You are on page 1of 3

Si Sombong Lyra Sudah seminggu, aku bersekolah di SMPN 07.

Akhirnya, ada anak baru yang masuk ke kelas VII-A. Tampangnya cantik, putih, kaya, namun .... tidak terlihat ramah. Wajahnya dingin, egois, dan terlihat sangat sombong. Beberapa kali ia mengibaskan rambut tebalnya yang berwarna emas sepunggung itu. Hallo teman-teman! Namaku Lyralich Vexie Anna. Panggil Lyra atau Vexie, jelas gadis itu sombong. Lyra, kau boleh duduk di samping gadis itu, tunjuk Bu Tyas pada meja kosong di sebelah Jean. O-ow! Sepertinya, mereka tidak bisa akrab. Sikap Jean yang cerewet bisa mengganggu kepribadian Lyra yang cukup tidak cerewet. Pasti akan selalu diledek Lyra. Ingin sekali kuangkat tanganku agar Lyra bisa dipindah di samping Nesya. Tapi, aku malu mengatakannya. Lyra akan marah, dan menuduhku ini itu. Ya sudahlah. Aku hanya menatap kosong wajah Lyra yang tersenyum sinis kepadaku. Oke, kerjakan halaman 89 Buku Paket Matematika! seru Bu Tyas, lalu melangkah pergi ke luar kelas. Aku mulai mengerjakan dengan teliti. Aku menengok ke arah Lyra. Ternyata, gadis sombong itu sesekali melihat buku paket Jean. Hahaha! Masa, soal begitu harus mencontek. Hei, apaan sih lihat-lihat bukuku! seru Jean kesal. Eh, masa? Lo kali yang mencontek! tuduh Lyra asal-asalan. Eh, denger ya, kalo sampe gua nyontek, gimana murid-murid disini? Kan gua ketua kelas! bentak Jean. Ih, Bu Kepsek, ledek Lyra. Eh! Lo diem aja ya. Emang mau gua plester lo hah? Pengin? Gua udah nyiapin dari rumah! Jean mengeluarkan selotip hitam yang biasanya ia gunakan untuk memplester mulut murid yang berbuat kasar. Lyra terdiam. Aku bersorak dalam hati. Rasain dah! Emang enak? Weekkk! Aku kembali menyandarkan punggung ke kursi. Fiuhh, selesai juga! Setelah itu, aku mengumpulkannya di meja guru. Apa kamu senyum-senyum? Seneng gua dimarahin sama Bu Kepsek tingkat rendah? Hah? tanya Lyra marah-marah. Logat betawinya langsung keluar. Wekekekeke .... emang enak? Kamu tuh, harusnya bergaul sama gadis yang itu!! tunjukku pada tiga orang gadis yang dulu menegurku. WHAT?????! Hello, mereka itu orang-orang cupu tau! Ah, mereka enggak selevel sama aku. Mereka enggak sinis dan dingin! Lyra mengepalkan tangannya padaku. Eleh, siapa bilang? Mereka itu sinis! seruku kencang. Biarin, pokoknya, mereka enggak selevel sama aku! Bye! Lyra meninggalkanku. Ya sudahlah. Terserah! Aku mau ngobrol dengan Mel, Yessi, dan Rin. Mereka dimana ya? tanyaku. Hei, aku disini! ucap Rin. Yang lain mana? tanyaku lagi. Ke kantin. Samperin mereka yuk! ajak Rin. O .... Belum selesai aku menjawab, Rin langsung meninggalkanku. Gua cabut dulu ya! Bye! seru Rin. RIN!!! Aku berlari mengejar Rin, sedangkan Rin tertawa terbahak-bahak.

**** Assalamu alaikum ... ucapku. Wa alaikum salam. Kak Marsya mana? O, iya, Vione juga mana? tanya Mama. Vione langsung les, Kak Marsya ke rumah temannya. Jadi, aku naik angkot deh! jawabku. Aku langsung merebahkan diri ke tempat tidurku yang nyaman. Kata Papa, tiga bulan lagi kita akan pindah ke Inggris. Bagaimana? Mau? tanya Mama. Hah? Mau apa? Papa dinas lagi ya? Atau, perusahaan Papa pindah lagi? Bukannya menjawab, aku malah nyerocos. Eh, jangan nyerocos! Perusahaan Papa ditawari untuk pindah ke London. Kamu juga mau kan, ke rumah Nenek di Nottingham? Mama kembali menanyaku. Oke! Tapi, aku minta persetujuan tiga temanku dulu, ujarku. Kan, masih lama, tiga bulan lagi, ucap Mama. Aku terkejut. Tiga bulan lagi? Yeay! Aku ingin sekali ke rumah Nenek. Belum pernah aku kesana. Neneklah yang datang ke rumahku. Aku hanya mengangguk. Aku makan dulu ya, Ma! Setelah itu, mau berangkat les, Aku berjalan menuju ruang makan. Hm, lukisan baru. Kak Marsya melukis lagi? tanyaku. Yups! jawab Kak Marsya yang tiba-tiba sudah ada di depanku. Lupa belum salam nih. Assalamu alaikum, hehe, Kak Marsya tertawa kecil. Eh, kakak udah pulang. Makan dulu sana, suruh Mama. Ya, Ma! Eh, kamu udah tau kita mau ... mm .. pindah ke Inggris? tanya Kak Marsya. Sudah. Aku baru pertama kali ke luar negeri! seruku. Kakak udah sering, ke Jepang, Cina, Thailand, pamer Kak Marsya. Yah, udah kenangan kalee! Aku menepuk pundak Kak Marsya. TING TONG! Bel pintu masuk rumahku berbunyi. Biar kubuka, Aku menghalangi Kak Marsya yang akan membuka pintu. Ya sudah, enggak usah menghalangi, Kak marsya menggerutu. Saat kubuka ... Hah! Lyra? Aku mau belajar kelompok disini. Aku mengajak Cindy, Garcia, dan Hany, ucap Lyra yang menenteng sebuah tas kecil. Di belakangnya, ada tiga orang gadis manis berbaju cokelat muda, sama persis. Ya, mereka adalah tiga bersaudara, Cindy, Garcia, dan Hany. Mereka bisa dibilang kembar. Karena, mereka bertiga lahir hampir berbarengan. Garcia lahir pertama, sembilan menit kemudian, lahirlah Cindy, setelah itu, lahirlah Hany yang lahir keesokan harinya. Hai! sapa mereka bertiga. Hai! balasku. Ayo masuk, tawarku. Keempat gadis itu masuk kedalam rumahku. Ngapain kesini? tanyaku geram. Rumahmu kecil banget dibanding rumahku, Lyra mulai sombong. Grr! Iih, kalau kamu mulai sombong, aku usir kamu! bentakku. Biarin. Orang yang marah lebih cepat tua! Wekk! Lyra menjulurkan lidahnya. Sudahlah! Ayo belajar! Mana yang menurut kalian susah? PR nomor berapa? Gracia mulai beraksi melerai kami berdua. Em yang nomor 7 Gracie, ucapku. Oke, sini kubantu. Kalau yang begini tuh, caranya lihat yang ini, setelah itu dibagikan dua puluh lima, setelah itu, selesai deh! Gracia menuliskan caranya di buku

kotretan milikku. Makasih. Sorry ya, sepuluh menit lagi, aku dijemput Kak Emmy untuk les di Lorraine Music Center. Disana pasti sudah ada Mel, Rin, dan Yessi. Kalian mau ikut? Hanya dua jam les kok. Aku memainkan biola dan musik klasik, setelah itu bermain gitar dan bernyanyi musik Jepang. Ada tes buat pertukaran pelajar minggu depan. Jadi, aku harus tekun belajar. Iya kan? Minggu depan pertukaran pelajar ke Jepang dan Prancis? tanyaku. Iya. Ada lima orang yang dipilih dari masing-masing kelas, jelas Cindy. Sepuluh menit berlalu. TINTINTIN!!!! Suara klakson mobil kak Emmy berbunyi. What, sudah jam segini? Kami pulang dulu ya! Kamu mau les kan? Daah! Hany berkemas memberesi barangnya. Lyra, Cindy, dan Gracia mengikuti Hany. Aku hanya melambaikan tangan. Aku merapikan bajuku, lalu mengambil biola dan gitar kesayanganku. Jam empat sore aku pulang, ini masih jam 14.00. Daah, Mama, Kak Marsya! Oiya, nanti kalau Vione sudah pulang, salam ya buat dia! Byee! Aku berlari keluar rumah. Tampak Kak Emmy sudah rapi dengan dress pinknya. Rambutnya digerai dan diberi bandana. Sedangkan aku, aku hanya menggunakan blus lengan panjang berwarna biru laut, kerudung segitiga berwarna putih, celana jeans hitam panjang, dan sepatu flat shoes berwarna hitam pekat. Kak, tumben lama, biasanya jam 13.30, ledekku. Iya nih. Habis dari spa, jawab Kak Emmy, lalu menyalakan mesin mobilnya. O iya, Kak Emmy adalah teman Kak Marsya yang bekerja sambilan di Lorraine Music Center. Jadi, sekalian saja aku ikut dia saat berangkat. Dua puluh menit kemudian, kami sampai disebuah bangunan besar berwarna oranye cerah dan tertulis Lorraine Music School. Tempat lesnya ada di halaman belakang Lorraine Music Elementary School. Hai, Mel, Rin, Yessi! sapaku.

You might also like