You are on page 1of 53

Shipper : Shipper adalah Exporteer atau si Pengirim barang.

Nama dan alamat lengkap Shipper harus tertulis jelas didalam dokumen2 seperti : Bill Of Lading, Packing List, Commercial Invoice, COO, PEB (Pemberitahuan Export Barang), PIB (Pemberitahuan Import Barang ketika Importir mengurus proses pengeluaran barang dari Pelabuhan). Consignee : Consignee adalah Importeer atau si Penerima barang. Nama dan alamat lengkap Consignee harus tertulis jelas didalam dokumen2 seperti : Bill Of Lading, Packing List, Commercial Invoice, COO, PEB (Pemberitahuan Export Barang), PIB (Pemberitahuan Import Barang ketika Importir mengurus proses pengeluaran barang dari Pelabuhan). Notify Party : Notify Party adalah pihak kedua setelah Consignee yang berhak untuk di beritahu tentang adanya suatu pengiriman dan penerimaan barang export / import. Dalam prakteknya, Nama dan Alamat Notify Party ini sama dengan nama dan Alamat Consignee. Tetapi ini semua tergantung dari perjanjian awal antara pihak Shipper dan Importeer. Nama dan alamat lengkap Notify Party harus tertulis jelas didalam dokumen2 seperti : Bill Of Lading, Packing List, Commercial Invoice, COO. Atau jika Notify Part sama dengan Consignee maka cukup ditulis SAME AS CONSIGNEE. Shipping Mark & Number : Shipping Marks & Number adalah jumlah carton dan tanda pengiriman yang tercantum di kemasan barang. Data Shipping Marks & Number ini tercantum didalam Packing List dan Bill Of Lading. Description of Goods : Adalah perincian barang. Description of Goods ini terdapat didalam Packing List (Lengkap) dan Bill Of Lading. Hanya saja penulisan data Description of Goods pada Bill Of Lading lebih sederhana atau hanya garis besarnya saja. Misalnya, didalam Packing List tertulis 2 drum minyak tanah, 5 jerigen bensin, 10 kalen g oli bekas. Maka pada Bill Of Lading cukup ditulis 17 Packages (total kemasan) of minyak tanah, bensin and oli bekas. G.W. : G.W. adalah singkatan dari Gross Weight. Yaitu berat kotor dari berat kemasan dan berat barang itu sendiri. Contoh berat barang itu 2 Kgs dan berat kemasannya 0.5 Kgs maka G.W. : 2.5 Kgs N.W. : N.W. adalah singkatan dari Net Weight / berat bersih yaitu berat barang sebelum di kemas. LCL : Less than Container Loaded yaitu jenis pengiriman barang tanpa menggunakan container dengan kata lain parsial. Jika kita menggunakan jenis pengiriman LCL, maka barang yang kita kirim itu ditujukan ke Gudang penumpukan dari shipping agent. Lalu dari pihak Gudang tersebut akan mengumpulkan barang2 kiriman LCL lain hingga memenuhi quota untuk di loading / di muat ke dalam container. FCL : Full Container Loaded yaitu jenis pengiriman barang dengan menggunakan container. Walaupun quantity barang tersebut lebih pantas dengan mode LCL, tetapi jika shipper mengirimkan barangnya dengan menggunakan container maka jenis pengiriman ini disebut dengan FCL. Pengiriman barang dengan mode FCL maka kita harus mendatangkan container ke Gudang kita untuk process stuffing (proses pemuatan barang). Setelah stuffing selesai, container itu kita segel dan kita kirimkan ke Tempat Penumpukan Peti Kemas di pelabuhan. Proses bagaimana cara mendatangkan container ke gudang kita akan di jelaskan pada bab yang lain.

CFS : Container Freight Station yaitu mode pengiriman dari Gudang LCL Negara asal sampai ke Gudang LCL Negara tujuan. CFS-CFS menandakan bahwa mode pengiriman barang tersebut dengan cara LCL. CY : Container Yard yaitu mode pengiriman dari Tempat Penumpukan Peti Kemas Negara asal sampai ke Tempat Penumpukan Peti Kemas Negara tujuan. CY-CY menandakan mode pengiriman barang tersebut secara FCL. Vessel : Kapal Feeder Vessel : Kapal pengangkut container dengan kapasitas kecil yang mengangkut container dari pelabuhan muat menuju pelabuhan transit untuk di pindah ke Mother Vessel. Contoh : dari Tg. Priok menuju ke Singapore atau Hongkong dsb Mother Vessel : Kapal pengangkut dengan kapasitas besar yang mengangkut container dari pelabuhan transit menuju pelabuhan tujuan. Catatan : Jika pengiriman barang dari pelabuhan muat (misalnya : Tg. Priok, Jakarta ) menuju pelabuhan bongkar (misalnya : Busan, Korea) dengan menggunakan 1 Kapal saja maka tidak ada istilah Feeder Vessel dan Mother Vessel. Istilah Feeder Vessel dan Mother Vessel jika pengiriman barang dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar tersebut menggalami pergantian kapal. Misalnya : Pelabuhan muat Tg. Priok dan Pelabuhan bongkarnya Los Angeles, California. Sementara route pengiriman itu melalui Jakarta Singapore menggunakan Kapal YM Glory dan Singapore Los Angeles, CA mengunakan Kapal Hanjin Sao Paulo. Maka Feeder Vessel nya adalah YM Glory dan Mother Vesselnya adalah Hanjin Sao Paulo. Voyage : Nomor Keberangkatan Kapal yang biasa disingkat dengan V. atau Voy.. Nomor keberangkatan harus selalu ada dibelakang nama Kapal. Contoh : YM Glory V. 23 artinya Nama Kapal YM Glory dengan nomor keberangkatan kapal (Voyage) 23. ETD : Estimation Time of Departure adalah perkiraan waktu keberangkatan Kapal. ETA : Estimation Time of Arrival adalah perkiraan waktu kedatangan Kapal Bill Of Lading : atau biasa di singkat dengan B/L, arti sederhananya adalah Konosemen atau bukti pengiriman barang dan pengambilan barang. Form Bill Of Lading itu sendiri harus sudah mendapatkan legalitas dari dunia International sebagai alat / bukti pengiriman dan pengambilan barang export / import. Didalam Bill of Lading memuat data2 Shipper, Consignee, Notify Party, Vessel & Voy. No., Shipping Marks & Numbers, Description of Goods, GW, NW, Measurement, POD, POL, Destination P.O.L : Port Of Loading = Pelabuhan Muat P.O.D : Port Of Discharge = Pelabuhan Bongkar

Advance payment : Transaksi pembayaran yang dibayarkan kemudian Barge : Tongkang perahu Bill of exchange : Wesel (dalam kaitannya L/C) Bill of lading [B/L] : Dokumen pengapalan/ perjalanan Bonded zone : Kawasan berikat Buyer : Pembeli Cargo plan : Rencana muatan Cargo space : Ruang sisa muatan untuk cargo/ barang/ contaier Collect : Dibayar kemudian / belakangan Commercial Invoice : Dokumen faktur penjualan / Nota barang Container Free Station : Lapangan/ tempat penumpukan bukan/ bebas container Consignee : Penerima barang Consignment : Pembayaran transaksi yang dibayarkan setelah barang terjual (titip jual konsinyasi) Container : Kontainer / Peti kemas Container Yard [C/Y] : Tempat penumpukan container di dermaga Gross Weight : Berat kotor barang ETA (Estimated time of arrival : Perkiraan kedatangan sarana pengangkut ETD (Estimated time of departure) : Perkiraan keberangkatan sarana pengangkut Exporter : Pihak yang melakukan ekspor Feet/ Foot : Ukuran [Kaki] yang digunakan sebagai ukuran container Freight : Beaya / ongkos kapal / perjalanan Importer : Pihak yang melakukan impor L/C : Letter of Credit, cara pembayaran dengan melibatkan pihak perbankan dengan mengacu kepada sales contract (kontrak jual beli) Measurement : Ukuran kubikasi barang Merchant / feeder vessel : Kapal pengumpan / kapal niaga sebagai pengangkut awal (pre-carriage) untuk menuju ke kapal besar Nett weight : Berat bersih Notify party : Pihak yang diberitahu Open account : Transaksi pembayaran yang dilakukan di muka Packing list : Dokumen data kemasan & berat barang Port of delivery : Pelabuhan [tujuan] pengiriman Port of discharge / unloading : Pelabuhan bongkar Port of loading : Pelabuhan muat PPJK : Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan Prepaid : Dibayar dimuka Seal : Segel kontainer / peti kemas Seller : Penjual Shipper : Pengirim barang / pemakai jasa angkutan Shipping : Perusahaan pelayaran Stuffing : Pemuatan barang untuk ekspor ke dalam peti kemas/ lainnya TPKS : Terminal Peti Kemas Semarang Trucking : Perusahaan pengangkut truk/ armada

10 LANGKAH IMPOR BARANG

10 LANGKAH IMPOR BARANG Oleh : Antoni Tampubolon


Seorang calon importir A bertanya pada suatu forum : Bagaimana saya mengimpor barang mesin dari Shanghai, China ? .

Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Jenis barang yang dapat diimpor berbagai macam, seperti : mainanan anak-anak, sepatu dan alas kaki, mesin-mesin, buah-buahan, bahan baku untuk obat, spare parts mobil dan kendaraan, dan lain-lain.

Berikut ini adalah : 10 Langkah yang dilakukan dalam mengimpor barang: Langkah 1 : Melakukan perencanaan barang apa yang diimpor dari negara mana Langkah 2 : Melakukan registrasi impor agar mendapatkan perijinan impor Langkah 3 : Memenuhi persyaratan lartas (barang larangan dan batasan) (jika ada) Langkah 4 : Menentukan klasifikasi barang ( HS Code) Langkah 5 : Membuat pemberitahuan pabean impor Langkah 6 : Menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka impor Langkah 7 : Membayar bea masuk dan pajak dalam rangka impor Langkah 8 : Mendapatkan penjaluran barang Langkah 9 : Melakukan proses pengeluaran barang di pelabuhan Langkah 10 : Mengirimkan barang impor ke tempat tujuan bongkar

Langkah 1 adalah berkaitan dengan barang apa yang akan diimpor , dari negara mana, berapa jumlah barang yang diimpor, dan moda transportasi yang digunakan. Langkah 1 juga termasuk dengan estimasi berapa biaya yang akan dikeluarkan dalam mengimpor barang.

Langkah 2 adalah berkaitan dengan registrasi importir sesuai dengan perijinan impor. Syarat utama untuk melakukan impor adalah : barang diimpor harus baru, kecuali diatur secara khusus. Selain perijinan pokok perusahaan ( NPWP,SIUP, dan TDP), para importir juga harus memiliki API (Angka Pengenal Impor) dan NIK (Nomor Identitas Kepabeanan) Langkah 3 adalah berkaitan perijinan khusus sesuai dengan jenis barang yang ditetapkan sebagai barang larangan dan batasan (lartas) , seperti : NPIK, produsen importir, dan lainnya). Syarat barang lartas ini bisa dicheck di www.insw.go.id.

Langkah 4 adalah menentukan klasifikasi barang (HS Code) atas barang yang diimpor. Klasifikasi barang dapat dicheck di Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI). Klasifikasi barang bertujuan untuk mengetahui berapa tarif bea masuk atas barang impor tersebut. Langkah 4 ini dapat dilakukan pada saat langkah 1. Contoh barang impor : daging tanpa tulang: 0201.30.00.00 ; Tarif bea masuk: 5% .

Langkah 5 adalah berkaitan dengan pembuatan dokumen pemberitahuan pabean impor, yaitu: PIB (Pemberitahuan Impor Barang- BC 2.0). PIB dibuat dengan cara manual (formulir& media disket) dan cara elektronik (PDE/EDI). Wilayah Bea dan Cukai Jakarta, Semarang, Surabaya, Makasar,dan Medan sudah melakukand dengan cara elektronik (PDE/EDI). Pembuatan PIB dapat dilakukan sendiri oleh importir atau melalui kuasanya, yaitu : PPJK (Pengusaha Perusahaan Jasa Kepabenan).

Langkah 6 adalah menghitung besarnya bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PPN, PPh pasal 22). Perhitungan bea masuk adalah tarif BM x Nilai Pabean. Metode menentukan nilai pabean ada 6 metode yang ditetapkan secara hirarki. Salah satu metoda nilai pabean yang sering digunakan adalah metode nilai pabean berdasarkan nilai transaksi.

Langkah 7 adalah berkaitan dengan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PPN, dan PPH pasal 22) atas barang yang diimpor ke bank devisa yang telah kerjasama dengan instansi Bea dan Cukai.

Langkah 8 adalah berkaitan penjaluran barang impor yang ditetapkan berdasarkan kriteria manjemen resiko. Penjaluran terdiri dari jalur hijau, jalur kuning, jalur merah, jalur Mita Non Prioritas dan Mita Prioritas.

Langkah 9 adalah berkaitan prosedur pengeluaran barang impor. Pengeluaran barang impor dapat dilakukan oleh importir sendiri atau melalui jasa EMKL atau Freight Forwarder.

Langkah 10 adalah dilakukan setelah langkah 10. Pengiriman barang ke tempat tujuan bongkar dilakukan melalui trailer dan truck. Menentukan jenis dan jumlah truck/armada yang digunakan untuk mengangkut barang import disesuaikan dengan jumlah barang dan berat barang, serta jumlah peti kemas yang diimpor. Pengiriman barang dilakukan dapat dilakukan oleh perusahaan jasa pengangkutan, EMKL dan atau freight forwarder.

TARIF PENUMPUKAN PETI KEMAS TARIF BARU PENUMPUKAN PETI KEMAS DI TANJUNG PRIOK PELINDO II berdasarkan rapat bersama para pemangku kepentingan di Tanjung Priok, yaitu : Operator Terminal (JICT, TPK Koja, Multi Terminal Indonesia, Mustika Alam Lestari) dan asosiasi pengguna jasa dan pemilik barang ( GINSI, GPEI, ALFI) dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 28 Januari 2014 memutuskan tariff baru penumpukan peti kemas di Tanjung Priok. Tarif baru yang dinaikkan adalah tariff progresif (masa penumpukan). Tarif baru berlaku sejak 28 Januari 20141)

Adapun tarif yang berlaku adalah sebagai berikut : A. TARIF LAMA Tarif Lama berdasarkan SK Direksi Pelindo II tahun 2008 TARIF PENUMPUKAN TARIF DASAR PENUMPUKAN (TDP) MASA PENUMPUKAN MASA BEBAS : 1-3 HARI MASA II : 4-10 HARI MASA III : 11 SETERUSNYA 20 Rp. 27.200 GRATIS 200% X TDP 400% X TDP 40 Rp. 54.400 GRATIS 200% X TDP 400% X TDP

HARI

B. TARIF BARU Tarif baru berdasarkan SK Direksi Pelindo II tahun 2014 TARIF PENUMPUKAN 20 TARIF DASAR PENUMPUKAN (TDP) Rp. 27.200 MASA PENUMPUKAN MASA BEBAS : 1-3 HARI MASA II : 4-10 HARI MASA III : 11 SETERUSNYA GRATIS 500% X TDP 750% X TDP 40 Rp. 54.400 GRATIS 500% X TDP 750% X TDP

HARI

Perbedaan Tarif lama dengan tariff baru penumpukan petikemas diTanjung Priok adalah di tarif progresif (masa penumpukan). Tarif dasar penumpukan tetap sama yaitu : Rp. 27.200/20 dan Rp. 54.500/40

Contoh 1# Kalkulasi Biaya Penumpukan Peti Kemas di Tanjung Priok Lokasi Penumpukan Peti Kemas : JICT Jumlah Container : 1 x 20 Lama Penumpukan : Tgl Tiba Kapal (ETA) : 1 Februari 2014 Tgl Keluar : 10 Februai 2014 Lama Penumpukan : 10 HARI

Perhitungan biaya penumpukan CONTAINER 20 MASA PENUMPUKAN TARIF MASA BEBAS : 1-3 HARI MASA II : 4-10 HARI GRATIS 500% X TDP x HARI X CONTAINER MASA III : 11 HARI 0 750% X TDP SETERUSNYA X HARI X CONTAINER TOTAL BIAYA PENUMPUKAN* TDP Container 20 : Rp. 27.200 * TOTAL BIAYA PENUMPUKAN SEBELUM PPN 10% 3 HARI 7 HARI

BIAYA 0 500% X Rp. 27.200 X 7 HARI x 1 CONTAINER 0

JUMLAH 0 Rp. 952.000

Rp. 952.000

Contoh 2# Kalkulasi Biaya Penumpukan Peti Kemas di Tanjung Priok Lokasi Penumpukan Peti Kemas : JICT Jumlah Container : 2 x 40 Lama Penumpukan : Tgl Tiba Kapal (ETA) : 1 Februari 2014 Tgl Keluar : 12 Februari 2014 LAMA PENUMPUKAN : 12 HARI Perhitungan biaya penumpukan CONTAINER 40 MASA PENUMPUKAN TARIF MASA BEBAS : 1-3 HARI MASA II : 4-10 HARI GRATIS 500% X TDP x HARI X CONTAINER MASA III : 11 HARI 2 HARI 750% X TDP SETERUSNYA X HARI X CONTAINER TOTAL BIAYA PENUMPUKAN** TDP Container 40 : Rp. 54.400 ** TOTAL BIAYA PENUMPUKAN SEBELUM PPN 10% 3 HARI 7 HARI

BIAYA 0 500% X Rp. 54.400 X 7 HARI X 2 CONTAINER 750% X Rp. 54.400 X 2 HARI X 2 CONTAINER

JUMLAH 0 Rp.3.815.000

Rp.1.635.000

Rp. 5.450.000

Singkatan : JICT : Jakarta International Container Terminal GINSI : Gabungan Importir Nasional Indonesia GPEI : Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia ALFI : Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia ETA : Estimate Time Arrival TDP : Tarif Dasar Penumpukan

CIF - INCOTERMS 2010 SERI 11 - INCOTERMS 2010 CIF COST INSURANCE AND FREIGHT Oleh : Antoni Tampubolon* a. Definisi CIF CIF adalah singkatan dari COST INSURANCE AND FREIGHT. CIF merupakan syarat penyerahan barang (term of delivery) yang terakhir, kesebelas dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. Term CIF hanya berlaku untuk pengangkutan barang dengan menggunakan moda transportasi pengangkutan laut dan perairan sungai dan danau saja CIF didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli hingga barang telah ditempatkan di atas kapal (on board) di pelabuhan pemuatan yang ditunjuk oleh si pembeli atau mengadakan barang yang diantarkan (untuk penjualan berantai-string sale). Namun penjual bertanggunjawab dalam mengurus pengangkutan dari pelabuhan pemuatan ke pelabuhan tujuan, dan asuransi barang. Resiko Penjual akan berakhir ketika barang telah berada diatas kapal. Penjual akan berkewajiban dalam mengasuransikan barangnya dari pelabuhan muat hingga kepelabuhan tujuan, akan tetapi resiko barang rusak, hilang adalah di sisi pembeli. Penjual hanya bertanggungjawab dalam membuka asuransi barang saja tanpa menanggung resiko dalam perjalanan sejak barang ditempatkan di atas kapal (on board). Penjual hanya membuka asuransi dengan pertanggungan minimal, yaitu : cover ICC C, jika pembeli menginginkan pertanggungan maksimal, cover ICC A All Risk, maka pembeli berkewajiban untuk membayar tambahan premi asuransi barang yang seharusnya ditanggung cover ICC C menjadi cover ICC A. Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang ,pengurusan prosedur kepabeanan ekspor dan pengurusan pengangkutan (shipping) dan pengurusan asuransi barang (marine cargo insurance). Banyak persepsi keliru terhadap penerapan CIR, dimana resiko penjual adalah hingga pelabuhan tujuan DAN PENJUAL menaggung resio hingga ke pelabuhan tujuan, seharusnya penjual hanya beresiko hingga barang ditempatkan diatas kapal (on board) di pelabuhan pemuatan dan pembukaan pertanggungan asuransi oleh penjual bukan berarti resiko adalah di sisi penjual namun, resiko adalah di sisi pembeli sejak barang ditempatkan diatas kapal. Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual harus mengetahui dengan tepat pelabuhan tujuan yang ditentukan atau disebutkan oleh si pembeli. Contoh : Di Singapura Port, Singapura. Penjual harus menempatkan barang hingga berada diatas kapal, dan bertanggungjawab dalam pengurusan pengapalan barang (penunjukkan shipping company) dan pembukaan asuransi dengan pertanggungan minimal ( ICC C) Resiko Penjual beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barang telah ditempatkan diatas kapal di pelabuhan pemuatan yang ditentukan oleh si pembeli, bukan di pelabuhan tujuan.

1.

2.

3.

b.

Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk CIF adalah : 1. Tulis CIF 2. Tentukan pelabuhan tujuann (port of destination) destination) , contoh : Singapura Port, Singapura 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : CIF (Singapura Port, Singapura) Incoterms 2010

yang disebutkan ( insert named port of

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab CIF

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

YES YES YES YES YES NO NO NO NO NO NO

NO NO NO NO NO YES YES YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya CIF

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan Lift on&storages- destination terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destination) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES YES YES YES YES NO YES NO NO NO NO NO NO NO NO NO YES NO YES YES YES YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah ditempatkan diatas kapal di pelabuhan muat yang disebutkan /ditentukan oleh si pembeli, bukan dipelabuhan tujuan (port destination).

Contoh:

Kasus PT. Deborah Sentosa Makmur (DSM) adalah importir beras. Dia sepakat dengan penjual dari Bangkok, Thailand yaitu : Thai Internastional Trading term : CIF ( Tanjung Priok port, Jakarta) Incoterms 2010 untuk impor beras sebesar 10.000 Ton. Pengaplan beras dilakukan dengan dua kali , masing-masing 5000 ton. Pengapalan beras pertama berhasil tiba di Tanjung Priok, namun pengapalan kedua, terjadi perampokan kapal di perairan selat sunda.

a.

Dimana titik penyerahan barang antara importir (DSM) dengan penjual (Thai International Trading ) terjadi ? b. Siapa yang beresiko atas kapal yang bermuatan beras 5000 Ton yang dirampok ? Apa solusi yang diberikan agar klaim dapat dibayarkan oleh perusahaan asuransi ? c. Biaya apa saja yang ditanggung oleh si pembeli (DSM) dalam melakukan importasi beras tersebut dengan CIF ?

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara pembeli importir (DSM) dengan penjual (Thai International Trading ) terjadi di atas kapal di pelabuhan Bangkok, Thailand. Resiko sudah beralih dari penjual kepada pembeli sejak barang ditempatkan diatas kapal.

b.

Jika menggunakan pada ketentuan penyerahan barang dengan CIF Incoterms 2010, maka Si pembelilah (DSM), yang beresiko atas hilangnya beras yang termuat di kapal kedua yang disebabkan oleh perompakan di perairan selat Sunda. Si penjual hanya membuka asuransi dengan pertanggungan ICC C, dimana dalam ICC C maka perusahaan asuransi tidak akan membayar klaim atas kehilangan cargo akibat peristiwa perompakan di laut. Agar, resiko yang ditanggung dapat dialihkan, maka pihak pembeli harus memerintahkan si penjual untuk meningkatkan pertanggungan dari ICC C ke ICC A dengan tambahan klausul pertanggungan akibat perompakan/bajak laut. Biaya extra untuk peningkatan pertanggungan tersebut atas biaya si pembeli. Biaya yang ditanggung oleh si pembeli (DSM) dalam melakukan importasi beras tersebut dengan CIF : Biaya bongkar muat beras, biaya pergerakan container ( lift on & Storage, lift off di depo), Biaya Bea Masuk, PPN dan PPh (import duties), Biaya custom clearance dan EDI, biaya trucking, biaya bongkar di gudang pembeli/consignee

c.

Tips-Tips Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas pelabuhan tujuan yang ditentukan oleh pembeli - Penjual harus memahami bahwa antara resiko beralih hingga diatas kapal di pelabuhan pemuatan, bukan dipelabuhan tujuan, - Penjual harus mengurus perijinan ekspor, pengurusan pemasukan barang ke pelabuhan muat (prosedur kepabeanan) dan termasuk pengurusan pengapalan dan pengurusan cargo insurance dengan cover ICC C .

Tips buat Pembeli - Pembeli harus menentukan dengan jelas pelabuhan tujuan dalam penyerahan barang - Pembeli harus memahami resiko adalah di atas kapal pelabuhan pemuatan, bukan di pelabuhan tujuan.

- Pembeli tetap menanggung resiko sejak barang ditempatkan diatas kapal, walaupun asuransi sudah dibuka oleh si penjual. Penjual hanya membuka asuransi saja dengan ICC C namun tidak menaggung resiko barang hilang, dan rusak .

Praktisi Logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

CFR - INCOTERMS 2010 SERI 10 - INCOTERMS 2010 CFR COST AND FREIGHT Oleh : Antoni Tampubolon* a. Definisi CFR CFR adalah singkatan dari COST AND FREIGHT. CFR merupakan syarat penyerahan barang (term of delivery) yang kesepuluh dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. Term CFR hanya berlaku untuk pengangkutan barang dengan menggunakan moda transportasi pengangkutan laut dan perairan sungai dan danau saja CFR didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli hingga barang telah ditempatkan di atas kapal (on board) di pelabuhan pemuatan yang ditunjuk oleh si pembeli atau mengadakan barang yang diantarkan (untuk penjualan berantai-string sale). Namun penjual bertanggunjawab dalam mengurus pengangkutan dari pelabuhan pemuatan hingga pelabuhan tujuan. Resiko Penjual akan berakhir ketika barang telah berada diatas kapal. Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat barang telah berada diatas kapal di pelabuhan pemuatan yang telah ditentukan oleh si pembeli.Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang ,pengurusan prosedur kepabeanan ekspor dan pengurusan pengangkutan (shipping). Banyak persepsi keliru terhadap penerapan CFR, dimana resiko penjual adalah hingga pelabuhan tujuan, seharusnya penjual hanya beresiko hingga barang ditempatkan diatas kapal (on board) di pelabuhan pemuatan. Penjual bertanggungjawab dalam mengurus pengangkutan, dan namun tidak berkewajiban dalam mengurus asuransi barang (marine cargo insurance). Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual harus mengetahui dengan tepat pelabuhan tujuan yang ditentukan atau disebutkan oleh si pembeli. Contoh : Di Tokyo Port, Japan. Penjual harus menempatkan barang hingga berada diatas kapal, dan bertanggungjawab dalam pengurusan pengapalan barang (penunjukkan shipping company) Resiko Penjual beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barang telah ditempatkan diatas kapal di pelabuhan pemuatan yang ditentukan oleh si pembeli, bukan di pelabuhan tujuan.

1.

2. 3.

b.

Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk CFR adalah : 1. Tulis CFR 2. Tentukan pelabuhan tujuann (port of destination) destination) , contoh : Tokyo Port, Japan 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : CFR (Tokyo Port, Japan) Incoterms 2010

yang disebutkan ( insert named port of

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab CFR

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8.

YES YES

NO NO

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

YES YES

NO NO

tidak ada kewajiban NO YES NO NO NO NO NO YES YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya CFR

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan Lift on&storages- destination terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destination) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO Tidak ada kewajiban NO YES YES NO NO YES NO YES NO YES NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah ditempatkan diatas kapal di pelabuhan muat yang disebutkan /ditentukan oleh si pembeli, bukan dipelabuhan tujuan ( port destination).

Contoh:

Kasus PT. Papajo Sejahtera Indonesia (PSI) adalah eksportir CPO . Dia sepakat dengan pembeli dari Tokyo, Jepang, yaitu : Takashimura Trading dengan term : CFR ( Tokyo port, Japan) Incoterms 2010 untuk ekspor CPO sebesar 5000 MT. Setelah selesai hari pemuatan CPO ke atas kapal tanker, Kapal menunggu otoritas syahbandar untuk berlayar. Sesaat pada saat mau berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok kapal oleng dan terbalik. Kapal tangker pun tenggelam di dermaga Tanjung Priok.

a.

Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan pembeli (Takashimura Trading ) terjadi ? b. Siapa yang bertanggungjawab atas barang CPO yang tenggelam di kapal pada saat mau berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok tersebut? c. Siapa yang menunjuk dan membayar freight kapal tanker tersebut?

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan pembeli (Takashiumra Trading) terjadi di atas kapal tanker di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib mengantarkan barang tersebut hingga tiba ditempatkan di atas kapal di pelabuhan Tanjung Priok . Resiko sudah beralih sejak barang sdh ditempatkan diatas kapal tanker tersebut

b.

Jika menggunakan pada ketentuan penyerahan barang dengan CFR Incoterms 2010, maka Si pembelilah yang bertanggungjawab atas CPO yang tenggelam di kapal tanker tersebut. Resiko dari penjual kepada pembeli sudah beralih sejak barang sudah ditempatkan diatas kapal tanker tersebut. Kapal sudah mau berangkat dari pelabuhan muat , sehingga resiko adalah di tangan si pembeli Yang menunjuk/ mengurus pengapalan dan membayar freight kapal tanker tersebut atas biaya si penjual. Penjuallah yang akan mencari kapal tanker untuk memuat CPO tersebut dan juga termasuk membayar seluruh biaya2 pengapalan.

c.

Tips-Tips Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas pelabuhan tujuan yang ditentukan oleh pembeli - Penjual harus memahami bahwa antara resiko beralih hingga diatas kapal di pelabuhan pemuatan, bukan dipelabuhan tujuan - Penjual harus mengurus perijinan ekspor, pengurusan pemasukan barang ke pelabuhan muat (prosedur kepabeanan) dan termasuk pengurusan pengapalan dan pembayaran biaya pengapalan .

Tips buat Pembeli - Pembeli harus menentukan dengan jelas pelabuhan tujuan dalam penyerahan barang - Pembeli harus memahami resiko adalah di atas kapal pelabuhan pemuatan, bukan di pelabuhan tujuan. - Pembeli harus mengurus perijinan impor , dan pengeluaran barang impor.

* Praktisi Logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

FOB - INCOTERMS 2010


SERI 9 - INCOTERMS 2010 FOB FREE ON BOARD Oleh : Antoni Tampubolon* a. Definisi FOB FOB adalah singkatan dari FREE ON BOARD. FOB merupakan syarat penyerahan barang ( term of delivery) yang kesembilan dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. Term FOB hanya berlaku untuk pengangkutan barang dengan menggunakan moda transportasi pengangkutan laut dan perairan sungai dan danau saja FOB didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli hingga barang telah ditempatkan di atas kapal (on board) di pelabuhan pemuatan yang ditunjuk oleh si pembeli atau mengadakan barang yang diantarkan (untuk penjualan berantai-string sale). Resiko Penjual akan berakhir ketika barang telah berada diatas kapal. Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat barang telah berada diatasw kapal di pelabuhan pemuatan yang telah ditentukan oleh si pembeli.Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang ,pengurusan prosedur kepabeanan ekspor. Penjual tidak bertanggungjawab dalam mengurus pengangkutan, dan tidak berkewajiban mengurus asuransi barang. Jika pengangkutan barang adalah dengan menggunakan peti kemas maka istilah FOB tidak sesuai untuk digunakan, istilah yang tepat digunakan adalah FCA (Free carriage) Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual harus mengetahui dengan tepat pelabuhan pemuatan barang yang ditentukan atau disebutkan oleh si pembeli. Contoh : Di Tanjung Priok Port, Jakarta, Indonesia. Penjual harus menempatkan barang hingga berada diatas kapal, sehingga penjual bertanggungjawab dalam memuat barang hingga termuat di sarana pengangkut. Pembeli wajib mempersiapkan sarana pengangkut. Resiko beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barang telah ditempatkan diatas kapal di pelabuhan pemuatan yang ditentukan oleh si pembeli.

1.

2.

3.

b.

Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk FOB adalah : 1. Tulis FOB 2. Tentukan pelabuhan pemuatan (port of shipment) yang disebutkan ( insert named port of shipment) , contoh : Tanjung Priok Port, Jakarta, Indonesia 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : FOB (Tanjung Priok Port, Jakarta, Indonesia) Incoterms 2010

Dalam praktek , istilah yang sering dilakukan , khususnya untuk angkutan curah (break bulk), seperti : batu bara, CPO, adalah : FOB Tongkang FOB Mother Vessel Harga batu bara: 4400 GAR $60/MT FOB Mother vessel 4800 GAR $64/MT FOB Barge. South Sumatera

Istilah ini kurang tepat, jika menggunakan istilah Incoterms 2010 yang diterbitkan oleh ICC- Kadin Internasional. Istilah yang seharusnya adalah FOB diikuti dengan penyebutan pelabuhan pemuatan, misal : FOB Palembang, South Sumatera. Namun, istilah dalam praktek ini sering dipakai dalam rangka menegaskan tanggungjawab penjual tersebut sampai dimana, jika transkasi penjualan misalnya, batu bara, adalah sampai diatas kapal tongkang atau mother vessel yang berlabuh ditengah laut. Oleh karena itu digunakanlah istilah : FOB Mother vessel atau FOB Tongkang. Penjual bertanggungjawab dalam mengangkut batu bara tersebut dengan menggunakan kapal tongkang, atau kapal kecil (feeder vessel) hingga ke tengah laut di mana posisi kapal tersebut berlabuh. Walaupum Istilah FOB Tongkang atau FOB Mother vessel ini akan diterapkan, tentunya sebaiknya diikuti dengan tempat atau lokasi kapal dimana agar dapat menghindari resiko dan biaya tambahan.

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko

1.

Tabel Tanggungjawab FOB

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

YES YES NO NO

NO NO YES YES

tidak ada kewajiban NO YES NO NO NO NO NO YES YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya FOB

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan Lift on&storages- destination terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destination) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO NO YES NO YES Tidak ada kewajiban NO YES YES NO NO YES NO YES NO YES NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah ditempatkan diatas kapal di pelabuhan muat yang disebutkan /ditentukan oleh si pembeli. Contoh: Kasus PT. Papajo Sejahtera Indonesia (PSI) adalah eksportir kopi . Dia sepakat dengan pembeli dari Tokyo, Jepang, yaitu : Takashimura Trading dengan term : FOB ( Tanjung Priok Port, Jakarta, Indonesia) Incoterms 2010 untuk ekspor kopi sebesar 50 ton dengan menggunakan 2 x 20 FT . (dua) hari setelah peti kemas telah bongkar di pelabuhan Tanjung Priok, Di Sekitar Pelabuhan Tanjung Priok terjadi rob ( banjir karena air laut pasang). Banyak peti kemas yang berada di pelabuhan Tanjung Priok tergenang air, termasuk peti kemas yang memuat kopi dengan Tujuan ke Tokyo, Jepang. a. Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan pembeli (Takashimura Trading ) terjadi ? b. Siapa yang bertanggungjawab atas rusaknya kopi yang belum sempat termuat ke atas kapal ? c. Siapa yang mengurus perijinan ekspor dan pemasukan barang ekspor(custom clearance) ?

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan pembeli (Takashiumra Trading) terjadi di atas kapal di Pelabuhan Tanjung Priok,Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib mengantarkan barang tersebut hingga tiba ditempatkan di atas kapal di pelabuhan Tanjung Priok

b.

Jika menggunakan pada ketentuan penyerahan barang dengan FOB Incoterms 2010, maka Si penjuallah yang bertanggungjawab atas kopi sebanyak 50 ton yang terendam banjir karena rob di Pelabuhan Tanjung Priok. Barang belum termuat hingga diatas kapal di pelabuhan pemuatan, yaitu Tanjung Priok. Jika ditinjau dari sisi pengangkutan container menegaskan bahwa pengangkut bertanggungjawab sejak barang telah ditempatkan pada posisi CY (Container Yard) pelabuhan muat (place of receipt), dan jika terjadi kasus rob tersebut, maka sudah seharusnya pembeli yang beresiko, namun karena transaksi adalah menggunakan FOB maka si penjual tetap beresiko. Oleh karena itu, jika pengangkutan menggunakan peti kemas, maka sebaiknya pemilihan incoterms yang tepat bukanlah dengan FOB, tetapi FCA, misal : FCA UTC1, Tanjung Priok., sehingga ketika ada kasus seperti diatas, maka si pembelilah yang akan beresiko.

c.

Pengurusan perijinan ekspor dan pemasukan barang ekspor(custom clearance) menjadi tanggungjawab eksportir.

Tips-Tips Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas pelabuhan pemuatan yang ditentukan oleh pembeli - Penjual harus memahami bahwa antara resiko beralih hingga diatas kapal di pelabuhan pemuatan - Penjual harus mengurus perijinan ekspor, pengurusan pemasukan barang ke pelabuhan muat (prosedur kepabeanan).

Tips buat Pembeli - Pembeli harus menentukan dengan jelas pelabuhan pemuatan dalam penyerahan barang - Pembeli harus mengurus dan menunjuk pengangkutan (pengapalan). - Pembeli harus mengurus perijinan impor , dan pengeluaran barang impor. * Praktisi Logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

FAS - INCOTERMS 2010


SERI 8 - INCOTERMS 2010 FAS FREE ALONGSIDE SHIP Oleh : Antoni Tampubolon* a. Definisi FAS FAS adalah singkatan dari FREE ALONGSIDE SHIP. FAS merupakan syarat penyerahan barang (term of delivery) yang kedelapan dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. Term FAS hanya berlaku untuk pengangkutan barang dengan menggunakan moda transportasi pengangkutan laut dan perairan sungai dan danau saja FAS didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli hingga barang telah ditempatkan di sisi kapal (seperti: dermaga atau tongkang) di pelabuha pemuatan yang ditunjuk oleh si pembeli. Barang telah bongkar saat barang telah tiba di sisi kapal di pelabuhan pemuatan yang telah disebutkan. Resiko Penjual akan berakhir ketika barang telah tiba dan bongkar di sisi kapal. Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat barang telah berada disisi kapal di pelabuhan pemuatan yang telah ditentukan oleh si pembeli.Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang Penjual tidak bertanggungjawab dalam mengurus pengangkutan,dan tidak berkewajiban dalam mengurus asuransi barang. Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual harus mengetahui dengan tepat pelabuhan pemuatan barang yang ditentukan atau disebutkan oleh si pembeli. Contoh : Di Tanjung Priok Port, Jakarta, Indonesia. Penjual harus menempatkan barang hingga berada disisi kapal, sehingga penjual bertanggungjawab dalam membongkar barang dari sarana pengangkut hingga barang ditempatkan disisi kapal. Pembeli wajib mempersiapkan sarana pengangkut ketika barang sudah berada disisi kapal. Resiko beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barang telah ditempatkan disisi kapal di pelabuhan pemuatan yang ditentukan oleh si pembeli. Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk FAS adalah : 1. Tulis FAS 2. Tentukan pelabuhan pemuatan (port of shipment) yang disebutkan ( insert named port of shipment) , contoh : Tanjung Priok Port, Jakarta, Indonesia 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : FAS (Tanjung Priok Port, Jakarta, Indonesia) Incoterms 2010

1.

2.

3.

b.

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab FAS

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8. 9.

YES NO NO

NO YES YES

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

NO

YES

tidak ada kewajiban NO YES NO NO NO NO NO YES YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya FAS

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan Lift on&storages- destination terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destination) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO NO YES NO YES NO YES Tidak ada kewajiban NO YES YES NO NO YES NO YES NO YES NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah ditempatkan disisi kapal (dermaga, kapal) di pelabuhan muat yang disebutkan /ditentukan oleh si pembeli. Contoh: Kasus PT. Debora Namura Dame (DND) adalah eksportir alat-alat berat, seperti: crane, buldozer. Dia sepakat dengan pembeli dari China, yaitu : Yen Lie Trading dengan term : FAS ( Tanjung Priok Port, Jakarta, Indonesia) Incoterms 2010 . Periode pengiriman alat berat adalah paling lambat 10 Nopember 2013. Barang telah tiba tepat pada tanggal 10 November 2013. Kapal pengangkut break bulk yang akan mengangkut alat-alat berat tersebut baru akan sandar 15 Nopember 2013. Pada tanggal 12 November terjadi topan badai dan banjir melanda kota Jakarta,termasuk di Tanjung Priok. Sebagian besar alat2 berat tersapu oleh topan, dan sebagian terendam banjir.

a. b. c.

Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (DND) dengan pembeli (Yen Lie Trading ) terjadi ? Siapa yang bertanggungjawab atas kerusakan alat-alat berat akibat badai dan banjir tersebut ? Siapa yang mengurus perijinan ekspor dan pemasukan barang ekspor(custom clearance) ?

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara eksportir (DND) dengan pembeli (Yen Lie Trading ) terjadi Pelabuhan Tanjung Priok,Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib mengantarkan barang tersebut hingga tiba ditempatkan di sisi dermaga di pelabuhan Tanjung Priok t

b.

Si Pembeli menanggung resiko atas kerusakan alat-alat berat akibat topan dan banjir. Resiko si eksportir telah berakhir sejak barang telah ditempatkan disisi dermaga di Pelabuhan pemuatan yaitu pada tanggal 10 November 2013. Kejadian topan dan banjir yang mengakibatkan barang rusak tersebut terjadi pada tanggal 12 November 2013. Dalam rangka menghindari resiko-resiko yang terjadi maka si pembeli wajib mengasuransikan alat-alat berat yang akan dikirim tersebut. Pengurusan perijinan ekspor dan pemasukan barang ekspor(custom clearance) menjadi tanggungjawab eksportir.

c.

Tips-Tips Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas pelabuhan pemuatan yang ditentukan oleh pembeli - Penjual harus memahami bahwa antara resiko beralih hingga ke sisi dermaga di pelabuhan pemuatan. - Penjual harus mengurus perijinan ekspor, pengerusan pemasukan barang ke pelabuhan muat (prosedur kepabeanan).

Tips buat Pembeli - Pembeli harus menentukan dengan jelas pelabuhan pemuatan dalam penyerahan barang - Pembeli harus mengurus dan menunjuk pengangkutan (pengapalan). - Pembeli harus mengurus perijinan impor , dan pengeluaran barang impor.

* Praktisi Logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

JENIS-JENIS ANGKUTAN DI PERAIRAN


Seri Transportasi Seri 1 Jenis-Jenis Angkutan di Perairan Jenis-Jenis Angkutan di Perairan Oleh : Antoni Tampubolon* Perairan di Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya. Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindakan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Berdasarkan Undang-Undang Pelayaran No.17 Tahun 2008 Pasal 6, bahwa Jenis-jenis angkutan di Perairan terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu : Angkutan Laut Angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang dan /atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya Jenis Angkutan Laut , berdasarkan pasal 7 UU Pelayaran No.17 Tahun 2008 dan PP No.20 Tahun 2010 tentang angkutan perairan dan , terdiri atas 4 jenis yaitu : Angkutan laut dalam negeri Angkutan laut dalam negeri adalah kegiatan angkutan laut yang dilakukan di wilayah perairan Indonesia yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut nasional Angkutan laut luar negeri Angkutan laut luar negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan atau terminal khusus terbuka bagi perdagangan luar negeri ke pelabuhan luar negeri atau dari pelabuhan luar negeri ke pelabuhan atau terminal khusus Indonesia yang terbuka bagi perdagangan luar negeri yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut Angkutan Laut Khusus Angkutan Laut Khusus adalah kegiatan untuk melayani kepentingan usaha sendiri dalam menunjang usaha pokoknya. Usaha pokok adalah jenis usaha yang disebutkan di dalam surat izin usaha suatu perusahaan Angkutan Laut Pelayaran rakyat Angkutan laut Pelayaran rakyat (Pelra) adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional dan mempunyai karakteristik tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan dengan menggunakan kapal layar, kapal layar bermotor, dan/atau kapal motor sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu.

1. 2.

3.

1.

2.

3.

4.

DDP- INCOTERMS 2010


SERI 7 - INCOTERMS 2010 DDP DELIVERED DUTY PAID Oleh : Antoni Tampubolon*

a.

Definisi DDP DDP adalah singkatan dari DELIVERED DUTY PAID. DDP merupakan syarat penyerahan barang ( term of delivery) yang ketujuh dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. DDP didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual ( seller) menyerahkan barang ke pembeli pada sarana pengangkut yang telah telah tiba ditempat tujuan yang disebutkan atas pengaturan dari pembeli. Barang belum bongkar pada saat tiba ditempat tujuan yang disebutkan. Penjual akan menanggung resiko dari sejak barang dibawa dari tempat penjual hingga diantar ke tempat yang ditentukan oleh pembeli. Istilah yang sering dikenal adalah istilah pengiriman door to door. Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat sarana pengangkut telah tiba ditempat tujuan yang disebutkan oleh pembeli. Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang maupun izin impor, membayar bea masuk , pajak dalam rangka impor (PPN dan PPH) dan serta bertanggungjawab dalam melaksanakan pengeluaran barang impor (prosedur kepabeanan impor). Penjual mengurus pengangkutan menuju ke tempat yang disebutkan oleh pembeli saja. DDP adalah tanggungjawab maksimal dari sisi penjual (seller). Penjual harus mempertimbangkan segala resiko dari sejak barang dimuat hingga barang sampai ke tempat tujuan yang ditunjuk oleh si pembeli. Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual wajib melakukan penyerahan barang adalah hingga ke tempat tujuan yang disebutkan oleh pembeli. Penjual dan pembeli harus jelas menyepakati dimana tempat tujuan yang disebutkan, Contoh : Di Pabrik PT. ABC di KBN Cakung, Jakarta, Indonesia. Penjual tidak bertanggungjawab dalam membongkar barang dari sarana pengangkut yang telah tiba di tempat tujuan . Pembeli wajib mempersiapkan sarana dan alat bongkar barang. Penjual wajib mengurus kepabeanan ekspor impor, membayar bea masuk hingga pengeluaran barang impor hingga pengantaran barang tersebut ke tempat tujuan Resiko beralih dari penjual kepada pembeli pada saat sarana pengangkut telah tiba ditempat tujuan yang disebutkan. Barang tidak dalam keadaan bongkar dari sarana pengangkut.

1.

2.

3.

4.

b.

Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk DDP adalah : 1. Tulis DDP 2. Tentukan tempat tujuan yang disebutkan ( insert named place of destination) , contoh : Pabrik PT ABC di KBN Cakung , Jakarta, Indonesia 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : DDP (Pabrik PT.ABC di KBN Cakung, Jakarta, Indonesia) Incoterms 2010

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab DDP

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

YES YES YES YES

NO NO NO NO

tidak ada kewajiban YES NO YES YES YES YES NO NO YES YES NO YES

2.

Tabel Pembagian Biaya DDP

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan Lift on&storages- destination terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destination) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO Tidak ada kewajiban YES NO YES NO YES YES YES YES YES NO NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat sarana pengangkut telah tiba ditempat tujuan (place of destination) yang disebutkan.

Contoh:

Kasus PT. Jonathan Sumtera Indonesia (JSI) adalah importir gula yang mempunyai pabrik gula berlokasi di KBN Cakung, Jakarta. Dia sepakat membeli 5000 ton gula dari eksportir China, yaitu : Yen Lie Trading dengan term : DDP ( KBN Cakung, Jakarta, Indonesia) Incoterms 2010 . Pengiriman gula dikirim dengan menggunakan 1 kapal break bulk . Barang telah tiba di pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 31 Oktober 2013. Pada tanggal 31 Oktober terjadi demo buruh di Tanjung Priok, Kapal baru separuh dibongkar di pelabuhan Tanjung Priok, separuh lagi dalam perjalanan ke KBN Cakung. 100 Ton Gula terjebak dalam demo yang berlangsung rusuh hingga gula tersebut terkena bakar.

a. b. c.

Dimana titik penyerahan barang antara pembeli (JSI) dengan penjual (Yen Lie Trading ) terjadi ? Siapa yang bertanggungjawab atas 100 ton gula yang terbakar dalam kerusuhan di Tanjung Priok tersebut ? Siapa yang membayar biaya bea masuk, PPN dan PPH untuk impor gula tersebut ?

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara pembeli (JSI) dengan penjual (Yen Lie Trading) di Pabrik JSI di KBN Cakung, Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib mengantarkan barang tersebut hingga tiba ditempat tujuan yang telah disepakati, yaitu: Pabrik JSI di KBN Cakung, Jakarta.

b.

Si Penjual menanggung resiko dari sejak barang dimuat hingga barang tersebut sampai di tempat pembeli, dalam kasus ini adalah KBN Cakung, Jakarta. Kerusuhan karena demo buruh terjadi di Tanjung Priok, oleh karena itu 100 ton gula yang terbakar karena kerusahan adalah masih menjadi resiko si Penjual. Si Penjual wajib menanggung resiko atas 100 ton gula yang terbakar tersebut.

c.

Biaya bea masuk, PPN dan PPH untuk impor gula tersebut adalah beban dari si penjual. Penjual wajib membayar biaya tersebut.

4.

TIPS-TIPS

Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas tempat tujuan penyerahan barang yang disepakati dengan pembeli - Penjual harus menunjuk dan mengurus kontrak pengangkutan hingga barang sampai ditempat tujuan - Penjual harus memahami bahwa antara resiko beralih hingga ke tempat tujuan. - Penjual harus mengurus perijinan impor, menanggung bea masuk dan pengurusan prosedur kepabeanan.

Tips buat Pembeli - Pembeli harus menentukan dengan jelas titik tempat tujuan penyerahan di mana - Pembeli menanggung resiko paling kecil, tetapi harus diperhatikan tentang biaya-biaya yang dibebankan oleh penjual. - Pembeli harus mempersiapkan alat bongkar pada saat barang telah tiba di tempat pembeli. * Praktisi Logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

DAP - INCOTERMS 2010


SERI 6 - INCOTERMS 2010 DAP DELIVERED AT PLACE Oleh : Antoni Tampubolon* a. Definisi DAP DAP adalah singkatan dari DELIVERED AT PLACES. DAP merupakan syarat penyerahan barang ( term of delivery) yang keenam dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. DAP adalah istilah baru yang muncul dalam INCOTERM 2010 DAP didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli pada sarana pengangkut yang telah telah tiba ditempat tujuan yang disebutkan atas pengaturan dari pembeli. Barang belum bongkar pada saat tiba ditempat tujuan yang disebutkan. Penjual akan menanggung resiko dari sejak barang dibawa dari tempat penjual hingga diantar ke tempat yang ditentukan oleh pembeli. Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat sarana pengangkut telah tiba ditempat tujuan yang disebutkan oleh pembeli. Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang, namun tidak memiliki kewajiban dalam menyelesaikan perizinan impor barang, membayar bea masuk dan tidak bertanggungjawab dalam melaksanakan pengeluaran barang impor (prosedur kepabeanan impor). Penjual hanya mengurus pengangkutan menuju ke tempat yang disebutkan oleh pembeli saja. Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual wajib melakukan penyerahan barang adalah hingga ke tempat tujuan yang disebutkan oleh pembeli. Penjual dan pembeli harus jelas menyepakati dimana tempat tujuan yang disebutkan, Contoh : Di Pabrik PT. X di MM 2100, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Penjual TIDAK bertanggungjawab dalam membongkar barang dari sarana pengangkut yang telah tiba di tempat tujuan . Pembeli wajib mempersiapkan sarana dan alat bongkar barang Resiko beralih dari penjual kepada pembeli pada saat sarana pengangkut telah tiba ditempat tujuan yang disebutkan. Barang tidak dalam keadaan bongkar dari sarana pengangkut.

1.

2.

3.

b.

Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk DAP adalah : 1. Tulis DAP 2. Tentukan tempat tujuan yang disebutkan ( insert named place of destination) , contoh : Pabrik PT X di MM 2100, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : DAP (Pabrik PT.X di MM 2100, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia) Incoterms 2010

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab DAP

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC)

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8.

YES YES

NO NO

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

YES YES

NO NO

tidak ada kewajiban YES NO YES NO NO YES NO NO YES YES NO YES

2.

Tabel Pembagian Biaya DAP

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan Lift on&storages- destination terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destination) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO Tidak ada kewajiban YES NO YES NO NO YES NO YES YES NO NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat sarana pengangkut telah tiba ditempat tujuan (place of destination) yang disebutkan.

Contoh:

Kasus PT. Sahabat Bisnis Indonesia (SBI) adalah importir kedelai yang mempunyai pabrik berlokasi di MM 2100, Bekasi. Dia sepakat membeli 10.000 ton kedelai dari eksportir USA, yaitu : Freeman&Son Pte dengan term : DAP ( MM2100, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia) Incoterms 2010 . Pengiriman kedelai menggunakan 1 Kapal . Barang telah tiba di pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 16 September 2013. Oleh Eksportir, barang dibongkar dan ditampung di gudang di Tanjung Priok oleh karena importir belum membayar kedelai tersebut. Pada tanggal 17 September 2013, 1000 ton kedelai dijarah oleh bandit Tanjung Priok.

a. b. c.

Dimana titik penyerahan barang antara pembeli (SBI) dengan penjual (Freeman&Son, Pte) terjadi ? Siapa yang bertanggungjawab atas 1000 ton kedelai yang dijarah oleh Bandit Tanjung Priok tersebut ? Siapa yang membayar biaya angkutan kedelai dari Tanjung Priok ke MM 2010, Bekasi ?

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara pembeli (SBI) dengan penjual (Freeman &Son, Pte) di Pabrik SBI di MM 2100, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Eksporti Freeman wajib mengantarkan barang tersebut hingga tiba ditempat tujuan yang telah disepakati, yaitu: Pabrik SBI di MM 2100, Bekasi.

b.

Kedelai masih disimpan di gudang di Tanjung Priok. Eksportir menanggung resiko hingga seluruh kedelai tersebut telah tiba di Pabrik SBI di MM2100, Bekasi , masih di atas sarana pengangkut. Oleh karena kejadian hilangnya 1000 ton adalah di gudang di Tanjung Priok, masih si eksportirlah yang menanggung resiko atas hilangnya kedelai yang dijarah oleh Bandit Tanjung Priok. Biaya angkutan kedelai dari Tanjung Priok ke MM 2010, Bekasi adalah tanggungjawab dari eksportir/penjual. Oleh karena itu, biaya angkutan kedelai tersebut wajib diurus dan dibayar oleh si eksportir (Freeman&Son, Pte).

c.

d.

Tips-Tips Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas tempat tujuan penyerahan barang yang disepakati dengan pembeli - Penjual harus menunjuk dan mengurus kontrak pengangkutan hingga barang sampai ditempat tujuan - Penjual harus memahami bahwa antara resiko beralih hingga ke tempat tujuan. - Penjual harus tidak mengurus perijinan impor, menanggung bea masuk dan pengurusan prosedur kepabeanan.

Tips buat Pembeli - Pembeli harus menentukan dengan jelas titik tempat tujuan penyerahan di mana - Pembeli harus memperhatikan pengurusan perizinan impor, pembayaran bea masuk - Pembeli harus mengurus prosedur kepabeanan impoir (custom clearance impor)

DAT - INCOTERMS 2010


SERI 5 - INCOTERMS 2010 DAT DELIVERED AT TERMINAL Oleh : Antoni Tampubolon*

a.

Definisi DAT DAT adalah singkatan dari DELIVERED AT TERMINAL. DAT merupakan syarat penyerahan barang (term of delivery) yang kelima dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. DAT adalah istilah baru yang muncul dalam INCOTERMS 2010. DAT didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli ketika barang sudah dibongkar dari sarana pengangkut yang telah tiba diterminal yang ditunjuk pembeli pada pelabuhan bongkar atau tempat tujuan. Terminal adalah termasuk setiap tempat, apakah tertutup atau tidak, seperti dermaga (quay), gudang (warehouse), lapangan peti kemas (CY) , atau terminal cargo : angkutan darat, kereta api atau udara (road, rail or air cargo terminal). Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat barang telah dibongkar dari sarana pengangkut di terminal tujuan atas pengaturan dari si pembeli. Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang, namun tidak memiliki kewajiban dalam menyelesaikan perizinan impor barang, membayar bea masuk dan melaksanakan pengeluaran barang impor (prosedur kepabeanan impor) Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual wajib melakukan penyerahan barang adalah di terminal yang disebutkan oleh pembeli. Penjual harus mengetahui secara jelas titik penyerahan barang di terminal mana pada pelabuhan bongkar atau tempat tujuan. Contoh : Di Tanjung Priok CY UTC 1. Penjual bertanggungjawab dalam membongkar barang dari sarana pengangkut yang telah tiba di terminal pada pelabuhan bongkar atau tempat tujuan yang telah ditentukan. Resiko dan biaya beralih pada saat barang telah terbongkar dari sarana pengangkut di terminal pada pelabuhan bongkar atau tempat tujuan tujuan yang ditentukan.

1.

2.

3.

b.

Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk DAT adalah : 1. Tulis DAT 2. Tentukan terminal di pelabuhan tujuan atau tempat tujuan yang disebutkan ( named terminal at port or place of destination) , contoh : CY UTC 1, Tanjung Priok Port, Jakarta 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : DAT (CY UTC 1, Tanjung Priok Port, Jakarta) Incoterms 2010

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab DAT

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

YES YES YES YES

NO NO NO NO

tidak ada kewajiban YES NO NO NO NO NO NO YES YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya DAT

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan Lift on&storages- destination terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO Tidak ada kewajiban YES NO NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah dibongkar dari sarana pengangkut di terminal pelabuhan bongkar atau tempat tujuan yang disebutkan oleh pembeli.

Contoh:

Kasus PT. Sahabat Bisnis Indonesia (SBI) adalah importir daging sapi segar yang berlokasi di Cibubur, Jakarta. Dia sepakat membeli 300 ton daging sapi segar dari Pearson&Son Pte. dengan term : DAT (CY UTC1, Tanjung Priok Port, Jakarta) Incoterms 2010 . Pengiriman daging menggunakan 12 x 40 RF. Barang telah tiba di pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 22 Agustus 2013. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengeluarkan ketentuan baru impor daging sapi yaitu : impor daging sapir harus melalui sistem lelang terbuka. Peraturan mulai berlaku sejak tanggal: 1 Agustus 2013. Pemenang dalam lelang impor daging sapilah yang diizinkan untuk impor daging. Pemenang akan mendapatkan persetujuan impor. SBI belum mendapatkan informasi peraturan baru tersebut. Barang tertahan di pelabuhan Tanjung Priok.

a. b. c.

Dimana titik penyerahan barang antara pembeli (SBI) dengan penjual (Pearson&Son, Pte) terjadi ? Siapa yang membayar biaya penumpukan di pelabuhan Tanjung Priok ? Akibat peraturan baru tersebut, daging sapi tersebut tidak bisa dikeluarkan , resiko atas siapa ?

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara pembeli (SBI) dengan penjual (Pearson&son, Pte) di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu : UTC 1 b. Sesuai ketentuan DAT Penjual serahkan barang hingga telah terbongkar dari sarana pengangkut di terminal tujuan yang ditentukan oleh pembeli di pelabuhan tujuan. Oleh karena itu, biaya penumpukan adalah menjadi tanggungjawab si pembeli (SBI). SBI lah yang bertanggungjawab dalam membayar biaya-biaya penumpukan di pelabuhan Tanjung Priok.

c.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengeluarkan ketentuan baru impor daging sapi harus melalui sistem lelang terbuka pada tanggal: 1 Agustus 2013 sedangkan barang telah dikapalkan sebelum tanggal 1 Agustus 2013 . Importir tidak mengetahui peraturan baru tersebut dan barang tertahan di pelabuhan Tanjung Priok. Pengurusan perizinan impor adalah tanggungjawab dari si pembeli. Pembeli sudah harus mengurus segala perizinan impor sebelum pengapalan barang. Oleh karena itu, resiko tertahan daging sebanyak 12 x 40 RF adalah resiko pembeli (SBI)

d.

Tips-Tips Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas tempat penyerahan barang: di terminal mana dipelabuhan tujuan atau tempat tujuan yang disebutkan - Penjual harus menunjuk dan mengurus kontrak pengangkutan - Penjual harus memahami bahwa antara resiko dan biaya beralih pada tempat yang sama, yaitu : pada saat barang telah terbongkar dari sarana pengangkut di terminal tujuan. - Penjual harus menghitung biaya hingga ke biaya bongkar dari sarana pengangkut.

Tips buat Pembeli - Pembeli harus menentukan dengan jelas titik penyerahan barang di terminal mana ? - Pembeli harus memperhatikan pengurusan perizinan impor, pembayaran bea masuk - Pembeli harus mengurus pengeluaran barang dan prosedur kepabeanan impoir (custom clearance impor) * Praktisi logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

CIP - INCOTERMS 2010


SERI 4 - INCOTERMS 2010 CIP CARRIAGE AND INSURANCE PAID TO Oleh : Antoni Tampubolon* a. Definisi CIP CIP adalah singkatan dari CARRIAGE AND INSURANCE PAID TO . CIP merupakan syarat penyerahan barang (term of delivery) yang keempat dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. CIP didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli : pada pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh penjual ditempat yang disepakati (an agreed place) (jika ada tempat yang disepakati antar pihak). Penjual wajib melakukan kontrak pengangkutan untuk membayar ongkos pengangkutan yang diperlukan untuk membawa barang ke tempat tujuan yang disebutkan serta melakukan kontrak penutupan asuransi. Kontrak penutupan asuransi adalah atas resiko si pembeli bukan resiko si penjual untuk kehilangan atau kerusakan barang yang terjadi sejak serah terima barang. Cover asuransi yang dibuka oleh si penjual adalah cover asuransi pertanggungan minimal (Institute Cargo Clause "C"- ICC C) . Jika pembeli ingin memiliki perlindungan lebih , maka perlu ada kesepakatan lagi antara penjual dan pembeli . Penjual dapat menaikkan cover asuransi tersebut dengan tambahan biaya dari si pembeli. Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat telah diserahkannya barang kepada pengangkut dan bukan ketika barang tersebut telah tiba ditempat tujuan. Resiko dan biaya beralih pada titik yang berbeda. Resiko beralih di pengangkut atau orang lain yang ditunjuk (di pelabuhan muat), sedangkan biaya hingga tempat tujuan yang disepakati Berdasarkan definisi tersebut, ada 4 (empat) hal kritis yang perlu diketahui : 1. Penjual wajib melakukan penyerahan barang adalah kepada pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh penjual (nominated by seller) Tempat atau lokasi penyerahan barang harus disebutkan dengan jelas, yaitu kepada pengangkut atau orang lain di tempat yang telah disepakati antara penjual dan pembeli . Sedangkan kontrak pengangkutan antara penjual dengan pengangkut adalah sampai ke tempat tujuan (named place of destinantion) Resiko dan biaya beralih pada titik yang berbeda. Resiko beralih di pengangkut atau orang lain yang ditunjuk (dipelabuhan muat), sedangkan biaya beralih ditempat tujuan yang disepakati Penjual mengurus dan membuat kontrak pengangkutan dan kontrak penutupan asuransi. Kontrak penutupan asuransi adalah dengan pertanggungan minimal .

2.

3.

4.

Penjual wajib mengurus perizinan ekspor dan prosedur kepabeanan ekspor ( export custom clearance), namun penjual tidak ada kewajiban untuk penyelesaian perijinan impor barang, membayar setiap bea impor atau melakukan prosedur kepabeanan impor.

b.

Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk CIP adalah : 1. Tulis CIP 2. Tentukan tempat tujuan yang disebutkan (named place of destination) , contoh : Shanghai Pudong Airport, China 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : CIP ( Shanghai Pudong Airport, China) Incoterms 2010

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab CIP

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

YES YES YES YES YES YES YES NO NO NO NO

NO NO NO NO NO NO NO YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya CIP

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan Lift on&storages- destination terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES YES YES YES YES YES YES NO NO NO NO NO NO NO NO NO NO NO YES YES YES YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah diserahkan kepada pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh penjual ditempat yang telah disepakati.

Contoh:

Kasus PT. Debora Namura Tebe (DNT) adalah eksportir sepatu di Bogor, Jawa Barat. Dia sepakat menjual sepatu ke Pho Loe, Pte dengan term : CIP ( Shanghai Pudong Airport, China) Incoterms 2010 sebanyak 1000 pasang (@ 1kg per pasang). Biaya Airfreight JKT/Shanghai : USD.8/Kg. Barang dikeluarkan dari pesawat China Airlines dan diletakkan ke gudang cargo di Shanghai Pudong Airport. Beberapa jam kemudian, gudang terbakar melalap habis semua barang yang ada di gudang.

a. b. c. d.

Dimana titik penyerahan barang antara penjual (DNT) dengan pembeli (Pho Loe, Pte) terjadi ? Siapa yang menunjuk airlines dan berapa biaya freight yang harus dibayar ? Siapa yang bertanggungjawab dalam mengurus asuransi? Jenis pertanggungan apa yang dibuka ? Pembeli, Pho Loe, Pte menolak untuk membayar pembelian 1000 pasang sepatu karena barang belum diterima . Apakah pembeli berhak menolak pembayaran tersebut ? Berikan alasannya.

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara penjual (DNT) dengan pembeli (Pho Loe, Pte) di pesawat China Airlines yang posisi Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. b. Sesuai ketentuan CIP Penjuallah wajib mengurus kontrak pengangkutan dan membayar biaya angkutan utama ( main carrier). Total biaya airfreight JKT/Shanghai yang harus dibayar oleh DNT adalah sebesar: USD.8/kg x 1000 kg = USD.8.000

c.

Kontrak penutupan asuransi adalah tanggungjawab si penjual (DNT). DNT akan membuka asuransi dengan pertanggungan minimal, yaitu cover ICC C. tetapi resiko tetap atas pembeli. Penjual hanya mengurus kontrak penutapan asuransi saja , dan segala resiko masih di tangan si pembeli.

d.

Pembeli, Pho Loe, Pte TIDAK BERHAK UNTUK menolak untuk membayar pembelian 1000 pasang sepatu karena barang belum diterima . Penyerahan barang tidak terkait dengan sistem pembayaran. Pembayaran adalah kesepakatan yang berbeda. Jika dalam kontrak diatur bahwa pembayaran dilakukan setelah serah terima barang, maka penjual dan pembeli harus jelas titik serah terima barang. Berdasarkan ketentuan CIP, resiko sudah beralih antara Penjual (DNT) dengan pembeli (Pho Loe, pte) sejak barang diserahkan ke pengangkut China Airlines di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Pembelilah yang beresiko atas terbakarnya barang di gudang cargo di Shanghai Pudong, China.

d.

Tips-Tips Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas tempat penyerahan barang kepada pengangkut atau orang lain. - Penjual harus menunjuk dan mengurus kontrak pengangkutan dan kontrak asuransi dengan pertanggungan minimal - Penjual harus memahami bahwa antara resiko dan biaya beralih pada tempat yang berbeda, dimana resiko beralih di pelabuhan muat (place of delivery), sedangkan biaya-biaya hingga ke tempat tujuan - Penjual harus menghitung biaya hingga ke tempat tujuan ( named placed of destinantion)

Tips buat Pembeli - Pembeli membuat kesepakatan dengan penjual titik tempat penyerahan - Pembeli harus memperhatikan peralihan resiko dan biaya terjadi pada tempat yang berbeda - Pembeli harus mengurus perijinan impor, membayar biaya-biaya masuk dan custom clearance impor. * Praktisi logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

CPT - INCOTERMS 2010


SERI 3 - INCOTERMS 2010 CPT CARRIAGE PAID TO Oleh : Antoni Tampubolon* a. Definisi CPT CPT adalah singkatan dari CARRIAGE PAID TO . CPT merupakan syarat penyerahan barang ( term of delivery) yang ketiga dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. CPT didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli : pada pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh penjual ditempat yang disepakati ( an agreed place) (jika ada tempat yang disepakati antar pihak). Penjual wajib melakukan kontrak pengangkutan untuk membayar ongkos pengangkutan yang diperlukan untuk membawa barang ke tempat tujuan yang disebutkan. Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat telah diserahkannya barang kepada pengangkut dan bukan ketika barang tersebut telah tiba ditempat tujuan. Resiko dan biaya beralih pada titik yang berbeda. Resiko beralih di pengangkut atau orang lain yang ditunjuk (dipelabuhan muat), sedangkan biaya hingga tempat tujuan yang disepakati Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual wajib melakukan penyerahan barang adalah kepada pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh penjual (nominated by seller) Tempat atau lokasi penyerahan barang harus disebutkan dengan jelas, yaitu kepada pengangkut atau orang lain di tempat yang telah disepakati antara penjual dan pembeli . Sedangkan kontrak pengangkutan antara penjual dengan pengangkut adalah sampai ke tempat tujuan (named place of destinantion) Resiko dan biaya beralih pada titik yang berbeda. Resiko beralih di pengangkut atau orang lain yang ditunjuk (dipelabuhan muat), sedangkan biaya beralih ditempat tujuan yang disepakati

1.

2.

3.

Penjual wajib mengurus perizinan ekspor dan prosedur kepabeanan ekspor (export custom clearance), namun penjual tidak ada kewajiban untuk penyelesaian perijinan impor barang, membayar setiap bea impor atau melakukan prosedur kepabeanan impor.

b.

Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk CPT adalah : Tulis CPT 2. Tentukan tempat tujuan yang disebutkan (named place of destination) , contoh : Narita Airport, Tokyo) Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : CPT ( Narita Airport, Tokyo) Incoterms 2010

1. 3.

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko

1.

Tabel Tanggungjawab CPT

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

YES YES YES YES

NO NO NO NO

Tidak Ada Kewajiban YES NO YES NO NO NO NO NO YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya CPT

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Prepaid) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan lift on&storages)- Destination Terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO Diserahkan ke penjual/Pembeli YES NO YES NO NO YES NO YES NO YES NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk)

Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah diserahkan kepada pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh penjual ditempat yang telah disepakati.

Contoh:

Kasus PT. Jonathan Paruhum Tebe (JPT) adalah eksportir tekstil berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat. Dia sepakat menjual baju seragam tentara ke Nagashima Pho Pte dengan term : CPT ( Narita Airport,Tokyo) Incoterms 2010 sebanyak 10 ton. Biaya Airfreight JKT/Tokyo : USD.10/Kg. Pada saat pintu pesawat Japan Airlines (JAL) yang membawa barang tersebut di buka, api keluar dan tibatiba terdengar ledakan keras yang menyebabkan pesawar terbakar . Tidak ada penumpang yang meninggal kecuali barang yang dibawa oleh pesawat tersebut.

a. b. c.

Dimana titik penyerahan barang antara penjual (JPT) dengan pembeli (Nagashima) terjadi ? Siapa yang membayar biaya airfreight? Berapa biaya freight yang harus dibayar ? Pembeli mengajukan klaim kepada Penjual (JPT) agar barang yang terbakar tersebut diganti pengiriman barang baru lagi. Alasan pembeli karena barang belum diterima akibat peristiwa kebakaran pesawat? Apakah JPT mau menerima klaim tersebut ?

Jawab : a. Titik penyerahan barang antara penjual (JPT) dengan pembeli (Nagashima) di pesawat JAL yang posisi Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. b. Sesuai ketentuan CPT, Penjuallah yang wajib membayar biaya angkutan utama ( main carrier). Total biaya airfreight yang harus dibayar oleh JPT adalah sebesar: USD.10/kg x 10.000 kg = USD.100.000

c.

Peristiwa kebakaran terjadi pada saat di Narita Airport, Tokyo. Sedangkan resiko sudah beralih (passes) dari penjual kepada pembeli di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta (poin a), maka Penjual berhak menolak klaim si pembeli tersebut.

d.

TIPS - TIPS

Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas tempat penyerahan barang kepada pengangkut atau orang lain. - Penjual harus menunjuk dan mengurus kontrak pengangkutan - Penjual harus memahami bahwa antara resiko dan biaya beralih pada tempat yang berbeda, dimana resiko beralih di pelabuhan muat (place of delivery), sedangkan biaya-biaya hingga ke tempat tujuan - Penjual harus menghitung biaya hingga ke tempat tujuan (named placed of destinantion)

Tips buat Pembeli - Pembeli membuat kesepakatan dengan penjual titik tempat penyerahan - Pembeli harus memperhatikan peralihan resiko dan biaya terjadi pada tempat yang berbeda - Pembeli harus mengurus perijinan impor, membayar biaya-biaya masuk dan custom clearance impor. * Praktisi logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

FCA - INCOTERMS 2010


SERI 2 - INCOTERMS 2010 FCA FREE CARRIER Oleh : Antoni Tampubolon*

a.

Definisi FCA FCA adalah singkatan dari FREE CARRIER . FCA merupakan syarat penyerahan barang ( term of delivery) yang kedua dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. FCA didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli (buyer): kepada pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh pembeli ditempat penjual ( seller premises) atau tempat lain yang disebutkan. Penjual dan pembeli disarankan untuk menentukan titik tempat penyerahan barang secara jelas (named place of delivery). Resiko beralih dari penjual kepada pembeli di titik tempat penyerahan barang tersebut. Penjual wajib mengurus perizinan ekspor dan prosedur kepabeanan ekspor ( export custom clearance) Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Penjual wajib melakukan penyerahan barang adalah kepada pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh pembeli Tempat atau lokasi penyerahan barang adalah di tempat penjual ( seller premises) atau tempat lain yang disebutkan. Jika tempat penyerahan barang adalah di tempat penjual (pabrik), maka penjual bertanggungjawab dalam memuat barang ke atas kendaraan pengangkut, namun jika tempat penyerahan barang adalah ditempat lain, penjual hanya menyerahkan barang ke tempat yang ditunjuk dengan kondisi siap untuk dibongkar. Penjual wajib mengurus perizinan ekspor dan prosedur kepabeanan ekspor (export custom clearance) Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk FCA adalah : Tulis FCA 2. Tentukan titik penyerahan barang (tempat pengantaran barang) , contoh : Soekarno Hatta Airport, Jakarta) Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : FCA ( Soekarno Hatta Airport, Jakarta) Incoterms 2010

1. 2.

3. b.

1.

3.

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab FCA

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual atau tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight): - Serahkan hanya di Tempat Penjual - Serahkan ke tempat lain Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee)

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO YES NO YES YES NO NO

NO YES NO NO NO NO

YES NO YES YES YES YES

7. 8. 9. 10.

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Tidak Ada Kewajiban NO YES NO NO NO NO NO YES YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya FCA

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat - jika muat ditempat penjual Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) - Serahkan hanya di Tempat Penjual - Serahkan ke Tempat Lain lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Collect) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan lift on&storages)- Destination Terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO YES YES YES NO NO NO

7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

NO YES YES NO NO YES NO YES NO YES NO YES Diserahkan ke penjual/Pembeli NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah diserahkan kepada pengangkut atau orang lain yang telah ditunjuk oleh pembeli pada tempat penjual atau tempat lain yang disebutkan

Contoh:

Kasus 1 PT.XYZ adalah eksportir semen berlokasi di Cibinong, Jawa Barat. Dia sepakat menjual semen ke Xi Hua , Ltd dengan term : FCA (PT.XYZ Cibinong, Jawa Barat) Incoterms 2010 sebanyak 100 ton. Periode pengiriman barang dari Cibinong ditentukan pada tanggal : 12 Agustus 2013. Pengiriman barang tersebut menggunakan 5 x 20 dengan kapasitas 20 ton per peti kemas.

a. b. c.

Siapa yang bertanggungjawab dalam memuat barang ? Apakah PT.XYZ bertanggungjawab dalam membayar trucking dari Cibinong ke UTC 1, Tanjung Priok Port ? Dalam perjalanan dari Cibinong ke UTC1, Tanjung Priok Port, Terjadi demo buruh pelabuhan yang menuntut kenaikan upah. Suasana pelabuhan sangat mengenaskan. Pada saat peristiwa tersebut 2 dari 5 unit truck peti kemas dibakar oleh para buruh pelabuhan yang demo.

Siapa yang berisiko atas kehilangan semen sebanyak 40 Ton ya ng terdapat dalam 2 x 20 yang dibakar oleh para demonstran ?

Jawab : a. Oleh karena tempat penyerahan barang adalah ditempat penjual pada pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli, maka penjual bertanggungjawab dalam memuat barang di pabrik PT.XYZ b. Peralihan resiko (transfer of risk) terjadi pada saat barang telah termuat diatas kendaraan pengangkut (baca:truck peti kemas/trailer) ditempat penjual (PT.XYZ). Oleh karena itu, PT.XYZ tidak membayar biaya trucking dari Cibinong ke Tanjung Priok. Pembelilah yang wajib membayar biaya trucking tersebut. c. Peristiwa terbakarnya 2 unit truck (2 x 20) yang membawa 40 Ton Semen terjadi di pelabuhan Tanjung Priok. Peralihan resiko (transfer of risk) terjadi pada saat barang telah termuat diatas kendaraan pengangkut (baca:truck) ditempat penjual (PT.XYZ). Oleh karena itu, Pembeli (Xi Hua ,Ltd) lah yang beresiko atas kehilangan 40 Ton semen tersebut.

Kasus 2 : PT.XYZ adalah eksportir semen berlokasi di Cibinong, Jawa Barat. Dia sepakat menjual semen ke Xi Hua ,Ltd dengan term : FCA ( UTC 1, Tanjung Priok Port , Jakarta) Incoterms 2010 sebanyak 100 ton. Periode pengiriman barang dari Cibinong ke UTC 1, Tanjung Priok Port adalah tanggal : 15 September 2013. Pengiriman barang tersebut menggunakan 5 x 20 dengan kapasitas 20 Ton per peti kemas. Kapal berangkat tanggal 17 September 2013 menuju ke Shanghai, China. a. b. d. Dimana titik penyerahan barang terjadi ? Siapa yang bertanggungjawab dalam membayar biaya lift off dan storage sebanyak : 5 x 20 di UTC 1 tersebut ? Tanggal 16 September 2013 terjadi rob (banjir air laut) di UTC 1, Tanjung Priok setinggi 1 meter. Air laut masuk ke 2 (dua) dari 5 (lima) peti kemas tersebut sehingga terjadi kerusakan semen. Siapa yang berisiko atas rusaknya semen sebanyak 40 Ton yang terdapat dalam 2 x 20 ?

Jawab : a. Titik penyerahan barang adalah di UTC 1 , Tanjung Priok Port, Jakarta. Penjual bertanggung jawab dalam mengirimkan barang dari tempat penjual (Cibinong) hingga ke UTC 1, Tanjung Priok Port. Penjual berkewajiban dalam menunjuk perusahaan trucking dari Cibinong ke UTC 1. b. Peralihan resiko (transfer of risk) terjadi pada saat 5 x20 yang diangkut dengan truck peti kemas/trailer telah tiba di UTC 1, Tanjung Priok Port. Oleh karena itu, Pembeli (Hi Xua, LTd) lah yang bertanggungjawab dalam membayar biaya lift off dan storage 5 x 20 . c. Peristiwa rob terjadi pada tanggal 16 September 2013. Peralihan resiko (transfer of risk) terjadi pada saat 5 x 20 yang diangkut dengan truck peti kemas/trailer telah tiba di UTC 1, Tanjung Priok Port yaitu : tanggal 15 September 2013. Oleh karena itu, kerusakan 40 ton semen (2x20) adalah atas resiko pembeli (Hi Xua, Ltd).

d.

TIPS-TIPS Tips buat Penjual - Penjual harus mengetahui dengan jelas titik tempat penyerahan barang kepada pengangkut atau orang lain. - Penjual harus mengetahui siapa pengangkut atau orang lain yang ditunjuk oleh pembeli dalam penyerahan barang - Penyerahan barang wajib dilakukan sesuai dengan tanggal yang telah disepakati atau periode yang disepakati. - Penjual harus menyiapkan buruh/alat mekanis ketika titik penyerahan barang adalah di tempat penjual atau mempersiapkan pengangkutan (inland freight) jika titik penyerahan barang adalah ditempat lain yang ditunjuk oleh pembeli.

Tips buat Pembeli - Pembeli wajib memberitahukan kepada pembeli siapa pengangkut atau orang lain yang ditunjuk - Pembeli harus memperhatikan kesiapan alat bongkar ketika titik penyerahan barang adalah ditempat lain yang ditunjuk Pembeli harus memahami resiko-resiko yang akan terjadi pada saat dan ketika barang telah diserahkan oleh penjual pada tempat yang telah ditentukan.

EXW - INCOTERMS 2010


SERI 1- INCOTERMS 2010 EXW - EX WORK Oleh : Antoni Tampubolon*

a.

Definisi EXW EXW adalah singkatan dari EX WORKS. EXW merupakan syarat penyerahan barang ( term of delivery) yang pertama dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. EXW didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang kepada pembeli (buyer) atas pengaturan pembeli ( at the buyer disposal) di tempat penjual (seller premises) atau tempat lain yang disebutkan (seperti: pabrik, gudang, bengkel , dan lain-lain). Penjual tidak perlu memuat barang ke kendaraan pengangkut (contoh: truck) dan juga tidak perlu mengurus perizinan ekspor . Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui : Tempat atau lokasi penyerahan barang adalah atas pengaturan pembeli (buyer disposal). Pembelilah yang menentukan titik dimana tempat atau lokasi barang akan diserahkan. Pembeli wajib menyebutkan tempat penyerahan barang secara jelas (named place of delivery). Contoh : EXW ( PT. ABC, Kawasan MM 2100, Jakarta) Incoterms 2010. Tempat atau lokasi penyerahan barang adalah di tempat penjual ( seller premises) atau tempat lain yang disebutkan. Penyerahan barang tidak selalu dari tempat penjual tetapi bisa disuatu tempat yang ditentukan oleh pembeli. Contoh: Penjual adalah berlokasi di Kawasan MM2100, Bekasi. Kesepakatan dengan pembeli adalah EXW Gudang X di Tanjung Priok. Penjual wajib membawa barang tersebut ke tempat yang ditunjuk oleh pembeli yaitu : Gudang X di Tanjung Priok. Kewajiban minimum bagi penjual. Penjual hanya mempersiapkan barang agar siap untuk ekspor. Penjual tidak bertanggungjawab memuat barang ke kendaraan pengangkut yang datang ke tempat penjual atau tempat lain yang ditunjuk. Jika penjual melakukan pemuatan barang, ia melakukan atas biaya dan resiko pembeli. Perijinan ekspor adalah menjadi tanggungjawab si pembeli. Si pembeli wajib memiliki perijinan ekspor atau menunjuk agen di tempat penjual yang telah memiliki perijinan ekspor. Petunjuk Penulisan Petunjuk penulisan untuk EXW adalah : 1. Tulis EXW 2. Tentukan titik penyerahan barang (tempat pengantaran barang) , contoh : PT. ABC , KawasanMM2100, Bekasi) 3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010) Penulisan yang lengkap dan benar menjadi : EXW ( PT. ABC, Kawasan MM 2100, Jakarta) Incoterms 2010

1.

2.

3.

b.

c.

Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko 1. Tabel Tanggungjawab EXW

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Jenis Pekerjaan/Kegiatan Membuat kemasan barang (export packaging) Membuat marking and labeling Memuat barang di tempat penjual/tempat lain Mengurus perijinan ekspor (export lisences) Mengurus Kepabeanan Ekspor(export custom clearance) Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual/tempat lain ke pelabuhan muat (inland freight) Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift off&storage)-terminal charges Membayar biaya pemuatan barang ke kapal (loading on vessel/THC) Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main Carrier

Tanggungjawab Penjual Pembeli YES NO YES NO NO YES NO YES NO YES NO YES NO NO NO YES YES YES

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarder fee) Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan (Unloading Charges) Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift on&storages)Destination Terminal Charges Mengurus kepabeanan impor (import custom clearance) Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

NO

YES

Tidak Ada Kewajiban NO YES NO NO NO NO NO YES YES YES YES YES

2.

Tabel Pembagian Biaya EXW

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Jenis Biaya Biaya Kemasan (export packaging cost) marking and labeling Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat Biaya perijinan ekspor (export lisences) EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee Biaya Trucking (inland freight) lift off&storage-terminal charges Biaya THC Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight Collect) Freight Forwarder fee Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) THC di Pelabuhan Tujuan lift on&storages)- Destination Terminal Charges EDI Fee dan import custom clearance fee Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat bongkar (delivery to destinantion) Biaya Bongkar barang di tempat bongkar ( Carrier Unloading)

Dibayar Oleh Penjual Pembeli YES NO YES NO NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES Diserahkan ke penjual/Pembeli NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES NO YES

3.

Peralihan Resiko (Transfer of Risk) Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah diantarkan ke tempat yang telah ditunjuk oleh pembeli pada tanggal yang disepakati atau dalam periode yang telah disepakati. Jika pembeli tidak memuat barang ke kendaaraan pengangkut , maka penjual tidak menanggung resiko lagi.

Contoh : PT.ABC sepakat menjual barang jagung ke Cargil,Ltd dengan term : EXW Gudang X di Tanjung Priok sebanyak 100 ton. Periode Pengiriman barang ke gudang paling lambat : 12 Agustus 2013. Pengiriman jagung ke Gudang X oleh PT.ABC menggunakan 5 Truck Tronton kapasitas 20 Ton. Pada tanggal 12 Agustus 2013, semua truck sudah tiba, 2 truck telah selesai dibongkar pada tanggal 12 Agustus 2013, tetapi 3 truck lagi dibongkar besok harinya, tanggal 13 Agustus 2013. Besok paginya, ternyata 3 truck berisi 60 ton jagung tersebut dirampok dan dijarah oleh Bandit Tanjung Priok. Apakah PT.ABC bertanggungjawab atas kehilangan 60 Ton Jagung Tersebut ? Jawab: Resiko kehilangan 60 ton jagung adalah di Cargil, LTd. Sesuai dengan Kesepakatan antara PT.ABC dan Cargil, LTd, jagung diserahterimakan EXW Gudang X di Tanjung Priok. Fakta: PT.ABC telah melaksanakan kewajiban mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang disepakati, namun 60 ton jagung yang belum dibongkar menjadi tanggungjawab Cargil ,Ltd.

d.

TIPS - TIPS Tips buat Penjual Syarat penyerahan barang dengan EXW Incoterms 2010 adalah resiko paling kecil dari sisi penjual. Penjual harus sudah menetapkan keuntungan tertentu pada saat menjual barang dengan terms ini karena pembeli tentunya sudah dapat lebih mudah menghitung berapa besar biaya produksi barang. Kekuatan negosiasi penjual lemah dengan pembeli karena sturktur biaya sudah penjual ketahui. Tips buat Pembeli Pembeli mempunyai resiko paling besar dengan syarat penyerahan barang ini. Pembeli harus sudah memiliki perwakilan atau kantor cabang atau agent di tempat penjual yang akan ditunjuk untuk mengurus segala sesuatu tentang pengiriman barang. Pembeli harus mempunyai modal yang kuat dan pengetahuan yang kuat tentang situasi dan kondisi negara penjual. Keuntungannya: Pembeli memiliki kekuatan negosiasi yang tinggi dengan penjual. Pembeli akan mendapatkan untung yang besar dalam berdagang ketika transaksi dengan term EXW ini dapat terlaksana dengan baik * Praktisi logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

INCOTERMS 2010
APA ITU INCOTERMS ? Oleh : Antoni Tampubolon*

INCOTERMS adalah singkatan dari International Commercial Terms. INCOTERMS adalah seperangkat peraturan perdagangan (trade term) tentang pengertian syarat penyerahan barang (term of delivery) yang mencerminkan praktik bisnis ke bisnis dalam kontrak penjualan barang ( sales contract). Istilah-istilah Incoterms terdiri dari seperangkat tiga huruf (three letter code). Istilah-Istilah Incoterms biasanya terdapat dalam kontrak jual beli (sales contracts), namun tidak ada keharusan dalam menggunakan istilah Incoterms dalam transaksi jual beli. Penggunaan Istilah Istilah Incoterms merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli pada saat transaksi jual beli. Ketika penjual dan pembeli sepakat dalam menggunakan istilah Incoterms dalam transaksi jual beli maka mereka akan tundak pada ketentuan Incoterms yang berlaku. Incoterms disusun oleh ICC (International Chamber of Commerce) atau sering disebut dengan Kadin Internasional. Incoterms diterbitkan pertama kali pada tahun 1936, kemudian mengalami revisi sebanyak tujuh kali, yaitu : Tahun 1953, 1967, 1980, 1990, 2000 hingga Incoterms yang terbaru yaitu: INCOTERMS 2010. Incoterms 2010 diberlakukan sejak 1 Januari 2011. Revisi Incoterms dilakukan dalam rangka menyesuaikan perkembangan praktek bisnis terkini, seperti: perubahan dalam moda transportasi, peningkatan teknologi informasi dan permasalahan keamaanan (security). Incoterms 2010 terdiri dari 11 (sebelas) istilah (terms) yang dibagi dalam 2 (dua) kelas, yaitu : Kelas 1 : Ketentuan untuk setiap moda atau beberapa moda transportasi : EXW (Ex Works) FCA (Free Carrier) CPT (Carriage Paid To) CIP (Carriage and Insurance Paid To) DAT (Delivered at Terminal) DAP (Delivered at Place) DDP (Delivered Duty Paid To) Kelas 2 : Ketentuan untuk moda transportasi laut dan perairan sungai & danau FAS (Free Alongside Ship) FOB (Free on Board) CFR (Cost and Freight) CIF (Cost Insurance and Freight)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

8. 9. 10. 11.

Dalam Incoterms 2010 terdapat 2 (dua) istilah baru, yaitu : DAT, DAP. Istilah DEQ, DES, DAF dan DDU dalam Incoterms 2000 dihapus dan digantikan dengan dua istilah baru yaitu : DAT (Delivered at Terminal) dan DAP (Delivered at Places). Penggunaan Incoterms 2010 berlaku bukan hanya untuk perdagangan secara Internasional tetapi juga dapat diterapkan dalam perdagangan domestik (lokal). Kenapa Incoterms begitu penting diketahui dan dipelajari ? Pengetahuan Incoterm wajib diketahui oleh : para eksportir, importir, freight forwarder&logistics, carrier, procurement, regulator, asuransi, maupun perbankan . Pengetahuan Incoterms menjelaskan tentang kewajibankewajiban, biaya-biaya yang ditanggung dan titik peralihan resiko. Pemahaman Incoterms ini dapat mengurangi resiko perselisihan bisnis dalam berdagang , menghindarkan terhadap kesalahan dalam perhitungan biaya-biaya, dan menghindarkan terhadap kelalaian kewajiban dalam transaksi jual-beli. Contoh : Ekspotir UKM X dari Bandung mendapat pesanan 1.000 pasang sepatu bola dari Klub Sepak Bola Real Madrid, Spanyol dengan transaksi DAT Valencia, Spanyol. Ekspotir tersebut harus mengetahui tentang istilah DAT Incoterms 2010 . Pemahaman istilah DAT tersebut maka Eksportir akan mampu menghitung biayabiaya apa saja yang menjadi tanggungjawabnya, apa saja yang harus diurus dan resiko sejak kapan dan dimana. Eksportir tersebut akan dapat menghitung harga dengan tepat dan benar.

* Praktisi logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

PENERAPAN SISTEM CIF


Efektifitas Penerapan Sistem CIF Dalam Kegiatan Ekspor Oleh : Antoni Tampubolon*

Kementerian Perdagangan menargetkan mekanisme pencatatan ekspor dengan metode Cost, Insurance and Freight (CIF) diterapkan mulai 1 Agustus 2013 (Kompas, 26 Juli 2013). Pencatatan ekspor saat ini adalah dengan menggunakan metode Free on Board (FOB). Perubahan pencatatan ekspor dari FOB ke CIF dalam rangka mendukung peningkatan penerimaan devisa negara. Tujuan ini tertuang dalam nota kesepahaman antara pemerintah, yang diwakili Kementerian Perdagangan dengan 7 organisasi pelaku usaha, yang ditanda tangani pada tanggal: 27 Februari 2013. Selama Januari-Mei 2013, defisit perdagangan tercatat US$ 2.53 miliar akibat nilai ekspor hanya sebesar US$ 76.25 miliar, sedangkan nilai impor tercatat US$ 78.78 miliar. Defisit neraca transaksi berjalan yang ada pada kuratal I/2013 tercatat US$ 5.3 miliar. Penerapan pencatatan ekspor dengan CIF ini diyakini oleh Menteri Perdagangan, Bapak Gita, akan menambah nilai ekspor : US$ 5 Miliar- US$ 10 miliar hingga akhir tahun sehingga dapat menutup defisit dagang yang terjadi selama 5 tahun terakhir. Penerapan sistem CIF, untuk tahap awal, dalam skala kecil atau terbatas pada komoditas tertentu, seperti ekspor minyak sawit (CPO), kakao , karet dan batu bara (Kompas, 26 Juli 2013). Kebijakan yang akan diterapkan ini patut diapresiasi dan didukung oleh semua pihak. Namun, Ada hal yang perlu dikritisi terhadap kebijakan penerapan sistem CIF dalam kegiatan ekspor, yaitu : Efektifkah kebijakan ini dalam meningkatkan penerimaan devisa negara ? Apakah kebijakan ini dapat mendorong peningkatan kinerja ekspor ?

a.

Pengertian Sistem FOB dan CIF FOB dan CIF adalah bagian dari 11 jenis syarat penyerahan barang yang diatur dalam Buku Incoterms 2010. Berdasarkan Buku Incoterms 2010 yang diterbitkan oleh ICC (International Chamber of Commerce),

Pengertian FOB (Free On Board) adalah penjual mengantarkan barang diatas kapal yang ditunjuk oleh pembeli di pelabuhan pengiriman yang disebutkan atau mengadakan barang yang diantarkan. Resiko kehilangan atau kerusakan barang beralih ketika barang berada diatas kapal, dan pembeli menanggung semua biaya sejak saat itu dan seterusnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan : 1. Tanggungjawab dari pada penjual (eksportir) adalah mengantarkan barang sejak dari pabrik/gudang penjual hingga ke atas kapal (on board) di pelabuhan muat yang disebutkan. Kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh penjual adalah : a. b. c. Menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak penjual Mengurus pengemasan barang standar ekspor (export packaging) Mengurus perijinan ekspor, izin keamanan dan prosedur kepabeanan ekspor (custom clearance)

Tanggungjawab pengurusan kapal dan asuransi barang adalah tanggungjawab pembeli. 2. 3. Resiko : Peralihan resiko antara penjual dan pembeli (transfer of risk) terjadi di atas kapal dipelabuhan muat Biaya: Penjual wajib mengeluarkan biaya-biaya mengurusi sesuai dengan tanggungjawabnya dari sejak barang dikemas, barang dimuat dipabrik/gudang hingga termuat diatas kapal di pelabuhan muat. Contoh : Penjualan batu bara dengan term FOB Banjarmasin, Kalimantan Selatan

Pengertian CIF (Cost, Insurance and Freight) adalah penjual mengantarkan barang diatas kapal atau mengadakan yang sudah tersedia untuk diantarkan. Resiko kehilangan atau kerusakan barang beralih saat barang diatas kapal. Penjual wajib melakukan kontrak dan membayar biaya dan freight yang diperlukan untuk membawa barang ke pelabuhan tujuan yang disebutkan. Penjual juga melakukan kontrak penutupan asuransi terhadap resiko kehilangan atau kerusakan dari pembeli pada barang selama pengangkutan. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa : 1. Tanggungjawab dari pada penjual (eksportir) adalah mengantarkan barang sejak dari pabrik/gudang penjual hingga ke atas kapal (on board) di pelabuhan muat yang disebutkan, namun penjual wajib mengurusi pengapalan barang hingga ke pelabuhan tujuan yang disebutkan dan menutup asuransi.

Kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh penjual adalah : a. b. c. d. e. 2. 3. Menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak penjual Mengurus pengemasan barang standar ekspor (export packaging) Mengurus perijinan ekspor, izin keamanan dan prosedur kepabeanan ekspor ( custom clearance) Mengurus pengapalan barang (contracts of carriage) Menutup asuransi barang (marine cargo insurance)

Resiko : Peralihan resiko antara penjual dan pembeli (transfer of risk) terjadi di atas kapal dipelabuhan muat Biaya: Penjual wajib mengeluarkan biaya-biaya mengurusi sesuai dengan tanggungjawabnya (point 1), dari sejak barang dikemas, barang dimuat dipabrik/gudang hingga diangkut ke pelabuhan tujuan. Contoh : Penjualan batu bara dengan term CIF Shanghai,China.

Sesuai dengan tanggungjawab, resiko dan biaya dari penjual, beberapa permasalahan yang akan dihadapi penjual (eksportir) adalah ketersediaan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidang eksporimpor (SDM Ekspor Impor Problem) , memiliki sumber dana yang cukup dalam menutupi seluruh biaya yang menjadi tanggungjawabnya (financial problem), standarisasi kemasan, , pengurusan perijinan ekspor dan proses kepabeanan, ketersediaan alat dan tarif angkutan (kapal) , kesiapan pelaku usaha penunjang

transportasi (Freight Forwarder, Perusahaan bongkar muat, keagenan kapal, dan lain-lain), fasilitas pelabuhan , dan kemampuan perusahaan asuransi dalam menutup nilai ekspor.

b.

Efektifitas Kebijakan Sistem CIF Penjual dan Pembeli mempunyai kebebasan di dalam melakukan kontrak. Penjual dan Pembeli bebas menentukan syarat-syarat penyerahan barang (term of delivery), apakah dengan sistem Ex.Work, FOB , CIF atau jenis syarat penyerahan barang lainnya dalam melakukan kontrak penjualan. Masing-masing pihak akan melakukan pertimbangan dan penilaian dalam menentukan kesepakatan jenis Incoterms yang dipilih. Pembeli akan menghitung dan menilai harga jual yang ditawarkan oleh si pembeli berdasarkan syarat penyerahan barang yang dibeli (daya saing barang). Contoh : Harga jual Batu Bara dengan FOB Vessel di Banjarmasin, Kalimantan Selatan adalah : US$. 85,33 per ton, CIF Shanghai : US$ 93 per ton. Pembeli akan melakukan evaluasi tentang kesiapan alat angkut (kapal) dan asuransi jika dia akan membeli dengan sistem CIF. Penjual juga akan berhitung jika dia menjual dengan CIF, maka kesiapan dan ketersedian kapal, jasa bongkat muat dan asuransi harus sudah dipersiapakan terlebih dahulu. Negosiasi antara penjual dan pembeli akan terjadi dalam menentukan harga sesuai dengan ketentuan incoterms yang dipilih. Kemampuan negosiasi dan kesiapan masing-masing pihak akan turut serta dalam menentukan pemilihan incoterms. Memang, Di dalam Ketentuan Incoterms 2010 telah dijelaskan bahwa Para penjual dan pembeli harus menyadari bahwa hukum setempat yang bersifat memaksa dapat mengesampingkan setiap aspek kontrak penjualan, termasuk ketentuan Incoterms yang dipilih. Kebijakan sistem CIF dalam kegiatan ekspor yang akan diterapkan oleh pemerintah Indonesia adalah kebijakan yang memaksa, walaupun saat ini penerapannya hanya khusus untuk komoditas tertentu. Pembeli harus mengetahui hal ini pada saat melakukan transkasi dengan penjual (eksportir) dari Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia Bob Kamandanu mengatakan sistem perdagangan tergantung perjanjian antara penjual dan pembeli. Eksportir Indonesia tidak bisa memaksakan sistem CIF jika pembeli menginginkan transaksi menggunakan sistem FOB (Kompas, 26 Juli 2013). Berdasarkan fakta saat ini, sekitar 90% ekspor impor Indonesia diangkut dengan kapal berbendera asing (Faisal Basri, Kompasiana), kemampuan jasa asuransi dalam menutup kerugian masih diragukan, kesiapan SDM Ekspor Impor belum mencukupi, para penjual belum siap dalam pengurusan dan pengaturan kapal serta siap dalam menanggung resiko. Perubahan pencatatan dari FOB ke sistem CIF adalah hanya berdampak positif pada statistik perdagangan, kenaikan itu bukan kinerja ekspor riil. Di seluruh dunia, Ekspor dicatat dengan menggunakan sistem FOB, lantaran uang dari pengiriman murni yang dianggap memberi pemasukan pada negeri (Sasmito,Merdeka Online). Kalau pemerintah bersikukuh menerapkan metode CIF mulai Agustus 2013 untuk data ekspor (lihat http://t.co/BuxP18akb), sudah barang tentu transaksi perdagangan luar negeri kita tahun 2012 dan 2013 serta merta akan surplus, yang nilainya kira-kira sama dengan nilai surplus versi BI. Sebatas mengubah metode pencatatan dari FOB menjadi CIF sama saja dengan membohongi diri sendiri (Faisal Basri, Kompasiana).

Berdasarkan kebiasaan umum yang berlaku dalam dunia bisnis, dan pendapat para ahli, Kebijakan ini diragukan efektifitasnya. Kebijakan ini dapat efektif dilaksanakan jika ketersediaan alat angkut (kapal) mencukupi , tariff /ongkos pengangkutan (kapal) dari penjual dapat bersaing dengan kapal yang disediakan oleh pembeli, ketersediaan dan kesiapan fasilitas bongkar muat (pelabuhan), kesiapan penjual dalam menanggung resiko (demurrage kapal) dan penyediaan kapal, pemahaman tentang perjanjian kapal, dan penyediaan kapal, Kesiapan SDM Ekspor Impor yang kompeten,kemampuan jasa asuransi, kesiapan cash flow dalam membayar ongkos-ongkos

freight, jasa asuransi dan jasa lainnya, adanya dukungan perbankan, regulasi perijinan ekspor dan kepabeanan, kesiapan pelaku usaha terkait transportasi (Freight Forwarder). Kebijakan dalam meningkatkan daya saing , menekan biaya ekonomi tinggi, , dan membenahi sistem transportasi adalah hal yang dapat meningkatkan ekspor (Faisal Basri, Kompasiana). Kebijakan pencatatan sistem CIF hanya akan berdampak signifikan bagi para pengusaha kapal nasional, jasa asuransi, dan usaha jasa penunjang transportasi . Kebijakan ini adalah upaya strategis dalam mendorong usaha-usaha terkait jasa pengurusan ekspor, dan patut diapresiasi. Semoga kebijakan penerapan sistem CIF ini dapat mendorong peningkatan kinerja ekspor secara nyata.

Jakarta, 2 Agustus 2013

KONGESTI DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK

MENGURAI BENANG KUSUT DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh: Antoni Tampubolon*

Kongesti (kemacetan) menuju dan ke Pelabuhan Tanjung Priok semakin parah dalam sejak minggu lalu (10-19Juli 2013) . Ketua APINDO , Bapak Sofyan Wanandi, mengklaim kerugian miliyaran rupiah dialami para pengusaha akibat kemacetan tersebut . Para Pengusaha Truck Trailer , melalui pernyataan Ketua Asosiasi Angsuspel (Angkutan Khusus Pelabuhan), Gemilang Tarigan, yang dikutip dari berita mengklaim kerugian akibat kemacetan tersebut sebesar Rp. 9 Miliar per hari. Pertanyaan utama adalah apa penyebab kemacetan tersebut ?

Berdasarkan data statistik arus container yang keluar masuk di pelabuhan Tanjung Priok, mengalami peningkatan setiap tahun, yaitu : Tahun 2011: 5.9 juta teus, Tahun 2012: 6.4 Juta teus sedangkan Tahun 2013 diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 26%, menjadi : 8 juta teus. Sedangkan, kapasitas pelabuhan Tanjung Priok hanya mampu menampung 7 juta teus per tahun. Jumlah arus container yang masuk dan keluar sudah melebihi kapasitas pelabuhan Tanjung Priok saat ini. Fakta ini didukung oleh tingkat isian lapangan penumpukan (YOR) sudah melebihi 100%. Dampak yang terjadi akibat kelebihan kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok adalah terjadi kongesti (kemacetan) di Pelabuhan Tanjung Priok , sesuai dengan pernyataan dari Ketua Komite Tetap Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Kadin Irwan Ardi Hasman dikutip dari salah satu berita online.

Permasalahan lain penyebab kemacetan adalah waktu bongkar muat kapal ( dwelling time) . Standar dwelling time yang ditetapkan oleh pemerintah adalah 3 (hari), tetapi fakta yang terjadi saat ini adalah : 8.7 hari. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa kecewa masalah waktu tunggu bongkar muat kapal ( dwelling time) belum terselesaikan, sehingga menyebabkan banyak kontainer yang tertahan di pelabuhan Tanjung Priok (dikutip dari berita online dari Republika). Akibat dari dwelling time yang lama adalah jumlah arus container yang keluar dari pelabuhan Tanjung Priok tidak sebanding dengan kapasitas lapangan penumpukan yang tersedia. Jumlah container yang menumpuk (tertahan) di pelabuhan Tanjung Priok semakin banyak. Semakin lama dwelling time

maka semakin tinggi tingkat isian lapangan container (baca : Tingkat YOR), sehingga berdampak terhadap kongesti di pelabuhan Tanjung Priok.

Apa penyebab arus keluar peti kemas dari Tanjung Priok lambat ? 1. Tingkat penyelesaian dokumen (clearance) surat perintah pengeluaran barang (SPBB) oleh instansi Bea dan Cukai di Pelabuhan Tanjung Priok masih rendah. Tingkat penyelesaian terhadap peti kemas impor kategori jalur merah di Jakarta Internasional Container Terminal dan Terminal Peti Kemas Koja yang sudah periksa fisik (bahandle) pada hari yang sama masih rendah, hanya : 1822% dari total peti kemas yang diperiksa setiap hari. Pemilik barang harus menunggu 4 hari hingga mendapatkan SPPB. Kegiatan pemeriksa fisik dilokasi bahandle memakan waktu 46 hari. Proses untuk mendapatkan petugas pemeriksa dan pencarian peti kemas yang di bahandle memakan waktu rata-rata-3-5 hari ( Bisnis Indonesia: Laju Clearance Dokumen Masih Rendah). Total waktu yang dibutuhkan agar barang kategori jalur merah sejak barang tiba hingga keluar rata-rata memakan waktu : 10-14 hari. Penyebab lamanya pengeluaran barang oleh Kepala Kantor Pelayanan Umum Bea Cukai Tanjung Priok, B. Wijayanta, disebabkan karena tiga hal : satu: lamanya pengurusan perijanan larangan dan pembatasan (lartas) dari instansi terkait, kedua: pemeriksaan bea cukai yang masih lama untuk barang impor yang masuk jalur merah dan ketiga : belum optimalnya pemanfaatan layanan 24 jam setiap hari dalam pengurusan ekspor dan impor 2. Terbatasnya fasilitas lapangan behandle dan minimnya jumlah petugas pemeriksa yang disiapkan oleh Bea dan Cukai pelabuhan setempat, di tenggarai sebagai penyebab terlantarnya p eti kemas impor tersebut. Saat ini pelayanan behandle bisa memakan waktu lebih dari sepuluh hari, bahkan ada yang mengadukan hingga lebih 14 hari peti kemasnya yang masuk jalur merah belum juga di lakukan pemeriksaan fisik, ujar Widijanto, Wakil Ketua bidang Kepabeanan dan Perdagangan Ekspor Impor Alfi DKI Jakarta, kepada Bisnis, hari ini, Senin (18/2/2013). 3. Kapasitas jalan dan pelabuhan sudah tidak memadai lagi untuk menampung arus barang. Sementara itu, menjelang Lebaran terus terjadi peningkatan aktivitas bongkar muat kontainer, yakni dari rata-rata 4.500-5.000 truk menjadi sekitar 6.000 truk. 4. Salah satu faktor yang membuat kemacetan semakin sering terjadi adalah pembangunan infrastruktur jalan raya yang saat ini berlangsung di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok. Arus keluar masuk di Terminal JICT, yang merupakan terminal peti kemas terbesar di Pelabuhan Tanjung Priok, sepanjang periode Januari hingga Maret ratarata sebanyak 320 truk per jam. Namun, ketika kemacetan terjadi di jalan-jalan sekitar pelabuhan, arus keluar masuk truk menurun signifikan menjadi rata-rata 280 truk per jam. 5. Kesiapan alat bongkar muat . Waktu penarikan juga dipengaruhi oleh kesiapan sarana rubber tyred gantry crane (RTGC)/reach stacker dan truk serta ketersediaan lahan di tempat pemeriksaan fisik (TPF), baik di TPS maupun tempat pemeriksaan fisik terpadu (TPFT). 6. Pemberlakuan e-ticketing untuk setiap truck yang masuk kepelabuhan, jika sudah habis masa berlakunya tidak boleh masuk pelabuhan (autogate system) 7. Biaya penyimpanan container di Tanjung Priok murah. Menteri Keuangan Chatib Basri menilai biaya

penyimpanan barang di pelabuhan Tanjung Priok saat ini terlalu murah. Akibatnya, banyak importir yang menyimpan barang lebih lama dari kewajaran. Biaya penyimpanan container : Rp. 22.500/hari. Penyebab-penyebab diatas diduga menjadi titik-titik sumber arus container dari pelabuhan Tanjung Priok tidak bisa keluar dengan lancar dari pelabuhan. Dampak dari kapasitas pelabuhan yang tidak memadai, dan arus container yang keluar dari pelabuhan Tanjung Priok terhambat, adalah sudah sampai menimbulkan kongesti kapal untuk sandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Puluhan kapal antri sandar di pelabuhan Tanjung Priok (Bisnis Indonesia, 18 Juli 2013).

Pemerintah telah melakukan beberapa tindakan/solusi untuk mengatasi kemacetan tersebut yaitu: Memindahkan 4.000 peti kemas yang telah SPPB, keluar dari pelabuhan Tanjung Priok, Pemberdayaan areal penumpukan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok (solusi jangka pendek), Pembangunan Kali baru (New Tanjung Priok Port) dengan penambahan kapasitas 4.5juta Teus, diharapkan beroperasi tahun 2014 (solusi jangka panjang). Berdasarkan uraian tentang penyebab kongesti di Pelabuhan Tanjung Priok (baca: kemacetan) tersebut, maka disimpulkan sebagai berikut : Penyebab kongesti dibagi tiga : 1. 2. 3. Arus keluar peti kemas dari pelabuhan Tanjung Priok (out port process ) Kapasitas pelabuhan Tanjung Priok (on port process ) Arus masuk dan keluar peti kemas ( kegiatan ekspor impor) tinggi (in port process)

Dalam mengurai kongesti tersebut, pemerintah dan para stakeholder di pelabuhan harus duduk bersama-sama dalam memecahkan masalah tersebut dengan memberikan solusi jangka pendek, menengah dan jang jangka panjang, tanpa saling menyalahkan atau menuding pihak lain sebagai penyebab masalah tersebut. Jika tidak, kongesti di pelabuhan Tanjung Priok akan semakin parah .

Jakarta, 22 Juli 2013

IMPOR ITU MUDAH ?

IMPOR ITU MUDAH ? Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daearah pabean. Pada umumnya, masyarakat menilai bahwa proses impor barang sangat rumit dan sulit. Oleh karena itu, penulis menguraikan tahapan impor, sehingga para pembaca dapat mempunyai gambaran singkat tentang proses impor barang . Penulis berharap bahwa dengan membaca tulisan ini, maka para pembaca dapat menyatakan bahwa kegiatan mengimpor barang tersebut adalah mudah. Kegiatan yang dilakukan dalam mengimpor barang adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jenis barang dan negara asal barang yang akan diimpor Sebelum mengimpor barang, hal yang sangat perlu diperhatikan adalah HS Code . (Kodifikasi barang yang tercantum dalam BTKI 2012 - (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia). Menentukan HS code dengan tepat akan dapat : - menghitung biaya-bea masuk, PPN dan PPH - menghindari permasalahan pengeluaran barang di Bea dan Cukai (Custom process) - dapat mengurus aspek perijinan impor barang tersebut sebelum importasi barang Menentukan cara penyerahan barang (negoisasi dengan seller)- Incoterms. Cara penyerahan barang terkait dengan tugas dan tanggung jawab importir dalam pengurusan barang, biaya-biaya apa saja yang akan ditanggung oleh importir pada saat mengimpor barang dan resiko yang harus ditanggung oleh importir. Contoh : Transaksi impor adalah dengan pembelian FOB Shanghai, China, artinya: Importir wajib untuk mengurus barang dari sejak barang termuat diatas kapal di pelabuhan Shanghai, China, mengurus pengangkutan, membayar Bea masuk, PPN dan PPH, mengurus pengeluaran barang di pelabuhan bongkar, hingga mengantar barang ke tempat /gudang importir.

2.

3.

Menentukan cara pembayaran impor Cara pembayaran impor dapat dilakukan baik dengan Non LC ( cash in advance payment, open account, documentary collectionMaupun dengan documentary credit- LC ( Red Clause, Sight LC, usance)

4.

Mengurus Perijinan Impor a. Perijinan pokok, terdiri dari : - Legalitas perusahaan : PT, CV - API (Angka Pengenal Impor): API-U atau API-P - NIK (Nomor Induk Kepabeanan) b. Perijinan khusus, yaitu : perijinan terkait dengan jenis barang yang akan diimpor. - Impor buah-buahan : Perusahaan harus mengurus perijinan : IP-Hortikultura (Importir Produsen) atau sebagai IT-Hortikulutra (Importir Terdaftar). Perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu dalam mendapatkan IP Hortikulura atau ITHortikultura sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu : Permendag No. 16 Tahun 2013, tentang ketentuan impor produk hortikultura. Menentukan freight forwarder atau transporter yang akan mengurus barang Importir harus tepat dalam memilih siapa pihak yang akan mengurus barang impor. Kegiatan apa yang menjadi tanggungjawab importir yang akan diserahkan kepada pihak freight forwarder atau transporter tergantung dari deal awal dengan seller (baca : cara penyerahan barang- lihat poin 2) Menentukan jadwal pengiriman barang (importasi barang) Jadwal pengiriman barang adalah salah satu factor kritis yang harus diperhatikan oleh importir. Importir sudah harus mengetahui berapa lama perjalanan barang (transit time) dari sejak barang dimuat dipelabuhan tujuan hingga barang tiba dipelabuhan tujuan, berapa lama waktu proses pengeluaran barang ( proses di Bea dan Cukai), hingga barang bisa tiba di tempat gudang importir. Jangan sampai, pada saat barang impor dibutuhkan barang ternyata belum selesai proses dib ea dan cukai (custom process). Barang terhambat karena adanya perijinan khusus yang belum dilengkapi. Menentukan jadwal pengiriman sebaiknya melakukan konsultasi dengan pihak freight forwarder yang akan ditunjuk. Melakukan kegiatan importasi barang Kegiatan importasi barang ini diserahkan kepada Freightforwarder yang ditunjuk oleh importir, kegiatan ini sangat dipengaruhi tipe tranksasi yang disepakati antara seller dengan buyer (importir)-baca Incoterms. Kegiatan importasi barang seperti : a. Mengurus pengangkutan barang b. Mengurus pengambilan dokumen impor Dokumen impor adalah dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pengeluaran barang, seperti : Packing List, Invoice, B/L, Sertifikat Asuransi, COO. Pengambilan dokumen asli impor tergantung dari cara pembayaran,, jika melakukan pembayaran dengan LC (Letter of Credit); maka proses pengambilan barang harus dilakukan kepada bank issuing bank pada saat pembukaan L/C. syarat pengambilan dokumen impor tergantung dari jenis L/C yang dibuka pada saat impor barang. Kemudian,setelah dokumen asli telah diambil, maka importir akan menyerahkan dokumen asli tersebut kepada freight forwarder atau PPJK yang ditunjuk dalam melakukan proses pengeluaran barang. Dokumen yang perlu diurus adalah pengambilan DO Impor kepada pelayaran atau penerbangan dengan menyerahkan Bill of Lading Asli/Airway Bill asli Melakukan proses pengeluaran barang (custom clearance process) Proses pengeluaran barang adalah kegiatan dalam mengeluarkan barang dari pelabuhan tujuan dengan melakukan proses kepabeanan terlebih dahulu. Proses kepabeanan seperti: membuat dokumen impor (PIB), membayar bea-bea masuk , PPN dan PPH, proses penjaluran barang (merah, kuning, hijau) hingga melakukan fiat keluar ke petugas bead an cukai hingga penarikan barang. Proses pengeluaran barang ini akan dilakukan oleh Pihak Freightforwarder atau PPJK (Pengusaha Pengurusan jasa Kepabeanan) Melakukan pengiriman barang ke tempat/gudang importir Setalah barang yang diimpor sudah selesai proses pengeluaran barang, maka pihak Pihak Freightforwarder atau PPJK (Pengusaha Pengurusan jasa Kepabeanan) akan mempersiapkan armada truck nya untuk mengirimkan barang tersebut ke tempat/gudang importir. Penting dipersiapkan adalah: kesiapan alat-alat bongkar atau tenaga bongkar pada saat barang sudah tiba di tempat/gudang importir. Jangan sampai, barang sudah sampai, namun barang tidak bisa bongkar karena ketidaksiapan alat bongkar. Bagaimana setelah membaca tulisan ini, saya yakin Anda dapat lancar dan mudah dalam mengimpor barang dari negara manapun. Selamat mencoba.

5.

6.

7.

c.

d.

Jakarta, 30 Mei 2013. Antoni Tampubolon

SEJARAH KEPABEANAN INDONESIA

Sejarah Kepabeanan Indonesia


Oleh : Antoni Tampubolon Kepabeanan dalam bahasa Inggris adalah Customs, dan dalam Bahasa Perancis adalah Douane. Aparat pemerintah pelaksana kepabeanan di Indoenesia disebut dengan pejabat/petugas bea dan cukai. Pemungutan bea masuk dan bea keluar Indonesia mulai pada tahun 1 Oktober 1960, pada saat aparat bea dan cukai dikenal dengan nama Douane, pada zaman kekuasan J.P . Coen mulai memungut bea masuk dan bea keluar. Pada tahun 1818 dengan staatblad 1818 no.58, Pemerintah Hindia Belanda mulai memberlakukan tarif kolonial di Jawa dan Madura atas semua barang yang dimasukkan dan dikeluarkan. Undang-undang Tarif Kolonial diganti dengan undang-undang tarif tahun 1865 staatsblad 1865 no.99, kemudian diganti dengan undang-undang tarif tahun 1873. Pada tanggal 26 Januari 1953 diselenggarakan pembukaan atau inaugural Session of CCC ( Custom Co-operation Council) oleh 17 negara di Eropa. CCC adalah salah satu komite dalam kepabeanan Eropa ( European Custom Union) yang dibentuk dari hasil pertemuan Comitte for European Economic Co-operation tanggal 12 September 1947. Pada tanggal 26 Januari 1983 ditetapkan sebagai Hari Kepabeanan Internasional ( International Customs Day). Hari HPI (Hari Kepabeanan Internasional) ke-61 jatuh pada tanggal 26 Januari 2013. Berikut ini adalah sejarah lengkap kepabeanan Indonesia: 1 Januari 1874 Undang-undang Tarif Indonesia ( Indische Tarriefwet) tahun 1871 tanggal 17 November 1872 dengan Stbl 1873 No 351 tetapi baru berlaku pada tanggal 1 Januari 1874. buku atau daftar Tarif bea masuk yang pertama berlaku di Indonesia Ordonansi Bea (Bepalingen Op De Heffing En verzekering Der in En VitvoerregtenStaatblad 1882 No.240) Ordonansi Tarif (Tarief Ordonnantie-Staatblad 1910 N0.628 Jo Sttatsblad 1934 No.471) Klasifikasi Nomenclatur Jenewa yang berlaku sejak 1 Januari 1934 Ordonansi Bea Keluar, Staatsblad N0.39 Ordonasi 1957 N0.30, Cabut Ordonansi 1949 Staatsblad No.39 BTN (Brussels Tarief Nomenclature), yang berlaku sejak 31 Januari 1973 (Customs Cooperation Council Nomenclature) (Customs Cooperation Council Nomenclature) HS pertama sekali digunakan oleh Indonesia Amandamen HS ke-1 (diimplementasikan tahun 1994) BTBMI (Buku Tarif Bea Masuk Indonesia) 1994 Indonesia menjadi contracting party konvensi HS Amandamen HS ke-2 ( diimplementasikan tahun 1996) BTBMI 1996 UU No.10 Tahun 1995 Kepabeanan Indonesia Amandamen HS ke-3 ( diimplementasikan tahun 2003) BTBMI 2003

1882 1910 1 Januari 1934 1949 1957 31 Januari 1973 1 Januari 1980 1 April 1985 1989 1992 1993 1996 1 April 1996 2002

2003

15 Nopember 2006 2007 2011

Pengenalan Asean Harmonised Tariff Nomenkelatur (AHTN) berdasarkan HS 2002 (diimplementasikan tahun 2004) BTBMI 2004 UU n0.17 Tahun 2006 tentang perubahan UU No.10 Tahun 1995 Kepabeanan Indonesia Amandamen HS ke-4 dan revisi AHTN ke-1 (diimplemtasikan tahun 2007) BTBMI 2007 Amandamen HS ke-5 dan revisi AHTN ke-2 (diimplemtasikan 1 Januari tahun 2012) BTKI (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia) 2012

10 PERMASALAHAN TENTANG BILL OF LADING

Oleh : Antoni Tampubolon


Bill of lading adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengangkut (carrier) dan atau freight forwarder kepada sipengirim barang (shipper) pada saat mengangkut barang. Ada 3 (tiga) fungis dari Bill of Lading : 1. Sebagai tanda bukti penerimaan barang oleh pengangkut untuk diangkut, yaitu: nama si pengirim tertera dalam kolom shipper. 2. Kontrak Pengangkutan, antara carrier , shipper dan consignee, dikenal dengan perjanjian unilateral Perjanjian pengangkutan hanya ditanda tangani oleh pihak pengangkut saja. 3. Bukti kepemilikan barang ( orang yang memegang B/L adalah pemilik barang) yaitu : nama si penerima barang tertera dalam kolom consignee.

Terdapat 10 (Sepuluh) permasalahan tentang Bill of Lading yang sering muncul, yaitu : 1. b/l yang sudah diambil shipper/customer hilang dan minta ganti ke shipping line 2. data b/l tidak sama dengan l/c 3. backdate tanggal b/l 4. pemalsuan b/l oleh cnee (kasus inbound) 5. b/l rusak karena suatu hal 6. b/l sudah release, tapi dibalikin oleh shipper/customer ke shipping line karena ada yang salah 7. b/l tidak diambil2 oleh shipper 8. alih tujuan container sedangkan b/l sudah release 9. data submit ke customs, beda dengan data b/l yang release 10. split b/l

BIAYA IMPOR DENGAN TERM CIF


ANALISA BIAYA PENGURUSAN IMPOR FCL DENGAN TERM CIF DI JAKARTA Oleh : Antoni Tampubolon*

Biaya-biaya yang timbul dalam pengurusan impor FCL, dengan pembelian barang dengan terms CIF adalah : 1. Doc Fee dan THC : Biaya yang dibayarkan kepada pelayaran , sering disebut dengan biaya tebus DO. 2. Komponen terdiri dari : Biaya THC, Doc Fee.

Local Charges : Biaya yang dibayarkan kepada pihak Pelindo (otoritas di pelabuhan), sering disebut biaya penumpukan dan lift on. Komponen terdiri dari : penumpukan dan pergerakan container (lift on)

3.

Jasa pengurusan Custom Clearance (Sering disebut biaya custom clearance). termasuk : fiat keluar dan EDI Fee , jasa pengurusan custom clearance.

4.

Biaya Trucking (Jakarta Area). Gol III. asumsi dalam kota Jakarta.

5.

Biaya penuruan peti kemas di depo ( Lift off).

Perhitungan biaya impor FCL di Jakarta adalah sebagai berikut : 20ft a. Doc Fee &THC : b. Local Charges c. Custom Clearance d. Trucking e. Lift off Total Kesimpulan : Biaya pengurusan impor FCL dari pelabuhan (CY) Tg.Priok hingga door di wilayah Jakarta adalah sebesar : peti kemas 20 : Rp. 3.522.500/cntr peti kemas 40 : Rp. 5.097.500/cntr Kurang lebih : Rp. 3.500.000 Kurang lebih : Rp. 5.000.000 Rp.1.002.500 : Rp. 470.000 : Rp. 600.000 : Rp. 1.300.000 :Rp. 150.000 : Rp. 3.522.500 40Ft Rp. 1.477.500 Rp. 820.000 Rp. 700.000 Rp. 1.800.000 Rp. 300.000 Rp. 5.097.500

Asumsi : Scope service adalah CY to door. FCL : status peti kemas dengan kiriman impor barang peti kemas ukuran 20 dan 40 Status barang : jalur hijau (Green Line), hanya pemeriksaan dokumen. Tarif THC and Doc Fee adalah berdasarkan SK Menhub Nom.302/3/18 PHB 2008 tanggal : 21 Oktober 2008. Tarif local charges berdasarkan : perhitungan nota penumpukan dan gerakan di JICT dan TPK Koja, dengan masa penumpukan 7 hari. Tarif Trucking Gol 3 berdasarkan tariff ORGANDA dgn nomor : SKEP 002/DPU-AKP/2008 tgl. 9 Juni 2008. Kurs 1USD = Rp.9500 Biaya diatas tidak termasuk bea masuk,PPN dan PPH.

8 TIPS MENETAPKAN HARGA JUAL EKSPOR


8 TIPS MENETAPKAN HARGA JUAL EKSPOR TIPS 1 Hitung semua komponen biaya dalam pembuatan produk secara lengkap, termasuk jasa (gaji) Anda TIPS 2 Tentukan Minimum Order Quantity untuk setiap pesanan barang TIPS 3 Tentukan kesepakatan syarat penyerahan barang (Jenis Incoterms) TIPS 4 Pertimbangkan kepada siapa Anda Menjual ( Buyers country) TIPS 5 Tentukan nilai kurs (currency) dengan cermat TIPS 6 Pastikan harga produk Anda mempunyai daya saing tinggi ( unik, mutu, delivery time,dsb) dibandingkan dengan produk pesaing TIPS 7 Konsultasikan tentang penetapan harga produk Anda kepada para ahlinya TIPS 8 Konsultasikan menentukan harga eceran untuk pengunjung umum, harga grosir untuk pengunjung pedagang grosir dan harga ekspor untuk importir dari atau luar negeri

You might also like