dia hadapi.Baru kemudian pada pertengahan minggu, mahasiswa diberi kewenangan menjadi asisten atas semua tindakan pemberian intervensi keperawatan kepada klien secara langsung. Memasuki minggu ke-2, mahasiswa sesuai dengan progresivitas penguasaan kompetensi sebelumnya, secara bertahap terus diberikan kewenangan untuk mengelola klien secara mandiri dan menjadi bagian dari tim kesehatan yang menangani klien dengan gangguan tertentu. Mini Seminar tentang klien dan teknologi kesehatan/keperawatan terkini Mini Seminar dilaksanakan sesuai kebutuhan dan kesepakatan antara CI dan peserta didik, Mini Seminar diikuti oleh semua mahasiswa yang stase di bagian/departemen yang sama pada satu siklus. Kegiatan seminar dilaksanakan dengan tujuan membahas penyakit yang diderita klien serta membahas berbagai alternatif penatalaksanaannya, khususnya dalam perspektif keperawatannya. Problem Solving for Better Health Metode pembelajaran lainnya adalah belajar memecahkan masalah dengan tujuan memperoleh outcome perawatan yang lebih baik.Kegiatan ini tidak saja melibatkan CI dan preseptor dari institusi, tetapi juga melibatkan ahli lainnya (perawat spesialis).Kegiatan ini juga bisa diteruskan dengan pemberian penugasan terstruktur kepada mahasiswa melalui penulisan referat sehingga mahasiswa benar-benar dihadapkan pada bagaimana caranya memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan teori dan konsep terbaru atau pemberian asuhan keperawatan yang berbasis bukti (evidence-based learning). Pengelolaan Asuhan Inovatif Pada tahapan tertentu, mahasiswa juga diberikan kesempatan selama mengelola kliennya untuk mengembangkan berbagai inovasi dalam pengelolaan asuhan kepada klien.Inovasi yang dimaksud merupakan cara/metode/pendekatan baru dalam mengelola klien sehingga klien memperoleh kepuasan dan/atau outcome yang baik dari pemberian asuhan yang diberikannya. Dengan demikian kiegiatan pembelajaran dalam tahap profesi ini dilaksanakan dalam program internship yang meliputi tahapan observasi, tahap bimbingan, dan tahap mandiri yang berfokus pada area kompetensi sebagai berikut:
Tabel 2.7. Ringkasan Proses Pembelajaran Tahap Pendidikan Profesi Ners di STIKes Kuningan
No
1
Penilaian Kompetensi
Proses Keperawatan
Indikator
Mahasiswa menyelesaikan masalah klien (individu, keluarga, dan masyarakat) dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan dokumentasi Mahasiswa mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan klien untuk melakukan tindakan pencegahan primer, sekunder, dan tersier Mahasiswa memilih tindakan sesuai dengan SOP, tanggung jawab, dan kewenangannya Mahasiswa dapat bertindak untuk membela kepentingan (hak-hak) pasien Mahasiswa mengidentifikasi masalah klien yang terkait dengan budaya serta penyelesaiannya Mahasiswa melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) Mahasiswa mampu melakukan minimal satu jenis terapi modalitas sesuai
2 3 4 5 6 7
Pendidikan Kesehatan Legal Etik Fungsi Advokasi Lintas Budaya Keterampilan Teknis Terapi Modalitas dan
16
Adapun metode evaluasi yang digunakan untuk menilai ketercapaian mahasiswa dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan adalah dengan beberapa metode penilaian berbasis kompetensi, di antaranya: 1. Log Book Log book merupakan buku yang berisi catatan tentang seluruh aktivitas yang dilakukan mahasiswa peserta program pendidikan profesi Ners selama bekerja dalam 1 (satu) shift di lahan praktik. Format Log book terdiri dari beberapa kolom di antaranya: nomor, tanggal dan jam, jenis aktifitas/kegiatan, hasil yang diperoleh, kendala/hambatan, rencana kegiatan selanjutnya, serta paraf konsultan dan pembimbing. Format Log Book: Tabel 2.6. Format Log Book Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners
No Tanggal Aktifitas Hasil yang diperoleh Kendala Rencana Kegiatan Selanjutnya Konsultan Paraf Pembimbing
2. Direct Observasional of Preocedure Skill Metode ini dilakukan melalui pengamatan langsung yang dilakukan CI/mentor atau preseptor kepada mahasiswa saat melakukan tindakan keperawatan atau memberikan asuhan keperawatan kepada klien di lahan praktik. Biasanya penguji menggunakan daftar tilik atau check list yang berisi urutan prosedur kerja pelaksanaan tindakan keperawatan, misalnya pemasangan infus, pemasangan NGT, pemasangan sungkup oksigen, memasang kateter, dan lain-lain. 3. Case Test atau Student Oral Case Analysis SOCA atau dikenal juga dengan OSOCA merupakan metode analisis kasus yang dilakukan melalui tes lisan dan diukur secara objektif. Tujuan SOCA ini adalah untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kasus klinis berdasarkan konsep yang komprehensif.Mahasiswa diharapkan untuk menganalisis kasus dengan menjelaskan masalah dan bagaimana mekanisme dasar terjadinya permasalahan tersebuut; membuat diagnosis keperawatan yang rasional; dan menjelaskan pemberian terapi dengan menerapkan berbagai ilmu-ilmu dasar.Biasanya diawali dengan menggambarkan peta pikiran dari suatu kasus klinis (menggabarkan hubungan masalah dengan situasi terkait atau mengidentifikasi hubungan sebab-akibat dari munculnya suatu permasalahan). Beberapa indikator yang dinilai dalam tes lisan ini antara lain adalah: a. Reviu kasus secara umum (skor 10) Fokus penilaian kemampuan mahasiswa dalam menyusun peta konsep dan menjelaskan hubungan antara diagnosis dengan kondisi lainnya seperti etiologi, faktor risiko dan faktor predisposisi) b. Keterlibatan ilmu-ilmu dasar (skor 20 35) Menggambarkan keterkaitan ilmu-ilmu dasar dalam patofisiologi dan pathogenesis terjadinya suatu penyakit/gangguan. c. Patogenesis (10 25) Menjelaskan mekanisme terjadinya suatu penyakit dan perubahan berbagai struktur tubuh yang ditunjukkan dengan berbagai pemeriksaan penunjang. d. Patofisiologi (20 40) Menjelaskan setiap mekanisme terjadinya suatu penyakit yang ditandari dengan timbulnya berbagai gejala dan tanda penyakit. e. Manajemen atau penatalaksanaan (5 10)
17
4.
5.
6.
7.
8.
Menjelaskan berbagai jenis intervensi keperawatan berdasarkan terapi yang ditetapkan dokter baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.Khusus dalam pengobatan termasuk di dalamnya terapi farmakologis dan non-farmakologis. f. Komplikasi (maksimal 5) g. Prognosis (maksimal 5) h. Penampilan mahasiswa (10) Komponen penilaian yang berkaitan dengan penampilan mahasiswa selama mengikuti tes lisan. Clinical incident report Metoda lainnya untuk menilai penguasaan kompetensi mahasiswa dalam tahap pendidikan profesi adalah pembuatan Laporan Insiden Klinik (Clinical Incident Report).Laporan ini digunakan sebagai media pembelajaran agar mahasiswa dapat terhindar dari berbagai insiden di kemudian hari pada saat mereka menjalani profesinya sebagai Ners melalui pendekatan sistemik.Pelaporan insiden klinik dilakukan dengan mengikuti format yang telah disediakan oleh institusi pendidikan.Terhadap insiden klinik yang ditemukan mahasiswa, maka mahasiswa wajib mendiskusikannya dengahn CI dan preseptor pada saat melaksanakan kegiatan supervisi. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) OSCE merupakan akronim dari Objective Structured Clinical Exam.Merupakan suatu pengujian/penilaian berbasis kinerja (performance-based testing) yang digunakan untuk mengukur kompetensi klinik mahasiswa.Selama pelaksanaan ujian, mahasiswa diamati dan dievaluasi melalui serangkaian station/stase yang terdiri dari kegiatan anamnesis, pemeriksaan fisik, penetapan diagnosis, pemberian tindakan keperawatan, dan penyusunan dokumentasi keperawatan.OSCE bisa dilaksanakan terhadap pasien secara langsung, pasien simulasi, maupun terhadap manikin.Setiap stasion harus dilalui oleh mahasiswa dengan waktu yang telah ditetapkan penguji (biasanya 7 15 menit). Problem Solving Skill Bentuk evaluasi lainnya adalah bagaimana mahasiswa dilatih untuk terampil memecahkan masalah-masalah klinis dan dilanjutkan dengan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan hasil analisis masalah yang akurat.Penilaian kompetensi dalam pemecahan masalah klinis dapat dilakukan secara integrasi dalam OSCE, SOCA, tutorial, maupun dalam kegiatan yang terstruktur seperti pemberian penugasan dan lain sebagainya. Kasus Lengkap/Kasus Singkat Kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi mahasiswa juga dilakukan melalui pemberian deskripsi kasus singkat maupun kasus lengkap dari satu klien dengan gangguan tertentu.Pemberian kasus singkat dan lengkap ini dapat dilakukan dalam sesi ujian atau sesi bimbingan tutorial. Portfolio Menurut Bowers & Jinks (2004), portfolio didefinisikan sebagai a collection of evidence which demonstrates the continuingacquisition of skills, knowledge, attitudes, understanding and achievement, as well as reflection on the current stage of learning, development and activity of the individual. Yaitu suatu koleksi atau kumpulan atas bukti yang menunjukkan penguasaan keterampilan, pengetahuan, sikap, pemahaman, dan prestasi secara berkelanjutan, sebagai bagian dari proses refleksi terhadap pembelajaran, pengembangan, dan aktifitas individu. Definisi yang hampir sama dikemukakan Karlowicz (2000) yang menyebutkan portfolio sebagai suatu koleksi/kumpulan yang bertujuan terhadap berbagai hasil kerja mahasiswa yang merepresentasikan kinerja/kompetensi, kemajuan belajar, dan prestasi secara keseluruhan dalam suatu program studi. Adapun tujuan dari portfolio ini adalah untuk: a. Mendemonstrasikan dan menggambarkan pengalaman-pengalaman belajar melalui penyediaan berbagai bukti berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip dari pengalaman yang diaplikasikan dalam setting praktik klinik. Dalam hal ini dapat berupa hasil pendokumentasian terhadap beberapa tindakan asuhan keperawatan yang telah diberikan mahasiswa kepada kliennya;
18
b. Merekam kemajuan belajar mahasiswa selama mengikuti tahapan pendidikan profesi Ners di lahan praktik; c. Menjamin pengembangan kompetensi profesional sebagai calon Ners; d. Mendorong pendidikan berkelanjutan dan dapat dijadikan sebagai alat dalam pengembangan kompetensi praktikal secara berkelanjutan; e. Menekankan pengalaman klinik yang mengesankan pada mahasiswa; f. Menjadi media untuk mengatasi kesenjangan antara mahasiswa dengan praktisi keperawatan profesional; g. Menunjukkan pencapaian prestasi mahasiswa yang dapat digunakan untuk penempatan praktik dan menguji potensi calon pegawai; h. Mempromosikan kompetensi mahasiswa terhadap calon pengguna lulusan (meningkatkan marketabilitas lulusan); i. Mempromosikan pembelajaran sepanjang hayat.
19
BAB III
Deskripsi Mata Kuliah & Indikator Hasil Belajar
20
21
KEPERAWATAN ANAK
DESKRIPSI MATA KULIAH Fokus mata kuliah keperawatan anak tingkat profesi merupakanpencapaian berbagai konsep, prinsip, teori, dan modelkeperawatan anak dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatandengan mengintegrasikan berbagai ilmu dasar keperawatan terkaitlainnya, ilmu bedah anak, dan ilmu kesehatan anak. Fokus padamasalah perawatan anak yang sakit akut, sakit kronis, dan sakityang mengancam kehidupan. KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah menyelesaikan praktik keperawatan anak tingkat profesi,mahasiswa akan dapat merawat anak dari berbagai tingkat usia(bayi, balita, prasekolah, dan remaja) yang sakit akut, sakit kronis,ataupun sakit yang mengancam kehidupan anak di berbagaitatanan pelayanan kesehatan menggunakan proses keperawatansebagai pendekatan, dengan mengintegrasikan bermain terapeutiksebagai strategi intervensi perawatan atraumatik. INDIKATOR HASIL BELAJAR
1. 2. 3. 4. 5. 6. Menggunakan proses keperawatan dalam merawat anak sakit sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya. Mengintegrasikan konsep bermain dalam intervensikeperawatan. Menampilkan teknik komunikasi terapeutik pada anak dankeluarga. Menerapkan konsep perawatan anak yang sedang dirawat dankeluarganya. Menerapkan konsep perawatan atraumatik dalam melakukanintervensi khusus anak Memberikan pendidikan kesehatan pada anak dan keluarga.
KEPERAWATAN MATERNITAS
DESKRIPSI MATA KULIAH Fokus mata Kuliah keperawatan maternitas adalah mengaplikasikankonsep-konsep dan teori keperawatan yang terkait dengankesehatan wanita dengan atau tanpa masalah kesehatan reproduksiyang telah dipelajari pada perkuliahan tahap program akademik.Fokus asuhan keperawatan diberikan kepada wanita dalam masachildbearingyaitu ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, dan bayibaru lahir (BBL) sampai usia 40 hari beserta keluarganya baikdalam kondisi normal maupun risiko tinggi (komplikasi). KOMPETENSI MATA KULIAH Pada akhir pembelajaran mahasiswa mampu menerapkan asuhankeperawatan dalam periode childbearing, yaitu ibu hamil, ibumelahirkan, ibu setelah melahirkan, dan bayinya sampai denganumur 40 hari pada kondisi normal dan berisiko serta kepadakeluarganya. Asuhan keperawatan juga diberikan kepada ibu dalamperiode di luar childbearing, yaitu remaja/pubertas dan masaklimakterium/menopause dalam upaya meningkatkan kesehatannyasesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam upaya peningkatanderajat kesehatan ibu dan anak.
22
KEPERAWATAN JIWA
DESKRIPSI MATA KULIAH Fokus mata kuliah praktik profesi keperawatan jiwa ditujukanpada upaya pemberian asuhan keperawatan untuk usaha preventifprimer, sekunder, dan tersier terhadap klien dengan masalah biopsiko-sosial-spritual dan gangguan kesehatan jiwa. Pelaksanaanhubungan terapeutik akan dilakukan secara individu danmelibatkan peran serta keluarga dalam perawatan klien sertamelaksanakan terapi modalitas keperawatan. KOMPETENSI MATA KULIAH Tujuan pendidikan tahap profesi adalah mempersiapkanmahasiswa melalui penyesuaian profesional dalam bentukpengalaman belajar klinik secara komprehensif, sehinggamahasiswa memiliki kemampuan profesional dalam memberikanasuhan keperawatan kepada klien gangguan jiwa dan keluargamelalui penyesuaian profesional dalam bentuk pengalaman belajarklinik dan pengalaman belajar lapangan secara komprehensif. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Mahasiswa memiliki kemampuan profesional dalam hal: 1. Menerapkan komunikasi terapeutik dalam membina dan memelihara hubungan interpersonal dengan klien. 2. Mengidentifikasi perasaan dan reaksi diri sendiri dan bagaimana pengaruh perasaan dan reaksi tersebut terhadap individu, keluarga dan kelompok, sehingga memungkinkan penggunaan diri sendiri secara terapeutik ketika berhubungan dengan klien. 3. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan klien. 4. Merumuskan rencana keperawatan (diagnosis keperawatan, tujuan, kriteria evaluasi, tindakan) dalam meningkatkan kesehatan jiwa individu dan keluarga. 5. Melaksanakan tindakan keperawatan dan berbagai terapi modalitas keperawatan. 6. Menggunakan usaha prevensi primer, prevensi sekunder, dan prevensi tertier modalitas dalam tindakan keperawatan. 7. Menggunakan berbagai sumber daya: kerjasama interdisiplin dan kemampuan keluarga dalam melaksanakan tindakan keperawatan. 8. Mengevaluasi proses, hasil implementasi keperawatan serta melakukan tindak lanjut. 9. Mencatat dan melaporkan proses keperawatan yang dilakukan.
23
KEPERAWATAN KOMUNITAS
DESKRIPSI MATA KULIAH Fokus mata kuliah praktik profesi keperawatan komunitasmenerapkan asuhan keperawatan komunitas di wilayah binaanmasyarakat, puskesmas, sekolah, dan posyandu, melalui pelayanankeperawatan dari masalah sederhana sampai yang kompleks secaratuntas dan komprehensif berdasarkan konsep dasar kesehatan dankeperawatan masyarakat, dan program kesehatan/kebijakanpemerintah dalam menanggulangi masalah kesehatan utama diIndonesia, khususnya isu kecendrungan masalah kesehatan dalamkonteks pelayanan kesehatan utama dengan penekanan upayapromotif, dan preventif dengan tidak mengabaikan aspek kuratifdan rehabilitatif. KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah menyelesaikan praktik program profesi (ners) keperawatankomunitas mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatankomunitas melalui tahap proses keperawatan: pengkajian,perumusan diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasikeperawatan, dengan fokus klien individu, keluarga, kelompok,masyarakat. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Mahasiswa memiliki kemampuan profesional dalam hal: 1. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat berdasarkan konsep dasar keperawatan kesehatan masyarakat, melalui proses keperawatan di komunitas. 2. Mengidentifikasi kebijakan dan program-program pokok keperawatan kesehatan masyarakat di era otonomi daerah. 3. Mengintegrasikan kebijakan/program-program pokok kesehatan masyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas. 4. Melaksanakan praktik keperawatan komunitas secara profesional berlandaskan pada etika profesi keperawatan Indonesia. 5. Mengembangkan rasa percaya diri dalam melakukan asuhankeperawatan komunitas.
KEPERAWATAN GERONTIK
DESKRIPSI MATA KULIAH Fokus mata kuliah praktik profesi keperawatan gerontik adalahmenerapkan pelayanan asuhan keperawatan lanjut usia di berbagaitatanan pelayanan kesehatan khususnya di keluarga, padapantiwerda dan masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungandengan penekanan pada upaya pemeliharaan kesehatan,peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit lanjut usia. KOMPETENSI MATA KULIAH Pada akhir pengajaran dan praktik profesi keperawatan gerontikpeserta didik mampu memberikan pelayanan dan asuhankeperawatan gerontik pada lanjut usia baik di keluarga dan di institusi/panti secara komprehensif. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Mahasiswa memiliki kemampuan profesional dalam hal: 1. Menerapkan konsep dasar gerontik, teori bio-psiko sosial/kultural dan spiritual pada keperawatan dasar lansia di keluarga dan masyarakat. 2. Mengintegrasikan konsep dasar keperawatan gerontik, teori biopsikososiokultural dan spiritual pada proses penuaan dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan gerontik. 3. Mengembangkan rasa percaya diri mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik diberbagai tatananpelayanan kesehatan lanjut usia.
24
KEPERAWATAN KELUARGA
DESKRIPSI MATA KULIAH Fokus mata kuliah praktik profesi keperawatan keluarga adalahmemberikan layanan/asuhan pada tiap tahapan tumbuh kembangkeluarga meliputi: pasangan keluarga baru menikah, keluarga barudan balita, keluarga dengan anak usia sekolah, keluarga denganremaja, keluarga dengan ibu hamil dan menyusui, serta masalahkeluarga terkait dengan masalah kesehatan yang lazim diIndonesia. Pemberian asuhan keperawatan berorientasi pada isudan kecenderungan masalah dalam keperawatan keluarga denganpenekanan pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahanpenyakit dan pemeliharaan kesehatan keluarga diberbagai tatananpelayanan kesehatan, khususnya di pelayanan keperawatankeluarga. KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah menyelesaikan cabang ilmu ini mahasiswa mampumenerapkan konsep keluarga sejahtera dan adaptasi keluargasesuai tahapan tumbuh kembang keluarga dalampelayanan/asuhan keperawatan keluarga dengan mengembangkanrasa percaya diri dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Mahasiswa memiliki kemampuan profesional dalam hal: 1. Menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu biomedik, dan ilmu keperawatan dalam melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan kepada keluarga. 2. Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan tahapan tumbuh kembang keluarga. 3. Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan keluarga dari masalah sederhana sampai yang kompleks secara tuntas melalui pendekatan proses keperawatan baik bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai batas kewenangan, tanggung jawab dan kemampuan berlandaskan etika profesi keperawatan. 4. Mengelola keluarga binaan dengan asuhan keperawatan keluarga di wilayah binaan sesuai dengan tahap perkembangan keluarga meliputi: keluarga baru menikah, keluarga dengan balita, keluarga dengan anak usia prasekolah, keluarga dengan anak sekolah, keluarga dengan anak remaja, keluarga dengan anak dewasa muda, keluarga dengan usia pertengahan, dan keluarga dengan lansia. 5. Melakukan rujukan, kerjasama dan memfasilitasi dengan pelayanan kesehatan keluarga di wilayah binaan jika menemukan kasus risiko tinggi di keluarga binaan. 6. Mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secara sistematis dan manfaatnya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup keluarga.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
DESKRIPSI MATA KULIAH Fokus mata kuliah manajemen keperawatan pada pengelolaanpraktik klinik kepemimpinan dan manajemen keperawatan diruang rawat untuk memenuhi pencapaian kompetensi melaluiaplikasi mengintegrasikan fungsi-fungsi kepemimpinan danmanajemen pada lingkup manajemen pelayanan dan manajemenasuhan keperawatan pada ruang rawat yang merupakan tatananpelayanan kesehatan yang nyata. KOMPETENSI MATA KULIAH Mahasisawa mampu mengelola manajemen asuhan danmanajemen pelayanan keperawatan tingkat dasar secaraprofesional dengan pengintegrasian kemampuan kepemimpinansecara efektif. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah menyelesaikan kegiatan praktik klinik kepemimpinan danmanajemen keperawatan, mahasiswa mampu: 1. Menerapkan konsep, teori dan prinsip-prinsip manajemen keperawatan, dan mengintegrasikan konsep kepemimpinan dalam pengelolaan manajemen pelayanan tingkat dasar dengan menjadi agen pembaharu dengan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik pada ruang rawat dengan berdasarkan situasi nyata yang dimulai dari: g. Pengkajian pada situasi nyata ruang rawat. h. Merumuskan hasil pengkajian ke dalam analisis SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity, Threat).
25
26
BAB IV
Pelaksanaan Praktik Pendidikan Program Profesi Ners SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
27
A. Kalender Akademik Kalender Akademik Program Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) disusun dengan mengacu kepada Kalender Akademik STIKKU Tahun Akademik 2011/2012. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kegiatan Akademik Registrasi Administrasi Registrasi Akademik Angkat Sumpah Orientasi Program Pra Ners Pelaksanaan Program Pra Ners Orientasi Program Ners Pelaksanaan Program Ners Remedial Rapat Dewan Dosen Yudisium Libur Semester Jadwal 19 21 Desember 2011 19 21 Desember 2011 24 Desember 2011 22 23 desember 2011 26 Desember11 21 Januari12 24 - 29 Januari 2012 30 Januari 4 Agustus 2012 6 8 Agustus 2012 23 25 Agustus 2012 27 28 Agustus 2012 28 Agustus 1 September 2012
Manajemen Keperawatan
KMB I & II
Keperawatan Maternitas
Keperawatan Anak
28
Keperawatan Gerontik
KMB III
Keperawatan Jiwa
C. Metode Pengajaran Klinik 1. Persiapan klinik (Pre Clinic): Orientasi praktik profesi, menyusun laporan pendahuluan, dan penugasan. 2. Briefing (Pre Conference): Identifikasi kasus awal, penggunaan konsep, referensi, dan hasilpenelitian. 3. Pelaksanaan praktik klinik: Observasi, tutorial, ronde keperawatan, demonstrasi kompetensi,bed side teaching, role play klinik, pre dan postconference klinik. 4. Debriefing (Post Conference): 5. Role Play pelaksanaan manajemen pelayanan dan manajemen asuhan. 6. Ronde Keperawatan. D. Evaluasi Praktek Profesi Presentasi kasus, seminar, ujian presentasipengelolaan ruang rawat. E. praktik/kompetensi, responsi laporanakhir dan
Lahan Praktik Penetapan lahan praktik profesi diseleksi dan diidentifikasi berdasarkankebutuhan pencapaian tujuan pembelajaran dan kompetensimahasiswa dengan kriteria institusi lahan praktik sebagai berikut: 1. Terdaftar dan diakui pemerintah sebagai institusi pelayanan kesehatan. 2. Memberi pelayanan diagnostik, pencegahan, pengobatan danrehabilitasi. 3. Mempunyai jumlah kunjungan pasien yang cukup termasuk jenispenyakit pasien untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa. 4. Memiliki fasilitas (fisik dan alat) yang memadai dan memenuhistandar untuk kebutuhan belajar klinik mahasiswa. 5. Staf di lahan praktik memiliki kemampuan yang cukup untukmelaksanakan asuhan keperawatan dalam pembelajaran klinik. 6. Lingkungan lahan praktik yang kondusif dan mendukung prosesbelajar sesuai dengan falsafah dan tujuan institusi pendidikan. 7. Memiliki manajemen pelayanan medis keperawatan yangmendukung kegiatan pengembangan belajar klinik.
29
8. Mempunyai standar kualitas praktik keperawatan. 9. Jumlah pasien dan variasi masalah (kasus) keperawatan yangmemadai dalam pencapaian tujuan belajar klinik/lapangan. Distribusi Penggunaan Lahan Praktik Profesi Berdasarkan Mata Kuliah Nama Institusi Mata Kuliah Ruang Praktik Profesi Lahan Praktik Keperawatan Medikal Bedah I R. Penyakit Dalam RSU Gunung Jati Keperawatan Medikal Bedah II R. Bedah Keperawatan Maternitas R. Poli Kebidanan RSU Gunung Jati R. Intrapartum R. Postpartum R. Puskesmas Keperawatan Anak R. Anak (infeksi & non RSU Gunung Jati infeksi) Poli Anak Puskesmas Manajemen Keperawatan R. Penyakit Dalam RSU Gunung Jati R. Bedah R. Anak R. Postpartum Keperawatan Gawat Darurat Unit Gawat Darurat RSU Gunung Jati Keperawatan Jiwa RS. Dr. Marzuki Mahdi, Bogor RS. Jiwa Cimahi Bandung Keperawatan Komunitas & Masyarakat Wilayah Kuningan dan Keluarga Cirebon Keperawatan Gerontik Gerontik di masyarakat Masyarakat wilayah dan panti sosial kuningan dan Cirebon Panti Werdha
No 1 2 3
6 7 8 9
F.
Pembimbing Institusi dan Preseptor Klinik No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Daftar Pembimbing Insitusi Pendidikan Profesi Ners Mata Kuliah Pembimbing Institusi Preseptor Klinik H. Dedi Ahmad Sumaedi, Keperawatan Medikal Bedah Lia Mulyati, S.Kep. Ns. Keperawatan Anak Keperawatan Maternitas Keperawatan Jiwa Keperawatan Gawat Darurat Keperawatan Komunitas Keperawatan Keluarga Keperawatan Gerontik Manajemen Keperawatan
M.Kep. Neneng Aria, S.Kep. Ns. Nanang Hermasyah, S.Kep. Ns. Tety Purwita, S.Kep.Ns. S.Kep. Ns. M.Kep.
Khusnul Aini, S.Kep. Ns. M.Kep. Heri Hermansyah, S.Kep. Ns. M.Kes. Rony Suhada, S.Kep. Ns. Abdal Rohim, S.Kp. MH.Kes. Rany Maulany, S.Kep.Ns.
Santi Wahyuni, S.Kp. M.Kep. Sp.Mat. Dwi Putri Parendrawati, S.Kp. M.Kep. Sp.Jiwa H. Ujeng, S.Kp. M.Kes. Asmadi, S.Kep. Ns. M.Kep. Sp.Kom.
30
Tugas dan tanggung jawab Preseptor klinik dan institusi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tugas & Tanggung Jawab Membagi/ mencarikan kasus sesuai dengan kompetensi mata ajar Mengoreksi dan memberikan masukan tentang laporan pendahuluan Melakukan pre dan post conference Melakukan bedside teaching Melakukan evaluasi pembelajaran Memberikan penilaian sikap Memberikan penilaian pencapaian target keterampilan Memberikan koreksi laporan asuhan keperawatan Memberikan bimbingan terhadap materi presentasi (Seminar) Mengisi buku komunikasi pembimbing Pembimbing Institusi V V V V V V V Preseptor Klinik V V V V V V V V V
31
BAB V
Tata Tertib Pelaksanaan Praktik Pendidikan Program Profesi Ners SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
32
TATA TERTIB MAHASIWA PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kehadiran mahasiswa 100% Mahasiswa wajib hadir di lahan praktik 15 menit sebelum shift dimulai. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh masing-masing mata kuliah yang sedang dijalani pada program profesi ners sesuai dengan perencaan pada buku panduan. Mahasiswa wajib memakai seragam dan atribut yang ditentukan oleh pendidikan. Mahasiswa wajib memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan dari institusi pendidikan dan diketahui oleh pembimbing dari institusi pendidikan. Mahasiswa dilarang memanjangkan kuku, menggunakan cat kuku, memakai perhiasan (anting, kalung, gelang, cincin, dll.). Mahasiswa wajib memakai jam tangan yang mempunyai detik. Mahasiswa wajib membawa perlengkapan nursing kit untuk keperluan praktik. Mahasiswa wajib menjaga nama baik institusi pendidikan, rumah sakit dan klien. Mahasiswa yang meninggalkan ruangan (di lahan praktik) tanpa seizin pembimbing pada jam praktik lebih dari 30 menit dianggap tidak hadir. Kelompok mahasiswa wajib mengganti kerusakan alat-alat/inventaris institusi pendidikan/lahan praktik akibat kelalaian mahasiswa sesuai dengan kententuan. Mahasiswa wajib melapor dan menyelesaikan ketentuan administratif praktik kepada Koordinator Praktik Profesi Ners pada setiap akhir rotasi praktik selesai dari masing-masing bagiankeperawatan (semester I dan semester II). a. Mengambil Absensi setiap hari senin minggu pertama praktik. b. Menandatangani absensi sesuai kehadiran. c. Mengisi jadwal bimbingan yang diberikan dosen/perseptor klinik. d. Mengumpulkan absensi setiap hari Sabtu pada minggu terakhir praktik. Mahasiswa diwajibkan mengikuti apel pagi di rumah sakit dan puskesmas. Mahasiswa yang melakukan pelanggaran terhadap seragam atau atribut dianggap tidak hadir. Mahasiswa yang kehadirannya terlambat 15 menit (1-3 kali keterlambatan) akan dikurangi nilai sebanyak 5% untuk setiap keterlambatan yang dilakukannya dan jika lebih dari 15 menit maka dianggap tidak hadir. Bila mahasiswa absen 1 hari tanpa alasan akan mengganti dinas selama 1 minggu & bila tidak hadir karena alasan sakit/izin mengganti dinas sebanyak hari sakit/ijin. Ketidakhadiran karena sakit/ijin harus ada surat keterangan dan diberitahukan kepada koordinator mata ajaran, koordinator program profesi dan tembusan koordinator pendidikan Program Studi Profesi Ners STIKKU. Ketidakhadiran seperti pada point 17, mahasiswa harus mengganti hari sebanyak ketidakhadiran dan hanya diperbolehkan karena: a. Sakit maksimal 3 hari. b. Keluarga meninggal (anak, istri/suami,orang tua) maksimal 2hari. Ketidakhadiran lebih dari 3 hari karena alasan apapun wajib mengulang mata ajar. Setiap ketidakhadiran tanpa keterangan, mahasiswa wajib mengganti 1 minggu untuk satu hari ketidakhadiran. Pengumpulan laporan dilakukan sehari setelah kegiatan selesai. Keterlambatan pengumpulan laporan mahasiswa maksimal 6 hari dan setiap hari keterlambatan nilai dikurangi 2% (total 12% dari seluruh keterlambatan) dan jika lebih dari 7 hari dianggap tidak lulus. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengganti dinas, mengulang kegagalan pada mata kuliah pada jadwal remedial.
33
TATA TERTIB MAHASIWA PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (BAGI PROGRAM REMEDIAL) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU) 1. Mahasiswa praktik profesi yang mengulang (remedial) dapat dilaksanakan pada saat libur semester I dan II (masing-masing selama 3 minggu) sesuai dengan rotasi praktik dengan syarat: a. Minimal terdaftar 5 orang peserta dan maksimal 12 orang dalam satu kelompok. b. Pembiayaan administrasi lahan praktik dibebankan kepada mahasiswa. c. Sebelumnya sudah pernah mengikuti praktik profesi. 2. Mahasiswa wajib hadir 15 menit sebelum shift dimulai. 3. Mahasiswa yang melakukan pelanggaran terhadap seragam atau atribut sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka dianggap tidak hadir. 4. Pengumpulan laporan dilakukan sehari setelah kegiatan selesai. 5. Bagi mahasiswa dikenakan sanksi apabila: a. Datang terlambat kurang dari 15 menit (1-3 kali keterlambatan), maka nilai dikurangi sebesar 5% dari setiap keterlambatan. b. Datang terlambat lebih dari 30 menit, maka dianggap tidak hadir. 6. Ketidakhadiran harus dilaporkan ke koordinator mata kuliah yang bersangkutan. 7. Sanksi ketidakhadiran praktik: a. Karena alasan sakit maksimal 3 hari. b. Keluarga meninggal (anak, istri, suami, orang tua) maksimal 2 hari. c. Mahasiswa wajib mengganti dinas sebanyak hari tidak hadir. 8. Jika mahasiswa sakit lebih dari 3 hari berturut-turut, maka mahasiswa tersebut wajib mengulang rotasi. 9. Ketidakhadiran tanpa izin maksimal 2 hari, dengan mengganti hari praktik seminggu untuk ketidakhadiran 1 hari, sedangkan ketidakhadiran tanpa izin lebih dari 2 hari, wajib mengulang rotasi praktik.
34