You are on page 1of 22

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pajak alat regulasi merupakan sumber pembiayaan negara (budgeter) dan (reguleren) dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan

pemerintah. Sebagai sumber pembiayaan negara, target penerimaan pajak setiap tahun mengalami peningkatan secara signifikan, hal ini dapat dilihat dari struktur penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada tahun !!" sampai tahun !#! pajak memberi

k$ntribusi % &#' setiap tahun dari t$tal pendapatan negara dan hibah. Persentase ini kemungkinan masih terus meningkat, karena pajak merupakan sumber penerimaan negara yang p$tensial dibanding sumber penerimaan lainnya. Penerimaan pajak dari tahun !!" ( !#! serta

perbandingan penerimaan pajak dengan pendapatan negara dan hibah serta penerimaan dalam negeri dapat dilihat dalam )abel #.#. Selain target penerimaan yang cukup besar, fen$mena yang dihadapi $leh *irekt$rat +enderal Pajak (*+P) saat ini adalah, (#) menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat sebagai akibat adanya beberapa kasus yang melibatkan $knum pega,ai *irekt$rat +enderal Pajak, ( ) masih rendahnya tingkat kepatuhan -ajib Pajak, dan (.) rendahnya tingkat pr$dukti/itas pega,ai. (*+P, Siaran Pers, ## 0kt$ber !#!).

2 Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Terhadap APBN Penerimaan Dalam Negeri Peri!de "##$%"#1# (*alam triliun) )ahu Pendapatan Penerimaan Penerimaan Penerimaan Penerimaan n Negara dan dalam perpajakan pajak pajak 1ibah negeri terhadap terhadap APBN APBN penerimaan dalam negeri !!" 23", 2 23.,3#3 .2&,!.# &! ' &! ' !!4 4.&,35& 4.4,#". 2!3, !. 42 ' 42 ' !!& &!&,5!4 &!4,#!5 23!,35& 43 ' 43 ' !!5 35#,4!3 3&3,.!" 4"5,&!# 4& ' 4& ' !!3 5& ,4. 5&#,42! 4" ,# &" ' &" ' !#! 3##,2&" 3#!,!"2 & 3,#4" 5! ' 5! '
Sumber6 *ata P$k$k N$ta 7euangan !!" ( !#! (data di$lah) 8atatan 6 )ahun !!3 menggunakan angka 9APBN-9P dan tahun !#! 9APBN

:en$mena

lain

adalah

hasil

perbandingan

antara

jumlah

penerimaan pajak dibandingkan dengan Pr$duk *$mestik Brut$ ( tax ratio) pada tahun !#! juga dianggap rendah. Pada tahun !#! tax ratio

;nd$nesia sekitar #.', internasi$nal yaitu sebesar menunjukkan

angka ini masih diba,ah angka rata-rata !'. *ata *irekt$rat +enderal Pajak juga

+umlah Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SP)

PPh) yang dilap$rkan hingga akhir tahun !#! mencapai 5," juta (untuk -ajib Pajak pribadi) dan !,244 juta (untuk -ajib Pajak badan usaha). +umlah penduduk ;nd$nesia yang menjadi dasar perhitungan adalah 2! juta ji,a dan ,4 juta unit perusahaan. *ari jumlah penduduk tersebut,

ada ##! juta ji,a yang bekerja aktif dan # ,3 juta perusahaan yang masih berjalan. *engan demikian rasi$ antara jumlah SP) yang diserahkan terhadap jumlah penduduk saat ini mencapai .," persen untuk -ajib Pajak $rang pribadi. <ntuk -ajib Pajak badan ,# persen. ;tu jauh lebih rendah dibanding +epang yang mampu .! persen tax coverage-nya.

3 Tax coverage adalah alat ukur tingkat kepatuhan pajak yang ditandai dengan pengembalian surat pemberitahuan (SP)) pajak. )ingkat kepatuhan yang tinggi adalah sampai 2! persen terhadap jumlah penduduk. Namun, untuk ;nd$nesia, mencapai ! persen saja sudah

sangat tinggi. ;tu disebabkan tingkat kepatuhan yang ada saat ini masih rendah, yakni &,&. persen. *ata *itjen Pajak juga menunjukkan, piutang pajak hingga saat ini mencapai 9p "2 triliun. ;ni sulit dihimpun kembali ke kas negara karena kelemahan data. (kuliah/iabl$g.,$rdpress.c$m, tanggal " N$/ember !##) *alam rangka memenuhi target penerimaan pemerintah yang cukup besar serta mengurangi masalah yang dihadapi $leh *irekt$rat +enderal Pajak (*+P), pemerintah telah melakukan berbagai usaha. Salah satu usaha yang dilakukan $leh pemerintah adalah melalui ref$rmasi perpajakan baik dalam ref$rmasi peraturan perundangundangan perpajakan maupun dalam ref$rmasi administrasinya. Sasaran ref$rmasi administrasi perpajakan adalah mengubah p$la pikir dan perilaku aparat, struktur $rganisasi, pr$ses bisnis, tekn$l$gi k$munikasi dan inf$rmasi, serta sarana dan prasarana. 9ef$rmasi perpajakan saat ini memasuki ref$rmasi perpajakan jilid dua. 9ef$rmasi perpajakan jilid satu yang telah dilaksanakan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu6 m$dernisasi administrasi perpajakan, ref$rmasi kebijakan serta intensifikasi dan ekstensifikasi. 9ef$rmasi jilid satu tersebut telah memberikan banyak manfaat bagi -ajib Pajak, antara lain pemberian pelayanan yang lebih baik, terpadu dan pers$nal dengan

4 k$nsep One Stop Service, pelayanan $leh petugas Account

Representative (A9), pemanfaatan ;nf$rmasi )ekn$l$gi (;)) dalam layanan e-filing, e-SPT, e-registration dan pembentukan call center untuk pelayanan inf$rmasi dan pengaduan. Selain itu, rasa keadilan juga dirasakan -ajib Pajak melalui tindakan penegakan hukum seperti pemeriksaan, penagihan dan penyidikan yang lebih transparan dan pr$fesi$nal serta penerapan dan penegakan good governance di semua lini. 9ef$rmasi perpajakan jilid dua direncanakan berjalan dari tahun !!3 sampai tahun !#. dan merupakan lanjutan serta penyempurnaan ref$rmasi perpajakan jilid satu. :$kus utama pada dua hal, yaitu 6 Sistem dan =anajemen Sumber *aya =anusia (S*=) dan )ekn$l$gi ;nf$rmasi dan 7$munikasi ();7). Pr$gram yang dilakukan untuk mendukung f$kus utama ini adalah Project for Indonesia Tax Administration Reform (P;N)A9) yang mengad$psi >best practice? sistem administrasi

perpajakan di dunia, baik dalam aspek pelayanan perpajakan maupun penga,asan kepatuhan yang bertujuan meningkatkan kepatuhan sukarela -ajib Pajak. (*+P, siaran pers +uni !!3)

*alam rangka meningkatkan penerimaan daerah yang bersumber dari pungutan pajak dan retribusi daerah, pemerintah telah melakukan penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan retribusi daerah. Penyempurnaan ini untuk mendukung pelaksanaan $t$n$mi daerah serta membangun hubungan keuangan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang lebih ideal.

5 7ebijakan perpajakan dan retribusi daerah juga diarahkan untuk lebih memberikan kepastian hukum, penguatan local taxing power, peningkatan efekti/itas penga,asan dan perbaikan pengel$laan

pendapatan pajak dan retribusi daerah. 7ebijakan terakhir dalam <ndangundang pajak dan retribusi daerah ini tertuang dalam <ndang-<ndang N$m$r 5 )ahun !!3 tentang Pajak *aerah dan 9etribusi *aerah

(P*9*) yang mulai berlaku secara efektif sejak tanggal # +anuari !#!. <ndang-<ndang N$m$r 5 )ahun !!3 ini merupakan ketentuanketentuan p$k$k yang memberikan ped$man kebijaksanaan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi. Selain itu, << P*9* juga sekaligus menetapkan pengaturan untuk menjamin penerapan pr$sedur umum perpajakan daerah dan retribusi daerah serta mengatur hak dan ke,ajiban -ajib Pajak ( tax pa er) dan petugas pajak (tax aut!orit ). Sistem pemungutan pajak daerah di ;nd$nesia, yaitu s elf assessment s stem dan official assesment s stem" Self assessment s stem, yaitu sistem yang memberi kepercayaan kepada -ajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melap$rkan jumlah pajak terutang. Official assesment s stem, yaitu sistem yang memberi ke,enangan pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. +ames and Alley ( !!2) meyakini self assessment s stem lebih baik dari sistem perhitungan $leh pihak administrat$r pajak ($ fficial assesment s stem#" 0leh sebab itu, banyak negara maju dan berkembang mengubah sistem pemungutan pajaknya dari official assement menjadi

6 self assessment. Self assessment dianggap dapat meningkatkan

penerimaan pajak dan efesien dalam penggunaan sumber daya manusia. )etapi self assessment s stem yang menggeser perhitungan pajak dari petugas pajak ke -ajib Pajak, membuat -ajib Pajak harus mengetahui peraturan perpajakan yang sering mengalami perubahan. 7epatuhan sukarela -ajib Pajak sangat diharapkan dalam sistem self assessment" Sampai akhir tahun sebanyak #55 (seratus !##, h$tel yang ada di 7$ta =akassar puluh delapan). 1$tel yang

delapan

menggunakan self assesment s stem sebanyak .. (tiga puluh tiga) h$tel dan yang menggunakan official assesment s stem sebanyak #"" (seratus lima puluh lima) h$tel (Sumber 6 *ispenda 7$ta =akassar, !##).

Pemilihan sistem pemungutan pajak yang digunakan $leh -ajib Pajak 1$tel yang berada dalam ,ilayah 7$ta =akassar dimungkinkan karena << P*9* Pasal 34 ayat , serta Pasal 5. dan Pasal 52 Peraturan *aerah N$m$r . )ahun !#! 7$ta =akassar mengatur bah,a setiap -ajib Pajak ,ajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak (official assesment s stem# atau dibayar sendiri $leh -ajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan ( self assesment s stem#. Pemilihan sistem pemungutan pajak self assesment s stem dan official assesment s stem dalam sistem pemungutan pajak h$tel $leh -ajib Pajak 1$tel cukup menarik untuk diteliti khusunya dalam perilaku -ajib Pajak 1$tel yang memilih menggunakan sistem pemungutan pajak tersebut. Penelitian sebelumnya yang dilakukan $leh Beck dan Aj@en

7 (#33#) dalam Aj@en (#33#), B$bek A 1atfield ( !!.), =ustikasari ( !!&), 8hau dan Beung ( !!3), 1idayat dan Nugr$h$ ( !#!), Palil ( !#!) dan Barbuta ( !##) meneliti -ajib Pajak yang menggunakan self assesment s stem dalam memenuhi ke,ajiban pajak yang dipungut $leh

negaraCpusat. Pengusaha dibidang perh$telan bukan hanya memiliki ke,ajiban perpajakan yang terkait dengan Pajak *aerah (Pajak 1$tel, Bea Per$lehan 1ak atas )anah dan BangunanCBP1)B, Pajak Bumi dan BangunanCPBB dan pajak daerah lainnya) tetapi juga ke,ajiban yang terkait dengan Pajak Pusat (Pajak PenghasilanCPPh, Pajak Pertambahan NilaiCPPN dan Bea =aterai). =enurut << N$ 2 )ahun !!3 tentang

Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan ats Barang =e,ah (PPN dan PPn B=) pasal 2 A, usaha jasa di bidang perh$telan bukan termasuk jasa yang dikenakan PPN namun terkena Pajak *aerah atas jasa pelayanan yang diberikan kepada tamu h$tel atas penggunaan fasilitas h$tel. +ika h$tel menyediakan fasilitas h$tel dan hiburan yang diperuntukkan bukan untuk tamu h$tel atau h$tel menye,akan tempat untuk t$k$, bank, kant$r, sal$n dan lain sebagainya yang dita,arkan kepada khalayak umum di h$tel maka h$tel tersebut harus memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan tersebut. Anggaran dan realisasi penerimaan pajak h$tel 7$ta =akassar dari tahun !!& sampai tahun !#! selalu mengalami peningkatan. )etapi kenaikan anggaran dan realisasi penerimaan pajak h$tel tersebut tidak selalu diikuti dengan pr$sentase pencapaian realisasinya. )ahun !!&

8 hanya tercapai sebesar 3#,..' dari anggaran. sebesar #! ,4 ', tetapi tahun !!3 dan tahun )ahun !!5 realisasi

!#! mengalami lagi

penurunan. +umlah anggaran dan realisasi dari tahun !!& sampai tahun !#! penerimaan pajak h$tel pemerintah daerah 7$ta =akassar secara lengkap dapat dilihat dalam tabel #. sebagai berikut6 )abel #. Anggaran dan 9ealisasi Pajak 1$tel 7$ta =akassar )ahun Anggaran !!& - !#! )ahun Anggaran (9p) 9ealisasi (9p) ' !!& #&.4#5.334.442 #4.!3#.&.!.45" 3#,..' !!5 #. #4.&!2.&4! #.&&..!3".##2 #! ,4 ' !!3 &.4 &. 5#.5"! 4.. !.5#!.5". 3", &' !#! . .. .. 2!.!!! .#.4#&.!2!. 3 3&,5 ' Sumber 6 *ispenda 7$ta =akassar

)ahun !## Pemerintah *aerah 7$ta =akassar menganggarkan penerimaan dari pajak h$tel sebesar 9p.2 milyar lebih atau #2,"5' dari jumlah anggaran penerimaan pajak 7$ta =akassar sebesar 9p .5 milyar lebih. Anggaran sebesar 9p.2 miliar tersebut, ternyata hingga k,artal pertama !## hanya mampu terealisasi sebesar #" persen dari target

realisasi sebesar " persen. Selain pencapaian realisasi anggaran yang kurang, terdapat juga #2 h$tel berbintang yang memiliki tunggakan hingga ratusan juta rupiah selama setahun terakhir ini. 7epala *inas Pendapatan *aerah (*ispenda) 7$ta =akassar, Shabir B. 0nd$ menyampaikan bah,a pajak h$tel di =akassar ra,an keb$c$ran akibat petugas taksasi pajak yang belum mampu melakukan penghitungan p$tensi pendapatan asli daerah dari usaha-usaha tersebut. Selama ini *ispenda terkesan hanya sebagai pemungut, dan upaya untuk meningkatkan kesadaran -ajib

9 Pajak masih minim. )etapi sudah beberapa upaya yang dilakukan *ispenda dalam mencapai setiap target pendapatan yang diembankan ke dinasnya, yakni melakukan intensifikasi $byek pajak, peremajaan data serta meningkatkan penga,asan di seluruh sekt$r pengel$laan

pendapatan ()ribun )imur.8$m - =inggu, 3 =ei !## dan bisnis-$ti"com %& 'ei %())). Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka peningkatan penerimaan pajak dari -ajib Pajak. Salah satu yang dapat ditempuh adalah meningkatkan kesadaran dan kepatuhan -ajib Pajak untuk memenuhi ke,ajiban perpajakannya. 7esadaran dan kepatuhan -ajib Pajak yang dilakukan secara sukarela akan sangat membantu dalam penerimaan pajak. 1al ini dapat dilihat dari hasil penelitian mengenai kepatuhan pajak (tax compliance# di Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan $leh N$,ak (dalam Dain, !!&6.#) menemukan bah,a

pengaruh /erifikasi perpajakan, efekti/itas para ahli hukum, para akuntan dan teknisi lainnya serta keputusan peradilan pajak, hanya merupakan . sampai dengan "' dari seluruh penerimaan pajak, sedangkan sisanya % 3&' - 3"' adalah hasil dari pengembangan iklim perpajakan. ;klim

perpajakan (tax climate) itu sendiri adalah suatu fakt$r yang tidak ber,ujud (intangible factor) dalam keseimbangannya antara usaha-usaha bertahan untuk tidak membayar pajak ( tax resistence) dan kesadaran serta kepatuhan memenuhi ke,ajiban perpajakan ( tax compliance). 7epatuhan pajak (tax compliance) menurut Dain (#33!)

merupakan gambaran realisasi kehendak -ajib Pajak dalam memenuhi

10 ke,ajibannya, baik secara sukarela maupun karena terpaksa. 1al yang sama disampaikan $leh Andre$ni, Erard, dan :einstein (#335), 7irchler ( !!&) dalam Palil ( !#!) bah,a kepatuhan pajak merupakan kemauan dan kesediaan pembayar pajak untuk mematuhi undang-undang pajak. Secara te$ritis, kepatuhan pajak dipengaruhi $leh beberapa fakt$r (Alm, #333). =enurut +ames and Elley (#333) kepatuhan pajak dapat dilihat dari dua pendekatan (approac!es). Pertama, menggunakan pendekatan ek$n$mi (economic approac!) dengan k$nsep tax gap" Tax gap merupakan selisih antara jumlah p$tensi pajak yang dapat dipungut (taxes owed) dengan jumlah realisasi penerimaan pajak ( taxes paid). Tax gap menunjukkan p$tensi penerimaan yang belum berhasil direalisasikan $leh $t$ritas pajak suatu negara. *engan memakai tax gap, kinerja $t$ritas pajak suatu negara diukur dengan kemampuannya

mengumpulkan penerimaan pajak dibandingkan dengan yang seharusnya dikumpulkan. <kurannya adalah seberapa mampu $t$ritas pajak suatu negara membuat para pembayar pajaknya patuh dalam melaksanakan ke,ajiban pajaknya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. <paya memperkecil tax gap antara lain dengan meningkatkan

kemampuan $t$ritas pajak dalam mengakses data serta meningkatkan voluntar compliance -ajib Pajak. Pendekatan $edua menggunakan perilaku (be!avioral approac!). Pendekatan kepatuhan menekankan ke,ajiban perilaku sukarela (be!avioral (willingness). approac!) menggunakan yang k$nsep ini

Pendekatan

kedua

perilaku -ajib Pajak untuk patuh dalam memenuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku

perpajakannya

11 (voluntar compliance#. <ntuk meningkatkan voluntar compliance,

instansi yang menangani pajak tidak dapat berjalan sendirian, karena perbaikan pelayanan yang dituntut pembayar pajak tidak hanya pelayanan perpajakan, melainkan seluruh pelayanan publik yang n$tabene dibiayai $leh pembayar pajak. Pembayar pajak akan sukarela membayar pajaknya jika mereka merasakan manfaatnya dalam bentuk pelayanan publik yang diberikan $leh pemerintah diberbagai bidang, seperti pendidikan,

kesehatan, keamanan, serta pelayanan publik lainnya. +ames dan Alley (#333) pada akhir penelitiannya menyimpulkan bah,a sebaiknya kedua pendekatan tersebut saling mendukung.

*iperlukan suatu kebijakan yang bisa mengak$m$dir dalam rangka penyatuan economic approac! dan be!avioral approac! untuk

meningkatkan kepatuhan -ajib Pajak secara sukarela. +ika +ames dan Alley membagi pendekatan kepatuhan pajak berdasar pendekatan ek$n$mi dan pendekatan perilaku, maka :ischer et.al (#33 ) dalam 8hau and Beung ( !!3) dan Alabede et.al ( !##) membuat suatu m$del kepatuhan pajak yang memuat k$mp$nenk$mp$nen s$sial, ek$n$mi dan psik$l$gis. =$del :ischer et.al (#33 )

didasari $leh penelitian +acks$n and =illir$n (#354) yang mengidentifikasi adanya #2 fakt$r yang mempengaruhi kepatuhan pajak. :ischer et.al (#33 ) kemudian membagi keempat belas fakt$r tersebut kedalam empat kel$mp$k yaitu (i) demograp!ic *e"+" age, gender and education# , (ii) noncompliance opportunit *e"g" income level, income source and

occupation#, (iii) attitudes and perceptions *e"g" fairness of t!e tax s stem

12 and peer influence#, and (i/) tax s stem,structure *e"g" complexit of t!e tax s stem, probabilit of detection and penalties and tax rates# . =$del :ischer et al. (#33 ) dikembangkan lagi $leh 8hau and Beung ( !!3) dengan menambahkan fakt$r budaya ( culture). *engan demikian =$del :ischer et al (#33 ) yang dim$difikasi $leh 8hau and Beung ( !!3), telah mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak dari para pembayar pajak, seperti aspek ek$n$mi, s$sial, budaya dan psik$l$gi. Peneliti lain yang mengidentifikasi fakt$r-fakt$r ek$n$mi, s$sial dan fakt$r psik$l$gis sebagai fakt$r yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak para pembayar pajak adalah Alm (#333). 8hau dan Beung ( !!3) menggunakan dimensi budaya 1$fstede. 1$fstede ( !!#) menurunkan k$nsep budaya dari pr$gram mental yang dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu universal, collective, dan individual" Pr$gram mental dijelaskan dengan dua k$nstruk yaitu values (nilai) dan culture (budaya). Berdasarkan analisis fakt$r, 1$fstede ( !!#)

menemukan ada empat dimensi pr$gram mental, yaitu perbedaan kekuasaan (power distance), pengelakan terhadap ketidak pastian (uncertaint avoidance), indi/idualitas /s k$lekti/itas, dan maskulinitas /s femininitas. :akt$r budaya (culture) digunakan sebagai fakt$r yang

mempengaruhi kepatuhan pajak berdasarkan hasil penelitian 1$fstede ( !!#) yang menemukan adanya perbedaan signifikan antara budaya Amerika dengan budaya 8hina. *imensi budaya yang dimaksud adalah

13 $ole$tivisme dan individualisme. 0rang Amerika atau budaya barat, memiliki kultur k$lekti/itas yang rendah namun memiliki kultur

indi/idualisme yang tinggi, sehingga mereka lebih f$kus terhadap kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan kel$mp$k. Sebaliknya, masyarakat 8hina atau masyarakat dengan budaya timur memiliki individualisme yang rendah dan lebih memandang kepada k$lekti/itas kel$mp$k. =asyarakat dengan kultur k$lekti/itas tinggi akan berusaha untuk mengikuti dan menganut nilai-nilai yang ada dalam kel$mp$knya atau lingkungan s$sial disekitarnya, agar dapat diterima dan memiliki status di dalam lingkungan tersebut. =enurut =enteri Ek$n$mi +erman, Fraf dalam -id$d$ ( !#!6# ) bah,a budaya pajak tidak dapat ditanamkan dalam satu tahun. Budaya pajak adalah seperangkat interaksi baik meliputi -ajib Pajak, pemerintah, budaya nasi$nal maupun perangkat aturan perpajakannya. Budaya pajak merupakan keseluruhan dari semua lembaga f$rmal dan inf$rmal yang rele/an yang terhubung dengan sistem pajak nasi$nal dan pelaksanaan praktis, yang secara hist$ris tertanam dalam budaya nasi$nal, termasuk ketergantungan dan ikatan yang disebabkan $leh interaksi mereka yang terus menerus. Penelitian tentang fakt$r-fakt$r yang mempengaruhi kepatuhan pajak (tax compliance) juga dilakukan di 9umania. Barbuta ( !##) mengel$mp$kkan /ariabel-/ariabel yang mempengaruhi kepatuhan pajak menjadi dua fakt$r yaitu fakt$r ek$n$mi (economic factors) dan fakt$r n$n ek$n$mi (non-economic factors). 1asil penelitian dari Barbuta ( !##)

14 sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya, bah,a sikap -ajib

Pajak terhadap sistem perpajakan dan perlakuan petugas pajak terhadap pelayanan -ajib Pajak mempengaruhi kepatuhan -ajib Pajak. 7ajian dan penelitian tentang kepatuhan pajak (tax compliance) dengan pendekatan perilaku ( be!avioral approac!# atau fakt$r n$n ek$n$mi diantaranya menggunakan t!eor atau perilaku yang direncanakan. T!eor of planned be!avior ()PB) of Planned -e!avior ()PB)

merupakan pengembangan dari t!eor of reasoned action ()9A) $leh ;cek Aj@en (#33#) dengan menambahkan sebuah k$nstruk yang belum ada di )9A yaitu k$ntr$l perilaku persepsian (perceived be!avioral control). *engan penambahan k$nstruk ini, maka te$ri perilaku yang direncanakan terdiri dari k$nstruk sikap terhadap perilaku ( attitude towards be!avior), n$rma subyektif (subjective norm) dan k$ntr$l perilaku persepsian (perceived be!avior control). T!eor of planned be!avior ini menjelaskan bah,a niat (intention) untuk berperilaku dipengaruhi $leh tiga fakt$r yaitu attitude toward be!avior, subjective norm dan perceived be!avioral control *P-.#. Attitude toward be!avior dibentuk $leh outcome belief, yaitu keyakinan akan hasil dari suatu perilaku. Subjective norm adalah sejauhmana sese$rang memiliki m$ti/asi untuk mengikuti pandangan $rang terhadap perilaku yang akan dilakukannya ( normative belief#. Perceived be!avioral control, yaitu keyakinan bah,a suatu perilaku dapat dilaksanakan berdasarkan pengalaman yang diper$leh, pengetahuan, keterampilan dan ketersediaan ,aktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya

15 fasilitas untuk melaksanakan dan memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan perilaku. T!eor of planned be!avior *TP-# telah digunakan $leh beberapa peneliti untuk melihat perilaku -ajib Pajak. B$bek A 1atfield ( !!.) dan Benk et.al ( !##) menggunakan )PB sebagai kerangka te$ri dalam rangka meneliti niat -ajib Pajak $rang pribadi untuk patuh terhadap ketentuan perpajakan yang ada. Sementara =ustikasari ( !!"),

1arinurdin ( !!3) serta 1idayat dan Nugr$h$ ( !#!) menggunakan te$ri ini sebagai kerangka te$ri untuk mengkaji kepatuhan -ajib Pajak Badan. B$bek and 1atfield ( !!.) menambahkan /ariabel ke,ajiban m$ral ( moral obligation). Benk et.al ( !##) mengembangkan penelitiannya dari Efebera dan et.al ( !!2) yang menggunakan tiga k$mp$nen dasar yaitu e+uit attitudes, normative expactatioan dan legal saction. *ari hasil penelitian B$bek and 1atfield ( !!.) ditemukan bah,a /ariabel sikap, n$rma subyektif, perilaku yang dipersepsikan (PB8) dan niat untuk patuh (intentions) yang merupakan /ariabel-/ariabel dari )PB yang mempengaruhi kepatuhan pajak. 1asil penelitian B$bek and 1atfield ( !!.) sejalan dengan penelitian yang dilakukan $leh Benk et.al ( !##) )etapi penelitian B$bek and 1atfield ( !!.) menemukan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara PB8 dan perilaku. *alam k$nteks tertentu bukan hanya tekanan s$sial yang dirasakan tetapi perlu mempertimbangkan ke,ajiban m$ral untuk melakukan atau men$lak melakukan sesuatu perilaku. Beck dan Aj@en (#33#) dalam Aj@en (#33#), B$bek A 1atfield ( !!.), =ustikasari ( !!&),

16 1idayat dan Nugr$h$ ( !#!) telah membuktikan bah,a ke,ajiban m$ral sebagai /ariabel yang turut mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak indi/idu. 7aplan dan 9eckers (#35"), 9$th et.al (#353), 1ann$ dan

Gi$lette (#334) dalam B$bek A 1atfield ( !!.) juga telah menemukan bah,a ke,ajiban m$ral memiliki pengaruh langsung terhadap kepatuhan pajak. =$ralitas pajak dapat didefinisikan sebagai m$ti/asi yang muncul dalam diri indi/idu untuk membayar pajak. =$ti/asi ini dapat muncul dari ke,ajiban m$ral atau keyakinan untuk berk$ntribusi kepada negara dengan membayar pajak, atau merupakan kemauan indi/idu untuk

membayar pajak yang dapat dinyatakan sebagai sikap kepatuhan pajak (-id$d$, !#!63) Perilaku (be!avior) merupakan tindakan-tindakan (action) atau reaksi-reaksi (reactions) dari suatu $bjek atau $rganisma. Perilaku dapat berupa sadar (conscious) atau tidak sadar, terus terang atau diam-diam, sukarela atau tidak sukarela. *engan demikian, perilaku -ajib Pajak adalah tindakan atau reaksi -ajib Pajak terhadap kebijakan perpajakan yang dibuat $leh pemerintah. Pendekatan perilaku dalam melihat tingkat

kepatuhan -ajib Pajak menarik diteliti untuk melihat bah,a mungkin ada fakt$r lain selain pertimbangan keuangan yang dapat mem$ti/asi -ajib Pajak dalam meningkatkan kepatuhan. ;lmu s$si$l$gis dan psik$l$gi melihat bah,a indi/idu tidak hanya independen, eg$is, utilit maximisers, mereka juga berinteraksi dengan manusia lainnya yang memiliki sikap, keyakinan, n$rma dan peran yang berbeda.

17 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini diberi judul >Pengaruh dimensi budaya, ke,ajiban m$ral dan planned be!aviour terhadap 7epatuhan -ajib Pajak?.

B. &'m'san Masalah 7epatuhan -ajib Pajak dalam menjalankan hak dan ke,ajiban sesuai peraturan yang ada merupakan masalah yang dihadapi $leh beberapa negara, termasuk negara ;nd$nesia. *irekt$rat +enderal Pajak pada tanggal ## 0kt$ber !#! dalam salah satu Siaran Persnya

menginf$rmasikan tentang masih rendahnya tingkat kepatuhan -ajib Pajak dengan melihat tax ratio dan tax coverage yang rendah serta perbandingan jumlah penduduk dan jumlah -ajib Pajak yang juga masih rendah. Selain tingkat kepatuhan -ajib Pajak dalam menyelesaikan ke,ajiban pajak pusat, tingkat kepatuhan -ajib Pajak dalam

menyelesaikan pajak daerah khususnya pajak h$tel juga mengalami masalah. *inas Pendapatan *aerah 7$ta =akassar menginf$rmasikan bah,a ada beberapa -ajib Pajak 1$tel yang menunggak dan kemungkinan kesalahan taksasi pada penentuan jumlah pajak terutang yang harus dilunasi $leh -ajib Pajak. ()ribun )imur.8$m - =inggu, 3 =ei !## dan bisnis-$ti"com %& 'ei %())). :en$mena-fen$mena tentang tingkat kepatuhan -ajib Pajak mend$r$ng diadakannya beberapa penelitian tentang kepatuhan -ajib Pajak di beberapa negara dengan beberapa pendekatan. +ames and Elley

18 (#333) menemukan bah,a ada dua pendekatan dalam mengukur tingkat kepatuhan -ajib Pajak, yaitu pendekatan ek$n$mi (economic approac!) dan pendekatan perilaku (be!avioral approac!). Pendekatan perilaku (be!avioral (willingness). *alam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan approac!) menggunakan k$nsep kepatuhan sukarela

perilaku dalam rangka menganalisis tingkat kepatuhan -ajib Pajak 1$tel dalam memenuhi ke,ajiban perpajakannya. Pendekatan perilaku

digunakan dengan pertimbangan bah,a mungkin ada fakt$r lain selain pertimbangan keuangan yang dapat mem$ti/asi -ajib Pajak dalam meningkatkan kepatuhan, khususnya fakt$r internal dan fakt$r eksternal -ajib Pajak. :akt$r internal dalam penelitian ini menggunakan /ariabel ke,ajiban m$ral sesuai te$ri de$nt$l$gi dan hasil penelitian Beck dan

Aj@en (#33#) dalam Aj@en (#33#), B$bek A 1atfield ( !!.), =ustikasari ( !!&), 1idayat dan Nugr$h$ ( !#!). :akt$r ekternal -ajib Pajak dalam penelitian ini akan menggunakan /ariabel budaya pajak sesuai hasil dimensi budaya 1$fstede ( !!#) dan hasil penelitian 8hau and Beung ( !!3) dan 8han et.al ( !!!). Gariabel ke,ajiban m$ral dan /ariabel budaya sebagai /ariabel yang mempengaruhi kepatuhan -ajib Pajak dim$derasi $leh /ariabel sikap, n$rma subjektif dan perilaku yang dipersepsikan. 7etiga /ariabel m$derasi tersebut dalam penelitian ini akan menggunakan t!eor of

planned be!avior ()PB) dari ;cek Aj@en (#33#). Selain te$ri of planned be!avior, peneliti akan merujuk hasil penelitian dari B$bek A 1atfield

19 ( !!.), =ustikasari ( !!"), ( !#!) serta Benk et.al ( !##). Berdasarkan uraian fen$mena dan masalah tentang rendahnya kepatuhan -ajib Pajak dalam menyelesaikan ke,ajiban sesuai peraturan yang ada, maka diidentifikasi permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut6 #. Apakah ke,ajiban m$ral -ajib Pajak 1$tel berpengaruh terhadap sikap untuk berperilaku patuh H. . Apakah ke,ajiban m$ral -ajib Pajak 1$tel berpengaruh terhadap n$rma subjektif H. .. Apakah budaya -ajib Pajak 1$tel berpengaruh terhadap sikap untuk berperilaku patuh H. 2. Apakah budaya -ajib Pajak 1$tel berpengaruh terhadap k$ntr$l keprilakuan yang dipersepsikan H. ". Apakah sikap, n$rma subjektif dan k$ntr$l keprilakuan yang dipersepsikan -ajib Pajak 1$tel berpengaruh terhadap kepatuhan -ajib Pajak 1$tel H. 1arinurdin ( !!3), 1idayat dan Nugr$h$

(. T'j'an Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku -ajib Pajak 1$tel dalam meningkatan kepatuhan -ajib Pajak. Selanjutnya tujuan tersebut diurai sebagai berikut6

20 #. =enganalisis pengaruh ke,ajiban m$ral -ajib Pajak 1$tel terhadap sikap untuk berperilaku patuh. . =enganalisis pengaruh ke,ajiban m$ral -ajib Pajak 1$tel terhadap n$rma subjektif. .. =enganalisis pengaruh budaya -ajib Pajak 1$tel terhadap sikap untuk berperilaku patuh. 2. =enganalisis pengaruh budaya -ajib Pajak 1$tel terhadap k$ntr$l keprilakuan yang dipersepsikan. ". =enganalisis pengaruh sikap, n$rma subjektif dan k$ntr$l

keprilakuan yang dipersepsikan -ajib Pajak 1$tel terhadap kepatuhan -ajib Pajak 1$tel.

D. Man)aat Penelitian =anfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah6 *apat menambah pengetahuan tentang perilaku -ajib Pajak *aerah khususnya -ajib Pajak 1$tel dalam pelaksanaan self assessment dan official assesment sehingga kepatuhan pajak (tax compliance) secara sukarela dapat ter,ujud. Bagi *inas Pendapatan *aerah sebagai pemungut pajak, merupakan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka

penyusunan kebijakan tentang pemenuhan kepatuhan pajak sehingga dapat lebih meningkatkan penerimaan pajak daerah.

21 Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang akuntansi perilaku dan akuntansi perpajakan.

E. *risinalitas Penelitian Penelitian ini menganalisis perilaku -ajib Pajak 1$tel. Ada beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu6 #) Penelitian-penelitian sebelumnya, Beck dan Aj@en (#33#) dalam Aj@en (#33#), B$bek A 1atfield ( !!.), =ustikasari ( !!&), 8hau dan Beung ( !!3), 1idayat dan Nugr$h$ ( !#!), Palil ( !#!) dan Barbuta ( !##) menguji kepatuhan pajak dalam sistem

pemungutan pajak self assesment, yaitu /ajib Pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan melap$rkan sendiri jumlah pajaknya. *alam penelitian ini, pembayar pajak ( tax pa er) menggunakan sistem self assesment dan sistem official assesment dalam memenuhi ke,ajiban perpajakan, hal ini dimungkinkan karena peraturan perundang-undangan memperb$lehkan memilih di antara kedua sistem pemungutan pajak tersebut. ) Penelitian sebelumnya mengkaji perilaku -ajib Pajak Badan atau 0rang Pribadi dalam menyelesaikan ke,ajiban pajak pusat, sementara dalam penelitian ini yang akan dikaji adalah perilaku -ajib Pajak *aerah, khususnya -ajib Pajak 1$tel dalam menyelesaikan ke,ajiban pajaknya.

22 .) Penelitian mengenai perilaku ,ajib pajak daerah cukup menarik, karena pelimpahan ke,enangan ke daerah menuntut pemerintah daerah untuk mencari bentuk-bentuk kebijakan yang akan

mend$r$ng peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah dalam rangka ketersediaan dana untuk pelayanan ke masyarakat.

You might also like