You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Menurut Saiful Sagala (2005) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Sementara itu menurut Joyce dan Weil (2000:13), model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran,perleng kapan belajar,bukubuku, pelajaran,program multimedia,dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar Jadi, Model Pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan gurupeserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan yang terjadinya dimaksud di belajar terdapat balik sebuah yang pada peserta didik. berupa Di dalam pola atau pembelajaran sintaks. antara lainnya. Desain Pembelajaran (Instructional Design), merupakan perwujudan yang lebih konkrit dari Teknologi Pembelajaran. Terdapat sejumlah istilah lain yang setara diantaranya istilah Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System Design). Demikian juga dengan istilah Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional System Development). karakteristik rentetan

tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah Secara model implisit dari tahapan model satu pembelajaran dan dengan rasional model tersebut yang terdapat yang karakteristik lainnya membedakan

pembelajaran

pembelajaran

Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran: 1. 2. 3. 4. 5. Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem (System Approach)

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah yang kami susun ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1. 2. Bagaimana model pembelajaran Morrison, Ross, dan Kemp? Bagaimana mendesain pembelajaran Morrison, Ross, dan Kemp?

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Disain Pembelajaran

Disain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah- langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefinisikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teoriteori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen. Tujuan sebuah desain pembelajaran adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Menurut Morisson, Ross & Kemp (2007) terdapat empat komponen dasar dalam perencanaan desain pembelajaran. Keempat hal tersebut mewakili pertanyaanpertanyaan berikut: 1. 2. 3. 4. Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (karakteristik siswa atau peserta ajar) Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan) Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik untuk dipelajari? (strategi pembelajaran) Bagaimanakah cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai? (prosedur evaluasi)

2.2.

Identifikasi Masalah

Untuk mengetahui apakah pengajaran yang dilakukan bisa dijadikan bagian dari solusi masalah yang ada maka diperlukan identifikasi masalah. Misalnya, Nilai rata-rata yang diperoleh kelas tujuh dalam mata pelajaran matematika di kota Bandung dibawah rata-rata nilai yang telah ditetapkan. Situasi seperti ini menunjukkan bahwa siswa tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, untuk membantu meningkatkan nilai mereka, banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu dengan menambahkan satu atau dua unit pengajaran lagi. Tetapi, apakah dengan menambah pengajaran itu dapat memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi? Agar kita tahu akar permasalahannya, maka kita dapat mengetahui pengajaran seperti apakah yang dapat memecahkan persoalan tadi, dan seorang desainer pembelajaran harus sudah dapat menentukan cara yang paling sesuai dan tepat. Untuk itu para desainer dapat menggunakan salah satu atau kombinasi dari ketiga bentuk pendekatan yang berbeda-beda berikut dalam mengidentifikasi masalah, yaitu: Analisis Kebutuhan Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985) mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai suatu proses yang menentukan kebutuhan dalam pendidikan dan apa yang menjadi prioritasnya. Kebutuhan yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana terdapat suatu kesenjangan antara apa yang diterima oleh siswa dengan apa yang diharapkan diterima oleh siswa. Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Seels dan Glasgow (1990) yang menyatakan bahwa analisis kebutuhan adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan tersebut untuk dipecahkan. Berdasarkan pengertian di atas disebutkan bahwa analisis kebutuhan adalah suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam pelaksanaannya. Proses yang diawali dengan perencanaan, mengumpulkan data, menganalisa, dan berakhir pada mempersiapkan laporan akhir. Secara lengkap kegiatan analisis kebutuhan digambarkan oleh Morisson, dkk dalam gambar 1.

a.

Gambar 1. Proses analisis kebutuhan Menurut Morisson, Ross & Kemp (2007) proses tersebut mempunyai empat fungsi, diantaranya adalah: 1. 2. Proses untuk mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan tugastugas tertentu, yaitu masalah apa yang mempengaruhi performance. Proses untuk mengidentifikasi kebutuhan yang bersifat kritis, termasuk kebutuhan yang mempengaruhi dari segi financial, keselamatan, atau mengganggu stabilitas lingkungan pendidikan. 3. 4. Proses untuk menyusun prioritas guna menyeleksi suatu intervensi. Proses yang menyediakan data dasar untuk menguji efektifitas suatu pembelajaran. Analisis Tujuan Kadang-kadang pendekatan analisis kebutuhan tidak praktis dan realistis, oleh sebab itu biasa digunakan pendekatan alternatif lainnya untuk mendefinisikan masalah, yaitu analisis tujuan. Mager (1984a) mendeskripsikan analisis tujuan sebagai suatu metode untuk mendefinisikan yang tidak terdefinisikan. Beberapa desainer menganggap analisis tujuan sebagai suatu bagian penting dalam proses analisis kebutuhan. Tidak seperti analisis kebutuhan yang dimulai dengan mengidentifikasi masalah, analisis tujuan dimulai dengan memberikan saran berupa suatu permasalahan. Misalnya, seorang kepala sekolah memintamu untuk mengatur suatu pelatihan internet bagi guru di sekolahnya. Ketika anda tidak mengenal para guru, anda dapat menghadiri pertemuan fakultas keguruan misalnya dan mengadakan analisis tujuan untuk menentukan apa yang para guru inginkan dalam pelatihan itu. Analisis tujuan juga dapat menggunakan data dari analisis kebutuhan untuk menyusun prioritas. Misalnya, analisis kebutuhan mengidentifikasi kebutuhan untuk melaksanakan pelatihan internet bagi para guru. Dari data tersebut, analisis tujuan akan menggunakan kebutuhan tersebut serta mewawancara kegiatan pelatihan itu untuk menentukan tujuan

b.

pengajaran. Sejalan dengan Klein, dkk (1971) dan Mager (1984a), Morisson dkk (2007) memaparkan ada enam tahapan dalam analisis tujuan, diantaranya:

Identifikasi tujuan, dengan mengikutsertakan para ahli yang memahami permasalahan yang sedang dihadapi untuk menentukan satu atau dua tujuan yang berhubungan dengan kebutuhan tadi. Suatu tujuan yang mengarahkan kita pada permasalahan yang ada;

Menyusun hasil yang ingin dicapai, artinya membiarkan para ahli tadi untuk membuat sejumlah hasil yang ingin dicapai untuk setiap tujuan yang sudah dibuat. Hasil tersebut harus mengidentifikasikan sikap yang ditunjukkan siswa

Memperbaiki hasil, tahap ini adalah tahap utama penyeleksian, seperti sorot semua hasil yang ada dan hapus jika ada yang double, kombinasikan hasil yang serupa dan lain sebagainya untuk memperjelas pernyataan hasil akhirnya

Mengurutkan hasil, urut dan pilihlah hasil yang paling penting. Mengurutkannya itu bisa berdasarkan manfaatnya, hal-hal yang dapat menyebabkan masalah jika hal tersebut diabaikan, atau criteria-kriteria yang relevan lainnya.

Memperbaiki hasil kembali, tahap ini memverifikasi kebutuhan yang ada dan hasil yang ingin dicapai memiliki saling keterkaitan dengan tugasnya, yaitu dengan cara mengidentifikasikan kesenjangan antara hasil yang ingin dicapai dengan kenyataan yang ada.

Membuat final ranking, maksudnya mengurutkan kembali urutan hasil yang ingin dicapai dengan mempertimbangkan seberapa penting hasil yang ingin dicapai itu dapat mendukung pengajaran, kemudian mempertimbangkan pula efek secara keseluruhan dari hasil tadi.

c.

Analisi Performance Mager (1984b) mendeskripsikan analisis performance sebagai suatu bantuan

untuk mengidentifikasi masalah performance. Rosetti (1999) mendeskripsikan proses ini sebagai pencarian sumber masalah. Analisis ini membantu untuk memutuskan apakah hasil pelatihan itu benar-benar dialamatkan pada masalah agar diselenggarakannya pelatihan atau karena adanya intervensi lain yang lebih mengena. Kebutuhan atau masalah individu ataupun suatu organisasi sering berubahubah,

masalah hari ini belum tentu sama dengan masalah yang akan dihadapi satu atau enam bulan yang akan datang. Oleh sebab itu, analisis kebutuhan, analisis tujuan dan analisis performance sering dibatasi oleh waktu dan harus selalu diperbaharui.Pertanyaan selanjutnya, kapan desainer pembelajaran melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada? Roseti (1999) mengidentifikasi ada 4 peluang untuk mengidentifikasi masalah yang muncul, diantaranya: 1. Pada saat memperkenalkan atau menyambut suatu produk baru. 2. Pada saat merespon permasalahan yang terjadi. 3. Pada saat menyadari adanya kebutuhan untuk mengembangkan kompetensi sumber daya manusia, sehingga mereka selalu dapat berkontribusi kepada pertumbuhan suatu organisasi. 4. Pengembangan strategi, dimana suatu analisa dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk membuat keputusan dalam merencanakan suatu strategi.

2.3.

MODEL PEMBELAJARAN MORRISON ROSS AND KEMP

Model Kemp oleh Kemp, J.E, Morrison, G.R, dan Ross, S.M (1994 ), menurut Kemp rancangan pengembangan perangkat pembelajaran merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Rancangan pengembangan perangkat pembelajaran model ini terdiri dari sembilan komponen tahapan dan tidak mempunyai titik awal tertentu. Tiap-tiap langkah dalam rancangan pengembangan berhubungan secara langsung dengan aktivitas revisi, sehingga memungkinkan sejumlah perubahan dari segi isi atau perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama program berlangsung. Pada model Kemp ini, seorang pengembang perangkat dapat memulai proses pengembangan dari komponen yang manapun dalam siklus yang berbentuk bulat telur tersebut. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional berorientasi kepada tujuan pembelajaran (komptensi dasar dan tujuan pembelajaran khusus), maka proses pengembangan perangkat seyogyanya dimulai dari tujuan pembelajaran. Kesembilan komponen tahapan model Kemp tersebut adalah Instructional Problems (masalah pengajaran), Learner Characteristics (karakteristik siswa), Task Analysis (analisis tugas), Instructional Objectives (tujuan pengajaran), Content

Sequencing (urutan materi), Instructional Strategies (strategi pengajaran), Instructional Delivery (cara penyampaian pengajaran), Evalution Instrumens (instrumen evaluasi), dan Instructional Resources (sumber pengajaran). Berdasarkan uraian dari ketiga model rancangan pengembangan perangkat pembelajaran di atas, pada dasarnya komponen-komponen dari ketiga model tersebut subtansinya sama, kalaupun ada perbedaan, maka perbedaan itu tidak terlalu prinsip. Ketiga model itu bertujuan agar perangkat pembelajaran yang dikembangkan benarbenar handal dan berfungsi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Secara umum rancangan pengembangan perangkat pembelajaran model Kemp, J.E, Morrison, G.R, dan Ross, S.M (1994: 9) digambarkan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Perangkat Model Pembelajaran Morrison Ross and Kemp

Langkah-Langkah Perencanaan Pembelajaran Kemp Skema hubungan tiap-tiap langkah dalam Perencanaan Pembelajaran Kemp. Pada dasarnya, perencanaan dalam desain pembelajaran terdiri atas delapan langkah: 1. Menentukan Topic dan Tujuan instruksional Umum (Goal, Topic and general Purpose). Menentukan topik dan tujuan instruksional umum untuk pembelajaran tiap pokok-pokok bahasan. Sebuah perencanaan harus menentukan topik utama, begitu pula dengan perencanaan kemp, topik tersebut akan menjadi cakupan program pembelajaran yang dibuat. Topik biasanya disusun secara logis, paling simpel, dan konkret sehingga orang dapat langsung melihat gambaran dari rencana program pembelajaran tersebut. Topik dapat disusun

berdasarkan pengalaman yang didapatatau pemikiran yang menjadi dasar sesuatu yang akan dibuat.

2. Menganalisis karakteristik pelajar (Learning Characteristic) Ketika mendesain sebuah rencana pembelajaran kemp, kita harus memutuskan karakteristik dari siswa karena dengan mengetahui karakteristik tersebut sangat membantu dalam membuat perencanaan pembelajaran.Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan, dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program, dan langkah-langkah apa yang perlu diambil.

3. Tujuan Pembelajaran (Learning Objective) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar. Dengan demikian, siswa akan mengetahui apa yang harus dikerjakannya, dan apa ukurannya dia telah berhasil. Dari segi pengajar, rumusan ituakan berguna dalam menyusun tes kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi yang sesuai.

4. Menentukan Isi Meteri (Subject Content) Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan. Isi materi pelajaran memberikan inti informasi yang diperlukan dalam pokok bahasan. Informasimenumbuhkan pengetahuan yang merupakan tata hubungan antara rincian fakta. Hasilakhirnya adalah pemikiran intelektual dan pemahaman.

5. Menetapkan Pengajaran Awal (Pre-Assesment) Langkah ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan sertauntuk pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan. Dalam pelaksanaannya, pre-assesment tidak selalu harus dilakukan dengan konsep formal. Misalnya saja kita dapat bertanya langsung pada siswa di dalam kelas. Kita dapat bertanya berapa banyak di antara mereka yang telah mengerti dengan materi yangakan diberikan.

6. Aktivitas Belajar Mengajar (Teaching/ learning activities resources) Tahapan selanjutnya dari model pembelajaran adalah aktifitas belajarmengajar.Pada tahapan ini dijelaskan tentang bentuk bentuk dari kegiatan belajar yang efektif dan mediamedia yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Dalam kegiatan pembelajaran ada tiga alternatif

pembelajaran yaitu group presentation, individualized learning, dan interaction between teacher and student. Dalam melakukan proses pembelajaran hendaknya kita memilih alternatif kegiatan yang paling efektif dan sesuai dengan keadaan siswa. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan. Umumnya para guru dapat mendesain pembelajaran dengan bantuan buku manual. Namun hal itu hanya terbatas pada pembelajaran yang bersifat tradisional saja. Padahal ilmu pendidikan senantiasa berkembang dan terus mengeluarkan produk produk baru yang lebih canggih lagi. Dari sinilah masalah muncul, karena para guru tidak menguasai produkproduk baru tersebut. Di sinilah peran seorang pendesain diperlukan. Sumber pembelajaran juga merupakan komponen terpenting yang tidak boleh kita lupakan dalam media pembelajaran. Hendaknya kita memilih media yang cocok dengan kondisi dan materi yang akan diberikan. Media yang baik dapat memotifasi siswa dan dapat menjelaskan materi secara efektif serta mengilustrasikan isi materi. Media yang digunakan dapat bermacam macam. Media yang digunakan dapat berupa media cetak, media audio, media visual, dan media audio visual yang terpenting media itu dapat menunjang kegiatan personal maupun kelompok.

7. Sarana Penunjang (Support Service) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan lainnya. 1) Biaya Dana merupakan hal yang amat krusial dalam pengembangan pendidikan.Semua program baru yang akan dipakai tentunya memerlukan dana untuk memulainya. Sekolah yang ingin mengembangkan program pendidikannya misalnya saja dengan membuat inovasi baru, penelitian, dan pengembangan memerlukan biaya untuk menjalankannya. Pemanfaatan biaya dilakukan ketikamasa pengembangan dan selama pemakaian peralatan. 2) Fasilitas Proses pembelajaran tentunya proses membutuhkan belajar-mengajar. visual, sound fasilitas Dalam sistem, yang kegiatan papan memadai presentasi, tulis dan

untuk keberlangsungannya kitamembutuhkan

proyektor

audio

perlengkapanlainnya. 3) Peralatan

Dalam menjalankan program yang telah dijalankan tentunya kita memerlukan beberapa peralatan untuk menunjang kegiatan tersebut. 4) Waktu Dalam menentukan program hendaknya kita memperhatikan jadwal dan waktuyang tepat.

8. Evaluasi (Evaluation) Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapafase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan. Evaluasi harus sejalan dengantujuan awal pembelajaran. Selanjutnya tujuan awal pembelajaran akan berperansebagai acuan dari evaluasi. Proses evaluasi ini berfungsi untuk mengukur hasiloutcome dari pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu proses evaluasi juga berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan program pembelajaran yang telahdidesain. Dari proses evaluasi ini kita dapat melihat perbandingan siswa yang lulusdan tidak lulus. Jika perbandingan siswa yang lulus lebih banyak dibandingkan siswayang tidak lulus maka pembelajaran ini dianggap berhasil 2.4. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN DENGAN MODUL Berdasarkan konsep pendidikan kesetaraan yang fleksibel terhadap waktu belajar dan tempat belajar. Dengan demikian, modul sangat tepat dan dapat memberikan keuntungan kepada warga belajar. Selain itu alasan yang paling mendasar adalah pengembangan ini menggunakan model Dick, Carey dan Carey. Dick dkk (2001) merekomendasikan bahwa pengembangan materi pembelajaran harus berupa bahan pembelajaran individu. Nasution (1997) mengemukakan beberapa keuntungan keuntungan pembelajaran dengan modul sebagaimana berikut ini;

1. Memberikan umpan balik segera Modul dapat memberikan umpan balik segera sehingga pebelajar mengetahui kekurangan mereka dan segera melakukan perbaikan sendiri. Walaupun individu berbeda kecepatan (slow dan advance) tetapi pebelajar memiliki kesempatan menyelesaikan pembelajaran dengan kemampuannya sendiri tentunya dengan kondisi yang tepat pula (Morrison, Ross, dan Kemp, 2001). Ditambahkan oleh Nasution (1997), Modul memberikan warga belajar waktu yang cukup untuk menguasai bahan.

2. Menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas sehingga terarah ke tujuan Dalam modul ditetapkan tujuan pembelajaran yang jelas sehingga kinerja warga belajar jelas dan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Bukan hanya tujuan saja (Morrison, Ross, dan Kemp, 2001) menyatakan tujuan dan sumber ditetapkan dengan extra hati-hati dan sesuai dengan karakteristik pebelajar. 3. Menerapkan pembelajaran yang sistematis Pembelajaran yang sistematis dan teratur menumbuhkan motivasi. Pengembangan modul yang didesain menarik, mudah untuk dipelajari, dan dapat menjawab kebutuhan tentu akan menumbuhkan motivasi warga belajar. Morrison, Ross, dan Kemp (2001) menyatakan bahwa pembelajaran individu dapat menumbuhkan kebiasaan belajar, tanggungjawab bekerja dan prilaku pribadi.

4. Modul bersifat fleksibel. Modul fleksibel karena materi modul dapat dipelajari oleh warga belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda (Nasutin, 1997), sumber belajar pun dapat ditambahkan (Morrison, Ross, dan Kemp, 2001). 5. Kerja sama terjalin dan persaingan dapat diminimalisir Kerja sama dapat terjalin karena dengan modul persaingan dapat diminimalisir dan setiap warga belajar berusaha mencapai yang terbaik serta kerjasama juga terjalin antara pebelajar dan pembelajar (Nasution, 1997). Selain itu, pengembang modul ini juga berkeyakinan bahwa melalui instruksi atau strategi belajar berpasangan (in pairs) dan berkelompok, kerja sama dapat terjalin antar warga belajar. 6. Waktu untuk remedi cukup tersedia Remedial dapat dilakukan karena modul memberikan kesempatan yang cukup. Berdasarkan evaluasi yang diberikan, warga belajar dapat menemukan sendiri kelemahannya. Perbaikan atau remedi dilakukan hanya terhadap kesalahan, sehingga remedi dapat efektif dan efisien. Selain pebelajar, pembelajar juga mendapatkan

beberapa

keuntungan

dengan

menggunakan

modul,

beberapa

diantaranya

dikemukakan oleh Nasution (1997). Keuntungan modul menurut Morrison, Ross, dan Kemp (2001) adalah: 1. Rasa kepuasan karena setiap warga belajar dapat belajar sesuai dengan kapasitasnya dan terjamin 2. Bantuan lebih personal, (Morrison dkk, 2001) menyatakan pembelajar dapat memberikan perhatian secara individual dengan demikian perhatian dan bantuan akan lebih effektif; 3. Remedi dapat diberikan secukupnya 4. Bebas dari pekerjaan rutin yang mungkin membosankan 5. Bahan tidak mubasir karena modul dapat digunakan kapanpun dan setiap sekolah dapat saling berbagi menggunakan satu modul 6. Tugas profesi membaik, karena pembelajar dapat merefleksikan dan terangsang dengan munculnya beberapa pertanyaan; bagaimana warga belajar melakukan pembelajaran? dan bagaimana pembelajar memperbaiki proses? Pembelajaran modul dengan metode belajar individu tidak lepas dari kelemahan-kelemahan.

2. Kelemahan Kelemahan modul menurut Morrison, Ross, dan Kemp (2001) adalah: 1. 2. 3. Interaksi antara pembelajar dan pebelajar berkurang sehingga perlu jadwal tatap muka atau kegiatan kelompok Pendekatan tunggal menyebabkan monoton dan membosankan karena itu perlu permasalahan yang menantang, terbuka dan bervariasi Kemandirian yang bebas, menyebabkan pebelajar tidak disiplin dan menunda mengerjakan tugas karena itu perlu membangun kultur belajar dan batasan waktu; 4. 5. Perencanaan harus matang, memerlukan kerja sama tim, memerlukan dukungan fasilitas, media, sumber dan lainnya Persiapan materi memerlukan biaya yang lebih mahal bila dibandingkan dengan metode ceramah.

Kelebihan Model Pembelajaran Kemp Dari Model Pembelajaran Lain 1. Model Pembelajaran kemp 1. berbentuk lingkaran dan ketika akan melakukan langkah-langkah selanjutnya 2. selalu dilakukan revisi terlebih dahulu. 2. Model Pembelajaran Kemp berbentuk siklus yang memberi kemungkinan 3. bagi penggunanya untuk memulai kegiatan desain sistem pembelajaran dari fase manapun. 3. Model pembelajaran kemp berfokus pada perencanaan kurikulum dengan pendekatan tradisional/klasik.

Kelemahan Model Pembelajaran Kemp Dari Model Pembelajaran Lain Untuk model pembelajaran lain, revisi hanya dilakukan setelah evaluasi pembelajaran. Untuk model pembelajaran lain, langkah awal dalam proses pembelajaran sudah ditetapkan. Model briggs diterapkan pada kurikulumyang baru, terdapat tim prmantau yang ikutdalam menyusun perencanaan pembelajaran

PENUTUP Kesimpulan Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebagai upaya pencapaian tujuantersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.Jerols E. Kemp mengembangkan model Pengembangan Instruksional yang palingawal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para pemakainyauntuk berfikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pengajaran. Menurutkemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen, yangdikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul. Langkah tiap-tiap pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengambangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Pengembangan model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapatmemulai dari komponen manapun.Langkah-Langkah Perencanaan Pembelajaran Kemp : 1. Daftar Topic dan Tujuan Umum (Goal, topic and General purpose). 2. Menganalisis karakteristik pelajar (Learning Characteristic). 3. Tujuan Pembelajaran (Learning Objective). 4. Menentukan Isi Meteri (Subject Content). 5. Menetapkan pengajaran awal (Pre-Assesment). 6. Aktivitas Belajar Mengajar (Teaching/ learning activities resources). 7. Sarana Penunjang (Support Service). 8. Evaluasi (Evaluation) Model perencanaan pembelajaran kemp mempunyai kelebihan serta kekurangan. Kelebihan dalam Model Pembelajaran Kemp ini di setiap melakukan langkah atau prosedur terdapat revisi terlebih dahulu untuk menuju ke tahap berikutnya. Sedangkan Kelemahan dari Model Pembelajaran Jerols E. Kemp ini agak condong ke pembelajaranklasikal atau pembelajaran di kelas, sehingga peran guru disini mempunyai pengaruhyang besar, karena guru dituntut dalam rangka program pengajaran, instrument evaluasi,dan strategi pengajaran

DAFTAR PUSTAKA Handayani, Diny, 2009, Perencanaan Desain Pembelajaran Bahan Ajar Untuk Diklat ETraining Pppptk TK Dan PLB,Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak Dan Pendidikan Luar Biasa. http://aplikasifisika.blogspot.com/2009/03/pengembangan-model-pembelajaran.html. http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/keuntungan-dan-kelemahanpembelajaran-dengan-modul. http://mahendracollage.blogspot.com/2011/04/skema-model-pengembanganpendidikan.html. Ibrahim M., 2003. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya, University Press. Ibrahim M dan Nur M., 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya, University Press. Kardi S dan Nur M., 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya, University Press. Kemp, SE. Morisson, GR and Ross SM., 1994. Designing Effective Instruction. New York, Mac Millan College Publishing Company. Nur M., 2003. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakekat Sains. Surabaya, University Press. Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat http://abdulrazak19.blogspot Pembelajaran .html Prawiradilaga, Dewi Salma, 2003. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta, Kencana. Slavin, RE., 1994. Educational Psychology Theory and Practice. Fourth Edition, Massachusetts : Allyn and Bacon. .com/2011/12/ model-model-desain-perencanaan

You might also like