Professional Documents
Culture Documents
OLEH NECEL
PUBLICATION OF NECEL
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Arteri adalah pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi dari
jantung ke anggota tubuh yang lain. Ciri-ciri arteri yang sehat yaitu fleksibel,
kuat dan elastis. Lapisan permukaan dalamnya licin sehingga darah dapat mengalir
tanpa batasan. Tetapi, suatu waktu, terlalu banyak tekanan pada arteri dapat
menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal dan kaku, akhirnya akan membatasi
darah yang mengalir ke organ dan jaringan. Proses ini disebut arteriosclerosis
atau pengerasan pembuluh arteri.1 Aterosklerosis adalah bentuk umum dari
ateriosklerosis. Meskipun kedua istilah tersebut dalam aplikasinya dapat saling
menggantikan. Aterosklerosis merupakan pengerasan pembuluh darah arteri yang
disebabkan karena penumpukkan simpanan lemak (plak) dan substansi lainnya.1
Beberapa penelitian menggambarkan perbedaan antara “ateriosklerosis“,
“atherosclerosis“,and arteriolosklerosis“.Dalam konteks ini, atherosklerosis
digunakan ketika mengacu pada arteri utama yang lebih besar, dan
arteriolosklerosis digunakan ketika mengacu pada arteriol, sedangkan
arteriosklerosis merupakan induk dari kedua terminologi di atas. 2
Arteriosclerosis (pengerasan arteri utama) diakibatkan dari suatu
simpanan yang tidak mudah rusak dan kolagen yang kaku di dalam dinding pembuluh
darah di sekitar ateroma. Hal ini meningkatkan kekakuan dan menurunkan elastisitas
dinding arteri. Arteriolosklerosis (pengerasan arteri kecil, arteriol)adalah hasil
dari penyimpanan kolagen, penebalan dinding otot penyimpanan protein (“hyaline“).3
Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang menyebabkan mengerasnya
pembuluh arteri karena sumbatan oleh kolesterol teroksidasi. Atherosklerosis ini
tidak jarang sudah mulai terjadi sejak usia masih sangat muda. Proses mengerasnya
pembuluh darah merupakan suatu proses yang berjalan perlahan-lahan namun pasti.4
dan
2
Diperkirakan bahwa atherosclerosis berawal sebagai atheroma, yaitu tumor jinak
(nonkanker) sel-sel otot polos di dalam dinding pembuluh darah. Selsel ini
bermigrasi dari lapisan otot pada pembuluh darah ke posisi tepat di bawah lapisan
endothel, sel-sel tersebut terus membelah diri dan membesar. Kemudian, kolesterol
dan lemak yang menumpuk di sel-sel otot polos abnormal ini membentuk plak.4 Plak
terbentuk dari simpanan substansi lemak, kolesterol sisa metabolisme sel, kalsium
dan fibrin. Substansi-substansi ini dapat berkembang pada arteri sedang atau
aorta. Kerusakan dinding pembuluh yang parah akibat terkena plak ini menjadi keras
dan kehilangan elastisitasnya. Keadaan seperti ini disebut “pengerasan arteri“.5
Atherosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah mummi Mesir,
lebih dari 3500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit ini. Otopsi
pertama yang dilakukan pada tahun 1931menunjukkan adanya tandatanda pengapuran
pada pembuluh koroner seorang wanita mummi wanita berusia 50 tahun. Otopsi pada
200 serdadu yang mati muda dalam perang Korea menunjukkan 50 persen serdadu itu
menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada pembuluh koronernya walaupun mereka tidak
mempunyai keluhan sama sekali. Di Amerika Serikat, 46 persen dari anak muda yang
mati karena kecelakaan lalu lintas ternyata sudah mengidap pengapuran koroner yang
nyata, tetapi tetap tanpa gejala yang nyata.5 Jumlah penderita atherosklerosis di
era globalisasi dan industrialisasi cenderung meningkat. Pada dekade terakhir ini
penyakit jantung dan pembuluh darah yang didasari oleh atherosklerosis berkembang
menjadi pembunuh utama di Indonesia.6 Dari penelitian menunjukkan, penyebab
kematian dari penduduk dunia yang diteliti adalah jantung (42,9 persen), stroke
(25,9 persen), penyakit paru dan asma (12,5 persen), kanker (5,4 persen), dan
penyakit lain (kurang dari empat persen).7Salah satu penyebab fenomena ini adalah
pola hidup masyarakat yang tidak sehat .8 Studi yang dilakukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO)pada tahun 1976 menyimpulkan bahwa progresi pengapuran
koroner bertambah sebesar 3 persen per tahun sejak usia seseorang melewai 20
tahun. Kenyataan ini
3
membuktikan bahwa progresivitas pengapuran pembuluh koroner sesungguhnya memang
menggulir diam-diam dan senantiasa membawa bahaya laten. Check up menjadi penting,
terutama bagi seseorang yang sudah melewati usia 40 tahun. Dengan demikian,
progresivitas penyakit ini dapat di cegah sedini mungkin.9 Di negara-negara Barat
aterosklerosis merupakan sebagian besar bentuk dari penyakit jantung. Lebih dari 1
1/2 dari semua penderita yang meninggal merupakan hasil langsung maupun tidak
langsung dari aterosklerosis.9
1.2.
1.1
1.2
4
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa kedokteran mengenai atherosklerosis.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Atherosklerosis berasal dari kata athero yang dalam bahasa Yunani
(athera) suatu bentuk gabung yang menunjukan degenerasi lemak atau hubungan dengan
atheroma. Sedangkan sklerosis dalam bahasa Yunani berarti indurasi dan pengerasan;
seperti pengerasan sebagian peradangan, pembentukan jaringan ikat meningkat atau
penyakit zat intersisial.10 Atherosklerosis adalah suatu penyakit yang menyerang
pembuluh darah besar maupun kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial,
radang vaskuler, dan pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler
di dalam dinding pembuluh intima. Pembentukan ini meyebabkan plak, pengubahan
bentuk vaskuler, obstruksi luminal akut dan kronis, kelainan aliran darah,
pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. 11 Plak
terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium, dan subtansi lain yang di temukan dalam
darah. Ketika itu tumbuh, membentuk plak di bagian dalam arteri, dan pada saatnya
dapat membatasi aliran darah. Ada dua jenis plak:2 Stabil dan keras Tidak
stabil dan lembut.
Plak yang keras menyebabkan pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah. Plak
yang lembut lebih memungkinkan untuk pecah dan
terlepas dari dinding pembuluh darah dan masuk aliran da Hal ini dapat menyebabkan
penggumpalan darah yang dapat secara parsial atau total memblok aliran darah di
dalam arteri. Ketika hal ini terjadi, organ yang disuplai oleh arteri yang terblok
akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Aklibatnya sel organ tersebut akan mati atau
menderita kerusakan yang parah.2
6
The illustration shows a normal artery with normal blood flow (Figure A) and an
artery containing plaque buildup (Figure B).
Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang dapat dimulai pada masa
kanak-kanak. Aterosklerosis dapat mempengaruhi arteri di otak, hati, ginjal,
lengan dan kaki. Karena terjadi pembentukan plak, hal ini dapat menyebabkan
penyakit yang serius dan komplikasi. Seperti : 2 Penyakit arteri coronaria o
Angina o Serangan Jantung o Mati mendadak
Penyakit Cerebro Vaskuler o Stroke o Transient ischemic attack (TIA) atau “mini
stroke”
7
Penyakit arteri perifer.2 2.2 Mekanisme Aterosklerosis Atherogenesis adalah proses
pembentukan dari plak-plak atheroma. Hal tersebut ditandai dengan remodeling dari
arteri yang bersamaan dengan akumulasi sel (terutama leukosit seperti monosit yang
merupakan turunan makrophage) dan dimodifikasi oleh lipoprotein. Selanjutnya
radang memacu ke arah pembentukan plak artheroma di dalam arteri intima, suatu
daerah pada dinding sel yang terletak antara endothelium, media dan adventitia.
Bagian utama dari lesi ini terdiri atas kelebihan lemak, sel, kolagen dan
elastin.3 Terdapat berbagai hipotesis tentang kejadian aterosklerosis, antara lain
The response-to-injury, Monoclonal, Clonal Senescense, lipids and Connective
Tissue. Akhir-akhir ini, telah diajukan peran monosit sebagai awal lesi
aterosklerosis. Penggabungan teori infiltrasi lemak dan kerusakan endotel paling
banyak dianut.12 Plak atherosklerosis terdiri dari gabungan lemak intraselullar
dan
ekstrasel, sel otot polos, jaringan ikat, dan glikosaminoglikan. Deteksi paling
awal mengenai lesi pada atherosklerosis adalah lapisan lemak ( Terdiri dalam lemak
dimuati sel busa, yang mana makrophage bermigrasi sebagai monocytes dari sirkulasi
kedalam lapisan subendothelial dari intima ), yang kemudian lambat laun menjadi
fibrous plaque ( terdiri dari sel otot polos intima yang di kelilingi jaringan
ikat lemak intraselullar dn ekstraselullar ).14 Pembuluh atherosklerosis mengalami
pengurangan tekanan sistolik dan kecepatan penyebaran gelombang secara tidak
normal. Atherosklerosis pembuluh arteri pada penderita hipertensi juga mengalami
pengurangan elastisitas, yang mana pengurangan akan berlanjut ketika
atherosklerosis berlangsung.14 Dua hipotesis yang telah di ajukan untuk
menjelaskan mekanisme patogenesis dari atherosklerosis : hipotesis lemak dan
hipotesis kerusakan endothelial kronik keduanya kemungkinan memiliki
keterkaitan.14 Hipotesis Lemak Dalil yang menyatakan peningkatan nilai dalam LDL
plasma merupakan hasil menembusnya LDL dalam dinding arteri sehingga memicu
penambahan lemak di dalam sel otot polos dan makrophage ( sel busa ). LDL juga
memperbesar sel otot sebagai respon terhadap Growth Factor. LDL di modifikasi
8
dan di oksidasi di dalam lingkungan
Partikel kolesterol LDL lebih rentan untuk di modifikasi dan di oksidasi. LDL
dimodifikasi atau dioksidasi mengalami kemotaksis menuju monosit, sebagai pemacu
migrasi monosit kedalam intima, pemunculan awal pada lapisan lemak dan selanjutnya
mengalami transformasi dan mempertahankannya di bagian subintima sebagai
makrophage. Reseptor scavenger di atas permukaan makrophage memfasilitasi masuknya
LDL teroksidasi kedalam semua sel dan mentransfer ke dalam lemak yang di muati
makrophage dan sel busa. LDL teroksidasi melalui proses sitotoksik menuju ke sel
endothelial dan bertanggung jawab terhadap disfungsi pada endothel.14 Bentuk
atherosklerosis telah di pelajari kera yang diberi makan diet kaya kolesterol.
Dalam waktu 1 sampai 2 minggu akan mempengaruhi
trombus. Pelepasan growth factor dari yang dikumpulkan platelet dapat meningkatkan
proliferasi otot polos di dalam lapisan intima.14 Alternatif lain, suatu pecahan
atheroma juga dapat menumpahkan kandungan lemaknya dan mencetuskan pembentukan
suatu gumpalan darah (thrombus). Thrombus dapat menambah penyempitan atau bahkan
menghambat arteri, atau mungkin lepas dan mengapung ke arah muara yang akan
menyebabkan sumbatan (embolism).13
Hipotesis endhotelium kronis luka Dalil yang menyatakan bahwa pada keadaan normal,
endotelium menghalangi penetrasi molekul-molekul besar seperti lipoprotein dengan
densitas rendah dan sangat rendah (LDL, VLDL) ke dalam intima, sedangkan
lipoprotein dengan densitas yang lebih tinggi dengan molekul yang lebih kecil
dapat bergerak bebas ke dalam dan keluar intima. Sel-sel endotelium juga
menghasilkan prostasiklin
9
(PGI2) dan oksida nitrit yang dapat mencegah penumpukan platelet.14,15 Peninggian
permeabilitas endotelium merupakan kelainan pertama akibat terjadinya jejas arteri
yang merupakan suatu respons non-spesifik yang disebabkan oleh virus, toksin,
kompleks imun, produk-produk yang dilepaskan oleh sel-sel darah putih atau
platelet-platelet yang teraktivasi, dan stress fisik yang tidak lazim. Hal ini
juga dapat disebabkan oleh adanya peninggian konsentrasi lipoprotein dalam darah.
Bila lipoprotein memasuki intima akibat peninggian permeabilitas kapiler, maka
senyawa protein utama dari LDL dan VLDL (apolipoprotein B) berikatan dengan
glikosoaminoglikan, terutama dermatan sulfat sehingga lipoprotein menumpuk di
dalam intima. Kemudian, LDL tersebut diubah oleh sel-sel sekitarnya (teroksidasi)
dan ditangkap oleh reseptor yang ada pada makrofag (scavenger cells). Selanjutnya,
terjadi perubahan-perubahan kimia dari LDL dan menghasilkan monocyte chemotactic
factor yang merupakan sitotoksik terhadap sel-sel endotelium. Monosit tertarik dan
melekat ke endotelium, kemudian melakukan penetrasi ke sub endotelium menjadi
makrofag yang berisi droplet-droplet lipid dan menyebabkan permukaan endotelium
menjadi tidak rata. Selanjutnya, terjadi peninggian permeabilitas endotel terhadap
lipid. Limfosit T juga terlibat (kemotaksis monosit dan penetrasi intima juga
merupakan awal dari abnormalitas). Kerusakan endotel juga merangsang
plateletplatelet untuk bertumpuk, degranulasi, dan menghasilkan adenosin difosfat
serta tromboksan A2. Adenosin difosfat dan tromboksan A2 selanjutnya menyebabkan
penumpukan platelet. Platelet-platelet, sel endotelium, makrofag, dan limfosit T
menghasilkan cytokines like colony stimulating factors, insulin like growth
factor1, TGF-ß, interleukin-1, and tumor nekrosis factor-_. Semua ini bekerja
menghasilkan suatu faktor yang diketahui sebagai platelet derived growth factor
(PDGF) yang menyebabkan sel-sel otot polos terpisah, masuk ke dalam intima dan
mengambil lipoprotein untuk membentuk sel busa, menghasilkan elastin dan kolagen,
kemudian membentuk plak fibrosa. 15
10
Penyebab Aterosklerosis Pada atherosklerosis, dinding arteri menjadi keras dan
tebal, kadangkadang mengacau sirkulasi aliran darah. Kondisi ini merupakan akibat
dari proses penuaan alami dari atherosklerosis. 1 Para ilmuan belum mengetahui
secara pasti bagaimana mekanisme aterosklerosis terjadi ataupun penyebabnya.
Penyakit ini berkembang bertahap dan komplek Banyak ilmuwan berpikir hal ini
dimulai dengan kerusakan pada lapisan yang paling dalam dari arteri yang disebut
endhotelium. Penyebab dari kerusakan endhotlium meliputi:1 Peningkatan kadar
kolesterol Tekanan darh tinggi Virus Reaksi alergi Bahan-bahan iritan, seperti
nikotin atau drugs atau terlalu banyak homocystein (suatu asam amino yang terdapat
pada darah) Penyakit tertentu, seperti diabetes
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala atherosklerosis biasanya berkembang secara
bertingkat. Pertama, gejala muncul setelah adanya upaya yang kuat , ketika arteri
tidak dapat menyuplai cukup okssigen dan nutrisi kepada otot .1
aterosklerosis ringan dapat mengalami gejala infark myocard dan pasien yang
menderita aterosklerosis tingkat lanjut dapat tidak mengalami gejala-gejala yang
berarti. Jadi tidak ada perbedaan gejala-gejala klinis antara aterosklerosis yang
ringan ataupun yang telah parah. Aterosklerosis dapat menjadi kronik dengan
menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang meningkat sebanding dengan umur (penyakit
degeneratif) dan lamanya menderita aterosklerosis. Meskipun merupakan sebuah
penyakit sistemik yang mengglobal tetapi aterosklerosis dapat
11
pula hanya menyerang salah satu organ tubuh dimana hal ini bervariasi untuk
masing-masing penderita. Berikut ini disajikan beberapa efek klinis kelainan yang
terjadi akibat aterosklerosis :11 Adanya penyempitan diameter pembuluh darah
akibat penumpukan jaringan fibrous (plaque) yang makin lama makin besar.
Penyempitan dapat mencapai hingga nilai 50-70% dari diameter pembuluh awal. Hal
ini berakibat terganggunya sirkulasi darah kepada organ yang membutuhkan sehingga
kebutuhan oksigen dan nutrisi sel terganggu. Contoh penyakit yang berhubungan
dengan masalah ini adalah angina pectoris, mesenterik angina, dan lain
sebagainya.11 Plaque yang telah terbentuk dapat pecah dan mengalir mengikuti
pembuluh darah menjadi trombus dan emboli. Trombus ini dapat menyumbat arteri-
arteri penting tubuh yang penting. Jika menyumbat arteri koroner maka dapat
mengakibatkan otot jantung mengalami iskemia (kekurangan nutrisi) dan selanjutnya
dapat memicu terjadinya infark myocard dan stroke. Emboli ini dapat juga terjadi
secara tanpa sengaja pada peristiwa pembedahan aorta, angiograf, dan terapi
trombolitik pada pasien aterosklerosis. Angina pectoris ditunjukkan dengan
perasaan tidak nyaman pada daerah retrosternal dan menyebar ke daerah lengan kanan
yang kadang-kadang disalah artikan sebagai gejala dyspnea. Angina pectoris timbul
setelah melakukan kerja berat dan diobati dengan beristirahat atau terapi nitrat.
Jika angina pectoris berlanjut dan terjadi berulang-ulang dapat berlanjut kepada
infark myocard (serangan jantung). Stroke merupakan kelanjutan dari adanya
sumbatan pada pembuluh darah otak. Akibatnya sel-sel otak mengalami iskemia dan
mangalami gangguan dalam hal fungsinya. Penyakit vaskuler perifer meliputi
perasaan pegal, impotensi, luka yang tak kunjung sembuh dan infeksi pada daerah
ekstremitas. Perasaan pegal ini meningkat setelah berolahraga dan sembuh ketika
beristirahat. Perasaan ini dapat diikuti dengan kulit kepucatan atau kesemutan.
12
Iskemia pada organ-organ visceral berakibat pada kerusakan susunan dan fungsi
dari organ yang terkena. Mesenterik angina ditandai dengan sakit pada
epigastrium atau periumbilikal setelah makan dan dianalogkan dengan henatemesis,
diare, defisiensi nutrisi, atau berkurangnya berat badan. Aneurisme pada aorta
abdominalis dimana aorta abdominalis mengalami kerusakan sehingga membesar
menimbulkan sebuah benjolan pada dinding luar aorta abdominalis. Emboli arteri
sering timbul bersamaan dengan nekrosis pada jari-jari, pendarahan saluran
pencernaan, infark myocard, iskemia pada retina, infark serebral, dan gagal
ginjal.
13
Emboli pada arteri Ditandai dengan gangrene, sianosis, munculnya “pedal pulses”
yang dikaitkan adanya penyakit mokrovaskular dan emboli kolesterol.
2.5
Faktor Resiko Meskipun ilmuwan tidak mengetahui secara pasti penyebab terjadinya
14
b. Peningkatan produksi anion superoksida melalui protein kinase C yang merusak
NO. c. Peningkatan reaktivitas Endothelin d. Peningkatan adhesi sel akibat
peningkatan ekspresi NFKB melalui peningkatan produksi anion superoksida e.
Penurunan endothelium dependent vasodilatation. f. Peningkatan adhesi dari monosit
bila disertai dengan diabetes mellitus 2. Hipertrigliseridemia Masih merupakan
perdebatan antara para ahli, apakah konsentrasi trigliserida plasma yang meningkat
adalah faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.18 3. Diabetes melitus.
Pada diabetes mellitus terjadi peningkatan aktivitas enzim aldosa reduktase yang
diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol. Peningkatan
aktivitas aldosa reduktase menyebabkan peningkatan konversi NADPH yang tereduksi
menjadi bentuk teroksidasi NADP. Pemakaian NADPH akan berakibat penurunan produksi
NO dan anti oksidan. Penurunan anti oksidan akan menyebabkan radikal bebas yang
harusnya didetoksifikasi oleh antioksidan berinteraksi dengan NO menjadi
peroksinitrit (NOO) yang dapat merusak pembuluh darah. Ketidakseimbangan inilah
yang disebut stres oksidatif. Kadar glukosa yang tinggi juga menyebabkan
terjadinya reaksi glikosilasi dengan protein dan molekul lain yang mengandung
gugus amin sehingga menghasilkan advance glycocylation end product (AGE). AGE akan
berikatan dengan reseptor pada endotel makrofag. Ikatan dengan endotel akan
meningkatkan ekspresi ICAM, vascular adhesion molecule 1, dan E-selektin yang
memudahkan terjadi adhesi monosit. Monosit yang menempel tersebut akan bermigrasi
ke subendotel dan berikatan dengan LDL teroksidasi, sehingga membentuk foam cell
yang akan berkembang menjadi fatty streak.19,20,21,22.
15
Low Density Lipoprotein (LDL) teroksidasi akan mengaktivasi sel limfosit T yang
berakibat menurunnya densitas dan fungsi otot polos, sehingga sintesa matriks
menurun. Juga akan mengaktivasi makrofag untuk mengeluarkan enzim proteolitik
seperti matriks metalloproteinase, sehingga menyebabkan peningkatan degradasi
matriks. Peningkatan degradasi matriks dan penurunan sintesis matriks tersebut
akan memudahkan ruptur plak.23 4. Hipertensi Bila tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg. Berpengaruh buruk pada pria dan wanita dengan komponen diastol sebagai
faktor terpenting. Pengaruh hipertensi pada perkembangan aterosklerosis masih
belum jelas, mungkin saat terjadi kerusakan pada endotel memungkinkan masuknya
protein, lipoprotein, dan sel lain ke lapisan intima. Hipertensi menambah tekanan
hidrodinamik intra arteri sehingga suatu saat dapat terjadi robekan pada plaque
aterosklerosis, lalu berakibat trombosis akut dan obstruksi arteri.18 Pada keadaan
hipertensi terdapat disfungsi endotel akibat :17,24,25,26,27 a. Peningkatan kadar
anion superoksida (O2-) yang akan menyebabkan stress oksidatif dan dapat merusak
NO. b. Penurunan bioavailabilitas prekursor sintetis NO (L arginin). c.
Peningkatan angiotensi II menyebabkan peningkatan kadar O2- melalui peningkatan
NADH/NADPH membran serta menyebabkan pertumbuhan sel otot polos vaskuler dengan
menginduksi growth factor seperti PDGF, bFGF, dan TGT B1. d. Peningkatan
endothelin-1 akibat peningkatan AII.
5. Penyakit Jantung Koroner Pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan
diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jarinrangan ikat, perkapuran,
16
pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh
darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup
serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam
masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian
mendadak. 6. Hiperhomosisteinemia Pasien penyakit ini beresiko mendapat penyakit
oklusi vaskuler. Mekanisme : merusak sel endotel dan otot polos sehingga menunjang
aterosklerosis. Kelainan ini Juga membantu kelainan koagulasi platelet.18 7.
Obesitas Penelitian ziccardia P20 membuktikan bahwa wanita dengan obesitas
ditemukan adanya disfungsi endotel yang dihubungkan dengan peningkatan lemak
tubuh, khususnya lemak viseral. Pada keadaan obesitas terjadi peningkatan mediator
proinflamasi, seperti TNF-α, IL-6, yang dapat meningkatkan ekspresi kemotaksis dan
molekul adhesi pada endotel. Di samping itu juga ditemukan peningkatan vaskular
adhesion molecule-1 (VCAM-1), ICAM-1 dan P-selektin. Peningkatan mediator tersebut
8. Merokok
17
Merupakan faktor resiko untuk terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung
koroner. Mekanisme terjadinya disfungsi endotel pada perokok melalui mekanisme
peningkatan interaksi trombosit dengan dinding pembuluh darah, penurunan ekspresi
PGI2, peningkatan kadar kolesterol LDL teroksidasi, penurunan konsentrasi HDL, dan
terjadinya stres oksidatif. Selain itu merokok juga menyebabkan peningkatan adhesi
dan agregasi trombosit, meningkatkan kadar fibrogen, spasme arteri, dan menurunkan
kapasitas oksigen darah.28 Banyak merokok maka kerusakan bertambah besar. Kematian
karena penyakit kardiovaskular pada perokok berat 70 % lebih tinggi daripada
nonperokok. Merokok berhubungan dengan penyakit serebrovaskular dan insidens lebih
tinggi pada penyakit vaskular perifer. Bila merokok dihentikan pada umur < 65
tahun, maka resiko akan menurun drastis. Faktor resiko perokok pasif adalah dua
kali lipat pada istri dengan suami perokok daripada istri dengan suami non-
perokok. Mekanisme terjadi kelainan kardiovaskular pada perokok akibat
vasokonstriksi, agregasi platelet meningkat, dan hipoksemi vaskular yang tidak
permanen.18 9. Kelakuan dan kepribadian Bahwa stress berlebihan berakibat
aterosklerosis yang diawali dengan terjadinya disfungsi endotel, namun belum
dibuktikan. Yang sedang dikaji bagaimana reaksi pasien terhadap stress, bahwa
dengan marah berlebihan akan meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.18 10.
Aktifitas Jasmani Aktifitas jasmani yang teratur memberi potensi untuk mengurangi
aterogenesis, seperti meningkatnya konsentrasi HDL kolesterol dan
menurunnya tekanan darah. Tidak melakukan aktifitas jasmani adalah faktor resiko
aterosklerosis, namun olahraga berlebihan tidak untuk mengatasi penyakit ini.18
11. Homosisteinuria
18
Adalah penyakit yang jarang dan diturunkan secara autosom resesif, serta
menyebabkan penurunan aktivitas enzim cystathionine B sintetase . peningkatan
kadar homosistein penderita ini mempunyai resiko aterosklerosis. Hal ini
disebabkan karena pembentukan radikal bebas selama proses autooksidasi
homosistein.28 12. Shear Stress (Tekanan Gesek) Penelitian membuktikan bahwa shear
stress (tekanan gesek) memegang peranan penting dalam mengatur fenotif endotel
pada cabang arteri. Shear stress yang melebihi 15 dyne/cm2 menyebabkan penurunan
ekspresi vasokonstriktor, growth factor, mediator inflamasi, molekul adhesi dan
oksidan serta peningkatan produksi faktor vasodilator, inhibitor pertumbuhan,
fibrinolitik, faktor antitrombosit, antioksidan. Sedangkan shear stress yang
rendah (0-4 dyne/cm2 ) dapat meningkatkan ekspresi molekul adhesi,
vasokonstriktor, prokoagulan, protrombotik, prooksidan, substansi proliferatif
yang akan menyebabkan aterosklerosis.29 13.Penuaan Bertambahnya usia selalu
berhubungan dengan peningkatan stress oksidatif.22 14.Perubahan hormonal Insiden
PJK meningkat pada wanita setelah melewati dekade ke-6, sedangkan sebelum dekade
tersebut insidensnya separuh pada pria. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
hormon estrogen bersifat kardioprotektif terhadap wanita. Penelitian lain
menunjukkan bahwa terapi estrogen dapat meningkatkan ekspresi NO dan PGI2 pada
wanita pasca menopause. Sudah terbukti bahwa estrogen mempunyai sifat antioksidan.
Pada wanita pascamenopause terjadi penurunan kolesterol HDL, peningkatan
kolesterol LDL, peningkatan fibrinogen & penurunan antitrombin.28
15. Infeksi
19
Infeksi berperan pada patogenesis aterosklerosis dan infark miokard. Infeksi yang
terjadi pada patogenesis PJK yaitu infeksi kronik herpes simplex virus (HSV-I),
chlamydia pneumoniae (Cpn). Hal itu dapat dilihat dengan adanya peningkatan C-
reactive protein (CRP).30,7
2.6
20
menunjukkan penyakit arteri perifer, yang mana biasanya disebabkan
aterosklerosis.1 Electrocardiogram (ECG) Elektrokardiogram merupakan alat uji
diagnosa yang terdiri atas elementelement elektroda yang di tempelkan di kulit
pasien untuk mengukur hantaran elektrik (listrik) atau impuls dari jantung. ECG
juga dapat mendeteksi serangan jantung lebih dini pada beberapa pasien. Biasanya
dokterakan melakukan pemeriksaan ECG sepanjang dan setelah treadmill.1 Gambar
Chest X-rays, ultrasound, computerized tomography (CT) scana dan magnetic
resonance imaging (MRI) merupakan cara yang tidak invasif untuk dokter memeriksa
arteri pasien, apakah di arteri terdapat sumbatan dan berapa banyak sumbatan yang
menutup arteri. Semua test ini kadang-kadang dapat menunjukkan pengerasan dan
penyempitan serta arteri utama yang lebih besar, sama baiknya seperti pada
aneurisma dan simpanan kalsium pada dinding arteri.1 Doppler Ultrasound Alat ini
digunakan untuk mengamati seluruh arteri di dalam tubuh dan menentukan tekanan
darah pada angka yang bervariasi pada lengan dan kaki. Pemeriksaan ini dapat
menolong untuk menentukan jumlah sumbatan dan kecepatan aliran darah pada arteri.1
MUGA / radionuclide angiograpy Nuclear scan untuk melihat bagaimana dinding
jantung bergerak dan berapa banyak darah yang di paksa keluar setiap ketukan
jantung (heartbeat), ketika pasien dalam keadaan istirahat. 5 Thallium /
myocardial perfusionscan Pengamatan nuclear yang diberikan ketika pasien dalam
keadaan istirahat atau setelah latihan yang dapat mengungkap daerah dari otot
jantung yang tidak cukup mendapatkan suplai darah.5
21
2.7
22
o
Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan
jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu organ sudah tidak dapat
berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya.1
Angioplasty. Procedur pada pengobatan ini yaitu dengan cara memasukkan pipa
( catheter ) yang panjang dan tipis ke dalam arteri yang tersumbat atau terhambat.
Kemudian kawat dengan balon yang kempis dimasukkan melalui catheter ke area yang
terhambat tadi. Balon itu akan mengembang, menekan plaque untuk melawan dinding
arteri. Lubang pipa ( stent ) menyanggah arteri untuk membantu arteri tetap
terbuka. Embolectomy. Catheter dapat juga di gunakan untuk menangkap gumpalan
darah. Cara ini disebut Embolectomy. Endarterectomy. Pada beberapa kasus mungkin
di butuhkan operasi pemindahan plak dari dinding arteri yang terhambat. Procedur
pada pengobatan ini ahli bedah membuat incisi , kemudian memindahkan plak dan
menutup arteri. Pembedahan pembuluh darah. Dengan cara bypass dengan
mencangkokkan cabang salah satu pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain atau
pipa yang terbuat dari serat sintetik.Cara ini akan mengalirkan darah ke arteri
yang tersumbat atau terhambat. Proses ini sangat sering di gunakan untuk
meningkatkan aliran darah ke kaki, tapi cara tersebut juga dapat digunakan untuk
menghambat perluasan atau kebocoran pada aortic aneurysm.
23
Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya diberi
obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu kembali normal.
Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke dalam arteri dan
di celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan sinar X.
2.8
Pencegahan Mengontrol faktor resiko melalui pengubahan pola hidup dapat mencegah
24
Menjaga kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes dibawah kontrol. Konsultasi
dengan dokter jika memerlukan bantuan untuk menjaga kadar kolesterol, tekanan
darah atau diabetes pada saat check up. Dokter akan menuliskan resep obat baru
atau memberikan saran treatment untuk mengatasi gejala dari penyakit tersebut.
Perawatan kaki juga sangat esensial untuk mereka yang mengalami
atherosklerosis pada bagian perifer seperti pada kaki atau tangan. Gunakan sepatu
dengan ukuran yang tepat. Luka atau goresan membutuhkan perhatian segera karena
penurunan sirkulasi yang berarti bahwa jaringan disembuhkan secara lebih perlahan.
Jika tidak mendapatkan perlakuan pengobatan, bahkan pada luka kecil di kulit
bagian bawah dari kaki dapat memicu infeksi.1
25
BAB III PENUTUP
26
DAFTAR PUSTAKA
Aksara, 1994;405-15.
27
13. Ross R, Glomset JA. The pathogenesis of atherosclerosis. N Engl J Med 1976;
295: 420-25. 14. The Merck Manual. 2006. HYPERLINK: Atherosklerosis.. Available
from: URL: ch201.htm
http://www.themerckmanual.com.sec16,
(accseed: 2006, 25 April) 15. Hoffman JIE. Atherosclerosis. Dalam: Rudolph AM,
Penyunting. Rudolph's Pediatric, edisi ke-20. USA: Prentice hall International,
1996;1551-3. 16. Hanafi, Muin Rahman, Harun. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta:
FKUI 1997, hal 1082-108 17. Vanhoutte PM. 1997. Endothelial dysfunction and
atherosklerosis, European Heart; 18. E19-E29. 18. Djang Jusi H. 1999. Dasar-dasar
ilmu bedah vascular. Balai penerbit FKUI. Jakarta . 19. Soegondo S. 1999.
Mekanisme komplikasi diabetes mellitus ; aspek ilmu-ilmu dasar pada keadaan
klinik. Dalam : Sudoyo AW, Setiati S. Alwi I, dkk, editor. Naskah Lengkap Penyakit
Dalam PIT 99 ;87-101.
20. Bloomgarden ZT. 1999. Diabetes Care. American diabetes association annual
meeting. 23:690-8 21. Baraas F. 2001 Stress oksidatif dan diabetes mellitus.
Tabloid Profesi Kardiovaskuler ;73 :7. 22. Heitzer T, Schlinzig T, Krohn K,
Meinertz T, Munzel T. 2001. Endhotelial dysfunction, oksidatif stress and risk of
cardiovascular events in patients with coronary artery disease.
Circulation;104:2673-8.
23. Setianto B. 2001 Sindrom koroner akut: patofisiologi. Dalam: Kaligis RWM,
Kalim H, Yusak M, dkk, editor. Diagnosis dan tatalaksana hipertensi, sindrom
koroner akut dan gagal ginjal, Jakarta: Edisi I;:59-66.
28
26. Perticone F. Ceravelo R, Fujiya A, Ventura G, Iacopino S, Seozzafava A, et al.
2001. Prognostik significant of endothelial dysfunction in hipertensive patient.
Circulation ; 1104 ; 191-6
geriatric. Jakarta;p.185- 96. 29. Malek AM, Alper SL, Izumo S. 1999. Hemodinamic
shear stress anh its role in atherosclerosis. JAMA;282:2035-42. 30. Roivainen M,
Kajander MV, Palosuo T, Toivanen P, Leinonen M, Saikku P, et al. 2000. Infection,
inflamation and risk of coronary heart disease.
Circulation ;101:252-7.
29
Trims 4 downloading. See the next chapter of necel publication Made under
authority of Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman`s student For further
information please visit: necel.wordpress.com
30